BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Kehamilan Kehamilan merupakan suatu proses fisiologik yang hampir selalu terjadi
pada setiap wanita. Kehamilan terjadi setelah bertemunya sperma dan ovum, tumbuh dan berkembang di dalam uterus selama 259 hari atau 37 minggu atau sampai 42 minggu (Nugroho dan Utama, 2014). Kehamilan dibagi dalam tiga triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,triwulan kedua dari bulan keempat sampai keenam dan triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai kesembilan. Faktor resiko pada ibu hamil seperti umur terlalu muda atau tua, banyak anak dan beberapa faktor biologis lainnya adalah keadaan yang secara tidak langsung menambah resiko kesakitan dan kematian pada ibu hamil. Resiko tinggi adalah keadaan yang berbahaya dan mungkin terjadi penyebab langsung kematian ibu misalnya pendarahan melalui jalan lahir, eklamsia dan infeksi. Beberapa faktor resiko yang sekaligus terdapat pada seorang ibu dapat menjadikan kehamilan beresiko tinggi.
2.2
Tanda dan Gejala Awal Kehamilan Tanda-tanda kehamilan ada tiga yaitu (Sulistyawati, 2009; Jannah, 2011;
Nugroho, dkk, 2014) :
Universitas Sumatera Utara
2.2.1
Tanda Presumtif/ Tanda Tidak Pasti Tanda presumtif/ tanda tidak pasti adalah perubahan - perubahan yang
dirasakan oleh ibu (subjektif) yang timbul selama kehamilan. Yang termasuk tanda presumtif/ tanda tidak pasti adalah : 1. Amenorhoe (tidak dapat haid) Pada wanita sehat dengan haid yang teratur, amenorhoe menandakan kemungkinan kehamilan. Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi. Kadang - kadang amenorhoe disebabkan oleh hal - hal lain diantaranya akibat menderita penyakit TBC, typhus, anemia atau karena pengaruh psikis. 2. Nausea (enek) dan emesis (muntah) Pada umumnya, nausea terjadi pada bulan - bulan pertama kehamilan sampai akhir triwulan pertama dan kadang - kadang disertai oleh muntah. Nausea sering terjadi pada pagi hari, tetapi tidak selalu. Keadaan ini lazim disebut morning sickness. Dalam batas tertentu, keadaan ini masih fisiologis, namun bila terlampau sering dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan disebut dengan hiperemesis gravidarum. 3. Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu) Sering terjadi pada bulan - bulan pertama dan menghilang dengan makin tuanya usia kehamilan.
Universitas Sumatera Utara
4. Mamae menjadi tegang dan membesar Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh esterogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli pada mamae sehingga glandula montglomery tampak lebih jelas. 5. Anoreksia (tidak ada nafsu makan) Keadaan ini terjadi pada bulan - bulan pertama tetapi setelah itu nafsu makan akan timbul kembali. 6. Sering buang air kecil Keadaan ini terjadi karena kandung kencing pada bulan - bulan pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada triwulan kedua, umumnya keluhan ini hilang oleh karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir triwulan, gejala ini bisa timbul kembali karena janin mulai masuk ke rongga panggul dan menekan kembali kandung kencing. 7. Obstipasi Keadaan ini terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormon steroid. 8. Pigmentasi kulit Keadaan ini terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas. Kadang – kadang tampak deposit pigmen yang berlebihan pada pipi, hidung dan dahi yang dikenal dengan kloasma gravidarum (topeng kehamilan). Areola mame juga menjadi lebih hitam karena didapatkan deposit pigmen yang berlebihan. Daerah leher menjadi lebih hitam dan linea alba. Hal ini terjadi
Universitas Sumatera Utara
karena pengaruh hormon kortiko steroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit. 9. Epulis Epulis merupakan suatu hipertrofi papilla ginggivae yang sering terjadi pada triwulan pertama. 10. Varises (penekanan vena - vena) Keadaan ini sering dijumpai pada triwulan terakhir dan terdapat pada daerah genetalia eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis. Pada multigravida, kadang - kadang varises ditemukan pada kehamilan yang terdahulu, kemudian timbul kembali pada triwulan pertama. Kadang – kadang timbulnya varises merupakan gejala pertama kehamilan muda.
