18
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Peranan Dalam penulisan di skripsi ini, apabila kata peranan dihubungkan dengan
audit internal mempunyai bagian yang utama dalam menunjang efektivitas penjualan yang memadai. Pengertian peranan menurut Amran YS Chaniago (2002) : “Peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilakukan.” Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa peranan merupakan prilaku yang diharapkan dan diperbuat oleh seseorang akibat status atau kedudukan yang melekat padanya.
2.2
Audit Internal
2.2.1 Pengertian Audit Internal Audit internal merupakan kegiatan penilaian bebas dipersiapkan organisasi sebagai suatu jasa terhadap organisasi. Kegiatan audit internal adalah memeriksa dan menilai efektifitas dan kecakapan dari sistem pengendalian intern yang ada dalam organisasi. Keberadaan atau alas an diadakan audit dalam operasi adalah bahwa audit ditujukan untuk memperbaiki kinerja. Adapun pengertian audit internal menurut Sawyer’s (2005:10) adalah sebagai berikut: “ Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam
19
organisasi untuk menentukan apakah: 1. Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan. 2. Risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi. 3. Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima. 4. Kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi. 5. Sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis. 6. Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif. Semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggungjawabnya secara efektif.”
The Institute of Internal Auditors telah memberikan definisi baru tentang internal yang dikutip oleh Aren’s (2008:9) sebagai berikut: “Internal Auditing is an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an organization’s operations. It’s helps an organizations accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control, and governance processes.” Dari definisi di atas, dapat dikemukakan bahwa audit internal adalah : Suatu aktivitas pemeriksaan yang independen dan objektif. a. Aktivitas pemberian jaminan kelayakan konsultasi. b. Dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah serta meningkatkan kegiatan operasi perusahaan. c. Membantu organisasi dalam pencapaian usahanya.
20
d. Memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan risiko manajemen, pengendalian, pengaturan dan pengelolaan organisasi. e. Mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan risiko manajemen, pengendalian, pengaturan dan pengelolaan organisasi.
Table 2.1 Examples of The Three Types of Audits (Sumber : Arens et. al. Auditing and Assurance Service 2006:14)
Type of Audit Operational Audit
Example
Information
Evaluate wether the computerized payroll processing efficiently and effectively
Compliance audit
Determine whether bank requirements for loan continuation have been met Annual audit of Boeing’s financial statements
Number of payroll records processed in a month, cost of the department, and number of errors made Company records
Financial statement audit
Boeing’s financial statements
Established Criteria Company standarts for efficiency and effectiveness in payroll deparment
Available Evidence Error reports, payroll records, and payroll processing cost
Loan agreement provisions
Financial statements and calculations by the auditor
Generally accepted accounting principles
Documents, records, and outside source of evidence
21
2.2.2 Fungsi dan Tanggung Jawab Audit Internal Pada saat ini fungsi auditor internal dalam suatu perusahaan semakin diperlukan, terutama pada perusahaan yang memiliki skala operasi yang luas dan besar. Auditor internal tidak hanya berfungsi untuk mengurangi kebocoran dan penyelewenangan dalam perusahaan, akan tetapi lebih dari itu yaitu sebagai penghasil informasi yang tepat dan tidak memihak serta dapat membantu meningkatkan mutu pimpinan dalam pengendalian perusahaan. Di dalam tugasnya membantu pimpinan, maka fungsi auditor internal harus sesuai dengan fungsifungsi manajemen yang dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Fungsi perencanaan, yang merupakan perencanaan operasi melalui saluran manajemen yang sah yang meliputi rencana jangka panjang maupun jangka pendek sesuai dengan tujuan perusahaan. 2. Fungsi pengawasan termasuk pengembangan testing dan perbaikan kelayakan yang berarti dengan membandingkan standar dengan hasil pekerjaan dan membantu pimpinan dalam menetapkan kesesuaian antara hasil pekerjaan dan membantu pimpinan dalam menetapkan kesesuaian antara hasil yang nyata dengan standar. 3. Fungsi pelaporan, yang meliputi penyajian interprestasi dan analisa data keuangan bagi pimpinan dan menekankan penilaian data dan referensi perusahaan serta tujuan dari metode bagian-bagian. Pengaruh ekstern dan kelayakan penyajian laporan kepada pihak ketiga seperti pemerintah, pemilik kreditur-kreditur, langganan, masyarakat dan pihak-pihak lain.
22
4. Fungsi akuntansi, termasuk pembentukan perusahaan dan akuntansi umum, akuntansi biaya dengan sistem dan metode yang mencakup rancangan dan pembentukan serta pemeliharaan semua buku-buku catatan transaksi keuangan yang objektif dan menyesuaikannya dengan prinsip-prinsip akuntansi dengan internal auditing yang baik. 5. Fungsi lain-lain, termasuk pemberian nasehat perpajakan, memperbaiki sistem dan prosedur serta internal audit. Menurut Mulyadi (2002:211) menyatakan bahwa : “Fungsi audit internal merupakan kegiatan penilaian bebas, yang terdapat dalam organisasi yang dilakukan dengan cara memeriksa keuangan dan kegiatan lainnya untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka.”
Auditor internal bukan merupakan fungsi operasional karena ia tidak terlibat dalam kegiatan utama perusahaan seperti pembelian bahan, penjualan produksi dan sebagainya. Tetapi bagian ini berfungsi sebagai staf perusahaan. Oleh karena itu ia tidak akan melaksanakan perintah atas apa yang direkomendasikannya kepada pimpinan, internal auditor harus bebas membahas dan menilai kebijaksanaan pejabat yang diaudit. International Professional Practies Framework (IPPF) (2011:29) telah memberikan definisi baru mengenai sifat pekerjaan audit internal : “ The internal audit ativity must evaluate and contribute to the improvement of governance, risk management, and control processes using a systemati and disciplined approach.”
