BAB II TINJAUAN TEORI
A. KEHAMILAN 1. Pengertian kehamilan Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari haid pertama haid terakhir (Prawirohardjo, 2009: 89). Kehamilan adalah periode yang dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT) hingga mulainya persalinan sejati, ini yang menandai awal periode antepartum. Periode antepartum dibagi menjadi tiga trimester yang masing-masing terdiri dari 13 minggu atau tiga bulan menurut hitungan kalender. Pembagian waktu ini diambil dari ketentuan
yang
mempertimbangkan
bahwa
lama
kehamilan
diperkirakan kurang lebih 280 hari, 40 minggu, 10 bulan, atau 9 bulan sejak hari pertama haid terakhir (HPHT) (Varney, 2006: 492). Jadi kehamilan dimulai dari terjadinya konsepsi sampai lahirnya janin, yang lama kehamilannya selama 280 hari yaitu 40 minggu atau 9 bulan lebih. 2. Perubahan fisiologis pada kehamilan Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genitalia wanita mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta
dalam
perkembangannya
mengeluarkan
hormon
somatomamotropin, estrogen, dan progestron yang menyebabkan perubahan pada bagian-bagian tubuh seperti: a. Uterus Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih
8 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
9
kembali seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan (Prawirohardjo, 2010: 175). b. Vagina Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin berwarna merah kebiru-kebiruan (tanda chadwicks) (Manuaba, 2010: 92). c. Ovarium Proses
ovulasi
selama
kehamilan
akan
terhenti
dan
pematangan folikel baru juga di tunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesteron dalam jumlah yang relatif minimal (Prawirohardjo, 2010: 178). d. Payudara Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatomamotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan ASI. Estrogen menimbulkan hipertropi sistem saluran, sedangkan progesteron menambah sel-sel asinus pada mammae. Somatomamotropin
mempengaruhi
pertumbuhan
sel-sel
asinus dan menimbulkan perubahan dalam sel-sel sehingga terjadi pembuatan kasein,
laktalbumun
dan laktoglobulin.
Dengan
demikian mammae dipersiapkan untuk laktasi (Kusmiyati dkk, 2010: 56-57). e. Sirkulasi darah ibu Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor, antara lain: 1) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. 2) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retroplasenter. 3) Pengaruh hormon estrogen dan progesteron makin meningkat (Manuaba, 2010: 92).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
10
f.
Plasenta Plasenta merupakan akar janin untuk menghisap nutrisi dari ibu dalam bentuk O2, asam amino, vitamin, mineral, dan zat lainnya ke janin dan membuang sisa metabolisme janin dan CO2 (Manuaba, 2010: 96).
g. Likuor amnii (air ketuban) Fungsi air ketuban: 1) Saat kehamilan berlangsung a) Memberikan kesempatan berkembangnya janin dengan bebas kesegala arah. b) Menyebarkan tekanan bila terjadi trauma langsung c) Sebagai penyangga terhadap panas dan dingin d) Menghindari trauma langsung terhadap janin. 2) Saat inpartu a) Menyebarkan kekuatan his sehingga serviks dapat membuka b) Membersihkan jalan lahir karena mempunyai kemampuan sebagai desinfektan. c) Sebagai pelicin saat persalinan (Manuaba, 2010: 98). 3. Perubahan psikologis dalam masa kehamilan a. Pada kehamilan trimester I Setelah
terjadinya
peningkatan
hormon
estrogen
dan
progesteron dalam tubuh, maka akan muncul berbagai macam ketidaknyamanan secara fisiologis pada ibu misalnya mual muntah, keletihan, dan perbesaran pada payudara. Hal ini akan membuat
perubahan
psikologis
seperti
ibu
membenci
kehamilannya, merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan, dan kesedihan. Pada trimester ini ibu mencari tahu secara aktif apakah benarbenar hamil dengan memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan bila terjadi perubahan pada dirinya maka akan selalu diperhatikannya (Hani dkk, 2011: 68).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
11
b. Pada kehamilan trimester II Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik, yakni ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan fisik dan ukuran perut wanita belum menjadi masalah besar. Lubrikasi vagina semakin banyak pada masa ini, kecemasan, kekhawatiran dan masalah-masalah yang sebelumnya menimbulkan ambivalensi pada wanita tersebut mereda. Perubahan dari seorang menuntut kasih sayang dari ibunya menjadi seorang yang mencari kasih sayang dari pasangannya,
dan
semua
faktor
ini
turut
mempengaruhi
peningkatan libido dan kepuasan seksual (Walyani, 2015: 55). c. Pada kehamilan trimester III Trimester ketiga biasanya disebut periode menunggu dan waspada sebab pada saat itu ibu sudah tidak sabar menunggu kehadiran
bayinya
keluar
ke
dunia.
Gerakan
bayi
dan
membesarnya perut membuat ibu tidak sabar menanti hari kelahiran bayinya, kadang ibu merasa khawatir bayinya akan lahir sewaktu-waktu atau bahkan lahir tidak normal. Kebanyakan ibu juga akan berusaha melindungi dan menghindari bayinya dari orang atau benda apa saja yang dapat membahayakan bayinya (Hani dkk, 2011: 69). 4.
Diagnosis kehamilan Untuk memastikan diagnosa suatu kehamilan, dibawah ini penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan: a. Tanda dugaan kehamilan 1) Amenorea (terlambat datang bulan). Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de graaf dan ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir dengan
perhitungan rumus
Naegle,
dapat
ditentukan
perkiraan persalinan (Manuaba, 2010: 107). 2) Mual dan muntah (emesis). Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam
lambung yang
berlebihan, menimbulkan mual dan muntah terutama pada
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
12
pagi hari disebut morning sickness, akibat mual dan muntah, nafsu makan berkurang (Rukiyah dkk, 2009: 79). 3) Ngidam.
Wanita
hamil
sering
mengiginkan
makanan
tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan dan akan menghilang dengan tuanya kehamilan (Walyani, 2015: 70). 4) Sinkope atau pingsan. Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkop atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu (Manuaba, 2010: 107). 5) Payudara tegang. Estrogen meningkatkan perkembangan sistem duktus pada payudara, sedangkan progesteron menstimulasi perkembangan sistem alveolar payudara. Bersama menimbulkan
somatomamotrofin, pembesaran
hormon-hormon payudara,
ini
menimbulkan
perasaan tegang dan nyeri selama dua bulan pertama kehamilan, pelebaran puting susu, serta pengeluaran kolostrum (Walyani, 2015: 71). 6) Sering miksi. Sering kencing terjadi karena kandung kencing pada bulan-bulan pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada trimester kedua umumnya keluhan ini hilang oleh karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul, pada trimester ketiga gejala ini bisa timbul lagi karena janin mulai masuk ke rongga panggul dan menekan kembali kandung kecing (Rukiyah dkk, 2009: 80). 7) Konstipasi atau obstipasi. Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus, menyebabkan kesulitan untuk buang air besar (Manuaba, 2010: 107). 8) Pigmentasi kulit. Terdapat pembesaran payudara, disertai dengan hyper pigmentasi putting susu dan aerola, mammae menjadi tegang dan membesar, keadaan ini disebabkan pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktuli dan alveoli
di mammae. Glandula montgomeri
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
13
tampak lebih jelas. Pada wajah adanya melanophore stimulating
harmore
hipofisis
anterior
menyebabkan
pigmentasi kulit dinding perut terdapat striae lipid atau albican dan alba menjadi nigra. Pada pipi, hidung, dan dahi kadang tampak pigmen yang berlebihan dikenal sebagai kloasma gravidarum (Rukiyah dkk, 2009: 81). 9) Epulis.
