BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian 1. Post Partum Post partum adalah masa dimulai setelah partum selesai kira-kira 6minggu setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandung kembali seperti keadaan sebelum hamil. Dimana tubuh menyesuaikan baik fisik maupun psikososial terhadap proses melahirkan. Bari S A, dkk, 2002) Perdarahan pasca persalinan adalah kehilangan darah melebihi 500 ml yang terjadi setelah bayi lahir, perdarahan primer terjadi dalam 24 jam pertama, sedangkan perdarahan sekunder terjadi setelah itu (Mansjoer, 2002 : 313) Hemoragi pasca partum adalah kehilangan darah melebihi dari 500 ml selama dan atau setelah kelahiran dapat terjadi dalam 24 jam pertama setelah kelahiran, atau lambat sampai 28 hari pasca partum (akhir dari puerperium) (Doenges, 2001 : 487). Menurut Depkes RI (1999) post partum dibagi menjadi tiga periode yaitu : a. Puerperium dini yaitu keadaan yang terjadi segera setelah persalinaa sampai 24 sesudah
persalinan. Kepulihan
dimana ibu telah
diperbolahkan berdiri dan berjalan –jalan.
6
b. Early Puerperium yaitu keadaan yang terjadi pada permulaan puerperium c. Later Puerperium yaitu waktu satu minggu sesudah melahirkan sampai enam 2. Perdarahan Perdarahan adalah hilangnya volume darah dari pembuluh kapiler baik mengucur maupun merembes dalam waktu yang cepat. (Purwadiato, dkk : 2000 Hemoragi pasca partum adalah kehilangan darah melebihi dari 500 ml selama dan atau setelah kelahiran dapat terjadi dalam 24 jam pertama setelah kelahiran, atau lambat sampai 28 hari pasca partum (akhir dari puerperium) (Doenges, 2001 : 487). Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih 500 – 600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir, menurut waktu terjadinya dibagi atas 2 bagian : a. Perdarahan post partum primer (early post partum hemorrhage) yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. b. Perdarahan post partum sekunder (late post partum hemorrhage) yang terjadi setelah 2 Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir . (Prof.Dr.RustamMochtar,MPH,199)
7
Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1)
Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
2)
Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi
lahir. 4 jam biasanya antara hari ke 5 sampai 15
3. Perdarahan Post Partum Perdarahan Post Partum adalah perdarahan dalam kala IV yang lebih dari 500 CC dalam 24 jam setelah bayi dan plasenta lahir (Rustam : 2000) Nifas adalah masa pulihnya kembali alat kandungan , dimulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini enam (6) minggu (Manuba,2000). Nifas dimulai setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum kehamilan dalam waktu 3(tiga) bulan (Wikjosastro,2001) Nifas atau pierinium,berasal dari kata puer yang artinya bayi dan paraus berarti melahirkan. Jadi puerperium adalah masa setelah melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali(Ibrahim,1999). Nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadan sebelum hamil,yang berlangsung kirakira 6 minggu(Saefudin,2001).
