BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kasehatan. Dilihat dari segi pendidikan, pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogik praktis atau praktik pendidikan. Oleh sebab itu konsep pendidikan kesehatan adalah pendidikan yang diaplikasikan pada bidang kesehatan (Azmi, 2013). Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas, tetapi merupakan kumpulan pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat
mempengaruhi
pengetahuan
sikap
dan
kebiasaan
sasaran
pendidikan. Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang kepada orang lain, karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang dapat mengubah kebiasaan dan tingkah lakunya sendiri. Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran agar individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap dan tingkah lakunya sendiri (Setyabudi, 2012). Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaranpendidikan (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat)sudah mengubah sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Setyabudi, 2012).
7
8
B. Konsep Dasar Pendidikan Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar. Hal ini berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses petumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat (Azmi, 2013). Konsep ini berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial di dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup di dalam masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan (lebih dewasa, lebih pandai, lebih mampu, lebih tahu dan sebagainya). Dalam mencapai tujuan tersebut seorang individu, kelompok atau masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar (Azmi, 2013). Kegiatan atau proses belajar dapat terjadi di mana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila di dalam dirinya terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi dapat mengerjakan sesuatu. Namun demikian tidak semua perubahan itu terjadi karena belajar saja, misalnya perkembangan anak dari tidak dapat berjalan menjadi dapat berjalan. Perubahan ini terjadi bukan hasil proses belajar, tetapi karena proses kematangan (Azmi, 2013). Tujuan pendidikan kesehatan merupakan domain yang akan dituju dari pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan memiliki beberapa tujuan antara lain pertama, tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat
9
dan lingkungan sehat, serta peran aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yag optimal. Kedua, terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan social sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. Ketiga, menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan (Joesafira, 2012). Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu menerapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri, mampu memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar, dan mampu memutuskan kegiatan yang tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat (Mubarak, 2009). Jadi tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman pentingnya kesehatan untuk tercapainya perilaku kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial, sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial (Joesafira, 2012).
10
C. Ruang Lingkup Pendidikan Ruang lingkup pendidikan kesehatan masyarakat dapat dilihat dari 3 dimensi : a. Dimensi sasaran 1. Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu 2. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok masyarakat tertentu. 3. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas. b. Dimensi tempat pelaksanaan 1. Pendidikan kesehatan di rumah sakit dengan sasaran pasien dan keluarga 2. Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran pelajar. 3. Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasaran masyarakat atau pekerja. c. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan 1. Pendidikan kesehatan promosi kesehatan (Health Promotion), misal : peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, gaya hidup dan sebagainya. 2. Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus (Specific Protection) misal : imunisasi 3. Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat (Early diagnostic and prompt treatment) misal : dengan
11
pengobatan layak dan sempurna dapat menghindari dari resiko kecacatan. 4. Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi (Rehabilitation) misal : dengan memulihkan kondisi cacat melalui latihan-latihan tertentu.
D. Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) di Tatanan Sekolah 1. Pengertian Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas mahluk hidup yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung yang dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan sakit, penyakit, sistem pelayanan
kesehatan,
makanan,
minuman,
serta
lingkungan
(Notoatmodjo, 2007). PHBS di institusi pendidikan adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di tatanan institusi pendidikan. Menurut Maryunani (2013) Indikator PHBS di institusi pendidikan/sekolah meliputi: a. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun b. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah, karena lebih terjamin kebersihannya c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat, serta menjaga kebersihan jamban
12
d. Olahraga dan aktivitas fisik yang teratur dan terukur, sehingga meningkatkan kebugaran dan kesehatan peserta didik e. Memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin f. Tidak merokok di sekolah g. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan peserta didik setiap 6 bulan untuk mementau pertumbuhan peserta didik h. Membuang sampah pada tempatnya
2. Tujuan PHBS PHBS adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat
dengan membuka jalur
komunikasi, memberikan informasi dan edukasi guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan advokasi, bina suasana (social support), dan gerakan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Aplikasi paradigma hidup sehat dapat dilihat dalam program Perilaku Hidup Bersih Sehat (Depkes RI, 2006). Kebijakan pembangunan kesehatan ditekankan pada upaya promotif dan preventif agar orang yang sehat menjadi lebih sehat dan produktif. Pola hidup sehat merupakan perwujudan paradigma sehat yang berkaitan dengan perilaku perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berorientasi sehat dapat meningkatkan, memelihara,
13
dan melindungi kualitas kesehatan baik fisik, mental, spiritual maupun sosial. Perilaku hidup sehat meliputi perilaku proaktif untuk: a. Memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan cara olah raga
teratur dan hidup sehat; b. Menghilangkan kebudayaan yang berisiko menimbulkan penyakit; c. Usaha untuk melindungi diri dari ancaman yang menimbulkan
penyakit; d. Berpartisipasi aktif daalam gerakan kesehatan masyarakat
3. Sasaran PHBS Sasaran PHBS menurut Depkes RI 2008 dikembangkan dalam lima tatanan yaitu di rumah atau tempat tinggal, di tempat kerja, di tempattempat umum, institusi pendidikan, dan di sarana kesehatan. Sedangkan sasaran PHBS di institusi pendidikan adalah seluruh warga institusi pendidikan yang terbagi dalam: a. Sasaran primer Yaitu sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan dirubah perilakunya
atau
murid
dan
guru
yang
bermasalah
(individu/kelompok dalam institusi pendidikan yang bermasalah). b. Sasaran sekunder Yaitu sasaran yang mempengaruhi individu dalam institusi pendidikan yang bermasalah misalnya, kepala sekolah, guru, orang tua murid, kader kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait.
14
c. Sasaran tersier Merupakan sasaran yang diharapkan menjadi pembantu dalam mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan seperti, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, Diknas, guru, tokoh masyarakat, dan orang tua murid. 4. Strategi PHBS Kebijakan Nasional Promosi kesehatan menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu (Manda, 2006): a. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment) Merupakan proses pemberian informasi secara terus menerus dan berkesinambungan agar sasaran berubah dari aspek knowledge, attitude, dan practice. Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat. b. Bina Suasana (Social Support) Adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Terdapat tiga pendekatan dalam bina suasana antara lain: 1) Pendekatan individu 2) Pendekatan kelompok
15
3) Pendekatan masyarakat umum c. Advokasi (Advocacy) Adalah upaya yang terencana untuk mendapatkan dukungan dari pihak-pihak terkait (stakeholders). Pihak-pihak terkait ini dapat berupa tokoh masyarakat formal yang berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Selain itu, tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan lain sebagainya dapat berperan sebagai penentu kebijakan tidak tertulis dibidangnya atau sebagai penyandanh dana non pemerintah. Sasaran advokasi terdapat tahapan-tahapan yaitu: 1) Mengetahui adanya masalah 2) Tertarik untuk ikut menyelesaikan masalah 3) Peduli
terhadap
pemecahan
masalah
dengan
mempertimbangkan alternatif pemecahan masalah 4) Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah 5) Memutuskan tindak lanjut kesepakatan 5. Manfaat PHBS Manfaat PHBS di lingkungan sekolah yaitu agar terwujudnya sekolah yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai ancaman penyakit, meningkatkan semangat proses belajar mengajar yang berdampak pada prestasi belajar siswa, citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin
16
meningkat sehingga mampu menarik minat orang tua dan dapat mengangkat citra dan kinerja pemerintah dibidang pendidikan, serta menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain (Depkes RI, 2008). 6. Indikator PHBS di Sekolah Beberapa indikator PHBS di lingkungan sekolah antara lain (Dinkes Semarang, 2010): a. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun Siswa dan guru mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir sebelum makan dan sesudah buang air besar. Perilaku cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera, disentri, typus, cacingan, penyakit kulit, hepatitis A, ispa, flu burung, dan lain sebagainya. WHO menyarankan cuci tangan dengan air mengalir dan sabun karena dapat meluruhkan semua kotoran dan lemak yang mengandung kuman. Cuci tangan ini dapat dilakukan pada saat
sebelum
makan,
setelah
beraktivitas
diluar
sekolah,
bersalaman dengan orang lain, setelah bersin atau batuk, setelah menyentuh hewan, dan sehabis dari toilet. Usaha pencegahan dan penanggulangan ini disosialisasikan di lingkungan sekolah untuk melatih hidup sehat sejak usia dini. Anak sekolah menjadi sasaran yang sangat penting karena diharapkan dapat menyampaikan informasi kesehatan pada keluarga dan masyarakat.