23
2.2.3 Tujuan Audit Internal Tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh Auditor Internal menurut Sukrisno Agoes (2004:218) adalah : Untuk membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya. Untuk mencapai kegiatan tersebut, Auditor Internal harus melakukan kegiatankegiatan sebagai berikut : 1. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya penerapan dari sistem pengendalian manajemen, struktur pengendalian intern dan pengendalian operasional lainnya. 2. Mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal dan memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana, dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen. 3. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat dipercaya. 4. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh manajemen. 5. Menyarankan
perbaikan-perbaikan
operasional
dalam
rangka
meningkatkan efektivitas dan efisiensi.
Tujuan dan luas pemeriksaan internal tersebut dalam membantu semua anggota manajemen dalam pelaksanaan tugasnya secara efektif dengan
24
menyediakan data yang objektif mengenai hasil analisa, penilaian, rekomendasi, dan komentar atas aktivitas yang diperiksanya. Sebab itu internal auditing haruslah memperhatikan semua tahap-tahap dari kegiatan perusahaan dimana dia dapat memberikan jasa-jasanya dalam rangka usaha pencapaian tujuan perusahaan.
2.2.4 Standar Profesional Audit Internal Audit internal merupakan bagian organisasi yang integral dan menjalankan fungsinya berdasarkan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh manajer senior atau dewan direksi. Pernyataan tentang tujuan, kewenangan dan tanggung jawab bagian audit internal yang disetujui oleh manajer senior dan diterima oleh dewan direksi harus konsisten dengan kualifikasi yang berupa standar praktek profesional audit internal. Adapun standar praktek profesional audit internal ini dikemukakan oleh Hiro Tugiman (2006:16-19) adalah sebagai berikut : a. Independensi b. Kemampuan Profesional c. Lingkup Pekerjaan d. Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan e. Manajemen bagian audit internal Standar Profesi Audit Internal ini diharapkan menjadi sumber rujukan bagi internal auditor yang ingin menjalankan fungsinya secara profesional.
25
1. Independensi Internal auditor dikatakan independen apabila dapat secara bebas melakukan pekerjaan pemeriksaannya. Dengan independensi, internal auditor dapat pertimbangan-pertimbangan yang tidak bias dan tidak memihak sehingga pelaksanaan pekerjaannya menjadi layak. Internal auditor harus independen terhadap aktivitas bagian-bagian yang diperiksanya pada perusahaan. Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka internal auditor tidak bertanggung jawab dalam fungsi eksekutif maupun operasi. Bagian ini harus mempunyai wewenang dalam mengkaji dan menilai setiap bagian dalam perusahaan sehingga dalam melakukan kegiatannya, internal auditor dapat bertindak objektif dan seefisien mungkin. Oleh karena itu, sebaiknya internal auditor tidak mempunyai wewenang langsung atas setiap bagian yang akan diaudit sehingga dapat mempertahankan independensinya dalam organisasi. Seperti yang dikemukakan oleh Hiro Tugiman (2006:20) adalah sebagai berikut : “Para auditor internal dianggap mandiri apabila dapat melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif. Kemandirian para pemeriksa internal dapat memberikan penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka, hal mana sangat diperlukan atau penting bagi pemeriksaan sebagaimana mestinya. Hal ini dapat diperoleh melalui status organisasi dan sikap objektif para audit internal.”
Seorang auditor dikatakan independen apabila secara status organisasi memiliki keleluasaan dalam menyelesaikan tanggung jawab pemeriksaan yang diberikan dan memiliki sikap objektifitas, dalam arti bahwa internal audit
26
memiliki sikap mental jujur dan sungguh-sungguh yakin akan hasil pekerjaannya serta tidak akan membuat penilaian yang kualitasnya merupakan hasil kesepakatan atau diragukan. Status yang dikehendaki adalah bahwa kegiatan audit internal harus bertanggung jawab kepada pimpinan yang memiliki wewenang yang cukup untuk menjamin
jangkauan
atas
temuan
dan
perbaikan
melalui
saran-saran.
2. Kemampuan Profesional Audit internal harus dilaksanakan oleh seorang yang ahli dan dengan ketelitian profesional. Profesional dalam arti sebagai suatu usaha untuk mempertahankan kualitas suatu hasil pekerjaan atau meningkatkannya. Internal auditor dikatakan memiliki kemampuan profesional apabila dapat memberikan jaminan atau kepastian bahwa teknis dan latar belakang pendidikan para auditor internal tersebut telah sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilaksanakan, juga haruslah memiliki atau mendapatkan pengetahuan, kecakapan dari berbagai disiplin ilmu yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab pemeriksaan. Dalam melaksanakan pemeriksaan, para internal auditor harus mematuhi standar profesional yang telah ditetapkan. Kode etik menetapkan standar profesi dan menetapkan dasar bagi pelaksanaanya. Kode etik menghendaki standar yang tinggi begi kejujuran, sikap objektif, ketekunan dan loyalitas, yang harus dipenuhi oleh internal auditor.
27
Para internal auditor haruslah memiliki kemampuan untuk menghadapi orang lain dan berkomunikasi secara efektif dan juga harus meningkatkan kemampuan teknisnya melalui pendidikan yang berkelanjutan serta memiliki ketelitian
profesional
yang
sepantasnya
dalam
melaksanakan
kegiatan
pemeriksaan.
3. Lingkup Pekerjaan Lingkup pekerjaan audit internal meliputi pemeriksaan dan penilaian efektivitas sistem pengendalian intern perusahaan dan kualitas pekerjaan manajemen dalam mengemban tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Hiro Tugiman (2006:47) lebih lanjut menerangkan mengenai lingkup pekerjaan audit internal yaitu sebagai berikut : Adapun uraian lebih lanjut mengenai lingkup pemeriksaan internal adalah sebagai berikut: a) Keandalan informasi Internal Auditor haruslah memeriksa keandalan (reliabilitas dan integritas) informasi keuangan dan pelaksanaan dan cara-cara yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasi dan melaporkan informasi tersebut. b) Kesesuaian dengan kebijaksanaan, rencana, prosedur dan perundangundangan yang berlaku Internal Auditor haruslah memeriksa sistem yang telah ditetapkan untuk meyakinkan apakah sistem tersebut telah sesuai dengan kebijaksanaan,
28
prosedur, dan peraturan yang dimiliki, akibat yang penting terhadap berbagai pekerjaan atau operasi dan laporan serta harus menentukan apakah organisasi telah memenuhi atau melaksanakan hal-hal tersebut. c) Perlindungan terhadap harta Internal Auditor haruslah memeriksa alat atau cara yang digunakan untuk melindungi harta atau aktiva dan bila dipandang perlu, memverifikasi keberadaan berbagai harta organisasi. d) Pengguanaan sumber daya secara ekonomis dan efisien Internal Auditor harus menilai keekonomisan efisiensi penggunaan sumber daya yang ada. e) Pencapaian tujuan Auditor Internal haruslah menilai pekerjaan, operasi atau program untuk menentukan apakah hasil-hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dan apakah suatu pekerjaan, operasi atau program telah dijalankan secara tepat dan sesuai dengan rencana.
