BAB II TINJAUAN TEORI 2.1
Eksplorasi Eksplorasi
merupakan
proses
menjelajahi,
menyelidiki,
dan
memeriksa suatu masalah dengan tujuan memperoleh informasi, jalan keluar ataupun pengetahuan yang lebih banyak mengenai suatu masalah.
2.1.1 Definisi Eksplorasi Definisi Eksplorasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah a.
Penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak (tentang keadaan), terutama sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu ; penyelidikan ; penjajakan.
b.
Kegiatan untuk memperoleh pengalaman yang baru dari situasi yang baru.
c.
Penyelidikan ; penjajagan ; terhadap suatu masalah dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak tentang masalah tersebut.
d.
Mengadakan penyelidikan.
Definisi lain eksplorasi : a.
Menurut Oxford English Reader’s Dictionary ; A.S Hornby & E.C. Parnwell
Examine Thoroughly (problems, etc) in order to test,
learn about. b.
Menurut Kamus Inggris Indonesia ; John M. Echols & Hassan
Shadily
c.
1.
Menjelajahi (an island, cave)
2.
Menyelidiki (opportunities)
3.
Memeriksa (a wound)
Menurut Encarta Reference Library 2005 12
Study or consideration of something ; an investigation or the study of something such as data, or the consideration and testing of something such as possible courses of action. Explore ; investigate or study something ; to make careful investigation or study of something.
2.1.2 Penerapan Eksplorasi Pada Penelitian Eksplorasi pengenalan
yang
bahan,
dilakukan
tehnik,
serta
dalam
penelitian
pendukung
ini
adalah
lainnya
melalui
eksperimen. Analisa hasil eksperimen dibuat sebagai acuan desain karya akhir. Menurut Mapping Of Textiles ( Evelyn E. Stout ), desain suatu tekstil dari teknik pengolahannya pada dasarnya hanya terbagi oleh dua kategori landasan utama dari seluruh desain yang mungkin terjadi, yaitu Structural Design ( desain yang berasal dari struktur penampang yang membentuk tekstil tersebut ) dan Surface / Applied Design ( desain yang berasal dari permukaan kain yang telah ada. ) Structural Design
Textile Design
Different colored yarns Different type of yarns Yarns with different treatments Spacing or Grouping of yarns Interlacing the yarns
Printing
Surface / Applied Design
…………….. Embossing Moire Embroidery Applique Quilting Tye and Dye Hand Painting Stitching Collage etc
Plain or twill weave Plain Weave Dyeing, Washing, Steaming Pattern Weaving and Knitting
Roller printing Resist printing Discharge printing Duplex printing Burn out prints Costic soda prints Photographic prints Paste prints Paste prints Lacquer prints Batik Stenciling
Mapping of Textiles (Introduction to Textile ; Evelyn E. Stout)
Surface design menghasilkan tekstur kain yang ditentukan oleh teknik yang dipakai dalam pengolahan kain dengan memberikan suatu perlakuan pada permukaan kain yang telah ada. Dapat dikatakan juga
13
sebagai tahap penyempurnaan (finishing) karena prosesnya dilakukan pada kain yang telah jadi. Dari skema mapping textile di atas, surface design terdiri dari berbagai macam teknik. Eksplorasi surface design dinamakan reka latar. Secara structural design, tekstur kain ditentukan oleh kerapatan tenunan, kandungan serat, dan cara pemintalan benang. Dari struktur tersebutlah akhirnya dapat timbul tekstur kasar atau lembut, kilap atau tidak dan berkilau atau tidaknya suatu serat. Juga dari kekuatan serat itu sendiri. Hal penting lainnya adalah kualitas permukaan serat yang berbeda-beda atau kumulatif. Hasil pemintalan pun mempengaruhi tekstur kain, contohnya sutera yang alaminya memiliki serat halus atau licin dapat menjadi kasar atau kesat ketika dipelintir karena menghasilkan benang yang kasar. Eksplorasi structural design dinamakan reka struktur.