17
Menurut Proverawati & Rahmawati, 2012 : 1) Fungsi cuci tangan Kedua tangan kita sangat penting untuk membantu menyelasaikan berbagai pekerjaan. Makan dan minum sangat membutuhkan kerja dari jari tangan. Jika tangan bersifat kotor, maka tubuh sangat beresiko terhadap masuknya organisme. Cuci tangan dapat berfungsi untuk menghilangkan/mengurangi
mikroorganisme
yang
menempel di tangan. Cuci tangan harus dilakukan dengan menggunakan air bersih dan sabun. Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman menimbulkan penyakit. Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun, maka kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan. Waktu yang tepat untuk cuci tangan : a) Setiap kali tangan kita kotor ( setelah; memegang uang, memegang binatang, berkebun, dll ) b) Setelah buang air besar c) Setelah menceboki bayi/anak d) Sebelum makan dan menyuapi anak e) Sebelum memegang makanan
18
f) Sebelum menyusui bayi g) Sebelum menyuapi anak h) Setelah bersin, batuk, membuang ingus, setelah pulang dari bepergian, dan i) Sehabis bermain/memberi makan/memegang hewan peliharaan 2) Manfaat cuci tangan Cuci tangan sangat berguna untuk menbunuh kuman penyebab penyakit yang ada di tangan. Tangan yang bersih akan mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera disentri, typus, cacingan, penyakit kulit, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), flu burung. Dengan mencuci tangan maka tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman. 3) Cara cuci tangan yang benar Cara yang tepat untuk cuci tangan adalah sebagai berikut : a) Cuci tangan dengan mengguanakan air yang mengalir dan
gunakan
sabun.
Tidak
perlu
harus
sabun
antibakteri, namun lebih disarankan untuk sabun yang berbentuk cairan. b) Gosok tangan setidaknya selama 15-20 detik. c) Bersihkan pergelangan tangan, punggung tangan, selasela jari dan kuku. d) Basuh tangan sampai bersih dengan air mengalir.
19
e) Keringkan dengan handuk bersih/alatpengering lain. f) Gunakan
tisu/handuk
sebagai
penghalang
ketika
mematikan keran air. b. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah Di
sekolah
siswa
dan
guru
membeli
atau
konsumsi
makanan/jajanan yang bersih dan tertutup di warung sekolah sehat. Makanan yang sehat mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin. Makanan yang seimbang akan menjamin tubuh menjadi sehat. Makanan yang ada di kantin sekolah harus makanan yang bersih, tidak mengandung bahan berbahaya, serta penggunaan air matang untuk kebutuhan minum. c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat Jamban yang digunakan oleh siswa dan guru adalah jamban yang memenuhi syarat kesehatan (leher angsa dengan septictank, cemplung tertutup) dan terjaga kebersihannya. Jamban yang sehat adalah yang tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau kotoran, tidak dijamah oleh hewan, tidak mencemari tanah disekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan. d. Olah raga yang teratur dan terukur Aktivitas fisik adalah salah satu wujud dari perilaku hidup sehat terkait dengan pemeliharaan dan penigkatan kesehatan. Kegiatan olah raga disekolah bertujuan untuk memelihara kesehatan fisik dan mental anak agar tidak mudah sakit. Dalam rangka
20
