BAB II
TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN
2.1 Tinjauan teoretis 2.1.1 Go Public 1.
Pengertian Go Public Pada hakekatnya Go public secara terjemahan adalah proses perusahaan
yang
“Go public
atau pergi ke masyarakat” artinya perusahaan
itu
memasyarakatkan dirinya yaitu dengan jalan memberikan sarana bagi masyarakat untuk masuk dalam perusahaannya, yaitu dengan menerima peryetaan masyarakat dalam usahanya, baik dalam pemilikan maupun dalam penyertaan. Go publik merupakan salah satu cara badan usaha untuk memperoleh dana yaitu dengan menjual dan menawarkan untuk melepas hak atas saham dengan pembayaran. Badan usaha dapat go public dengan cara menjual saham baru yang berasal dari modal dasar maupun saham lama yang berasal dari modal yang sudah di setor (Sumantoro. 1998:64).
2.
Alasan Perusahaan Melakukan Go Public Perusahaan yang melakukan penerbitan efek melalui pasar modal
mempunyai berbagai motivasi yang pada dasarnya dimaksudkan untuk keuntungan – keuntungan dimasa – masa yang akan datang. Alasan utama yang mendorong perusahaan go public adalah adanya kebutuhan dana yang sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang.
8
9
3. Keuntungan Go Public a. Meningkatkan kredibilitas badan usaha sehingga perolehan dana pinjaman menjadi lebih mudah dan mungkin dengan tingkat bunga yang lebih rendah. b. Terbukanya kesempatan untuk memperoleh dana tambahan dalam jumlah besar dan cepat. c. Badan usaha dapat menjadi lebih terkenal, ini bermanfaat dalam berhubungan dengan pemasok dan pembeli. d. Saham lebih mudah diperjualbelikan dan ada patokan harganya. e. Badan usaha dapat menjual saham yang dimiliki dengan cepat. f. Terbukanya kemungkinan pemanfaatan, depository receipt di luar negeri yaitu
sertifikat
pemilikan
saham
badan
usaha
asing
yang
dapat
diperjualbelikan (Handowo Dipo, 1993:64).
4. Kerugian Go Public a. Kemungkinan timbulnya informasi yang dikeluarkan oleh badan usaha dimanfaatkan oleh pesaing. b. Perlu banyak waktu dan biaya, baik dalam proses persiapan untuk go public maupun sesudahnya. Hal ini disebabkan karena adanya kewajiban melapor secara berkala dalam bentuk laporan bulanan maupun dalam laporan tahunan. c. Adanya resiko kegagalan atau penundaan go public yang menghasilkan banyak waktu dan biaya (Handowo Dipo, 1993:64).
10
5. Manfaat Go Public a. Memperluas struktur permodalan usaha. b. Memperluas jaringan usaha. c. Membayar sebagian hutang dari badan usaha. d. Meningkatkan daya saing produksi badan usaha. e. Meningkatkan kestabilan usaha. f. Menyehatkan manajemen badan usaha (Handowo Dipo, 1993:63).
2.1.2 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Dilihat dari segi prosesnya, laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan. Dengan adanya laporan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan ekuitas, maka akan diketahui atau diperoleh gambaran posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut. Laporan keuangan pada mulanya hanya alat penguji dalam pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan keungan juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan atau menilai posisi perusahaan tersebut sehingga pihak – pihak yang berkepentingan dapat mengambil keputusan. Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia, (2009:1) adalah: “laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan
11
lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Menurut Baridwan (2006:17) laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Pengertian laporan keuangan menurut Munawir (2002:19), laporan keuangan pada dasarnya merupakan membandingkan angka – angka dalam laporan keuangan (laporan laba-rugi dan neraca) untuk menilai keadaan perusahaan di masa lalu, saat ini ataupun di masa mendatang. Sedang menurut Sugiri (2004:21) laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang berguna untuk pengambilan keputusan bagi investor dan kreditor. Dari definisi di atas disimpulkan bahwa laporan keuangan terdiri dari neraca dan perhitungan rugi laba serta laporan perubahan modal, dimana neraca menunjukan atau menggambarkan jumlah aktiva, hutang, dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan laporan laba rugi memperlihatkan hasil- hasil yang dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi dalam periode tertentu, dan pelaporan perubahan modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan – alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan. 2. Tujuan Laporan keuangan Tujuan Laporan keuangan yaitu menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang bermanfaat bagi pihak – pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan.