2.1.3 Reka Latar Reka latar adalah bentuk perupaan desain permukaan dari sehelai kain. Reka latar hadir karena kaitannya dengan salah satu sifat dasar dan cirri khas dari kain yang menarik yaitu tekstur. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tekstur adalah ukuran dan susunan bagian suatu benda ; jalinan atau penyatuan bagian-bagian sehingga membentuk suatu benda. “The essence of fabric textures is the basrelief of highlight and shadow on the hills and valleys of the construction” (Fabric For Interior, Jack Lenor Larsen, 1975), sifat dasar dari kain adalah terbentuknya relief yang menimbulkan efek gelap terang pada konstruksi tinggi dan rendah dari permukaan kain. Bentuk-bentuk desain latar dari sehelai kain cendrung lebih variatif dibandingkan dengan reka rakitnya. Hal ini disebabkan beragamnya teknik reka latar tekstil yang ada pada reka latar, macammacamnya disebut di bawah ini.
2.1.3.1 Teknik Pengrusakan Teknik pengrusakan kain yang dieksplorasi, antara lain adalah : 1. Teknik bakar (solder) 14
2. Teknik gunting (cutting) 3. Teknik Pembolongan (hole-punched)
2.1.3.2Teknik Heat-setting Proses ini saat ini dapat diartikan menghasilkan lipatan ( pleats ) yang permanent, dan menimbulkan efek tiga dimensi sebagai karakteristik pada permukaan kain. Sehingga teknik ini dapat dikatakan sebagai teknik pendukung dari terciptanya tekstur permukaan kain (E. Stout, Evelyn. Introduction to Textiles). Macam-macamnya terdapat di bawah ini.
2.1.3.2.1Steam Teknik ini termasuk teknik heat-setting karena menggunakan uap panas. Pertama-tama kain dibentuk seperti yang diinginkan lalu dijahit atau diikat agar bentuknya tersebut tidak berubah. Tekstur kain yang dihasilkan nanti sangat tergantung pada bagaimana kita membentuk kain tersebut. Setelah itu, kain lalu dipanaskan dengan uap air dengan durasi waktu kurang lebih 20-30 menit. Tali atau jahitan yang terdapat pada kain kemudian dilepas dan membentuk tekstur yang berbeda-beda. Ada pula teknik yang dikenal dengan nama moulded steam, atau kain dengan proses steam ini namun mempergunakan sebuah cetakan yang akan menjepit dan memberikan bentuk yang timbul dari hasil cetakan tersebut.
2.1.3.3 Teknik Jahit Teknik jahit didefinisikan sebagai teknik yang menggunakan jarum dan benang sebagai salah satu alat pengerjaannya. Adapun teknik jahit yang dieksplorasi antara lain adalah : 1. Teknik jahit tangan atau jelujur dan 2. Teknik jahit mesin, diantaranya : Teknik jahit kerut dan pleats 1. Teknik jahit lurus 2. Teknik jahit zig-zag 3. Teknik jahit lilit 15
4. Teknik jahit kerut dan pleats 5. Teknik jahit liku-liku, dan lainnya.
Macam-macam contoh teknik jahit dasar
2.1.3.4 Teknik Aplikatif Teknik aplikatif adalah teknik menyematkan penghias (dekoratif) atau efek-efek lain pada permukaan kain yang akan kita olah. Dalam kasus kali ini saya menggunakan beberapa benda mix media yang dapat dipakai dan dibatasi pada sanggup atau tidaknya bahan tersebut melewati proses dry clean. Adapun macam-macam teknik penghias yang dimaksudkan adalah : 1. Pengaplikasian mix media. 2. Teknik Bordir ; pengertian bordir dibatasi pada teknik produksi tekstil berupa penambahan serat atau benang tambahan pada sehelai kain dengan mempergunakan alat bantu berupa mesin. Adapun mesin yang dipergunakan pada bordir antara lain adalah mesin jahit kaku ( kejek ) atau
16
mesin juki (Abdullah, Farid. Teknik Produksi Rajut dan Bordir, Penerbit ITB).
2.1.3.5 Teknik Tumpuk (Layering) Teknik tumpuk adalah teknik menumpuk beberapa jenis bahan dan material dengan material lainnya. Adapun beberapa macam kain yang digunakan untuk teknik ini adalah kain jaring atau jala, tulle, perca dan semua kain sisa lainnya.
2.1.3.6 Teknik Kolase atau Teknik Penggabungan Teknik kolase ini adalah teknik menempel dan menggabungkan beberapa macam bahan dan material, bahkan terkadang juga menggabungkan beberapa macam teknik eksplorasi yang telah dilakukan pada teknik reka latar dengan maksud untuk menjadikan bahan-bahan yang telah dieksplorasi dengan berbagai macam teknik tersebut yang tadinya terpisah-pisah sehingga menjadi satu kesatuan. Termasuk di dalamnya yaitu teknik patchwork, cubomania, excavation, patchwork dan decollage.
