BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perawatan Post Partum Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2004). Periode ini disebut puerpenium (masa nifas) yang merupakan bagian integral pada proses melahirkan, dan harus dimanfaatkan sebagai suatu kesempatan untuk memberikan perawatan pada ibu dan bayinya (Sutomo, 2003). Setelah melahirkan-pun tubuh akan berubah kalau yang tadinya berubah ke arah pembesaran maka setelah melahirkan tubuh berubah ke arah sebelum hamil. Meskipun dalam enam bulan perut dan payudara, tidak akan mengecil seperti sebelum hamil (Poerwadi, 2006). Setelah ibu melahirkan salah satu tugas perkembangan adalah, menyusui (Ferrer,1999). Menyusui bayi baru lahir sangat dianjurkan disamping memberikan makanan paling tepat untuk si bayi, menyusui juga merupakan kontak pertama antara ibu dan bayinya (Poewadi, 2006). Menyusui bayi baru lahir bukan hanya meliputi pemberian makanan saja tetapi juga kehangatan, perasaan nyaman dan aman (Ferrer, 1999).
6
7
Ibu yang melahirkan secara normal telah dipersiapkan secara memadai baik mental maupun fisiknya untuk pemberian ASI, selama masa antenatal (Veralls, 1997). Oleh karena itu, dapat dilakukan dengan menyusui dini. Hal tersebut perlu oleh karena menyusui dini mempunyai beberapa manfaat baik pada ibu maupun bayinya (Akre, 1994). Sejak kehamilan muda sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar mammae untuk menghadapi laktasi ini. Perubahan yang terdapat pada kedua mammae antara lain : 1. Proliferasi jaringan terutama kelenjar dan alveolus mammae dan lemak 2. Pada ductus lakteferus terdapat cairan yang kadang-kadang dikeluarkan berwarna kuning (kolostrum) 3. Hipervaskularisan terdapat pada permukaan maupun bagian dalam mammae, pembuluh-pembuluh vena berdilatasi dan tampak dengan jelas. 4. Setelah partus pengaruh menekan dari estrogen dan progesterone terdapat hipofisis hilang (Wiknjasastro, 2005). Berbeda dengan perubahan yang terjadi pada organ pelvis, payudara mencapai maturnitas yang penuh selama masa nifas kecuali jika payudara disupresi. Payudara akan menjadi lebih kencang dan mula-mula nyeri tekan sebagai reaksi pada perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi (Ferrer, 1999).
8
Selama sembilan bulan kehamilan jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Akan tetapi biasanya banyak kendala-kendala yang terjadi pada payudara akibat perubahan fisiologis post partum (Hamilton PM, 2005). Kendala-kendala tersebut seperti kondisi putting yang masuk ke dalam, payudara bengkak, nyeri pada putting susu, putting susu pecah-pecah, infeksi payudara. Saluran ASI tersumbat, laktasi yang tidak memadai dan juga produksi ASI yang kurang (Ferrer, 1999 ; Wheeler, 2003). Beberapa kendala tersebut ada yang bisa dideteksi atau dilihat pada saat ibu masih hamil (Ferrer, 1995). Akan tetapi ibu yang hamil sering kali mengabaikan atau bahkan tidak mengetahui tentang proses pengembangan jaringan. Penghasil ASI juga merupakan titik awal yang sangat terpengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Oleh karena itu perawatan payudara penting dilakukan selain untuk mempersiapkan ibu untuk menyusui juga untuk mencegah terjadinya kendala-kendala yang terjadi pada payudara setelah melahirkan (Roesli, 2004).
