BAB II TINJAUAN TEORI 4 A. Buruh Pabrik 1. Pengertian Menurut Hamzah (2014), tenaga kerja adalah tenaga yang bekerja didalam maupun luar hubungan kerja dengan alat produksi utama dalam proses produksi baik fisik maupun pikiran. Menurut Alam (2014), tenaga kerja adalah penduduk dengan usia 17 tahun sampai 60 tahun yang bekerja untuk menghasilkan uang sendiri. Menurut Undang-undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat (2) berbunyi sebagai berikut: “Tiap -tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan perlindungan yang layak bagi kemanusiaan.” Memberikan kesempatan kepada seluruh warga negara untuk ikut serta dalam pembangunan tanpa diskriminasi baik laki -laki maupun wanita berhak mendapatkan pekerjaan dan mendapatkan perlindungan. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep - 224/Men/2003 yang mengatur undang-undang ketenagakerjaan, antara lain: a. Pasal
5
Undang-Undang
Nomor
13
tahun
2003
tentang
Ketenagakerjaan memberikan perlindungan bahwa “Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan.” b. Pasal 6 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 ditentukan bahwa “Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha.” c. Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagkerjaan memberikan pengertian tenaga kerja yaitu “Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat”. 7 http://repository.unimus.ac.id
8
d. Pasal 1 ayat 3 Undang -Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengatur tentang pengertian pekerja/buruh yaitu “Setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.” Pengertian tenaga kerja dalam penelitian ini adalah mereka yang bekerja pada suatu perusahaan yang didalam maupun diluar hubungan kerja untuk menghasilkan barang maupun jasa. Tenaga kerja di Indonesia menghadapi permasalahan dalam hal produktifitasnya yang rendah. Hal
ini terjadi akibat jumlah orang yang mencari
pekerjaan atau yang menganggur semakin besar. Keadaan tersebut membawa konsekuensi terhadap usaha
penyediaan
lapangan
pekerjaan bagi angkatan kerja baru. Dengan adanya permasalahan mengenai ketidakseimbangan antara permintaan
dan
penawaran
tenaga kerja, maka perlu upaya peningkatan mutu tenaga kerja, dan meningkatkan sumberdaya manusia yang baik akan menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan mempunyai produktifitas yang tinggi. Akibatnya tenaga kerja akan mudah dalam mencari kerja, atau mampu menciptakan lapangan kerja sendiri.
2. Jenis-Jenis Buruh Pabrik Buruh dapat dibedakan menurut jenis dan pekerjaannya. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014), buruh dapat dibedakan menjadi: a. Buruh harian yaitu buruh yang menerima upah berdasarkan hari masuk kerja. b. Buruh kasar yaitu buruh yang menggunakan tenaga fisiknya karena tidak mempunyai keahlian dibidang tertentu. c. Buruh musiman yaitu buruh yang bekerja pada musim-musim tertentu d. Buruh pabrik yaitu buruh yang bekerja di pabrik. d. Buruh tambang yaitu buruh yang bekerja di pertambangan. e. Buruh terampil yaitu buruh yang mempunyai keterampilan tertentu.
http://repository.unimus.ac.id
9
f. Buruh tani yaitu buruh yang menerima upah dengan bekerja di kebun atau di sawah orang lain. g. Buruh terlatih yaitu buruh yang sudah dilatih untuk keterampilan tertentu.