12
Menurut PSAK No. 1 (Sofyan Syafri harahap, 2009: 134) Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas, perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan – keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber – sumber daya yang dipercayakan kepada mereka dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliput: 1) aktiva 2) kewajiban 3) ekuitas 4) pendapatan, beban termasuk keuntungan dan kerugian 5) arus kas (IAI, 2009:Par.05) Sedangkan menurut Hanafi (2007:30) tujuan laporan keuangan adalah: 1. Menyediakan
informasi
yang
bermanfaat
bagi
pihak–pihak
yang
berkepentingan dalam pengambilan keputusan ekonomi yang rasional. 2. Menyediakan informasi yang bermanfaat untuk memperkirakan aliran kas perusahaan.bagi pihak eksternal. 3. Menyediakan informasi yang bermanfaat untuk memperkirakan aliran kas perusahaan.
13
4. Menyediakan informasi mengenai sumber daya ekonomi dan klaim terhadap sumber daya tersebut. 5. Menyediakan informasi mengenai pendapatan dan komponen-komponennya. 6. Menyediakan informasi mengenai aliran kas perusahaan.
3.
Jenis dan Bentuk Laporan keuangan Menurut PSAK No. 1 laporan keuangan yang lengkap terdiri atas
komponen-komponen berikut ini: 1. Neraca yaitu laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu. 2. Laporan laba rugi yaitu laporan yang menunjukkan hasil usaha dan biayabiaya selama suatu periode akuntansi. 3. Laporan perubahan ekuitas yaitu laporan yang menunjukkan sebab-sebab perubahan dari jumlah pada awal periode menjadi jumlah ekuitas pada akhir periode. 4. Laporan arus kas menunjukkan arus kas masuk dan keluar yang dibedakan menjadi arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan. 5. Catatan atas laporan keuangan yaitu meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan (IAI, 2009:par 07). Menurut Munawir (2002:5), pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba rugi serta perubahan modal dimana neraca menunjukkan atau menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu
14
perusahaan pada tangga tertentu sedangkan perhitungan laba rugi memperlihatkan hasil - hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu dan laporan perubahan modal menunjukkan sumber - sumber penggunaan dana atau alasan - alasan yang menyebabkan perubahan modal. Adapun 3 macam jenis laporan keuangan yang sering digunakan menurut (Hanafi, 2004:27-33) adalah : a. Neraca Neraca keuangan perusahaan mencoba meringkas kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan pada waktu tertentu. Dengan demikian neraca keuangan merupakan “snapshot” gambaran kekayaan perusahaan pada saat tertentu. Neraca memiliki elemen pokok : aset (aktiva), hutang, dan modal (saham). Item – item yang memenuhi persyaratan elemen dan bisa diukur bisa dimasukkan ke dalam neraca. Neraca keuangan didasarkan pada accounting identity yang pada dasarnya menggambarkan neraca sebagai kesamaan antara aset dengan kewajiban dan modal saham. b. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi meringkas aktivitas perusahaan selama periode tertentu. Laporan keuangan laba rugi diharapkan bisa memberikan informasi yang berkaitan dengan tingkat keuntungan, risiko, fleksibilitas keuangan dan kemampuan operasional perusahaan. Tingkat keuntungan mencerminkan prestasi perusahaan secara keseluruhan. Fleksibilitas berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk menyesuaikan terhadap kesempatan atau
15
kebutuhan tidak seperti yang diharapkan. Resiko berkaitan dengan ketidak pastian hasil yang akan diperoleh oleh perusahaan. c. Laporan Aliran Kas Laporan aliran kas meringkas aliran kas masuk dan keluar perusahaan untuk jangka waktu tertentu. Laporan kas diperlukan karena dalam beberapa situasi, laporan laba rugi tidak cukup akurat menggambarkan kondisi keuangan perusahaan. Laporan aliran kas mempunyai tujuan yaitu : 1. Memberikan informasi mengenai penerimaan dan pembayaran kas perusahaan selama periode tertentu. 2. Memberikan informasi mengenai efek kas dari kegiatan investasi, pendanaan, dan operasi perusahaan selama periode tertentu. Item–item dalam laporan aliran kas dikelompokan ke dalam tiga bagian besar, yaitu : 1. Aliran kas dari kegiatan operasional. 2. Aliran kas dari kegiatan investasi. 3. Aliran kas dari kegiatan pendanaan.
4. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna. Karakteristik laporan keuangan menurut Prastowo dan Juliaty (2005:7) antara lain:
16
1. Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. 2. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa lalu. 3. Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithfull representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. 4. Dapat dibandingkan Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (tren) posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta
17
perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.
5. Pemakai Laporan Keuangan Menurut Harahap (2007:120-125), para pemakai laporan keuangan beserta kegunaannya dapat dilihat dari penjelasan sebagai berikut: 1. Investor Penanam modal yang beresiko dan penasihat mereka yang berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. 2. Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. 3. Pemberi pinjaman Pemberi
pinjaman
tertarik
dengan
informasi
keuangan
yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 4. Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau bergantung pada perusahaan.
18
5. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. 6. Masyarakat Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara.
6. Keterbatasan Laporan Keuangan Menurut Munawir (2002:9) laporan keuangan juga memiliki keterbatasan masalah yang perlu diketahui, antara lain : a. Laporan keuangan secara periodik pada dasarnya merupakan laporan keuangan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara dan bukan laporan finansial. b. Laporan keuangan menunjukan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat positif dan tetap, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan menggunakan standart nilai yang mungkin berbeda atau berubah – ubah. c. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang mempengaruhi posisi keuangan perusahaan karena faktor - faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dalam mata uang.
19
2.1.3 Analisis Laporan Keuangan 1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan Analisis Laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2009:333) adalah menguraikan pos - pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data nonkuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Menurut Munawir (2002;35) pengertian analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut, “analisis laporan keuangan terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan”. Dalam laporan keuangan tersedia data yang relatitf mentah dan manajer keuangan membutuhkan informasi (data mentah yang diolah). Informasi yang dibutuhkan tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang ingin dicapai akan tergantung dari siapa yang membutuhkan informasi, dan kapan informasi tersebut dibutuhkan. Sebelum mengadakananalisis terhadap laporan keuangan, penganalisis harus benar-benar memahami bentuk dan isi laporan keuangan tersebut dan seorang analisa harus mempunyai kemampuan dan kebijaksanaan yang cukup dalam pengambilan suatu kesimpulan disamping harus memperhatikan perubahan kondisi perusahaan.
20
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisa laporan keuangan, Hanafi (2004:35) yaitu : 1. Manajer keuangan perlu melihat trend atau perkembangan dalam laporan keuangan. 2. Angka-angka yang berdiri sendiri akan sulit ditentukan baik - tidaknya. Angka pembanding diperlukan untuk melihat apakah angka tertentu itu baik atau tidak baik. 3. Dalam analisis perusahaan, membaca dan menganalisis laporan keuangan dengan hati - hati merupakan hal penting. 4. Manajer keuangan memerlukan informasi tambahan yang tidak tersedia di laporan keuangan.
2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan Adapun tujuan dari amalisis laporan keuangan, Menurut (Prastowo dan Juliati, 2005:58) Analisis laporan keuangan dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan : 1. Mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, tekanan, dan intuisi. 2. Mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastian yang tidak bisa dilakukkan pada setiap proses pengambilan keputusan.
21
2.1.4 Analisis Rasio Keuangan 1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan Menurut Munawir (2004:37) analisis rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan pos - pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Rasio - rasio keuangan dihitung dengan menggabungkan angka-angka di neraca dengan atau angka - angka pada laporan laba rugi. Analisis rasio keuangan yang dihasilkan oleh akutansi keuangan bermanfaat untuk melakukan klasifikasi atau predeksi terhadap kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut ditemukan, semakin baik bagi pihak manajemen, karena dapat melakukan perbaikan sejak awal (Hanafi, 2003:263).