Hipertrofi
papila
ginggivae/gusi
sering
terjadi
trimester pertama (Walyani, 2015: 72). 10) Varises atau penampakan pembuluh darah vena. Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh
darah
vena,
terutama
bagi
mereka
yang
mempunyai bakat. Penampakan pembuluh darah itu terjadi disekitar genitalia eksterna, kaki dan betis, dan payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat menghilang setelah persalinan (Manuaba, 2010: 108). b. Tanda tidak pasti kehamilan 1) Pembesaran perut, terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan keempat kehamilan. 2) Tanda hegar, adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthimus uteri. 3) Tanda goodel, adalah pelunakan serviks, pada wanita yang tidak hamil serviks seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil melunak seperti bibir. 4) Tanda
chadwick,
adalah
perubahan
warna
menjadi
keunguan pada vulva dan mukosa vagina termasuk juga porsio dan serviks. 5) Tanda piscaseck, merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris, terjadi karena ovum berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga daerah tersebut berkembang lebih dulu. 6) Kontraksi braxton hicks, merupakan peregangan sel-sel otot uterus, akibat meningkatnya actomysin didalam otot uterus. Kontraksi ini tidak menimbulkan nyeri, biasanya timbul pada kehamilan delapan minggu tetapi baru dapat diamati dari
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
14
pemeriksaan abdomen pada trimester ketiga. Kontraksi ini akan
terus
meningkat
frekuensinya,
lamanya
dan
kekuatannya mendekati persalinan. 7) Teraba ballotement, ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa. Hal ini harus ada pada pemeriksaan kehamilan karena perabaan bagian seperti bentuk janin saja tidak cukup karena bisa saja itu merupakan myoma uteri. 8) Pemeriksaan tes biologis kehamilan, pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya hCG yang diproduksi oleh sinsiotropoblastik sel selama kehamilan. Hormon ini dapat mulai dideteksi pada 26 hari setelah konsepsi dan meningkat dengan cepat pada hari ke 30-60 (Walyani, 2015: 72-73). c. Tanda pasti kehamilan 1) Gerakan janin dalam rahim. 2) Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin. 3) Denyut jantung janin. Didengar dengan stetoskop laenec, alat
kardio
tokografi,
alat
doppler.
Dilihat
dengan
ultrasonografi. Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen
untuk
melihat
kerangka
janin,
ultrasonografi
(Manuaba, 2010: 109). d. Diagnosis banding kehamilan Pembesaran perut wanita tidak selamanya merupakan kehamilan sehingga perlu dilakukan diagnosis banding diantaranya: 1) Hamil palsu atau kehamilan spuria. Dijumpai tanda dugaan hamil, tetapi dengan pemeriksaan alat canggih dan tes biologis tidak menunjukan kehamilan. 2) Tumor kandungan atau mioma uteri. Terdapat pembesaran rahim, tetapi tidak disertai tanda hamil. 3) Kista ovarium. Pembesaran perut, tetapi tidak disertai tanda hamil dan menstruasi terus berlangsung.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
15
4) Hematometra.
Terlambat
datang
bulan
yang
dapat
melampaui usia kehamilan. Perut terasa nyeri setiap bulan, terjadi tumpukan darah dalam rahim. 5) Kandung kemih yang penuh. Dengan melakukan kateterisasi maka pembesaran perut akan hilang (Manuaba, 2010: 109). 5.
Ketidaknyamanan dalam kehamilan a. Morning sickness (mual muntah) Penyebab yang pasti tidak diketahui, mungkin disebabkan peningkatan kadar HCG, estrogen/progesteron, relaksasi dan otototot halus, perubahan dalam metabolisme karbohidrat berlebihan, mekanisme kongesti inflamasi distensi pergeseran. Untuk asuhan yang diberikan yaitu hindari bau atau faktor penyebab, makan biskuit atau roti sebelum bangun dari tempat tidur dipagi hari, makan sedikit tapi sering, hindari makanan yang berminyak dan berbumbu merangsang (Kusmiyati dkk, 2009: 125). b. Mengidam Terjadi setiap saat, disebabkan karena respons papilla pengecap pada hormon sedangkan pada wanita mungkin untuk mendapatkan perhatian. Untuk asuhan yang diberikan yaitu dengan nasihat dan menenangkan perasaan pasien. Berikan pengertian dengan meyakinkan bahwa diet yang baik tidak akan terpengaruh oleh makanan yang tidak sehat (Rukiyah dkk, 2008: 117). c. Keputihan Disebabkan hiperplasia mukosa vagina, peningkatan produksi lendir dan kelenjar endocervikal sebagai akibat dari peningkatan kadar estrogen. Untuk asuhan yang diberikan yaitu meningkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari, memakai pakaian dalam yang terbuat dari katun bukan nilon, menghindari pencucian vagina dan mencuci vagina dengan sabun dari arah depan ke belakang (Kusmiyati dkk, 2009: 123).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
16
d. Konstipasi Terjadi pada bulan-bulan terakhir, dan disebabkan karena progesteron dan usus yang tertekan oleh rahim yang membesar, atau bisa juga karena efek dari terapi tablet zat besi. Asuhan yang diberikan dengan nasihat makanan tinggi serat, buah dan sayuran, ekstra cairan, hindari makanan berminyak dan anjurkan olahraga tanpa dipaksa (Rukiyah dkk, 2008: 117). e. Insomnia Karena tekanan pada kandung kemih, pruritis, kekhawatiran, gerakan janin yang sering menendang, kram, heartburn. Asuhan yang diberikan mengubah suhu dan suasana kamar menjadi sejuk dengan
mengurangi
sinar
yang
masuk
atau
mengurangi
kegaduhan. Sebaiknya tidur miring ke kiri atau ke kanan dan beri ganjalan pada kaki, serta mandilah dengan air hangat sebelum tidur yang akan menjadikan ibu lebih santai dan mengantuk, minum susu sebelum tidur juga dapat membantu (Rukiyah dkk, 2008: 119). f.
Buang air kecil yang sering Keluhan dirasakan pada trimester I dan trimester III disebabkan karena tekanan uterus pada kandung kemih, nocturia akibat eksresi sodium yang meningkat bersamaan dengan terjadinya pengeluaran air. Untuk asuhan yang diberikan yaitu kosongkan saat terasa dorongan untuk kencing, perbanyak minum pada siang hari, batasi minum kopi, teh, cola, dengan caffein (Kusmiyati dkk, 2009: 124).
6.
Standar Pelayanan Antenatal Care Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada sepuluh standar pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal dengan 10 T. Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T adalah sebagai berikut (Sulistyawati, 2011: 121) 1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan 2. Pemeriksaan Tekanan darah 3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
17
4. Pemeriksaan puncak rahim (Tinggi fundus uteri) 5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ) 6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) 7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan 8. Tes laboratorium (rutin dan khusus) 9. Tatalaksana kasus 10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan. 7.
Kebutuhan gizi pada ibu hamil Menurut Kusmiyati dkk (2009: 85) standar minimal untuk ukuran lingkar lengan atas pada wanita dewasa atau usia reproduksi adalah 23,5 cm, jika ukuran LILA kurang dari 23,5 cm maka interpretasinya adalah Kurang Energi Kronis (KEK) atau pemenuhan kebutuhan gizi yang kurang. Status gizi ibu yang kurang baik sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab utama dari berbagai persoalan kesehatan yang serius pada ibu dan bayi, yang berakibat terjadinya anemia, abortus, inersia uteri, perdarahan pasca persalinan, bayi lahir dengan berat badan rendah, kelahiran prematur serta kematian neonatal dan perinatal. Kebutuhan makanan pada ibu hamil mutlak harus dipenuhi dengan meningkatkan asupan energinya sebesar 285 kkal per hari, tujuannya untuk memasok kebutuhan ibu dalam memenuhi kebutuhan janin. Kurang energi kronis (KEK) itu sendiri disebabkan kurangnya kebutuhan akan protein, sedangkan kebutuhan protein pada ibu hamil mengalami peningkatan sebanyak 68% sehingga menambahkan asupan protein menjadi 12% per hari atau 75100 gram, sumber protein yang baik yaitu daging tak berlemak, ikan, telur, dan susu (Sulistyawati, 2011: 107-108).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
18
8.