9
B. Konsep Dasar Merawat Payudara 1. Anatomi Payudara Dalam istilah medik payudara disebut glandula mammae (Verralis, 1997). Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit dan di atas otot dada. Payudara lazimnya mulai pada costa ke-2 atau ke-3 sampai ke tulang rawan iga ke-7 dan dari garis aksila sampai sejajar pinggir sternum (Keith, 1994). Adapun payudara terdiri dari 3 bagian : a. Corpus Payudara wanita tersusun atas parencym dan stroma: 1) Parencym Parencym merupakan struktur yang terdiri dari alveoli, lobuli dan ductus-ductus penyalurannya berhubungan dengan satu ductus laktefenus membentuk dan melekat pada area di bawah areola membentuk ampula dari tinus yang berfungsi sebagai tempat penampungan air susu. 2) Stroma Stroma pada payudara tersusun atas jaringan ikat, jaringan lemak, saraf dan pembuluh limfe. b. Areola
10
Areola adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi dari masing-masing payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm. Areola berisi otot polos dan jaringan ikat kalogen yang tersusun sirkulasi dan radier. Selain itu pada areola mengandung kelenjar montgometri yang berfungsi sebagai pelumas selama laktasi. c. Puting dan papilla mammae Puting terletak di tengah-tengah aerola yang bulat dan berpigmen yang khusus disediakan sebagai tanda visual untuk bayi. Puting biasanya menonjol beberapa meter dari permukaan dari permukaan kulit, tetapi ukuran dan bentuknya sangat beragam antar wanita. Perbedaan tersebut tidak terpengaruh sama sekali pada fungsinya dan tidak menjadi ukuran untuk banyakna ASI yang dihasilkan. Papilla mammae merupakan suatu tonjolan yang tersusun atas jaringan erectil berpigmen dan merupakan bangunan yang sangat peka (Guyton, 1994, Verralis, 1997).
11
2. Cara Merawat Payudara Kebiasaan mengenali payudara sendiri dan melakukan pemeriksaan rutin adalah kunci penemuan awal terhadap masalah yang mungkin timbul, dilanjutkan pemeriksaan lebih detail pada payudara, serta perawatan awal setiap masalah (Budhihardjo, 2002). Menurut Depkes RI (1997). Beberapa cara merawat payudara antara lain : a. Kebersihan puting susu Sebelum dan sesudah ditetekkan putting susu harus dibersihkan dengan air matang. b. Penggunaan kutang 1) Macam kutang yang dipakai harus sedemikian rupa, sehingga tidak menekan pada putting susu dan dapat menyangga payudara dari bawah. 2) Buah dada yang penuh dengan ASI menjadi lebih besar dan berat, untuk itu perlu dipakai kutang atau penyangga payudara yang sedikit menekan payudara dan menyanggahnya dari bawah.
Gambar 2.1. Penggunaan Kutang
12
c. Agar pembentukan ASI lancar maka payudara yang baru selesai ditetekkan harus segera dikosongkan atau dengan cara memerah dengan tangan atau pompa. Cara memerah payudara dengan tangan : 1) Memerah payudara harus menggunakan tangan yang bersih. 2) Dimulai dari panggal buah dada, diurut dengan kedua tangan. 3) Urutan diarahkan ke puting susu. 4) Gelanggang puting susu dipijat dan diprah ke arah puting susu.
Gambar 2.2 Memerah Payudara
Cara memerah payudara dengan pompa : 1) Pijatlah bola pompa buah dada dan kemudian menempelkan pompa pada payudara 2) Bila akan melepaskan pompa payudara, pijatlah bola pompa itu lebih dahulu. 3) Bersihkan pompa payudara sesudah dipakai dan simpanlah dalam keadaan bersih
13
Gambar 2.3. Memompa Payudara
Ada beberapa kondisi putting yang dapat mengganggu proses menyusui yaitu putting yang susah dihisap oleh bayi, putting yang susah dihisap oleh bayi antara lain. a. Puting yang terlalu kecil dan menonjol keluar b. Puting menonjol keluar tetapi permukaanya datar c. Puting yang tenggelam atau masuk ke dalam payudara (Luwina, 200 Beberapa cara untuk menormalkan bentuk putting susu yang sulit dihisap oleh bayi yaitu dengan memakai alat penghisap putting susu, memakai pelapis payudara yang berlubang ditengahnya dan dengan melakukan pemijatan pada putting susu. Pemijatan dilakukan dengan tangan pada putting kanan dan kiri (Luwina, 2003).
