BAB II TINJAUAN TEORI A.
Kehamilan 1.
Pengertian Kehamilan Masa kehamilan dimulai dari hasil konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan di bagi dalam 3 triwulan, yaitu: triwulan pertama di mulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dimulai dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Saifudin, 2001, p.89).
2.
Tanda dan Gejala Kehamilan Tanda dan gejala kehamilan meliputi: a. Tanda-tanda presumptif Seperti Amenorea (tidak dapat haid), Nausea and Vomiting (mual dan muntah), mengidam (ingin makanan khusus), tidak tahan suatu bau-baunan, pingsan anoreksia (tidak ada selera makan), fatigue (lelah), payudara membesar, tegang, dan sedikit nyeri, miksi sering. b. Tanda-tanda kemungkinan hamil
8
c.
Seperti perut membesar, uterus membesar, tanda hegar, tanda chadwick, tanda piscaseck, adanya his, teraba ballotement, reaksi kehamilan positif. Tanda-tanda pasti hamil (tanda positif) Seperti gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasakan, adanya denyut jantung janin, terlihat bagian-bagian janin saat di USG (Mochtar, 1998, p.43).
3. Perubahan pada Proses Kehamilan a.
Trimester I (0-12 minggu) 1) Umumnya nafsu makan ibu berkurang, sering timbul rasa mual dan ingin muntah. Pada kondisi ini, ibu harus tetap berusaha untuk makan, agar janin dapat tubuh dengan baik. Kenaikan normal antara 0,7-1,4 kg (Waryana, 2010, p.44). 2) Sering kencing terjadi karena pada bulan-bulan pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar (Sarwono, 2007, p.126). 3) Pada triwulan pertama zat besi yang dibutuhkan adalah 1mg/hari yaitu untuk kebutuhan ibu hamil sendiri 0,8 mg/hari ditambah dengan kebutuhan janin dan red cell mass 30-40mg (Waryana, 2010, p.56).
b.
Trimester II (sampai dengan usia 28 minggu)
9
1) Nafsu makan sudah pulih kembali, kebutuhan makan harus diperbanyak. Kenaikan berat badan normal antara 6,7-7,4 kg (Waryana, 2010, p.44). 2) Pada triwulan kedua keluhan sering kencing umumnya hilang oleh karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul (Sarwono, 2007, p.126). 3) Pada triwulan kedua zat besi yang diberlakukan adalah ± 5mg/hari yaitu untuk kebutuhan basal 0,8 mg/hari ditambah dengan kebutuhan red cell mass 300mg dan conceptus 115mg (Waryana, 2010, p.56). c.
Trimester III (sampai dengan usia 40 minggu) 1) Nafsu makan sangat baik, tetapi jangan berlebihan. Kenaikan berat badan normal antara 12,7-13,4 kg (Waryana, 2010, p.44). 2) Pada triwulan ketiga gejala sering kencing gejala bisa timbul karena janin mulai masuk ke ruang panggul dan menekan kembali kandung kencing. 3) Pada triwulan ketiga zat besi yang dibutuhkan adalah 5 mg/hari yaitu untuk kebutuhan basal 0,8/hari ditambah dengan kebutuhan red cell mass 150 mg dan conceptus 223 mg. Maka kebutuhan pada triwulan kedua dan ketiga jauh lebih besar dari
10
jumlah zat besi yang didapat dari makanan (Waryana, 2010, p.56).
4. Perubahan fisik pada saat kehamilan a.
Rahim (Uterus) Rahim yang besarnya hanya sejempol atau beratnya 30 gr akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia, sehingga menjadi seberat 1000 gr saat akhir kehamilan.
b.
Vagina (Liang Senggama) Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh esterogen sehingga tampak makin merah dan kebirubiruan (tanda Chadwiks).
c.
Ovarium (Indung Telur) Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur 16 minggu.
d.
Payudara 11
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. e.
Sirkulasi darah ibu Terjadinya peningkatan volume darah ibu karena kehamilan (Manuaba, 1998, pp.106-109).
5.
Perubahan Fisologis padaWanita Hamil Ketika seorang wanita dinyatakan hamil, perubahan fisiologis tubuh turut berubah, sehingga kebutuhan gizinyapun juga bertambah. Perubahan paling nyata adalah perubahan berat badan. Selama kehamilan 9 bulan, berat badan wanita hamil umumnya bertambah sekitar 6-12 kg. Selama 3 bulan pertama, pertambahan berat badan sangat lambat yakni sekitar 1,5 kg pada trimester kedua dan ketiga pertambahan berat badan ibu hamil akan mencapai 4 ons perminggu sehingga pada akhir kehamilan beratnya bertambah 12 kg. Berat badan selama hamil adalah cerminan output dari produk kehamilan dan perubahan dalam tubuh ibu itu sendiri. Seperti pertumbuhan janin, plasenta, dan cairan amnion. Berat totalnya bisa mencapai 5 kg. Sisanya sekitar 7 kg berisi deposit lemak yang menempel pada tubuh ibu, pertambahan volume darah ibu, serta pertambahan ukuran payudara dan rahim (Waryana, 2010, p.34).