Tanda bahaya dalam kehamilan a. Perdarahan per vaginam Perdarahan vagina dalam kehamilan adalah normal, pada awal kehamilan mungkin ibu akan mengalami perdarahan yang sedikit atau spotting di sekitar waktu pertama haidnya terlambat. Perdarahan ini dinamakan perdarahan implantasi dan normal. Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah yang merah, perdarahan yang banyak, atau perdarahan yang sangat menyakitkan. Perdarahan ini dapat berarti abortus, kehamilan mola, atau kehamilan ektopik (Hani dkk, 2011: 108). 1) Abortus imminens Jenis abortus tingkat permulaan merupakan suatu ancaman, ditandai dengan perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan. Diagnosis abortus imminens biasanya diawali dengan
keluhan
perdarahan
pervaginam
pada
umur
kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita mengeluh mulas sedikit ataupun tidak ada keluhan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam (Prawirohardjo, 2010: 467). 2) Abortus insipiens Abortus yang sedang mengancam, ditandai dengan serviks yang telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran. Penderita akan merasa mulas karena
adanya
kontraksi
yang
sering
dan
kuat,
perdarahannya terus bertambah sesuai pembukaan serviks uterus dan umur kehamilan (Prawirohardjo, 2010: 469). 3) Abortus inkomplet Didiagnosa apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal. Perdarahan
biasanya
terus
berlangsung,
banyak
dan
membahayakan ibu. Serviks terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap sebagai benda asing (Walyani, 2015: 147).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
19
4) Abortus komplet Hasil konsepsi lahir dengan lengkap pada keadaan ini curretage tidak perlu dilakukan. Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan akan berhenti sama sekali, karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai, serviks dengan segera menutup kembali (Walyani, 2015: 148). 5) Kehamilan ektopik terganggu Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar uterus. Tuba fallopi merupakan tempat yang sering terjadinya implantasi kehamilan ektopik (lebih besar dari
90%).
Tanda
dan
gejalanya
bermacam-macam
tergantung dengan pecah atau tidaknya kehamilan tersebut (Hani dkk, 2011: 112). 6) Mola hidatidosa Merupakan
penyimpangan
pertumbuhan
dan
perkembangan kehamilan yang tidak disertai janin dan seluruh vili korealis mengalami perubahan hidrofik. Terdapat beberapa kejadian, sebagian janin dapat tumbuh dan berkembang
bahkan
sampai
aterm,
keadaan
tersebut
dinamakan mola hidatidosa parsialis (Manuaba, 2010: 326). b. Hipertensi gravidarum Hipertensi dalam kehamilan termasuk hipertensi kronik meningkatnya tekanan darah sebelum usia kehamilan 20 minggu. Nyeri
kepala,
kejang,
dan
hilangnya
kesadaran
sering
berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan. Keadaan ini yang mengakibatkan kejang adalah epilepsi, malaria, trauma kepala, meningitis, dan ensefalitis (Hani dkk, 2011: 112). c.
Sakit kepala yang hebat Sakit kepala yang sangat fatal adalah sakit kepala hebat, yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Bahkan dapat menimbulkan penglihatan kabur atau berbayang. Sakit kepala
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
20
yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklamsia (Rukiyah, 2009: 126). d. Bengkak pada muka atau tangan Hampir sebagian ibu hamil akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya muncul sore hari dan hilang setelah beristirahat atau meletakan kaki lebih tinggi. Bengkak dapat menjadi masalah serius jika muncul pada permukaan muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan diikuti keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan pertanda anemia, gagal jantung, atau preeklamsia (Hani dkk, 2011: 121). e. Bayi kurang bergerak seperti biasa Ibu mulai merasakan gerakan bayinya pada bulan ke-5 atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak sedikitnya 3 kali dalam waktu 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik (Rukiyah, 2009: 127). 9.
Pemeriksaan kehamilan ANC Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang bisa mengancam keselamatan baik ibu maupun janinnya. Oleh karena itu setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan (Saifuddin dkk, 2011: N-2), yaitu: a. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu) b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 1428) c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara 28-36 dan sesudah minggu ke-36).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
21
Tabel 2.1 Kunjungan ANC Kunjungan
Waktu
Informasi penting
Trimester pertama
Sebelum minggu ke 14
1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil. 2) Mendeteksi masalah dan menanganinya. 3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunakan praktek tradisional yang merugikan. 4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi. 5) Mendorong perilaku yang sehat a) Gizi: meningkatkan konsumsi makanan hingga 300 kalori/hari, mengonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi, minum cukup cairan (menu seimbang). b) Latihan: normal tidak berlebihan, seperti jalan-jalan, istirahat jika lelah. c) Kebersihan: menjaga kebersihan personal hygiene, dari rambut sampai kaki terutama genitalia d) Istirahat: tidur siang minimal 1 jam dan tidur malam minimal 7 jam jadi dalam sehari tidur minimal 8 jam. 6) Memberikan konseling tentang perubahan fisiologis: tambah berat badan, perubahan pada payudara, tingkat tenaga yang bisa menurun, mual selama trimester pertama, rasa panas dan atau varises, hubungan suami istri boleh dilanjutkan selama kehamilan (dianjurkan memakai kondom).
Trimester kedua
Sebelum Minggu ke 28
1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil. 2) Mendeteksi masalah dan menanganinya.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
22
3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunakan praktek tradisional yang merugikan. 4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi. 5) Mendorong perilaku yang sehat: a) Gizi: meningkatkan konsumsi makanan hingga 300 kalori/hari, mengonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi, minum cukup cairan (menu seimbang). b) Latihan: normal tidak berlebihan, seperti jalan-jalan, istirahat jika lelah. c) Kebersihan: menjaga kebersihan personal hygiene, dari rambut sampai kaki terutama genitalia d) Istirahat: tidur siang minimal 1 jam dan tidur malam minimal 7 jam jadi dalam sehari tidur minimal 8 jam. 6) Berikan konseling tanda-tanda bahaya kehamilan: a) Perdarahan pervaginam b) Sakit kepala lebih dari biasa c) Gangguan penglihatan d) Pembengkakan pada wajah/tangan e) Nyeri abdomen yang hebat f) Janin tidak bergerak sebanyak biasanya 7) Kewaspadaan khusus menangani preeklamsia periksa gejala-gejala preeklamsia (pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa protein urine). Trimester Ketiga
Antara 28-36 minggu
1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil. 2) Mendeteksi masalah dan menanganinya. 3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
23
kekurangan zat besi, penggunakan praktek tradisional yang merugikan. 4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi. 5) Mendorong perilaku yang sehat a) Gizi: meningkatkan konsumsi makanan hingga 300 kalori/hari, mengonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi, minum cukup cairan (menu seimbang). b) Latihan: normal tidak berlebihan, seperti jalan-jalan, istirahat jika lelah. c) Kebersihan: menjaga kebersihan personal hygiene, dari rambut sampai kaki terutama genitalia d) Istirahat: tidur siang minimal 1 jam dan tidur malam minimal 7 jam jadi dalam sehari tidur minimal 8 jam. 6) Palpasi abdomen untuk ,mengetahui apakah ada kehamilan ganda. Trimester ketiga
Setelah 36 minggu
1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil. 2) Mendeteksi masalah dan menanganinya. 3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunakan praktek tradisional yang merugikan. 4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi. 5) Mendorong perilaku yang sehat a) Gizi: meningkatkan konsumsi makanan hingga 300 kalori/hari, mengonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi, minum cukup cairan (menu seimbang). b) Latihan: normal tidak berlebihan, seperti jalan-jalan, istirahat jika lelah.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
24
c)
Kebersihan: menjaga kebersihan personal hygiene, dari rambut sampai kaki terutama genitalia d) Istirahat: tidur siang minimal 1 jam dan tidur malam minimal 7 jam jadi dalam sehari tidur minimal 8 jam. 6) Deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.
