BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Efektivitas Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang
telah ditentukan dalam setiap organisasi. Disebut efektif apabila tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditemukan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Soewarno yang menyatakan bahwa efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Caster I. Bernard, efektivitas adalah tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama (Bernard, 1992: 207). Menurut Cambel J.P, pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling menonjol adalah : 1. Keberhasilan program 2. Keberhasilan sasaran 3. Kepuasan terhadap program 4. Tingkat input dan output 5. Pencapaian tujuan menyeluruh (Cambel, 1989: 121). Secara komprehensif, efektivitas dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan suatu lembaga atau organisasi untuk dapat melaksanakan semua tugas-tugas pokoknya atau untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya (Cambel, 1989: 47).
Universitas Sumatera Utara
Efektivitas dalam dunia riset ilmu-ilmu sosial dijabarkan dengan penemuan atau produktivitas, dimana bagi sejumlah sarjana sosial efektivitas sering kali ditinjau dari sudut kualitas pekerjaan atau program kerja. Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian efektivitas yaitu keberhasilan suatu aktivitas atau kegiatan dalam mencapai tujuan (sasaran) yang telah ditentukan sebelumnya. Mengingat keanekaragaman pendapat mengenai sifat dan komposisi dari efektivitas, maka tidaklah mengherankan jika terdapat sekian banyak pertentangan pendapat sehubungan dengan cara meningkatkannya, cara mengatur dan bahkan cara menentukan indikator efektivitas. Sehingga, dengan demikian akan lebih sulit lagi bagaimana cara mengevaluasi tentang efektivitas. Pengertian yang memadai mengenai tujuan ataupun sasaran organisasi, merupakan langkah pertama dalam pembahasan efektivitas, dimana sering kali berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam usaha mengukur efektivitas yang pertama sekali adalah memberikan konsep tentang efektivitas itu sendiri. Dari beberapa uraian di atas dapat dijelaskan bahwa efektivitas merupakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas suatu lembaga secara fisik dan non fisik untuk mencapai tujuan serta meraih keberhasilan maksimal.
2.2
Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling merupakan serangkaian program layanan yang
diberikan oleh suatu lembaga pendidikan kepada peserta didik agar mereka mampu berkembang lebih baik dan lebih optimal. Bimbingan konseling diselenggarakan di
Universitas Sumatera Utara
sekolah-sekolah mulai dari tingkat dasar, bahkan pra sekolah sampai dengan tingkat tinggi (Rahman, 2003: 11). 2.2.1 Pengertian Bimbingan Secara etimologis, kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance” yang artinya menunjukkan, membimbing, menuntun ataupun membantu. Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan. Namun meskipun demikian, tidak berarti semua bentuk bantuan atau tuntunan adalah bimbingan. Misalnya seorang mahasiswa membantu seorang nenek yang ingin menyebrang. Bukan bantuan seperti ini yang dimaksud. Banyak orang yang mengatakan bahwa bimbingan dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Pendapat tersebut dapat dikatakan benar jika ditinjau dari segi bahasa secara umum, yaitu memberikan bantuan, namun memberikan bantuan bukanlah berarti bimbingan. Seperti salah satu contohnya adalah seorang guru membantu kesulitan anak dalam menjawab salah satu soal yang sedang dikerjakan siswa. Perlakuan guru tersebut dikatakan memberikan bantuan tetapi bukan merupakan bimbingan. Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian bimbingan, di bawah ini dikemukakan pendapat dari beberapa ahli. Rachman Natawidjaja (1988: 7) menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat serta kehidupan umumnya. Dengan demikian ia dapat mengecap kebahagiaan hidup dan dapat memberikan
Universitas Sumatera Utara
sumbangan yang berarti bagi kehidupan masyarakat umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial. Bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan kepada seseorang agar ia mampu memahami diri, menyesuaikan diri dan mengembangkan diri sehingga mencapai kehidupan yang sukses dan bahagia. Tujuan akhir dari layanan bimbingan dan konseling itu adalah mencapai kehidupan yang tidak hanya sukses, namun juga bahagia. Hal ini dicapai dengan 3M yaitu memahami, menyesuaikan dan mengembangkan diri (Parson dalam Rahman, 2003: 13). Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara terus menerus supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat (Natawidjaja dalam Rahman, 2003: 13). Hallen (2005: 5) memaparkan beberapa pengertian bimbingan adalah sebagai berikut : a.
Suatu proses yang berkesinambungan sehingga bantuan itu diberikan secara sistematis, berencana, terus menerus dan terarah kepada tujuan tertentu.
b.
Suatu proses membantu individu. Membantu dalam hal ini berarti dalam kegiatan bimbingan tidak terdapat adanya unsur paksaan.
c.