6. Pengawasan Ibu Hamil
12
a.
Jadwal Pemeriksaan Kehamilan Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya terlambat satu bulan, periksa ulang satu kali sebulan sampai kehamilan 7 bulan, periksa ulang dua kali sebulan sampai kehamilan 9 bulan, periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan , dan periksa khusus sewaktu waktu jika ada keluhan (Mochtar, 1998, p. 48).
b.
Pemberian vitamin zat besi Dimulai dengan memberikan satu tablet sehari segera mungkin setelah rasa mual hilang, atau saat
mau tidur. Tiap tablet
mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 mg. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi, karena akan mengganggu penyerapan (Djuanda, 2007, p.A17). B.
Tablet Fe Tablet Fe disebut juga zat besi, merupakan komponen ensensial dari hemoglobin, dan kekurangan zat besi dalam makanan mengakibatkan rendahnya kadar hemoglobin dalam darah (Djuanda, 2007, p.A17). a.
Tujuan Mengkonsumsi Tablet Fe Untuk mencegah terjadinya ibu hamil terkena anemia, mencegah menurunya kosentrasi, iritabilitas, sakit kepala, perdarahan, pucat, 13
pecah-pecah di ujung mulut, kulit kering, rapuhnya rambut dan kuku (Fitrianingsih, 2009, p.137). b.
Fungsi Tablet Fe Fungsi dari tablet Fe ini untuk menggantikan zat besi yang hilang melalui tinja, air kencing, dan kulit. Kebutuhan zat besi selama kehamilan meningkat. Peningkatan ini dimaksudkan untuk memasok kebutuhan pertumbuhan janin, pertumbuhan plasenta, dan peningkatan volume darah ibu (Arisman, 2004, p.146). Dengan bertambahnya umur kehamilan, zat besi yang dibutuhkan semakin banyak, dengan demikian resiko anemia zat besi semakin besar (Waryana, 2010, p.54).
c.
Kandungan Setiap tablet kunyah mengandung 100 mg zat besi sebagai kompleks besi (III) Hidroksida Polimaltosa (KBP), siklamat (Fitrianingsih, 2009, p.137).
d.
Indikasi penggunaan zat besi Satu-satunya indikasi klinis penggunaan preparat zat besi adalah pengobatan atau pencegahan anemia defisiensi besi. Untuk 14
pengobatan pada defisiensi zat besi laten dan anemia (gejala defisiensi besi), dan terapi pencegahan defisiensi besi selama masa kehamilan (Fitrianingsih, 2009, p.137). e.
Cara kerja obat Maltofer tablet adalah sediaan zat besi untuk pengobatan defisiensi zat besi laten dan anemia. Besi adalah komponen penting dari hemoglobin, myoglobin, dan enzim-enzim yang mengandung besi. Biasanya defisiensi zat besi dapat menyebabkan cepat lelah, menurunya kosentrasi, iritabilitas, perasaan gelisah, sakit kepala, hilang nafsu makan, peka terhadap stress dan infeksi, pucat, pecah-pecah di ujung mulut, kulit kering dan rapuhnya rambut dan kuku . Zat besi dalam maltofer tablet adalah sebagai kompeksbesi (III) Hidroksida, yang masing-masing partikelnya terikat pada suatu polimer karbohidrat (polimatosa). Hal ini mencegah perusakan saluran pencernaan. Perlindungan ini mencegah interaksi antara besi dengan makanan. Selain itu, hal ini juga menjamin bioavailabilitas zat besi (Fitrianingsih, 2009, p.137).
f.
Efek samping Efek samping tablet besi kadang-kadang menimbulkan gangguan pada system pencernaan seperti rasa penuh, penekanan pada daerah 15
ulu hati, mual, sembelit, dan diare. Tinja bewarna gelap yang disebabkan oleh besi, tidak menimbulkan masalah yang tidak berarti secara klinis (Fitrianingsih, 2009, p.137). Penyulit ini tidak jarang menyusutkan ketaatan (pemberian suplementasi semasa haid terbukti mampu meningkatkan ketaatan itu, karena kebutuhan akan besi pada ketika ini memang cukup tinggi) pasien selam pengobatan berlangsung. Jika situasi seperti ini berkembang, dosis sebaiknya diturunkan sampai pengaruh itu lenyap. Sementara, sebaiknya pasien diberi tahu bahwa “pengaruh yang tidak menyenangkan” itu tidak ada artinya jika dibanding dengan besarnya manfaat besi (Arisman, 2004, p.151). g.