2.1.3.7 Komposisi Komposisi adalah mengatur susunan beberapa unsur dalam suatu aturan yang menggunakan beberapa azas dalam pengaturannya seperti segi estetika visual, urutan bentuk, warna dan lain sebagainya.
2.2 Kolase Kolase adalah suatu teknik menempel dan menyambung potonganpotongan yang tadinya terpisah menjadi satu kesatuan komposisi, baik dalam suatu keteraturan maupun tidak. Kolase juga biasa diartikan sebagai susunan benda-benda ( apapun materialnya, seperti kertas, kain atau bahan lainnya ) yang ditempelkan pada suatu bidang ( datar maupun tidak ) dan merupakan satu kesatuan.
17
2.2.1 Beragam Definisi Kolase Definisi kolase : a. Susunan benda-benda dan potongan-potongan kertas, kain dan material apapun yang ditempelkan pada bidang datar dan merupakan
suatu kesatuan karya atau produk.
b. Tehnik menempel potongan-potongan kertas, kain atau bahanbahan
lainnya
pada
membentuk suatu
kanvas
gambar
pelukis wanita berdomisili di
atau
bidang
ataupun
lukisan.
lainnya
sehingga
(Heyi
Makmun,
kota Bandung).
c. Kolase ( berasal dari kata “gluing” yang artinya mengelem ) adalah kumpulan berbagai macam benda-benda dan material yang berbeda yang
disatukan
hingga
membentuk
suatu
kesatuan.
(www.freewebs.com). d. Menurut Encarta Reference Library 2005 - Craft picture with pieces stuck on surface; a picture made by sticking
cloth, piece of paper, photographed by other objects onto a
surface. - Combination of different things. -Collage, a picture made entirely or in part of photographs, fabric, newspaper clippings, and other so-called found objects and materials,
which are pasted or glued to the picture surface.
2.2.2 Sejarah Kolase Kolase memiliki sejarah yang vital dan panjang sebagai seni kebudayaan kuno sebelum akhirnya seakan-akan muncul kembali sebagai bentuk seni rupa kontemporer pada abad ke 20. Pada kebudayaan masa lampau di Eropa, Asia dan Amerika, segala macam dari material yang biasa ditemui sehari-hari sering digabungkan dan ditransformasi
menjadi
benda-benda
simbolik
sebagai
kenang-
kenangan atau bahkan hanya dijadikan dekorasi sebagai elemen estetis semata-mata seperti bentuk-bentuk visual yang terbuat dari korek api, sedotan, sayap kupu-kupu, atau bulu-bulu burung dan binatang lainnya.
18
Pada awal tahun 1900-an, kaum modernis avant-garde mengadopsi
teknik
kolase
sebagai
medium
dalam
berkarya,
menjadikannya sebagai bagian integral dari evolusi seni rupa kontemporer, juga pada keinginan sebagian besar artis untuk menciptakan karya yang dapat diproduksi lebih mudah atau dengan kata lain menggunakan material jadi yang siap pakai. Kolase professional
mulai
diminati
maupun
banyak
seniman
pelaku
amatir,
karena
rupa
baik
kolase
yang
berhasil
merepresentasikan sesuatu yang lebih personal, dan spontan dalam mengulik material-material yang mudah ditemui sehari-hari menjadi komposisi yang sangat berbeda dengan masing-masing kepribadian sampai akhirnya sampai pada suatu teori bahwa kemungkinankemungkinan kreatif yang dapat tercipta ketika bekerja menggunakan kolase adalah tak terbatas. Pada tahun 1912, Pablo Picasso dan Georges Braque mulai mengerjakan karya-karya kolase dengan material kertas menurut prinsip-prinsip
Kubisme.