2. Tujuan Analisis Rasio Keuangan Tujuan analisis keuangan menurut munawir (2004:65) adalah dengan menggunakan analisis rasio dimungkinkan untuk dapat menentukan tingkat likuiditas, solvabilitas. Keefektifan operasi serta derajat keuntungan suatu perusahaan.
2.1.5 Kebangkrutan 1. Pengertian Kebangkrutan Munawir (2002:288) mendefenisikan kegagalan keuangan sebagai “ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kewajiban keuangan pada saat
22
jatuh tempo, yang menyebabkan terjadinya perjanjian khusus dengan para debitur untung mengurangi atau menghapus utangnya”. Kebangkrutan merupakan kesulitan keuangan sangat parah sehingga perusahaan tidak mampu menjalankan kegiatan operasinya. Sedangkan kesulitan keuangan adalah kesulitan likuiditas yang dapat mengakibatkan kebangkrutan. Analisis kesulitan keuangan akan sangat membantu membuat keputusan untuk menentukan sikap terhadap perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan. Kebangkrutan sebagai suatu kegagalan yang terjadi pada sebuah perusahaan didefinisikan dalam beberapa pengertian yaitu : 1. Kegagalan Ekonomi (Economic Distressed) berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri, ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh di bawah arus kas yang diharapkan. 2. Kegagalan Financial (Financial Distressed) berarti Sebelum perusahaan akan mengalami kebangkrutan, perusahaan tersebut terlebih dahulu akan mengalami kesulitan keuangan (Financial Distress). Untuk mengetahui adanya gejala kebangkrutan diperlukan suatu metode untuk memprediksi gejala tersebut agar terhindar dari kerugian dalam beriventasi.
23
2. Faktor-faktor penyebab kebangkrutan Menurut Munawir (2002:89) faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan adalah : 1. Faktor Umum a. Sektor Ekonomi Faktor-faktor penyebab kebangkrutan dari sektor ekonomi adalah gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku bunga, dan devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya dengan uang mata asing serta neracapembayaran, surplus atau defisit dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri. b. Sektor Sosial Faktor sosial sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan cenderung pada perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa ataupun cara perusahaan berhubungan dengan karyawan. Faktor sosial yang lain yaitu kerusuhan atau kekacauan yang terjadi di masyarakat. c. Teknologi Penggunaan teknologi informasi juga menyebabkan biaya yang ditaanggung perusahaan membengkak terutama untuk pemeliharaan dan implementasi. Pembengkaan terjadi jika penggunaan teknologi informasi tersebut kurang terencana oleh pihak manajemen, sistemnya tidak terpadu dan para manajer pengguna kurang profesional.
24
d. Sektor Pemerintah Pengaruh dari sektor pemerintah berasal dari kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan dan industri, pengenaan tarif ekspor dan impor barang berubah, kebijakan undang-undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja dan lain - lain. 2. Faktor Eksternal Perusahaan a. Faktor pelanggan atau konsumen Perusahaan harus bisa mengidentifikasikan sifat konsumen, karena berguna untuk menghindari kehilangan konsumen, juga untuk menciptakan peluang untuk menemukan konsumen baru dan menghindari menurunnya hasil penjualan dan mencegah konsumen berpaling ke pesaing. b. Faktor Kreditur Kekuatan terletak pada pemberian pinjman dan mendapatkan jangka waktu pengambilan hutang yang tergantung kepercayaan kreditur terhadap kelikuiditasan suatu perusahaan. c. Faktor Pesaing Faktor ini merupakan hal yang harus diperhatikan karena menyangkut perbedaan pemberian pelayanan kepada konsumen, perusahaan juga jangan melupakan pesaingnya lebih diterima oleh masyarakat, maka perusahaan tersebut akan kehilangan konsumen dan mengurangi pendapatan yang diterima.
25
3. Faktor Internal Perusahaan a. Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada nasabah sehingga akan menyebabkan adanya penunggakan dalam pembayaran sampai akhirnya tidak dapat membayar. b. Manajemen
tidak
efesien
yang
disebabkan
karena kurang
adanya
kemampuan, pengalaman, ketrampilan, sikap inisiatif dari manajemen. c. Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan dimana sering dilakukan oleh karyawan, bahkan manajer puncak sekalipun sangat merugikan apalagi yang berhubungan dengan keuangan perusahaan.
