BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1.
Pembelajaran Matematika di SMP Pembelajaran berasal dari kata belajar. Kata belajar sendiri sering didengar setiap harinya yang erat kaitannya dengan sekolah. Kata belajar juga didefinisikan
dengan berbagai sudut pandang. Berikut beberapa definisi dan pandangan tentang belajar tersebut. Eveline Siregar (2002: 41) menyatakan belajar konstruktivistik merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan yang harus dilakukan oleh siswa. Siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Akan tetapi, yang paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa itu sendiri, sementara peran guru dalam belajar konstuktivistik yaitu membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri dan dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar. David H. Jonassen (2004: 1) menyebutkan “Learning in the everyday world, where people live and work, is omnipresent and essential to survival, let alone progress. In homes, business, organizations, and societies in every culture, learning is driven by problems that need solving” yang berarti bahwa belajar dalam kehidupan sehari-hari, di mana manusia tinggal dan bekerja, ada di manamana dan penting untuk bertahan hidup, berkembang dengan usahanya sendiri. Di rumah, tempat bisnis, organisasi, dan masyarakat di setiap kebudayaan, belajar dikendalikan oleh suatu masalah yang memerlukan pemecahan. 9
Kata pembelajaran menurut Winataputra (Ali Hamzah, 2014: 42) diambil dari kata instruction yang berarti serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Dengan demikian, aktivitas apapun akan erat kaitannya dengan siswa, bagaimana proses pembelajaran siswa, dan interaksi siswa.
Wina Sanjaya (2008: 214) menyatakan dalam pembelajaran, guru banyak berperan sebagai fasilitator yang mengatur berbagai sumber dan fasilitas untuk dipelajari siswa. Siswa dijadikan pusat belajar dengan maksud membentuk watak, peradaban, dan meningkatkan mutu kehidupan siswa. Hal ini juga sejalan dengan Sugihartono (2012: 82) yang menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi, dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai model, sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara aktif dan efisien serta hasil yang optimal. Penyelenggaraan pembelajaran menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005, adalah proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Berdasarkan beberapa pengertian mengenai pembelajaran di atas maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dirancang dan dilakukan
10
oleh seorang guru untuk mengaktifkan siswa agar mendapatkan pengetahuannya dan mencapai tujuan pembelajaran. Matematika menurut sudut pandang Andi Hakim Nasution (Abdul Halim Fathani, 2012: 21) berasal dari kata Yunani, mathema yang memiliki arti pengetahuan, serta kata mathanein yang berarti berpikir atau belajar. Kata ini memiliki hubungan yang kuat dengan kata Sansekerta, medha atau widya yang berarti kepandaian, ketahuan, atau intelegensia. Dalam bahasa Belanda, matematika disebut dengan kata wiskunde yang berarti ilmu tentang belajar. Orang arab menyebutkan matematika dengan ilmu al-hisab yang memiliki arti ilmu berhitung. Johnson dan Rising (Erman Suherman, 2003: 16) berpendapat bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. James dan James (Erman Suherman, 2003: 16) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika tentang bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. Frederick H. Bell (1978: 23) menyebutkan bahwa matematika adalah ratu dari segala ilmu pengetahuan dan dianggap tidak tercela dalam metodenya, validitas, dan logika, yang memiliki permasalah pada dasar logika, hanya sebagian yang dikembangkan, dan terus berubah dalam metode dan kontennya. Sebagaimana disebutkan
yaitu mathematics has been called the queen of sciences and is 11
reputed to be beyond reproach in its methods, validity, and logic, it does have problems in its logical foundations, is only partially developed, and is continually changing in its methods and content. Tujuan mata pelajaran matematika sendiri yaitu agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut (Depdiknas, 2006) : 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasi konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2. Menggunaan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pertanyaan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemempuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Agar siswa memiliki kemampuan tersebut, maka pembelajaran sebaiknya berpusat pada siswa. Pembelajaran juga disesuaikan dengan karakteristik siswa SMP. Siswa SMP berusia sekitar 13-16 tahun. Karakteristik siswa pada usia tersebut yaitu kemampuan kognitif berada pada tahap perkembangan operasional formal. Pada tahap ini siswa mampu bernalar dengan menggunakan hubungan antar objek-objek dalam kehidupan sehari-hari untuk dikaitkan dengan suatu persoalan matematika (Erman Suherman, 2003: 43). Berdasarkan pengertian pembelajaran dan matematika dan karakteristik siswa SMP dapat ditentukan definisi dari pembelajaran matematika di SMP. Pembelajaran matematika adalah sebagai proses pembelajaran aktif yang
12
melibatkan siswa secara aktif untuk mengembangkan kemampuan matematika siswa SMP. 2. Model Pembelajaran Inquiry Indrawati (Trianto, 2009: 165) menyatakan bahwa pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui model-model
pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan informasi. Hal ini dikarenakan model-model pemrosesan informasi menekankan pada bagaimana seseorang berpikir dan bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah informasi. Model adalah prosedur yang sistematis tentang pola belajar untuk mencapai tujuan belajar serta sebagai pedoman bagi pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual/operasional, yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam merencanakan, dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (Hosnan, 2014: 337). Inquiry adalah istilah dalam bahasa Inggris, yang memiliki arti pertanyaan atau pemeriksaan. Inquiry sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi (Trianto, 2007: 135). Sund, seperti yang dikutip oleh Suryobroto (Trianto, 2009: 166) menyatakan bahwa Inquiry adalah perluasan dari proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Dalam pembelajaran Inquiry tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual saja tetapi memuat potensi yang lain, termasuk aspek afektif seperti yang dikatakan Gulo (Trianto, 2009: 168). Gulo menyatakan bahwa, Inquiry tidak 13
hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional. Aspek afektif yaitu mencakup sikap dan perasaan, motivasi atau dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu, misalnya rasa ingin tahu, tertarik pada tugas majemuk yang dirasakan siswa sebagai tantangan, berani mengambil resiko, tidak mudah putus asa, menghargai diri sendiri maupun orang lain. Tahapan pembelajaran Inquiry dikemukakan oleh Hosnan (2014: 342-344). Secara umum proses pembelajaran dengan model Inquiry dijabarkan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Orientasi Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini, pendidik mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan strategi ini sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan itu tak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar. 2. Merumuskan masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran Inquiry. Oleh sebab itu, melalui proses tersebut, siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. 3. Merumuskan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tatapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis. 14
4. Mengumpulkan data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran Inquiry, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Karena itu, tugas dan peran pendidik dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaanpertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Sering terjadi kemacetan ber-Inquiry adalah manakala siswa tidak apresiatif terhadap pokok permasalahan. Tidak apresiatif itu biasanya ditunjukkan oleh gejala-gejala semacam ini, maka pendidik hendaknya secara terus-menerus memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa, sehingga mereka terangsang untuk berpikir. 5. Menguji Hipotesis Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Dalam menguji hipotesis, yang terpenting adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Di samping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. 6. Merumuskan Kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan inti dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus pada masalah yang hendak dipecahkan. Oleh karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya pendidik mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan. Kuslan & Stone (1969: 138-139) menyebutkan ciri-ciri pembelajaran Inquiry yaitu di antaranya : 1. Scientific processes such as observing, measuring, estimating, peredicting, compairing, classifying, experimenting, communicating, inferring, analyzing, and drawing out inductions are habitually employed by children and teacher. 2. Hypotheses are proposed by the class in order to guide the investigation. 3. Children investigate in small groups, as a class, and as individuals in order to gather the data by which to test the hypotheses. Kutipan di atas menyebutkan ciri-ciri pembelajaran Inquiry di antaranya yaitu
15
1. Proses ilmiah seperti mengamati, menghitung, memperkirakan, memprediksi, membandingkan, mengklasifikasikan, mencoba, mengkomunikasikan, menyimpulkan, menganalisis dan menarik induksi yang biasa dilakukan oleh guru dan siswa. 2. Hipotesis yang diajukan oleh kelas untuk memandu dalam penyelidikan. 3. Siswa menyelidiki dalam kelompok kecil, sebagai suatu kelas, dan sebagai individu untuk mengumpulkan data yang digunakan untuk menguji hipotesis. Model Inquiry merupakan pembelajaran yang banyak dianjurkan, karena memiliki beberapa keunggulan, di antaranya sebagai berikut (Hosnan, 2014: 344): 1. Pembelajaran Inquiry menakankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran Inquiry ini dianggap lebih bermakna. 2. Pembelajaran Inquiry dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai denagan gaya belajar mereka. 3. Inquiry merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. 4. Pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. Bruner (Kuslan dan Stone, 1968: 140) menyebutkan yang dihasilkan atau keunggulan Inquiry Teaching yaitu : 1. 2. 3. 4.