Karya
kolase
dua
dimensi
mereka
mengaplikasikan kertas Koran, kliping-kliping, kertas rokok dan wallpapers. Setelah para seniman Kubisme mengadopsi kolase dalam karya mereka, maka seketika itu banyak seniman lainnya dan pergerakan seni rupa menyadari potensi kolase tersebut. Di Itali, para seniman Futurist menggunakan teknik kolase untuk mengekspresikan idealisme zaman mesin yang bercitrakan kecepatan, dinamis, mekanisasi dan roda-roda gigi yang berputar. Seniman Constructivists dari
Rusia
menghadirkan
kolase
pada
poster-poster
yang
menggambarkan revolusi Rusia. Para Dadaist dan Surrealists pada tahun 1920-an mendobrak batasan material dengan menambahkan elemen-elemen dari alam seperti tanah ataupun pasir dalam karya mereka dan menghadirkan artian yang baru pada karya-karya mereka saat itu. Marcel Duchamp, Dadaist yang paling populer, juga senimanseniman Dadaists lain seperti Kurt Schwitters dan Max Ernst menggunakan
teknik
kolase
secara
intensif.
Schwitters
mempergunakan memorabilia dari kehidupan pribadinya seperti tiket kereta, surat-surat pribadi dan lain sebagainya dalam kolasenya, 19
sementara
Ernst
memiliki
ketertarikan
pada
lahan
psikologi,
mempergunakan prinsip otomatisasi yaitu memperlambat control pikiran sadar dalam usaha mengekspresikan dan mengeluarkan imajiimaji bawah sadar dengan media kolase juga. Karya Joseph Cornell merupakan suatu titik balik dalam sejarah era kolase. Dia menciptakan komposisi objek tiga dimensi seperti botol tua, mainan anak-anak dan lain sebagainya dalam kotak-kotak kecil ( kolase tiga dimensi ini akhirnya lebih dikenal dengan istilah assemblages ), tetapi magnum opus Joseph Cornell adalah karya-karya surealisnya seperti imej cetak dari badan manusia dengan kepala burung di atasnya yang walaupun terpengaruh dari aliran surealis namun juga terinspirasi dari karya “Great Screen” Hans Christian Andersen (1662). Pada tahun 1940-an, para
abstract
expressionists
menggunakan
kolase
untuk
mengekspresikan semangat-semangat perintis dari para seniman tersebut, namun Robert Rauschenberg mempergunakannya untuk menantang idealisme para abstract expressionists tentang “keaslian permukaan karya” dengan menghasilkan karya “combine paintings” seperti “Bed” (1955) yang menghadirkan matras dan kain seprai penutup tempat tidur yang telah dilukis. Jasper Johns melanjutkan perkembangan kolase pada tahun 1950-an dengan bagian-bagian tiga dimensional yang mengarah menjadi motif-motif tertentu ditambahkan aplikasi benda-benda berukuran besar. Pada masa pergerakan pop art di tahun 1960-an, seniman kolase memfokuskan karya pada ikon-ikon yang merepresentasikan kultur budaya pop, seperti set televisi, iklan, telepon, strip komik dan kemasan produk-produk makanan. Seperti contoh karya Claes Oldenberg yang merupakan suatu instalasi berukuran besar yang menciptakan kembali benda-benda sehari-hari dengan material-material yang tidak lazim, seperti cone es krim raksasa yang dibuat memakai bahan kain yang berbulu. Belum mempergunakan
lama kolase
ini,
para
Neo-Expressionists
pada
permukaan
yang
telah
juga dilukis
sebelumnya. Seperti contoh Julian Schnabel yang memasang peralatan makan pada kanvasnya yang telah dilukis. Jeff Koons juga melanjutkan menginterpretasi kultur budaya pop dengan eksplorasinya 20
pada balon panjang yang ditarik dan diikat sehingga menyerupai bentuk-bentuk binatang. Kolase juga sangat berhasil mengekspresikan pandangan para Postmodern tentang waktu yang tidak linear dimana setiap rangka dari masa lalu dapat overlap ke masa depan ataupun sebaliknya dengan cara yang tidak beraturan sekalipun. Hal ini yang menyebabkan
para
penikmat
karya
sebaiknya
membutuhkan
pemahaman tentang konteks asli benda tersebut sebelum dijadikan kolase dan artian barunya setelah dijadikan kolase dan digabungkan dengan elemen-elemen lain sehingga menjadi suatu karya baru yang utuh.