Sedangkan menurut Institute of Internal Auditors yang dikutip oleh William W. Boynton dan Walter G. Kell (2001:50) menyatakan lingkup audit internal adalah sebagai berikut : (1) Melakukan penilaian terhadap keandalan dan intergitas informasi laporan keuangan dan operasi dengan tujuan mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasikan dan melaporkan informasi tersebut.
29
(2) Menelaah sistem yang dirancang atau dibentuk untuk menjamin kepatuhan terhadap kebijakan, rencana, prosedur dan peraturan yang mempunyai dampak signifikan terhadap operasi dan laporan-laporan serta menetapkan apakah organisasi tersebut mematuhi aturan tersebut. (3) Menelaah usaha-usaha dalam mengamankan harta perusahaan. (4) Menilai keekonomisan dan efisiensi penggunaan sumber daya (5) Menelaah operasi dan program untuk menentukan apakah hasilnya sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditentukan dan apakah operasi dan program tersebut dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan.
Agar tujuan dari audit internal dapat tercapai, maka kegiatan pemeriksaan harus dijalankan. Pada dasarnya, audit internal harus mencakup aktivitas-aktivitas penilaian terhadap pelaksanaan prosedur akuntansi, prosedur operasi, kebijakan-kebijakan, peraturan pemerintah yang berlaku dan penilaian terhadap pelaksanaan kerja pegawai, ketepatan rencana dan prosedur yang telah dibuat serta pemeriksaan tentang kebenaran data informasi yang dihasilkan oleh suatu sistem akuntansi dengan tujuan agar laporan yang dibuat dapat dipercaya.
4. Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan Kegiatan pemeriksaan harus meliputi perencanaan pemeriksaan, pengujian dan pengevaluasian informasi, pemberitahuan hasil dan menindak lanjuti (follow up) seperti yang dikemukakan oleh Hiro Tugiman (2006:53) menyatakan bahwa : “Pemeriksa internal (internal auditor) bertanggung jawab untuk
30
merencanakan dan melaksanakan tugas pemeriksaan, yang harus disetujui dan ditinjau atau di review oleh pegawai”. Menurut Hiro Tugiman (2006:18) mengemukakan mengenai pelaksanaan kegiatan audit internal yang meliputi : a. Perencanaan pemeriksaan Internal Auditor haruslah merencanakan ssetiap pemeriksaan. b. Pengujian dan pengevaluasian informasi Auditor
internal
haruslah
mengumpulkan,
menganalisis,
menginterpretasikan dan membuktikan kebenaran informasi untuk mendukung hasil pemeriksaan. c. Penyampaian hasil pemeriksaan Internal Auditor harus melaporkan hasil-hasil pemeriksaan yang diperoleh dari kegiatan pemeriksaannya. d. Tindak lanjut hasil penelitian Pemeriksa internal harus terus meninjau atau melakukan follow up untuk memastikan bahwa terhadap temuan-temuan pemeriksaan yang dilaporkan telah dilakukan tindak lanjut yang tepat.
Tahap yang merupakan sikap yang penting dalam keseluruhan proses audit informasi adalah tahap penyampaian hasil pemeriksaan karena bagaimanapun banyaknya pekerjaan audit internal dengan hasil analisa yang memuaskan, tidak akan berguna apabila segala bentuk penemuannya tidak disampaikan kepada pihak manajemen. Pada saat pelaporan, auditor internal mempunyai kesempatan
31
untuk mengetengahkan apa yang telah dicapai, apa yang dapat dicapai serta tindakan apa yang perlu diambil oleh manajemen sehubungan kegiatan audit yang telah dilakukannya. Laporan audit yang efektif sangat berguna bagi manajemen, terutama bagi proses pengambilan keputusan. Efektifnya laporan audit sangat tergantung kepada kualitas pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya. Tetapi, yang harus diperhatikan adalah bahwa pekerjaan audit yang baikpun akan kurang berani, apabila penyajian hasil audit kurang baik. Oleh karena itu, audit internal harus hati-hati dalam tahap pembuatan laporan ini. Audit internal harus memastikan apakah suatu tindakan korektif telah dilakukan dan memberikan berbagai hasil yang diharapkan ataukah manajemen senior atau dewan telah menerima risiko akibat tidak dilakukannya tindakan temuan yang dilaporkan.
5. Manajemen bagian audit internal Pimpinan audit internal bertanggung jawab mengelolan bagian audit internal secara tepat, sehingga pekerjaan pemeriksaan memenuhi tujuan umum dan tanggung jawab yang disetujui oleh manajemen senior dan diterima oleh dewan, sumber daya bagian audit internal dipergunakan secara efisien dan efektif serta pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan dilakukan sesuai dengan standar profesi. Menurut Hiro Tugiman (2006:19) menyatakan bahwa pimpinan bagian audit harus mengelola bagian audit internal secara tepat, yaitu mengenai :
32
a) Tujuan kewenangan dan tanggung jawab Pimpinan audit internal harus memiliki pernyataan tentang tujuan, kewenangan dan tanggung jawab untuk bagian audit internal. Pimpinan audit internal bertanggung jawab untuk memperoleh persetujuan dari manajemen senior dan dewan terhadap dokumen tertulis yang formal untuk bagian audit internal. b) Perencanaan Pimpinan audit internal harus menetapkan rencana bagi pelaksanaan tanggung jawab bagian audit internal. Rencana ini harus sejalan dengan anggaran dasar organisasi, bagian audit internal dan bagian lain dari berbagai sasaran organisasi. c) Kebijakan dan prosedur Pimpinan audit internal harus membuat berbagai kebijaksanaan dan prosedur secara tertulis sebagai pedoman bagi staf pemeriksa. Bentuk dan isi kebijaksanaan serta prosedur tertulis harus sesuai dengan besar dan struktur bagian audit internal serta tingkat kesulitan pekerjaan yang dilaksanakan. d) Manajemen personel Pimpinan audit internal harus menetapkan suatu program untuk menyeleksi dan mengembangkan sumber daya manusia pada bagian audit internal.
33
e) Audit eksternal Pimpinan audit internal harus mengkoordinasikan usaha atau kegiatan audit internal dengan audit eksternal. f) Pengendalian mutu Pimpinan audit internal harus menetapkan dan mengembangkan program pengendalian mutu untuk mengevaluasi berbagai kegiatan bagian audit internal.
2.3 Laporan Keuangan Salah satu fungsi utama akuntansi adalah menyajikan laporan periodik untuk manajemen, investor dan pihak-pihak lain diluar perusahaan. Laporan keuangan adalah dokumen-dokumen yang melaporkan kegiatan bisnis pribadi atau organisasi kedalam satuan moneter. Laporan keuangan menginformasikan kepada pemakai (users) bagaimana posisi perusahaan tersebut.
2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan Seperti yang diketahui bahwa dengan adanya laporan keuangan para pemakai laporan keuangan kita dapat membaca kondisi keuangan perusahaan. Namun hal tersebut bukan sebagai jaminan untuk mengukur tingkat kesehatan suatu perusahaan. Seringkali terdapat kecurangan dapat pembuatan laporan keuangan demi tujuan keuntungan yang sepihak. Oleh karena itu, diperlukannya ketelitian dan pemahaman yang memadai atas suatu laporan keuangan yang kita telaah dengan kondisi perusahaan yang bersangkutan pada periode tersebut.
34
Menurut International Professional Praties Framework (IPPF) : Attribute standards meliputi : 1. Internal audit charter 2. Organizational independene 3. Board interation 4. Individual objectivity 5. Impairment to independence or objectivity Performance standards meliputi : 1. Linking the audit plan to risk and exposures 2. Using the risk management process in internal audit planning 3. Communiation and approval 4. Resource management 5. Policies and procedures
Menurut Myers (2000:5) yang dikutip oleh S. Munawir menyatakan bahwa : “Laporan Keuangan adalah daftar yang disusun oleh akuntasi pada akhir periode pada suatu perusahaan. Kedua daftar tersebut adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar rugi-laba. Tetapi pada saat sejarang ini banyak perusahaan yang menambahkan daftar yang ketiga yaitu daftar surplus atau daftar yang tidak dibagikan (laba yang ditahan).”
Sedangkan menurut S. Munawir (2000:3) menyatakan bahwa : “Laporan keuangan adalah alat yang sangat penting dalam memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai
35
oleh perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi
pihak-pihak
yang
berkepentingan
apabila
data
tersebut
dapat
diperbandingkan untuk dua periode atau lebih lanjut sehingga diperoleh data yang akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil.”
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2007:4) menyatakan bahwa: “Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang disebut siklus akuntansi. Laporan keuangan menunjukkan posisi sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan selama satu periode. Selain itu, laporan keuangan juga menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dengan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan.”
Dalam UU. NO 1 /1995 tentang Perseroan Terbatas (PT) yang dikutip dari Sofyan Syafri Harahap (2007:5) menyatakan bahwa: “Laporan
keuangan
merupakan
suatu
alat
pertanggungjawaban
pengelolaan perusahaan oleh pengurus perusahaan (Direksi dan Komisaris). Sebagai alat pertanggungjawaban, laporan keuangan wajib disampaikan kepada pemilik. Namun dengan semakin besar keterlibatan pihak lain, maka laporan keuangan menjadi bagian penting informasi kepada pihak lain non pemilik, seperti kreditor, supplier, pemerintah, karyawan dan sebagainya.”
Menurut Zaki Baridwan (1999:17) menyatakan bahwa : “Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh pemilik perusahaan. disamping itu laporan keuangan dapat juga
36
digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.”
Dari pengertian diatas laporan keuangan dibuat sebagai bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap, dengan tujuan untuk empertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada manajemen. Penyusunan laporan keuangan disiapkan mulai dari berbagai sumber data, terdiri dari faktur-faktur, bon-bon, nota kredit, salinan faktur penjualan, laporan bank dan sebagainya. Data yang asli bukan saja digunakan untuk mengisi buku perkiraan, tetapi dapat juga dipakai untuk membuktikan keabsahan transaksi.
2.3.2 Tujuan Laporan Keuangan Tujuan akuntansi atas laporan keuangan menurut berbagai sumber dapat dilihat dari beberapa definisi di bawah ini: Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007: ) menyatakan bahwa : a. Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam
rangka
membuat
keputusan-keputusan
ekonomi
serta
menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi :
37
a. Aktiva b. Kewajiban c. Ekuitas d. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, dan e. Arus kas b.
Laporan keuangan yang disusun untuk memenuhi tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan.
c.
Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa
yang telah
dilakukan
atau pertanggungjawaban
manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi, keputusan ini mungkin mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual informasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen. Tujuan laporan keuangan ini diadopsi oleh IASC.
38
Menurut APB Statement No. 4 berjudul Basic Concept and Accounting Principle and Underlying Financial Statement Business Enterprises yang dikutip oleh Sofyan Syafri Harahap (2007:122-124)menyatakan bahwa : Laporan ini bersifat deskriptif, dan laporan ini banyak mempengaruhi studi-studi berikutnya tentang tujuan laporan keuangan. Dalam laporan ini tujuan laporan keuangan digolongkan sebagai berikut: a.