Cara meminum tablet Fe Absorbsi zat besi mengalami peningkatan jika terdapat asam di dalam lambung, keberadaan asam ini dapat di tingkatkan dengan: 1) Minum tablet besi dengan makanan daging atau ikan yang menstimulan produksi asam lambung. 2) Mengkonsumsi tablet besi bersama tablet asam askrobat (vitamin C) atau bersama jus/ air jeruk 3) Sebaiknya tidak meminum tablet Fe dengan meminum teh, kopi atau susu karena tinin yang terdapat pada teh dan kopi dapat menghambat penyerapan (Fitrianingsih, 2009, p.138). 16
h.
Cara Penyimpanan Tablet Fe Simpan di dalam wadah aslinya pada suhu 25oC, dan dalam tempat kering (Fitrianingsih, 2009, p.140).
i.
Pengaruh Tablet Fe Pengaruh obat sampai sekarang belum diamati karena besi merupakan senyawa kompleks, interaksi secara ionik dengan komponen makanan dan obat-obatan secara bersamaan jarang sekali terjadi (Fitrianingsih, 2009, p.140). Jika kekurangan tablet Fe pada ibu hamil dapat berpengaruh pada kehamilannya itu sendiri misalnya ibu hamil tersebut bisa terjadi anemia, anemia itu sendiri bisa terjadi pada kehamilan persalinan dan nifas seperti: keguguran, partus prematurus, inersia uteri, atonia uteri, syok, infeksi intrapartum dan nifas. Sedangakan pengaruh anemia pada janin seperti: abortus, IUFD, Stillbrith (kematian janin saat lahir), kematian perinatal tinggi, prematuritas, dapat terjadi cacat bawaan, cadangan besi kurang (Nugraheny, 2009, pp.30-31).
17
C. Perilaku 1. Pengertian Perilaku Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang paling berinteraksi (Wawan dan Dewi, 2010, p.48). Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup)yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis tertawa bekerja, menulis, membaca, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005, p.43). Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skiner (1938), seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seorang terhadap stimulus (rasangan dari luar) (Notoatmodjo, 2005, p.43).
18
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (Notoatmodjo, 2005, p.43)
a. Perilaku tertutup (civert behavior) Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang yang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable behavior” atau “covert behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. b.
Perilaku terbuka (Overt Behavior) Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain oleh sebab itu disebut overt behavior, tindakan nyata atau praktek.
D.
Perilaku Ibu Hamil dalam Mengkonsumsi Tablet Fe Perilaku adalah hasil atau resultan antara stimulus (faktor eksternal) dengan respon (faktor Internal) dalam subjek atau orang yang berperilaku tersebut. Dengan perkataan lain, perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam 19
maupun dari luar subjek. Faktor yang membentuk atau menetukan perilaku ini disebut determinan. Banyak teori tentang determinan perilku ini, masing-masing mendasarkan pada asumsi-asumsi yang dibangun. Dalam bidang perilaku kesehatan ada beberapa teori kesehatan diantaranya dari teori Lawrence Green (1980). Menurut Green, perilaku dipengarui oleh 3 faktor utama yaitu: 1. Faktor-faktor Presdisposisi (Presdisposing Faktor) Yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisikan terjadinya perilaku seseorang, antara lain: (Notoatmodjo, 2005, pp.59 - 60) a. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan
terhadap
suatu
obyek
tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Penelitian Rogers (1974) mengungkapakan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu: 1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu.
20
2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus. 3) Evalition, yakni menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. 4) Trial, orang telah mencoba perilaku baru. 5) Adoption,
subyek
telah
berperilaku
baru
sesuai
dengan
pengetahuan kesadaran sikapnya terhadap stimulus. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: Tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (aplication), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo, 2005, p.50). b. Pendidikan Pendidikan adalah segala ke giatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan berlangsung disegala jenis, bentuk, dan tingkat lingkungan hidup, yang kemudian mendorong pertumbuhan segala potensi yang ada dalam diri individu. Pada mulanya, manusia menjalankan pendidikan secara instingtif atau naluriah, semata-mata demi kelangsungan hidupnya. Bahkan naluri pendidikan itu berlangsung terus sampai sistem dan metode pendidikan itu ditemukan (Suparlan, 2006, p.80).