2.2.3 Macam-Macam Kolase 1) Assemblage adalah suatu bentuk kolase tiga dimensional yang bentuk visualnya memiliki ruang yang cukup luas dan jauh dari dua dimensi. 2) Collagraphy adalah suatu bentuk kolase yang merupakan perkembangan metode cetak tradisional dengan ilmu kolase sendiri. Collagraphy melewati suatu proses mencetak melalui plat seni grafis. 3) Cubomania
adalah
tipe
kolase
yang
dibuat
dengan
menggunting suatu gambar menjadi bentuk kotak-kotak atau bentuk geometris seragam lainnya yang nantinya akan ditata dan disusun kembali secara teratur maupun tidak teratur. 4) Decollage
adalah
suatu
jenis
kolase
yang
merupakan
perpanjangan proses dari kolase standar. Ketika suatu kolase selesai dibuat lalu kolase tersebut disobek-sobek kembali dan dibentuk kembali menjadi suatu kolase baru, maka kolase baru tersebut akan mempunyai bentuk visual yang sama sekali berbeda dengan kolase sebelumnya. Proses dua kali kolase ini yang dinamakan decollage dan biasanya menghasilkan suatu komposisi
baru
yang
sangat
tidak
dapat
tertebak
dan
mengutamakan unsure spontanitas di dalamnya.
21
5) Decoupage adalah tipe kolase yang sangat mengutamakan craft atau kerajinan dan keahlian tangan. Ini adalah proses memasukkan suatu gambar dalam suatu objek secara berlapislapis dan semakin lama semakin ke depan. 6) Excavation adalah tipe kolase yang benda-bendanya ditata di salah satu sudut bidang secara bertumpuk dan bagian atas lapisan itu dirusak, sehingga memperlihatkan bidang di bawahnya dan tercipta kesan yang sama sekali baru. 7) Fabric Collage adalah suatu bentuk kolase berbahan dasar tekstil. Dalam fabric collage, satu bagian dari kain digabungkan ke bagian lainnya melalui proses jahit atau dilem. Karena tingkat keawetan sambungan kain tidak dapat bertahan lama ketika dilem maka banyak seniman fabric collage mepergunakan teknik
jahit
untuk
karya
kolasenya
dan
maka
tidak
mengherankan bahwa banyak seniman fabric collage adalah perempuan. 8) Patchwork adalah tipe kolase yang berbahan dasar kain. Yang dibentuk
dengan
menggabungkan
beberapa
kain
perca
sehingga menjadi satu kesatuan dan membentuk pola tertentu. Biasanya
digabungkan
dengan
teknik
quilting
yaitu
pengaplikasian efek tiga dimensi pada kain, sehingga kain terlihat lebih menggelembung dan berisi. Dibuat dengan teknik jahit di atas patchwork dan di dalamnya diisi oleh bantalan terlebih dahulu. Termasuk di dalam fabric collage, hanya saja bedanya adalah patch berarti kain perca atau kain sisa jadi patchwork lebih mengandalkan pada kain sisa yang terkadang tidak dapat diperkirakan, sehingga garis desain patchwork tergantung oleh kain perca apa yang ditemukan. 9) Paper Collage adalah suatu bentuk kolase berbahan dasar kertas. Walaupun banyak terdapat variasi dari paper collage namun semuanya bermula dari dua bahan dasar yang simpel, kertas dan lem. Sangat popular karena sangat mudah dalam pengerjaannya
dan
material
yang
dapat
ditemui
dalam
22
kehidupan sehari-hari, sperti kertas Koran, surat-surat pribadi dan lain sebagainya.
Gambar macan - macam jenis kolase :
Gambar 2.1 Collagraphy
Gambar 2.3
Gambar2.2 Decollage
Gambar 2.4 Excavation
Cubomania berbentuk dasar kotak
Gambar 2.5 Paper Collage
Gambar 2.6 Fabric Collage
23
Gambar 2.7 Patchwork
2.2.4 Tas Tas wanita sangatlah banyak definisinya,antara lain handbag, shoulder bag, clutch bag, dan masih banyak lagi. Disini saya lebih mengutamakan membuat handbag wanita, dikarenakan handbag meliputi kesemuanya, mulai dari shoulder bag sampai dengan clutch bag.
Definisi Handbag menurut Wikipedia : “a purse is a small money container similar to a wallet, but typically used by women and including a compartment for coins, with a handbag being considerably larger.” Handbag menurut buku fashion from concept to concumer haruslah memiliki nilai fungsional dan dekoratif. Bentuk handbag berkisar dari struktur klasik sampai yang tidak berstrukur. Material yang digunakan pun bermacam-macam, kulit, kulit imitasi,berbagai macam jenis kain, metalik, dan selang merupakan bahan yang yang biasa digunakan untuk membuat handbag wanita. Desain handbag haruslah saling berhubungan antara elemen warna, garis, bentuk, bahan, dan detail yang disebut juga dengan prinsip desain dengan proporsi dari desain handbag itu sendiri.