Tujuan khusus Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai dengan GAAP.
b.
Tujuan umum
Adapun tujuan umum laporan keuangan disebutkan sebagai berikut: 1) Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber ekonomi, dan kewajiban perusahaan dengan maksud: a) Untuk menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan; b) Untuk menunjukkan posisi keuangan dan investasinya; c) Untuk menilai kemampuannya untuk menyelesaikan utangutangnya; d) Menunjukkan kemampuan sumber-sumber kekayaan yang ada untuk pertumbuhan perusahaan. 2) Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba dengan maksud:
39
a) Memberikan gambaran tentang deviden yang diharapkan pemegang saham; b) Mewujudkan kewajiban
kemampuan kepada
perusahaan
kreditur,
supplier,
untuk
membayar
pegawai,
pajak,
mengumpulkan dana untuk perluasan perusahaan; c) Memberikan informasi kepada manajemen untuk digunakan dalam pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengawasan; d) Menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan mendapatkan laba dalam jangka panjang. 3) Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba; 4) Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan harta dan kewajiban; 5) Mengungkapkan informasi yang relevan lainnya yang dibutuhkan para pemakai laporan keuangan. c. Tujuan Kualitatif Adapun tujuan kualitatif yang dirumuskan APB Statement No. 4 adalah sebagai berikut : 1) Relevance Memilih informasi yang benar-benar sesuai dan dapat membantu pemakai laporan dalam setiap proses pengambilan keputusan. 2) Understandability
40
Informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang penting tetapi juga harus informasi yang dimengerti para pemakainya. 3) Verifiability Hasil akuntansi ini harus dapat diperiksa oleh pihak lain yang akan menghasilkan pendapat yang sama. 4) Netrality Laporan
akuntansi
itu
netral
terhadap
pihak-pihak
yang
berkepentingan. Informasi dimaksudkan untuk pihak umum bukan pihak-pihak tertentu saja. 5) Comparability Informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan, artinya akuntansi harus memiliki prinsip yang sama baik untuk suatu perusahaan maupun perusahaan lain. 6) Completeness Informasi akuntansi yang dilaporkan hanya mencakup semua kebutuhan yang layak dari para pemakai.
Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia yang dikutip oleh Sofyan Syafri Harahap (2007:120) menyatakan bahwa: Tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut: a. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
41
b. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto (aktiva dikurangi) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba. c. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. d. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi. e. Untuk
mengungkapkan
sejauh
mungkin
informasi
lain
yang
berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Selanjutnya pemakai (user) yang menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen yang dapat membuat keputusan ekonomi, seperti
42
keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
2.3.3 Pemakai Laporan Keuangan Perusahaan merupakan kumpulan kontrak diantara para pihak yang berkepentingan.
Para
pihak
yang
berkepentingan
atau
yang
disebut
konstituen/stakeholder memiliki kepentingan yang berbeda terhadap kondisi perusahaan. Oleh karena itu, perkembangan perusahaan dapat dilihat dari transaksi diantara para konstituen. Semakin besar dan luas kontrak dengan konstituen, semakin besarlah perusahaan. Transaksi perusahaan semakin banyak dan beragam. Perusahaan diperlukan bukan untuk memenuhi kepentingan principal (pemilik) atau agen (manajer). Melainkan diperlukan sebagai media untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh pihak yang mempunyai klaim yang sah terhadap perusahaan tersebut. Mereka itu ialah pemilik, kreditor, manajer, karyawan, pelanggan (customer), supplier, masyarakat setempat, dan negara. Sebab mereka menanggung resiko didalam kaitannya dengan keberadaan perusahaan dalam kadar dan bentuk berbeda. Laporan keuangan diperlukan sebagai bahan informasi dalam bernegosiasi diantara para pihak terkait. Pihak minoritas akan melihat deviden sebagai acuan kesuksesan. Sebaliknya mayoritas akan melihat laba ditahan atau variabel lain yang lebih penting. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2007:11) menyatakan bahwa:
43
Selain sebagai alat pertanggungjawaban, informasi keuangan diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi. Pengambilan keputusan ekonomi adalah keputusan yang dilakukan secara sadar untuk menetapkan segala sesuatu atas dasar data dalam bidang bisnis. Pengguna laporan keuangan dan kebutuhan informasi keuangannya dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Investor atau Pemilik Pemilik perusahaan menanggung risiko atas harta yang ditempatkan pada perusahaan. Pemilik membutuhkan informasi untuk menilai apakah perusahaan memiliki kemampuan untuk membayar deviden. Di samping itu untuk menilai apakah investasinya akan tetap dipertahankan atau dijual. Bagi calon pemilik, laporan keuangan dapat memberikan informasi mengenai kemungkinan penempatan investasi dalam perusahaan. b. Pemberi Pinjaman (Kreditor) Pemberi
pinjaman
membutuhkan
informasi
keuangan
guna
memutuskan memberi pinjaman dan kemampuan membayar angsuran pokok dan bunga pada saat jatuh tempo. Jadi, kepentingan kreditor terhadap perusahaan adalah apakah perusahaan mampu membayar hutangnya kembali atau tidak. c. Pemasok atau Kreditor Lainnya Pemasok memerlukan informasi keuangan untuk menentukan besarnya penjualan kredit yang diberikan kepada perusahaan pembeli dan kemampuan membayar pada saat jatuh tempo.