It increases the intellectual potency of learner. The learner shifts from dependence on exstrinsic to intrinsic rewards. Mastery of heuristics of inquiry enhances its transfer value. Learning by inquiry expedites memory processing. Maksud dari kutipan di atas yaitu :
1. Meningkatkan potensi intelektual siswa. 2. Siswa berubah dari ketergantungan penghargaan ekstrinsik menjadi penghargaan intrinsik. 3. Penguasaan heuristik dari penyelidikan meningkatkan nilai transfer. 4. Belajar dengan penyelidikan mempercepat pengolahan memori. Di samping memiliki keunggulan, model Inquiry juga mempunyai kelemahan, di antaranya (Wina Sanjaya, 2008: 208-209): 1. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. 16
2. Sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar. 3. Dalam menerapkannya memerlukan waktu lama, sehingga guru sering sulit menyesuaikan waktu yang telah ditentukan. 4. Keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka pendekatan ini akan sulit untuk diterapkan setiap guru. 5. Cukup sulit untuk benar-benar diterapkan untuk menemukan solusi dari permasalahan. Dari kekurangan yang disebutkan di atas maka peneliti menggunakan suatu macam dari model Inquiry agar meminimalisir kekurangan yang ada yaitu dengan model Guided Inquiry. Adanya bimbingan dalam setiap langkah proses pemecahan masalah menjadi hal pokok dalam model ini. Sebagaimana disebutkan Sund and Trowbridge (Trianto, 2007: 146) Model Inquiry terdiri dari : (1) Guided Inquiry, (2) Modified Inquiry, (3) Free Inquiry, (4) Invitation Into Inquiry, (5) Inquiry Role Approch, (6) Pictorial Riddle, (7) Synectics Lesson. Menurut Moh. Amin (1987: 37-38) model pembelajaran Guided Inquiry memberi kesempatan kepada siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif, siswa dilatih bagaimana memecahkan masalah sekaligus membuat keputusan. Peran guru dalam pembelajaran ini lebih sebagai pemberi bimbingan, arahan jika diperlukan siswa, siswa dituntut bertanggung jawab penuh terhadap proses belajarnya, sehingga guru harus menyesuaikan diri dengan kegiatan yang dilakukan oleh siswa agar tidak mengganggu proses belajar siswa. Sintaks dari pembelajaran Guided Inquiry disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
17
Tabel 1. Sintaks Model Guided Inquiry No 1.
Fase Orientasi (Pengenalan)
2.
Menyajikan Pertanyaan atau masalah
3.
Merumuskan Hipotesis
4.
Merancang Percobaan
5.
Melakukan Percobaan
6.
Mengumpulkan dan Menganalisis Data
7.
Membuat Kesimpulan
Kegiatan Guru 1.1 Guru menjelaskan topik, pokokpokok kegiatan dan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran. 1.2 Guru menjelaskan langkahlangkah dari kegiatan Inquiry yang akan dilakukan. 2.1 Guru menyajikan masalah serta membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan tulis. 2.2 Guru membagi siswa dalam kelompok. 3.1 Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mengeluarkan pendapat dalam menyusun hipotesis. 3.2 Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi hipotesis penyelidikan. 4.1 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. 4.2 Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan. 5.1 Guru membimbing siswa untuk mendapatkan informasi melalui percobaan. 6.1 Guru memberi kesempatan kepada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul. 7.1 Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.
Dapat disimpulkan bahwa model Inquiry adalah suatu prosedur yang
sistematis untuk mencapai tujuan belajar serta sebagai pedoman bagi pengajaran 18
yang menekan pada keaktifan siswa. Keaktifan siswa tersebut bertujuan untuk menemukan sendiri pengetahuan melalui langkah-langkah seorang ilmuwan dengan bantuan dan bimbingan seorang guru. 3. Kemampuan Pemecahan Masalah Kemampuan pemecahan masalah dapat diasah dan ditingkatkan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan. Siswa dalam pembelajaran matematika sering dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan yang disebut soal atau masalah. Menurut Herman Hudojo (2003: 125). Soal-soal matematika dibedakan menjadi dua bagian sebagai berikut. 1. Latihan diberikan pada waktu belajar matematika bersifat berlatih agar terampil atau sebagai aplikasi dari pengertian yang baru saja dipelajari. 2. Masalah merupakan soal yang memerlukan analisa dan sintesa dalam mengerjakannya siswa harus mengetahui pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya untuk menyelesaikan situasi baru. A Problem is a situation, quantitative or otherwise, that confronts an individual or group of individuals, that requires resolution, and for which the individual sees no apparent or obvious means or path to obtaining a solution (Krulik & Rudnick, 1995: 4). Pernyataan tersebut memiliki makna yaitu masalah adalah suatu situasi, kuantitatif atau sebaliknya, yang menghadapkan individu atau kumpulan individu, yang membutuhkan penyelesaian kembali, sehingga individu yang tidak melihat kenyataan atau kejelasan makna atau jalan untuk memperoleh penyelesaian.