8
B. Anatomi Fisiologi Plasenta Normal Plasenta normal Ukuran dan Bentzik. Placenta berbentuk cakrarn yang bundar atau lonjong (oval), inempuny.a ukuran 20 x 15.cm dan tebal 1.5 sampai 2.0cm. Berat placenta, yang biasanya 20 persen dari berat janin, berkisar antara 425 dan.550 g.Pada sisi uterus terdapat delapan atau lebih cotyledon maternal yang dipisahkan oleh alur-alur (fissura).Istilah cotyledon fetal mengacu pada bagian plasenta yang mendapat suplai darah dari pembuluh villus utama dan cabangcabangnya.permukaan maternal ditutupi oleh lapisan deciduadan fibrin yang ikut keluar bersama-sama plasenta pada kelahiran.Sisi fetal ditutupi oleh membrane atau selaput ketuban. Lokasi. Secara normal plasenta tertanam pada bagian atas uterus . Kadangkadang plasenta berada pada segmen bawah dan adakalanya terletak di atas cervik. Keadaan terakhir ini disebut dengan istilah placenta previa dan menjadi penyebab timbulnya perdarahan dalam trimester ketiga.Kadang-kadang pemeriksaan ultrasonic pada kehamilan dini menunjukkan adanya plasenta di bagian bawah yang merupakan indikasi bagi plasenta previa, tetapi dalam pemeriksaan ulang pada kehamilan lanjut ditemukan plasenta pada segmen atas. Mungkin pertumbuhan normal plasenta menjauhi cervik. Kelainan-kelainan Placenta Lobus Succenturiata. Ini merupakan lobus tambahan atau lobus asesorius yang berada dengan jarak tertentu dari placenta utama. Pembuluh darah yang mensuplai lobus ini berjalan menembus selaput ketuban dan dapat terputus
9
ketika selaput ketuban tersebut robek atau pada saat kelahiran. Lobus succenturiata bisa tertinggal setelah melahirkan dan menyebabkan perdarahan postpartum. Placenta, Circumvallata. Selaput ketuban melipat ke belakang pada permukaan janin dan berinsersio ke dalam placenta itu sendiri. Placenta berada di sebelah luar chorion. Amnion Nodosum. Ini berupa nodulus kuning dengan diameter 3 sampai 4 cm, yang terletak pada permukaan-fetal amnion. Nodulus ini berisi vernix, fibrin, sel-sel yang mengelupas (deskuamasi) dan rambut lanugo. Amnion nodosum dapat berbentuk sebuah kista. Keadaan ini disertai oligohydramnios. Infark yang terlokalisir sering dijumpai. Makna klinisnya tidak diketahui sekalipun jika keadaan ini berlebihan, maka kapasitas fungsional placenta dapat berkurang. Perubahan Warna (Diskolorisasi). Warna merah berhubungan dengan adanya perdarahan. Warna hijau disebabkan oleh meconium dan dapat merupakan indikasi adanya hipoksia janin. Placenta Kembar. Pada kembar monochorionik, placenta membentuk satu massa sedangkan pada kembar dichorionik, placenta dapat menyatu atau terpisah. Berat. Placenta yang beratnya lebih dari 600 g atau di bawah 400 g biasanya berhubungan dengan kehamilan yang abnormal. Placenta pada Berbagai Keadaan Prematuritas. Placenta kecil dan sering pucat.
10
Pastmaturitas. Ukuran dan berat placenta biasanya normal. Terlihat warna meconium terdapat infark atau fibrosis yang luas, fungsi placenta dapat berkurang. Retardasi Pertumbuhan Intrauterin. Placenta cenderung kecil, kurangnya berat placenta sebanding dengan berat bayi. Diabetes Mellitus. .Placenta biasanya lebih hesar daripada normal, tetapi pada kasus-kasus yang berat dengan sirkulasi darah ibu yang terganggu. placenta dapat ukuran kecil. Toxemia Gravidarurn. Tidak terlihat perubahan yang khas. Sering placenta tampak normal. Erythroblastosis. Placenta tampak lapuk, berwarna pucat sampai dan beratnya dapat mencapai 2,000 g. , Syphilis Kongenital. Placenta lebar, tebal dan pucat. Arnnionis. Selaput ketuban suram (opaque) dan berubah warna menjadi kuning. placenta mungkin mengeluarkan bau yang busuk. RETENTIO PLACENTAE Retentio placentae dalam uterus dapat dibagi menjadi empat kelompok: 1. Terpisah tapi tertahan: Di sini tidak ada tenaga yang dalam keadaan normal mendorong placenta keluar. 2. Terpisah tapi terperangkap (inkarserata): Konstriksi rahirn yang berbentuk jam-pasir (hourglass) atau spasme cervix menyebabkan placenta terperangkap dalam segmen etas uterus.