B. PERSALINAN 1. Definisi persalinan Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal apabila terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa adanya penyulit (JNPK-KR, 2008: 39). Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan yang adekuat, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan lahirnya plasenta (Varney, 2008: 672). Jadi persalinan adalah proses keluarnya hasil konsepsi dari uterus ibu melalui proses kontraksi persalinan yang adekuat, yang ditandai perubahan pada serviks dan berakhir dengan keluarnya plasenta. 2. Sebab-sebab terjadinya persalinan Sampai saat ini hal yang menyebabkan mulainya proses persalinan belum diketahui benar, yang ada hanya teori-teori yang kompleks antara lain karena faktor-faktor hormon, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf, dan nutrisi. a. Teori penurunan hormon Saat 1-2 minggu sebelum proses melahirkan dimulai, terjadi penurunan kadar estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenag otot-otot polos rahim, jika kadar progesteron turun
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
25
akan menyebabkan tegangnya pembuluh darah dan menimbulkan his. b. Teori plasenta menjadi tua Dengan semakin matangnya usia kehamilan, vili chorialis dalam
plasenta
mengalami
beberapa
perubahan,
hal
ini
menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang mengakibatkan
tegangnya
pembuluh
darah
sehingga
akan
menimbulkan kontraksi uterus. c. Teori distensi rahim 1)
Otot rahim mempunyai kemampuan meregangkan dalam batas tertentu.
2)
Setelah melewati batas tersebut, akhirnya terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
3)
Contohnya pada kehamilan gemeli, sering terjadi kontraksi karena uterus teregang oleh ukuran janin ganda, sehingga kadang kehamilan gemeli mengalami persalinan yang lebih dini.
d. Teori iritasi mekanis Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis, bila gangglion ini digeser dan ditekan maka akan timbul kontraksi uterus. e. Teori oksitosin 1)
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior.
2)
Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks.
3)
Menurunnya konsentrasi progesteron karena matangnya usia kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktivitasnya dalam merangsang otot rahim untuk berkontraksi, dan akhirnya persalinan dimulai.
f.
Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis 1)
Glandula
suprarenalis
merupakan
pemicu
terjadinya
persalinan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
26
2)
Teori
ini
menunjukkan,
pada
kehamilan
dengan
bayi
anensefalus sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuknya hipotalamus. g. Teori prostagladin Prostagladin yang dihasilkan oleh desidua disangka sebagai salah
satu
sebab
permulaan
persalinan.
Hasil
percobaan
menunjukkan bahwa prostagladin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap usia kehamilan. Hal ini juga didukung dengan adanya kadar prostagladin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu hamil sebelum melahirkan atau selama proses persalinan. h. Induksi persalinan Persalinan dapat juga ditimbulkan dengan jalan sebagai berikut: 1)
Gagang laminaria: dengan cara laminaria dimasukan ke dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus frankenhauser.
2)
Amniotomi: pemecahan ketuban
3)
Oksitosin drip: pemberian oksitosin menurut tetesan per infus (Sulistyawati, 2010: 5-6).
3.
Tanda persalinan Tanda-tanda persalinan (Manuaba, 2010: 173) yaitu: a. Terjadinya his persalinan. His persalinan mempunyai ciri khas pinggang terasa nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks, makin dibawa aktivitas (jalan) kekuatannya semakin bertambah. b. Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda). Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataran dan pembukaan. Pembukaan membuat lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas. Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah. c. Pengeluaran cairan. Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
27
baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam. 4.
Tahapan persalinan Persalinan dibagi menjadi 4 tahap, yaitu: a. Kala I Serviks membuka dari 0 sampai 10 cm. Kala I dinamakan juga kala pembukaan. Pada permulaan his kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga ibu masih dapat berjalan-jalan. Proses ini berlangsung kurang lebih 18-24 jam, yang terbagi menjadi 2 fase yaitu: 1)
Fase laten (8 jam) dari pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3 cm, dan fase aktif (7 jam) dari pembukaan serviks 3 cm sampai pembukaan 10 cm.
2)
Fase aktif ini masih dibagi menjadi 3 fase lagi yaitu: fase akselerasi, dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm, fase dilatasi maksimal yakni dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm, dan fase deselerasi dimana pembukaan menjadi lambat kembali (Sumarah dkk, 2008: 4-8).
b. Kala II Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan cepat, kurang lebih 2-3 menit sekali (Sumarah dkk, 2008: 4-8). c. Kala III Yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta). Setelah bayi lahir kontraksi rahim berhenti sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta. Kemudian timbul his untuk pengeluaran dan pelepasan uri, dalam waktu 1-5 menit plasenta terlepas terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan (Walyani dkk, 2015: 14-15).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
28
d. Kala IV Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selama kurang lebih dua jam. Dalam tahap ini ibu masih mengeluarkan darah dari vagina, tapi tidak banyak, yang berasal dari pembuluh darah yang ada di dinding rahim tempat terlepasnya plasenta (Walyani dkk, 2015: 16). 5.
Faktor yang mempengaruhi persalinan a. Power (Kekuatan) Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi involunter dan volunter secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi involunter disebut juga kekuatan primer, menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks berdilatasi, usaha volunter dimulai untuk mendorong, yang disebut kekuatan sekunder, dimana kekuatan ini memperbesar kekuatan kontraksi involunter. b. Passage (Jalan Lahir) Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). 1) Bidang-bidang hodge Bidang hodge adalah bidang semu sebagian pedoman unttuk menentukan
kemajuan
persalinan,
yaitu
seberapa
jauh
penurunan kepala melalui pemeriksaan dalam/vagina toucher (VT). Bidang-bidang hodge sebagai berikut: a) Hodge I: bidang yang setinggi Pitu Atas Panggul (PAP) yang dibentuk oleh promontorium, artikulasio sakro-iliaca, sayap sacrum, linea inominata, ramus superior os pubis, tepi atas simfisis pubis. b) Hogde II: bidang setinggi pinggir bawah symfisis pubis berhimpit dengan PAP (hodge I) c) Hodge III: bidang setinggi spina ischikadika berhimpit dengan PAP (hodge I)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
29
d) Hodge IV: bidang setinggi ujung os soccygis berhimpit dengan PAP (hodge I) c. Passenger (Janin dan Plasenta) Passanger
atau
janin
bergerak
sepanjang
jalan
lahir
merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. 1) Sutura, merupakan sela ruang antara dua tulang: a) Sutura frontalis: antara kedua tulang frontal b) Sutura sagitalis: antara kedua tulang pariental kiri dan kanan c) Sutura koronaris: antara tulang pariental dan frontal d) Sutura lamboidea: antara tulang pariental dan oksipital 2) Fontanel/Ubun-ubun Rongga tulang tengkorak, merupakan pertemuan beberapa sutura: a) Fontanel mayor/fontanel anterior/ubun-ubun besar Merupakan pertemuan antara sutura sagitalis, sutura frontalis, dan sutura koronaria, berbentuk segiempat panjang. Fontanel ini menutup pada usia bayi 18 bulan. b) Fontanel minor/fontanel posterior/ubun-ubun kecil Berbentuk segitiga dengan puncak segitiga runcing searah muka janin dan dasar segitiga searah dengan punggung janin, merupakan pertemuan antara sutura sagitalis dengan sutura lamboidea. Fontanel ini menutup pada usia 6-8 minggu. 6.
Inisiasi menyusui dini Menurut Sondakh (2013: 170-172) Inisiasi menyusui dini atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Kontak antara kulit bayi dengan kulit ibunya dibiarkan setidaknya satu jam atau lebih, bahkan sampai bayi dapat menyusu sendiri apabila sebelumnya tidak berhasil, bayi akan merangkak mencari payudara ibu dengan sendirinya.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
30
Manfaat inisiasi menyusui dini: a. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi yaitu kehangatan dada ibu dapat menghangatkan bayi, sehingga apabila bayi diletakkan di dada ibunya segera setelah melahirkan dapat menurunkan resiko hipotermia dan menurunkan kematian akibat kedinginan. b. Keuntungan untuk ibu yaitu sebagai hormon oksitosin alami dan menjadikan stimulasi kontraksi uterus dan menurunkan resiko perdarahan pasca persalinan, merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan produksi ASI, keuntungan dan hubungan mutualistik ibu dan bayi, menunda ovulasi. c. Keuntungan untuk bayi yaitu makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal dengan mendapatkan kolostrum segera sesuai kebutuhan
bayi,
memberikan
kekebalan
pasif
pada
bayi,
meningkatkan kecerdasan, meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi, mencegah kehilangan panas, meningkatkan berat badan. 7.
Asuhan kebidanan pada persalinan normal Asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal (Prawirohardjo, 2010: 341): a. Kala I 1)
Pemeriksaan detak denyut janin.