2.3 Sejarah Handbag Handbag sudah merupakan termasuk dalam sejarah mode sejak seseorang mempunyai sesuatu yang sangat berharga untuk dibawa kemana-mana. Berawal di abad 14, ditemukan pada sebuah
24
hieroglif mesir, sebuah kantung yang melingkar di pinggang, yang kita kenal dengan ‘korset’. Pada abad 16 , handbag sudah praktis sebagai barang bawaan sehari-hari. Sepanjang periodik abad ini, perkembangan bentuk tas dibuat lebih besar dan berguna bagi seseorang yang bepergian. Di abad 17 variasi tas sudah beragam dan fashionable baik bagi pria maupun wanita. Wanita mudanya memakai handbag bermotif bordir dan diperlukan keahlian khusus dalam pembuatannya sehingga terlihat indah dan unik. Neo-classical clothing mulai popular di abad 18 dan memakai handbag akan membuat penampilan mereka lebih fashionable. Para wanita di zaman ini memiliki beragam handbag untuk setiap acara yang berbeda, dan setiap majalah fashion memberikan berbagai argumen tentang isi handbag tersebut. Istilah handbag pertama kali muncul di awal tahun 1900an. Berawal dari kebiasaan para pria menenteng tas mereka dan memberikan inspirasi pada popularitas tas wanita. Tahun 1920, terlihat revolusi pada perkembangan mode. Tas tidak lagi perlu serasi dengan busana yang dipakai dan akan terlihat berlebihan bila digunakan. Tahun 1940 mulai perubahan yang besar pada pakaian, termasuk pada handbag dengan pengaruh peperangan pada masa itu. Bingkai metal, retzleting, dan cermin sangat sedikit disuplai sehingga banyak manufaktur menggunakan bahan plastik. Tahun 50-an merupakan tahun yang penting bagi para desainer, seperti Chanel, Louis Vuitton, dan Hèrmes. Karena merupakan tahun pencerahan bagi desainer tersebut untuk bebas berkarya. Tahun 60-an merupakan jatuhnya budaya kasik dan merupakan pencerahan bagi youth culture. Hingga saat ini model handbag bermacam-macam, dan semakin marak pula para desainer mode mengeluarkan rancangan tas dengan bentuk dan ukuran yang bermacam-macam. Seperti louis Vuitton mengeluarkan rancangan tas monocrhome-nya yang begitu tersohor. Dan desainer-desainer muda lainnya seperti, marc jacobs, BCBG, longchamp dll.
25
Di Indonesia sendiri perkembangan handbag sangat maju dengan pesat. Model yang bermunculan pun bermacam-macam tetapi tidak jauh berbeda dengan model-model yang berkembang di luar negeri.
2.4 Prinsip dan Elemen Desain Dalam membentuk suatu desain, perlu diperhatikan elemenelemen dan prinsip-prinsip dalam suatu desain tersebut. Karena elemen dan prinsip desain tersebut akan memberi korelasi pada suatu desain yang dibentuk. Hal-hal yang menyangkut elemen desain menurut buku Fashion from
concept to consumer adalah sebagai
berikut : 1. Warna Warna merupakan elemen pertama yang akan direspon oleh eorang
konsumen.
Suatu
warna
akan
memberikan
hubungan personal pada seorang konsumen, warna juga yang akan memutuskan konsumen untuk memilih atau menolak suatu desain produk yang ditawarkan. Karena warna memberikan respon emosi dari pribadi seorang konsumen. Warna memiliki tiga perbedaan dimensi, yaitu : 1. Hue ialah kemungkinan kita berbicara tentang satu warna dari warna yang ada. Contohnya warna merah dari hijau atau biru. 2. Value ialah tingkatan atau urutan kecerahan suatu warna. Nilai tersebut akan membedakan kualitas tingkat kecerahan suatu warna, misalnya ia akan membedakan warna merah murni dengan warna merah tua atau dengan merah muda. 3. Intensity ialah relatifitas dari suatu warna terang atau pucat. menurut buku warna karangan Sulasmi Darmaprawira, W.A, intensitas warna menyatakan kekuatan atau kelemahan warna, daya pancar warna dan kemurnian warna. Intensitas juga merupakan kualitas warna yang menyebabkan warna itu berbicara, berteriak, atau berbisik dalam nada lembut. Pada buku teori warna karangan Sulasmi Darmaprawira,
W.A, 26
disadur juga dari buku The art of color and design, Maitland Graves menyebutkan ‘ Hue is the name of color.