Bantuan diberikan kepada setiap individu yang memerlukannya di dalam proses perkembangannya. Hal ini mengandung arti bahwa bimbingan
Universitas Sumatera Utara
memberikan bantuan kepada setiap individu baik anak-anak, remaja maupun dewasa. Proses bimbingan memiliki beberapa karakter khusus yang membedakan bimbingan dengan kegiatan lain yaitu sebagaimana dijelaskan oleh Prayitno dan Erman Amti (1994: 98) antara lain : a. Bimbingan merupakan suatu proses. Hal ini berarti layanan bimbingan bukanlah aktivitas yang sekali jadi, melainkan melalui perjalanan panjang penuk dinamika. Untuk itu diperlukan kesabaran dan keuletan dari semua pihak baik dari konselor maupun klien. b. Bimbingan merupakan pemberian bantuan Sejak awal konselor harus berlapang dada untuk memberikan bantuan dengan segenap kemampuan. Bantuan yang diberikan lebih bersifat non materi yakni penyadaran individu untuk pengembangan pribadi lebih baik dan penyadaran akan potensi yang dimiliki untuk dapat menyelesaikan masalah sendiri. c. Bantuan diberikan kepada individu Hal ini dilakukan baik secara perorangan atau individu maupun secara perkelompok. Sasaran bimbingan adalah individu-individu, dapat diberikan secara kelompok maupun individu. Hal ini disebabkan karena setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda, walaupun mereka berada dalam satu kelompok yang sama. d. Pemecahan masalah oleh klien. Pemecahan masalah dilakukan oleh klien sendiri bukan oleh konselor. Tugas seorang konselor adalah mengembangkan kemampuan klien untuk dapat
Universitas Sumatera Utara
menyelesaikan masalahnya sendiri dan mengembangkan diri, bukan untuk mencarikan jalan keluar bagi kliennya. Sebab klien lebih berhak dalam menentukan
sendiri
masa
depan
dirinya
sendirri
sesuai
dengan
keberadaannya. e. Bimbingan diberikan kepada semua siswa. Semua siswa berhak mendapatkan layanan bimbingan baik bermasalah ataupun tidak. Sebab tugas terpenting seorang konselor adalah bukan membantu menyelesaikan masalah tetapi membantu mengembangkan diri, sebab semua siswa memiliki potens yang berhak untuk dikembangkan. Menurut Sukardi (1988: 2) bimbingan membantu individu mencapai suatu kehidupan yang lebih bermakna dan memberikan kepuasan pribadi dan bermakna bagi masyarakat. Menurut beliau, meskipun aspek pilihan jabatan selalu ditekankan dalam bimbingan, tetapi ruang lingkup bimbingan jauh lebih luas dari itu, yaitu menyangkut seluruh individu dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya antara individu dalam masyarakat. Gunawan (1992: 41) menyatakan bahwa bimbingan merupakan suatu proses penemuan diri dan dunianya sehingga individu dapat memilih, merencanakan, memutuskan, memecahkan masalah, menyesuaikan secara bijaksana dan berkembang sepenuh kemampuan dan kesanggupannya. Individu juga diharapkan dapat memimpin diri sendiri sehingga individu dapat menikmati kebahagiaan batin yang sedalam-dalamnya dan produktif bagi lingkungannya. Bimbingan adalah upaya membantu individu untuk memahami dan menggunakan secara luas kesempatan-kesempatan pendidikan, jabatan dan pribadi
Universitas Sumatera Utara
yang mereka miliki atau dapat mereka kembangkan. Bimbingan juga sebagai suatu bentuk bantuan yang sistematis untuk dapat memperoleh penyesuaian yang baik terhadap sekolah dan kehidupannya (Miller, dalam Rahman, 2003: 12).
2.2.2 Pengertian Konseling Istilah konseling berasal dari bahasa Inggris “to counsel” yang secara etimologis berarti “to give advice” atau memberi saran dan nasehat (Hallen, 2005: 9). Disamping itu, istilah bimbingan selalu dirangkaikan dengan istilah konseling. Hal ini disebabkan karena bimbingan dan konseling merupakan suatu yang integral. Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan di antara beberapa teknik lannya. Bimbingan itu lebih luas dari istilah konseling, dan konseling merupakan alat yang paling penting dari usaha pelayanan bimbingan. Agar lebih jelas mengenai defenisi konseling, di bawah ini akan dipaparkan pendapat para ahli mengenai konseling. Pada awal perkembangan di Indonesia, istilah yang dikenal sebelum konseling adalah penyuluhan. Namun sejak tahun 1980-an istilah penyuluhn diubah menjadi konseling. Hal ini dimaksudkan untuk
membedakan dengan istilah penyuluhan
pertanian, penyuluhan hukum, penyuluhan keluarga berencana dan sebagainya. Rahman (2003: 15) berpendapat bahwa konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk di atasi sendiri oleh yang bersangkutan dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah tersebut. Konselor tidak
Universitas Sumatera Utara
memecahkan masalah untuk klien, konseling harus ditujukan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalahnya sendiri tanpa bantuan. Counseling is series of direct contacs with the individual which aims offer him a assistance in changing his attitude and behaviour”. Konseling adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untuk membantu dia dalam mengubah sikap dan tingkah lakunya (Roger dalam Hallen, 2005: 9). Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan dimana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara guru pembimbing dengan klien dengan tujuan agar klien mampu untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu mengarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki ke arah perkembangan yang optimal, sehingga ia dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial (Robinson dalam Hallen, 2005: 10).