3. Hak-Hak Buruh Pabrik Adapun hak-hak dari pekerja/buruh yang diatur dalam UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan adalah sebagai berikut: a. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha (pasal 6). b. Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya melalui pelatihan kerja (pasal 11). c. Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah mengikuti pelatihan kerja yang di selenggarakan lembaga pelatihan kerja pemerintah, lembaga pelatihan kerja swasta, atau pelatihan di tempat kerja (Pasal 18 ayat 1). d. Tenaga kerja yang telah mengikuti program pemagangan berhak atas pengakuan kualifikasi kompetensi kerja dari perusahaan atau lembaga sertifikasi (Pasal 23) e. Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau di luar negeri (pasal 31). f. Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan (Pasal 82 ayat 1). g. Pekerja/buruh perempuan yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh istirahat 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai
http://repository.unimus.ac.id
10
dengan surat keterangan dokter kandungan atau bidan (Pasal 82 ayat 2). h. Setiap
pekerja/buruh
yang menggunakan hak waktu istirahat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (2) huruf b, c, dan d, Pasal 80, dan Pasal 82 berhak mendapat upah penuh. i. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas: 1) Keselamatan dan kesehatan kerja 2) Moral dan kesusilaan 3) Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilainilai agama (pasal 86 ayat 1). j. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yg memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (pasal 88 ayat 1) k. Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja (pasal 99 ayat 1). l. Setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh (pasal 104 ayat 1). m. Mogok
kerja
sebagai
hak
dasar
pekerja/buruh
dan
serikat
pekerja/serikat buruh dilakukan secara sah, tertib, dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan (Pasal 137). n. Dalam hal pekerja/buruh yang melakukan mogok kerja secara sah dalam melakukan tuntutan hak normatif yang sungguh-sungguh dilanggar oleh pengusaha, pekerja/buruh berhak mendapatkan upah (Pasal 145).
4. Shift Kerja Pada Buruh Menurut satriya (2013) shift kerja adalah bekerja diluar jam kerja normal dalam seminggu dan bekerja dimulai dari jam 07.00 sampai 19.00 atau lebih.
http://repository.unimus.ac.id
11
Menurut Lintje (2008) shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai pengganti atau sebagai tambahan kerja pagi dan sore hari sebagaimana yang dilakukan. 1) Waktu shift, Untuk perubahaan yang beroprasi 24 jam, biasanya membagi waktu shift menjadi 2 atau 3 shift.sedangkan pengaturan jadwal mulai dan akhir tergantung dari lamanya shift. 2) Jadwal kerja shift permanen dan rotasi Untuk pekerja mengalami kerja malam permanen tidak seluruhnya yang dapat beradaptasi, tetapi memang dalam beradaptasi ini pekerja yang menjalani kerja malam permanen mempunyai cara atau metode untuk melawan kelelahan pada malam hari.
3) Rasio intirahat kerja Orang yang bekerja selama 8 jam mempunyai 16 jam untuk istirahat dan melakukan aktifitas lainnya, sedangkan yang bekerja selama 12 jam hanya mempunyai waktu yang sedikit untuk istirahat sehingga mereka mengalami ketidakpuasan dengan waktu istirahat dan tidurnya.
a. Jenis-Jenis Shift Kerja Menurut Kuswadji, 1997 dalam Eka (2014) shift kerja dapat dibagi sebagai berikut: 1) Sistem 3 shift biasa Masing-masing pekerja akam mengalami 8 jam kerja yang sama selama 24jam: dinas pagi antara pukul 06.00-14.00 WIB, dinas sore antara pukul 14.00-22.00 WIB, dan dinas malam antara pukul 22.00- 06.00 WIB. 2) Sistem Amerika Menurut system ini dinas pagi mulai pukul 08.0016.00 WIB, dinas sore antara pukul 16.00-24.00 WIB, dan dinas malam antara pukul 24.00-08.00 WIB. Sistem ini memberikan
http://repository.unimus.ac.id
12
keuntungan fisiologik dan social, kesempatan tidur akan banyak terutama pada pekerja pagi dan sore, setiap shift akan mengalami makan bersama keluarga paling sedikit sekali dalam sehari. 3) Sistem 12-12 Penambangan minyak lepas pantai dipakai sistem 1212. Selama 12 jam dinas pagi dan selama 12 jam dinas malam. Jadwal antara 07.00- 19.00 WIB dan 19.00-07.00 WIB. Satu minggu kerja sore dan satu minggu kerja malam. Bila pekerjaan shift dilakukan selama ini, masing-masing shift baik sore atau malam harus diikuti dengan istirahat dua hari.