19
Masalah yang menarik adalah masalah yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari atau nyata. Seperti yang dikatakan oleh Polya (1957: 7) ”The teacher can make the problem interesting by making it concrete”. Syarat suatu masalah bagi seorang siswa menurut Herman Hudojo (2005: 124) adalah sebagai berikut : 1. Pertanyaan tersebut harus bisa dimengerti oleh siswa, namun pertanyaan itu harus merupakan tantangan bagi siswa. 2. Pertanyaan tersebut tidak bisa dikerjakan dengan prosedur rutin yang telah diketahui siswa. Karena itu, waktu dalam penyelesaian masalah bukan suatu yang diperhitungkan. Problem Solving is the means by which an individual uses previously acquired knowledge, skills, and understanding to satisfy the demands of an unfamiliar situation (Krulik & Rudnick, 1995: 4). Pernyataan tersebut berarti pemecahan masalah adalah suatu makna yang mana seorang individu menggunakan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya, keterampilan, dan pemahaman untuk memenuhi tuntutan situasi yang tidak lumrah. Menurut Downey dan Joyce (Trianto, 2009: 165) menyatakan “The core of good thinking is the ability to solve problems. The essence of problem solving is the ability to learn in puzzling situations. Thus, in the school of these particular dreams, learning how to learn pervades what is the taught, how it is taught, and the kind of place in which it is taught ”. Pernyataan di atas memiliki makna yaitu bahwa inti dari berpikir yang baik adalah kemampuan untuk memecahkan masalah. Dasar dari pemecahan masalah adalah kemampuan untuk belajar dalam situasi-situasi yang rumit. Dengan demikian, di sekolah yang memiliki mimpi20
mimpi semacam ini, belajar bagaimana cara belajar meliputi apa yang diajarkan, bagaimana diajarkannya, dan di mana diajarkannya. Hatfield (2008: 103) menyebutkan kemampuan pemecahan masalah sebagai berikut “Problem solving as a skill demands more attention to specific type of problems and methods of solution” yang memiliki arti bahwa pemecahan masalah sebagai suatu keterampilan menuntut perhatian lebih untuk masalah jenis tertentu dan metode penyelesaian. Memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya lebih dahulu yang digunakannya untuk memecahkan masalah yang baru. Namun, dalam memecahkan masalah tidak sekedar menerapkan aturan-aturan yang diketahui, tetapi juga menghasilkan pelajaran baru (Nasution, 2011: 170). Made Wena (2011: 52) menyatakan bahwa idealnya, aktifitas pembelajaran tidak hanya difokuskan pada upaya mendapatkan pengetahuan sebanyakbanyaknya. Akan tetapi, berkaitan dengan bagaimana menggunakan segenap pengetahuan yang didapatkan untuk menghadapi situasi baru atau memecahkan masalah - masalah khusus yang kaitannya dengan bidang studi yang dipelajari. Menurut Polya (1973: 6) terdapat empat langkah dalam pemecahan masalah yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah, menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan memeriksa kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan. Penjelasan masing-masing langkah yaitu sebagai berikut.
21
a. Memahami masalah (understand the problem) Pada langkah ini, siswa diharapkan mampu memahami masalah yang ada dengan menentukan hal yang diketahui, hal yang tidak diketahui (ditanyakan), syarat yang terdapat dalam masalah. Selain itu, siswa mampu menuliskan hal tersebut dalam notasi matematika atau menggambarkannya dalam gambar/model yang sesuai. b. Merencanakan penyelesaian masalah (devising a plan) Pada tahap ini, siswa mampu menuliskan langkah-langkah apa yang seharusnya dikerjakan, termasuk didalamnya adalah menuliskan model atau rumus matematika. Dalam merencanakan masalah, dibutuhkan pengalaman dan pengetahuan yang telah didapat siswa. c. Menyelesaiakan masalah sesuai rencana (carrying out the plan) Tahap ini, siswa menjalankan rencana penyelesaian yang telah dibuat sebelumnya, untuk mendapatkan penyelesaian permasalahan. Siswa harus menguji setiap langkah penyelesaian masalah satu persatu hingga tidak terdapat kesalahan. d. Merencanakan penyelesaian masalah (looking back) Pada tahap ini, siswa melakukan refleksi terhadap langkah dan hasil penyelesaian, kemudian siswa menuliskan kesimpulan akhir. Berikut contoh masalah yang bertujuan agar siswa mampu menggunakan rumus volume bangun ruang sisi datar dalam kehidupan sehari-hari, diselesaikan dengan langkah pemecahan masalah menurut Polya yaitu sebagai berikut :
22
Sebuah wadah plastik berbentuk balok berisi air penuh dan memiliki ukuran perbandingan panjang, lebar, dan tinggi wadah adalah 5: 4 : 3. Jika volume air yang terdapat dalam wadah tersebut adalah 1.620 cm3, tentukan ukuran wadah plastik tersebut. Penyelesaian dari permasalahan tersebut beserta penskoran dan penilaian berdasarkan langkah menurut Polya sebagai berikut : Tabel 2. Contoh Penyelesaian Masalah dan Penskoran Penyelesaian
Jawaban
1. Memahami Masalah. Diketaui : Wadah plastik berbentuk balok, perbandingan = 5: 4 : 3 Volume = 1.620 cm3.
Jika siswa menjawab secara lengkap dan tepat, diberi skor 2.
Jika siswa menjawab secara lengkap dan kurang tepat, diberi Ditanya : skor 1. Ukuran ? Jika siswa tidak menjawab secara lengkap dan tepat, diberi skor 0. Jika siswa menjawab 2. Merencanakan Penyelesaian secara lengkap dan Masalah. tepat, diberi skor 4. i. Mencari rasio perbandingan Jika siswa menjawab dengan memasukkan pada rumus secara lengkap dan volume. kurang tepat, diberi skor 3. ii. Mencari ukuran masing-masing Jika siswa menjawab wadah. secara tidak lengkap dan tepat, diberi skor 2. Jika siswa tidak menjawab secara lengkap dan tidak tepat, diberi skor 1. Jika siswa tidak menjawab, diberi skor 0. 23
Skor Maksimal 2
4
3. Menyelesaikan Masalah. Penyelesaian masalah sesuai dengan perencanaan, yaitu : i. Mencari rasio perbandingan dengan memasukkan pada rumus volume.
√ ii. Mencari ukuran masing-masing wadah.
Jadi, ukuran wadah plastik adalah .
= (Skor Total +8) x 5
Nilai Maksimal = (12+8) x 5 = 100 24
4
Jika siswa menjawab secara lengkap dan kurang tepat, diberi skor 3. Jika siswa menjawab secara tidak lengkap dan tepat, diberi skor 2. Jika siswa tidak menjawab secara lengkap dan tidak tepat, diberi skor 1. Jika siswa tidak menjawab, diberi skor 0.
Jika siswa menjawab secara lengkap dan tepat, diberi skor 2. Jika siswa menjawab secara lengkap dan kurang tepat, diberi skor 1. Jika siswa tidak menjawab secara lengkap dan tepat, diberi skor 0. Total Skor
4. Memeriksa kembali
Nilai
Jika siswa menjawab secara lengkap dan tepat, diberi skor 4.