11
3. Melekat tapi dapat dipisahkan (adhesiva): Dalam situasi ini, placenta tidak dapat terlepas sendiri dari dinding rahim. Penyebabnya mencakup kegagalan kontraksi-normal dan retraksi pada kala tiga, defek anatomis dalam uterus, dan abnormaiitas decidua yang mencegah terbentuknya lempeng pemisahan decidua yang normal. 4. Melekat tapi tidak dapat dipisahkan: Di sini berupa placenta acreta dengan berbagai derajat. Decidua normal tidak ada, dan villi chorialis melekat langsung serta menembus myometrium. Teknik Pengeluaran secara Manual Pengeluaran placenta yang tertahan secara manual tidak lagi ithanggap berbahaya sebagaimana anggapan yang pernah ada. Banyak hasil yang jelek dari prosedur ini disebabkan oleh tindakan yang ditunda terlampau lama sampai perdarahan menyebabkan masuknya pasien ke dalam keadaan yang berbahaya. Kalau ada perdarahan, placenta harus segera dikeluarkan. tidak disertai perdarahan dan pasien berada dalam kondisi yang balk, diperbolehkan menunggu selama 30 menit. Apabila pasien mengalami perdarahan secara aktif, dipasang infus intravena dan disediakan darah. Anesthesi diperlukan. Prosedur dilaksanakan dalarn kondisi aseptik.
12
Gambar 1. Pengeluaran placenta secara manual
Uterus dipegang dengan salah satu tangan pada bagian fundus lewat dinding abdomen ibu (Gambar 1). Tangan lainnya dimasukkan ke dalam vagina dan Jewat Sumber : Harry Oxorn, 2003 C. Etiologi Penyebab perdarahan post portum menurut Rustam 2000 antara lain antonia uteri. Faktor presdisposisi terjadinya antonia uteri adalah: 1) Persalinan yang terlalu cepat (partus precipitatus).
13
Kontrak uterus yang terlalu kuat dan terus menerus selama kala I dan kala II persalinan (kontraksi yang hiperernik), maka otot-otot uterus akan kekurangan kemampuannya untuk beretraksi setelah bayi lahir. 2) Umur telalu muda atau terlalu tua (kurang dari 20 tahun atau lebi dari 35 tahun) 3) Perietas sering terjadi atau dijumpai pada grande multipara dan multipara 4) Partus lama Dapat menyebabkan terjadinya inersia uteri karena kelelahan pada otototot uterus(Dep Kes RI,1999). 5) Uterus terlalu tegang dan besar misalnya pada (gemeli, hidramnion, atau janin besar). Pada kondisi ini miometrium teregang dengan hebat sehingga kontraksinya setelah kelahiran bayi menjadi tidak efisien.(Varley,2000) 6) Riwayat perdarahan post partum atau retensio plasenta pada persalinan terdahulu. pada kondisi ini akan timbul resiko terjadinya hal yang sama pada persalinan yang sekarang. 7) Stimulasi dengan oksitoksin atau protaklandin. Dapat menyebabkan terjadinya
inersia
sekunder
karena
kelelahan
pada
otot-otot
uterus(Cunningham,2000). 8) Perut bekas seksio sesaria , miomektomi atau histerorafia. Keadaan tersebut akan mengganggu kontraksi rahim(Arias,1999). 9) Anemia. 10) Wanita yang mengalami anemia dalam persalinan dengan kadar hemoglobin 10g/dl,akan dengan cepat terganggu kondisinya bila terjadi
14
kehilangan darah meskipun hanya sedikit. Anemia dihubungkan dengan kelemahan yang dapat dianggap sebagai penyebab langsung atonia uteri (Dep Kes RI, 1999).sedangkan penyebab anemia dalam kehamilan adalah: a) Kurang gizi(malnutrisi). b) Kurang zat besi. c) Malabsorbsi. d) Kehilangan darah yang banyak pada persalinan yang lalu, dan haid. Sosia ekonomi yaitu mal nutrisi 11) Sisa ketuban dan selaput ketuban 12) Jalan lahir seperti robekan perineum, robekan vagina, robekan serviks, forniks dan rahim 13) Penyakit darah, kelainan pembekuan darah atau hipofibrinogenia dan sering dijumpai pada : a.
Sclusio plasenta
b.