b. Dampak shift kerja 1) Aspek Fisiologis Menurut Pulat, 2002 dalam Eka (2014) menyebutkan ada beberapa efek kerja shift terhadap tubuh: a) Mempengaruhi kualitas tidur. Tidur siang tidaklah seefektif tidur pada malam hari karena terdapat banyak gangguan. Biasanya
memakan
waktu
dua
hari
istirahat
untuk
menggantikan waktu tidur malam akibat kerja shift malam b) Kurangnya kemampuan fisik untuk bekerja pada malam hari. Walaupun masalah penyesuaian sirkadian merupakan alasan yang utama, ada alasan lain yaitu perasaan mengantuk dan lelah. c) Mempengaruhi kemampuan mental. Johnson dalam Pulat melaporkan
bahwa
berkurangnya
kapasitas
mental
mempengaruhi perilaku waspada terhadap pekerjaan seperti pengontrolan dan monitoring kualitas. Lebih lanjut, Kelly dan Schneider dalam Pulat menyatakan bahwa kesalahan dapat meningkat secara bermakna (80% sampai 180%) karena bertambahnya lama kerja shift.
http://repository.unimus.ac.id
13
d) Gangguan kegelisahan juga telah dilaporkan terjadi di antara pekerja shift malam. Kehilangan waktu tidur dan efek sosial dari kerja shift juga merupakan alasan utama. e) Gangguan saluran pencernaan. Thiis-Everson melaporkan bahwa dari 6000 pekerja Norwegia, 35% pekerja shift malam mengalami gangguan perut, 13,4% mengalami ulserasi, dan 30% mengalami gangguan usus. 2) Aspek Psikologis Stress akibat shift kerja akan menyebabkan kelelahan (fatique) yang dapat menyebabkan gangguan psikis pada pekerja, seperti ketidakpuasan dan iritasi. Tingkat kecelakaan dapat meningkat dengan meningkatnya stres, fatique, dan ketidakpuasan akibat shift kerja ini. 3) Aspek Kinerja Dari beberapa penelitian baik di Amerika maupun Eropa, shift kerja memiliki pengaruh pada kinerja pekerja. Kinerja pekerja, termasuk tingkat kesalahan, ketelitian dan tingkat kecelakaan, lebih baik pada waktu siang hari dari pada malam hari, sehingga dalam menentukan shift kerja harus diperhatikan kombinasi dari tipe pekerjaan, sistem shift dan tipe pekerja. 4) Domestik dan sosial Shift kerja akan berpengaruh negatif terhadap hubungan keluarga seperti tingkat berkumpulnya anggota keluarga dan sering berakibat pada konflik keluarga. Secara sosial, shift kerja juga akan mempengaruhi sosialisasi pekerja karena interaksinya terhadap lingkungan menjadi terganggu.
5. Permasalahan Pada Buruh Menurut lintje (2011) Permasalahan perburuhan yang ada sampai saat ini lebih disebabkan karena faktor-faktor di luar hubungan kerja/industrial itu sendiri, misalnya: Ketimpangan jumlah lapangan kerja dan jumlah
http://repository.unimus.ac.id
14
tenaga kerja yang mengakibatkan posisi buruh atau tenaga kerja dalam posisi yang lemah. Adapun hak-hak buruh yang belum bisa dipenuhi oleh negara, antara lain: a. Hak-hak di bidang hukum 1) Perlindungan hukum bagi buruh yang melakukan kegiatan serikat pekerja. 2) Pengawasan pemerintah terhadap pelanggaran hakhak buruh. 3) Ketakutan akan pemutusan hubungan kerja (PHK). a. Hak-hak dasar atau hak-hak normatif 1) Pendidikan yang murah dan berkualitas. 2) Transportasi umum yang murah, layak dan aman. 3) Biaya kesehatan/ jaminan kesehatan. 4) Harga-harga kebutuhan pokok. 5) Perumahan. 6) Jaminan hari tua untuk warga negara yg sudah berusia lanjut. 7) Jaminan mendapatkan pekerjaan. 8) Mendapat waktu luang untuk beristirahat atau berekreasi.