Value is the
brightness or luminosity of color. Chroma is strenght,
intensity,
or purity of color’.
Klasifikasi warna : 1.
Warna hangat : merah, kuning, oranye. Dikatakan warna hangat karena diasosiasikan pada api dan matahari.
2.
Warna dingin : biru, hijau, ungu
3.
Warna netral : krem, coklat, abu-abu, dan hitam.
Petunjuk untuk kemungkinan kombinasi warna : 1. Monochromatic Mono berarti satu, chroma berarti warna. Kesimpulannya alah menggunakan Values dan intensitas dalam satu warna. 2. Analogous Pemakaian warna yang masuk dalam satu putaran dan warna
satu dengan yang lainnya masih memiliki
korelasi, dan akan menghasilkan irama , dan efek yang menarik. 3. Complementary Merupakan pemakaian warna yang berlawanan dari satu lingkaran warna. 2. Karakter Bahan 1. Tekstur Tekstur merupakan suatu kenikmatan dalam elemen desain. Merupakan sesuatu yang akan menarik perhatian dari suatu bahan. 2. Pertimbangan Teknik 3. Reviewing Fabrics Biasanya seorang desainer sukar dalam memilih suatu bahan yang akan dipakai pada produknya, dalam hal i ni
27
mereka
biasanya
bekerja
sama
dengan
fabric
merchandiser. 4. Pertimbangan harga Kualitas bahan, dan harga bahan yang semestinya harus konsisten dengan harga jual produksi. Desainer mahal biasanya
memakai
bahan
dengan
kualitas
bagus,
sedangkan merek yang biasa-biasa saja memakai bahan dengan kualitas yang biasa pula. Peraturan umumnya adalah biaya kain dan pemotongan harus seimbang dengan biaya kain. 5. Contoh potongan Desainer atau kriyawan harus memasukkan bermacammacam
ukuran
untuk
tekstur
dan
cetakan
untuk
mendapatkan keseimbangan fesyen dan fesyen. Biasanya contoh
warna
membantu
dikirim
desainer
oleh dan
perusahaan kriyawan
tekstil
dalam
untuk
membuat
keputusan sebuah desain. Tetapi bagaimanapun juga contoh warna yang mereka berikan kurang lengkap untuk membuat suatu tekstur dan cetakan sablon. Oleh karena itu desainer memesan 3 – 5 yard untuk eksperimen awal. Bila ada kain yang lolos seleksi, seorang desainer bisa langsung memproduksi kain tersebut.
3. Garis Garis merupakan elemen penting dari sebuah desain, karena garis menentukan suatu ketertarikan visual agar desain terlihat bagus. 1. Garis lurus
: garis lurus biasanya memberi kesan monoton
pada sebuah desain. Tetapi garis juga memiliki kekuatan untuk menciptakan mood dan feeling pada sebuah desain. 2. Garis vertikal : garis vertikal memberi kesan tinggi dan stabil. 3. Diagonal
:
memberikan
kesan
kuat
pada
suatu
pergerakan.
28
4. Zigzag
: dapat memberi kesan kesenangan tetapi lebih
sering memberi kesan kekacauan. 5. Ilusi optik
: membuat yang terlihat tidak tampak seperti
sebenarnya. Garis-garis pada pakaian dapat memberi tipuan penglihatan. Seperti halnya garis vertikal pada pakaian dapat membuat seseorang tampak lebih tinggi, dan kurus. 4. Bentuk Fungsi lain dari garis adalah untuk menciptakan sebuah bentuk. Istilah siluet dipakai untuk mendeskripsikan sebuah garis luar dari keseluruhan pakaian. Karena siluet adalah apa yang kita lihat dari kejauhan. Siluet yang alami sangat dekat dengan wanita, karena mengikuti bentuk tubuh dan memberi aksen yang ramping. 5. Detail Merupakan sentuhan akhir yang dilakukan oleh seorang desainer pada karya yang mereka buat. Detail yang baik adalah menggunakan prinsip desain pada pengaplikasiannya.