2.2.3 Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Sejalan dengan perkembangan bimbingan dan konseling maka tujuan bimbingan dan konseling pun mengalami perubahan dari yang sederhana sampai yang lebih komprehensif. Perkembangan yang mengacu pada perubahan positif pada diri individu merupakan tujuan dari semua upaya bimbingan dan konseling. Gunawan (1992: 18) menyatakan bahwa bimbingan dan konseling bertujuan agar klien dapat: a. Mengikuti kemauan atau saran-saran konselor b. Mengadakan perubahan tingkah laku secara positif
Universitas Sumatera Utara
c. Melakukan pemecahan masalah d. Melakukan
pengambilan
keputusan,
pengembangan
kesadaran
dan
pengembangan pribadi e. Mengembangkan penerimaan diri f. Memberikan pengukuhan Dengan
memperhatikan butir-butir tujuan bimbingan dan konseling
sebagaimana tercantum dalam kutipan-kutipan tersebut, tujuan bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya) berbagai latar belakang yang ada (seperti keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi) serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya (Gunawan, 1992: 19). Dalam kaitan ini bimbingan dan konseling membantu individu untuk menjadi insan berguna dalam kehidupannya yang memiliki berbagai wawasan, pandangan, interpretasi, pilihan, penyesuaian dan keterampilan yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungannya. Adapun tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang dialami oleh individu yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas permasalahannya itu. Masalah-masalah individu bermacam ragam jenis, intensitas dan sangkutpautnya serta masing-masing bersifat unik. Oleh karena itu tujuan khusus bimbingan dan konseling untuk masing-masing individu bersifat unik pula. Tujuan bimbingan dan konseling seorang individu berbeda dari (dan tidak boleh disamakan dengan) tujuan bimbingan dan konseling untuk individu lainnya (Sukardi, 1988: 20).
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Fungsi utama bimbingan adalah membantu murid dalam masalah-masalah pribadi dan sosial yang berhubugan dengan pendidikan dan pengajaran atau penempatan, dan juga menjadi perantara dari dalam hubungannya dengan para guru maupun tenaga administrasi. Berikut fungsi-fungsi bimbingan menrut pendapat beberapa ahli. Fungsi bimbingan yang dapat diartikan sebagai sifat bimbingan, yaitu: memahami individu, preventif dan pengembangan individu, membantu individu untuk menyempurnakan cara-cara penyelesaiannya (Catherine dalam Yusuf, 1992: 42). Prayitno dan Erman Amti (1999: 197) berpendapat bahwa, fungsi bimbingan dan konseling ditinjau dari kegunaan atau manfaat ataupun keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh melalui pelayanan tersebut. Fungsi-fungsi itu banyak dan dapat dikelompokan menjadi lima fungsi pokok, yaitu fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pengentasan, fungsi pemeliharaan dan fungsi pengembangan. Sedangkan fungsi bimbingan menurut Winkel (1991: 85- 86) adalah : 1. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan serta membantu siswa mendapat program studi yang sesuai baginya dalam rangka kurikulum pengajaran yang disediakan di sekolah. 2. Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan yang membantu siswa menemukan cara menempatkan diri secara tepat dalam berbagai keadaan dan situasi yang dihadapi. 3. Fungsi pengadaptasian, yaitu fungsi bimbingan sebagai nara sumber bagi tenaga-tenaga pendidikan yang lain di sekolah.
Universitas Sumatera Utara
Sementara Nurihsan (2005 : 16), mengatakan bahwa fungsi bimbingan dan konseling adalah : 1. Fungsi pemahaman, yaitu membantu peserta didik agar memiliki pemahaman terhadap dirinya dan lingkungannya. Berdasarkan pemahaman ini, individu diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis. 2. Fungsi Preventif yaitu upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik yang lain. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Bimbingan dan konseling menempati bidang pelayanan siswa dalam keseluruhan, proses dan kegiatan pendidikan. Pemberian Layanan bimbingan dan konseling kepada siswa agar masing-masing siswa dapat berkembang menjadi pribadi yang mandiri secara optimal.
2.2.5 Pendekatan Dalam Bimbingan Konseling Terdapat beberapa pendekatan atau teknik yang digunakan oleh para pakar konseling dalam rangka memberikan terapi atau rawatan terhadap klien, dan setiap pendekatan atau tehnik yang ada mempunyai kelebihan dan kelemahan masingmasing.
Universitas Sumatera Utara
a.
Pendekatan behavioristik Pendekatan behavioristik atau behaviorisme termasuk salah satu aliran
psikologi yang sangat berpengaruh dari psikologi yang ada dewasa ini. Pendekatan behavioristik sering juga disebut sebagai terapi prilaku dan pengubahan prilaku, pendekatan ini merupakan salah satu dari beberapa ”revolusi” dalam dunia pengetahuan psikologi terapi (Singgih, 1992: 191). Mansur (1993: 125) menyatakan bahwa pendekatan konseling tingkah laku diperkenalkan oleh Skinner, beliau berpendapat bahwa tingkah laku yang dibentuk dan ditentukan oleh keadaan serta kejadian pada masa sekarang bukanlah pengaruh dari dalam diri seseorang, tetapi hal itu merupakan aplikasi dari pada masa lalu. Tetapi konsseling tingkah laku dapat dikatakan sebagai pendekatan baru yang berlandaskan pada teori-teori sebelumnya, yaitu teori pembelajaran yang dikenal sebagai pemahaman tingkah laku. Berdasarkan teori pembelajaran inilah konseling tingkah laku pada dasarnya mempunyai kaitan dengan perubahan tingkah laku seseorang. Pendekatan tingkah laku (behavioristik) dewasa ini banyak dipergunakan untuk melakukan kegiatan psikoterapi dalam arti luas atau konseling dalam arti sempit. Pendekatan ini juga menitikberatkan peranan lingkungan sebagai faktor penting yang dapat mempengaruhi seseorang. Pendekatan ini memandang bahwa perkembangan seseorang akan tumbuh seperti apa yang diinginkan oleh lingkungannya. Behaviorisme mengikuti metode eksperimen penelitian ilmiah. Perhatian mereka hanya tertuju terhadap yang dapat diamati secara ilmiah (Poduska, 1990: 39).
Universitas Sumatera Utara
b.
Pendekatan pemusatan klien (client centered therapy) Pendekatan pemusatan klien (client centered therapy) adalah salah satu
pendekatan yang sangat populer dalam konseling pada abad ke-20. Terapi pemusatan klien ini sering juga disebut sebagai konsep diri. Terapi ini memfokuskan pendekatan hasil dari reaksinya terhadap pendekatan tradisi sebelumnya yaitu pendekatan psikoanalisis yang menekankan kepada aspek-aspek diagnostik dan penafsiran. Dalam teori ini, proses konseling lebih menitikberatkan kepada suatu rumusan dimana klien meyakini dirinya sendiri, tidak kaku, tidak mudah terpengaruh dan menjadikan dirinya lebih berupaya untuk membuat pilihan nilai subjektif yang sesuai (Awang, 1987: 49) Tujuan yang ingin dicapai melalui pendekatan pemusatan klien bukan hanya sekedar menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi klien di saat itu saja, tetapi juga lebih diutamakan untuk mencapai perasaan bebas dan seimbang pada masa-masa mendatang, karena pada dasarnya tujuan konseling adalah untuk membantu klien dalam proses perkembangan agar ia dapat menghadapi dan mengatasi masalah sekarang dan masalah masa depan (Awang, 1987: 54). Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, maka klien harus melepaskan dirinya dari persoalan-persoalan apa yang membalut dirinya selama ini untuk dapat berhadapan dengan kenyataan (Mansur, 1993: 189). c.
Pendekatan kognitif Pendekatan kognitif sangat sering digunakan oleh ahli psikologi, khususnya
psikologi sosial. Ahli psikologi sosial umumnya berpendapat bahwa manusia pada dasarnya bersifat konsisten dan orang akan berbuat sesuatu sesuai dengan sikapnya,
Universitas Sumatera Utara
sebaliknya orang akan berusaha untuk menjauh dari sesuatu jika tidak sesuai dengan sikap dan pembawaannya. Terapi kognitif ini diperkenalkan oleh Albert Ellis. Beliau mengatakan bahwa teori psikoanalisis tidak begitu mendalam dan merupakan salah satu bentuk pemulihan yang tidak saintifik (Mansur, 1993: 103). Pada awal tahun 1995, Ellis menggabungkan terapi kemanusiaan, filosofikal dan tingkah laku ke dalam terapi emosi rasional. Sejak itulah Albert Ellis dikatakan sebagai peletak batu pertama aliran ini. d.
Pendekatan Psikoanalisis Salah satu aliran utama dalam sejarah psikologi adalah pendekatan atau teori
psikoanalisis yang diperkenalkan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia dan berkaitan dengan metode psikoterapi. Secara historis psikoanalisis adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi, yang kedua adalah behaviorisme dan ketiga adalah psikologi eksistensial humanistik , namun nampaknya pendekatan ini belum banyak dikenal dan dipraktekkan, terlebih lagi dalam dunia bimbingan konseling (Lubis, 2006: 120). Psikoanalisa memandang kejiwaan manusia sebagai ekspresi dari adanya dorongan yang menimbulkan konflik. Dorongan-dorongan ini sebahagian disadari dan sebahagian lagi tidak disadari sama sekali. Konflik timbul karena adanya dorongan-dorongan yang saling bertentangan sebagai manifestasi dari kenyataan bahwa manusia adalah makhluk sosial di samping biologis (Singgih, 1992: 169). Menurut pandangan psikoanalisis, struktur kepribadian manusia terdiri dari tiga sistem yaitu id, ego, dan superego. Dimana ketiganya adalah nama bagi proses-
Universitas Sumatera Utara
proses psikologis. Id merupakan komponen yang sangat erat kaitannya dengan biologis, ego erat kaitannya dengan komponen psikologis sedangkan superego erat kaitannya dengan komponen sosial. Oleh karena itu jelaslah terlihat bahwa psikoanalisis adalah suatu kaedah untuk memberi perawatan atau penyembuhan kepada klien yang punya masalah khususnya dengan cara psikologi (kejiwaan) dan bukan dengan cara fisik, bahkan Freud percaya bahwa manusia dilahirkan dengan dorongan-dorongan naluri yang bersifat biologis (Awang, 1987: 43).
2.2.6
Hubungan Bimbingan Konseling Dengan Pendidikan Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang sangat dekat
antara bimbingan konseling dengan pendidikan, lebih khusus lagi antara bimbingan dan pendidikan. Hal ini disebabkan bahwa bimbingan lebih banyak berbicara masalah pencegahan atau preventif, informasi dan orientasi, walaupun ada bicara mengenai penyelesaian masalah (problem solving), namun dalam skala yang terbatas. Demikian juga yang terlihat pada pendidikan, dimana pendidikan sangat banyak memberikan informasi, orientasi, bimbingan dan tuntunan kepada klien agar mereka lebih terarah, terfokus dan berbuat sebagaimana yang diharapkan. Demikian juga halnya kedudukan bimbingan dan konseling dalam pendidikan, paling tidak terlihat pada kegiatan pendidikan, dimana ketiga-tiganya juga bagian dari konseling, yaitu: 1.
Bidang instruksional dan kurikulum. Bidang ini mempunyai tanggung jawab dalam kegiatan pengajaran dan bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan, ketrampilan dan sikap
Universitas Sumatera Utara
kepada peserta didik. Pada umumnya bidang ini merupakan pusat kegiatan pendidikan dan merupakan tanggung jawab dari setiap pengajar. 2.
Bidang administrasi dan kepemimpinan. Bidang ini merupakan bidang kegiatan yang menyangkut masalah-masalah administrasi dan kepemimpinan, yaitu masalah yang berhubungan dengan cara melakukan kegiatan secara efektif dan efisien. Dalam bidang ini terletak tanggung jawab dan otoritas proses pendidikan yang pada umumnya mencakup kegiatan-kegiatan seperti perencanaan, organisasi, pembiayaan, pembagian tugas, pengawasan dan sebagainya.
3.
Bidang pembinaan pribadi. Bidang ini mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan agar para peserta didik memperoleh kesejahteraan lahiriah dan batiniah dalam proses pendidikan yang sedang ditempuhnya. Sehingga mereka dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Bidang ini terasa penting, karena proses belajar mengajar akan berhasil dengan baik apabila para peserta didik berada dalam keadaan sejahtera, sehat dan dalam suasana hidup yang kondusif (Hallen, 2005: 34- 35). Proses belajar-mengajar yang baik, efektif dan efisien dan kegiatan
pendidikan yang baik dan ideal akan tercapai jika ketiga aspek tersebut selalu berintegrasi dan berkesinambungan. Disaat proses belajar mengajar tidak dapat terlaksana dengan baik, peserta didik tidak dapat mengikuti pendidikan sebagaimana mestinya, lambatnya peserta didik dalam menerima dan mencerna pelajaran, tidak konsentrasinya peserta didik dalam proses mengajar, kurikulum selalu berubah,
Universitas Sumatera Utara
sarana dan fasilitas yang kurang mendukung, kemampuan guru yang terbatas dalam mengajar, pelajar mendidik tidak mampu menguasai kelas dan banyak lagi persoalan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, semua ini tentunya memerlukan penyelesaian atau pemecahan masalah, disinilah peranan bimbingan dan konseling mutlak diperlukan. Demikian juga halnya dengan administrasi dan kepemimpinan tentunya terdapat segudang persoalan mulai dari administrasi yang tidak lengkap dan terkesan semraut, pembagian tugas (job describtion) yang tidak jelas. Hampir sama halnya dengan pemimpin yang otoriter, kejam dan bengis, semangat kerja menurun, disiplin menurun, persaingan meninggi, keahlian kerja tidak ada dan berbagai masalah timbul, semua ini tentunya menganggu proses belajar dan mengajar. Dalam menghadapi permasalahan seperti ini, peranan konselor (bimbingan konseling) mutlak diperlukan. Masalah yang hampir sama juga terlihat pada aspek pembinaan pribadi. Pembinaan pribadi mutlak diperlukan, karena dari sinilah sebenarnya berawal segalanya, artinya kalau kepribadian seseorang telah baik, maka besar kemungkinan problempun sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali. Tetapi, permasalahan yang sering ditemukan di lapangan adalah banyaknya pelajar (klien) yang tidak dapat menerima dirinya, tidak puas terhadap apa yang dimilikinya, sulit beradaptasi dan berkomunikasi dengan orang lain, perasaan bersalah yang berlebihan, tidak punya kepercayaan diri, memiliki kepribadian yang menyimpang, mengganggu orang lain, mengancam, iri, dengki, khianat, takabur dan sebagainya (Lubis, 2006: 34). Dalam mencermati beberapa persoalan seperti ini diperlukan pemikiran dan analisis yang tajam untuk memulai dari mana harus datang dan memulai penyelesaian
Universitas Sumatera Utara
masalah dalam menghadapi beberapa persoalan pribadi seperti yang disebutkan di atas, diperlukan suatu telaahan yang serius dan tentunya peranan konselor dalam hal ini sangat diperlukan. Dengan demikian, terlihatlah kedekatan antara bimbingan dan konseling terhadap pendidikan serta kedudukan bimbingan dan konseling dalam pendidikan.
2.2.7 Jenis-jenis Bimbingan di Sekolah Yusuf dan Nuhrisan (2005: 20) menyatakan ada 7 (tujuh) jenis layanan yang dapat dilakukan oleh setiap guru pembimbing untuk setiap satuan pendidikan atau sekolah. Jenis layanan yang mana yang akan digunakan oleh guru pembimbing dalam bidang-bidang (pribadi, sosial, belajar dan karir) tergantung kepada : a. Keperluan atau kebutuhan di sekolah b. Program layanan yang sudah disusun di sekolah Lubis (2006: 17) mengemukakan bahwa setiap jenis layanan yang disebutkan memerlukan waktu 2 jam untuk satu kali kegiatan layanan bimbingan. Jenis layanan tersebut antara lain: 1. Layanan Orientasi yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa dan pihak lain yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap siswa (terutama orang tua siswa) memahami lingkungan sekolah yang baru dimasukinya. 2. Layanan Informasi yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa dan pihak lain yang dapat memberikan pengaruh besar kepada siswa (orang tua) menerima dan memahami informasi pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
3. Layanan penempatan dan penyuluhan yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa memperoleh penempatan dan penyaluran secara tepat, misalnya, penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan atau program khusus. 4. Layanan bimbingan dan pembelajaran yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa mengembangkan siswa berkenaan dengan sikap kebiasaan belajar yang baik dan cocok. 5. Layanan konseling perorangan yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa dapat mendapatkan layanan langsung tatap muka dengan pembimbing dalam rangka pembahasan dan pemecahan masalah. 6. Layanan bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan informasi. 7. Layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk membahas dan pemecahan masalah melalui dinamika kelompok yang berbeda.
2.2.8 Komponen-Komponen Kegiatan Bimbingan Yang dimaksudkan dengan komponen dalam kegiatan bimbingan ialah saluran khusus untuk melayani siswa, rekan tenaga pendidik yang lain serta orang tua siswa. Kegiatan-kegiatan bimbingan dapat ditujukan kepada siswa yang sedang mengikuti program pendidikan di sekolah, kepada alumni, guru dan orangtua ataupun menyangkut program bimbingan sendiri yang dikelola oleh sumber tenaga bimbingan itu sendiri (Winkel dan Hastuti, 2006: 120).
Universitas Sumatera Utara
Di bawah ini masing-masing komponen yaitu antara lain adalah sebagai berikut : a.
Pengumpulan Data. Komponen ini mencakup semua usaha untuk memperoleh data tentang para peserta didik, menganalisis dan menafsirkan data serta menyimpan data itu. Tujuan penyimpanan data itu adalah mendapatkan pengertian yang lebih luas, lebih lengkap dan lebih mendalam tentang masing-masing peserta didik serta membantu siswa mendapatkan pemahaman akan dirinya sendiri.
b.
Pemberian Informasi Komponen ini mencakup usaha-usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan serta pemahaman tentang lingkungan hidupnya dan tentang proses perkembangan anak muda. Lingkungan hidup mencakup lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, informasi yang disampaikan itu mengenai banyak hal misalnya tata tertib sekolah, cara berteman yang baik, cara bergaul yang sehat, cara memilih jurusan yang tepat, persiapan memegang posisi serta organisasi muda mudi setempat.
c.
Penempatan Komponen ini mencakup segala usaha membantu siswa merencanakan masa depannya selama masih di sekolah dan sesudah tamat memilih program studi lanjutan sebagai persiapan untuk kelak memangku jabatan tertentu. Tujuan pada pelayanan bimbingan ini ialah supaya siswa menempatkan diri dalam program studi akademik dan lingkup kegiatan non-akademik, yang menunjang perkembangannya serta semakin merealisasikan rencana masa
Universitas Sumatera Utara
depan. Komponen ini berkaitan dengan komponen pemberian informasi, sejauh siswa masih terdaftar di institusi pendidikan dibekali pengetahuan tentang keadaan di lingkungan pendidikan lanjutan dan keadaan di pasar kerja. d.
Konseling Komponen ini mencakup usaha membantu suswa merefleksikan diri melalui wawancara konseling secara individual atau secara kelompok, terlebih bila siswa menghadapi masalah yang belum dapat terselesaikan secara tuntas. Layanan bimbingan ini dipandang sebagai layanan inti atau jantung pelayanan
bimbingan,
karena
siswa
seluruhnya
dapat
memusatkan
perhatiannya pada keadaan dirinya sendiri serta dapat dilayani sesuai dengan kebutuhannya. Konseling tetap terpusat pada bagaimana pikiran dan perasaan konseli, namun sekaligus membantu konseli untuk berefleksi atas pikiran dan perasaan itu. e.
Konsultasi Komponen ini mencakup semua usaha memberikan asistensi kepada staf pendidik di sekolah dan kepada orangtua siswa demi perkembangan siswa yang lebih baik. Pelayanan ini dimungkinkan karena konselor sekolah adalah rekan seprofesi pendidikan dan mungkin memiliki keahlian khusus di bidang pendidikan anak muda, terlebih menyangkut perkembangan kepribadian serta kaitan psikologisnya.
Universitas Sumatera Utara
f.
Evaluasi Program Komponen ini mencakup usaha menilai efisiensi dan efektivitas dari pelayanan bimbingan itu sendiri demi peningkatan program bimbingan. Penilaian efisiensi dan efektivitas pelayanan bimbingan ini tidaklah mudah sehingga dituntut harus diadakan suatu penelitian dengan mengumpulkan data secara sistematis, menarik kesimpulan dari suatu data yang diperoleh, mengadakan penafsiran dan merencanakan langkah-langkah perbaikan. Sementara penelitian yang dilakukan melibatkan banyak variabel yang tidak semuanya dapat dikontrol secara ketat. Selain itu kriteria keberhasilan suatu program bimbingan juga bermacam-macam. Dalam literatur profesional, komponen-komponen di atas juga dapat disebut
layanan bimbingan. Namun sempitnya defenisi mengenai layanan yang hanya mencakup pertemuan konselor dengan siswa menjadi salah satu penyebab layanan bimbingan tersebut di atas dikenal sebagai komponen bimbingan (Winkel dan Hastuti, 2006: 121).
2.3
Pengertian Karir Menurut Gibson (1995: 305) karir adalah rangkaian sikap dan perilaku yang
berkaitan dengan pengalaman dan aktivitas kerja selama rentang waktu kehidupan seseorang dan rangkaian aktivitas kerja yang terus berkelanjutan. Dengan demikian karir seorang individu melibatkan rangkaian pilihan dari berbagai macam kesempatan. Jika ditinjau dari sudut pandang organisasi, karir melibatkan proses dimana organisasi memperbaharui dirinya sendiri untuk menuju efektivitas karir yang
Universitas Sumatera Utara
merupakan batas dimana rangkaian dari sikap karir dan perilaku dapat memuaskan seorang individu. Pengertian karir meliputi elemen-elemen objektif dan subjektif. Elemen obyektif berkenaan dengan kebijakan-kebijakan pekerjaan atau posisi jabatan yang ditentukan organisasi, sedangkan elemen subjektif menunjuk pada kemampuan seseorang dalam mengelola karir dengan mengubah lingkungan objektif (misalnya dengan mengubah pekerjaan/jabatan) atau memodifikasi persepsi subjektif tentang suatu situasi misalnya dengan mengubah harapan (Irianto dalam Simamora, 2001: 94). Simamora (2001: 504) berpendapat bahwa kata karir dapat dipandang dari beberapa perspektif yang berbeda, antara lain dari perspektif yang obyektif dan subjektif. Dipandang dari perspektif yang subjektif, karir merupakan urut-urutan posisi yang diduduki oleh seseorang selama hidupnya, sedangkan dari perspektif yang objektif, karir merupakan perubahan-perubahan nilai, sikap, dan motivasi yang terjadi karena seseorang menjadi semakin tua. Kedua perspektif tersebut terfokus pada individu dan menganggap bahwa setiap individu memiliki beberapa tingkat pengendalian terhadap nasibnya sehingga individu tersebut dapat memanipulasi peluang untuk memaksimalkan keberhasilan dan kepuasan yang berasal dari karirnya. Berdasarkan pengertian tersebut, maka pengertian karir adalah urutan aktivitasaktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dan perilaku-perilaku, nilai- nilai, dan aspirasi- aspirasi seseorang selama rentang hidupnya. Sedangkan menurut Soetjipto (2002: 276) karir merupakan bagian dari perjalanan hidup seseorang, bahkan bagi sebagian orang merupakan suatu tujuan
Universitas Sumatera Utara
hidup. Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban untuk sukses mencapai karir yang baik. Karir sebagai sarana untuk membentuk seseorang menemukan secara jelas keahlian, nilai, tujuan karir dan kebutuhan untuk pengembangan.