2
12
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah suatu keterampilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah yang tidak rutin. Indikator pemecahan masalah yang digunakan peneliti
mengadaptasi dari langkah pemecahan masalah menurut Polya. Secara jelas indikator kemampuan pemecahan masalah yaitu : 1. Mampu memahami masalah dengan menyebutkan masalah serta informasi yang ada dalam masalah. 2. Mampu menyusun rencana penyelesaian masalah. 3. Mampu menyelesaikan masalah dengan berbagai strategi. 4. Mampu mengecek kembali jawaban yang telah diperoleh. 4. Perangkat Pembelajaran Perangkat pembelajaran sangatlah penting direncanakan, dirancang dan disusun oleh seorang guru agar proses pembelajaran matematika bisa berjalan dengan baik dan efektif. Perangkat pembelajaran disusun guna mencapai tujuan pembelajaran. Lade Adeyanju (2003: 1) menyatakan bahwa learning can be reinforced with learning aids of different variety because they stimulate, motivate as well as arrest learner’s attention for a while during the instructional process. Learning aids are instructional materials and devices through which teaching and learning are done in schools. Maksud dari pernyataan tersebut yaitu belajar dapat diperkuat dengan alat bantu belajar yang bervariasi karena alat bantu belajar dapat menstimulasi, memotivasi sama baiknya menangkap perhatian siswa untuk 25
sementara selama proses pembelajaran. Alat bantu belajar adalah bahan ajar dan perangkat melalui pengajaran dan pembelajaran yang dilakukan di sekolahsekolah. Perangkat pembelajaran menurut Nazarudin (2007: 113) adalah suatu atau beberapa persiapan yang disusun baik oleh guru baik secara individu maupun kelompok (KKG atau MGMP) agar pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran dapat dilakukan secara sistematis
dan memperoleh hasil seperti yang
diinginkan.
Perangkat pembelajaran dapat meliputi program tahunan, program semester, silabus, RPP, LKS, Instrumen penilaian, dan Kriteria Ketuntasan minimal (KKM). Menurut Suhadi (Irfan Dani, 2013) perangkat pembelajaran adalah bahan, alat, media, petunjuk, dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, dapat berupa RPP, Buku Siswa, Buku Pegangan Guru, LKS, dan tes hasil belajar. Karena keterbatasan peneliti, maka perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan adalah RPP dan LKS. Adapun penjelasan lebih lengkap mengenai RPP dan LKS yang dimaksud adalah sebagai berikut : a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 Bab IV tentang Standar Proses pasal 20, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, model pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menurut Peraturan Menteri RI Nomor 41 tahun 2007 memuat identitas mata pelajaran, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, 26
tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, model pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. Dalam Peraturan Menteri RI Nomor 41 tahun 2007 disebutkan pula komponen RPP tersebut, yaitu : 1. Identitas mata pelajaran Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan. 2. Standar kompetensi Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal siswa yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran. 3. Kompetensi dasar
27
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. 4. Indikator pencapaian kompetensi Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. 5. Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar. 6. Materi ajar Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. 7. Alokasi waktu Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar. 8. Model pembelajaran Model pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa mencapai 28
kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan model pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. 9. Kegiatan pembelajaran a. Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. b. Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan
pembelajaran
dilakukan
secara
interaktif,
inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. c. Penutup Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut. 29
10. Penilaian hasil belajar Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian. 11. Sumber belajar Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kometensi. Prinsip-prinsip Penyusunan RPP juga disebutkan, yaitu sebagai berikut: 1. Memperhatikan perbedaan individu siswa RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan siswa. 2. Mendorong partisipasi aktif siswa Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada siswa untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar. 3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. 30
4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. 5. Keterkaitan dan keterpaduan RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. 6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Trianto (2007: 73) menguraikan bahwa lembar kegiatan siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kegiatan ini dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi. Untuk menyusun perangkat pembelajaran berupa LKS, Depdiknas (2008: 23) menguraikan rambu-rambunya, bahwa LKS akan memuat paling tidak: judul, kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu penyelesaian 31
peralatan atau bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan. Langkah-langkah persiapan LKS dijelaskan (Depdiknas, 2008: 23-24) sebagai berikut: a. Analisis kurikulum. Analisis ini dilakukan dengan memperhatikan materi pokok, pengalaman belajar siswa, dan kompetensi yang harus dicapai siswa. b. Menyusun peta kebutuhan LKS. Peta kebutuhan LKS berguna untuk mengetahui jumlah kebutuhan LKS dan urutan LKS. c. Menentukan judul-judul LKS. Judul LKS harus sesuai dengan KD, materi pokok dan pengalaman belajar. d. Penulisan LKS. Langkah-langkahnya: (1) perumusan KD yang harus dikuasai, (2) menentukan alat penilaian, (3) penyusunan materi dari berbagai sumber, (4) memperhatikan struktur LKS, yang meliputi: (a) judul, (b) petunjuk belajar, (c) kompetensi yang akan dicapai, (d) informasi pendukung, (e) tugas dan langkah-langkah kerja, dan (f) penilaian. Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan LKS menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis (1992: 40), antara lain yaitu: 1. Memudahkan guru dalam mengelola proses belajar, misalnya mengubah kondisi belajar dari suasana “guru sentris” menjadi “siswa sentris”.
32
2. Membantu guru mengarahkan siswanya untuk dapat menemukan konsepkonsep melalui aktivitasnya sendiri atau dalam kelompok kerja. 3. Dapat
digunakan
untuk
mengembangkan
keterampilan
proses,
mengembangkan sikap ilmiah serta membangkitkan minat siswa terhadap alam sekitarnya. 4. Memudahkan guru memantau keberhasilan siswa untuk mencapai sasaran belajar. Penggunaan LKS sangat besar peranannya dalam proses pembelajaran, sehingga seolah-olah penggunaan LKS dapat menggantikan kedudukan seorang guru. Hal ini dapat dibenarkan, apabila LKS yang digunakan tersebut merupakan LKS yang berkualitas baik. LKS dikatakan berkualitas baik bila memenuhi syarat menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis (1992: 41-46) sebagai berikut : 1. Syarat-syarat Didaktik LKS sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya PBM haruslah memenuhi persyaratan didaktik, artinya LKS harus mengikuti asas-asas belajar-mengajar yang efektif, yaitu : a. Memperhatikan adanya perbedaan individual. b. Tekanan pada proses untuk menemukan konsep-konsep. c. Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa. d. Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa.
