BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Kinerja guru 2.1.1. Pengertian Kinerja Istilah
kinerja
performance/actual
berasal
permance
dari (prestasi
kata
job
kerja
atau
prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Jadi menurut bahasa kinerja bisa diartikan sebagai prestasi yang nampak sebagai bentuk keberhasilan kerja pada diri seseorang. Keberhasilan kinerja juga ditentukan
dengan
pekerjaan
serta
kemampuan
seseorang pada bidang tersebut. Keberhasilan kerja juga berkaitan dengan kepuasan kerja seseorang. Mangkunegoro,
(2000)
mengartikan
kinerja
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Secara umum kinerja itu didasarkan pada apa yang menjadi harapan dan permintaan kelompok atau organisasi dimana seseorang itu bekerja. Harapan dan permintaan itu mengacu pada tujuan kelompok atau organisasi itu sendiri. Dengan demikian seseorang yang menjadi anggota kelompok atau organisasi itu diharapkan mampu menguasai apa yang menjadi peran dan tanggung jawabnya di kelompok tersebut serta 14
memiliki motivasi yang tinggi untuk bekerja secara profesional. Kegiatan penilaian kinerja Pegawai Negeri Sipil yang diatur dalam peraturan pemerintah Nomor 10 Tahun 1979, yang dituangkan dalam daftar penilaian pelaksanaan
pekerjaan
(DP3),
hasilnya
merupakan
bahan pertimbangan yang objektif dalam pembinaan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan system karier dan system prestasi kerja. Unsur-unsur yang dinilai dalam DP3 meliputi: Kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, dan kepemimpinan. Dalam upaya melihat hakekat kinerja guru, terlebih dahulu dikemukakan pandangan para ahli tentang apa sebenarnya kinerja itu. Whitmore (1997, dalam Uno dkk, 2001), secara sederhana mengemukakan bahwa kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari
seseorang.
merupakan
Pengertian
pengertian
ini
yang
menurut
menuntut
Whitmore kebutuhan
paling minimum untuk berhasil. Oleh karena itu Whitmore
mengemukakan
pengertian
kinerja
yang
dianggap representative untuk menuntut tergambarnya tanggung jawab yang besar dari pekerjaan seseorang. Menurutnya kinerja yang nyata jauh melampaui apa yang diharapkan adalah kinerja yang menetapkan standar-standar tertinggi orang itu sendiri, dan selalu menetapkan standar-standar yang melampaui apa yang diminta atau diharapkan orang lain. Dengan demikian 15
menurut Whitmore kinerja adalah suatu perbuatan, suatu prestasi atau apa yang diperlihatkan seseorang melalui keterampilan yang nyata. Bertumpu kinerja
dari
menurut
seseorang,
dan
pandangan
adanya
Whitmore
diatas,
pengekspresian
pengekspresian
ini
potensi menurut
pengambilan tanggung jawab atau kepemilikan yang menyeluruh. Pandangan lain dikemukakan oleh King (Uno dkk 2001), yaitu bahwa kinerja adalah aktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas pokok yang dibebankan kepadanya.
Mengacu
dari
pandangan
ini,
dapat
diinterpretasi bahwa kinerja seseorang dihubungkan dengan tugas-tugas rutin yang dikerjakannya. Sebagai seorang
guru
misalnya,
tugas
rutinnya
adalah
melaksanakan proses belajara mengajar di sekolah. Hasil yang dicapai secara optimal dari tugas mengajar itu merupakan kinerja seorang guru. Berdasarkan dengan King, ahli lain Mitchell Terence memandang bahwa kinerja atau “performance” merupakan hasil interaksi atau berfungsinya unsur-unsur motivasi (m), Kemampuan (k), dan persepsi (p) pada diri seseorang. Pandangan yang hampir sama dengan ini adalah McDaniel (Uno, dkk 2001) yang mengatakan bahwa kinerja adalah interaksi antara kemampuan seseorang dengan motivasinya. 16
Berdasarkan pandangan tersebut diatas dapat ditegaskan bahwa kinerja merupakan penjumlahan antara kemampuan dan motivasi kerja yang dimiliki seseorang. Dalam kaitannya dengan kinerja guru SD, kinerja mereka dapat terefleksi dalam tugasnya sebagai seorang pengajar dan sebagai seorang administrator kegiatan mengajarnya. Dengan perkataan lain, kinerja guru SD dapat dilihat pada kegiatan merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses belajar mengajar. Mengacu dari tugas yang berkaitan dengan kinerja guru sebagaimana disebutkan diatas, dapat dikemukakan bahwa terdapat dua tugas guru yang dijadikan acuan untuk mengukur kinerja guru SD. Kedua tugas tersebut yaitu tugas yang berkaitan dengan proses pembelajaran, tugas yang berkaitan dengan penataan, perencanaan yang berkaitan dengan tugas pembelajaran. 2.1.2. Kriteria Kinerja Guru Keberhasilan guru seseorang bisa dilihat apabila kriteria-kriteria keseluruhan.