44
d. Pelanggan Dalam beberapa situasi, pelanggan membuat kontrak jangka panjang dengan perusahaan, sehingga perlu informasi mengenai kesehatan keuangan perusahaan yang akan melakukan kerjasama. e. Karyawan Karyawan dan serikat buruh memerlukan informasi keuangan guna menilai kemampuan perusahaan untuk mendatangkan laba dan stabilitas usahanya. Dalam hal ini, karyawan membutuhkan informasi untuk kelangsungan
hidup
perusahaan
sebagai
tempat
menggantungkan
hidupnya. f. Masyarakat Laporan keuangan dapat digunakan sebagai bahan ajar, analisis, serta informasi trend dan kemakmuran. Sehubungan dengan kebutuhan informasi bagi berbagai pihak tersebut, maka tujuan laporan keuangan adalah untuk menyajikan informasi yang menyangkut: 1. Posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu, yaitu keadaan pada tanggal tertentu menegnai kekayaan dan sumber kekayaan perusahaan. 2. Kinerja perusahaan pada periode tertentu, yaitu besarya aktivitas dan biaya untuk menjalankan aktivitas serta hasil (laba/rugi) dari aktivitas selama periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. Bahkan
dengan
analisis yang lebih
tajam,
dapat
dilihat
45
kemungkinan ketidakefisienan dan permasalahan dalam fungsi tertentu. 3. Perubahan posisi keuangan selama periode tertentu, yaitu perubahan kekayaan dan sumber kekayaan dalam periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan.
Menurut Stice, Stice, Skousen (2004:9-10) menyatakan bahwa: Secara umum, semua pihak yang berkepentingan dengan kesehatan keuangan suatu perusahaan disebut dengan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder). Stakeholder yang menggunakan informasi akuntansi bisaanya dapat dibedakan menjadi dua klasifikasi utama: a. Pemakai internal, yaitu pengambil keputusan yang secara langsung berpengaruh terhadap kegiatan internal perusahaan. b. Pemakai eksternal, pengambil keputusan yang berkaitan dengan hubungan mereka dengan perusahaan.
Pemakai internal membutuhkan informasi untuk membantu dalam perencanaan dan pengendalian operasi perusahaan dan pengelolaan berbagai sumber daya perusahaan. Sistem akuntansi harus menyediakan secara tepat waktu informasi yang dibutuhkan untuk mengendalikan operasi sehari-hari dan untuk merencanakan keputusan-keputusan yang utama dalam perencanaan, sepert: Apakah kita membuat produk ini atau yang lainnya? Apakah kita membangun pabrik untuk produksi yang baru atau memperluas fasilitas yang sudah ada?
46
Akuntansi manajemen (kadang disebut dengan akuntansi manajerial atau akuntansi biaya) terutama berhubungan dengan pelaporan keuangan untuk pemakai internal. Pemakai internal, khususnya manajemen, memiliki kendali terhadap sistem akuntansi dan dapat menentukan informasi apa yang dibutuhkan dan bagaimana informasi itu dilaporkan. Akuntansi keuangan yang berfokus pada pengembangan dan komunikasi informasi keuangan kepada pemakai eksternal…Para pemakai eksternal ini membutuhkan jaminan bahwa mereka akan mendapatkan hasil dari investasi mereka. Maka mereka membutuhkan informasi tentang kinerja perusahaan masa lalu karena informasi ini akan memungkinkan mereka memprediksi bagaimana kinerja perusahaan dimasa yang akan datang. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua kelompok pemakai laporan keuangan. Pihak internal dan pihak eksternal. Pihak internal adalah manajemen perusahaan. Sementara pihak eksternal antara lain pemegang saham, kreditor, dan instansi pemerintah seperti instansi pajak.
2.3.4 Unsur-Unsur Laporan Keuangan Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya. Kelompok besar ini merupakan unsur laporan keuangan. Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban dan ekuitas. Sedang unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban.
47
Laporan perubahan posisi keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan dalam berbagai unsur neraca. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:12) menyatakan bahwa : Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban dan ekuitas. Pos-pos ini didefinisikan sebagai berikut: (a) Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan. (b) Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesainnya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. (c) Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.
2.3.5 Komponen Laporan Keuangan Setelah transaksi-transaksi diidenifikasikan, dicatat dan diikhtisarkan, maka laporan disiapkan. Laporan akuntansi utama yang mengkomunikasikan informasi ini adalah laporan leuangan. Komponen laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:1.3) adalah sebagai berikut:
48
Laporan keuangan meliputi : 1. Neraca 2. Laporan Laba Rugi 3. Laporan Perubahan Ekuitas 4. Laporan Arus Kas 5. Catatan Atas Laporan Keuangan
a. Neraca Menurut Niswonger, Warren, Reeve, Fees (1999:19) menyatakan bahwa : “Balance sheet reported total assets, liabilities and owner's equity ... section assets on the balance sheet are usually arranged in order of how quickly the assets are converted into cash or used in operations ... in section liabilities, accounts payable is the only obligation”
Zaki Baridwan (1999:18) menyatakan bahwa: Neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu. Keadaan laporan keuangan ini ditunjukkan dengan jumlah harta yang dimiliki yang disebut aktiva dan jumlah kewajiban perusahaan yang disebut passiva, atau dengan kata lain, aktiva adalah investasi di dalam perusahaan dan passiva merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut. Neraca memberikan informasi mengenai sifat dan jumlah investasi dalam sumber daya perusahaan., kewajiban kreditor perusahaan dan ekuitas pemilik dalam sumber daya bersih perusahaan.
49
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa neraca adalah laporan yang berisi harta, utang dan modal perusahaan pada suatu saat tertentu. Harta yang disajikan dalam neraca disusun berdasarkan likuiditas, yaitu tingkat kecepatan harta tersebut menjadi uang, dalam kegiatan perusahaan. Sedangkan utang disusun atas jangka waktu pembayaran. Dan modal disusun berdasarkan tingkat kekekalan/lamanya bertahan dalam perusahaan.
b.
Laporan Laba Rugi Tujuan utama perusahaan adalah untuk mendapatkan laba. Laporan laba
rugi disusun dengan maksud untuk menggambarkan hasil operasi perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu. Dengan kata lain, laporan laba rugi menggambarkan
keberhasilan
atau
operasi
perusahaan
diukur
dengan
membandingkan antara pendapatan perusahaan dengan biaya yang dikeluarkan dalam proses menghasilkan disebut laba atau penghasilan dan apabila beban perusahaan melebihi pendapatannya maka disebut rugi atau biaya. Menurut Niswonger, Warren, Reeve, Fees (1999:18) menyatakan bahwa: “The income statement reports revenues and expenses during the period of time based on the concept of matching (matching concept). This concept is applied to equalize the burden of the revenue generated during the period of the load. Income statement is also reported excess revenues over expenses that occur. This excess is called net income or net profit (net income or net profit). If revenues exceed expenses, it is called a net loss (net loss).”