Prinsip desain meliputi hal dibawah ini : 1. Proporsi Proporsi merupakan suatu ikatan yang saling berhubungan dalam suatu ukuran, dalam semua bagian pada pakaian. Pada saat menggambarkan suatu gaya, seorang desainer harus
mempertimbangkan
bagaimana
membagi
siluet
dengan garis konstruksi atau detail. Konsep dari sebuah proporsi adalah mengubah tujuan fesyen yang baru dengan cara membuat perkembangan siluet dan garis. 2. Keseimbangan a.
Keseimbangan vertikal : tegak lurus.
Berat visual
adalah hubungan antara atas bawah, kemeja dan rok, jaket dan celana. Dalam hal ini biasanya proporsi dan keseimbangan seringkali bisa tertukar. b.
Keseimbangan simetris : dalam konteks prinsip desain, seimbang merupakan referensi dari hubungan 29
horisontal
atau
merupakan
keseimbangan
yang
sempurna. c.
Keseimbangan asimetris : keseimbangan yang tidak sempurna sehingga menarik
perhatian mata yang
memandang.
3. Pengulangan 1. Irama : merupakan elemen penting dalam membuat sebuah desain agar desain tersebut tampak menarik. Irama
yang
menarik
dapat
tercipta
dengan
pengulangan garis, bentuk, dan warna. Dalam sebuah pakaian irama dapat dilihat dari lipatan-lipatan, kancing, baris potongan, penggunaan pita. 2. Irama yang seragam: merupakan pengulangan yang teratur. Pengulangan ini bisa terlihat monoton, tetapi bisa juga terlihat menarik bila dibuat lebih banyak alternatifnya. 3. Irama yang tidak sama : pengulangan warna, garis dan bentuk yang tidak teratur merupakan cara yang baik dalam melakukan pengulangan agar tampak menarik. 4. Progression / graduation : tambahan / pengurangan pada pakaian secara berangsur-angsur. 5. Pergerakan garis terus-menerus : biasanya digunakan pada gordyn, dimana kain halus digantung dalam posisi
berlipat-lipat
sehingga
akan
menciptakan
bayangan lipatan yang berirama yang mengalir dari satu sisi ke sisi yang lainnya. 6. Radiation : memusat. Merupakan garis yang berpusat pada satu titik. 7. Penggunaan lain dari pengulangan merupakan suatu cara yang dapat membantu dalam sebuah proses desain.
30
4. Tekanan Merupakan
pusat
dari
rasa
ketertarikan,
menggambarkan atensi dari poin sebuah kostum. Kombinasi dari metode ini memberikan kekuatan pada fokal poin, sebagai penempatan suatu tekanan dekoratif pada struktur poin.
5. Keselarasan Merupakan kondisi yang simpel dalam elemen dan prinsip desain. Pada akhirnya desain tersebut selesai dengan sempurna, tidak berlebihan dan tidak ada elemen yang terlupakan. Seorang desainer harus menyadari secara objektif
apakah
semua
elemen
tersebut
menciptakan
keharmonisan juga tampak bagus secara visual. Cara yang paling baik untuk memperoleh keuntungan dari pengalaman dalam menggunakan elemen dan prinsip desain adalah dengan melakukan eksperimen. Seorang desainer dalam melakukan pekerjaannya merupakan termasuk dalam proses pembelajaran pula. 6. Strategi pemasaran Perekonomian desain setiap garis dan detail pada pakaian sebaiknya menjadi esensi kesempurnaan pada setiap
desain.
Kekuatan
pada
sebuah
desain
bisa
dilumpuhkan oleh elemen-elemen yang tidak selaras yang tidak ada hubungannya dengan tema desain tersebut.
Karakteristik kria: a.
lazimnya dirancang dan dikerjakan atau dibuat oleh orang yang sama.pembuatnya kita sebut sebagai artistcraftmanship. Namun dipedesaan dan sentra kerajinan, ada pembagian kerja, jadi pengrajin bisa saja membuat rancangan-rancangan yang diciptakan oleh yang lainnya dan
memperkerjakan
anggota
keluarganya
untuk
membuat pengulangan-pengulangan\. 31
b.
Ada kemiripan satu sama lain karena ada faktor pengulangfan ( repetisi )
c.
Ada variasi
d.
Menekankan penggunaan alat dan material secara benar
e.
Keunikan ( uniqueness ), bagaimanapun miripnya dengan objek lain yang sejenis
f.
Memikirkan objek yang awet dan tahan lama
32