yang Jika
ada kriteria
telah telah
mencapai
secara
tercapai
berari
pekerjaan seseorang telah dianggap memiliki kualitas kerja yang baik. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam pengertian kinerja bahwa kinerja guru adalah hasil kerja yang terlihat dari serangkaian kemampuan yang
dimiliki
oleh
seorang
yang
berprofesi
guru.
Kemampuan yang harus dimiliki guru telah disebutkan dalam peraturan pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 17
tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 yang berbunyi: Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: a. kompetensi paedagogik b. kompetensi kpribadian c. kompetensi profesional d. kompetensi sosial Adapun penjelasan dari ke empat dari kompetensi tersebut adalah: a. Kompetensi Paedagogik Adalah
mengenai
bagaimana
kemampuan
guru
dalam mengajar, dalam Peraturan Pemerintah RI No 19
Tahun
Pendidikan
2005
tentang
dijelaskan
Standar
kemampuan
Nasional
ini
meliputi
.kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan
pembelajaran,
evaluasi
hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai
potensi
yang
dimilikinya. Kompetensi paedagogik ini berkaitan pada saat guru mengadakan proses belajar mengajar di kelas. Mulai dari
membuat
metode, didiknya.
scenario
media, Karena
juga
pembelajaran
alat
evaluasi
bagaimanapun
memilih
bagi
dalam
anak proses 18
belajar mengajar sebagian besar hasil belajar peserta didik ditentukan oleh peranan guru. Guru yang cerdas
dan
kreatif
akan
mampu
menciptakan
suasana belajar yang efektif dan efisien sehingga pembelajaran tidak berjalan sia-sia. Suryo Subroto (2001) mengatakan bahwa yang dimaksud
kinerja
guru
dalam
proses
belajar
mengajar adalah kesangupan atau kecakapan para guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif
antara
guru
dan
peserta
didik
yang
mencakup segi kognitif, efektif, dan psikomotorik sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar tercapai tujuan pengajaran. Jadi kompetensi pedagogik ini berkatan dengan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar yakni
pesiapan
merancang
mengajar
dan
yang
mencakup
melaksanakan
skenario
pembelajaran, memilih metode, media, serta alat evaluasi bagi anak didik agar tervapai tujuan pendidikan
baik
pada
ranah
kognitif,
efektif,
maupun psikomotorik siswa. b. Kompetensi Kepribadian Berperan sebagai guru memerlukan kepribadian yang
unik.
kemampuan
Kepribadian kepribadian
guru yang
ini mantap,
meliputi stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi 19
peserta didik, dan berakhlak mulia. Seorang guru harus mempunyai peran ganda. Peran tersebut diwujudkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Adakalanya guru harus berempati pada siswanya dan
adakalanya
guru
harus
bersikap
kritis.
Berempati maksudnya guru harus dengan sabar menghadapi
keinginan
siswanya
juga
harus
melindungi dan melayani siswanya tetapi disisi lain guru juga harus bersikap tegas jika ada siswanya berbuat salah. Menurut Moh. Uzer Usman (1995) kemampuan kepribadian guru meliputi hal berikut: 1) Mengembangkan kepribadian 2) Berinteraksi dan berkomunikasi 3) Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan 4) Melaksanakan administrasi sekolah 5) Menaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran. Kepribadian guru penting karena guru merupakan cerminan prilaku bagi siswa-siswanya. c. Kompetensi Profesional Pekerjaan seorang guru adalah merupakan suatu profesi yang tidak bias dilakukan oleh sembarang orang. Profesi adalah pekerjaan yangmemerlukan keahlian khusus dan biasanya dibuktikan dengan sertifikasi dalam bentuk ijazah. Profesi guru ini 20
memiliki prinsip yang dijelaskan dalam UndangUndang Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 sebagai berikut: 1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism 2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia 3) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas. 4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. 5) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. 6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai denga prestasi kerja. 7) Memiliki
kesempatan
untuk
mengembangan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan sepanjang hayat. 8) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. 9) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan
yang
mengatur
hal-hal
yang
berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru d. Kompentensi Sosial kompetensi
sosial
berkaitan
dengan
kemampuan diri dalam menghadapi orang lain. 21
Dalam peraturan pemerintah RI No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan kompensasi social adalah kemampuan pendidik sebagai
bagian
dari
masyarakat
untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik,
sesama
pendidik,
tenaga
kependidikan, orang tua peserta pendidikan, dan masyarakat sekitar. Kompetensi sosisal seorang guru merupakan modal
dasar
guru
menjalankan (Musarofah,
yang
tugas 2008)
bersangkutan
keguruan. berpendapat
dalam
Saiful
Hadi
kompetensi
ini
berhubungan denagn kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial yang meliputi: Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi denagn 1) teman sejawat untuk meningkat kemampuan professional. 2) Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan. 3) Kemampuan
untuk
menjalin
kerjasama
baik
secara individual maupun secara kelompok Menurut Wibowo (Musarofah, 2008) Kompetensi sosial
adalah
kemampuan
pendidik
sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, dan 22
masyarak
sekitar.