2.2.2
Tanda Kemungkinan Hamil Tanda kemungkinan hamil adalah perubahan – perubahan yang
diobservasi oleh pemeriksa (bersifat objektif), namun berupa dugaan kehamilan saja. Semakin banyak tanda – tanda yang didapatkan, semakin besar pula kemungkinan kehamilan. Yang termasuk tanda kemungkinan hamil adalah : 1. Uterus membesar Pada keadaan ini, terjadi perubahan bentuk, besar dan konsistensi rahim. Pada pemeriksaan dalam, dapat diraba bahwa uterus membesar dan semakin lama semakin bundar bentuknya.
Universitas Sumatera Utara
2. Tanda hegar Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menajdi lunak, terutama daerah ismus. Pada minggu – minggu pertama, ismus uteri mengalami hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama mengakibatkan ismus menjadi panjang dan lebih lunak sehingga kalau diletakkan dua jari dalam fornix posterior dan tangan satunya pada dinding perut di atas simpisis maka ismus ini tidak teraba seolah – olah korpus uteri sama sekali terpisah dari uterus. 3. Tanda chadwick Hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah dan agak kebiru – biruan (livide). Warna porsiopun tampak livide. Hal ini disebabkan oleh pengaruh hormone esterogen. 4. Tanda piscaseck Uterus mengalami pembesaran, kadang – kadang pembesaran tidak rata tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini menyebabkan uterus membesar ke salah satu jurusan pembesaran tersebut. 5. Tanda braxton hicks Bila uterus dirangsang, akan mudah berkontraksi. Waktu palpasi atau pemeriksaan dalam uterus yang awalnya lunak akan menjadi keras karena berkontraksi. Tanda ini khas untuk uterus dalam masa kehamilan.
Universitas Sumatera Utara
6. Goodell sign Di luar kehamilan konsistensi serviks keras, kerasnya seperti merasakan ujung hidung, dalam kehamilan serviks menjadi lunak pada perabaan selunak vivir atau ujung bawah daun telinga. 7. Reaksi kehamilan positif Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human chorionic gonadotropin pada kehamilan muda adalah air seni pertama pada pagi hari. Dengan tes ini, dapat membantu menentukan diagnosa kehamilan sedini mungkin.
2.2.3
Tanda Pasti Tanda pasti adalah tanda – tanda objektif yang didapatkan oleh pemeriksa
yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa pada kehamilan. Yang termasuk tanda pasti kehamilan adalah : 1. Terasa gerakan janin Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan oleh ibunya pada kehamilan 18 minggu. Sedangkan pada multigravida, dapat dirasakan pada kehamilan 16 minggu karena telah berpengalaman dari kehamilan terdahulu. Pada bulan keempat dan kelima, janin berukuran kecil jika dibandingkan dengan banyaknya air ketuban, maka kalau rahim didorong atau digoyangkan, maka anak melenting di dalam rahim.
Universitas Sumatera Utara
2. Teraba bagian – bagian janin Bagian – bagian janin secara objektif dapat diketahui oleh pemeriksa dengan cara palpasi menurut leopold pada akhir trimester kedua. 3. Denyut jantung janin Denyut jantung janin secara objektif dapat diketahui oleh pemeriksa dengan menggunakan : a. Fetal electrocardiograph pada kehamilan 12 minggu. b. Sistem doppler pada kehamilan 12 minggu. c. Stetoskop laenec pada kehamilan 18 – 20 minggu. 4. Terlihat kerangka janin pada pemeriksaan sinar rontgen. 5. Dengan menggunakan USG dapat terlihat gambaran janin berupa ukuran kantong janin, panjangnya janin dan diameter bipateralis sehingga dapat diperkirakan tuanya kehamilan.
2.3
Kebutuhan Gizi Selama Kehamilan Seorang wanita dewasa yang tidak hamil, keperluan gizinya dipergunakan
untuk kegiatan rutin dalam proses metabolisme tubuh, aktivitas fisik serta menjaga keseimbangan segala proses dalam tubuh. Sedangkan pada wanita dewasa yang sedang hamil maka di samping untuk proses yang rutin juga diperlukan energi dan gizi tambahan untuk pembentukan jaringan baru yaitu janin, plasenta, uterus dan kelenjar mamae.