Kematian janin yang lama dalam kandungan
c.
Pre eklamasi dan eklamasi
d.
Infeksi, hepatitis, dan septik syok.
D. Patofisiologi Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkansirkulasi
ke
sana,
atoni
uteri
dan
subinvolusi
uterus
menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga sehingga pembuluh darahpembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempura sehinga pedarahan
15
terjadi terus menerus. Trauma jalan terakhir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyabab dari perdarahan dari postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik.
E. Manifestasi Klinis Gejala klinis yang mungkin terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah banyak (500 ml), nadi lemah, haus, pucat, lochea warna merah, gelisah, letih, tekanan darah rendah ekstremitas dingin, dapat pula terjadi syok hemorogik 1. Menurut Mochtar (2001) gejala klinik berdasarkan penyebab ada lima yaitu : a) Antonia Uteri Uterus berkontraksi lembek , terjadi perdarahan segera setelah lahir b) Robekan jalan lahir Terjadi perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi lahir, konterksi uterus baik, plasenta baik. Gejala yang kadang-kadang timbul pucat, lemah, menggigil.
16
c) Retensio plasenta Plasenta belum lahir selama 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik. d) Tertinggalnya sisa plasenta selaput yang mengandung pembuluh darah ada yang tertinggal, perdarahan segera. Gejala yang kadang-kadang timbul uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang. e) Inversio uterus Uterus tidak teraba, lumen vagina berisi massa, perdarahan segera, nyeri berat. 2. Tanda dan Gejala Terjadi perdarahan rembes atau mengucur, saat kontraksi uterus keras, darah berwarna merah muda, bila perdarahan hebat timbul syok, pada pemeriksaan inspekulo terdapat ronekan pada vagina, serviks atau varises pecah dan sisa plasenta tertinggal. (purwadianto, dkk, 2000).
F. Penatalaksanaan Pada perdarahan akibat robekan jalan lahir penanganannya adalah : 1.
Lakukan eksplorasi untul mengidentifikasilokasi laserasi dan sumber perdarahan
2.
Lakukan irigasi pada tempat luka dan berikan laruta antiseptik.
3.
Jepit dengan klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan benang yang dapat diserap.
17
4.
Lakukan penjahitan a.
Pada ruptura perineal tingkat I (robekan pada mkosa vagina dan kulit), robekan dijahit dengan benang catgut dan memekai jarum bundar.
b.
Pada roptura perineal tingkat II (ruptura perinei sub totalis) ikut robek pula dasar panggul seperti : luka jahit dua lapis dengan benang catguthalus secara simpul atau jelujur dengan jarum bundar, kulit dijahit dengan benang sutera dan memakai jarum yang tajam
c.
Pada ruptur perineal tingkat III (ruptur perinei totalis) yang robek selain spingter ani externa. Sebelum memulai menjahit harus ditemukan dulu kedua pangkal m.stingter ani externa yang terpoting. Otot ini dijahit dengan benang cromiksecara simpul, penjahitan harus dilakukan secara cermat agar otot tersebut tersambung dengan baik. Kemudian dijahit seperti menjahit ruptura perinei II. Bila mucosa rectum ikut robek maka harus dijahit terlebih dahulu dengan benang catgut halus secara simpul. Bila ada plasenta dilakukan sebagai berikut 1) Memeriksa kelenhkapan plasenta setelah dilahirkan 2) Berikan antibiotika karena kemungkinan ada endometriosis 3) Lakukan eksplorasi digital atau bila servik terbuka dan mengeluarkan bekuan darah atau jaringan
18
4) Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan kuret 5)
Bila Hb 8 gr % berikan transfusi atau berikan sulfat ferosus 600 mg per hari selama 10 hari
G. Komplikasi Komplikasi perdarahan post partum primer yang paling berat yaitu syok. Bila terjadi syok yang berat dan pasien selamat, dapat terjadi komplikasi lanjutan yaitu anemia dan infeksi dalam masa nifas. Infeksi dalam keadaan anemia bisa berlangsung berat sampai sepsis. Pada perdarahan yang disertai oleh pembekuan intravaskuler merata dapat terjadi kegagalan fungsi organorgan seperti gagal ginjal mendadak (Chalik, 2000).
H. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian fokus Pengkajian fokus pada perdarahan post portum meurut Dongoes dan Marylin E, (2001) sebagai berikut : a. Alasan dan keluhan pertama masuk Rumah Sakit Apa yang dirasakan saat itu ditujukan untuj mengenali tanda atau gajala yng berkaitan dengan perdarahan post portum misalnya antonio uteri, retensio plasenta robekan jalan lahir, vagina, perineum, adanya sisa selaput plsenta dan biasanya ibu nampak perdarahan banyak > 500 CC
19
b. Riwayat kesehatan sekarang Dikaji untuk mengetahui apakah seorang ibu menderita penyakit yang bisa menyebabkan perdarahan post portum seperti aspek fisiologis dan psikososialnya. c. Riwayat kesehatan dahulu Dikaji untuk mengrtahui apakah seorang ibu perah menderita penyakit yang lain yang menyertai dan bisa memperburuk keadaan atau mempersulit penyambuhan. Seperti penyakit diabetus melitus dan jantung d. Riwayat kesehatan keluarga Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada yang mempunyai riwayat yang sama Pola pengkajian kesehatan menurut (Dongoes dan Marilyn E,2001) Sebagai berikut : 1)
Aktivitas istirahat Insomia mungkin teramat.
2)
Sirkulasi kehilangan darah selama proses post portum
3)
Integritas ego Peka rangsang, takut atau menangis sering terlihat kira-kira 3hari setelah melahirkan “post portum blues”
20
4)
Eliminasi BAK tidak teratur sampai hari ke 2dan ke 5
5)
Makan dan cairan Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira sampai hari ke 5
6)
Persepsi sensori Tidak ada gerakan dan sensori
7)
Nyeri dan ketidaknyamanan Nyeri tekan payudara dan pembesaran dapat terjadi diantara hari ke 3 sampai hari ke 5 post partum
8)
Seksualitas a. Uterus diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran menurun satu jari setiap harinya b.
Lochea rubra berlanjut sampai hari ke 2
c. Payudara produksi kolostrum 24 jam pertama 9)
Pengkajian Psikologis a. Apakah pasien dalam keadaan stabil b. Apakah pasien biasanya cemas sebelum persalinan dan masa penyembuhan
10) Data pemeriksaan Penunjang, meliputi : pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit darah, leukosit. 2. Pengkajian Dasar Data Klien a. Sirkulasi
: Rembesan kontinu atau perdarahan tiba-tiba.
21
Dapat tampak pucat, anemik. b. Ketidaknyamanan :
Nyeri
tekan
uterus
(fragmen-fragmen
plasenta tertahan) Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma) c. Keamanan
: Pecah ketuban dini
d. Seksuaitas
: Tinggi fundus atau baan uterus gagal kembali pada ukuran dan fungsi kehamilan (Subinvorusi) Leukorea mungkin ada Terus terlepasnya jaringan
3. Pemeriksaan Diagnostik a. Golongan darah
: Menentukan Rh, golongan ABO dan pencocokan silang
b. Jumlah darah lengkap c. Kultur uterus dan vaginal
: Mengesampingkan infeksi pasca partum
d. Urinalisis
: Memastikan kerusakan kandung kemih
e. Profil koagulasi
: Peningkatan degeradasi kadar produk fibrin/ produk spilit fibrin (SDP/FSP)
f. Sonografi
: Menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.
22
I. Pathway
Penyakit darah
Atonia uteri
Kelainan pembekuan darah
Uterus gagal berontraksi dengan baik setelah persalinan
Sisa plasenta dan selaput ketuban
Robekan jalan lahir/servik
Menghalangi kontraksi uterus Uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif
Masih ada pembekuan Darah yang tetap terbuka
Perdarahan post partum Perdarahan hebat
Syok
Kehilangan vaskuler berlebihan
Kekurangan volume cairan
Hipovolemia
Ancaman perubahan pada status kesehatan/kematian
Ansietas
Perubahan perfusi jaringan
Sumber : - Mochtar, 1998 : 300 - Saiffudin, 2002 : 25 - 31 - Doenges, 2001 : 488 - 494
23
J. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi 1.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler berlebihan.