Kemampuan
sosial
sangat
penting karena manusia bukan makhluk individu. Segala kegiatannya pasti dipengaruhi juga oleh pengaruh orang lain. 2.1.3. Evaluasi Kinerja guru Untuk mengetahui tinggi rendahnya seseorang, perlu dilakukan evaluasi kinerja. Penilaian kinerja adalah salah satu bagian dari manajemen kinerja. Penilaian kinerja merupakan proses dimana kinerja perseorangan dinilai dari evaluasi. Apabila penilaian kinerja dilaksanakan dengan baik, tertib dan benar akan dapat membantu meningkatkan motivasi kerja sekaligus dapat meningkatkan loyalitas para anggota organisasi yang ada didalamnya. Oleh karena itu, penilaian kinerja perlu dilakukan secara formal dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh organisasi secara obyektif. Penilaian kinerja yang adil membantu standar atau
patokan
perbandingan
yang
dapat
terhadap
organisasi.
Semakin
digunakan,
makin
jelas
akurat
digunakan
kinerja standar tingkat
antar
sebagai onggota
kinerja
yang
penelaian
yang
dilakukan. Oleh karena itu, langkah pertama adalah meninjau standar kinerja yang ada dan menyusun standar yang baru jika diperlukan. Banyak hal yang dapat diukur untuk menentukan kinerja seseorang. 23
Standar kinerja merupakan identifikasi tugas dan kewajiban
yang
menggambarkan
apa
yang
harus
dilakukan. Standar kinerja terfokus pada seberapa baik tugas akan dilaksanakan. Agar berdaya guna, setiap standar/kriteria harus dinyatakan secara cukup jelas sehingga menajer dan bawaan atau kelompok kerja mengetahui apa yang diharapkan dan apakah telah tercapai
atau
tidak.
Standar
haruslah
dinyatakan
secara tertulis dalam upaya menggambarkan kinerja yang sungguh-sungguh memuaskan. Evaluasi kinerja adalah suatu metode dan proses penilaian
dan
pelaksanaan
tugas
seseorang
atau
sekelompok orang atau unit-unit kerja dalam satu perusahaan atau organisasi sesuai dengan standar. Tujuan adalah untuk menjamin ketercapaian sasaran dan tujuan perusahaan, mengetahui posisi perusahaan, terutama untuk mengetahui bila terjadi keterlambatan atau penyimpangan supaya segera diperbaiki, sehingga sasaran atau tujuan tercapai Helmi (2009). Pengukuran
kinerja
menyediakan
mekanisme
untuk mengambil keputusan yang sulit untuk berhenti menngerjakan sesuatu yang tidak diperlukan oleh siapapun. Hal ini juga mmemungkinkan organisasi membangun berdasarkan keberasilannya dan tetap menyesuaikan dengan keperluan pengguna. 24
Utomo (2006) mengemukakan kinerja diukur dengan istrumen yang dikembangkan dalam studi yang tergabung dalam ukuran kinerja secara umum. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diartikan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah factor internal yang berasal dari dalam diri guru seperti kepemimpinan, kemampuan kerja kognitif, kepribadian, motivasi serta minat dan faktor eksternal yaitu factor yang
berasal
dari
luar
guru
seperti
kebijakan
pemerintah, metode kerja, keadaan kerja, lingkungan fisik,
tempat
kerja,
pengaturan
dan
kondisi
perlengkapan. 2.2. Perilaku Kepemimpinan 2.2.1. Pengertian Kepemimpinan Handoko
(2005)
mengemukakan
pendapat
kepemimpinan adalah bagian penting dari manajemen yang merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja untuk mencapai tujuan dan sasaran. Selanjutnya menurut Siagian
(2003)
kepemimpinan
adalah
kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi orang lain dalam hal ini para bawahannya sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pimpinan meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak disenangi. Yukl (2001) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju 25
dengan apa yang perlu dilakukan secara efektif serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama. Kartono
(2002)
menguti
beberapa
definisi
kepemimpinan sebagai berikut : a. Benis:
Kepemimpinan
adalah
proses
dimana
seseorang agen menyebabkan bawahan bertingka laku menurut cara tertentu. b. Kimbal Young: Kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari kemempuan pribadi, yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus. c. Ordway dan Tead: kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka mau bekerja
sama
untuk
mencapai
tujuan
yang
diinginkan. Sementara itu Loekmono (2003), mengutip pula beberapa
pendapat
tentang
kepemimpinan
sebagai
berikut : a. Dubin: Kepemimpinan adalah kegiatan para pemegang
kekuasaan
dan
membuat
keputusan. b. Stogdill:
Kepemimpinan
mempengaruhi
kegiatan
adalah
proses
kelompok
dalam 26
rangka merumuskan tujuan dan pencapaian tujuan. c. Humphill:
Kepemimpinan
adalah
inisiatif
pertama yang menghasilkan pola kelompok yang ajeg dan mengarah pada penyelesaian masalah dan pencapaian program. Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi, mengarahkan
membimbing, dan
mendorong,
menggerakanorang
lain
untuk
memahami dan mau melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan
yang
diinginkan.
Kepemimpinan
memiliki
implikasi: 1. Kepemimpinan
melibatkan
orang
lain
yaitu
bawahan/karyawan dan bawahan harus memiliki kemampuan
untuk
menerima
arahan
dari
pimpinan 2. Kepemimpinan yang efektif adalah seorang yang dengan
kekuasaannya
pengikutnya
untuk
mampu
mencapai
menggerakan kinerja
yang
optimal. 2.2.2.Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Menurut Douglas Mc Gregor (1960) menjelaskan bahwa
tindakan
pemimpin
didasarkan
kepada
keyakinan dan asumsi mereka mengenai orang-orang yang ada ditempat kerja mereka. 27
Stoner (dalam Loekmono 2003), kecenderungan perilaku kepemimpinan mempunyai hubungan
erat
dengan fungsi kepemimpinan. Ada dua fungsi pokok kepemimpinan yaitu : 1. Fungsi yang berkaitan dengan tugas (task related) atau fungsi pemecahan masalah. 2. Fungsi
pemeliharaan
kelompok
(group
maintenance) atau fungsi sosial. Jika
dikaitkan
dengan
gaya
kepemimpinan
dikenal dengan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada
tugas
dan
gaya
yang
berorientasi
pada
bawahan/orang. Lebih lanjut perhatikan gambar 2.1. Gambar 2.1 Perilaku Kepemimpinan Tinggi
S = Rendah K = Tinggi
Konsiderasi
S = Rendah K = Rendah
Rendah Struktur Inisiasi Sumber : Hersey dan Blanchrd, (2006)
S = Tinggi K = Tinggi S = Tinggi K = Rendah
Tinggi
Perilaku kepemimpinan kepala sekolah dalam konteks penelitian ini adalah kemampuan dan kesiapan kepala sekolah dalam menggerakan dan mempengaruhi guru untuk mencapai tujuan. Perilaku kepemimpinan kepala sekolah dirujuk ketika menggunakan secara 28
tinggi atau rendah pada satu atau kedua-duanya dimensi
perilaku
kepemimpinan.
Dimensi
perilaku
kepemimpinan itu adalah struktur tugas yang dikaitkan dengan
perilaku
kepemimpinan
otokratis.