14
Untuk mengatasi putting susu yang datar dan tertarik ke dalam yaitu dengan cara merawat putting susu sebagai berikut (Ilyas, 1994) : a. Letakkan kedua ibu jari di atas dan di bawah putting susu b. Regangkan daerah areola dengan menggerakkan kedua ibu jari ke arah bawah sebanyak 20 x c. Letakkan kedua ibu jari disamping kiri dan disamping kanan putting susu d. Regangkan daerah areola dengan menggerakkan kedua ibu jari kearahkiri danke arah kanan sebanyak 20 x. e. Lakukan 2x sehari sejak usia kehamilan 3 bulan. Salah satu manfaat merawat payudara adalah untuk mempersiapkan proses laktasi (menyusui) (Ilyas, 1994). Beberapa keuntungan yang didapat seorang ibu dengan menyusui bayinya sebagai berikut (Luwina, 2003) : a. Mengurangi perdarahan setelah menyusui b. Mengecilkan rahim c. Mempercepat proses pelangsingan badan si ibu setelah melahirkan d. Menurunkan risiko terkena kanker payudara e. Menumbuhkan ikatan kasih sayang antara si ibu dan si anak f. Ekonomis dan hemat waktu
15
3. Merawat payudara post partum Merawat payudara post partum merupakan perawatan yang dilakukan pada periode post partum. Hal ini harus dilakukan sedini mungkin untuk memperlancar sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu yang mempunyai tujuan memperlancar ASI, mencegah tersumbatnya saluran susu, mencegah timbulnya pembengkakan pada payudara, mencegah bendungan pada payudara, melenturkan dan menguatkan putting susu (Ilyas, 1994; Luwina, 2003). Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perawatan payudara adalah sebagai berikut: perawatan dikerjakan secara teratur, menjaga kebersihan payudara, gizi ibu harus lebih baik dan lebih banyak dibandingkan pada waktu hamil, ibu harus percaya diri akan kemampuan untuk menyusui bayinya, ibu harus merasa nyaman dan santai, rasa lepas dan stress harus dihindarkan, memakai BH yang tepat (Luwina, 2003; Depkes RI, 1999). Beberapa teknik dalam perawatan payudara: a. Persiapan alat dan bahan (Perinasia, 1991) 1) Minyak kelapa / babi oil 2) Pompa susu 3) Gelas / botol susu 4) Air hangat dalam baskom 5) Air dingin dalam baskom 6) Handuk bersih
16
b. Cara merawat payudara (Ilyas, 1994) 1) Licinkan tangan dengan sedikit minyak 2) Lakukan pengurutan dengan tiga cara berturut-turut, masingmasing 30x setiap lima menit. Pengurutan I : Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara kemudian urut ke arah atas, terus ke samping, terus ke bawah dan melintang sehingga tangan menyangga payudara, kemudian lepaskan tangan dari payudara. Pengurutan II: Telapak tangan kiri menopong payudara kiri dan jari-jari tangan kanan dikepalkan, kemudian sisi kelingking kanan mengurut payudara kiri dari pangkal ke arah putting, demikian pula payudara kanan. Pengurutan III: Telapak tangan menopong payudara seperti cara II, kemudian jari-jari tangan kanan dikepalkan, kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah putting. 3) Rangsang payudara dengan menggunakan air hangat dan air dingin caranya disiram atau dikompres.