Intervensi : a. Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran. b.Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus. c. Perhatikan hipotensi/takikardia perlambatan pengisian kapiler, sinopsis dasar kuku membran mukosa dan bibir. d.Lakukan tirah baring dengan kaki di tinggikan 200-300 dan tubuh horisontal. e. Kolaborasi : -
Pemberian infus, pemberian darah lengkap/produk darah
- Pemberian obat sesuai indikasi 2.Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia
Intervensi : a.Perhatikan Hb/Ht sebelum dan setelah kehilangan darah b.Pantau tanda vital; catat derajat dan durasi episode hipovolemik c.Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya perubahn perilaku d.Kaji payudara setiap hari, perhtikan ada atau tidaknya laktasi dan perubahan pada ukuran payudara e. Kolaborasi :-
Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan - Pantau GDA dan Kadar pH
3.Ansietas berhubungan dengan ancaman perubahan pada status kesehatan atau kematian .
Intervensi :
24
a.Evaluasi respon psikologis serta persepsi klien terhadap kejadian hemoragi pasca partum. b. Sampaikan sikap tenang, empati dan mendukung. c.Berikan informasi tentang modalitas tindakan dan keefektifan intervensi d. Bantu klien dalam mengidentifikasi perasaan ansietas; berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan. e.Rujuk klien/pasang untuk konseling atau ke kelompok pendukung komunitas. (Doenges, 2001 : 488 – 484)
K. Diagnosa keperawatan Rumusan diagnosa keperawatan menurut North American Nursing Dianosa Association (2005) adalah sebagai berikut : a. Defisit volume cairan b. d kehilangan aktif volume cairan b. Nyeri akut b. d agen injuri fisik c. Resiko onfeksi b. d prosedur invasif d. Defisit perawatan diri b. d kelemahan fisik e. Cemas atau ketakutan b. d krisis siuasional
H. Fokus intervensi dan rasional Rencana keperawatan McCloskey, J.C, Buluechek, G.M (2000) Nursing intervention Classification (NIC).
25
a.Defisit volume cairan b/d kehilangan aktif voluma cairan Tujuan : Tidak terjadi perdarahan Kriteria hasil : 1). Perdarahan berhenti 2). Hb diatas normal 3). Tanda vital diatas normal Rencana tindakan keperawatan 1). Monitor jumlah pendarahan pasien Rasional : kehilangan darah akibat perdarahan bisa berakibat syok. 2). Monitor hasil laboratorium pasien Rasional : Anemi akibat kehilangan darah dapat terjadi. Terapi pengantian darah mungkin diperlukan. 3). Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedang badanya tetap terlentang. Rasional : dengan kaki lebih tinggi akan meningkatan aliran darah ke otak dan organ lain. 4). Monitor tanda vital Rasional : perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin berat 5). Monitor intake dan output setiap 1 jam Rasional : Perubahan output merupakan tanda adanya gangguan sirkulasi darah.