Perilaku
kepemimpinan ini akan mengesampingkan hubungan baik
dengan
perilaku
kepemimpinan
demokratis
cenderung mempertahankan hubungan baik dengan bawahan. Dari uraian tentang perilaku kepemimpinan di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua sub konsep dalam
pengukuran
perilaku
kepemimpinan
kepala
sekolah yaitu: 1) Dimensi struktur tugas/ struktur inisiasi, dirujuk dengan indicator: (a) kejelasan rincian tugas,
(b)
penetapan
standar
kerja,
(c)
memberikan informasi, dan (d) penjadwalan dan prosedur kerja; dan 2) Dimensi timbang rasa/orang, dirujuk dengan indicator: (a)perasaan bersahabat, (b) saling percaya, (c) hormat menghormati, dan (d) ramah terhadap rekan kerja. 2.3. Jenjang Pendidikan Tingkatan atau Jenjang pendidikan adalah tahap yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang akan dikembangkan. Menurut Yaritman (Pasimajeku 2003), tingkat pendidikan adalah jenjang dalam proses 29
belajar yang dicapai oleh seseorang secara sadar, yang berlangsung secara formal. Coombs
(1984)
mengemukakan
bahwa
pendidikan formal adalah pendidikan yang dikenal sebagai pendidikan sekolah yang teratur, bertingkat, dan mengikuti peraturan-perturan yang tetap dan ketat. Tingkat atau jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan
dasar,
pendidikan
menengah,
dan
pendidikan tinggi. Driyarkara (Fatta 2001) menyatakan bahwa muda
pendidikan atau
adalah
pengangkatan
memanusiakan manusia
muda
manusia ketaraf
mendidik. Berdasarkan pengertian tentang pendidikan seperti yang dikemukakan diatas, dapat didefinisikan cirri pendidikan yaitu : 1. Pendidikan kemampuan
mengandung untuk
tujuan
berkembang
yaitu, sehingga
bermanfaat untuk kepentingan hidup. 2. Pendidikan merupakan usaha yang terencana dalam memilih isi (materi), strategi dan teknik penilaian yang sesuai. 3. Pendidikan
dilakukan
dalam
lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat (formal dan non formal) Dalam UU no. 20/2003 pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran 30
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dalam diri, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan nasional dilaksanakan melalui jalur pendidikan formal, non formal,
dan
informal
(pasal
1
point
10).
Untuk
menyelenggarakan pendidikan formal diperlukan tenaga pengajar. Tenaga pengajar merupakan tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar, yang pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disebut guru, pada jenjang pendidikan tinggi disebut dosen. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa, proses pendidikan
pada
jenjang
pendidikan
dasar
dan
menengah tidak mungkin terjadi apabila tidak ada pendidik atau guru. Guru
adalah
orang
yang
memberikan
ilmu
pengetahuan dan pendidikan kepada anak-anak didik. Oleh
sebab
itu,
guru
harus
memiliki
ability
(kemampuan dasar). Ability keguruan sangat diperlukan untuk
keberasilan
tugas
yang
diembannya.
Kemampuan dasar keguruan ini dapat diperoleh melalui Lembaga Pendidik Tenaga Pendidik (LPTK) atau FKIP, dengan jenjang D1 (Diploma 1), D2 (Diploma 2), D3 (Diploma 3), Jenjang S1 (Strata 1 atau Sarjana), S2 (Strata 2 atau Magister) dan jenjang S3 (Starata 3 atau Doktor). Rakajoni (1999) mengatakan bahwa pendidikan 31
yang dimiliki guru relevan dengan potensinya secara signifikan akan mempengaruhi kinerjanya. Guru
merupakan
jabatan
professional.
Konsekuensinya seorang guru akan dapat menjadi guru bila memiliki atau menempuh pendidikan khusus yaitu pendidikan guru. Pendidikan khusus ini bertujuan membekali guru agar mempunyai bekal pengetahuan yang memadai sesuai dengan profesinya. Menurut Usman (1995) guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dikerjakan oleh sembarangan
orang
di
luar
bidang
kependidikan,
walaupun kenyataan masih dilakukan orang diluar kependidikan , itulah sebabnya jenis profesi ini sangat mudah terkena pencemaran. Tugas guru sebagai profesi adalah mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti
meneruskan
hidup.
Mengajar
mengembangkan Sedangkan
ilmu
melatih
danmengembangkan berarti
nilai-nilai
meneruskan
pengetahuan berarti
dan
dan
teknologi.