33
e. Pengalaman belajarnya ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa dan bukan ditentukan oleh materi bahan pelajaran. 2. Syarat-syarat Konstruksi Syarat
konstruksi
ialah
syarat-syarat
yang
berkenaan
dengan
penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa-kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada hakikatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pengguna yaitu siswa. a. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan siswa. b. Menggunakan struktur kalimat yang jelas. c. Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. d. Hindarkan pertanyaan yang terlalu terbuka. e. Tidak
mengacu
pada
buku
sumber
yang
di
luar
kemampuan
keterbacaan siswa. f. Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada siswa untuk menuliskan jawaban atau menggambar pada LKS. g. Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek. h. Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata. i. Dapat digunakan untuk semua siswa, baik yang lamban maupun yang cepat. j. Memiliki tujuan belajar yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber motivasi. k. Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya. 34
3. Syarat-syarat Teknis a. Tulisan menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf Latin atau Romawi. b. Gunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah. c. Gunakan tidak lebih dari 10 kata dalam satu baris. d. Gunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban siswa. e. Usahakan perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi. Syarat RPP dan LKS tersebut dijadikan acuan jika kualitas hasil pengembangan ditentukan berdasarkan pada kriteria dari Nieveen (1999: 127) yaitu valid, praktis dan efisien. Aspek kevalidan yaitu kriteria kualitas dilihat dari materi yang terdapat pada perangkat pembelajaran sesuai dengan dengan pengetahuan dan semua komponen dalam perangkat pembelajaran terhubung secara konsisten. Validitas dinilai oleh ahli, bentuk dari validitas rasional yaitu validitas yang diperoleh dari hasil pemikiran yang logis (Anas Sudijono, 2006: 164). Perangkat pembelajaran dikatakan valid jika hasil dari penilaian ahli menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran minimal dikategorikan baik. Kevalidan perangkat pembelajaran dinilai berdasarkan kesesuaian dengan komponen RPP oleh Peraturan Menteri RI Nomor 41 tahun 2007, serta LKS berdasarkan kesesuaian aspek menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis (1992: 41-46). Validator ahli dalam penelitian ini aalah dosen FMIPA UNY, yang 35
akan memberikan saran dan penilaian terhadap perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Aspek kepraktisan merupakan kriteria kualitas perangkat pembelajaran ditinjau dari tingkat kemudahan dan kemanfaatan dalam penggunaan, dilihat dari angket respon siswa dan guru terhadap pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika minimal dikategorikan baik. Niveen (1999: 127) menyatakan bahwa angket respon digunakan untuk mengetahui tanggapan penggunaan perangkat pembelajaran mengenai seberapa mudah dan bermanfaat perangkat pembelajaran tersebut digunakan. Aspek yang menjadi dasar penyusunan angket respon siswa dan guru yaitu sebagai berikut. 1. Kemudahan penggunaan LKS bagi siswa, meliputi penggunaan bahasa, isi/materi LKS, kesesuaian ilustrasi/gambar, dan penggunaan model Inquiry. 2. Kebermanfaatan penggunaan LKS bagi siswa, meliputi kemampuan pemecahan masalah dan sikap siswa. 3. Kemudahan penggunaan RPP bagi guru, meliputi materi pelajaran, penggunaan bahasa, kesesuaian ilustrasi/gambar, alokasi waktu, dan penggunaan model Inquiry. 4. Kebermanfaatan penggunaan RPP bagi guru, meliputi kebermanfaatan dalam proses pembelajaran, penggunaan media dan sumber belajar dalam pembelajaran. Aspek keefektifan perangkat pembelajaran ditinjau dari apresiasi siswa dalam belajar serta pencapaian siswa. Sehingga dalam penelitian ini, keefektifan 36
perangkat pembelajaran dapat dilihat dari pencapaian hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika setelah pembelajaran. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran merupakan suatu rancangan atau persiapan yang disiapkan oleh seorang guru guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini perangkat pembelajaran yaitu RPP dan LKS. 5. Materi Bangun Ruang Sisi Datar Bangun ruang sisi datar merupakan materi pelajaran matematika aspek geometri SMP kelas VIII semester 2. Sebagaimana yang didasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 23 tahun 2006, tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk mata pelajaran matematika. Berikut Standar Kompetensi (SK) dan KD Kurikulum 2006 tercantum dalam tabel di bawah ini : Tabel 3. SK dan KD Materi Geometri kelas VIII Semester 2 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Geometri dan Pengukuran 5.1 Mengidentifikasi sifat-sifat 5. Memahami sifat-sifat kubus, kubus, balok, prisma dan balok, prisma, limas dan limas serta bagianbagian-bagiannya, serta bagiannya. menemukan ukurannya. 5.2 Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma dan limas. 5.3 Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas. Materi bangun ruang sisi datar membahas 4 bangun ruang yaitu kubus, balok, prisma dan limas, secara singkat sebagai berikut:
37
a. Kubus Kubus merupakan suatu bidang banyak yang terbentuk dari 6 buah daerah persegi yang berukuran sama (Djoko Iswadji, 2001: 31). Bangun kubus diilustrasikan sebagai berikut.
Gambar 1.Kubus ABCD.EFGH Pemberian nama kubus diurutkan menurut titik sudut sisi alas dan sisi atasnya dengan menggunakan huruf kapital. Pada gambar di atas nama kubusnya yaitu ABCD.EFGH. Unsur-unsur pada kubus yaitu : 1. Sisi kubus adalah bidang persegi yang membatasi bangun ruang kubus. Yang terdiri dari sisi datar dan sisi tegak. Sisi datar pada gambar 1 yaitu ABCD dan EFGH, sedangkan sisi tegak yaitu ABFE, BCGF, DCGH, dan ADHE. 2. Rusuk Kubus adalah ruas garis yang merupakan perpotongan dua bidang sisi pada kubus. Pada gambar 1 yaitu ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅
̅̅̅̅ .
38
3. Titik sudut kubus adalah titik pertemuan dari tiga rusuk kubus yang terdekat. Pada gambar 1 yaitu
.
4. Diagonal terdiri dari diagonal sisi, diagonal ruang, dan bidang diagonal. Diagonal sisi kubus yaitu diagonal yang terdapat pada sisi kubus, pada gambar 1 yaitu ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅. Diagonal ruang yaitu ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut tidak sebidang yang saling berhadapan, pada gambar 1 yaitu ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ . Bidang diagonal yaitu bidang dalam kubus yang dibuat melalui dua buah rusuk yang saling sejajar tetapi tidak terletak pada satu sisi, kubus memiliki 6 buah bidang diagonal ruang. Jaring-jaring kubus yaitu sebanyak 11 buah yaitu :
Gambar 2. Jaring-jaring Kubus Luas permukaan kubus adalah luas permukaan yang terdiri dari enam buah persegi dengan ukuran yang sama, misalkan panjang rusuk kubus adalah r. Maka rumus luas permukaan kubus adalah sebagai berikut :
39
Volume adalah isi dari bangun-bangun ruang. Volume diukur dalam satuan kubik (Sukino, 2006: 317). Rumus volume kubus adalah sebagai berikut :
b. Balok Balok merupakan bangun ruang beraturan yang dibentuk oleh tiga pasang persegi panjang yang masing-masingnya mempunyai bentuk dan ukuran yang sama (Sukino, 2006: 308). Bangun balok diilustrasikan sebagai berikut :
Gambar 3. Balok KLMN.RSTU Pemberian nama balok seperti pada bangun kubus. Pada gambar di atas nama balok yaitu KLMN.RSTU. Unsur-unsur pada balok yaitu : 1. Sisi balok adalah bidang persegi panjang yang membatasi bangun ruang balok. Yang terdiri dari sisi datar dan sisi tegak. Sisi datar pada gambar 3 yaitu KLMN dan RSTU, sedangkan sisi tegak yaitu KLSR, LMTS, NMTU, dan KNUR.