17
Pengurutan I :
Pengurutan II :
Pengurutan III :
Gambar 2. 4. Teknik Perawatan Payudara Post Partum
18
C. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh seseorang dengan jalan apapun atau segala sesuatu yang diketahui orang lain yang didapat. Pengetahuan dapat juga dikatakan sebagai khasanah mental yang secara langsung turut memperkaya kehidupan kita. Pengetahuan merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam kehidupan kita. Pengetahuan berfungsi untuk menjawab permasalahan kehidupan yang dihadapi manusia sebagai dorongan psikologis. Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil dari tahu setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, yang diperoleh dari pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun orang lain, media masa maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2000). 2. Domain Pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu persepsi seseorang. Tingkat pengetahuan seseorang juga mempengaruhi persepsi dan perilaku individu, yang mana makin tinggi pengetahuan seseorang maka makin baik menafsirkan sesuatu. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan dibagi menjadi enam domain yaitu :
19
a. Tahu (Know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat itu adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu ini merupakan tingkat yang paling rendah, kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, mengatakan dan sebagainya. b. Memahami (Comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang ketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah peham terhadap suatu objek atau materi haus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya, terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi
(Aplication),
diartikan
sebagai
kemampuan
untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
20
d. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti
menggambarkan
(membuat
bagan),
membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. e. Sintesis (syntetis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun farmasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. f. Evaluasi (Evaluation) Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari objek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan singkatan-singkatan di atas. Pada umumnya ibu-ibu menganggap bahwa merawat payudara itu tidak perlu dilakukan karena setelah bayi itu lahir atau ASI akan keluar
21
dengan sendirinya dan jika masalah pada awal menyusui mereka menganggap hal tersebut adalah wajar dan tidak perlu diantisipasi. Dalam penelitian ini memberikan informasi pada ibu post partum tentang praktek merawat payudara, sehingga akan menambah pengetahuan ibu tentang praktek merawat payudara setelah melahirkan. D. Sikap Sikap merupakan reaksi atau repson yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, selain itu sikap tidak dapat dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup (respon stimulus) yang masih terselubung Notoatmodjo (2003). Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2003) sikap merupakan kesiapan atau kesediaan bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu, melainkan predisposisi tindakan atau perilaku. Berdasarkan hal tersebut sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu : 1. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek 2. Kehidupan emosional 3. Kencenderungan untuk bertindak Tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2003) yaitu : 1. Menerima Menerima maksudnya bahwa orang atau subyek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.
22
2. Merespon Merespon
maksudnya
memberikan
respon
apabila
ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah indikasi dari sikap. 3. Menghargai Menghargai maksudnya mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. 4. Bertangung jawab Bertanggung jawab maksudnya bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang telah dipilihnya merupakan sikap tertinggi. Sikap juga dapat mempengaruhi praktek karena sikap merupakan kesiapan berespon atau bertindak, sehingga apabila ibu-ibu bersikap kurang baik dalam merawat payudara, maka dapat terpengaruh terhadap praktek yang muncul. Untuk itu sikap ibu tentang praktek merawat payudara setelah melahirkan harus diperhatikan oleh petugas kesehatan. 1. Praktek Praktek merupakan suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).Dalam mewujudkan sikap menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan, antar lain adalah fasilitas. Disamping fasilitas juga diperlukan faktor pendukung (support) dari pihak lain (Notoatmodjo, 2003). Tingkatan praktek menurut Notoatmodjo (2003 ) ada 4 antara lain:
23