mengembangkan
keterampilan-keterampilan pada siswa. Seorang guru yang profesional harus memiliki kompetensi personal, social, dan profesional, hal itu hanya akan tercapai melalui pendidikan yang relevan. Ability (kemampuan dasar) menyangkut potential Ability dan actual ability sangat diperlukan untuk keberasilan suatu kerja. Kemampuan dasar ini diperoleh melalui 32
pendidikan formal, dalam hal ini pendidikan guru seperti : D2, D3, S1 ataupun S2. Usman
(1995)
mengemukakan
bahwa
guru
memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun luar dinas dalam bentuk pengapdian. Apabila kita kelompokkan terdapat tiga jenis tugas guru yaitu, tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan dan tugas dalam kemasyarakatan. Pendidikan yang relevan dengan profesi akan mempengaruhi profesionalisme seseorang. Semakin tinggi jenjang pendidikan maka guru semakin mengenal profesinya, yang pada akhirnya akan membentuk pandangan dan sikap yang positif terhadap profesinya sebagai seorang guru. Dengan demikian dapat dipahami bahwa jenjang pendidikan mempengaruhi kinerja guru. 2.4. Kesejahteraan 2.4.1.Pengertian Kesejahteraan Suseno (1991), Kesejahteraan dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu kesejahteraan umum dan kesejahteraan individual. Kesejahteraan umum sekaligus kurang dan lebih dari jumlah semua kesejahteraan individual dalam masyarakat. Kurang, karena Negara selalu hanya dapat menyelenggarakan kondisi-kondisi kesejahteraan bagi warga-warganya, tetapi tidak dapat memastikan bahwa mereka semua memang sejahtera.
33
Keseluruhan
prasyarat
memungkinkan
dan
untuk
sosial
yang
mempermudah
manusia
mengembangkan
semua
nilainya
atau
sebagai jumlah semua kondisi kehidupan sosial yang diperlukan agar masing-masing individu, keluarga-keluarga, masyarakat
dapat
dan
kelompok-kelompok
mencapai
keutuhan
atau
perkembangan mereka dengan lebih utuh dan cepat.
Dalam Undang-undang RI Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, pasal 1 menyatakan bahwa : Kesejahteraan adalah pemenuhan kebutuhan atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah baik di dalam maupun di luar hubungan kerja secara langsung maupun
tidak
langsung
dapat
mempertinggi
produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat.
Oleh karena itu kesejahteraan sangat berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan hidup seseorang baik secara material maupun secara non material demi meningkatkan produktivitasnya. Menurut Badudu dan Zen (1994), kesejahteraan diartikan sebagai suatu hal atau keadaan sejahtera, keselamatan, dan ketentraman serta kemakmuran. Nawawi,
dkk
(1986),
mengemukakan
bahwa
kesejahteraan itu memiliki kaitan dengan pemenuhan kebutuhan fisik maupun psikis dari setiap individu dan keluarganya
agar
yang
bersangkutan
dapat
melaksanakan tugas dan tanggungjawab dengan tenang dan mendapatkan kepuasan dalam bekerja. 34
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa seorang guru bersedia melaksanakan kegiatan belajar mengajar karena adanya keinginan untuk mendapatkan imbalan seperti gaji atau upah, tunjangan, honorarium, atau insentif agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Moeliono (1993) mengatakan bahwa kesejahteraan merupakan
salah
faktor
yang
menentukan
serta
mendorong semangat kerja seseorang. Kesejahteraan yang
baik
dapat
memotivasi
orang
untuk
mengembangkan kemampuan secara optimal. Demikian pula halnya dengan seseorang guru merasa sejahtera akan berusaha secara optimal untuk mengembangkan kemampuan
profesionalnya
guru
mencapai
tujuan
pendidikan yang dicita-citakan bersama. Guru yang tidak sejahtera akan sulit mengkonsentrasikan diri untuk mengembangkan profesinya, karena ia selalu menemui
hambatan-hambatan
yang
menyebabkan
kurang bersemangat dalam melihat peluan untuk mengembangkan dirinya. Maka sejahtera bagi setiap orang memang bersifat relatif, namun ada hal-hal yang dapat dijadikan kriteria sekaligus indikator empirik dalam menentukan tingkatan kesejahteraan. Menurut Marihot (2007) jenis kompensasi lain di mana hampir semua organisasi memberikannya dan sangat luas dan penting adalah tunjangan-tunjangan dan peningkatan kesejahteraan yang pemberiannya tidak didasarkan pada kinerja guru, tetapi didasarkan pada keanggotaanya sebagai bagian dari organisasi serta sebagai seorang manusia yang memiliki banyak kebutuhan
agar
dapat
menjalankan
kehidupannya
secara normal dan dapat bekerja lebih baik, seperti rasa 35
aman
dari
kemungkinan
terjadinya
risiko