2)
Pemeriksaan kontraksi uterus.
3)
Pemeriksaan nadi.
4)
Pemeriksaan dalam (pembukaan serviks).
5)
Pemeriksaan penurunan terbawah janin.
6)
Pemeriksaan tekanan darah dan temperature tubuh.
b. Kala II 1)
Melihat tanda dan gejala kala dua. a)
Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b)
Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum atau vaginanya.
c)
Perineum menonjol.
d)
Vulva vagina membuka.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
31
2)
Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 IU dan menempatkan tabung kecil steril sekali pakai didalam partus set.
3)
Mengenakan baju penutup atau clemek plastik yang bersih.
4)
Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.
5)
Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
6)
Menghisap oksitosin 10 IU ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakan kembali dipartus set.
7)
Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hatihati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkanya dengan seksama, dengan cara menyeka dari depan ke belakang.membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakan kedua sarung tangan tersebut dengan benar dalam larutan klorin).
8)
Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9)
Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih kotor kedalam larutan klori 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam
keadaan terbalik
serta
merendamnya didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan. 10) Memeriksa denyut jantung janin seelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa denyut jantung janin itu normal. Mengambil
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
32
tindakan
yang
sesuai
jika
DJJ
tidak
normal,
mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf. 11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya. a)
Menunggu meneran.
hingga
ibu
Melanjutkan
mempunyai pemantauan
keinginan kesehatan
untuk dan
kenyamanan ibu serta janin sesuai pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan. b)
Menjelaskan
keapada
anggota
keluarga
bagaimana
mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran. 12)
Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu dalam meneran. (Pada saat his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran: a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran. b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran. c) Membantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya. d) Menganjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi. e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu. f)
Menganjurkan asupan per oral.
g) Menilai DJJ setiap 5 menit h) Jika bayi belum lahir dalam waktu 120 menit meneran untuk ibu primipara dan 60 menit untuk ibu multipara, merujuk segera jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
33
i)
Menganjurkan
ibu
untuk
berjalan,
berjongkok
atau
mengambil posisi yang nyaman jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk meneran pada puncak
kontraksi-kontraksi
tersebut
dan
beristirahat
diantara kontraksi. j)
Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi. 15) Meletakan kain bersih dlipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu. 16) Membuka partus set. 17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan. 18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakan tangan yang lain dikepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar berlahan-lahan. Menganjurkan ibu meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir. 19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang bersih. 20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi. a)
Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
b)
Jika tali pusat melilit janin dengan erat, mengeklem di dua tempat dan memotongnya.
21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan. 22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan dimasing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya dengan lembut
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
34
menariknya kearah bawah dan arah luar hingga bahu anterior muncul dibawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik kearah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu posterior. 23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada dibagian bawah kearah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir. 24) Setelah tubuh dan lengan lahir menelusurkan tangan yang ada diatas dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki. 25) Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi lebih rendah dari posisi tubuh ibunya. 26) Segera membungkus kepala dan badan bayi menggunakan handuk dan biarkan kontak kulit ibu dan bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin secara IM. 27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem yang pertama. 28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat diantara klem tersebut. 29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
35
30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya. 31) Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk memastikan adanya bayi yang ke dua. c. Kala III 1) Memberitahu ibu bahwa dia akan disuntik. 2)
Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 IU secara IM di sepertiga paha atas sebelah kanan ibu dibagian luar, sebelumnya diaspirasi terlebih dahulu.
3)
Memindahkan klem pada tali pusat.
4)
Meletakan satu tangan diatas kain yang ada diperut ibu, tepat diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan kiri untuk palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem menggunakan tangan yang lain.
5)
Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan peregangan kearah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus kearah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan peregangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk merangsang putting susu.
6)
Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat kearah bawah dan kemudian kearah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan pada arah uterus. Jika tali pusat bertambah panjang pindahkan klem berjarak 5-10 cm didepan vulva. Jika plasenta tidak lahir setelah dilakukan peregangan tali pusat selama 15 menit: a)
Mengulangi pemberian oksitosin 10 IU secara IM.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
36
b)
Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung .kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.
c)
Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
d)
Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
e)
Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.
7)
Jika plasenta terlihat di introitus vagina melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan kedua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut. Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forceps desinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput ketuban yang tertinggal.
8)
Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase uterus, meletakan telapak tangan difundus dan melakukan massase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi.
9)
Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakan plasenta kedalam kantung plastik atau tempat khusus. Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan massase selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.
10) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif. d. Kala IV 1)
Menilai ulang uterus dan memastikan berkontraksi dengan baik.
2)
Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air desinfeksi tingkat
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
37
tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering. 3)
Menempatkan klem tali pusat desinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikat tali desinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
4)
Mengikat
satu
lagi
simpul
mati
bagian
pusat
yang
berseragaman dengan simpul mati yang pertama. 5)
Melepaskan klem bedah dan meletakannya dalam larutan klorin 0,5%.
6)
Menyelimuti
kembali
bayi
dan
menutupi
pada
bagian
kepalanya. Memastikan handuk atau kain yang kering. 7)
Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
8)
Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam: a)
2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.
b)
Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.
c)
Setiap 20-30 menit pada 2 jam pascapersalinan.
d)
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
e)
Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan
dengan
anestesi
lokal
dan
menggunakan teknik yang sesuai. 9)
Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana cara melakukan massase uterus dan meriksa kontraksi uterus.
10) Mengevaluasi kehilangan darah. 11) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascaresalinan dan setiap 30 menit selama jam ke 2 pascapersalinan. Memeriksa temperature tubuh ibu setiap jam selama 2 jam pertama pascapersalinan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
38
C. Bayi baru lahir (neonatus) 1. Pengertian bayi baru lahir Neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari (Muslihatun, 2010: 2). 2. Penyulit pada neonatorum Beberapa penyulit pada bayi baru lahir (Manuaba, 2010: 421) yaitu: a. Asfiksia neonatorum Keadaan bayi yang tidak dapat bernapas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan oksigen dan makin meningkatnya karbodioksida yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. b. Kelainan kongenital Kelainan kongenital merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pembuahan. Kelainan kongenital merupakan penyebab terjadinya keguguran, lahir mati atau kematian setelah persalinan pada minggu pertama. c. Infeksi neonatorum Infeksi neonatus (bayi baru lahir) sering dijumpai, apalagi didaerah pedesaan dengan persalinan dukun beranak. Penyakit infeksi ini dapat terjadi melalui: infeksi antenatal (terjadi sejak masih dalam kandungan), infeksi intranatal (terjadi saat berlangsungnya persalinan), infeksi postnatal (terjadi setelah bayi berada di luar kandungan). d. Bayi dengan berat badan lahir rendah Prematuritas atau berat badan lahir rendah (BBLR) karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu karena usia kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan lahir rendah dari semestinya, sekalipun cukup bulan, atau karena kombinasi keduanya.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
39
3. Penanganan bayi baru lahir Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir (Saifuddin, 2009: 133), adalah: a. Membersihan jalan nafas b. Memotong dan merawat tali pusat c. Mempertahankan suhu tubuh bayi d. Identifikasi e. Pencegahan infeksi 4. Pengkajian fisik bayi baru lahir Pengkajian segera setelah lahir tujuannya untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan dalam uterus ke kehidupan luar uterus (Muslihatun, 2010: 28) yaitu dengan: a. Mempelajari hasil anamnesa, meliputi riwayat hamil, riwayat persalinan, riwayat keluarga. b. Menilai skor APGAR. c. Melakukan resusitasi neonatus. d. Melakukan perawatan tali pusat, pemotongan jangan telalu pendek dan harus diawasi setiap hari. e. Meberikan identifikasi bayi dengan memberikan kartu bertuliskan nama ibu, diikatkan di pergelangan tangan atau kaki. f.
Melakukan pemeriksaan fisik dan observasi tanda vital
g. Meletakan bayi dalam kamar transisi (jika keadaan umum baik), atau dalam inkubator jika ada indikasi. h. Menentukan tempat perawatan: rawat gabung, rawat khusus, atau rawat intensif. i.