26
6). Lakukan message uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakkan diatas simpisis. Rasional : Message uterus merangsang kontraksi uterus dan membantu pelepasan plasenta, satu tangan diatas simpisis mencegah terjadinya inversio uteri. 7). Batasi pemeriksaan vagina dan rektum Rasional : Trauma yang terjadi di daerah vagina dan rektum meningkatkan terjadinya perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi laserasi pada serviks / perineum 8). Berikan infus atau cairan intravana Rasional
:
cairan
intravana
dapat
meningkatkan
volume
intravasculer 9). Kolaborasi dengan tim medis dengan pemberian anti perdarahan Rasional : Anti perdarahan mencegah perdarahan yang lebih hebat dan mengetahui intervensi selanjutnya 10). Berikan tranfusi whole blood (bila perlu) Rasional : whole blood membentu menormalkan volume cairan tubuh akibat perdarahan b. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (luka jahitan perineum) Tujuan : Nyeri hilanh atau brkurang Kriteria hasil : 1). Skala nyeri berkurang atau hilang
27
2). Pasien tampak tenang Rencana tindakan keperawatan 1) Kaji nyeri setiap 6 jam, baik skala, intensitas, lokasi, frekuensi Rasional : Untuk mengetahui derajat dan tingkat nyeri yang dialami dan untuk dapat melakukan intervensi selanjutnya 2) Ajarkan teknik relaksasi Rasional : untuk mengalihkan perhatian pasien dari nyerinya. 3) Kaji tanda vital Rasional : Mengetaui perubahan tanda vital dan untuk dapat melakukan intervensi selanjutya 4) Pemberian dengan tim medis dengan pemberian analgetik Rasional : mengurangi rasa nyeri c. Resiko infeksi sehubungan dengan prosedur invasif Tujuan : tidak terjadi infeksi Kriteria hasil : 1) Lochea tidak berbau dan 2) Tanda vital dalam batas vital Rencana tindakan keperawatan 1) Catat perubahan tanda vital Rasional : Perubahan tanda vital (suhu) merupakan indikasi terjadinya infeksi.
28
2) Obsevasi luka dan jahitan perineum tiap ganti balut. Rasional : mengetahui seberapa besar resiko untuk infeksi dan menentuakan intervensi selanjutnya. 3) Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea Rasional : infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi pengeluaran lochea yang berkepanjangan 4) Perhatikan kemungkinan infeksi ditempat lain, misalnya infeksi di saluran nafas, mastitis dan saluran kencing Rasional : Infeksi ditempat lain memperburuk keadaan 5) Berikan perawatan perineal, dan pertahankan agar pembalut Jangan sampai terlalu basah Rasional : pembalut yang terlalu basah bisa menyebabkan iritasi dan
dapat
menjadi
media
untuk
pertumbuhan
bakteri,
peningkatan resiko infeksi 6) Kolaborasi dengan tim medis dengan pemberian zat besi dan antibuotika. Rasional : Anemi memperberat keadaan dan antibiotika yang tepat diperlukan untuk keadaan infeksi d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik Tujuan : Kebutuhan akan aktifitas fisik pasie terpenuhi Kriteria hasil : 1) Pasien dapat melakukan aktivitas dengan bantuan
29
2) Pasien menyatakan kenyamanan terhadap kemempuan melakukan aktivitas 3) Klien terbebasdari bau badan Rencana tindakan keperawatan 1) Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri. Rasional :
Kemampuan pasien dalam perawatan diri fdan
meningkatakan rasa percaya diri 2) Mitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian berhias, toileting dan makan. Rasional : Membantu meningkakan kemampuan aktivitas pasien 3) Sediakan bantuan sampai klien mampu scara utuh untuk melakukan selfcare Rasional : Meningkatakan kemampuan melakukan perawatan diri mandiri yang optimal sesuai kemampuan. 4) Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya. Rasional : Kemampuan individu untuk meningkatkan rasa percaya diri 5) Ajarkan klien atau keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya. Rasional : Memberikan dukungan kepada keluarga dan pasien dalam perawatan diri yang mandiri
30
e. Cemas berhubungan dengan krisis situasional Tujuan : Cemas hilang atau brkurang Kriteria hasil : 1) Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya 2) Pasien mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang Rencana tindakan keperawatan 1) Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan Rasional : Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya 2) Kaji respon fisiologis klien (takikardia, takipnea, gemetar) Rasional :
Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada
respon fisiologis 3) Perlakukan pasien secara empati serta sikap mendukung Rasional : Memberikan dukungan emosi 4) Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan Rasional : Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak diketahui 5) Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya Rasional : Ungkapan perasaan dapat mengurangi rasa cemas 6) Kaji mekanisme koping yang digunakan klien Rasional : cemas yang berkepanjangan dapat dicagah dengan mekanisme koping yang tepat
31