dilakukannya pemutusan hubungan kerja, mengalami g angguan kesehatan,kebutuhan untuk beristirahat darip ekerjaan,kebutuhan untuk berinteraksi secara akrab dengan orang lain, dan lain-lain. Jenis-jenis pelayanan dan program pelayanan yang diberikan organisasi dapat berbeda-beda jenisnya dan jumlahnya, dan dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Marihot,2007): a. Time off benefit yang meliputi hari-hari sakit, liburan, cuti, dan alasanalasan lain. b. Jaminan terhadap risiko ekonomi. c. Program-program pelayanan yang meliputi program rekreasi,
kafetaria,
perumahan,
bea
siswa
pendidikan, fasilitas pembelian, konseling finansial yang legal, dan lain-lainnya. d. Tunjangan-tunjangan yang diharuskan oleh undangundang. Program kesejahteraan, dan pemberian berbagai fasilitas tersebut disebut dengan berbagai macam istilah seperti benefit and services, program ke-sejahteraan, program pelayanan, kompensasi pelengkap, tunjangan, dan lain-lain. Apa pun istilah yang digunakan, maksud dan tujuan pemberiannya sama, yaitu untuk membantu guru memenuhi kebutuhannya di luar kebutuhan rasa adil,
kebutuhan
fisik
dalam
upaya
meningkatkan
komitmen pegawai kepada organisasi, meningkatkan gangguan unjuk rasa sebagai faktor yang sangat 36
penting
dalam
usaha
meningkatkan
efektivitas
organisasi (Marihot, 2007). Begitu
pentingnya
aspek
kesejahteraan
bagi
pekerja termasuk guru, pihak lembaga/pemerintah perlu memperhatikan kesejahteraan para guru. Apabila pihak lembaga/pemerintah memberikan perhatian yang memadai terhadap kesejahteraan guru, maka guru akan lebih giat dalam melaksanakan tugasnya. Hal tersebut didukung oleh Stoner (Guterres, 2011) yang mengatakan bahwa guru/karyawan akan bekerja
lebih
keras
apabila
mereka percaya pihak pemerintah akan memperhatikan kesejahteraan khusus
bagi
mereka
dan
memberikan
mereka. Memberikan
perhatian
perhatian
dalam
kaitan dengan kesejahteraan dapat diartikan bahwa memperhatikan baik dalam bentuk material maupun non material. Material bisa dalam bentuk gaji/upah, sedangkan
non
material
bisa
dalam
bentuk
penghargaan lain seperti kenaikan pangkat. Mengingat
konsep
kesejahteraan
sangat
luas
pengertiannya maka konsep kesejahteraan diturunkan ke dalam sub konsep yaitu dalam kaitannya dengan gaji/upah, tunjangan jabatan, dan honorarium lainnya. Tunjangan jabatan misalnya: tunjangan kepala sekolah, tunjangan wakil kepala sekolah, tunjangan wali kelas. Sedangkan honorarium berkaitan dengan honor lembur, perjalanan dinas dan kepanitiaan. Oleh karena itu kesejahteraan berhubungan erat dengan aspek material dan aspek non material. Indikator dari aspek material meliputi: gaji, tunjangan, honor, jaminan sosial dan insentif. Sedangkan indikator dari aspek non material 37
berkaitan
dengan
kesempatan
kemudahan
mendapatkan
naik
promosi,
pangkat,
suasana
kerja,
kepemimpinan dan kebijakan organisasi. Berdasarkan uraian-uraian tentang kesejahteraan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan adalah
upaya
yang
dilakukan
seseorang
untuk
memenuhi kebutuhannya, baik secara material maupun secara non material (fisik maupun psikis) sehingga dapat menunjang peningkatan produktivitas kerja atau kinerjanya. 2.4.2. Faktor Kesejahteraan Kesejahteraan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap
kinerja
guru
di
dalam
meningkatkan kualitasnya, sebab semakin sejahteranya seorang
guru
makin
tinggi
kemungkinan
untuk
meningkatkan kinerjanya. Mulyasa (2002) menegaskan bahwa
terpenuhinya
manusia,
akan
berbagai
macam
menimbulkan
kebutuhan
kepuasan
dalam
melaksanakan apapun tugasnya. Selanjutnya tujuan kesejahteraan sosial adalah untuk menjamin kebutuhan hidup manusia sesuai dengan standar kehidupan yang layak sehingga tidak mengganggu
tugas
dan
profesi
seseorang
dalam
pencapaian tugas organisasi. Beberapa kesejahteraan
faktor karyawab
yang meliputi:a)
mempengaruhi Faktor
yang
berhubungan antara karyawan, yaitu:(1) gaji/upah yang baik, (2) rekan kerja yang kompak,(3)kondisi kerja yang aman;b)hubungan antara karyawan dengan pimpinan, 38
misalnya:(1) Pimpinan yang adil dan bijaksana, (2) sumber
dana
yang
panghargaan. Dengan
tersedia,
(3)
demikian,
komunikasi,
dapat
(4)
disimpulkan
bahwa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan individu antara
lain
adalah
tingkat
upah,
jaminan
sosial,
penyedian fasilitas kesejahteraan, koperasi karyawan dan usaha produktivitas lainnya di perusahaan. Mengacu
pada
pemikiran-pemikiran
di
atas,
peneliti menyimpulkan bahwa kesejahteraan adalah suatu
upaya
pemenuhan
kehidupan
baik
secara
material maupun secara non material yang meliputi rasa keselamatan, kesusilaan dan ketenteraman lahir batin dalam upaya menjamin hak-hak asasi manusia sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Pemenuhan syarat
utama
kebutuhan
perwujudan
manusia rasa
merupakan
sejahtera.