Melakukan prosedur rujukan bila perlu. Jika ada penyakit yang diturunkan dari ibu, misalnya penyakit hepatitis B aktif, langsung diberikan vaksinasi (globulin) pada bayi.
5. Tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir Tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir (Saifuddin, 2005: N-36), yaitu: a. Pernafasan: sulit atau lebih dari 60 kali per menit
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
40
b. Kehangatan: terlalu panas (>38o C atau terlalu dingin <36o C c. Warna kulit: kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat, memar. d. Pemberian makan: hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah. e. Tali pusat: merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah. f.
Infeksi: suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanah). Bau busuk, pernapasan sulit.
g. Tinja/kemih: tidak berkemih salam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja. h. Aktivitas: menggigil, atau tangis yang tidak biasa, sangat mudah tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus, tidak biasa tenang, menangis terus menerus. 6. Asuhan bayi baru lahir Asuhan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2008: 122) yaitu: a. Jaga kehangatan b. Bersihkan jalan napas c. Keringkan dan tetap jaga kehangatan d. Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2 menit setelah lahir e. Lakukan Inisiasi Menyusui Dini dengan cara kontak kulit bayi dengan kulit ibu f.
Beri salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata
g. Beri suntikan vitamin K1 1 mg IM, di paha kiri anterolateral setelah Inisiasi Menyusui Dini h. Beri imunisasi HB0 0,5 mL IM, dip aha kanan anterolateral, diberikan kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1.
7. Pemeriksaan bayi baru lahir Menurut JNPK-KR (2008: 137) pemeriksaan bayi baru lahir dilakukan pada: a. Saat bayi berada di klinik (dalam 24 jam) b. Saat kunjungan tindak lanjut (KN), yaitu:
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
41
1) Kunjungan I
: pada usia 1-3 hari
2) Kunjungan II : pada usia 4-7 hari 3) Kunjungan III : pada usia 8-28 hari D. Nifas 1. Definisi nifas Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah kelahiran. Lamanya tidak pasti, sebagian beranggapan antara 4 sampai 6 minggu (Williams Obstetri, 674). Masa nifas atau puerperium adalah sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Prawirohardjo, 2010: 356). Jadi masa nifas adalah masa setelah 2 jam pasca plasenta lahir sampai dengan 6 minggu. 2. Tahapan masa nifas a. Puerperium dini, suatu masa pemulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan. b. Puerperium intermedial, suatu masa dimana kepulihan dari organorgan reproduksi selama kurang lebih enam minggu. c. Remote puerperium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama ibu, bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi (Nugroho dkk, 2014: 3). 3. Abnormal pada masa nifas a. Abnormalitas rahim 1) Subinvolusi uteri Pada masa proteolitik, otot rahim menjadi kecil ke bentuk semula. Pada beberapa keadaan terjadi proses involusi rahim tidak
berjalan
pengecilannya
sebagaimana terlambat,
mestinya,
keadaan
sehingga
tersebut
proses
dinamakan
subinvolusi uteri. Penyebab involusi uteri adalah infeksi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
42
endrometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya, terdapat bekuan darah, atau mioma uteri. 2) Perdarahan kala nifas sekunder Perdarahan kala nifas sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan kala nifas sekunder adalah terdapatnya sisa plasenta atau selaput ketuban (pada grandemultipara dan kelainan bentuk implantasi plasenta), infeksi pada endometrium, dan sebagian kecil terjadi dalam bentuk mioma uteri bersamaan dengan kehamilan dan inversio uteri. 3) Flegmasia alba dolens Flegmasia alba dolens merupakan salah satu bentuk infeksi puerperalis yang mengenai pembuluh darah vena femoralis.
Vena
femoralis
yang
terinfeksi
dan
disertai
pembentukan trombosis dapat menimbulkan gejala klinis sebagai berikut: a) Terjadi pembengkakan pada tungkai b) Vena tampak berwarna putih c) Terasa sangat nyeri d) Tampak bendungan pembuluh darah e) Suhu tubuh dapat meningkat b. Abnormalis payudara 1) Bendungan ASI Bendungan ASI terjadi karena sumbatan pada saluran ASI, tidak dikosongkan seluruhnya. Keluhan yang muncul adalah mammae bengkak, keras, dan terasa panas sampai suhu
badan
meningkat.
Penanganannya
dengan
mengosongkan ASI dengan massase atau pompa, memberikan estradiol sementara menghentikan pembuatan ASI,
dan
pengobatan simtomatis sehingga keluhan berkurang. 2) Mastitis dan abses payudara Pada kondisi ini terjadi bendungan ASI merupakan permulaan dari kemungkinan infeksi payudara. Bakteri yang sering menyebabkan infeksi payudara adalah stafilokokus
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
43
aureus
yang
masuk
melalui
luka
puting
susu.
Infeksi
menimbulkan demam nyeri lokal pada payudara, terjadi pemadatan payudara, dan terjadi perubahan warna kulit payudara. Penderita dengan mastitis perlu mendapatkan pengobatan yang baik dengan antibiotika dan obat simtomatis. Infeksi payudara (masitis) dapat berkelanjutan menjadi abses dengan kriteria warna kulit menjadi merah, terdapat rasa nyeri, dan pada pemeriksaan terdapat pembengkakan, dibawah kulit teraba cairan. Dalam keadaan abses payudara perlu dilakukan insisi agar pus dapat dikeluarkan untuk mempercepat kesembuhan. 4. Kunjungan masa nifas Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi (Saifuddin, 2009: 122-123). a. Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan), tujuannya: 1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri 2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, dan rujuk bila perdarahan berlanjut 3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri 4) Pemberian ASI awal 5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir 6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia b. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan), tujuannya: 1) Memastikan
involusi
uterus
berjalan
normal
(uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau) 2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal 3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
44
4) Memastikan
ibu
menyusui
dengan
baik
dan
tidak
memprlihatkan tanda-tanda penyulit 5) Memberikan konseling pda ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari. c. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan), tujuannya sama dengan 6 hari setelah persalinan. d. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan), tujuannya: 1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami 2) Memberikan konseling untuk KB secara dini. 5. Involusi alat-alat kandungan Terdiri dari dua macam (Varney, 2008: 960), yaitu: a. Uterus Involusi uterus meliputi reorganisasi dan, pengeluaran desidua/ endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang ditandai dengan penurunan ukuran dan berat serta perubahan pada lokasi uterus juga ditandai dengan warna dan jumlah lochea. Uterus, segera setelah pelahiran bayi, plasenta, dan selaput janin, beratnya sekitar 1000 gram. Berat uterus menurun sekitar 500 gram pada akhir minggu pertama pascapartum dan kembali pada berat yang biasanya pada saat tidak hamil, yaitu 70 gram pada minggu kedelapan pascapartum b. Lokia Lokia adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui vagina selama puerperium. Karena perubahan warnanya, nama deskriptif lokia berubah: 1) Lokia rubra berwarna merah karena mengandung darah. Ini adalah lokia pertama yang mulai keluar segera setelah pelahiran dan terus berlanjut selama dua hingga tiga hari pertama pascapartum. 2) Lokia serosa mulai terjadi sebagai bentuk yang lebih pucat dari lokia rubra, serosa, dan merah muda. Lokia ini berhenti sekitar
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
45
tujuh hingga delapan hari kemudian dengan warna merah muda, kuning, atau putih hingga transisi menjadi lokia alba. 3) Lokia alba mulai terjadi sekitar hari kesepuluh pascapartum dan hilang sekitar periode dua hingga empat minggu, warna lokia alba putih krem. E.