3. Alternatif Perbaikan Kesulitan Keuangan Hanafi (2004:641) menyatakan bahwa adanya alternatif perbaikan kesulitan keaungan agar terhindar dari kebangkrutan, yaitu : a. Pemecahan Secara Informal 1. Dilakukan apabila masalah belum begitu parah. 2. Masalah perusahaan hanya bersifat sementara, prospek masa depan masih bagus. b. Pemecahan Secara Formal Pemecahan ini dilakukan apabila masalah sudah parah, kreditur dan pemasok dana lainnya ingin mempunyai jaminan keamanan dan keadilan. Pemecahan secara formal melibatkan pihak ketiga yaitu pengadilan.
26
4. Indikator Kebangkrutan Menurut foster (dalam astuti, 2007:25) indikator atau sumber informasi mengenai kemungkinan dari kesulitan keuangan atau kebangkrutan adalah sebagai berikut : a. Analisis arus kas untuk periode sekarang dan yang akan datang. b. Analisis strategi perusahaan yang mempertimbangkan pesaing potensial, stuktur biaya relatif, perluasan rencana dalam industri, kemampuan perusahaan untuk meneruskan kenaikan biaya, kualitas manajemen, dan lain lain. c. Analisis laporan keuangan dari perusahaan serta perbandingan dengan perusahaan lain. Analisis inidapat berfokus pada suatu variabel keuangan tunggal atau suatu kombinasi dari variabel keuangan. d. Variabel eksternal seperti return sekuritas dan penilaian obligasi.
2.1.6 Analisis Z-Score 1. Rasio Z-Score Z-Score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbahnisbah keuangan yang menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan, Sedangkan analisa kebangkrutan Z-Score adalah alat yang digunakan untuk meramalkan tingkat kebangkrutan suatu perusahaan dengan menghitung nilai dari beberapa rasio. Formula Z-Score untuk memprediksi kebangkrutan dari Altman merupakan sebuah
multivariate formula
yang digunakan untuk
mengukur kesehatan finansial dari sebuah perusahaan (Supardi, 2003:73).
27
Altman menemukan lima jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Fungsi diskriminan Z yang ditemukan oleh Altman adalah sebagai berikut : (Hanafi dan Halim, 2003:275) Zi = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6X4 + 1,0X5........................(1) Dimana : X1 =
Modal Kerja / Total aktiva (Modal kerja = (Ativa Lancar - Hutang Lancar)
X2 =
Laba Ditahan / Total Aktiva
X3 =
Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aktiva
X4 =
Nilai Pasar Modal Saham / Nilai Buku Hutang
X5 =
Penjualan / Total Aktiva
Z
Index Keseluruhan
=
Masalah lain yang sering dihadapai dalam melakukan penelitian adalah sedikitnya perusahaan yang go public. Jika perusahaan tidak go public, maka nilai pasar menggunakan nilai buku saham biasa dan preferen sebagai salah satu komponen variabel
bebasnya,
dan
kemudian
mengembangkan
model
kebangkrutan, dan memperoleh model sebagai berikut : Zi = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4 + 0,998 X5..............(2) Dimana : X1 =
Modal Kerja / Total aktiva (Modal kerja = (Ativa Lancar - Hutang Lancar)
X2 =
Laba Ditahan / Total Aktiva
diskriminan
28
X3 =
Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aktiva
X4 =
Nilai Pasar Modal Saham / Nilai Buku Hutang
X5 =
Penjualan / Total Aktiva
Z
Index Keseluruhan
=
Kelima rasio inilah yang akan digunakan untuk menganalisis laporan keuangan sebuah perusahaan untuk kemudian mendeteksi kemungkinan. terjadinya kebangkrutan pada perusahaan tersebut Rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva memiliki bobot yang paling besar karna rasio ini dianggap paling berkontribusi dalam menilai kelangsungan hidup perusahaan. Menurut BAPEPAM (2005), kelebihan dari hasil Z-Score antara lain: a) Menggabungkan berbagai resiko keuangan secara bersama – sama. b) Menyediakan koefisien yang sesuai untuk mengkombinasikan variabel variabel independen. c) Mudah dalam penerapan. Sedangkan kelemahan dari hasil Z-Score antara lain: a) Nilai Z-Score bisa direkayasa atau dibiaskan melalui prinsip akuntansi yang salah atau rekayasa keuangan lainnya. b) Formula Z-Score kurang tepat untuk perusahaan baru yang labanya masih rendah atau bahkan masih merugi. Nilai Z-Score biasanya akan rendah. c) Perhitungan Z-Score secara triwulan pada suatu perusahaan dapat memberikan hasil yang tidak konsisten jika perusahaan tersebut mempunyai kebijakan untuk menghapus piutang diakhir tahun secara sekaligus.