Universitas Sumatera Utara
Ibu hamil dianjurkan makan secukupnya saja, bervariasi sehingga kebutuhan akan aneka makan zat gizi bisa terpenuhi. Kebutuhan yang meningkat ini untuk mendukung persiapan kelak bayi dilahirkan. Sebagai pedoman dalam pengwasan akan kecukupan gizi ibu hamil adalah bagaimana kenaikan pertambahan berat badan ibu hamil. Sebagai standard kebiasaan kenaikan berat badan pada ibu hamil menurut Committee on Nutritional (1990) adalah sekitar 7 kg sampai 18 kg. Untuk ibu gemuk (BMI > 26-29), pertambahan berat badan sekitar 7 kg – 11,5 kg. Untuk ibu normal (BMI 19,8 – 26) maka pertambahan berat badan sekitar 11,5 kg – 16 kg. Untuk ibu kurus (BMI < 19,8) maka pertambahan berat badan sekitar 12,5 kg – 18 kg. Pada kehamilan trimester pertama, umumnya timbul keluhan mual, ingin muntah, pusing, selera makan berkurang sehingga timbul kelemahan dan malas beraktivitas. Pada saat ini, belum diperlukan tambahan kalori, protein, mineral dan vitamin yang berarti karena janin belum tumbuh dengan pesat dan kebutuhan gizi dapat disamakan dengan keadaan sebelum hamil, tetapi yang perlu diperhatikan adalah bahwa ibu hamil harus tetap makan agar tidak terjadi gangguan pencernaan. Pada kehamilan trimester kedua, mulai dibutuhkan tambahan kalori untuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta untuk mempertahankan kesehatan ibu hamil. Pada saat ini, muntah sudah berkurang atau tidak ada, nafsu makan bertambah, perkembangan janin sangat pesat, bukan saja tubuhnya tetapi juga susunan saraf otak (kurang lebih 90%). Oleh karena perumbuhan janin yang pesat dimana jaringan otak menjadi perhatian utama maka ibu hamil memerlukan
Universitas Sumatera Utara
protein dan zat gizi lain seperti galaktosa yang ada pada susu sehingga dianjurkan untuk minum susu 400 cc. Selain itu, vitamin dan mineral yang banyak terdapat pada buah – buahan dan sayuran juga perlu untuk dikonsumsi.Pada kehamilan trimester kedua ini, ibu hamil sering mengalami pembengkakan pada kakinya. Hal ini bisa diatasi dengan mengurangi konsumsi makanan yang mengandung ion natrium dan klorida. Pada kehamilan trimester ketiga, nafsu makan sudah baik sekali, cenderung untuk merasa lapar terus menerus sehingga perlu diperhatikan agar tidak terjadi kegemukan. Secara garis besar, makanan pada trimester ketiga sama dengan makanan pada trimester kedua (Simanjuntak dan Sudaryati, 2005). Berikut adalah perbandingan kebutuhan zat makanan pada wanita saat tidak hamil, hamil dan menyusui yang direkomendasikan oleh National Research Council yang dikutip oleh Evawany Aritonang (2010); Tabel 2.1 Diet yang direkomendasikan oleh National Research Council pada wanita saat tidak hamil, hamil dan menyusui No 1. 2. 3.
4.
Zat Makanan Kilokalori Protein (g) Vitamin larut dalam lemak a. A (μg REᵇ) b. D (μg) c. E (mg TE ) d. K (μg) Vitamin larut dalam air a. C (mg) b. Folat (μg) c. Niacin (mg) d. Riboflavin (mg) e. Thiamine (mg) f. Piridoksin B₆ (mg)
Tidak hamilª 2.200 55
Hamil 2.500 60
Menyusui 2.600 65
800 10 8 55
800 10 10 65
1.300 12 12 65
60 180 15 1,3 1,1 1,6
70 400 17 1,6 1,5 2,2
95 280 20 1,8 1,6 2,1
Universitas Sumatera Utara
5.
g. Cobalamin B₁₂(μg) Mineral a. Kalsium (mg) b. Fosfor (mg) c. Iodin (μg) d. Besi (mg dari besi ferro) e. Magnesium (mg) f. Zinc (mg)
2
2,2
2,6
1.200 1.200 150 15 280 12
1.200 1.200 175 30 320 15
1.200 1.200 200 15 355 19
Keterangan : ªuntuk wanita usia 15-18 tahun ᵇRE = Retinol Equivalent (1 RE = 1 μg retinol) TE = Tocopherol Equivalent
2.4
Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care) Antenatal care adalah cara penting untuk memonitor dan mendukung
kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Pelayanan antenatal atau yang sering disebut dengan pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga professional yaitu dokter spesialisasi bidan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan. Petugas kesehatan tersebut melakukan pemeriksaan terhadap kondisi kehamilan ibu dan juga memberikan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) kepada ibu hamil, suami dan keluarga tentang kondisi ibu hamil dan masalahnya. Dengan demikian, memberikan asuhan antenatal care yang baik akan menjadi salah satu tiang penyangga dalam safe motherhood dalam usaha menurunkan AKI dan AKB.Terdapat tujuh standar minimal antenatal care yang disingkat dengan “7 T“ yaitu (Ari Sulystiawati, 2009) : 1. Timbang berat badan.
Universitas Sumatera Utara
2. Tinggi fundus uterus, mengukur tinggi fundus uterus. 3. Tekanan darah, mengukur tekanan darah. 4. Tetanus toxoid (TT),pemberian imunisasi TT lengkap. 5. Tablet fe, pemberian tablet zat besi (fe). 6. Tes penyakit menular seksual (PMS). 7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Cakupan K1 merupakan gambaran besar ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Cakupan K4 merupakan kunjungan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga umur kehamilan. Berikut adalah beberapa hal yang menjadi perhatian dalam pemeriksaan kehamilan yaitu (Nugroho, dkk, 2014) : 2.4.1
Peningkatan Kesehatan dan Kelangsungan Hidup
Peningkatan kesehatan dan kelangsungan hidup dilakukan melalui : 1. Pendidikan dan konseling kesehatan tentang : a. Tanda – tanda bahaya dan tindakan yang tepat b. Gizi termasuk suplemen mikronutrisi serta hidrasi c. Persiapan untuk pemberian ASI eksklusif segera d. Pencegahan dan pengenalan gejala – gejala PMS
Universitas Sumatera Utara
2. Pembuatan rencana persalinan termasuk kesiapan menghadapi persalinan komplikasi 3. Penyediaan TT 4. Suplemen zat besi dan folat, vitamin A, yodium dan kalsium 5. Melibatkan ibu secara aktif dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi dan kesiapan menghadapi persalinan
2.4.2
Deteksi Dini Penyakit yang Dapat Mempengaruhi Kesehatan Ibu dan Janin
Beberapa hal yang menjadi perhatian pada saat pemeriksaan kehamilan yaitu : 1. Anemia 2. Proteinura 3. Hipertensi 4. PMS 5. Dan lain - lain
2.4.3
Intervensi Tepat Waktu
Hal ini dilakukan untuk menatalaksana suatu penyakit atau komplikasi seperti : 1. Anemia 2. Pendarahan selama kehamilan 3. Hipertensi, preeklamsi dan eklamsia 4. PMS 5. Kematian janin dalam kandungan
Universitas Sumatera Utara
6. Penyakit lainnya seperti TBC, diabetes mellitus dan lain – lain
2.4.4 Peningkatan Kesehatan dan Komunikasi Antar Pribadi Hal ini dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan dan kesiapan mental ibu untuk melahirkan dan mengasuh kelahiran yang akan datang.
2.4.5
Kesiapan Persalinan Kesiapan persalinan berfokus pada rencana persalinan terhadap tempat
persalinan, penolong persalinan, transportasi, dana dan sistem rujukan untuk memaksimalkan kesiapsiagaan proses persalinan sesuai dengan yang diharapkan.
2.5
Tujuan Pemeriksaan Kehamilan Tujuan pemeriksaan kehamilan adalah menurunkan ataupun mencegah
kesakitan ataupun kematian maternal dan perinatal. Berikut adalah tujuan khusus dari pemeriksaan kehamilan yaitu (Jannah, 2011) : 1.
Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
2.
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.
3.
Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum.
4.
Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
Universitas Sumatera Utara
5.
Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
6.
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal.
Dengan pemeriksaan kehamilan, diharapkan dapat memperoleh hasil sebagai berikut (Mufdillah, 2009) : 1.
Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan dan nifas tanpa trauma fisik maupun mental yang merugikan.
2.
Bayi dilahirkan sehat, baik secara fisik maupun mental.
3.
Ibu mampu merawat dan memberi ASI kepada bayinya.
4.
Suami dan istri telah mempunyai kesiapan dan kemampuan untuk mengikuti keluarga berencana setelah kelahiran bayinya.
2.6
Jadwal Pemeriksaan Kehamilan Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dan petugas
kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat sebaliknya, yaitu ibu hamil yang dikunjungi oleh petugas kesehatan di rumahnya atau di posyandu. Kunjungan dalam pemeriksaan kehamilan dilakukan paling sedikit empat kali yaitu (Nugroho, dkk , 2014) : 1.
Satu kali pada trimester I (usia kehamilan 0-12 minggu)
Universitas Sumatera Utara
2.
Satu kali pada trimester II (usia kehamilan 13-24 minggu)
3.
Dua kali pada trimester III (usia kehamilan 25 sampai melahirkan)
Menurut Depkes RI (2002), pemeriksaan kehamilan berdasarkan kunjungan antenatal dibagi atas : a.
Kunjungan pertama (K1) Meliputi identitas/ biodata, riwayat kehamilan, riwayat kebidanan,
riwayat sosial ekonomi, pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan serta konsultasi. b.
Kunjungan keempat (K4) Meliputi anemnesa keluhan/ masalah, pemeriksaan kehamilan dan
pelayanan kesehatan, pemeriksaan psikologis, pemeriksaan laboratorium bila ada indikasi/ diperlukan, diagnosa akhir (kehamilan normal, terdapat penyulit, terjadi komplikasi atau tergolong kehamilan resiko tinggi), sikap dan rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan).
2.7
Kegiatan Pemeriksaan Kehamilan Pemeriksaan kehamilan terfokus pada kegiatan – kegiatan yang meliputi
(Sunarsih dan Dewi, 2010) : Tabel 2.2 Kegiatan Pemeriksaan Kehamilan No Kunjungan Waktu Keterangan 1. Trimester I 0 - 12 minggu 1. Mendeteksi masalah yang dapat ditangani sebelum membahayakan jiwa. 2. Mencegah masalah seperti tetanus neonatal, anemia dan kebiasaan
Universitas Sumatera Utara
tradisional yang berbahaya. 3. Membangun hubungan saling percaya. 4. Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan menghadapi komplikasi. 5. Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan, olahraga, istirahat, seks dan lain – lain). 2.
Trimester II
13 – 24 minggu
Sama dengan trimester I ditambah dengan kewaspadaan khusus terhadap hipertensi selama kehamilan (deteksi gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema dan proteinuria).
3.
Trimester III
25 – 36 minggu
Sama, ditambah dengan deteksi apabila ada kehamilan ganda.
Setelah 36 minggu
Sama, ditambah dengan deteksi kelainan letak atau kondisi yang memerlukan persalinan di rumah sakit.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2003) yang dikutip oleh Mufdillah (2009), terdapat enam standar dalam pelayanan antenatal care, yaitu : 2.7.1 Identifikasi Ibu Hamil Petugas kesehatan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi calon ibu, suami dan anggota keluarga lainnya agar mendorong calon ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini secara teratur.
Universitas Sumatera Utara
2.7.2
Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal Petugas kesehatan memberikan sedikitnya empat kali pelayanan antenatal.
Pemeriksaan meliputi anamnesis serta pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Petugas kesehatan juga harus mengenal kehamilan risiko tinggi, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/ infeksi HIV, memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Petugas kesehatan juga harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, petugas kesehatan harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.
2.7.3
Palpasi Abdominal Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan
melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya janin ke dalam rongga panggul untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
2.7.4
Pengelolaan Anemia pada Kehamilan Petugas
kesehatan
melakukan
tindakan
pencegahan,
penemuan,
penanganan dan atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan.
Universitas Sumatera Utara
2.7.5
Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan Petugas kesehatan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah
pada kehamilan, mengenali tanda dan gejala preeklamsia lainnya, mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
2.7.6
Persiapan Persalinan Petugas kesehatan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami
dan keluarganya pada kehamilan trimester ketiga untuk memastikan bahwa persiapan persalinan bersih dan aman serta suasana menyenangkan akan direncanakan dengan baik, di samping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk bila tiba – tiba terjadi keadaan gawat darurat.
2.8
Alasan Ibu Tidak Memeriksakan Kehamilan Adapun beberapa alasan ibu tidak memeriksakan kehamilan menurut
Depkes RI (2005) yaitu : 1.
Ibu sering kali tidak berhak memutuskan sesuatu karena suami atau mertua, sementara mereka tidak mengetahui perlunya memeriksakan kehamilan dan hanya mengandalkan cara – cara tradisional.
2.
Fasilitas untuk pelayanan antenatal tidak memadai, tidak berfungsi sebagaimana
mestinya,
tidak
memungkinkan
kerahasiaan,
harus
menunggu lama atau perlakuan petugas yang kurang memuaskan. 3.
Beberapa
ibu
tidak
mengetahui
mereka
harus
memeriksakan
kehamilannya.
Universitas Sumatera Utara
4.
Transportasi yang sulit, baik bagi ibu untuk memeriksakan kehamilan ataupun bagi petugas kesehatan untuk mendatangi mereka.
5.
Kurangnya dukungan tradisi dan keluarga yang mengizinkan seorang wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya.
6.
Takhayul dan keraguan untuk memeriksakan kehamilan kepada petugas kesehatan (terlebih jika petugas kesehatannya berjenis kelamin laki – laki).
7.
Ketidakpercayaan dan ketidaksengangan pada tenaga kesehatan.
8.
Ibu dan anggota keluarganya tidak mampu membayar atau tidak mempunyai waktu untuk memeriksakan kehamilan.
2.9
Faktor
–
Faktor
yang
Berhubungan
Dengan
Kelengkapan
Pemeriksaan Kehamilan 2.9.1
Umur Umur mempunyai pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan ibu. Usia
yang kemungkinan tidak beresiko tinggi pada saat kehamilan dan persalinan yaitu umur 20 - 35 tahun karena pada usia tersebut, rahim sudah siap menerima kehamilan, mental sudah matang dan sudah mampu merawat bayi dan dirinya. Sedangkan umur < 20 tahun dan > 35 tahun merupakan umur yang resiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan. Dengan demikian, diketahui bahwa umur ibu pada saat melahirkan turut berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayi yang dilahirkan. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun, rahim dan bagian tubuh lainnya belum siap untuk menerima kehamilan dan cenderung kurang perhatian terhadap
Universitas Sumatera Utara
kehamilannya. Ibu yang berumur 20 – 35 tahun, rahim dan bagian tubuh lainnya sudah siap untuk menerima dan diharapkan untuk memerhatikan kehamilannya. Ibu yang berumur lebih dari 35 tahun, fungsi rahim dan bagian tubuh lainnya sudah menurun dan kesehatan tubuh ibu tidak sebaik saat berumur 20 – 35 tahun. Menurut penelitian Cut Hesty Maulina di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal tahun 2010 dengan desain cross sectional, ada hubungan antara umur dengan kelengkapan pemeriksaan kehamilan pada ibu yang mempunyai balita (p=0,002). Menurut penelitian Rabi’atul Adawiyah Su’ong di Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo tahun 2013 dengan desain cross sectional, ada hubungan antara usia ibu hamil dengan kunjungan antenatal care (p=0,005).