21
c. Sikap Merupakan reaksi (respon yang masih tertutup) dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu: 1) Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek, artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. 2) Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek. 3) Kecenderungan
untuk
bertindak,
artinya
sikap
adalah
merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sepeti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya sebagai berikut:
22
a) Menerima, artinya bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek). b) Menanggapi, artinya memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. c) Menghargai, artinya subjek atau seseorang memberikan nilai positif terhadap objek atau stimulus (membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon). d) Bertanggung jawab, sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya resiko lain (Notoatmodjo, 2005, pp.52-54).
d. Tradisi dan Kepercayaan Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan dalam masyarakat. (Departemen Pendidikan Nasional, 2002). Macam-macam tradisi yang dianut selama kehamilan antara lain mitoni biasanya dilakukan saat ibu hamil umur kehamilannya menginjak 7 bulanan, selain itu juga ada mapati 23
biasanya dilakukan pada ibu hamil saat umur kehamilannya menginjak 4 bulan, tradisi ini merupakan tradisi orang jawa dan masih banyak masyarakat melakukan tradisi ini. Sedangkan kepercayaan adalah anggapan atau keyakinan bahwa suatu yang dipercaya itu benar atau nyata (Departemen Pendidikan Nasional, 2002). Macam-macam dari kepercayaan ini misalnya adalah apabiala ibu hamil selama hamil membawa gunting, jarum, dan benang akan dipercaya atau diharapkan kelak anaknya kalu lahir perempuan bisa menjahit, apabila ibu hamil meminum air kelapa,dipercaya nanti saat persalinan anaknya akan bersih dan air ketubannya sangat jernih, apabila ibu meminum air rumput fatimah saat persalinan, dipercaya anak akan cepat keluar, apabila ibu hamil memakan buah parijoto dipercaya nanti anaknya akan putih saat tumbuh dewasa. Kepercayaan ini biasanya masih banyak dianut oleh orang-orang jawa.
e. Tingkat Sosial Ekonomi Tingkat sosial adalah suatu keadaan yang dapat membedakan seseorang, biasanya yang membedakan adalah derajat orang itu sendiri. Baik derajat pendidikan maupun pekerjaan. Sedangkan tingkat sosial ekonomi adalah tingkat kemampuan seseorang yang 24
memenuhi kebutuhan hidup, semakin tinggi tingkat sosial ekonomi akan mendapat tingkat pengetahuan dengan semakin luasnya mendapat
informasi.
Misalnya
seseorang
dalam
melakukan
pelayanan atau memperoleh pendidikan sering dibedakan dalam tingkat sosial ekonomi, dimana orang yang mempunyai tingkat sosial ekonomi yang tinggi pelayanan dan pendidikannya akan semakin baik atau istimewa, tetapi kalau seseorang tersebut mempunyai tingkat sosial yang rendah maka orang tersebut akan mendapatkan pelayanan yang tidak istimewa seperti yang mempunyai tingkat sosial ekonomi yang tinggi, pendidikannya pun juga akan lebih rendah. Di Indonesia sering sekali masyarakatnya atau penduduknya masih menganggap tingkat sosial ekonomi itu yang paling utama. 2. Faktor-faktor Pendukung (Enambling Faktor) a. Sarana dan Prasarana Di sini yang dimaksud dengan sarana adalah segala sesuatu yang bisa dipakai sebagai alat atau media dalam mencapai maksud dan tujuan tertentu, misalnya: sarana transportasi, tempat pembuangan tinja, tempat pembuangan sampah, dan lain-lain, sedangkan prasarana adalah perangkat penunjang utama suatu proses sehingga tujuan dalam kesehatan bisa tercapai misalnya: air bersih, tersedianya makanan bergizi, obat-obatan, dan lain-lain. b. Fasilitas Kesehatan 25
Sarana untuk melancarkan pelaksanaan dalam mencapai kesehatan misalnya puskesmas, posyandu, Rumah Sakit, Balai Pengobatan Desa, dan lain-lain. c. Tindakan atau praktek Seperti telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktek). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana prasarana. Praktek atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu: (Notoatmodjo, 2005, p.55) a) Praktek terpimpin Apabia subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan. b) Praktik secara mekanisme Apabila
subjek
atau
seseorang
telah
melakukan
atau
mempraktikan sesuatu hal secara otomatis. c) Adopsi Suatu tindakan atau praktek yang sudah berkembang. Artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau sekedar mekanisme 26
saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas. 3. Faktor-faktor penguat (Reinforcing Factor) a. Tokoh masyarakat Seseorang yang menjadi panutan dan dihormati oleh masyarakat karena kebaikannya atau karena seseorang itu sangat berperan dalam suatu wilayah tersebut misalnya kepala desa, kepala RT, kepala RW, Camat, suatu organisasi atau kelompok yang berada dalam wilayah atau tempat tersebut, sehingga masyarakat mau dan ikut berperan dalam melakukan apa yanag menjadi saran dari tokoh masyarakat tersebut,
dan
pastinya
manfaatnya
sangat
menguntungkan
masyarakat atau warga setempat. Misalnya di suatu desa anak balita masih banyak yang tidak ditimbang di posyandu, jadi kebanyakan orangtua tidak tahu perkembangan anaknya sendiri, padahal bidan desa sudah menganjurkan para ibu untuk datang keposyandu, disinilah peran dari tokoh masyarakat sangatlah penting, lewat tokoh masyarakat bidan desa bisa membujuk para ibu-ibu yang mempunyai anak balita untuk datang ke posyandu. b. Tenaga kesehatan Seseorang yang bekerja dalam bidang kesehatan, dan berperan dalam meningkatkan kesehatan penduduk indonesia misalnya bidan, 27
dokter, perawat. Disini peran tenaga kesehatan sangat penting dalam mewujudkan Indonesia Sehat. Misalnya di suatu desa terpencil, seharusnya ditempatkan dokter atau bidan desa, dimana nanti kalau ada
salah
satu
penduduk
atau
masyarakat
setempat
yang
membutuhkan pertolongan secepatnya bidan atau dokter bisa membantu secepatnya. c. Keluarga a) Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga inilah pendidikan kepada individu dimulai dan dari keluarga ini juga akan tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk membangun suatu kebudayaan maka sebaiknya dimulai dari keluarga. Kelurga dijadikan unit pelayanan, karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesama anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga yang ada di sekitarnya atau masyarakat sekitarnya atau dalam konteks yang luas berpengaruh terhadap negara (Setiadi, 2008, pp.1-2). b) Macam-macam keluarga Keluarga dikelompokkan menjadi dua yaitu keluarga inti adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak yang di peroleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya, sedangkan keluarga 28
besar yaitu keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah seperti kakek, nenek, paman, bibi (Setiadi, 2008, p.4). Tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, menurut Freeman (1981) ada 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yaitu: (Setiadi, 2008, pp.12-13). (1) Mengenali masalah kesehatan setiap anggotanya (2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga. (3) Memberikan keperawatan bagi anggota yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda. (4) Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga. (5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada). d. Lingkungan Lingkungan dalam pengertian psikologi adalah segala apa yang berpengaruh pada individu dalam berperilaku. Lingkungan turut 29
berpengaruh terhadap perkembangan pembawaan dan kehidupan manusia (Purwanto, 1999, pp.14-15). Lingkungan dapat digolongkan: a) Lingkungan manusia, yang termasuk dalam lingkungan ini adalah keluarga, sekolah, masyarakat, termasuk didalamnya kebudayaan, agama, taraf kehidupan dan sebagainya. b) Lingkungan benda, yaitu benda yang terdapat disekitar manusia yang turut memberi warna pada jiwa manusia yang berada disekitarnya. c) Lingkungan geografis, latar geografis turut mempengaruhi corak kehidupan manusia. Masyarakat yang tinggal di daerah pantai mempunyai keahlian, kegemaran, dan kebudayaan yang berbeda dengan manusia yang tinggal di daerah pegunungan. E.
Kerangka Teori Kerangka teori adalah bagan hubungan antara variabel dari variabel yang diketahui atau diduga mempunyai hubungan dengan variabel penelitian. Dari konsep perilaku di atas dapat dibuat skema prilaku sebagai berikut: Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe. Faktor presdiposisi - Pengetahuan - Tingkat pendidikan - Sikap
30
Faktor pendukung:
Perilaku Kesehatan
- Sarana dan prasarana - Fasilitas kesehatan Faktor penguat: - Sikap tokoh masyarakat - Sikap tenaga kesehatan
Gambar 2.1 : Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Sumber
F.
: Modifikasi dari Lawrence Green, Notoatmodjo (2005)
Kerangka Konsep Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal yang khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi maka konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur. Dengan perkataan lain kerangka konsep adalah merupakan formulasi atau simplifikasi dari kerangka teori atau teori-teori yang mendukung penelitian tersebut. Oleh sebab itu kerangka konsep ini terdiri dari variabel-variabel serta hubungan variabel yang satu dengan yang lain (Notoatmodjo, 2010, p. 100).
Praktik ibu hamil tentang tablet Fe Gambar 2.2 : Kerangka Konsep
31
32