B. Waktu luang 1. Pengertian Waktu luang dapat didefinisikan dalam berbagai arti, dari segi waktu, aktivitas atau kondisi pikiran. Dalam segi waktu, dapat diartikan bahwa waktu luang adalah waktu bebas dari semua kewajiban dan keperluan. Jadi dapat didefinisikan pula sebagai segala aktivitas dimana orang lain tidak bisa membayar kita untuk melakukan hal tertentu dan kita tidak harus melakukan sesuatu jika kita tidak menginginkannya. Pada akhirnya waktu luang didefinisikan sebagai keadaan pikiran, artinya melakukan aktivitas yang menyenangkan (OECD, 2009).
http://repository.unimus.ac.id
15
Waktu luang adalah waktu yang tersisa dari rutinitas sehari-hari, dan dimana seseorang dapat memilih aktivitas yang ingin di lakukan dengan tujuan untuk menyenangkan diri sendiri (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Sukadji (2000) mengatakan waktu luang adalah waktu yang tidak digunakan untuk bekerja, mencari nafkah, melaksanakan kewajiban, dan mempertahankan hidup. Dalam mengisi waktu luang, dapat digunakan sebagai sarana mengembangkan potensi, meningkatkan mutu pribadi, kegiatan terapeutik bagi yang mengalami gangguan emosi, sebagai selingan dan hiburan, sarana rekreasi, sebagai kompensasi pekerjaan yang kurang menyenangkan, atau sebagai kegiatan menghindari sesuatu. Menurut Wang (2011), aktivitas waktu luang adalah aktivitas yang dilakukan saat waktu luang, dimana seseorang bebas melakukan aktivitas apa yang diinginkan untuk mengekspresikan dirinya, bersantai, dan merasa bahagia. Waktu luang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah waktu yang tersisa dari aktivitas bekerja dan tidur, dimana tidak ada peraturan yang mengekang aktivitas yang akan dilakukan. Ketika seseorang melakukan aktivitas saat waktu luang, hal tersebut dapat membantu mengurangi perasaan depresi dan kesepian sehingga membantu meningkatkan kesehatan fisik, sosial, dan kognitif (Cheung, 2009). Beberapa penelitian yang membahas mengenai aktivitas waktu luang mengatakan bahwa dengan memanfaatkan waktu luang dengan baik maka turut meningkatkan kondisi kesehatan dari segi fisik, sosial, dan kognitif. Cheung pada tahun 2009 meneliti mengenai aktivitas waktu luang dan hubungannya terhadap kualitas hidup dari segi kesehatan terhadap komunitas lanjut usia di Hongkong. Hasil dari penelitian ini adalah orang lanjut usia lebih banyak menghabiskan waktu luang mereka dengan melakukan aktivitas seperti menonton televisi, mendengarkan musik atau radio dan berkebun atau memelihara binatang. Aktivitas tersebut meningkatkan kualitas hidup mereka dari aspek kesehatan karena terkait
http://repository.unimus.ac.id
16
dengan aktivitas kognitif dan sosial. Waktu luang penting dalam kesehatan baik secara fisik dan mental. Definisi waktu luang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah waktu yang tersisa dari aktivitas bekerja dan tidur, dimana tidak ada peraturan yang mengekang aktivitas yang akan dilakukan.
2.
Manfaat waktu Luang Manfaat waktu luang menurut Syahra (2007), menyebutkan bahwa waktu luang memiliki berbagai fungsi, yaitu : a. Waktu luang sebagai waktu : artinya waktu yang tersisa setelah seseorang melakukan kewajiban utamanya. b. Waktu luang sebagai aktivitas, waktu luang sebagai sikap dasar yang positif, mengarah pada suatu sikap mental yang positif, waktu luang harus dimengerti sebagai suatu hal yang berhubungan dengan kejiwaan dan sikap dasar yang positif. c. Waktu luang sebagai kualitas, sesuatu yang layak didapat dan dianggap sebagai suatu penghargaan setelah bekerja.
3.