40
2. Rusuk balok adalah ruas garis yang merupakan perpotongan dua bidang sisi pada balok. Pada gambar 3 yaitu ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅ ̅̅̅̅̅
̅̅̅̅.
3. Titik sudut balok adalah titik pertemuan dari tiga rusuk balok yang terdekat. Pada gambar 3 yaitu K, L,M, N, R,S,T dan U. 4. Diagonal terdiri dari diagonal sisi, diagonal ruang, dan bidang diagonal. Diagonal sisi balok yaitu diagonal yang terdapat pada sisi balok, pada gambar 3 yaitu ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅. Diagonal ruang yaitu ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut tidak
sebidang
yang
saling
berhadapan,
pada
gambar
3
yaitu
̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅. Bidang diagonal yaitu bidang dalam balok yang dibuat melalui dua buah rusuk yang saling sejajar tetapi tidak terletak pada satu sisi, balok memiliki 6 buah bidang diagonal ruang. Macam jaring-jaring balok beberapa di antaranya yaitu :
Gambar 4. Jaring-jaring Balok 41
Luas permukaan balok adalah luas permukaan yang terdiri dari tiga pasang persegi panjang. Maka rumus luas permukaan balok adalah sebagai berikut : (
)
(
)
(
)
Volume adalah isi dari bangun-bangun ruang. Volume diukur dalam satuan kubik (Sukino, 2006: 317). Rumus volume balok adalah sebagai berikut :
c. Prisma Prisma merupakan bangun ruang yang mempunyai sepasang sisi kongruen dan sejajar serta rusuk-rusuk tegaknya saling sejajar (Sukino, 2006: 325). Salah satu bangun prisma diilustrasikan sebagai berikut:
Gambar 5. Prisma segitiga ABC.DEF Pemberian nama prisma seperti pada bangun kubus dan balok. Pada gambar di atas, nama balok yaitu prisma segitiga ABC.DEF karena alas dan atap berupa segitiga. Adapun jenis prisma yang lain yaitu seperti prisma segiempat yang mana alas dan atapnya berupa segiempat, prisma segi lima yang memiliki alas dan atas berbentuk segi lima, prisma segi enam memiliki
42
alas dan atas berbentuk segi enam, dan prisma lingkaran atau disebut tabung. Unsur-unsur pada prisma yaitu : 1. Sisi prisma adalah terdiri oleh bangun persegi panjang yang sering dijadikan sisi tegaknya dan sisi alas dan atap yang berbentuk sama. Sisi datar pada gambar 5 yaitu ABC dan DEF, sedangkan sisi tegak yaitu ABED, BCFE, dan CFDA. 2. Rusuk prisma adalah ruas garis yang merupakan perpotongan dua bidang sisi pada prisma. Banyaknya rusuk prisma yaitu sebanyak tiga kali n, n adalah bentuk sisi segi n yang ada pada alas atap. Pada gambar 5 banyaknya rusuk adalah 9 rusuk yaitu ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ . 3. Titik sudut prisma adalah titik pertemuan dari tiga rusuk prisma yang terdekat. Pada gambar 5 yaitu A,B,C,D,E, dan F . 4. Diagonal ruang prisma yaitu ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut tidak sebidang yang saling berhadapan. Bidang diagonal yaitu bidang dalam prisma yang dibuat melalui dua buah rusuk yang saling sejajar tetapi tidak terletak pada satu sisi. Jaring-jaring prisma yaitu terdiri oleh bangun persegi panjang sebanyak n, dan juga sisi alas dan atap yang sama yaitu bangun segi-n. Luas permukaan prisma adalah luas permukaan dari bangun persegi panjang sebanyak n, dan juga sisi alas dan atap yang sama yaitu bangun segin. Misalkan prisma segitiga dengan panjang ruas ̅̅̅̅ 43
̅̅̅̅
̅̅̅̅
̅̅̅̅
̅̅̅̅
̅̅̅̅
̅̅̅̅ ̅̅̅̅
̅̅̅̅
adalah t, maka rumus luas permukaan balok adalah sebagai berikut :
(
)
Untuk rumus luas permukaan prisma tegak yaitu = 2 luas alas + (keliling alas x tinggi) Rumus umum volume prisma yaitu :
d. Limas Limas merupakan bangun ruang sisi datar yang selimutnya terdiri atas bangun datar segitiga dengan satu titik persekutuaan, titik persekutuan itu disebut titik puncak limas (Sukino, 2006: 340). Salah satu bangun limas di ilustrasikan sebagai berikut :
Gambar 6. Limas T.ABCD Terdapat beberapa jenis limas yang lain yaitu seperti limas persegi yang mana alasnya berupa bangun persegi, limas segi lima alasnya berupa
44
bangun segi lima, limas segi enam, dan limas lingkaran atau disebut kerucut. Unsur-unsur pada limas yaitu : 1. Sisi limas adalah terdiri oleh bangun segitiga dan sisi alas. Sisi segitiga pada gambar 6 yaitu TAB, TBC, TDC, dan TAD, sedangkan sisi alas yaitu ABCD. 2. Rusuk limas adalah ruas garis yang merupakan perpotongan dua bidang sisi pada prisma. Banyaknya rusuk limas yaitu sebanyak dua kali n, n adalah bentuk sisi segi n yang ada pada alas. Pada gambar 6 banyaknya rusuk adalah 8 rusuk yaitu ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅
̅̅̅̅.