2.9.2
Pendidikan Ibu Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk
bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu, orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru (Notoatmodjo, 2003). Demikian
halnya
dengan
ibu
yang
berpendidikan
tinggi,
akan
memeriksakan kehamilannya secara teratur demi menjaga keadaan kesehatan dirinya dan anak dalam kandungannya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut penelitian Rabi’atul Adawiyah Su’ong di Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo tahun 2013 dengan desain cross sectional, ada hubungan antara pendidikan ibu hamil dengan kunjungan antenatal care (p=0,014).
2.9.3
Pekerjaan Bila seorang ibu ikut membantu penghasilan rumah tangga maka pada saat
hamil, mereka lebih banyak mengeluarkan tenaga dan pikiran maka efeknya dapat berpengaruh pada pemeriksaan kehamilan (Mufdillah, 2009). Pekerjaan sangat menentukan terhadap seseorang untuk berbuat suatu kegiatan. Pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan ibu. Dengan banyak kesibukan maka ibu kadang – kadang lupa untuk melakukan pemeriksaan kehamilan tepat waktu. Namun, pekerjaan bukan penghambat dalam bertindak maka ia akan berusaha untuk melakukan tindakan, dalam hal ini untuk memeriksakan kehamilan.
2.9.4
Paritas Lebih tinggi paritas maka lebih tinggi resiko komplikasi dan kematian
maternal. Resiko pada paritas satu dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan KB. Menurut penelitian Cut Hesty Maulina di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal tahun 2010 dengan desain cross sectional, ada
Universitas Sumatera Utara
hubungan yang antara paritas dengan kelengkapan pemeriksaan kehamilan pada ibu yang mempunyai balita (p=0,023). Menurut penelitian Rabi’atul Adawiyah Su’ong di Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo tahun 2013 dengan desain cross sectional, ada hubungan antara paritas
dengan kunjungan antenatal care
(p=0,006).
2.9.5
Pengetahuan Menurut Bloom yang dikutip dalam Soekidjo Notoatmodjo (2003),
pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai insentisitas atau tingkat yang berbeda – beda. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan – pertanyaan tertulis atau angket. Pengetahuan disini yang dimaksud adalah pengetahuan ibu mengenai kehamilan. Bila pengetahuan mereka sudah baik terhadap perawatan kandungan maka kepatuhan seseorang untuk memeriksakan kehamilan juga akan dapat terjaga. Apabila pengetahuan belum sepenuhnya dimiliki maka untuk mengikuti anjuran untuk memeriksakan kehamilan kurang dapat terwujud. Menurut penelitian Cut Hesty Maulina di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal tahun 2010 dengan desain cross sectional, ada
Universitas Sumatera Utara
hubungan yang antara pengetahuan dengan kelengkapan pemeriksaan kehamilan pada ibu yang mempunyai balita (p=0,001). Menurut penelitian Rabi’atul Adawiyah Su’ong di Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo tahun 2013 dengan desain cross sectional, ada hubungan antara pengetahuan dengan kunjungan antenatal care (p=0,004). Menurut penelitian Ulul Lailatul Mardiyah, dkk di wilayah kerja Puskesmas Tempurejo Kabupaten Jember tahun 2013 dengan desain cross sectional, ada hubungan antara pengetahuan dengan kunjungan antenatal care (p=0,005).
2.9.6
Dukungan Keluarga Dukungan
keluarga
merupakan
sistem
pendukung
utama
untuk
memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan sehat ataupun sakit. Kepala keluarga adalah seseorang dari sekelompok anggota rumah tangga yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari – hari rumah tangga atau orang yang dianggap atau ditunjuk sebagai kepala rumah tangga. Keluarga khususnya suami sebagai kepala rumah tangga dapat memberikan dukungan kepada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan secara teratur. Adapun dukungan keluarga yang dimaksud disini adalah dukungan yang diberikan baik dalam moril maupun materil kepada anggota keluarga yang hamil berupa memberikan dorongan untuk memeriksakan kehamilan sesuai jadwal. Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan memperlihatkan
Universitas Sumatera Utara
dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan dan masa nifas. Menurut penelitian Ulul Lailatul Mardiyah, dkk di wilayah kerja Puskesmas Tempurejo Kabupaten Jember tahun 2013 dengan desain cross sectional, ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kunjungan antenatal care (p=0,021).