Jenis aktivitas waktu luang Aktivitas saat waktu luang dapat dihabiskan dengan berbagai cara, seperti menonton televisi, tidur, olahraga, berkunjung ke tetangga, berpartisipasi dalam acara-acara keagamaan, dan mengunjungi anggota keluarga lain. Pengaturan waktu luang yang baik merupakan faktor kunci untuk mengurangi stress yang didapat dari pekerjaan, merasa santai, meningkatkan kesehatan, serta dapat meningkatkan kepuasan bekerja serta kualitas dalam bekerja. Hal ini dikarenakan dalam melakukan aktivitas di waktu luang, seseorang tidak diatur oleh peraturan-peraturan sehingga bebas mengekspresikan dirinya (Wang, 2011). Aktivitas yang dilakukan saat waktu luang dapat membangun hubungan sosial yang lebih baik, memberikan perasaan positif, menambah pengetahuan dan keterampilan, hingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
http://repository.unimus.ac.id
17
Dari berbagai aktivitas yang dapat dilakukan saat waktu luang, Žganec (2010) membagi aktivitas waktu luang kedalam tiga kategori : a. Bersosialisasi dan berpergian ke luar rumah Jenis aktivitas: berolahraga, pergi ke kafe, mengunjungi lomba olahraga, dan makan di restoran. b. Berkunjung ke tempat hiburan Jenis aktivitas: mengunjungi pameran, pergi ke teater, pergi ke bioskop, datang ke konser, pergi bertamasya, dan melakukan hobi tertentu. c. Aktivitas keluarga dan rumah Jenis aktivitas: mengunjugi teman dan keluarga, belanja, pergi ke tempat ibadah, dan menonton televisi Selain ketiga kategori diatas, jenis aktivitas waktu luang juga dapat dikategorikan berdasarkan aktivitas yang dilakukan. Hal ini terkait dengan konteks proyek yang telah dibahas sebelumnya, dimana beberapa aktivitas dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya, seseorang ingin berkebun maka jenis aktivitas yang dilakukan seperti membeli bibit tanaman, menanam bibit tanaman, dan memberi pupuk. Dalam penelitian ini, aktivitas waktu luang akan dibagi menjadi dua, yaitu jenis aktivitas dan tujuan aktivitas. Jenis aktivitas didalamnya termasuk situasi aktivitas dan situasi sosial yang menjelaskan tentang pemanfaatan waktu luang buruh pabrik. Situasi aktivitas mencakup aktivitas yang dilakukan secara rutin dan tidak. Kemudian situasi sosial mencakup individu lain yang ikut terlibat ketika melakukan aktivitas.
4. Waktu dalam aktivitas sehari-hari Žganec (2010) mengatakan bahwa ruang (space) dan waktu (time) merupakan sumber daya dan dapat diatur alokasi penggunaannya dalam aktivitas sehari-hari. Namun nyatanya dalam sehari-hari terdapat beberapa
http://repository.unimus.ac.id
18
hambatan yang menghambat seseorang untuk mengalokasikan penggunaan ruang dan waktunya. Hambatan tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu: a. Hambatan kemampuan (capability contstrains) Membatasi aktivitas seseorang terkait dengan kemampuannya. Misalnya jarak yang berpengaruh kepada kemampuan individu dalam untuk berpergian atau berkomunikasi dengan lokasi lain atau kondisi fisik dan sosial seseorang yang membatasi kemampuannya untuk melakukan aktivitas. b. Hambatan berpasangan (coupling constrains) Hambatan berpasangan adalah hambatan yang berpengaruh terhadap
kemana,
kapan,
dan
berapa
lama
seseorang
harus
menggabungkan individu lain atau objek lain untuk membentuk kondisi produksi, konsumsi, sosial, dan aktivitas lainnya menjadi satu. Hambatan ini sangat mempengaruhi bentuk dari prisma aktivitas seharihari individu. c. Hambatan autoritas (authority constrains) Hambatan autoritas membatasi akses lokasi ruang atau lokasi waktu. Hambatan ini terbentuk karena adanya peraturan-peraturan, hukum, dan hambatan ekonomi yang menetapkan siapa yang boleh dan tidak mengakses lokasi tertentu, dengan tujuan untuk melindungi sumber daya atau hal lainnya. Selain ketiga faktor utama tersebut, ada pula faktor lainnya seperti penggunaan kendaraan pribadi sehingga ruang aktivitas dapat bertambah besar, pendapatan, pendidikan, pekerjaan, dan status sosial.