Sesuai dengan pernyataan Zaki Baridwan (1999:30) pengertian laporan laba rugi adalah sebagai berikut:
50
“Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatanpendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu. Selisih antara pendapatan dan biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh perusahaan.” Perhitungan laba rugi akan membantu menyediakan informasi kepada investor dan kreditor serta pemakai lainnya untuk meramalkan jumlah, waktu dan ketidakpastian dari arus kas masa depan. Ramalan yang akurat atas arus kas masa depan membantu investor untuk menilai ekonomi perusahaan dan kreditor untuk menentukan
profitabilitas
dari
pembayaran
kembali
kalimnya
terhadap
perusahaan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan laporan laba-rugi adalah laporan keuangan yang menyajikan pendapatan dan beban suatu perusahaan pada periode tertentu. Dari definisi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa isi dari laporan laba-rugi adalah terdiri dari dua unsur, yaitu: 1. Revenue (hasil) atau pendapatan. 2. Expenses (beban-beban). Pendapatan adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan perusahaan seperti penjualan barang dagangan, memberikan jasa kepada langganan, sewa dari hak milik, meminjamkan uang dan lain pekerjaan yang mengarah untuk mendapatkan hasil. Pendapatan ini merupakan hasil perusahaan yang mengakibatkan bertambahnya kapital/modal, karena itu dicatat sebelah kredit. Beban adalah pengeluaran uang atau prestasi yang diterima untuk menjalankan perusahaan atau proses produksi yang dipergunakan dalam rangka
51
mendapatkan hasil tersebut. Biaya ini merupakan beban perusahaan yang mengakibatkan berkurangnya kapital/modal, kerena itu dicatat sebelah debet.
c. Laporan Perubahan Ekuitas Hasil operasi perusahaan yang berupa laba atau rugi akan berpengaruh terhadap modal pemilik. Apabila perusahaan memperoleh laba, maka laba tersebut akan menambah modal pemilik. Sebaliknya, jika perusahaan menderita rugi, maka modal pemilik menjadi berkurang. Modal pemilik dapat juga berubah karena adanya tambahan investasi yang dilakukan oleh pemilik atau karena pemilik mengambil harta perusahaan untuk keperluan pribadi. Perubahan dalam ekuitas perusahaan menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Laporan keuangan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal dan dan pembayaran deviden, menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode yang bersangkutan.
d.
Laporan Arus Kas Laporan arus kas adalah suatu ikhtisar penerimaan dan pengeluaran kas
dari sebuah kesatuan usaha untuk suatu periode tertentu seperti sebulan atau setahun. Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur
52
keuangan dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan kegiatan dan peluang. Menurut Niswonger, Warren, Reeve, Fees (1999:21) menyatakan bahwa: “Statement of cash flows consists of three section or parts: (1) operating activities, (2) investing activities, and (3) financing activities. Cash Flows from Operating Activities. This section is an verview report of cash receipts and payments related to company operations. Cash Flows from Investing Activities. This section reports the cash transactions for the purchase or sale of fixed assets or permanent. Cash Flows from Financing Activities. This section reports the cash transactions relating to investment by the owner, borrowings, and making money by the owner.”
Laporan arus kas merupakan salah satu bagian dalam laporan keuangan yang dibuat perusahaan. Laporan ini merupakan revisi dari mana uang kas diperoleh perusahaan dan bagaimana mereka membelanjakannya. Tujuan dari ketiga laporan keuangan yang dibuat perusahaan, yaitu laporan laba rugi, laporan arus kas dan neraca adalah untuk membantu investor dan kreditor dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan perusahaan, laporan laba rugi suatu perusahaan dapat saja memberikan gambaran bahwa suatu perusahaan mendapatkan keuntungan yang tinggi, namun laporan arus kas bisa saja memperlihatkan bahwa perusahaan sebenarnya kekurangan uang kas. Hal ini menyebabkan investor dan kreditor yang cermat tidak akan pernah lupa untuk memberikan perhatian utama pada laporan arus kas.
53
e. Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan ekuitas dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan: 1. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan atas peristiwa dan transaksi penting. 2. Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas. 3. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.
Selain dari komponen diatas, laporan keuangan juga harus mencantumkan informasi tambahan, dimana perusahaan dianjurkan untuk menyajikan taksiran keuangan yang menjelaskan karakteristik utama yang mempengaruhi kinerja keuangan, posisi keuangan perusahaan dan kondisi ketidakpastian. Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan dengan menerangkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) secara benar disertai pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam catatan atas laporan keuangan.
54
Apabila PSAK belum mengatur masalah pengakuan, pengukuran, penyajian atau pengungkapan dari suatu transaksi atau peristiwa, maka penyajian secara wajar dapat dicapai melalui pemilihan dan penetapan kebijakan akuntansi. Ikatan Akuntan Indonesia (2007:1.4) menyatakan bahwa : Manajemen memilih dan menerapkan kebijaksanaan akuntansi agar laporan keuangan memenuhi ketentuan dalam PSAK, jika belum diatur dalam PSAK, maka manajemen harus menetapkan kebijaksanaan untuk memastikan bahwa laporan keuangan menyajikan informasi: 1. Relevan terhadap kebutuhan para pengguna laporan keuangan untuk pengambilan keputusan; dan 2. Dapat diandalkan, dengan pengertian: a.
Mencerminkan kejujuran penyajian hasil dan posisi keuangan perusahaan.
b.
Menggambarkan substansi ekonomi dari suatu kejadian atau transaksi dan tidak semata-mata bentuk hukumnya saja.
c.
Netral yaitu bebas dari keberpihakan
d.
Mencerminkan kehati-hatian
e.
Mencakup semua hal yang material.
