BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1.
Manajemen Strategi Manajemen strategik merupakan suatu proses yang dinamik karena
berlangsung secara terus-menerus dalam suatu organisasi. Setiap strategi selalu memerlukan peninjauan ulang dan bahkan mungkin perubahan di masa depan. Salah satu alasan utama mengapa demikian halnya ialah karena kondisi yang dihadapi oleh satu organisasi, baik yang sifatnya internal maupun eksternal selalu berubah-ubah pula. Dengan kata lain strategi manajemen dimaksudkan agar organisasi menjadi satuan yang mampu menampilkan kinerja tinggi karena organisasi yang berhasil adalah organisasi yang tingkat efektifitas dan produktivitasnya makin lama makin tinggi. Manajemen
strategik
berkaitan
dengan
upaya
memutuskan
persoalan strategi dan perencanaan, dan bagaimana strategi tersebut dilaksanakan dalam praktek. Manajemen strategik dapat dipandang sebagai hal yang mencakup tiga macam elemen utama. Terdapat adanya analisis strategik dimana penyusun strategi (strategis) yang bersangkutan berupaya untuk memahami posisi strategik organisasi yang bersangkutan. Terdapat pula adanya pilihan strategik yang berhubungan dengan perumusan aneka macam arah tindakan, evaluasi, dan pilihan antara mereka. Akhirnya terdapat
pula
implementasi
strategi
yang
berhubungan
dengan
merencanakan bagaimana pilihan strategi dapat dilaksanakan.
10
Ketiga macam pendekatan dirangkumkan dalam gambar berikut: Analisis Strategik
Pilihan Strategik
Implementasi Strategi
Gambar (01): Sebuah Model Dasar Dari Proses Manajemen Strategik
Don Harvey dalam bukunya yang berjudul: ”Business policy and Strategic Management”, menyatakan pandangan-pandangan berikut tentang manajemen strategik. Manajemen strategik berhubungan dengan proses memilih strategi dan
kebijakan
dalam
rangka
upaya
memaksimasi
sasaran-sasaran
organisasi yang bersangkutan. Manajemen strategik meliputi semua aktivitas yang menyebabkan timbulnya perumusan sasaran-sasaran organisasi, strategi-strategi dan pengembangan rencana-rencana, tindakan-tindakan dan kebijakan untuk mencapai sasaran-sasaran strategik tersebut untuk organisasi yang bersangkutan secara total. Adapun fokus manajemen strategik adalah pada lingkungan eksternal dan pada operasi-operasi pada masa datang. Manajemen strategik mendeterminasi arah jangka panjang organisasi yang bersangkutan dan menghubungkan sumber-sumber daya organisasi yang ada dengan peluang-peluang pada lingkungan yang lebih besar.1 Manajemen Strategis (Strategic Management) merupakan kumpulan keputusan
dan
tindakan
yang
digunakan
dalam
penyusunan
dan
implementasi strategi yang akan menghasilkan kesesuaian superior yang
1
Nisjar, Karhi & Winardi. (1997;85). Manajemen Strategik.
11
kompetitif antara organisasi dan lingkungannya, untuk meraih tujuan organisasi. Menurut Fred R. David, manajemen strategik adalah seni dan ilmu untuk ’formulasi-implementasi dan evaluasi’ keputusan-keputusan yang bersifat lintas fungsional, yang digunakan sebagai panduan tindakan bagi fungsi SDM, pemasaran keuangan, produksi, dan lain-lain agar organisasi dapat mencapai tujuannya. Keputusan-keputusan yang bersifat lintas fungsional inilah yang dapat ditafsirkan sebagai strategi. PERUMUSAN STRATEGI & PERENCANAAN TINDAKAN
PERBAIKAN RUMUSAN/ IMPLEMENTASI STRATEGI
MANAJEMEN STRATEGIK
IMPLEMENTASI STRATEGI
EVALUASI DAN PENGENDALIAN STRATEGI
Gambar (02): Manajemen Strategik PDCA
Manajemen strategik juga dapat dipandang sebagai proses untuk mengelola strategi agar rumusan strategi dapat dijalankan dengan baik sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Seperti kegiatan manajemen yang lain, kegiatan mengelola strategi perlu kegiatan PDCA (PlanningDoing-Controlling-Actuating), sehingga keseluruhan kegiatan manajemen strategi menjadi seperti yang ditunjukkan oleh gambar, manajemen srategik-
12
PDCA, yaitu terdiri dari kegiatan Perumusan Strategi, Pelaksanaan atau Implementasi Strategi, Evaluasi dan Pengendalian Strategi serta Tindakan Perbaikan
terhadap
Rumusan
dan
Implementasi
Strategi.
Dengan
manajemen strategi tersebut diharapkan strategi benar-benar dapat dikelola sehingga
strategi
dapat
diimplementasikan
untuk
mewarnai
dan
mengintegrasikan semua keputusan dan tindakan dalam organisasi. Dengan demikian manajemen strategik dapat didefinisikan sebagai berikut: ”Manajemen strategik adalah proses mengelola strategi yang terdiri dari
tahapan
perumusan-implementasi-evaluasi/pengendalian-perbaikan
strategi, dengan tujuan agar strategi dapat diimplementasikan sehingga mewarnai dan mengintegrasikan semua keputusan dan tindakan dalam organisasi”. Dua orang dari pakar Manajemen Strategis, A. Bakr Ibrahim dan Kamal Arghyed dalam Azhar Arsyad, (2003;26) mengemukakan definisi berikut: “Strategic Management is the systematic and continuous process of selecting, implementing, and evaluating strategic choices. These decisions must be congruent with the organization’s mission, objective, and internal and external capabilities, for they will set the tone for the entire organization.”2 Kata kunci dalam ungkapan di atas tidak terlepas dari kata strategy itu sendiri, misi, objektif, serta kapabilitas internal dan eksternal. Proses manajemen strategis menuntut para manajer untuk memeriksa dan mengontrol
situasi
lembaga
atau
perusahaannya
secara
periodik,
mengevaluasi misi dan tujuanya, menilai lingkungan eksternalnya ditinjau dari sudut situasi ekonomi, perubahan struktur, kompetisi, inovasi teknologi 2
Arsyad, Azhar (2003;26). Manajemen Pengetahuan Praktis Bagi Pimpinan & Eksekutif, Manajemen Strategik.
13
di samping menilai kemampuannya ke dalam, seperti sumber daya manusianya, kualitas produksi atau luarannya, keterampilan dan teknikteknik pemasarannya serta performan keuangan. Menurut Lawrence R. Jauch dan William F. Glueck (1997), Manajemen Strategis adalah: ”Sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi atau sejumlah strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan. Proses manajemen strategis adalah cara dengan jalan mana para pencari strategi menentukan sasaran dan pengambilan keputusan”.3 Sedangkan menurut Hunger, J. David dan Wheelen, Thomas L., (2003), Manajemen Strategis adalah: ”Serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang.”4 Menurut YIPD (2004), Manajemen Strategis adalah: ”Suatu cara pengelolaan organisasi atau program yang dilakukan dengan memperhatikan lingkungan eksternal dan lingkungan internal atau program tersebut. Dalam manajemen strategis terdapat dua bagian yang saling berhubungan yaitu perencanaan strategis dan pelaksanaan pengelolaan dari hasil perencanaan strategis tersebut.5
Anonim (2006), Manajemen Strategis adalah: ”Proses proses untuk membantu organisasi dalam mengidentifikasi apa yang ingin mereka capai, dan bagaimana seharusnya mereka mencapai hasil yang bernilai.6
Sedangkan menurut Pearce dan Robinson (1988), Manajemen Strategis adalah:
3 4 5 6
Purwanto, Iwan. (2007;75). Manajemen Strategi. Ibid. PB, Triton. Hal. 35. Ibid. Hal. 35. Ibid, Hal. 36.
14
”Kumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan dan penerapan strategi yang di desain untuk mencapai sasaran organisasi.7 Menurut Gunigle dan Moore (1994): ”Manajemen Strategis berkaitan dengan keputusan kebijakan yang akan mempengaruhi seluruh organisasi, mempengaruhi seluruh sasaran sehingga menempatkan organisasi untuk mengatasi lingkungannya secara efektif.8 Menurut Amstrong (2003): ”Manajemen Strategis berarti manajer melihat kemuka pada sesuatu yang akan dicapai di masa yang akan datang.9 Menurut Prof. Dr. Sondang P. Siagian, dalam bukunya ”Manajemen Strategik” definisi manajemen strategik adalah: ”Serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut”.10 Dari berbagai pengertian atau definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa Manajemen Strategik adalah suatu seni dan ilmu dari pembuatan (formulating),
penerapan
(implementing),
dan
evaluasi
(evaluating)
keputusan-keputusan strategis antar fungsi-fungsi yang memungkinkan sebuah
organisasi
mencapai
tujuan-tujuan
masa
datang
(Wahyudi,
1995;15).11 Dalam merumuskan suatu strategi, manajemen puncak harus memperhatikan berbagai faktor yang sifatnya kritikal. Pertama: Strategi berarti menentukan misi pokok suatu organisasi karena manajemen puncak 7 8 9 10 11
Ibid, Hal. 36. Ibid, Hal. 36. Ibid, Hal. 37. Siagian, Sondang P. (2005;15) Ibid. Nisjar, Karhi. Hal. 85.
15
menyatakan secara garis besar apa yang menjadi pembenaran keberadaan organisasi, filosofi yang bagaimana yang akan digunakan untuk menjamin keberadaan organisasi tersebut dan sasaran apa yang ingin dicapai. Yang jelas menonjol dalam dalam faktor pertama ini ialah bahwa strategi merupakan keputusan dasar yang dinyatakan sevara garis besar. Kedua: Dalam
merumuskan
dan
menetapkan
strategi,
manajemen
puncak
mengembangkan profil tertentu bagi organisasi. Profil dimaksud harus menggambarkan kemampuan yang dimiliki dan kondisi internal yang dihadapi oleh organisasi yang bersangkutan. Ketiga: Pengenalan yang tentang lingkungan dengan mana organisasi akan berinteraksi, terutama situasi yang membawa suasana persaingan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh organisasi apaila organisasi yang bersangkutan ingin tidak hanya mampu melaksanakan eksistensinya, akan tetapi juga meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerjanya. Keempat: Suatu strategi harus merupakan analisis yang tepat tentang kekuatan yang dimiliki oleh organisasi, kelemahan yang mungkin melekat pada dirinya, berbagai peluang yang mungkin timbul dan harus dimanfaatkan serta ancaman yang diperkirakan akan dihadapi. Dengan analisis yang tepat berbagai alternatif yang dapat ditempuh akan terlihat. Kelima: Mengidentifikasikan beberapa pilihan yang wajar ditelaah lebih lanjut dari berbagai alternatif yang tersedia dikaitkan dengan keseluruhan upaya yang akan dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Keenam: Menjatuhkan pilihan pada satu alternatif yang dipandang paling tepat dikaitkan sasaran jangka panjang yang dianggap mempunyai nilai yang paling stratejik dan diperhitungkan dapat dapat dicapai karena didukung oleh kemampuan dan
16
kondisi internal organisasi. Ketujuh: suatu sasaran jangka panjang pada umumnya mempunyai paling sedikit empat ciri yang paling menonjol, yaitu: (a) sifatnya yang idealistik, (b) jangkauan waktunya jauh ke masa depan, (c) hanya bisa dinyatakan secara kualitatif, dan (d) masih abstrak. Dengan ciriciri seperti itu, suatu strategi perlu memberikan arah tentang rincian yang perlu dilakukan. Artinya, perlu ditetapkan sasaran antara dengan ciri-ciri: (a) jangkauan waktu ke depan spesifik, (b) praktis dalam arti diperkirakan mungkin dicapai, (c) dinyatakan secara kuantitatif, dan (e) bersifat konkret. Kedelapan: Memperhatikan pentingnya operasionalisasi keputusan dasar yang dibuat dengan memperhitungkan kemampuan organisasi di bidang anggaran, sarana, prasarana, dan waktu. Kesembilan: Mempersiapkan tenaga kerja yang memenuhi berbagai persyaratan bukan hanya dalam arti kualifikasi teknis, akan tetapi juga keperilakuan serta mempersiapkan sistem manajemen sumber daya manusia yang berfokus pada pengakuan dan penghargaan harkat dan martabat manusia dalam organisasi. Kesepuluh: teknologi
yang
akan
dimanfaatkan
yang
karena
peningkatan
kecanggihannya memerlukan seleksi yang tepat. Kesebelas: Bentuk, tipe, dan struktur organisasi yang akan digunakan pun harus turut diperhitungkan, misalnya apakah akan mengikuti pola tradisional dalam arti menggunakan struktur yang hierarkiral dan piramidal, ataukah akan menggunakan struktur yang lebih datar dan mungkin berbentuk matriks. Keduabelas: Menciptakan suatu sistem pengawasan sedemikian rupa sehingga daya inovasi kreativitas dan diskresi para pelaksana kegiatan operasional tidak ”dipadamkan”. Ketigabelas: Sistem penilaian tentang keberhasilan atau ketidakberhasilan pelaksanaan strategi yang dilakuan berdasarkan serangkaian kriteria yang
17
rasional dan objektif. Keempatbelas: Menciptakan suatu sistem umpan balik sebagai instrumen yang ampuh bagi semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan strategi yang telah ditentukan itu untuk mengetahui apakah sasaran terlampaui, hanya sekedar tercapai atau bahkan mungkin tidak tercapai. Kesemuanya ini diperlukan sebagai bahan dan dasar untuk mengambil keputusan di masa depan. Dari pembahasan di atas kiranya jelas bahwa pada dasarnya yang dimaksud dengan strategi bagi manajemen organisasi pada umumnya ialah rencana berskala besar yang berorientasi jangkauan masa depan yang jauh serta ditetapkan sedemilkian rupa sehingga memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya dalam kondisi persaingan yang kesemuanya diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang bersangkutan.12
1.1. Proses Manajemen Strategi Manajemen strategi merupakan suatu proses yang terikat atau terdiri dari rangkaian tahap-tahap tersebut akan coba disederhanakan berdasarkan gambar (03) berikut:
12
Ibid. Siagian, Sondang P. Hal. 16.
18
Menganalisis Lingkungan Eksternal
Mengevaluasi yang ada saat ini: Misi Tujuan Strategi
Mengidentifikasi Faktor Strategis Peluang Ancaman
Menentukan dan Menetapkan Arah Organisasi
SWOT
Menganalisis Lingkungan Internal
Mengidentifikasi Faktor Strategis Kekuatan Kelemahan
Menyusun/ Merumuskan Strategi
Mengimplementasi Strategi
Umpan Balik Evalusi dan Pengendalian
Gambar (03): Proses Manajemen Strategi
a)
Perumusan strategi Tahapan manajemen strategik diawali dengan perumusan strategi.
Perumusan strategi adalah proses memilih Pola Tindakan Utama (strategi) untuk mewujudkan visi organisasi. Proses pengambilan keputusan untuk menetapkan strategi seolah merupakan konsekuensi mulai dari penetapan visi-misi-tujuan jangka panjang-swot-strategi. Kenyataannya perumusan strategi dapat dimulai dari mana saja, bisa dimulai dari SW, OT atau bahkan dari strategi itu sendiri. Namun yang terpenting, seperti yang ditunjukkan pada gambar (04), strategi dan kesesuaian; pilihan strategi akhirnya harus saling sesuai dengan Peluang-Ancaman yang ada, Kekuatan-Kelemahan yang dimiliki dan Tujuan (misi-visi-goal) yang ingin dicapai.
19
Tujuan (Misi-VisiGoal)
Kesesuaian (Strategi) Kondisi Internal (SW)
Kondisi Eksternal (OT)
Gambar (04): Strategi dan Kesesuaian
Strategi akan dirumuskan melalui tahapan utama sebagai berikut: 1) Analisis Arah, yaitu untuk menentukan visi-misi-tujuan jangka panjang yang ingin dicapai organisasi. 2) Analisis Situasi, yaitu tahapan untuk membaca situasi dan menentukan Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman yang akan menjadi dasar perumusan straetegi. 3) Penetapan Strategi, yaitu tahapan untuk identifikasi alternatif dan memilih strategi yang akan dijalankan organisasi.13 Untuk mencapai daya saing strategis dan memperoleh hasil sesuai dalam rencana organisasi, perusahaan harus menganalisa lingkungan eksternal, mengidentifikasi peluang dan ancaman dalam lingkungan tersebut, menentukan mana di antara sumber daya internal dan kemampuan yang dimiliki yang merupakan kompetensi intinya, dan memilih strategi yang cocok untuk diterapkan (strategic formulation). Suatu strategi merupakan
13
Tripomo, Tedjo, (2005;28). Manajemen Strategi
20
sejumlah tindakan yang terintegrasi dan terkoordinasi yang diambil untuk mendayagunakan kompetensi inti serta memperoleh keunggulan bersaing.14
b)
Analisis Lingkungan Analisis lingkungan adalah proses dalam manajemen strategi yang
bertujuan untuk memantau lingkungan perusahaan. Lingkungan perusahaan disini mencakup semua faktor baik yang berada di dalam maupun di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan yang diinginkan. Secara garis besar analisis lingkungan disini akan mencakup analisis mengenai lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan eksternal akan mencakup lingkungan umum dan lingkungan industri, sedangkan analisis internal akan mencakup analisis mengenai aktivitas perusahaan atau bisa juga analisis mengenai sumber daya, kapabilitas serta kompetensi inti yang dimiliki. Hasil dari analisis lingkungan ini setidaknya akan memberikan gambaran tentang keadaan perusahaan yang biasanya disederhanakan
dengan
metode
SWOT
(Strengths,
Weaknesses,
Opportunities, Threats) yang dimilikinya. Analisis eksternal akan memberikan gambaran tentang peluang dan ancaman (OT) sedangkan analisis lingkungan internal akan memberikan tentang keunggulan dan kelemahan (SW) dari perusahaan.
c)
Menentukan dan Menetapkan Arah Organisasi Setelah melakukan analisis lingkungan eksternal dan internal
diharapkan
kita
sudah
dapat
memiliki
gambaran
mengenai
posisi
perusahaan dalam persaingan, dimana diharapkan kita sudah mampu untuk 14
Haris, Amirullah, dan Budiyono (2004;118). Pengantar Manajemen.
21
mendefinisikan keunggulan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi
perusahaan
(SWOT
analysis).
Berdasarkan
informasi
ini
selanjutnya ditentukan dan ditetapkan ke arah mana perusahaan hendak di arahkan. Biasanya ada dua indikator utama yang digunakan untuk menentukan arah organisasi. Pertama adalah misinya, misi ini berfungsi sebagai reison d’etre, menjelaskan mengapa organisasi tersebut ada. Selain itu misi ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran yang baik tentang pelanggan, pasar, filosofi, citra, yang diinginkan dari masyarakat serta teknologi yang nantinya akan digunakan oleh perusahaan. Hal yang tak kalah
pentingnya
dalam
menentukan
arah
perusahaan
ini
adalah
menetapkan tujan yang diinginkan perusahaan, dimana tujuan ini biasanya merefleksikan target yang akan dicapai oleh organisasi. Sebelum sebuah misi dan tujuan ditentukan, perusahaan sebaiknya memiliki visi atau kita sebut sebagai strategic architecture. Strategic architecture, misi dan tujuan ini agar mantap dan optimal harus didorong oleh suatu strategic intent.
d)
Penetapan Visi dan Misi Objektif Menetapkan visi dimaksudkan untuk memberikan arah tentang akan
menjadi apa atau seperti apa organisasi atau perusahaan di masa yang akan datang, atau secara secara ringkas suatu pandangan ke depan tentang perusahaan atau organisasi. Crown Dirgantoro (2001;24) mendefenisikan visi sebagai: “Visi adalah pandangan yang jauh tentang perusahaan atau organisasi, tujuan-tujuan perusahan dan apa yang harus dilakukuan untuk mencapai tujuan tersebut”15
15
Dirgantoro,Crown, (2001;24). Manajemen Strategik Konsep, Kasus, dan Implementasi.
22
Misi akan secara spesifik lagi dibandingkan dengan visi. Misi secara spesifik menekankan tentang produk yang diproduksi, pasar yang dilayani, dan hal-hal lain secara spesifik berhubungan langsung dengan bisnis. Secara singkat visi memberi pejelasan tentang apa bisnis perusahaan. Objektif lebih kepada penetapan target secara spesifik dan sedapat mungkin terukur yang ingin dicapai perusahaan untuk jangka waktu tertentu atau target yang ingin dicapai.
e)
Formulasi Strategi Formulasi
berhubungan
strategi
dengan
adalah
menentukan
aktivitas-aktivitas yang
pencapaian
tujuan.
tersebut
aktivitas
dapat
dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu: Analisis strategi, perencanaan strategi, pemilihan strategi. Unuk dapat melakukan formulasi strategi dengan baik, maka ada ketergantungan yang erat dengan analisis lingkungan dimana formulasi strategi membutuhkan data dan informasi dari analisis lingkungan.16 Setelah melakukan analisis lingkungan dan menentukan ke mana organisasi akan diarahkan berdasarkan strategic architecture, misi dan tujuan yang telah ditetapkan, langkah selanjutnya adalah memastikan bahwa organisasi akan mencapai misi dan tujuan yang telah ditetapkan tadi. Untuk itulah maka perlu diformulasikan berbagai strategi atau cara untuk mencapai arah yang diinginkan tersebut. Formulasi strategi dalam hal ini adalah proses merancang dan menyeleksi berbagai strategi yang pada akhirnya menuntun pada pencapaian misi dan tujuan organisasi. Fokus utama dari strategi
16
Ibid. Dirgantoro,Crown, (2001;82).
23
organisasi adalah bagaimana menyesuaikan diri agar dapat lebih baik dan cepat bereaksi dibanding pesaing dalam persaingan yang ada.
f)
Perencanaan Tindakan Langkah pertama untuk mengimplementasikan strategi yang telah
ditetapkan adalah membuat perencanaan strategik. Inti dari apa yang ingin dilakukan
pada
tahapan
ini
adalah
bagaimana
membuat
rencana
pencapaian (sasaran) dan rencana kegiatan (program dan anggaran) yang benar-benar sesuai dengan arahan (misi-visi-goal) dan strategi yang telah ditetapkan organisasi. Program berisi tahapan-tahapan kegiatan yang merupakan urutan kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencapai sasaran strategik (the step-by step sequence of actions). Sedangkan dalam rumusan anggaran berisi rencana kegiatan/program (biasanya tahunan) yang disertai taksiran sumber daya
yang
diperlukan
untuk
menjalankan
semua
kegiatan
yang
direncanakan. Selain itu juga ditunjuk orang yang bertanggung jawab untuk melaksanakan rencana-rencana kegiatan. 1)
Program Program adalah pernyataan antivitas-aktivitas atau langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan perencanaan sekali pakai. Program melibatkan restrukturisasi perusahaan, perubahan budaya internal perusahaan, atau awal dari suatu usaha penelitian baru.
2)
Anggaran Anggaran adalah program yang dinyatakan dalam bentuk satuan uang, setiap program akan dinyatakan secara rinci dalam biaya, yang dapat
24
digunakan oleh manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan. Anggaran tidak hanya memberikan perencanaan rinci dari strategi baru dalam tindakan, tetapi juga menentukan dengan laporan keuangan performa yang menunjukkan pengaruh yang diharapkan dari kondisi keuangan perusahaan. 3)
Prosedur Prosedur yang kadang disebut Standard Operating System (SOP). Prosedur adalah sistem langkah-langkah atau tehnik-tehnik yang berurutan yang menggambarkan secara rinci bagaimana suatu tugas atau pekerjaan diselesaikan. Prosedur secara khusus merinci berbagai aktifitas yang harus dikerjakan untuk menyelesaikan program-program perusahaan.17
g)
Implementasi Strategi Setelah sebuah strategi diformulasikan, strategi tersebut harus
dikembangkan secara logis dalam bentuk tindakan. Tahap inilah yang disebut dengan implementasi strategi. Masalah implementasi ini cukup rumit, oleh karena itu agar penerapan strategi organisasi dapat berhasil dengan baik, manajer harus memiliki gagasan yang jelas tentang isu-isu yang berbeda dan bagaimana cara mengatasinya. Dalam tahap ini masalah struktur organisasi, budaya perusahaan dan pola kepemimpinan akan dibahas secara lebih mendalam. Implementasi mewujudkan
17
strategi
strategi dan
adalah
proses
kebijakannya
dimana
dalam
manajemen
tindakan
melalui
Hunger, J. David dan Wheelen, Thomas L. (2003;17). Manajemen Strategis.
25
pengembangan program, anggaran dan prosedur18. Tindakan pengelolaan bermacam-macam
sumber
daya
organisasi
dan
manajemen
yang
mengarahkan dan mengendalikan pemanfaatan sumber-sumber daya perusahaan (keuangan, manusia, peralatan dan lain-lain) melalui strategi yang dipilih. Implementasi strategi diperlukan untuk memperinci secara lebih jelas dan tepat bagaimana sesungguhnya pilihan strategi yang telah diambil direalisasikan.19
h)
Evaluasi dan Pengendalian Strategi Evaluasi dan pengendalian adalah proses yang melaluinya aktifitas-
aktifitas perusahaan dan hasil kinerja dimonitor dan kinerja sesungguhnya dibandingkan dengan kinerja yang diinginkan. Para manajer di semua level menggunakan informasi hasil kinerja untuk melakukan tindakan perbaikan dan
memecahkan
masalah.
Walaupun
evaluasi
dan
pengendalian
merupakan elemen akhir yang utama dari manajemen strategis, elemen itu juga dapat menunjukkan secara tepat kelemahan-kelemahan dalam implementasi strategi sebelumnya dan mendorong proses keseluruhan untuk dimulai kembali.20 Pengendalian strategik merupakan pengendalian yang mengikuti strategi
yang
sedang diimplementasikan,
mendeteksi
masalah
atau
perubahan yang terjadi pada landasan pemikirannya, dan melakukan penyesuaian yang diperlukan.21 Tahap pengendalian strategi ini merupakan suatu jenis khusus dari pengendalian organisasi yang berfokus pada
18 19 20 21
Ibid. Ibid. Ibid. Ibid.
Hal. 17. Haris, Amirullah, dan Budiyono. Hal.119. Hunger, J. David dan Wheelen, Thomas L. Hal. 19 Haris, Amirullah, dan Budiyono. Hal. 122
26
pemantauan dan pengevaluasian proses manajemen strategi, dengan maksud untuk memperbaiki dan memastikan bahwa sistem tersebut berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam tahap ini akan coba dievaluasi apakah implementasi strategi benar-benar sesuai dengan formulasi strategi atau tidak. Atau apakah asumsi-asumsi yang kita gunakan dalam analisis lingkungan masih valid atau tidak dan sebaliknya. Hasil dari tahap pengendalian strategi ini akan sangat bermanfaat dan akan menjadi input untuk proses manajemen strategi perusahaan selanjutnya. Dengan demikian perusahaan diharapkan akan tetap memiliki daya saing yang berkelanjutan dalam persaingan.22 Karena strategi diimplementasikan dalam suatu lingkungan yang terus berubah, implementasi yang sukses menuntut pengendalian dan evaluasi pelaksanaan. Sehingga jika diperlukan dapat dilakukan tindakan-tindakan perbaikan yang tepat.23
1.2. Pemeriksaan strategis Pemeriksaan strategis adalah bentuk pemeriksaan manajemen yang melihat perusahaan dalam perspektif luas dan menyediakan penilaian komprehensif terhadap situasi strategis perusahaan. Pemeriksaan strategis meliputi
aspek-aspek
utama
proses
manajemen
strategis
dan
menempatkannya dalam kerangka kerja pengambilan keputusan. Kerangka kerja tersebut terdiri dari delapan langkah yang saling berhubungan; 1.
Evaluasi hasil kinerja perusahaan saat ini dalam hal (1) tingkat pengembalian investasi, profitabilitas, dan sebagainya, dan (b) misi, tujuan, strategi, dan kebijakan saat ini;
22 23
Hari Purnomo, Setiawan & Zulkiefli Manysah. (2007;14). Manajemen Strategi. Ibid. Tripomo, Tedjo, Hal. 27.
27
2.
Pemeriksaan dan evaluasi terhadap manajer strategis perusahaan, yaitu dewan komisaris dan manajemen puncak;
3.
Pengamatan lingkungan eksternal untuk mencari faktor-faktor strategis yang merupakan kesempatan dan ancaman;
4.
Pengamatan lingkungan internal perusahaan untuk menentukan faktorfaktor strategis yaitu kekuatan dan kelemahan;
5.
Menganalisis faktor-faktor strategis (SWOT) untuk (a) menunjukkan dengan tepat masalah yang ada, dan (b) meninjau dan merevisi misi dan tujuan jika diperlukan;
6.
Membuat, menyeleksi, dan menyeleksi strategi alternatif terbaik berdasarkan analisis yang dilakukan pada langkah 5;
7.
Mengimplementasi strategi yang dipilih dengan dengan membuat program, anggaran, dan prosedur;
8.
Mengevaluasi strategi yang diimplementasi dengan menggunakan sistem umpan balik, dan mengendalikan berbagai aktivitas untuk memastikan penyimpangan minimal dari yang mereka rencanakan.
Gambar (05) menggambarkan proses pengambilan keputusan strategis, yang pada dasarnya mencerminkan pendekatan rasional untuk pengambilan
keputusan
strategis.
Pemeriksaan
strategis
membuat
pelaksanaan proses pengambilan keputusan strategis. Pemeriksaan tidak hanya menjelaskan bagaimana tujuan, strategi dan kebijakan dirumuskan sebagai keputusan strategis, tetapi juga bagaimana hal itu diimplementasi, dievaluasi, dan dikendalikan dengan program, anggaran, dan prosedur. Oleh karena itu, pemeriksaan strategis memampukan manajer memahami cara
28
yang lebih baik dimana berbagai wilayah fungsional saling berhubungan dan interdependen, dan cara dimana mereka memberikan kontribusi untuk mencapai misi perusahaan. Dengan demikian, pemeriksaan strategis sangat berguna bagi dewan komisaris dan manajemen puncak, yang pekerjaanya adalah mengevaluasi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Lampiran yang ada menunjukkan pemeriksaan strategis yang dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menganalisis kasus-kasus kebijakan yang kompleks dan untuk membuat keputusan strategis.24
24
Ibid. Hunger, J. David dan Wheelen, Thomas L. (2003;53)
29
Gambar (05): Proses Pengambilan Keputusan Strategis 3(a) Mengamati lingkungan eksternal - sosial - kerja
1(a) Mengevaluasi hasil kerja saat ini
1(b) Menguji dan mengevaluasi - Misi - Tujuan - Strategi - Kebijakan
3(b) Menyeleksi faktor-faktor strategi - peluang - Ancaman
2 Meninjau manajemen strategis - Dewan komisaris - Manajemen puncak
5(a) Menganalisis faktor strategi (SWOT) berdasarkan kondisi sekarang
4(a) Mengamati lingkungan internal - struktur - budaya - sumber daya
5(b) Meninjau dan merevisi jika perlu - misi - tujuan
6(a) Menghasilkan dan mengevaluasi hasil-hasil strategi
6(b) Menyeleksi dan merekomendasi alternatif yang terbaik
7 Menyeleksi faktor-faktor strategi - program - anggaran - prosedur
8 Evaluasi dan pengendalian
4(b) Menyeleksi faktor-faktor strategi - kekuatan - Kelemahan -
Perumusan Strategi: Langkah 1 - 8
Implementasi Strategi: Langkah 7
Evaluasi dan pengendalian: Langkah 8
Sumber: T.L. Wheelen dan D.J. Hunger, “Strategic Secision-making Process”. Hak cipta 1994 oleh Wheelen and hunger Associates. Dalam Wahyudi, Agustinus Sri, 1996. Manajemen Strategik, ”Pengantar Proses Berfikir Strategik”. Binarupa Aksara, Jakarta.
30
1.3. Sistem Perencanaan Strategis Menurut Bryson-Roering, perencanaan strategis merupakan suatu sistem
dimana
mengendalikan
manajer keputusan
membuat, penting
mengimplementasikan,
lintas
fungsi
dan
dan
level
dalam
perusahaan. Sistem perencanaan strategis harus menjawab
empat
pertanyaan mendasar yaitu kemana kita pergi (misi), bagaimana kita memperolehnya (strategi), apakah cetak biru tindakan kita (anggaran), dan bagaimana kita mengetahui jalur yang kita lalui (pengendalian). Pada
level
organisasi,
sistem
perencanaan
menyarankan
pertimbangan manajemen tradisional berhubungan dengan maksud (tujuan dan sasaran), kebijakan dan perencanaan program, alokasi sumber daya, dan evaluasi hasil. Mekanisme perencanaan formal mengantarkan suatu elemen dari rasionalitas komprehensif yang secara inheren atraktif pada pejabat pemerintah negara bagian. Meskipun beberapa pengamat memandang pendekatan perencanaan sesuai dengan sektor publik dan memperhatikan metode perencanaan formal sebagai kekuatan, kendala yang dipaksakan pada jurisdiksi. Bryson (1999) mengusulkan suatu proses perencanaan stratejik untuk organisasi nirlaba dan pemerintahan, yang mencakup langkah-langkah sebagai berikut:
31
(Gambar 06)
Bryson, J. M. Strategic Planning for Public and Nonprofit Organizations. Jossey-Bass Publishers, San Francisco. 1999.
Menurut John M. Bryson (1999;21) langkah-langkah yang dimaksud adalah: 1.
Identifikasi mandat organisasi
2.
Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi
3.
Penilaian terhadap lingkungan eksternal
4.
Penilaian terhadap lingkungan internal
5.
Identifikasi isu-isu strategis yang dihadapi organisasi
32
6.
Merumuskan strategi untuk mengelola isu strategis
7.
Penetapan visi organisasi yang efektif dan efesien. 25
2.
Tinjauan tentang Strategi Kata strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti "Seni
berperang"
atau
kepemimpinan
dalam
ketentaraan.
Suatu
strategi
mempunyai dasar-dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi pada dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan yang berarti. Pengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana dikemukakan oleh para ahli dalam buku karya mereka masing-masing. Bryson (1988;163) menjelaskan tentang strategi sebagai berikut: "Strategi dapat dipikirkan sebagai suatu pola tujuan, kebijakan, program, tindakan, keputusan, atau alokasi sumberdaya yang menunjukkan jatidiri suatu organisasi, hal-hal yang dilakukannya, dan alasan melakukan hal-hal tersebut. Dengan demikian, strategi merupakan perluasan dari misi untuk menjembatani antara organisasi tersebut dengan lingkungannya. Strategi umumnya dibuat untuk menanggapi isu strategis, yaitu merupakan garis besar tanggapan organisasi tersebut terhadap pilihan kebijakan yang fundamental. (Bila pendekatan tujuan umum yang dipakai, maka strategi dirumuskan untuk mencapai tujuan tersebut; dan bila pendekatan visi yang dipakai, maka strategi dikembangkan untuk mencapai visi tersebut)." 26 Menurut Barry dalam Tedjo Tripomo (2005;17) menyatakan bahwa: ”Strategi adalah rencana tentang apa yang ingin dicapai atau hendak menjadi apa suatu organisasi di masa depan (arah) dan bagaimana cara mencapai keadaan yang diinginkan tersebut (rute)”.27
25
26
27
Bryson, John M. Perencanaan Strategis untuk Organisasi Publik dan Nirlaba: Sebuah Panduan untuk Memperkuat dan Mempertahankan Prestasi Organisasi, rev. ed. (San Francisco: Jossey-Bass, 1999), 2144. Bryson, J.M. 1988;163. Strategic Planning for Public and Nonprofit Organizations. Jossey-Bass, San Fransisco, CA. Ibid. Hal. 17.
33
Sedangkan menurut Bateman dalam Tedjo Tripomo (179): ”Strategi adalah pola tindakan dan alokasi sumber daya yang dirancang untuk mencapai tujuan organisasi”.28 Menurut Amstrong dalam Chandler (2003;37): ”Strategi adalah penetapan tujuan dasar jangka panjang dan sasaran perusahaan, dan penerapan serangkaian tindakan, serta alokasi sumber daya yang penting untuk melaksanakan sasaran ini”.29 Sedangkan menurut Jhonson dan Scholes (1993): ”Strategi adalah arah dan cakupan organisasi yang secara ideal untuk jangka yang lebih panjang, yang menyesuaikan sumber dayanya dengan lingkungan yang berubah, dan secara khusus, dengan pasarnya, dengan pelanggan dan kliennya untuk memenuhi harapan stakeholder”.30
Menurut Stephanie K. Marrus, seperti yang dikutip Sukristono (1995) dalam Husein Umar (2003;31) strategi didefinisikan sebagai: ”Suatu proses penentuan rencana pada pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai”.31 Selain definisi-definisi strategi yang sifatnya umum, ada juga yang lebih khusus, misalnya dua orang pakar strategi, Hamel dan Prahalad (1995) dalam Husein Umar (2003;31), mereka mendefinisikan strategi yang terjemahannya seperti berikut ini: "Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi".32
28 29 30 31 32
Ibid, Hal. 17. Ibid. PB, Triton. Hal. 14. Ibid, Hal. 15. Umar, Husein (2003;31). Strategic Manajemen In Action. Ibid. Hal. 31.
34
Pandji Anoraga (2000;338) dalam bukunya Manajemen Bisnis memaparkan definisi strategi masing-masing menurut: 1. Kamus Saku Oxford: Strategi merupakan seni perang, khususnya perencanaan garakan pasukan, kapal dan sebagainya menuju posisi yang kayak; rencana tindakan atau kebijakan dalam bisnis atau politik dan sebagainya. 2. Alfred Chandler (1962): Strategi adalah penetapan sasaran dan tujuan jangka panjang sebuah perusahaan, dan arah tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan itu. 3. Buzzel & Gale (1987): Strategi adalah kebijakan dan keputusan kunci yang digunakan oleh manajemen, yang memiliki dampak besar pada kinerja keuangan. Kebijakan dan keputusan ini biasanya melibatkan komitmen sumber daya yang penting dan tidak dapat diganti dengan mudah. 4. Kenneth Andrew (1971): strategi adalah pola sasaran, maksud atau tujuan dan kebijakan, serta rencana-rencana penting untuk mencapai tujuan itu, yang dinyatakan dengan cara seperti menetapkan bisnis yang dianut oleh perusahaan, dan jenis atau akan menjadi jenis apa perusahaan itu.33 Griffin (2000) dalam Ernie Tisnawati Sule, Kurniawan Saefullah (2004;132) mendefinisikan strategi sebagai: "Rencana komprehensif untuk mencapai tujuan organisasi (Strategy is a comprehensive plan for accomplishing an organization's)".34 Sedangkan Crown Dirgantoro (2001;5) menyatakan definisi strategi sebagai berikut: “Strategi adalah hal yang menetapkan arah kepada manajemen dalam arti orang tentang sumber daya dalam bisnis dan tentang bagaimana mengidentiikasikan kondisi yang memberikan keuntungan terbaik untuk membantu memenangkan persaingan dalam pasar”35
33 34 35
Anoraga, Pandji, (2000;338). Manajemen Bisnis. Sule, Ernie Tisnawati, dan Saefullah, Kurniawan, (2004;132). Pengantar Manajemen Edisi Pertama. Ibid. Dirgantoro, Crown. Hal. 5.
35
Menurut Tedjo Tripomo (2005;17): “Strategi adalah kerangka atau rencana yang mengintegrasikan tujuan-tujuan (goals) kebijakan-kebijakan (policies), dan tindakantindakan/program (programs) organisasi”36 Sedangkan menurut Karyoso (2005;70): ”Strategi ialah suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungannya yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan”.37
2.1. Pilihan Strategik Tujuan pemilihan
strategi
adalah
untuk
menjamin
ketepatan
pencapaian sasaran. Suatu rancangan strategi dapat dipilih untuk menutup kesenjangan dalam mencapai sasaran. Berkenaan dengan pilihan strategik maka akan dikaji penentuan pilihan melalui matriks kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats matrix), melalui cara ini suatu organisasi dapat memandang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman sebagai suatu kesatuan yang integral dalam perumusan strategi. Para pakar pada umumnya sependapat bahwa jenis pendekatan sebagai instrumen untuk menilai berbagai faktor yang harus diperhitungkan oleh organisasi dalam melakukan analisis yang bersifat strategik umumnya melakukan analisis SWOT. Lundberg, (1997) menjelaskan bahwa proyekproyek organisasi harus dilaksanakan setelah ditentukan tujuan dan sasaran-sasaran strategis. Suatu strategi adalah suatu rencana yang direkayasa untuk menyelesaikan suatu misi. Misi itu harus direncakan dalam parameter-parameter strength (S, kekuatan) dan weakness (W, kelemahan) 36 37
Ibid. Tripomo, Tedjo. Hal. 17. Karyoso. (2005;70). Manajemen Perencanaan dan Penganggaran.
36
dari organisasi, opportunities (O, kesempatan) dan threats (T, ancaman) dalam lingkungan.38 Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (stengths), dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). SWOT/TOWS matriks merupakan machine tool yang membantu para manajer mengembangkan empat tipe strategi, matriks ini dinilai mampu menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh organisasi harus disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategik, seperti pada diagram sebagai berikut: Peluang 1. Aggresive Strategy
3. Turn Around Strategy
Kelemahan
Kekuatan
2. Diversification Strategy
4. Defensive strategy
Ancaman
Gambar (07): Diagram Analisis SWOT39
Kuadran 1
: Ini
merupakan situasi
yang sangat menguntungkan.
Organisasi tersebut memiliki peluang dan kekuatan, sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Kuadran 2
: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang
38 39
Lundberg (1997) dalam: I Wayan Geriya, Diplomasi Keunggulan Budaya. Ibid. Sule, Ernie Tisnawati, dan Saefullah, Kurniawan. Hal:137.
37
harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang. Kuadran 3
: Organisasi menghadapi peluang yang sangat besar, akan tetapi
di
lain pihak
menghadapi
beberapa kendala
/kelemahan internal. Kuadran 4
: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, organisasi tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
SWOT matriks menggambarkan berbagai alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh organisasi yang didasarkan pada hasil analisis SWOT. Dalam analisa SWOT dapat menghasilkan 4 (empat) kemungkinan strategi alternatif yang dikenal dengan Strategi Strength-Opportunities (SO), Strategi Weaknesses-Opportunities (WO), Strategi Strength-Threats (ST), Strategi Weaknesses-Threats (WT). 1)
Pada kuadran I strategi SO; adalah strategi yang digunakan organisasi dengan
memanfaatkan
dimiliki/Strengths
(S)
atau
mengoptimalkan
untuk
kekuatan
memanfaatkan
yang
berbagai
peluang/Opportunity (O). 2)
Pada kuadran III strategi WO; adalah strategi yang digunakan organisasi dengan seoptimal mungkin meminimalisir kelemahan/Weaknesses (W) yang ada untuk memanfaatkan berbagai peluang/Opportunity (O).
3) Pada kuadran II strategi ST; adalah strategi yang digunakan organisasi dengan meanfaatkan atau mengoptimalkan kekuatan/Strengths (S)
38
untuk mengurangi berbagai ancaman/Threats (T) yang mungkin melingkupi organisasi. 4)
Pada kuadran IV strategi WT; adalah strategi yang digunakan untuk mengurangi kelemahan/Weaknesses (W) dalam rangka meminimalisir ancaman/Threats (T).
Untuk mempermudah teknik analisis lingkungan eksternal dalam SWOT digunakan external factor evaluation (EFE), sedangkan analisis llingkungan internal akan memberikan gambaran tentang keunggulan dan kelemahan SW dari organisasi. Untuk mempermudah teknik analisis lingkungan internal dalam SWOT digunakan internal factor evaluation (IFE), oleh sebab itu, sebelum melakukan analisis SWOT seharusnya dilakukan EFE dan IFE atau yang lebih dikenal dengan EFE matriks dan IFE matriks. Adapun matriks alternatif strategi tersebut dapat dilihat pada tabel (01) sebagai berikut: Matriks SWOT Empat Kemungkinan Alternatif Strategi INTERNAL EKSTERNAL P e lua ng ( O pp or t uni t i es) Tentukan 5 - 10 faktor peluang Ancaman (Threats) Tentukan 5-10 faktor ancaman
Kekuatan (Stengths) Tentukan beberapa faktor yang merupakan kekuatan Strategi SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
K elem ahan ( W ea kn es se s) Tentukan beberapa faktor yang menjadi kelemahan Strategi WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Strategi WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber: Rangkuti, 2006
2.2. Model-model Perumusan Strategi Berdasarkan penelitiannya terhadap pimpinan eksekutif, Henry Mintzberg dari University Mc Gill, dalam artikel ”Tiga Model Pembuatan
39
Strategi” telah meneliti proses pembuatan strategi dalam ekonomi, kebijakan publik dan manajemen. Dia mengemukakan bahwa misi, tujuan, dan strategi perusahaan sangat berpengaruh terhadap persepsi manajemen puncak. Persepsi tersebut menentukan pendekatan atau cara yang digunakan CEO dan stafnya dalam perumusan strategi. Mintzberg menyimpulkan bahwa terdapat tiga model pembuatan strategi, yaitu: a.
Model Entrepreneur/Cara Wirausaha (Entrepreneurial Mode) Satu individu yang sangat hebat merumuskan strategi. Fokusnya
pada kesempatan, dan masalah adalah nomor dua. Strategi dikendalikan oleh arahan visi pendirinya sendiri dan ditunjukkan secara menyeluruh, dengan keputusan-keputusan yang tegas. Sasaran dominannya adalah pertumbuhan perusahaan. Dalam model ini pimpinan (CEO) sangat aktif mencari peluang-peluang baru sehingga pimpinan, yang mempunyai kekuatan dalam bisnis, berani mengambil resiko tinggi dalam saat-saat krisis daripada hanya mengandalkan pada alternatif yang aman. Model ini biasanya digunakan oleh perusahaan yang masih muda atau kecil dengan tujuan utama adalah pertumbuhan. (Dikendalikan satu orang, produk yang dihasilkan terbatas, evaluasi strategik bersifat informal, intuitif dan terbatas). b.
Model Penyesuaian/Cara Adaptif (Adaptive Mode) Strategi ini kadang-kadang disebut ”mengatasi”, dan cara ini
bercirikan pemecahan yang bersifat reaktif dalam menghadapi masalah yang ada daripada proaktif mencari kesempatan-kesempatan baru. Banyak persetujuan terjadi dengan memperhatikan prioritas tujuan. Strateginya terfragmentasi dan dikembangkan untuk menjalankan perusahaan dalam langkah-langkah inkremental ke depan. Model ini dicirikan oleh pembuatan
40
strategi sebagai reaksi dari timbulnya suatu masalah, sehingga pembuat strategi harus fleksibel dan mudah beradaptasi pada lingkungan yang dinamis dan komplek. (Identifikasi dan evaluasi strategi terkait dengan strategi yang sedang diterapkan). c.
Model Perencanaan/Cara Perencanaan (Planning mode) Para analis mendapat tanggung jawab utama dalam perumusan
strategi. Perencanaan strategis meliputi pencarian kesempatan-kesempatan baru yang dilakukan secara proaktif dan pemecahan yang bersifat reaktif terhadap masalah yang ada. Analisis komprehensif secara sistematis digunakan untuk mengembangkan strategi-strategi yang menyatukan berbagai
proses
pengambilan
keputusan
perusahaan.
Model
ini
menitikberatkan pada analisa sistematis yang dilakukan berdasarkan analisa biaya dan keuntungan. Perencanaan strategi jangka panjang dibuat pada saat lingkungan berada dalam keadaan yang stabil. Tujuan dari perusahaan yang menganut model ini adalah efisiensi dan pertumbuhan (Sistem perencanaan formal yang menyeluruh (komprehensif) pada seluruh lapisan perusahaan).40
Dalam
cara
wirausaha,
manajemen
puncak
percaya
bahwa
lingkungan merupakan kekuatan yang dapat digunakan dan dikendalikan. Dalam cara adaptif, manajemen menganggap bahwa lingkungan telalu kompleks
untuk
dimengerti
sepenuhnya.
Dalam
cara
perencanaan,
manajemen berasumsi bahwa pengamatan dan analisis sistemaik terhadap lingkungan
dapat
memberikan
pengetahuan
yang
diperlukan
untuk
mempengaruhi lingkungan bagi keuntungan perusahaan. Penggunaan cara 40
Ibid. Henry Mintzberg dalam Wahyudi, Agustinus Sri. Hal. 100.
41
perencanaan khusus mencerminkan persepsi manajemen puncak terhadap lingkungan perusahaan. Penggolongan manajemen puncak perusahaan menurut tiga cara perencanaan tersebut, memberikan pemahaman tentang bagaimana dan mengapa keputusan-keputusan penting dibuat. Keputusankeputusan tersebut perlu dilihat dari sudut pandang misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan, untuk mengetahui cara-cara yang paling cocok.41
3.
Tinjauan tentang Pariwisata/Teori Pariwisata
3.1. Definisi Pariwisata Kosa kata pariwisata berasal dari kata "pari" yang berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar dan "Wisata" artinya bepergian atau perjalanan. Jadi, pariwisata berarti suatu kegiatan perjalanan atau bepergian yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lain, dengan tujuan bermacam-macam. Pada sisi lain Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usahausaha yang terkait di bidang tersebut. Istilah pariwisata dicetuskan oleh Presiden RI, Ir. Soekarno tangal 14 Juni 1958 dalam penutupan Musyawarah Nasional Tourism II di Gedung Pemuda Surabaya. Presiden menanyakan kata apa yang tepat untuk pengganti tourisme kepada Menteri P & K Dr. Pryono. Menteri menjawab, untuk antardaerah/kota dipakai kata darmawisata dan untuk antar benua dipakai kata Pariwisata. Di dalam makna yang umum kepariwisataan (tourism) terambil dari kata tour atau perjalanan. Menurut kamus Encarta, tour-ism 1. The visiting of places away from home for pleasure. 2. The business of organizing travel and services for people traveling for pleasure. Tourisme berarti: (1) 41
Ibid. Hunger, J. David dan Wheelen, Thomas L. Hal: 9.
42
kunjungan ke suatu atau beberapa tempat yang jauh dari rumah untuk kesenangan: (2) urusan yang berhubungan dengan penyelenggaraan dan pelayanan bagi orang yang melakukan perjalanan untuk kesenangan.42 Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan Bab I (Ketentuan Umum) Pasal 1 Dalam UndangUndang ini yang dimaksud dengan: a.
Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
b.
Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
c.
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
d.
Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.
e.
Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
42
Shofwan Karim Elha. Pembangunan Kepariwisataan Sumatera Barat: Pengembangan Potensi Wisata Budaya.
[email protected].
43
f.
Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
g.
Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
h.
Pengusaha Pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata.
i.
Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.
j.
Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya,
pemberdayaan
sumber
daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.43
Menurut Oka A. Yoeti (2000; 21) Pariwisata adalah: “Suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ketempat lain dengan tujuan bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata menikmati perjalanan tersebut.”44
43 44
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN Yoeti, Oka A. 2000. Ekowisata Pariwisata Berwawasan Lingkungan Hidup. Jakarta.
44
3.2. Jenis-jenis Wisata Wisata berdasarkan jenis-jenisnya dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu: 1.
Wisata Alam, yang terdiri dari: a.
Wisata Pantai (Marine tourism), merupakan kegiatan wisata yang ditunjang oleh sarana dan prasarana untuk berenang, memancing, menyelam, dan olahraga air lainnya, termasuk sarana dan prasarana akomodasi, makan dan minum.
b.
Wisata
Etnik
(Etnik
tourism),
merupakan
perjalanan
untuk
mengamati perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang dianggap menarik. c.
Wisata Cagar Alam (Ecotourism), merupakan wisata yang banyak dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan alam, kesegaran hawa udara di pegunungan, keajaiban hidup binatang (margasatwa) yang langka, serta tumbuh-tumbuhan yang jarang terdapat di tempat-tempat lain.
d.
Wisata Buru, merupakan wisata yang dilakukan di negeri-negeri yang memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakkan oleh berbagai agen atau biro perjalanan.
e.
Wisata Agro, merupakan jenis wisata yang mengorganisasikan perjalanan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, dan ladang pembibitan di
mana wisata rombongan dapat mengadakan
kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun menikmati segarnya tanaman di sekitarnya.
45
2.
Wisata Sosial-Budaya, yang terdiri dari : a.
Peninggalan sejarah kepurbakalaan dan monumen, wisata ini termasuk golongan budaya, monumen nasional, gedung bersejarah, kota, desa, bangunan-bangunan keagamaan, serta tempat-tempat bersejarah lainnya seperti tempat bekas pertempuran (battle fields) yang merupakan daya tarik wisata utama di banyak negara.
b.
Museum dan fasilitas budaya lainnya, merupakan wisata yang berhubungan dengan aspek alam dan kebudayaan di suatu kawasan atau daerah tertentu. Museum dapat dikembangkan berdasarkan pada temanya, antara lain museum arkeologi, sejarah, etnologi, sejarah alam, seni dan kerajinan, ilmu pengetahuan dan teknologi, industri, ataupun dengan tema khusus lainnya.45
Sementara itu dilihat dari segi obyeknya, pariwisata itu dapat ditinjau dari beberapa jenis: a.
Cultural tourism, wisata kebudayaan, seni, dan pertunjukan tradisional serta penampilan dan atraksi budaya pada umumnya, kunjungan ke lokasi peninggalan masa lalu, pusat kepurbakalaan dan seterusnya.
b.
Recuperational
tourism,
jenis
kepariwisataan
penyegaran
dan
kesehatan, kepegunungan, ke daerah tertentu dan lain-lain. c.
Commercial tourism, yaitu kepariwisataan yang dikaitkan dengan kepentingan usaha dagang, kontak produsen dan konsumen, kontak dagang saling mengtuntungkan dan sebagainya.
45
“Potensi Pariwisata Kawasan Tanjung Bunga Kota Makassar” rikania09@hotm ail.com, www.rikania09.multiply.com
46
d.
Sport tourism, wisata untuk menyaksikan event olahraga nasional dan internasional seperti PON, Olympiade, formula, World Cup Champion dan lain-lain.
e.
Political tourism, perjalanan menyaksikan peristiwa-peristiwa tertentu di berbagai negara seperti Pemilu, pelantikan Presiden dan Kepala Negara, Raja, kegiatan kenegaraan, kunjungan Kepala Negara dan Pemerintahan dan legislator atau senator suatu negara ke negara lain dan seterusnya.
f.
Advantural tourism, yaitu perjalanan petualangan, hiking, jelajah laut, hutan, gunung, arung-jeram dan lain-lain.
g.
Sosial tourism, kunjungan wisata sambil memberikan bantuan pangan, pakaian dan obat-obatan ke suatu tempat atau masyarakat.
h.
Religious tourism, yaitu perjalanan wisata bernuansa keagamaan, termasuk umrah, haji dan seterusnya.46
3.3. Komponen-komponen Wisata Menurut Inskeep dalam Suwantoro, Gamal (1997) dalam Rika, di berbagai macam literatur dimuat berbagai macam komponen wisata. Namun ada beberapa komponen wisata yang selalu ada dan merupakan komponen dasar dari wisata. Komponen-komponen tersebut saling berinteraksi satu sama lain. Komponen-komponen wisata tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut: a.
Atraksi dan kegiatan-kegiatan wisata. Kegiatan-kegiatan wisata yang dimaksud dapat berupa semua hal yang berhubungan dengan
46
Ibid. Elha, Shofwan Karim. Pembangunan Kepariwisataan Sumatera Barat: Pengembangan Potensi Wisata Budaya.
47
lingkungan alami, kebudayaan, keunikan suatu daerah dan kegiatankegiatan lain yang berhubungan dengan kegiatan wisata yang menarik wisatawan untuk mengunjungi sebuah obyek wisata. b.
Akomodasi yang dimaksud adalah berbagai macam hotel dan berbagai jenis fasilitas lain yang berhubungan dengan pelayanan untuk para wisatawan yang berniat untuk bermalam selama perjalanan wisata yang mereka lakukan.
c.
Fasilitas dan pelayanan wisata yang dimaksud adalah semua fasilitas yang dibutuhkan dalam perencanaan kawasan wisata. Fasilitas tersebut termasuk
tour
and
travel
operations
(disebut
juga
pelayanan
penyambutan). Fasilitas tersebut misalnya : restoran dan berbagai jenis tempat makan lainnya, toko-toko untuk menjual hasil kerajinan tangan, cinderamata, toko-toko khusus, toko kelontong, bank, tempat penukaran uang dan fasilitas pelayanan keuangan lainnya, kantor informasi wisata, pelayanan pribadi (seperti salon kecantikan), fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas keamanan umum (termasuk kantor polisi dan pemadam kebakaran), dan fasilitas perjalanan untuk masuk dan keluar (seperti kantor imigrasi dan bea cukai). d.
Fasilitas dan pelayanan transportasi meliputi transportasi akses dari dan menuju kawasan wisata, transportasi internal yang menghubungkan atraksi utama kawasan wisata dan kawasan pembangunan, termasuk semua jenis fasilitas dan pelayanan yang berhubungan dengan transportasi darat, air, dan udara.
48
e.
Infrastruktur lain, Infrastruktur yang dimaksud adalah penyediaan air bersih, listrik, drainase, saluran air kotor, telekomunikasi (seperti telepon, telegram, telex, faksimili, dan radio).
f.
Elemen kelembagaan, yang dimaksud adalah kelembagaan yang diperlukan untuk membangun dan mengelola kegiatan wisata, termasuk perencanaan tenaga kerja dan program pendidikan dan pelatihan; menyusun strategi marketing dan program promosi; menstrukturisasi organisasi wisata sektor umum dan swasta; peraturan dan perundangan yang berhubungan dengan wisata; menentukan kebijakan penanaman modal bagi sektor publik dan swasta; mengendalikan program ekonomi, lingkungan, dan sosial kebudayaan.47
B. Kerangka Konsep Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut: Sehubungan dengan relevansi pertumbuhan dan kemajuan yang dicapai di sektor pariwisata secara nasional, maka seyogyanya pulalah jika mekanisme perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah yang dilaksanakan di Kabupaten Gowa memerlukan perluasan perumusan program,
khususnya
dalam
segi
kebijaksanaan
dan
strategi
pengembangannya yang berkorelasi terhadap usaha pemanfaatan segenap komponen sumber daya yang tersedia di daerah. Arah kebijaksanaan dan strategi pengembangan pariwisata dalam pola dasar pembangunan Kabupaten Gowa inilah yang kemudian menjadi
47
Ibid. “Potensi Pariwisata Kawasan Tanjung Bunga Kota Makassar”
[email protected], www.rikania09.multiply.com
49
kaidah dasar pada tingkat local government untuk kemudian menjadi acuan dalam
pelaksanaan
program
pembangunan
daerah
di
bidang
kepariwisataan. Arah kebijaksanaan pengembangan pariwisata Kabupaten Gowa dilaksanakan melalui pendekatan strategis, antara lain: -
Membuka dan mengembangkan potensi objek wisata yang ada di daerah sehingga memilki daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik mancanegara maupun domestik untuk mengunjunginya.
-
Mengelola setiap obyek wisata dengan manajemen profesional, yang berorientasi pada pengembangan dan pelestarian objek-objek dan perolehan keuntungan secara maksimal.
-
Mengarahkan dan membimbing anggota masyarakat agar mampu memperoleh manfaat dari kegiatan kepariwisataan, baik manfaat dari segi ekonomi maupun manfaat dari sudut sosial dan budaya masyarakat
-
Melakukan promosi wisata, baik melalui media cetak, media elektronik maupun berbagai kegiatan pameran wisata.
-
Membina hubungan kerjasama yang saling menguntungkan dengan dunia usaha, terutama yang bergerak di bidang pariwisata.
-
Memberi pemahaman kepada masyarakat tentang dunia pariwisata secara profesional dan dapat mengambil manfaat besar dari kegiatan kepariwisataan.
Dalam rangka memanfaatkan peluang pariwisata yang secara prospektif dapat menguntungkan, maka diperlukan juga iklim usaha yang kondusif agar dapat menjamin berlangsungnya kegiatan pariwisata, serta membuka peluang investasi guna meningkatkan aktivitas pariwisata, yang
50
selanjutnya melalui pengelolaan berbagai potensi secara optimal diharapkan akan dapat menarik dunia usaha untuk melakukan kegiatan penanaman modal di Kabupaten Gowa dapat dipastikan bahwa aktivitas ekonomi akan meningkat dan pada gilirannya akan memberi dampak secara langsung terutama dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat dan menunjang peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). Model pelaksanaan pengembangan wisata daerah yang diusulkan untuk diterapkan dalam pengembangan potensi wisata daerah di Kabupaten Gowa mengacu pada kondisi aktual saat ini berupa potensi dan masalah wisata. Untuk mengembangankan wisata terdapat berbagai stakeholders yang terlibat (pemerintah, lembaga non pemerintah), SDM, programprogram, dana dan fasilitas. Berdasarkan keterlibatan stakeholders dan berdasarkan kondisi saat ini dan analisis SWOT didapatkan programprogram yang diharapkan dapat memberikan arahan yang jelas di dalam upaya
pengembangan
potensi
kepariwisataan
di
Kabupaten
Gowa
kedepannya. Sasaran tersebut di atas dapat tercapai melalui pengelolaan dan pengusahaan yang benar dan terkoordinasi, baik lintas sektoral maupun swasta yang berkaitan dengan pengembangan kegiatan pariwisata sehingga diperlukan peran serta dan dukungan dari masyarakat dan pemerintah seluruh sektor yang berperan dalam pengembangan kepariwisataan "Stakeholder Pariwisata". Keberhasilan pengembangan pariwisata sangat tergantung dan tidak bisa terlepas dari peran para stakeholders tersebut. Untuk dapat melihat gambaran mengenai substansi di atas, maka pembatasan dalam penelitian ini akan dibatasi pada beberapa aspek, yaitu mengidentifikasi potensi dan permasalahan wisata daerah Kabupaten Gowa
51
dengan melaksanakan survei dan observasi kepariwisataan sebagai tahapan awal untuk memberikan gambaran terhadap permasalahan yang dihadapi, sehingga didapatkan model perencanaan serta penentuan arah kebijakan dan
sasaran
strategis
pengembangan
yang
jelas
tentang
potensi
pengembangan dan pengelolaan pariwisata daerah yang terpadu di Kabupaten Gowa.
52
Bagan Kerangka Konseptual
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Proses penyusunan strategi
Potensi pariwisata
Faktor yang menghambat: - Aspek Regulasi - Aspek Sarana Prasarana - Aspek Kelembagaan - Aspek SDM - Aspek Pemasaran dan Promosi - Aspek Pengelolaan ODTW - Aspek Peran Serta Masyarakat
Model strategi yang sesuai dengan visi dan misi organisasi
Gambar (08): Bagan Kerangka Konseptual
53