meningkatkan kesegaran jasmani, perlu dilakukan latihan fisik yang benar dan teratur agar tubuh tetap sehat dan segar. Dengan melakukan olahraga secara teratur akan dapat memberikan manfaat antara lain: meningkatkan kemampuan jantung dan paru, memperkuat sendi dan otot, mengurangi lemak atau mengurangi kelebihan berat badan, memperbaiki bentuk tubuh, mengurangi risiko terkena penyakit jantung koroner, serta memperlancar peredaran darah. e. Memberantas jentik nyamuk Kegiatan ini dilakukan dilakukan untuk memberantas penyakit yang disebabkan oleh penularan nyamuk seperti penyakit demam berdarah. Memberantas jentik nyamuk dilingkungan sekolah dilakukan dengan gerakan 3 M (menguras, menutup, dan mengubur) tempat-tempat penampungan air (bak mandi, drum, tempayan, ban bekas, tempat air minum, dan lain-lain) minimal seminggu sekali. Hasil yang didapat dari pemberantasan jentik nyamuk ini kemudian di sosialisasikan kepada seluruh warga sekolah. f. Tidak merokok di sekolah Siswa dan guru tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah. Timbulnya kebiasaan merokok diawali dari melihat orang sekitarnya merokok. Di sekolah siswa dapat melakukan hal ini mencontoh dari teman, guru, maupun masyarakat sekitar sekolah.
21
Banyak anak-anak menganggap bahwa dengan merokok akan menjadi lebih dewasa. Merokok di lingkungan sekolah sangat tidak dianjurkan karena rokok mengandung banyak zat berbahaya yang dapat membahayakan kesehatan anak sekolah. g. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan Siswa menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan. Kegiatan penimbangan berat badan di sekolah untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak serta status gizi anak sekolah. Hal ini dilakukan untuk deteksi dini gizi buruk maupun gizi lebih pada anak usia sekolah. h. Membuang sampah pada tempatnya Sampah merupakan salah satu penyebab tidak seimbangnya lingkungan hidup, yang umumnya terdiri dari komposisi sisa makanan, daun-daun, plastik, kainbekas, karet, dan lain-lain. Bila dibuang dengan cara dirumpuk saja maka akan menimbulkan bau dan gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Bila dibakar akan menimbulkan asap dan pencemaran udara. Selain itu membuang sampah di sembarang tempat juga dapat menyumbat aliran airdan menimbulkan bencana seperti banjir, sehingga pengolahan sampah yang tepat sangat penting untuk menjaga lingkungan yang sehat.
22
E. Usaha Kesehatan Sekolah 1. Pengertian Usaha kesehtan sekolah adalah suatu wadah yang mengurus berbagai hal terkait dengan kesehatan masyarakat sekolah yaitu siswa, guru, kepala sekolah dan semua pegawai di sekolah (Konsultan Manajemen Nasional Bidang pengembangan program, 2010). Usaha kesehatan sekolah adalah sebuah pusat kesejahteraan kesehatan fisik, mental dan sosial yang lengkap (WHO, 1948 dalam springer, 2009). Usaha kesehatan sekolah adalah usaha kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat sekolah, yaitu : anak didik, guru, dan karyawan sekolah lainya (Depkes RI, 2008). 2. Tujuan dari Kegiatan UKS a. Tujuan umum Untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal dalam rangka pembentukan manusia indonesia seutuhnya. b. Tujuan khusus Untuk meningkatkan derajat kesehatan peserta didik yang mencakup upaya menurunkan angka kesakitan anak sekolah, meningkatkan kesehatan peserta didik, baik fisik, mental maupun