2.3.6 Keandalan Laporan Keuangan Keandalan suatu informasi dapat dilihat dari karakteristik kualitatif dalam informasi akuntansi. Stice, Stice, Skousen (2004:34-35) menyatakan bahwa:
55
Tujuan dasar dari pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna. Ini merupakan tujuan yang sangat rumit karena adanya berbagai alternatif pelaporan. Stice, Stice, Skousen (2004:34-35) menyatakan bahwa: Untuk membantu pemilihan diantara berbagai alternatif akuntansi keuangan
dan
pelaporannya,
kerangka
konseptual
mengidentifikasikan
karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi yang berguna, karakteristik utama yang dibahas disini adalah: 1.
Manfaat lebih besar daripada biayanya
2.
Relevansi
3.
Keandalan
4.
Dapat Dibandingkan
5.
Materialitas.
Informasi dikatakan dapat diandalkan apabila secara relatif bebas dari kesalahan dan menyajikan hal yang seharusnya. Keandalan tidak berarti ketepatan yang absolut. Informasi yang berdasarkan penilaian dan yang menggunakan estimasi dan perkiraan tidak mungkin akurat secara total, tetapi harus dapat diandalkan. Tujuannya adalah memberikan tipe informasi yang dapat memberikan kepercayaan bagi pemakainya. Stice, Stice, Skousen (2004:34-35) menyatakan bahwa: Informasi yang dapat diandalkan harus memiliki kriteria sebagai berikut: a. Dapat diverifikasi (verifiability)
56
b. Penyajian jujur (representational faithfulness) c. Netralitas (neutrality) Dapat diverifikasi melibatkan consensus. Akuntan mencari dasar pengukuran laporan keuangan yang dapat diverifikasi oleh akuntan lain yang terlatih dengan menggunakan metode pengukuran yang sama. Penyajian jujur berarti bahwa ada kesesuaian antara pengukuran dengan aktivitas ekonomi atau unsur akuntansi yang diukur. Sedangkan netralitas merupakan konsep yang serupa dengan konsep yang berkaitan dengan “kejujuran”. Apabila laporan keuangan bertujuan untuk memuaskan sebagian besar kelompok pemakainya, maka informasi yang disajikan tidak boleh berpihak terhadap kepentingan suatu kelompok dari pemakainya dan mengorbankan kelompok lain. Netralitas juga mencerminkan bahwa pembentuk standar akuntansi tidak boleh dipengaruhi oleh dampak potensial dari peraturan baru terhadap perusahaan atau industri tertentu. Pada praktiknya, netralitas merupakan suatu hal yang sangat sulit dicapai karena perusahaan yang mungkin dirugikan oleh adanya peraturan baru akan melakukan lobi-lobi untuk melawan standar yang diajukan.
Standar Akuntansi Keuangan (2007:7-11) menyatakan bahwa: Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat 4 karakteristik kualitatif pokok yaitu:
57
5.
Dapat Dipahami
6.
Relevan b. Materialitas
7.
Keandalan a. Penyajian jujur b. Substansi mengungguli bentuk c. Netralitas d. Pertimbangan Sehat e. Kelengkapan
8. Dapat Dibandingkan
Informasi keuangan pada umumnya tidak luput dari risiko penyajian yang dianggap kurang jujur dari apa yang seharusnya digambarkan. Hal tersebut bukan disebabkan karena kesengajaan untuk menyesatkan, tetapi lebih merupakan kesulitan yang melekat dalam mengidentifikasikan transaksi serta peristiwa lainnya yang dilaporkan, atau dalam menyusun atau menetapkan ukuran dari teknik penyajian yang sesuai dengan mana transaksi dan peristiwa tersebut.
Ikatan Akuntan Indonesia (2007:7) menyatakan bahwa: ”Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. Jadi, misalnya, neraca harus menggambarkan
58
dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya dalam bentuk aktiva, kewajiban, dan ekuitas perusahaan pada tanggal pelaporan yang memenuhi kriteria pengakuan.”
Ikatan Akuntan Indonesia (2007:8) menyatakan bahwa pengertian substansi mengungguli bentuk adalah sebagai berikut: ”Substansi mengungguli bentuk : Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya bentuk hukumnya.”
Substansi transaksi atau peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa yang tampak dan bentuk hukum. Misalnya, suatu perusahaan mungkin menjual suatu aktiva kepada pihak lain dengan cara sedemikian rupa sehingga dokumentasi dimaksudakan untuk memindahkan kepemilikan menurut hukum ke pihak tersebut; namun demikian, mungkin terdapat persetujuan yang memastikan bahwa perusahaan dapat terus menikmati manfaat ekonomi masa depan yang diwujudkan dalam bentuk aktiva. Dalam keadaan seperti itu, pelaporan penjualan tidak menyajikan dengan jujur transaksi yang dicatat jika memang sesungguhnya ada transaksi. Ikatan Akuntan Indonesia (2007:8) menyatakan bahwa pengertian netralitas adalah sebagai berikut:
59
Netralitas: Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan. Ikatan Akuntan Indonesia (2007:7-8) menyatakan bahwa pengertian pertimbangan sehat adalah sebagai berikut: Pertimbangan sehat: Penyusunan laporan keuangan adakalanya menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keandalan tertentu, seperti ketertagihan piutang yang diragukan, perkiraan masa manfaat pabrik serta peralatan, dan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin timbul. Ketidakpastian yang semacam itu diakui dalam mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dan dengan menggunakan pertimbangan sehat (Prudence) dalam laporan keuangan.
Pertimbangan sehat mengandung kehati-hatian pada saat melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aktiva atau penghasilan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban atau beban tidak disajikan terlalu rendah. Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan, misalnya, pembentukan cadangan tersembunyi atau penyisihan (provision) berlebihan, dan sengaja menetapkan aktiva atau penghasilan yang lebih rendah
60
atau pencatatan kewajiban atu beban yang lebih tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tak netral, dan karena itu, tidak memiliki kualitas andal. Ikatan Akuntan Indonesia (2007:8) menyatakan bahwa pengertian kelangkapan adalah sebagai berikut: Kelengkapan: Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan (omission) mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna bila ditinjau dari segi relevansi.