Keluarga berencana (kb) 1. Pengertian Menurut WHO (Expert Committe, 1970), KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kehamilan dalam hubungan dengan umur suami istri, dan mementukan jumlah anak dalam keluarga. 2. Tujuan program KB Tujuan umumnya adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga (Sulistyawati, 2013: 13). 3. Metode keluarga berencana a. Metode sederhana 1) Tanpa alat a) KB alamiah (1) Metode kalender Menentukan waktu ovulasi dari data haid yang dicatat selama 6-12 bulan terakhir. Teknik metode kalender seorang wanita menentukan masa suburnya dengan: (a) Mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek untuk, menetukan awal dari masa suburnya.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
46
(b) Mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang, untuk menentukan akhir dari masa suburnya (Hartanto, 2004: 47-48). (2) Metode suhu badan basal Menjelang ovulasi suhu basal tubuh akan turun dan kurang lebih 24 jam setelah ovulasi suhu basal akan naik lagi sampai lebih tinggi daripada suhu sebelum ovulasi. Suhu basal diukur setiap hari pada waktu pagi segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas. Dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual sampai terlihat suhu tetap tinggi tiga hari (pada waktu pagi) berturut-turut. Panjang siklus haid yang teratur ialah 28-30 hari, dengan melihat tanda-tanda premenstruasi maka saat ovulasi dapat diperkirakan (Sulistyawati, 2013: 51). Teknik metode suhu badan basal: (a) Menggunakan
termometer
khusus
dengan
kalibrasi yang diperbesar (basal termometer), meskipun termometer biasa dapat juga dipakai. (b) Waktu pengukuran harus pada saat yang sama setiap pagi dan setelah tidur nyenyak sedikitnya 35 jam. Serta masih dalam keadaan istirahat mutlak. (c) Pengukuran dilakukan secara: oral (3 menit), rektal (1 menit), vaginal (Hartanto, 2004: 48). (3) Metode lendir serviks Perubahan siklus dari lendir serviks yang terjadi karena perubahan kadar estrogen. Teknik metode lendir serviks: Abstinens dimulai pada hari pertama diketahui adanya lendir setelah haid dan berlanjut sampai dengan hari ke empat setelah gejala puncak (Hartanto, 2004: 50-52).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
47
(4) Metode sympto termal Metode ini dengan menentukan masa subur dengan mengamati suhu tubuh dan lendir serviks. (a) Setelah darah haid berhenti, hubungan seksual dapat dilakukan pada malam hari pada hari kering dengan selang sehari selama masa tak subur. Ini adalah aturan selang hari kering atau sama dengan metode lendir serviks. (b) Masa subuh mulai ketika ada perasaan basah atau munculnya lendir, ini adalah aturan yang sama
dengan
metode
lendir
serviks,
yaitu
pantangan melakukan hubungan seksual sampai masa subur berakhir. (c) Pantang melakukan hubungan seksual sampai hari puncak dan aturan perubahan suhu telah terjadi. (d) Apabila aturan ini tidak mengidentifikasi hari yang sama sebagai hari akhir masa subur, maka ikuti aturan yang mengidentifikasi masa subur yang paling panjang (Sulistyawati, 2013: 54). b) Coitus interruptus Coitus interruptus adalah suatu metode kontrasepsi dimana senggama diakhiri sebelum terjadi ejakulasi intravaginal. Ejakulasi jauh dari genitalia eksterna wanita. (1) Keuntungan: (a) Tidak memerlukan alat/murah (b) Tidak menggunakan zat-zat kimiawi (c) Selalu tersedia setiap saat (d) Tidak mempunyai efek samping (2) Kerugian: (a) Angka kegagalan cukup tinggi (b) Kenikmatan seksual berkurang bagi suami-istri, sehingga
dapat
mempengaruhi
kehidupan
perkawinan (Hartanto, 2004: 58).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
48
2) Dengan alat a) Kondom (1) Kondom untuk pria: merupakan bahan karet (lateks) poliuretan (plastik), atau bahan sejenis yang kuat, tipis, dan elastis. Benda tersebut ditarik menutupi penis yang sedang ereksi untuk menapung semen selama ejakulasi dan mencegah sperma masuk ke dalam vagina. a)
Keuntungan:
murah,
mudah
memerlukan
pengawasan,
didapat,
dan
tidak
mengurangi
kemungkinan penularan penyakit kelamin. b)
Efek samping: pada sejumlah kecil kasus terdapat reaksi alergi terhadap kondom karet (Sulistyawati, 2013: 56).
(2) Kondom wanita: terbuat dari lapisan poliuretan tipis dengan cincin dalam yang fleksibel dan dapat digerakkan pada ujung yang tertutup yang dimasukkan ke dalam vagina, dan cincin kaku yang lebih besar pada ujung terbuka dibagian depan yang tetap berada diluar vagina dan terlindungi introitus (Sulistyawati, 2013: 58-59). b) Kimiawi Spermisida
vaginal
adalah
zat-zat
kimia
yang
kerjanya melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina sebelum spermatozoa bergerak ke dalam traktus genitalia interna. (1) Keuntungan: a)
Aman
b)
Sebagai kontrasepsi pengganti/cadangan untuk wanita dengan kontra indikasi pemakaian pil oral, IUD dan lain-lain.
c)
Efek pelumasan pada wanita yang mendekati menopause di samping efek proteksi terhadap kemungkinan menjadi hamil.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
49
d)
Tidak memerlukan supervisi medik.
(2) Kerugian: (a) Angka kegagalan relatif tinggi (b) Harus digunakan segera sebelum senggama, bahkan spermisid vaginal yang perlu waktu 5-30 menit agar spermisidnya sudah bekerja, sehingga mengganggu pasangan tersebut. (c) Karena harus diletakkan dalam-dalam/tinggi di vagina,
ada
wanita
yang
segan
untuk
melakukannya. (d) Harus diberikan berulang kali untuk senggama yang berturut-turut. (e) Dapat
menimbulkan
iritasi
atau
rasa
panas/terbakar pada beberapa wanita (Hartanto, 2004: 88). b. Metode modern 1) Kontrasepsi hormonal a) Per-oral (pil) (1) Jenis: (a) Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung
estrogen/progestin
hormon
dalam
dosis
yang
aktif sama,
dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. (b) Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon
aktif
estrogen/progestin
dalam dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. (c) Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon
aktif
estrogen/progestin
dalam tiga dosis yang berbeda, dengan tablet tanpa hormon aktif. (2) Cara kerja: (a) Menahan ovulasi (b) Mencegah implantasi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
50
(c) Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma. (d) Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu pula. (3) Manfaat: (a) Memiki efektifitas yang tinggi apabila digunakan setiap hari. (b) Risiko terhadap kesehatan sangat kecil. (c) Tidak mengganggu hubungan seksual. (d) Suklus haid menjadi teratur, jumlah darah haid berkurang, dan (e) Tidak terjadi nyeri haid. (f) Dapat digunakan jangka panjang selama masih ingin (g) Menggunakannya untuk mencegah kehamilan (Sulistyawati, 2013: 67-68). (4) Keuntungan: (a) Bila diminum pil sesuai dengan aturan dijamin berhasil 100% (b) Dapat dipakai pengobatan terhadap beberapa masalah:
ketegangan
menjelang
menstruasi,
perdarahan menstruasi yang tidak teratur, nyeri saat menstruasi, pengobatan masalah mandul. (c) Pengobatan penyakit endometriosis. (d) Dapat meningkatkan libido. (5) Kerugian: (a) Harus minum pil secara teratur. (b) Dalam waktu panjang dapat menekan fungsi ovarium. (c) Penyulit ringan (berat badan bertambah, rambut rontok, tumbuh akne, mual sampai muntah) (d) Mempengaruhi fungsi hati dan ginjal (Manuaba, 2010: 599).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
51
b) Suntik (injeksi) (1) Jenis: a)
DMPA (Depot medroxyprogesterone asetat) = depo provera diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg.
b)
NET-EN (Norethindrone enanthate) = Noristerat diberikan setiap 8 minggu sekali untuk 6 bulan pertama, kemudian selanjutnya sekali setiap 12 minggu dengan dosis 200 mg.