23
sosial. Serta memberikan pengetahuan, sikap dan ketrampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat. (Mubarak & Chayatin, 2009). 3. Fungsi UKS Fungsi UKS yang sangat penting adalah memupuk, membudayakan kebiasaan hidup bersih dan sehat pada anak sekolah agar memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan untuk melaksanakan hidup sehat dan lebih lanjut agar berperan serta dalam peningkatan kesehatan baik di sekolah, rumah tangga maupun lingkungan (Konsultan Manajemen Nasional Bidang Pengembangan Program, 2010). 4. Sasaran UKS Sasaran pelayanan UKS adalah seluruh peserta didik dari tingkat pendidikan adalah sebagai berikut : a. Sekolah Taman Kanak-kanak b. Pendidikan dasar c. Pendidikan menengah d. Pendidikan agama e. Pendidikan kejuruan f. Pendidikan khusus (sekolah luar biasa) (Mubarak & Chayatin, 2009). 5. Ruang lingkup UKS Kegiatan utama UKS disebut dengan trias UKS, yang terdiri dari komponen-komponen berikut ini:
24
a. Pendidikan kesehatan, merupakan upaya pendidikan kesehatan yang dilaksanakan sesuai dengan kurikulum sekolah. b. Pelayanan
kesehatan,
merupakan
upaya
kesehatan
untuk
meningkatkan derajat kesehatan peserta didik. c. Pembinaan lingkungan, sekolah yang sehat merupakan gabungan antar upaya kesehatan untuk dapat diterapkan dalam lingkungan sekolah dan kehidupan sehari-hari peserta didik. (Mubarak & Chayatin, 2009). 6. Kegiatan UKS UKS di sekolah dilaksanakan melalui kegiatan intrakulikuler dan ekstrakulikuler. Kegiatan intrakulikuler dilakukan melalui kesehatan lingkungan, pendidikan kesehstan dan usaha pemeliharaan kesehatan, karena terbatasnya waktu pada kegiatan intrakulikuler, kegiatan UKS lebih banyak diharapkan melalui kegiatan ekstrakulikuler (Depkes RI, 2008). Kegiatan UKS di sekolah meliputi tiga hal utamayaitu pendidikan kesehatan, pelayanan keehatan dan pembinaan lingkungan sehat. Dari tiga hal diatas, dapat dikembangkan kegiatan-kegiatan UKS meliputi : a. Pendidikan Kesehatan antara lain : 1) Peningkatan pengetahuan/wawasan pelaku UKS dalam hal ini guru pembingbing UKS melalui pelatihan, seminar atau lokakarya di tingkat kecamatan. 2) Kegiatan peningkatan kesehatan bagi kader UKS.
25
3) Peningkatanpengetahuan komite sekolah melalui pelatihan dan penyuluhan. 4) Pelatihan dokter kecil. 5) Memfasilitasi terbentuknya kegiatan UKS dan kelanjutan bimbingannya. 6) Gerakan cuci tangan bersama. 7) Gerakan sikat gigi bersama. 8) Pengadaan media penyuluhan. 9) Pelatihan kader UKS. 10) Penyuluhan bagi penjaja makanan. 11) Lomba-lomba memacu perilaku hidup bersih dan sehat. 12) Lomba UKS antar sekolah. b. Pelayanan kesehatan misal : 1) Pemeriksaan kesehatan. 2) Pelayanan pengobatan sederhana. 3) Pemberian pola makanan tambahan. 4) Pemberian kecacingan siswa. 5) Kegiatan pemeliharaan kesehatan mandiri bagi siswa dan guru. c. Pembinaan lingkungan sehat sekolah 1) Penyediaan sarana sanitisi misaljamban sekolah. 2) Pengelolaan sampah di sekolah. 3) Pengadaan P3K.
26
4) Penyediaan ruang UKS. 5) Penyediaan alat ukur timbang BB dan meter TB, thermomether, snellen card. 6) Pengadaan kartu inspeksi siswa untuk sarana monitoring status kesehatan siswa oleh guru / kader UKS. 7) Gerakan kebersihan lingkungan sekolah. (Konsultan Manajemen Nasional Bidang Pengembangan Program, 2010).