29
2. kriteria Kebangkrutan Altman Z-Score a. Z-Score > 2,99 dikategorikan sebagai perusahaan yang sangat sehat sehingga tidak mengalami kesulitan keuangan. b. 1,81 < Z-Score < 2,99 berada di daerah abu-abu sehingga dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan, namun kemungkinan terselamatkan dan kemungkinan bangkrut sama besarnya tergantung dari keputusan
kebijaksanaan
manajemen
perusahaan
sebagai
pengambil
keputusan. c. Z-Score < 1,81 dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan yang sangat besar dan beresiko tinggi sehingga kemungkinan potensi bangkrutnya sangat besar.
2.1.7 Penelitian Terdahulu Banyak penelitian yang menganalisis kebangkrutan dengan menggunakan metode Altman Z-Score, diantaranya adalah : 1. Risa Firdaus (2011) Risa Firdaus melakukan penelitian dengan tujuan untuk memprediksi potensi kebangkarutan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Eek Indonesia periode 2006 sampai 2009 dengan menggunakan metode Altman Z-Score. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diprediksi bahwa 30% atau tiga dari sepuluh sample perusahaan perbankan diklarifikasikan bangkrut, hal ini dapat dilihat dari nilai perhitungan Z-Score yang dibawah 1,81. Sedangkan untuk perusahaan perbankan yang diklarifikasikan dalam kondisi rawan atau waspada
30
adalah sebesar 40% atau 4 dari 10 sample, 4 perusahaan perbankan ini memiliki nilai Z-Score diatas 1,81 dan dibawah 2,99. Terdapat 30% atau 3 dari 10 sample perusahaan perbankan yang dklarifikasi dalam kondisi sehat, yang berarti bahwa nilai Z-Score yang dimiliki ketiga perusahaan ini lebih dari 2,99.
2.2 Rerangka Pemikiran Setiap perusahaan memiliki kebijakan dalam berbagai aktifitas mereka. Ada berbagai keputusan yang akan diambil tapi sebelum itu pihak perusahaan akan membuat laporan keuangan mereka per periode baik perbulan pertriwulan ataupun pertahun. Dari laporan keuangan inilah akan muncul berbagai pendapat dari stakeholder. Agar perusahaan tetap berjalan dengan baik juga dapat berkembang perusahaan melakukan analisis prediksi kebangkrutan untuk menilai bagaimana perusahaan mereka pada masa sekarang dan bagaimana perusahaan mereka nantinya. Untuk itu maka digunakanlah analisis rasio keuangan dengan pendekatan metode Altman Z-Score. Dari hasilnya akan dilihat bagaimana keadaan setiap perusahaan agar dapat lebih awal mengetahui bagaimana keadaaan atau kondisi keuangan mereka.
31
Laporan Keuangan Perusahaan
Analisis prediksi kebangkrutan digunakan untuk memperoleh
Analisis Rasio Keuangan
Rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan rasio aktivitas.
peringatan awal kebangkrutan Analisis Altman Z-score pada perusahan rokok go public
Bangkrut
Waspada
Sehat
Simpulan
Gambar 1 Rerangka Pemikiran
2.3 Hipotesis Penelitian ini tidak menggunakan hipotesis karena penelitian ini bersifat studi Deskriftif (Descriptive Research) Kuantitatif. Menurut Sugiyono (1991:51) penelitian yang bersifat Deskriftif (Descriptive Research) Kuantitatif tidak perlu merumuskan hipotesis.