1. Persepsi (Perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. 2. Respon (guided respon) Dapat melakukan sesuatu yang benar sesuai dengan contoh merupakan indikator praktek tingkat kedua. 3. Mekanisme (Mechanism) Apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat ketiga. 4. Adaptasi (adaptation) Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi tindakan tersebut. Adaptasi praktek (tindakan) memiliki beberapa indikator, antara lain: a) Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit Tindakan ini mencakup antara lain: (1). Pencegahan penyakit, misalnya mengimunisasikan anak. (2). Penyembuhan penyakit, misalnya minum obat sesuai petunjuk dokter. b) Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain: mengonsumsi makanan
24
dengan gizi seimbang, melakukan olah raga secara teratur, dan praktek perawatan kesehatan sebagainya. c) Tindakan (praktek) kesehatan lingkungan. Perilaku ini mencakup buang air besar dijamban, membuang sampah pada tempatnya. Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2000) menganalisis perilaku manusia tersebut dalam perilaku manusia pada tingkat kesehatan. Sedangkan kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku dan faktor diluar perilaku, selanjutnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh: 1. Faktor-faktor predisposisi (predisposising factors) Faktor ini mencakup: pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi. Hal ini dapat dijelaskan bahwa untuk berperilaku dalam kesehatan misalnya melakukan pemeriksaan pada ibu post partum diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tentang manfaat merawat payudara setelah melahirkan, bagi kesehatan ibu dan bayinya. 2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factor) Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Misalnya praktek merawat payudara, ibu yang mau merawat payudara tidak hanya tahu dan sadar manfaat
25
merawat payudara melainkan ibu dengan mudah dapat memperoleh fasilitas untuk memeriksa payudaranya ke pelayanan kesehatan. 3. Faktor-faktor penguat Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, agama, sikap dan perilaku para petugas kesehatan termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: untuk berperilaku sehat masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan, dari para tokoh masyarakat seperti contoh perilaku perawatan payudara). Menurut Notoatmodjo (2003) bentuk perilaku secara lebih operasional dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut, respon ini berbentuk dua macam, yaitu: a. Bentuk pasif Perilaku bentuk pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat dilihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin atau pengetahuan. Misalnya seseorang ibu yang menganjurkan kepada temannya untuk merawat payudara setelah melahirkan meskipun ia sendiri tidak atau belum pernah merawat payudara setelah melahirkan. Perilaku seperti ini juga disebut perilaku yang masih terselubung (covert behavior).
26
b. Bentuk aktif Perilaku bentuk aktif dapat diobservasi dengan jelas secara langsung. Misalnya ibu yang menganjurkan temannya untuk merawat payudara setelah melahirkan setelah ia sendiri mempraktekkannya atau merawat payudara setelah melahirkan. Perilaku tersebut sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata sehingga disebut “overt behavior”. Perilaku dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia
dengan
lingkungan
dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
terbentuknya perilaku terbagi menjadi 2 faktor yaitu : a. Faktor intern Faktor intern berfungsi untuk mengelola rangsangan dari luar, faktor ini meliputi: pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi. b. Faktor ekstern Faktor ekstern ini meliputi lingkungan fisik maupun non fisik seperti: iklim, manusia, sosial ekonomi dan budaya.
27
E. Kerangka Teori Faktor Predisposisi 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Nilai 4. Kepercayaan 5. Pendidikan 6. Sosial ekonomi Faktor Pemungkin 1. Sarana dan prasarana kesehatan 2. Fasilitas kesehatan
Faktor intern 1. kecerdasan 2. Persepsi 3. Motivasi 4. Emosi
Faktor ekstern 1. Iklim 2. Manusia 3. sosial ekonomi 4. Budaya
Praktek merawat payudara pada ibu post partum
Faktor Penguat 1. Sikap dan perilaku tokoh agama, masyarakat 2. sikap dan perilaku petugas kesehatan Sumber: Lowrence Green dalam Notoatmodjo (2000)
G. Kerangka Konsep Variabel independent
Variabel dependent
Pengetahuan ibu tentang merawat payudara Praktek merawat payudara pada ibu post partum Sikap ibu tentang merawat payudara
28
H. Variabel Penelitian 1. Variabel Independent Variabel independent dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap ibu tentang praktek merawat payudara pada ibu post partum. 2. Variabel Dependent Variabel dependent dalam penelitian ini adalah praktek merawat payudara pada ibu post partum. I. Hipotesis Penelitian Sesuai dengan tujuan kerangka teori yang dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan adalah : 1. Ada hubungan pengetahuan dengan praktek merawat payudara pada ibu post partum di Desa Sumurjomblang Bogo Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan. 2. Ada hubungan sikap dengan praktek merawat payudara pada ibu post partum di Desa Sumurjomblang Bogo Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan.