BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Nifas a. Pengertian Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah kelahiran. Lamanya periode ini tak pasti, sebagian besar menganggapnya antara 4 sampai 6 minggu ( Williams, 2013). Periode pasca partum (Nifas) adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir dari periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil . periode pemulihan pasca partum berlangsung sekitar enam minggu ( Varney, 2008). Masa nifas adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alatalat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kirakira 6 minggu ( Marmi, 2012). b. Tahapan masa nifas Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu Puerperium dini, puerpurium intermedial, dan remote puerperium ( Sulystyawati, 2009). 1). Puerperium dini Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan dalam agama islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
Universitas Sumatera Utara
2). Puerperium intermedial Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia, yang lamanya 6-8 minggu. 3). Remote puerperium Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan. c. Perubahan fisiologis dan anatomis puerperium ( Varney, 2008 ). Meskipun istilah involusi telah digunakan untuk menunjukkan perubahan retrogresif yang terjadi sistem organ dan struktur saluran reproduksi, istilah ini lebih spesifik menunjukkan adanya perubahan retrogresif pada uterus yang menyebabkan berkurangnya ukuran uterus. Demi kejelasan, defenisi involusi puerperium dibatasi pada uterus dan apa yang terjadi pada organ dan struktur lain hanya dianggap sebagai perubahan pueperium. d. Perubahan sistem reproduksi ( Sulystyawati, 2009 ). 1). Perubahan Uterus a). Uterus (1). Pengeluaran Rahim ( involusi ) Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadiu neurotic (layu/mati). Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana Tinggi Fundus Uterinya.
Universitas Sumatera Utara
(a). Pada saat bayi lahir, fundus uteri teraba 2 jari dibawah pusat dengan berat 1000 gram. (b). Pada akhir kala III , Tinggi Fundus uteri teraba 2 jari di bawah pusat (c). Pada 1 minggu post partum, tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat simpisis dengan berat 500 gram. (d). Pada 2 minggu post partum tinggi fundus uteri teraba di atas simfisis dengan berat 350 gram. (e). Pada 6 minggu post partum, fundus uteri mengecil (tak teraba) dengan berat 50 gram. involusi terjadi melalui 3 proses yang bersamaan, antara lain : I. Autolysis Autolysis merupakan penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uteri. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebarnya dari sebelum hamil. Sitoplasma sel yang berlebihan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastic dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan. I. Atrofi jaringan Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi endometrium yang baru. II. Efek Oksitosin ( Kontraksi) Intensitas Kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, hal tersebut diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterine
Universitas Sumatera Utara
yang sangat besar. Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hypofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah, dan membantu proses homeostais. Kontraksi dan retraksi otot uteri akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi plasenta dan mengurangi perdarahan. Luka bekas lekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total. Selama 1-2 jam pertama post partum, intensitas kontraksi uterus dapat berkurang dan menjadi teratur. Oleh karena itu, penting sekali untuk menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini. Suntikan oksitosin biasanya diberikan secara intraven atau intramuskulaer, segera setelah kelahiran bayi lahir akan merangsang pelepasan oksitosin karena isapan bayi pada payudara. 2). Lokhea Lokhea adalah ekresesi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokhea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya proses involusi. a) Lokhea dibagikan menjadi 3 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya : (1). Lokhea Rubra/Merah Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post partum cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
Universitas Sumatera Utara
(2). Lokhea Sanguinolentha Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum (3). Lokhea serosa Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14 (4). Lokhea alba/putih Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum. 3). Perubahan pada serviks Perubahan yang terjadi pada servuks ialah bentuk serviks agak menganga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin. Serviks berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh dengan pembuluh darah. Konsentensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan yang kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama berdilatasi maka serviks tidak akan pernah kembali lagi ke keadaan seperti sebelum hamil. Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir, tangan dapat masuk kedalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. pada minggu ke-6 post partum, seviks sudah menutup kembali
Universitas Sumatera Utara
2). Vulva dan Vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali pada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsurangsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol. Pada masa nifas, biasanya terdapat luka-luka jalan lahir. Luka pada vagina pada umumnya tidak seberapa luas dan akan sembuh secara perpriman ( sembuh dengan sendirinya), kecuali apabila terjadi infeksi mungkin menyebabkan sellulitis yang dapat menjalar sehingga terjadi sepsis. 3). Perineum Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonus-nya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum hamil. d. Perubahan Sistem Pencernaan Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong pengeluaran cairan yang berlebih pada waktu persalinan, kurangnya saupan caitan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh. Supaya konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi, serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu makan
Universitas Sumatera Utara
e. Perubahan sistem perkemihan Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung. Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam post partum, kadar hormon estrogennya yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu. Dinding kandung kemih memperlihatkan oedem dan hyperemia, kadang-kadang oedem trigonum yang menimbulkan alostaksi dari uretra sehingga menjadi retensio uterine. Kandung kemih dalam masa nifas menjadi kurang sensitif dan kapasitas bertambah sehingga setia kali kencing masih tinggal urine residual (normal kurang lebih 15 cc). Dalam hal ini, sisa urine dan trauma pada kandung kemih sewaktu persalinan dapat menyebabkan infeksi. f. Perubahan sistem muskuloskeletal Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan secara berangsur- angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum
Universitas Sumatera Utara
menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan. Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik dikulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil, dinding abdomen masih agak lunak dan kendor untuk sementara waktu. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genetalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post partum, sudah dapat fisioterapi. g. Perubahan sistem endokrin 1) Hormon plasenta Hormon plasenta menurun denga cepat setelah persalinan HCG (Human Chorionic Gonadotropin ) menurun denga cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum. 2) Hormon Pituitary Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak menyusui, prolaktin akan menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah sehingga ovulasi terjadi. 3) Hypotalamik pituitary ovarium Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga dipengaruhi oleh faktor menyusui. Sering kali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan progesteron.
Universitas Sumatera Utara
4) Kadar estrogen Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga aktifitas prolaktin yang juga sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI (Air susu ibu ). h. Perubahan tanda vital 1). Suhu badan Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit (37,5-38 C) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila keadaan normal suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya pada hari ke 3 suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan Air susu ibu. Payudara menjadi bengkak dan berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada endometrium (mastitis, tractus genitalis, atau sistem lain). 2). Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali per menit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali permenit adalah abnormal dan hal ini akan menunjukkan adanya kemungkinan infeksi 3). Tekanan darah Tekanan darah biasanya tidak berubah . kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post partum dapat menandakan terjadinya pre eklamsi post partum.
Universitas Sumatera Utara
4). Pernapasan Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran pencernaan. i. Perubahan sistem kardio vaskuler Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uteri. Penarikan kembali estrogen
menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat
sehingga mengurangi volume plasenta kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini, ibu banyak sekali jumlah urine. Hilangnya pengesteran membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma masa persalinan . Pada persalinan,vagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml, sedangkan pada persalinan pada sectio caesarea, pemgeluaran dua kali lipatnya. Perubahan terdiri dari volume darah dan kadar Hmt (haematokrit). Setelah persalinan, shunt akan hilang tiba-tiba. Volume darah ibu akan relatif bertambah keadaan ini akan menyebabkan pada jantung dan akan menimbulkan decompensatio cordis pada pasien dengan vitum cardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan tumbuhnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali pada sedia kala. Umumnya ini terjadi pada 3-5 hari post partum. j. Perubahan sistem hematologi Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma, serta faktor-faktor pembekuan darah makin meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun, tetapi darah akan semakin
Universitas Sumatera Utara
mengental sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukotositosis yang meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama proses persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari post partum. Jumlah sel darah tersebut masih dapat naik lagi sampai 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologi jika wanita tersebut mengalami persalinan yang lama. Jumlah Hb,Hmt, dan erytrosit sangat bervariasi pada saat awal-awal masa post partum sebagai sebagai akibat volume darah, plasenta, dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut. Selama kelahiran dan post partum, terjadi kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan Hmt dan Hb pada hari ke-3 sampai hari ke-7 post partum, yang akan kembali normal dalam 4-5 minggu post partum. k. Perubahan komponen darah Pada masa nifas terjadi perubahan komponen darah, misalnya jumlah sel darah putih akan bertambah banyak. Jumlah sel darah merah dan Hb akan berfluktasi, namun dalam satu minggu pasca persalinan biasanya semuanya akan kembali pada keadaan semula. Curah jantung atau jumlah darah yang dipompa oleh jantung akan tetap tinggi pada awal masa nifas dan dalam 2 minggu akan kembali normal. 2. Bounding Attachment a. Pengertian Bounding attachment dapat dimulai pada saat persalinan memasuki kala IV, dengan cara diadakan kontak antara ibu-ayah-anak yang berada dalam ikatan kasih sayang. Menurut Brazelton (1978), Bounding merupakan suatu ketertarikan mutual, pertama antar individu, misalnya orang tua dan anak pada saat pertama kali ketemu. Attachment adalah suatu perasaan menyayangi atau loyalitas yang meningkat
Universitas Sumatera Utara
individu dengan individu yang lain. Menurut Nelson & May (1996), attachment merupakan ikatan antara individu meliputi pencurahan perhatian serta adanya hubungan emosi dan fisik yang akrab. Menurut Klaus, Kennel (1992), Bounding attachment bersifat unik, spesifik dan bertahan lama. Ikatan orang tua terhadap anaknya dapat terus berlanjut bahkan selamanya walau dipisah oleh jarak dan waktu dan tanda-tanda keberadaan secara fisik tidak terlihat. Menurut Saxton dan Pelikan (1996), Bounding adalah suatu langkah untuk mengungkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir, sedangkan attachment adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu. Jadi menurut Maternal Neonatal Health, Bounding attachment adalah kontak dini secara langsung antara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada saat persalinan kala III sampai dengan post partum ( Muslihatun 2010). b. Faktor-faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya proses Bounding Attachment 1) Kesehatan Emosional orang tua Orang tua mengharapkan kehadiran sang anak dalam kehidupannya tentu akan memberikan respon emosi yang berbeda dengan orang tua yang tidak menginginkan kelahiran bayi tersebut.respon emosi yang positif dapat membantu terjadinya bounding attachment ini. 2). Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak. Dalam berkomunikasi dan keterampilan merawat anak, oraang tua satu dengan orang tua yang lain tentu tidak sama tergantung dengan kemampuan yang dimiliki
Universitas Sumatera Utara
masing-masing. Semakin cakap orang tua dalam merawat bayinya maka akan semakin mudah pula bounding attachment terwujud. 3). Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan. Dukungan keluarga, teman terutama dari pasangan merupakan faktor yang juga penting untuk diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat akan memberikan suatau semangat/ dengan dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih sayang penuh kepada bayinya. 4). Kedekatan antara Orang tua dan anak Dengan menggunakan metode rooming in kedekatan antara kedua orang tua dan anak akan terjalin secara langsung dan menjadi cepatnya ikatan batin terwujud diantara keduanya. 5) Kesesuaian antara Orang tua dan anak ( keadaan anak, jenis kelamin) Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang lain ketika keadaan anak sehat/normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang diharapkan. c. Cara Untuk Melakukan Bounding Attachment 1). Sentuhan Sentuhan, atau indra praba, dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya. Penelitian telah menemukan suatu pola sentuhan yang hampir sama yakni suatu pengasuh memulai eksplorasi jari tangan kebagian kepala dan tungkai kaki. Tidak lama kemudian pengasuh mamakai telapak tangannya untuk mengelus badan bayi dan akhirnya memeluk dengan tangannya ( Rubin, 1963; Kennel, 1982; Tulman, 1985). Gerakan ini dipakai untuk menenangkan bayi.
Universitas Sumatera Utara
2) Kontak Mata Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan bayinya 3). Suara Saling mendengar dan meresponi suara antara orang tua dan bayinya juga penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang, sedangnkan bayi akan menjadi tanang dan berpaling kearah orang tua mereka saat orang tua mereka berbicara dengan suara bernada tinggi. 4). Aroma Perilaku lain yang terjalin antara orang tua dan bayinya ialah respon terhadap aroma/bau masing-masing. Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik (Porter, Cernoch, Perrly, 1983). Sementara itu bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya (Stainto, 1985). 5). Gaya Bahasa Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengna struktur pembicaraan orang dewasa. Bayi menggoyangkan tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakana suatu pola komunikasi efektif yang positif. 6) Rawat Gabung Rawat gabung meruapakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar anatara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan sikologis bayi
Universitas Sumatera Utara
selanjutnya. Karena kehangatan tubuh itu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkanoleh bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari. 7). Inisiasi Dini Setelah bayi lahir dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu. ia akan merangkak dan mencari puting susu ibunya dengan demikian dia melakukan reflek sucking. d. Prinsip-prinsip dan upaya meningkatkan bounding attachment 1) Dilakukan segera (menit pertama jam pertama). 2) Sentuhan orang tua pertama kali. 3) Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua dan anak. 4) Kesehatan emosional orang tua. 5) Terlibat memberikan hubungan dan proses persalinan. 6) Persiapan Post Natal Care sebelumnya. 7) Adaptasi. 8) Tingkat kemampuan, komunikasi, dan keterampilan untuk merawat anak. 9) Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman. 10) Fasilitas untuk kontak lebih lama. 11) Penekanan pada hal-hal positif. 12) Perawat maternitas khusus (bidan) 13) Libatkan anggota keluarga lainnya atau dukungan sosial dari keluarga teman dan pasangan. 14) Informasi bertahap mengenai bounding attachment Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).
Universitas Sumatera Utara
e. Manfaat bounding attachment 1) Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai,menumbuhkan sikap sosial. 2) Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi. Namun menurut Klaus, kennel (1982) ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini a) Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat. b) Reflek mengisap dilakukan dini. c) Pembentukan kekebalan aktif dimulai. d) Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak (Body warm (kehangatan tubuh); waktu pemberian kasih sayang; stimulasi hormonal). 3) Akan sangat berpengaruh positif pada pola prilaku dan kondisi psikologis bayi kelak f. Hambatan bounding attacment 1) Kurangnya support sistem. 2) Ibu dengan resiko (ibu sakit). 3) Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik). 4) Kehadiran bayi yang tidak diinginkan. g. Peran bidan dalam mendukung terjadinya bounding attachment 1). Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam pertama pasca kelahiran . 2). Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif tentang bayinya baik melalui sikap ucapan maupun tindakan. 3). Sewaktu pemeriksaan ANC bidan selalu mengingatkan ibu untuk menyentuh dan meraba perutnya yang semakin membesar. 4). Bidan mendorong ibu untuk selalu mengajak bidan berkomunikasi
Universitas Sumatera Utara
5). Ketika dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan salah satu cara bounding attachment dalam beberapa saat setelah kelahiran hendaknya bidan tidak benar-benar memisahkan ibu dan bayi melainkan bidan mampu untuk mengundang rasa penasaran ibu untuk mengetahui keadaan bayi dan ingin segera memeluk bayinya. Pada kasus bayi atau ibu beresiko, ibu dapat tetap melakukanj bounding attachment ketika ibu memberi ASI bayinya atau ketika mengunjungi bayi di ruang perinatal. h. Tahap-Tahap Bounding attachment 1) Perkenalan (acquintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayi nya. 2) Bounding (keterikatan) 3) Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain. Menurut Klaus, kenell (1982), bagian penting dari iktan ialah perkenalan i. Elemen-elemen bounding attachment 1) Sentuhan Sentuhan, atau indra praba, dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya. Penelitian telah menemukan suatu pola sentuhan yang hampir sama yakni suatu pengasuh memulai eksplorasi jari tangan kebagian kepala dan tungkai kaki. Tidak lama kemudian pengasuh mamakai telapak tangannya untuk mengelus badan bayi dan akhirnya memeluk dengan tangannya ( Rubin, 1963; Kennel, 1982; Tulman, 1985). Gerakan ini dipakai untuk menenangkan bayi.
Universitas Sumatera Utara
2) Kontak mata Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan bayinya (Kennel,1982). 3) Suara Saling mendengar dan meresponi suara antara orang tua dan bayinya juga penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang, sedangnkan bayi akan menjadi tanang dan berpaling kearah orang tua mereka saat orang tua mereka berbicara dengan suara bernada tinggi. 4) Aroma Perilaku lain yang terjalin antara orang tua dan bayinya ialah respon terhadap aroma/bau masing-masing. Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik (Porter, Cernoch, Perrly, 1983). Sementara itu bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya (Stainto, 1985). 5) Entrainment Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengna struktur pembicaraan orang dewasa. Bayi menggoyangkan tangan, mengangkat kepala, menendangnendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakana suatu pola komunikasi efektif yang positif. 6) Bioritme Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah ritme personal
Universitas Sumatera Utara
(Bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan prilaku yang responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan bayi untik belajar j. Repon ayah dan keluarga Sebagai ayah baru peran ayah tidak kurang rumitnya dibandingkan peran istri. Tentu sang ayah tidak mengadung sibayi selama sembilan bulan, tetapi harus membuat penyesuaian secara fisik dan emosi ketika watu persalina semakin dekat dan persiapan untuk bayi menjadi penting sekali. Disatu pihak ssang ayah mungkin merasa seolah-olah tidak ada hubungan dengan persalinan tetapi pada sisi lain adalah bayinya juga. Ketika bayi akhirnya lahir, sang ayah mungkin merasa sangat lega dan juga gembira serta gugup. Suatu menyaksikan kelahiran bayinya perasaan komitmen dan cinta membanjir kepermukaan menghilangkan kekhawatiran bahwa sang ayah tidak akan pernah mempunyai keterikatan dengan bayinya. Sang ayah juga merasakan penghargaan yang besar dan cinta kepada istri lebih dari pada sebelumnya. Pada waktu yang sama, merenungkan tanggung jawab untuk merawat bayi ini selama dua puluh tahun kedepan dapat membuat sang ayah lemah. Pendekatan terbaik adalah menjadi ayah seaktif mungkin, misalnya, saat isrinya melahirkan dirumahsakit, ayah mungkin ditempatkan didalam ruang rawat gabungsampai waktunya membawa bayi nya pulang kerumah. Ini akan membantu ayah merasa tidak seperti penonton tetapi lebih sebagai eserrta aktif.ayah akan mengenal bayinya dari permulaan juga memungkinkan ayah berbagi pengalaman emosional dengan istrinya.
Universitas Sumatera Utara
Tidak ada alasan mengapa seorang ayah tidak mampu melaksanakan pekerjaan sehari-hari mengurus rumah tangga dan anak sebaik itu. Reaksi orang tua dan keluarga terhadap bayi yang baru lahir\, beda-beda hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya reaksi emosi maupun pengalaman.masalah yang lain juga dapat berpengaruh, misalnya pada jumlah anak, keadaan ekonomi, dan lain-lain. Respon yang mereka perlihatkan pada bayi yang baru lahir ada yang pisitif dan ada juga yang negatif. 1) Respon positif Respon positif dapat ditunjukan dengan: a) Ayah dan keluarga menyambut kelahiran byinya dengan bahagia. b) Ayah bertambah giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan bayi dengan baik c) Ayah dan keluarga melibatkan diri dalam perawatan bayi. d) Persasaan sayang terhadap ibu yang telah melahirkan bayi. 2) Respon negatif a) Kelahiran bayi tidak diinginkan keluarga karena jenis kelamin yang tidak sesuai dengan keinginan. b) Kurang berbahagia karena kegagalan KB (Keluarga berencana) c) Perawatan ibu pada bayi yang berlebihan yang menyebabkan ayah kurang perhatian. d) Faktor ekonomi mempengaruhi perasaan kurang senang atau kekhawatiran dalam membina keluarga karena kecemasan dalam biaya hidupnya. e) Rasa malu baik bagi ibu dan keluarga karena anak lahir cacat f) Anak yang dilahirkan merupakan hasil hubungan zina, sehingga menimbulkan rasa malu danaib bagi keluarganya.
Universitas Sumatera Utara
k. Perilaku otang tua yang dapat mempengaruhi ikatan kasih sayang antara orang tua terhadap bayi baru lahir 1) Prilaku memfasilitasi a) Menatap, mencari ciri khas anak, b) Kontak mata c) Memberikan perhatian d) Menganggaap anak sebagai individu yang unik e) Menganggap anak sebagai anggota keluarga f) Memberikan senyuman g) Berbicara ataupun bernyanyi h) Menunjukkan kebanggaan pada anak i) Mengajak anak pada acara keluarga j) Memahami prilaku anak dan memenuhi kebutuhan anak k) Bereaksi positif terhadap prilaku anak. 2) Prilaku penghambat a) Menjauh dari anak, tidak memperdulikan kehadirannya, menghindar, menolak untuk menyentuh anak. b) Tidak menempatkan anak sebagai anggota keluarga yang lain, tidak memberikan nama pada anak. c) Menganggap anak sebagai sesuatu yang tidak disukai. d) Tidak menggenggam jarinya. e) Ter buru-buru dalam menyusui. f) Menunjukkan kekecewaan pada anak dan tidak memenuhi kebutuhannya.
Universitas Sumatera Utara
l. Respon orang tua terhadap bayinya dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu ; 1) Faktor internal Yang termasuk faktor internal antara lain genetika, kebudayaan yang mereka praktekkan dan menginternalisasikan dalam diri mereka, moral dan nilai, kehamilan sebelumnya, pengalaman yang terkait, pengidentifikasikan diri mereka sendiri mereka sendiri sebagai orang tua, keinginan menjadi orang tua yang telah diimpikan dan efek pelatihan selama kehamilan. 2) Faktor eksternal Yang termasuk faktor eksternal antara lain perhatian yang diterima selama kehamilan, melahirkan dan post partum, sikap dan prilaku pengunjung dan apakah bayi terpisah dari orang tua selama satu jam pertama dan hari-hari dalam kehidupannya. m. Kondisi yang mempengaruhi sikap orang tua terhadap bayi 1) Kurang kasih sayang 2) Persaingan tugas sebagai orang tua Orang tua yang sudah mempunyai pengalaman merawat anak-anaknya lebih yakin melaksanakan peran orang tua dari pada mereka yang tidak mempunyai pengalaman merawat anak-anak. 3) Pengalaman melahirkan Sikap ibu pada bayi akan lebih menyenangkan kalau pengalaman melahirkan relative lebih mudah daripada pengalaman lahir yang lama, sukar dan disertai komplikasi fisik.
Universitas Sumatera Utara
4) Kondisi fisik ibu setelah melahirkan Semakin cepat kesehatan ibu pulih setelah melahirkan, semakin menyenangkan sikapnya terhadap bayi dan semakin yakin ia pada kemampuan untuk melaksanakan peran ibu secara memuaskan. 5) Cemas tentang biaya 6) Cacat atau kelainan pada bayi 7) Penyesuaian diri bayi pasca natal 8) Tangisan bayi 9) Gelisah tentang kehidupan bayi
Universitas Sumatera Utara