(2) Kontra indikasi suntikan: a)
Kehamilan
b)
Karsinoma payudara
c)
Karsinoma traktus genitalia
d)
Perdarahan abnormal uterus
(3) Efek samping: a)
Gangguan haid, ini yang paling sering terjadi dan yang paling mengganggu
b)
Berat badan yang bertambah
c)
Sakit kepala
d)
Pada sistem kardio vaskuler efeknya sangat sedikit, mungkin ada sedikit peninggian dari kadar insulin dan penurunan HDL kolesterol (Hartanto, 2004: 163 & 169).
c) Susuk/Implant (1) Jenis: (a) Norplant: terdiri atas 6 batang silastik lembut berongga
dengan
panjang
3,4
cm
dengan
diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel. Lama kerjanya 5 tahun. (b) Implanon: terdiri atas satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
52
(c) Jadena dan indoplant: terdiri atas 2 batang yang berisi 75 mg levonorgestrel dengan lama kerjanya 3 tahun. (2) Cara kerja: (a) Lendir serviks menjadi kental. (b) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi. (c) Mengurangi transportasi sperma. (d) Menekan ovulasi. (Sulistyawati, 2013: 81) (3) Keuntungan: (a) Dipasang selama 3-5 tahun (b) Kontrol medis ringan (c) Dapat dilayani didaerah pedesaan (d) Penyulit medis tidak terlalu tinggi (e) Biaya murah (4) Kerugian: (a) Menimbulkan gangguan menstruasi, yaitu tidak mendapat menstruasi dan terjadi perdarahan yang tidak teratur. (b) Berat badan bertambah (c) Menimbulkan akne, ketegangan payudara (d) Liang senggama terasa kering (Manuaba, 2010: 603). 2) IUD/AKDR a) Cara kerja: (1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi (2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri. (3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
53
(4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus. b) Keuntungan: (1) Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi (2) Sangat efektif, 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan) (3) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT380A dan tidak perlu diganti) (4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual (5) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A) (6) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI c) Kerugian: (1) Efek samping yang umum yaitu perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan (spotting) antarmenstruasi, saat haid lebih sakit. (2) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS (3) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan. (4) Perempuan dengan penyakit radang panggul terjadi sesudah dengan penyakit IMS memakai AKDR dapat memicu infertilitas. (5) Harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu, atau dapat dilakukan pemeriksaan sendiri dengan memasukkan jarinya ke dalam vagina untuk memastikkan benangnya masih ada (Biran dkk, 2012: MK-80 – MK-82). c. Metode operasi 1)
Tubektomi/Metode Operasi pada Wanita (MOW) Tubektomi pada wanita adalah setiap tindakan dilakukan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi. Kontrasepasi ini hanya digunakan untuk jangka panjang,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
54
walaupun kadang-kadang masih dapat dipulihkan kembali seperti semula. a)
Cara tubektomi dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain: (1) Saat operasi Tubektomi dapat dilakukan pasca keguguran, pasca persalinan, masa interval sesudah keguguran tubektomi dapat langsung dilakukan. Tubektomi pasca persalinan sebaiknya dilakukan dalam 24 jam atau selambat-lambatnya 48 jam setelah persalinan. Tubektomi yang dilakukan lewat dari 48 jam pasca persalinan akan dipersulit oleh adanya edema yuba, infeksi, dan kegagalan. Edema tuba akan berkurang
setelah
hari
ke-7
sampai
10
pasca
persalinan, tubektomi yang dilakukan setelah hari itu akan lebih sulit dilakukan karena alat-alat genitalia telah menyusut
dan mudah berdarah (Sulistyawati,
2013: 113-114). (2) Cara mencapai tuba: (a) Laparatomi (b) Laparatomi mini (c) Kolpotomi posterior (d) Laparoskopi (3) Cara penutupan tuba (a) Cara pomeroy (b) Cara kroner (c) Cara irving (d) Pemasangan cincin falope (e) Pemasangan klip (f) Elektro koagulasi dan pemutusan tuba 2)
Vasektomi/Metode Operasi pada Pria (MOP) Kontrasepsi mantap pria atau vasektomi merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
55
aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak memerlukan anestesi umum. a)
Keuntungan: (1) Efektif, dan sederhana (2) Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas (3) Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit (4) Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anestesi lokal saja. (5) Biaya rendah.
b) Kerugian: (1) Diperlukan suatu tindakan operatif (2) Bisa terjadi komplikasi seperti perdarahan atau infeksi (3) Kontap-pria belum memberikan perlindungan total sampai semua spermatozoa, yang sudah ada di dalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferens, dikeluarkan. (4) Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual mengkin bertambah parah setelah tindakan operatif yang menyangkut sistem reproduksi pria (Hartanto, 2004: 307-308). 4. Penapisan klien Tujuan utama penapisan klien sebelum pemberian suatu metode kontrasepsi adalah untuk menentukan apakah ada: a. Kehamilan b. Keadaan yang membutuhkan perhatian khusus c. Masalah (misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi) yang membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
56
Tabel 2.2 Daftar tilik penapisan klien, metode nonoperatif Metode hormonal (pil kombinasi, pil progestin, suntikan, dan susuk) Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih. Apakah anda menyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalinan. Apakah mengalami perdarahan/perdarahan bercak antara haid setelah senggama. Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata.
YA
TIDAK
Apakah pernah nyeri kepala hebat atau gangguan visual. Apakah pernah nyeri hebat pada betis, paha atau dada, atau tungkai bengkak (edema). Apakah pernah tekanan darah di atas 160 mmHg (sistolik) atau 90 mmHg (diastolik). Apakah ada massa atau benjolan pada payudara Apakah anda sedang minum obat-obatan anti kejang (epilepsi). AKDR (semua jenis pelepas tembaga dan progestin) Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu. Apakah klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks lain. Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual (IMS). Apakah pernah mengalami penyakit radang panggul atau kehamilan ektopik. Apakah pernah mengalami haid banyak (lebih dari 1-2 pembalut tiap 4 jam). Apakah pernah mengalami haid lama (lebih dari 8 hari). Apakah pernah mengalami dismenorea berat (sampai pingsan) yang membutuhkan analgetika dan/atau istirahat baring. Apakah pernah mengalami perdarahan/perdarahan bercak antara haid atau setelah senggama. Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung valvular atau kongenital.
a. Apakah klien menyusui dan kurang dari 6 minggu pascapersalinan maka pil kombinasi adalah metode pilihan terakhir. b. Tidak cocok untuk pil progestin (minipil), suntikan (DMPA atau NET-EN), atau susuk.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015
57
c. Tidak cocok untuk suntikan progestin (DMPA atau NET-EN). Tabel 2.3 Daftar tilik penapisan klien, metode operasi (Tubektomi)
Keadaan umum (anamnesis dan pemeriksaan fisik)
Dapat dilakukan pada fasilitas rawat jalan Keadaan umum baik, tidak ada tanda-tanda penyakit jantung, paru, atau ginjal.
Keadaan emosional
Tenang
Cemas, takut
Tekanan darah
< 160/100 mmHg
> 160/100 mmHg
Berat badan
35-85 kg
> 85 kg; < 35 kg
Riwayat operasi abdomen/panggul
Bekas seksio sesarea (tanpa perlekatan)
Operasi abdomen lainnya, perlekatan atau terdapat kelainan pada pemeriksaan panggul.
Riwayat radang panggul, hamil ektopik, apendisitis. Anemia
Pemeriksaan dalam normal.
Pemeriksaan kelainan.
Hb > 8 g%
Hb < 8 g%
Keadaan klien
Dilakukan di fasilitas rujukan Diabetes tidak terkontrol, riwayat gangguan pembekuan darah, ada tanda-tanda penyakit jantung, paru, atau ginjal.
dalam
ada
Tabel 2.4 Daftar tilik penapisan klien, metode operasi (Vasektomi) Dapat dilakukan pada fasilitas rawat jalan
Keadaan klien
Dilakukan pada fasilitas rujukan
Keadaan umum (anamnesis dan pemeriksaan fisik)
Keadaan umu baik, tidak ada tanda-tanda penyakit jantung, paru, atau ginjal.
Diabetes tidak terkontrol, riwayat gangguan pembekuan darah, tandatanda penyakit jantung, paru, atau ginjal.
Keadaan emosional
Tenang
Cemas, takut
Tekanan darah
< 160/100 mmHg
> 160/100 mmHg
Infeksi atau kelainan skrotum/inguinal
Normal
Tanda-tanda infeksi atau ada kelainan
Anemia
Hb > 8 g%
Hb < 8 g%
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Leny Dwi Oktaviani, Kebidanan DIII UMP, 2015