2.9.7
Faktor Keterjangkauan Menurut penelitian Cut Hesty Maulina di Kelurahan Tanjung Rejo
Kecamatan Medan Sunggal tahun 2010 dengan desain cross sectional, ada hubungan antara keterjangkauan dengan kelengkapan pemeriksaan kehamilan pada ibu yang mempunyai balita (p=0,005). Menurut penelitian Ulul Lailatul Mardiyah, dkk di wilayah kerja Puskesmas Tempurejo Kabupaten Jember tahun 2013 dengan desain cross sectional, ada hubungan antara keterjangkauan dengan kunjungan antenatal care (p=0,0001). Menurut penelitian Murniati di Kabupaten Aceh Tenggara tahun 2007, keterjangkauan terhadap pelayanan antenatal mempunyai hubungan yang bermakna terhadap pemeriksaan kehamilan dengan nilai p=0,000 (p<0,05).
2.10
Manfaat Pemeriksaan Kehamilan Terhadap Status Bayi Salah satu manfaat dari pemeriksaan kehamilan adalah bayi dapat
dilahirkan sehat, baik secara fisik maupun mental. Pemeriksaan kehamilan dapat
Universitas Sumatera Utara
memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
2.10.1 Keadaan lahir Deteksi dini menjadi salah satu pencegahan terhadap ibu hamil agar ibu hamil mendapatkan informasi yang tepat dan akurat. Morbiditas dan mortalitas bayi dapat dikurangi dengan melakukan pemeriksaan kehamilan. Keterlambatan deteksi dini tentang perkembangan dalam kehamilan dikhawatirkan dapat berakibat buruk dalam kelahiran janin. Ibu hamil yang menderita PMS dapat meningkatkan resiko untuk melahirkan bayi yang cacat ataupun dapat menularkan penyakitnya. Oleh karena itu, pemeriksaan kehamilan sangat dianjurkan untuk mengantisipasi kelahiran bayi yang tidak diinginkan.
2.10.2 Berat Bayi Lahir Salah satu deteksi dini masalah kesehatan yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin adalah dengan mendeteksi apakah ibu menderita anemia atau tidak. Pada ibu hamil yang kadar hemoglobinnya tidak normal dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi serta kemungkinan melahirkan bayi dengan BBLR dan premature. Umumnya, kadar hemoglobin yang kurang disebabkan oleh kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan janin. Bila kadar hemoglobin ibu hamil <11 gr/dl maka kadar hemoglobin ibu hamil tersebut dikatakan tidak normal/ anemia. Menurut penelitian Muazizah, dkk di Rumah Sakit Permata Bunda Kabupaten Grobongan Semarang tahun 2011 dengan desain cross sectional, ada hubungan antara kadar hemoglobin ibu hamil dengan berat bayi lahir (p=0,000).
2.11
Kerangka Teoritis Dari teori dan beberapa penelitian terdahulu, disusun kerangka konsep
teoritis yang merupakan alur pikir peneliti. Faktor – faktor yang berhubungan dengan kelengkapan pemeriksaan kehamilan adalah :
Variabel independen :
1. Sosiodemografi a. Umur
Variabel dependen : Kelengkapan pemeriksaan kehamilan
b. Suku c. Agama d. Pendidikan ibu e. Pekerjaan ibu
Status bayi a. Keadaan lahir b. Berat bayi lahir
f. Paritas 2. Pengetahuan ibu 3. Dukungan keluarga 4. Faktor keterjangkauan
Universitas Sumatera Utara
2.12
Kerangka Konsep Penelitian Dari beberapa penelitian terdahulu, disusun kerangka konsep penelitian
yang merupakan alur pikir peneliti. Faktor – faktor yang berhubungan dengan kelengkapan pemeriksaan kehamilan adalah :
Variabel independen :
Variabel dependen :
1. Sosiodemografi a. Umur b. Suku* c. Agama* d. Pendidikan ibu e. Pekerjaan ibu
Kelengkapan pemeriksaan kehamilan
f. Paritas 2. Pengetahuan ibu 3. Dukungan keluarga 4. Faktor keterjangkauan
*tidak diuji
Universitas Sumatera Utara