3. Titik sudut limas adalah titik pertemuan dari tiga rusuk balok yang terdekat. Pada gambar 6 yaitu A,B,C,D. Titik yang berada di puncak yaitu titik puncak. Jaring-jaring limas yaitu terdiri oleh bangun segitiga sebanyak n, dan juga sisi alas yaitu bangun segi-n. Luas permukaan limas adalah luas permukaan dari bangun segitiga sebanyak n, dan juga sisi alas yaitu bangun segi-n. Misalkan limas persegi, maka rumus luas permukaan limas persegi adalah sebagai berikut :
Rumus umum volume limas yaitu :
45
6. Perangkat Pembelajaran dengan Model Inquiry untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Perangkat pembelajaran yang dikembangkan ini menggunakan Model pembelajaran Inquiry untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada materi bangun ruang sisi datar. Perangkat Pembelajaran tersebut berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Adapun rincian masing-masing yaitu sebagai berikut. a. RPP dengan Model Inquiry pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar RPP dengan model Inquiry pada Materi Bangun Ruang merupakan RPP pada materi bangun ruang sisi datar yang dikembangkan dengan prinsip dan langkah-langkah pengembangan yang baik dan mengacu pada Lampiran Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 mengenai Standar Proses, serta pada kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup diwarnai dengan langkah-langkah pembelajaran model Inquiry di atas. RPP dengan model Inquiry ini divalidasi oleh validator ahli dan dikatakan valid minimal berkualifikasi Baik. Adapun langkah kegiatan pembelajaran meliputi: a) Kegiatan pendahuluan Pada kegiatan pendahuluan ini terdapat tahapan orientasi yang merupakan tahap awal sintak model Inquiry. Adapun rincian kegiatan guru dan siswa masing-masing sebagai berikut :
46
Tabel 4. Kegiatan Guru dan Siswa pada Pendahuluan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1. Guru membuka pelajaran dengan 1. Siswa menjawab salam dan memberi salam dan mengajak berdoa. siswa berdoa. 2. Guru menanyakan kabar dan 2. Siswa menjawab kabar dan mengecek kehadiran siswa. menyampaikan kehadiran. 3. Guru menginformasikan kepada 3. Siswa memperhatikan informasi siswa tentang materi yang akan yang disampaikan oleh guru. dipelajari. 4. Guru memberikan motivasi 4. Siswa memperhatikan dan pertanyaan terkait dengan materi menanggapi motivasi yang pelajaran. diberikan oleh guru. 5. Guru memberi apersepsi materi 5. Siswa memperhatikan dan dengan mengerjakan bagian “ingat menanggapi/menjawab kembali” yang terdapat dalam apersepsi yang terdapat dalam LKS. LKS secara individu. b) Kegiatan inti Pada kegiatan inti ini meliputi kegiatan eksplorasi yang di dalamnya terdapat sintak Inquiry menyajikan pertanyaan atau masalah dan merumuskan hipotesis. Kegiatan elaborasi meliputi sintak Inquiry yaitu merancang dan melakukan percobaan. Kegiatan konfirmasi meliputi sintak Inquiry yaitu mengumpulkan dan menganalisis data. Adapun rincian kegiatan guru dan siswa masing- masing sebagai berikut :
47
Tabel 5. Kegiatan Guru dan Siswa pada Inti Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1. Guru menyajikan pertanyaan yang 1. Siswa memperhatikan dan terdapat dalam LKS pada bagian memahami pertanyaan atau “Cari tahu” berkaitan dengan materi masalah yang disampaikan oleh yang akan diajarkan. guru yang terdapat pula dalam LKS pada bagian “Cari tahu”. Lalu menuliskan pertanyaan penelitian tersebut pada bagian “Mini-Lab” kolom “Pertanyaan Penelitian”. 2. Guru memberi hipotesis yang 2. Siswa menyusun hipotesis relevan. dengan menuliskannya pada kolom “Perkiraan hasil penelitian” pada LKS. 3. Guru membagi kelas menjadi 3. Siswa berdiskusi menyelesaikan beberapa kelompok untuk masalah yang ada pada LKS melakukan diskusi berkaitan dengan bagian “Kegiatan”. bagian “Kegiatan” dalam LKS. 4. Guru mempersilahkan perwakilan 4. Siswa mempresentasikan hasil masing-masing kelompok diskusi kelompoknya. menyempaikan hasil presentasi. 5. Guru membahas hasil diskusi siswa. 5. Siswa memperhatikan dan berpartisipasi dalam pembahasan hasil diskusi. 6. Guru mengadakan penilaian 6. Siswa mengerjakan soal yang terhadap siswa dengan memberikan terdapat pada LKS pada bagian soal yang ada pada bagian “Latihan “Latihan Soal”. Soal” dalam LKS. c) Kegiatan penutup Pada kegiatan penutup terdapat sintak Inquiry yaitu membuat kesimpulan. Adapun rincian kegiatan guru dan siswa masing-masing sebagai berikut :
48
Tabel 6. Kegiatan Guru dan Siswa pada Inti Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merangkum materi pembelajaran dan menyimpulkan hasil diskusi. 2. Guru menginformasikan garis besar isi kegiatan pada pertemuan berikutnya. 3. Guru memberikan PR agar siswa berlatih di rumah. 4. Guru menutup dengan berdo’a dan salam.
1. Siswa merangkum materi pembelajaran dan menyimpulkan hasil diskusi. 2. Siswa memperhatikan informasi yang disampaikan oleh guru. 3. Siswa mencatat PR yang akan dikerjakan di rumah. 4. Siswa berdoa dan menjawab salam.
b. LKS dengan Model Inquiry pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar LKS dengan model Inquiry pada materi bangun ruang
sisi datar
merupakan LKS yang divalidasi oleh validator ahli dan dikatakan valid minimal berkualifikasi baik, dan diwarnai dengan langkah pembelajaran model Inquiry.
LKS
memfasilitasi
siswa
dalam
meningkatkan
kemampuan
pemecahan masalah sesuai langkah pemecahan masalah menurut Polya. LKS memenuhi aspek penilaian, yaitu syarat didaktis, syarat teknis, dan syarat konstruksi menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis. 7. Model Pengembangan Penelitian pengembangan dapat dilakukan dengan mengadaptasi langkahlangkah model pengembangan yang sudah ada. Model pengembangan tersebut di antaranya model pengembangan menurut Thiagarajan (1974), menurut Borg and Gall (1989), dan menurut Dick and Carry (1996), adapun masing-masing penjelasan model pengembangan yaitu sebagai berikut. Model pengembangan menurut Thiagarajan (Zainal Arifin, 2012: 128-129) ada empat tahap yang disingkat dengan 4-D, yaitu “Define, Design, Develop, and 49
Disseminate”. Setiap tahapan dalam 4-D tedapat beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu sebagai berikut. Tahap define merupakan tahap studi pendahuluan secara teoritik dan empirik. Pada tahap define ini kegiatan yang dilakukan antara lain yaitu studi literatur, survey lapangan, observasi, wawancara, dan sebagainya untuk menentukan produk yang akan dikembangkan. Tahap design, merupakan tahap merancang model dan prosedur pengembangan secara konseptual-teoritik. Tahap develop, merupakan tahap mengkaji secara empirik tentang pengembangan produk awal, melakukan ujicoba, revisi, dan validasi. Tahap disseminate merupakan tahap penyebarluasan hasil akhir ke seluruh populasi. Bord and Gall (Zainal Arifin, 2012: 129) menyebutkan ada sepuluh langkah dalam penelitian pengembangan, yaitu “research and information collecting, planning, develop preliminary form of product, preliminary field testing, main product revision, main firld testing, operational product revision, operational field testing, final product revision, dissemination and implementation”. Adapun kegiatan masing-masing yaitu sebagai berikut. Tahap ke-1 yaitu research and information collecting dilakukan studi pendahuluan
atau
studi
eksploratif
untuk
mengkaji,
menyelidiki,
dan
mengumpulkan informasi. Tahap ke-2 adalah planning dilakukan pembuatan rencana desain pengembangan produk. Tahap ke-3 yaitu develop preliminary form of product yang dilakukan peneliti mengembangkan bentuk produk awal yang bersifat sementara. Tahap ke-4 yaitu preliminary field testing dilakukan uji coba terbatas mengenai produk awal lapangan. Tahap ke-5 main product revision 50