http://repository.unimus.ac.id
19
C. Waktu Luang Dalam Kehidupan Buruh Pabrik Berdasarkan UU RI Nomor 13 2003 tentang ketenagakerjaan, pekerja atau buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Buruh seringkali dianggap hanya pekerja kasar pabrik tetapi pada kenyataannya tidak demikian, semua orang yang bekerja di bawah pemerintahan kekuasaan orang lain dan menerima upah juga dikatakan sebagai buruh. Buruh dapat pula dikatakan sebagai pekerja kerah biru, menurut Pacione (2005) pekerja kerah biru memiliki pekerjaan yang terkait dengan aktivitas manual dan dianggap lebih banyak menggunakan otot. Kondisi ini sama dengan buruh pabrik yang dalam pekerjaan sehari-harinya lebih banyak beraktivitas secara manual. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan buruh pabrik adalah pekerja tetap pabrik yang telah menikah dan tidak termasuk kedalam bidang pekerjaan management. Di Indonesia, buruh digaji berdasarkan upah minimum regional (UMR) yang telah ditetapkan pemerintah. Besaran UMR tiap propinsi di Indonesia berbeda disesuaikan dengan beberapa pertimbangan seperti kebutuhan fisik minimum, indeks harga konsumen, perluasan kesempatan kerja, dan lainnya. Seorang
buruh
pabrik
dalam
kesehariannya
memiliki
pengaturan waktu yang ketat karena tuntutan pekerjaannya. Waktu masuk dan pulang kerja yang telah ditentukan berdasarkan peraturan perusahaan, membuat jumlah waktu yang tersisa untuk melakukan aktivitas lain menjadi terbatas. Pengaturan waktu kerja buruh pabrik dibagi menjadi dua berdasarkan Pasal 77 UU RI No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, pertama tujuh jam dalam sehari dan empat puluh jam dalam satu minggu untuk enam hari kerja. Kedua, waktu kerja buruh selama delapan jam dalam sehari dan empat puluh jam dalam satu minggu untuk lima hari kerja. Dalam undang-undang tersebut dikatakan juga apabila suatu buruh bekeja melebihi waktu kerjanya atau dapat dikatakan lembur, maka paling banyak waktu untuk lembur hanya dapat dilakukan selama tiga jam
http://repository.unimus.ac.id
20
sehari dan empat belas jam untuk satu minggu. Berdasarkan peraturan tersebut, jika sebuah pabrik menerapkan waktu kerja selama tujuh jam sehari ditambah waktu lembur selama tiga jam pada hari yang sama maka dapat dikatakan buruh pabrik bekerja selama sepuluh jam selama satu hari. Buruh yang bekerja selama sepuluh jam sehari hanya memiliki waktu yang tersisa selama empat belas jam berupa waktu untuk tidur serta waktu luang. Sisa waktu tersebut yang bisa dimanfaatkan oleh buruh pabrik untuk menghilangkan penat dari pekerjaannya.
http://repository.unimus.ac.id
21
D. Kerangka Penelitian Beban buruh pabrik : 1.
Shift
kerja
Pemanfaatan Waktu buruh
Luang :
pabrik/waktu kerja buruh 1.
pabrik 2.
luang
Dampak shift kerja buruh pabrik a.
Aspek fisiologis
b.
Aspek psikologis
c.
Aspek kinerja
d.
Domestik kesejahteraan
Jenis-jenis waktu
2.
Kualitas waktu luang
3.
Manfaat waktu luang
4.
Harapan buruh pabrik terhadap
dan
memanfaatkan waktu luang
Bagan 2.1. kerangka penelitian
http://repository.unimus.ac.id