Dalam
kenyataan, sebagian besar orang bekerja pada suatu organisasi karena alasan pemenuhan kebutuhan, baik itu
kebutuhan
material
maupun
kebutuhan
non
material. Oleh karena itu besar kecilnya prestasi (kinerja) yang disumbangkan seseorang dalam suatu organisasi pada umumnya sangat tergantung pada tingkat pemenuhan kebutuhannya. Dengan mengacu pada uraian di atas, maka faktor
kesejahteraan
memiliki
peran
yang
ikut
mempengaruhi kinerja seorang guru. Hal ini berarti seorang guru akan mengkonsentrasikan diri pada kegiatan belajar mengajar dan tidak akan melakukan pekerjaan sampingan bila ia sudah merasa terpenuhi kebutuhan hidupnya dengan kata lain sudah merasa sejahtera. 39
2.5.
Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara atas
permasalahan penelitian yang kebenarannya masih diuji secara empirik. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ho -1
: Tidak ada pengaruh yang signifikan dari Perilaku
kepemimpinan
kepala
sekolah
terhadap kinerja guru. Ha -1
: Ada pengaruh yang signifikan dari Perilaku kepemimpinan
kepala
sekolah
terhadap
kinerja guru Ho -2
: Tidak ada pengaruh yang signifikan dari jenjang pendidikan terhadap kinerja guru
Ha -2
: Ada pengaruh yang signifikan dari jenjang pendidikan terhadap kinerja guru
Ho -3
: Tidak ada pengaruh yang signifikan dari kesejahteraan terhadap kinerja guru
Ha -3
: Ada
pengaruh
yang
signifikan
dari
kesejahteraan terhadap kinerja guru Kriteria
untuk
menerima
atau
menolak
hipotesis
didasarkan pada hasil uji t dengan ketentuan : 1. Menerima Ho dan menolak Ha apabila signifikansi dengan taraf 0.05 dan taraf kepercayaan 95 %, –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel yang berarti tidak ada pengaruh
yang
signifikan
dari
Perilaku 40
kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru 2. Menolak Ho dan Menerima Ha apabila signifikansi dengan taraf 0.05 dan taraf kepercayaan 95 %, –t hitung < t tabel atau t hitung > t tabel yang berarti ada pengaruh yang signifikan dari Perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru 3. Menerima Ho dan menolak Ha apabila signifikansi dengan taraf 0.05 dan taraf kepercayaan 95 %, –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari jenjang pendidikan terhadap kinerja guru 4. Menolak Ho dan Menerima Ha apabila signifikansi dengan taraf 0.05 dan taraf kepercayaan 95 %, –t hitung < t tabel atau t hitung > t tabel yang berarti ada pengaruh yang signifikan dari jenjang pendidikan terhadap kinerja guru 5. Menerima Ho dan menolak Ha apabila signifikansi dengan taraf 0.05 dan taraf kepercayaan 95 %, –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel yang berarti tidak ada pengaruh
yang
signifikan
dari
kesejahteraan
terhadap kinerja guru 6. Menolak Ho dan Menerima Ha apabila signifikansi dengan taraf 0.05 dan taraf kepercayaan 95 %, –t hitung < t tabel atau t hitung > t tabel yang 41
berarti
ada
pengaruh
yang
signifikan
dari
kesejahteraan terhadap kinerja guru 2.6.
Model Penelitian Model
yang
dibangun
antara
variabel
bebas
(Independent variable), yang terdiri dari tiga variabel yaitu : Perilaku kepemimpinan Kepala Sekolah (X1), Jenjang Pendidikan (X2) dan Kesejahteraan (X3) dengan variabel terkait (dependent variable) adalah kinerja guru (Y) yang dituangkan dalam kerangka berpikir berikut : Gambar 2.2 Model Pengaruh antar Variabel Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) Jenjang Pendidikan Guru (X2)
Kinerja Guru (Y)
Kesejahteraan Guru (X3)
42