dilakukan revisi tahap pertama yaitu perbaikan dan penyrmpurnaan terhadap produk utama, berdasarkan hasil uji-coba terbatas. Tahap ke-6 main firld testing dilakuakan uji coba produk dengan skala yang lebih luas. Tahap ke-7 operational product revision merupakan revisi tahap dua. Tahap ke-8 operational field testing yang dilakukan yaitu ujia pelaksanaan dengan melibatkan 10-20 sekolah. Tahap ke-9 yaitu dilakukan revisi tahap akhir, dan tahap terakhir yaitu dissemination and implementation menyebarluaskan produk. Dick and Carry (Endang Mulyatiningsih, 2012: 183-186) menyebutkan terdapat lima langkah penelitian pengembangan yaitu ADDIE merupakan singkatan dari Analysis, Design, Development or Production, Implementation, and Evaluations. Model pengembangan ini yang kemudian digunakan oleh peneliti karena langkah yang sistematis dan mudah dilakukan oleh peneliti, selanjutnya langkah-langkah dijabarkan pada bab III. B. Penelitian yang Relevan Berdasarkan penelitian oleh Dita Heppi Rahmawati (2010), dengan judul “Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Kesebangunan Bangun Datar Pada Mata Pelajaran Matematika Melalui Model Inquiry Bagi Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Maospati”. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa model Inquiry dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa, dengan melakukan fase-fase berikut ini : Guru menghadapkan siswa pada masalah, Guru meminta siswa merumuskan hipotesis, Guru meminta siswa mengumpulkan data, Guru meminta siswa menguji hipotesis, Guru membimbing siswa dalam merumuskan kesimpulan. Setelah dilakukan pembelajaran matematika dengan menggunakan 51
model Inquiry, pemahaman konsep matematika siswa kelas IX SMPN 3 Maospati mengalami peningkatan dan telah mencapai kategori baik. Dari penelitian ini menujukkan bahwa fase model Inquiry dapat meningkatkan pemahaman konsep, sehingga fase-fase tersebut dapat digunakan. Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Hilman
(2015)
dengan
judul
“Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika SMP dengan Metode Inquiri pada Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel” mengahasilkan perangkat pembelajaran dengan kriteria valid, praktis dan efektif yang ditunjukkan oleh prestasi yang dicapai siswa mencapai rata-rata 76,94 dan kepercayaan diri siswa dari 55,88% menjadi 82,45%. Penelitian yang dilakukan Siwi Khomsiatun (2015) yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan
Kemampuan
Pemecahan
Masalah”
didapatkan
perangkat
pembelajaran dengan kriteria valid, praktis dan efektif, sehingga layak digunakan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Dari penelitian ini didapat perangkat pembelajaran model penemuan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Penelitian yang dilakukan Yhesinta Agustyarini (2015) yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Matematika dengan Pendekatan Kontekstual dan Metode Penemuan terbimbing untuk Meningkatkan EQ dan SQ siswa SMP Akselerasi” didapatkan perangkat pembelajaran yang berkualifikasi valid, praktis dan efektif dengan ditunjukkan lebih dari 80% siswa mencapai KKM. Hal ini
52
menunjukkan bahwa bahan ajar dengan pendekatan kontekstual dan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan EQ dan SQ siswa SMP. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Afandi (2013) yang berjudul “Pendekatan Open-Ended dan Inkuiri Terbimbing ditinjau dari Kemampuan Pemecahan Masalah dan Representasi Multipel Matematis” didapatkan bahwa pendekatan open-ended dan inkuiri terbimbing efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah dan representasi multipel matematis siswa. Selain itu, hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan openended tidak lebih efektif dari pendekatan inkuiri terbimbing ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis dan pendekatan open-ended lebih efektif dari pendekatan inkuiri terbimbing ditinjau dari kemampuan representasi multipel matematis. Fokus penelitian ini yaitu mengembangkan perangkat pembelajaran dengan Model Inquiry untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII SMP.
53
C. Kerangka Berpikir Salah satu tujuan pendidikan matematika yaitu untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan masalah penting untuk menjadi perhatian guru saat pembelajaran berlangsung. Pembelajaran yang dimaksudkan yaitu pembelajaran matematika yang melibatkan siswa secara langsung. Namun, faktanya kemampuan pemecahan masalah siswa masih belum optimal. Salah satu materi kelas VIII Semester 2 yaitu bangun ruang sisi datar, materi ini sangat penting sebagai prasyarat belajar materi bangun ruang sisi lengkung. Namun demikian, materi bangun geometris masih sulit diserap oleh siswa dibandingkan dengan materi yang lain. Perangkat pembelajaran diperlukan untuk memfasilitasi siswa guna mengembangkan kemampuan pemecahan masalah serta pemahaman tentang materi bangun bangun ruang sisi datar. Perangkat pembelajaran sangatlah penting direncanakan, dirancang dan disusun oleh seorang guru agar proses pembelajaran matematika bisa berjalan dengan baik dan efektif. Perangkat pembelajaran yang dimaksud berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Namun demikian, faktanya perangkat pembelajaran yang ada masih belum memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Model Pembelajaran merupakan salah satu komponen yang terdapat dalam perangkat pembelajaran utamanya pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Model Pembelajaran sebagai suatu prosedur sistematis untuk mencapai tujuan 54
belajar serta sebagai pedoman bagi pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Pembelajaran akan lebih efektif bila diselenggakan dengan menggunakan model pembelajaran yang mengaktifkan kegiatan siswa. Salah satu model pembelajaran yaitu model Inquiry. Pembelajaran dengan model Inquiry merupakan suatu proses umum yang dilakukan manusia
untuk mencari atau memahami informasi. Pembelajaran Inquiry tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual saja tetapi memuat potensi yang lain, termasuk aspek afektif. Namun, faktanya pembelajaran matematika masih mengutamakan peran guru dan siswa belum terlibat aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut, perlu dikembangkan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan model Inquiry untuk siswa SMP kelas VIII. Harapannya, melalui perangkat pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah
pada
materi
bangun
ruang sisi
datar.
Perangkat
pemebalajaran yang dikembangkan memiliki kualifikasi valid, praktis, dan efektif. Berikut bagan kerangka berpikir dalam penelitian ini.
55
Ideal :
Realita :
Kemampuan Pemecahan masalah penting untuk dikembangkan. Materi Bangun Ruang Sisi datar penting sebagai syarat materi selanjutnya. Pentingnya penggunaan model pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Perangkat pembelajaran hal yang penting untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Kemampuan pemecahan masalah belum optimal Materi Bangun Ruang Sisi datar masih sulit dipahami. Pembelajaran teacher centered. Perangkat pembelajaran yang ada belum memfasilitasi kemampuan pemecahan masalah.
Solusi : Diperlukannya Perangkat pembelajaran model Inquiry untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada materi Bangun Ruang Sisi Datar
Hasil : Perangkat pembelajaran model Inquiry untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada materi Bangun Ruang Sisi Datar yang valid, praktis, dan efektif.
56