2.3.1 Bimbingan Karir bagi siswa Winkel dan Hastuti (2006: 673) menyatakan bahwa layanan bimbingan karir merupakan layanan yang diberikan pembimbing kepada klien dalam memecahkan masalah karir yang dihadapi klien. Di bawah ini akan diuraikan beberapa pendapat tentang bimbingan karir yaitu sebagai berikut: 1. Bimbingan karir merupakan salah satu jenis bimbingan yang berusaha membantu individu dalam memecahkan masalah karir atau pekerjaan untuk memperoleh penyesuaian sebaik-baiknya dengan masa depannya. 2. Bimbingan karir merupakan proses membantu seseorang untuk mengerti dan menerima gambaran tentang diri pribadinya dan gambaran tentang dunia kerja di luar, mempertemukan gambaran tentang diri tersebut dengan dunia kerja itu. Dan pada akhirnya dapat : a. Memilih bidang pekerjaan. b. Menyiapkan diri untuk bidang pekerjaan. c. Membina karir dalam bidang tersebut. 3. Bimbingan karir adalah program pendidikan yang merupakan layanan terhadap siswa agar siswa: a. Mengenal dirinya sendiri b. Mengenal dunia kerja
Universitas Sumatera Utara
c. Dapat memutuskan apa yang diharapkan dari pekerjaan dan d. Dapat memutuskan bagaimana bentuk kehidupan yang diharapkannya di samping pekerjaan untuk mencari nafkah. 4. Bimbingan karir membantu siswa dalam mengambil keputusan mengenai karir atau pekerjaan utama yang mempengaruhi hidupnya di masa mendatang. Dari keempat pendapat tersebut di atas mengenai bimbingan karir ini terdapat perbedaan-perbedaan dalam penyampaiannya, namun terdapat persamaan- persamaan mengenai : a. Bantuan, layanan, dan cara pendekatan b. Individu, seseorang, siswa dan remaja c. Masalah karir, penyesuaian diri, persiapan pemahaman diri, dan pengenalan dunia kerja, perencanaan masa depan, bentuk kehidupan yang diharapkan, serta pemilihan keputusan yang diambil oleh individu yang bersangkutan. Bimbingan karir adalah suatu proses bantuan layanan dan pendekatan terhadap individu (siswa atau remaja) agar individu yang bersangkutan dapat mengenal dirinya dan dapat mengenal dunia kerja merencanakan masa depannya, dengan bentuk kehidupan yang diharapkan yang menentukan pilihannya dan mengambil suatu keputusan.
2.3.2 Pentingnya Pemilihan Karir bagi siswa Karir bagi siswa bukan hal yang mudah untuk ditentukan dan menjadi pilihan yang sesuai dengan kemampuan yang miliki namun haruslah ditentukan. Untuk membentukan hal demikian harus didasarkan pada keputusan siswa itu sendiri yang
Universitas Sumatera Utara
didasarkan pada pemahaman tentang kemampuan dan minat serta pengenalan karir yang ada di masyarakat. Winkel dan Hastuti (2006: 676) mengemukakan keberhasilan siswa dalam pemilihan karir yang tepat tidaklah semudah seperti apa yang dibayangkan, agar siswa mempunyai pilihan yang tepat terhadap suatu pilihan karir atau pekerjaan, diperlukan beberapa hal antara lain : a. Pekerjaan yang dipilih sesuai dengan kebutuhan atau untuk memenuhi kebutuhan. b. Pekerjaan, jabatan atau karir yang dipilih adalah jabatan yang diyakini bahwa jabatan atau karir itu paling tidak memenuhi kebutuhannya. c. Pekerjaan, jabatan atau karir tertentu dipilih seseorang apabila untuk pertama kali dia menyadari bahwa jabatan itu dapat membantunya dalam memenuhi kebutuhannya. d. Kebutuhannya yang timbul, mungkin bisa diterima secara intelektual yang diarahkan untuk tujuan tertentu. e. Pemilihan jabatan/ karir akan menjadi lebih baik apabila seseorang mampu memperkirakan bagaimana sebaiknya jabatan yang akan datang itu akan memenuhi kebutuhannya. f. Informasi mengenai jabatan/ karir akan membantu dalam pemilihan jabatan/ karir yang diinginkan. g. Informasi mengenai jabatan/ karir akan membantu dalam memilih jabatan/ karir karena informasi tersebut membantunya dalam menentukan apakah pekerjaan itu dapat memenuhi kebutuhannya.
Universitas Sumatera Utara
h. Kepuasan dalam pekerjaan tergantung pada tercapai tidaknya pemenuhan kebutuhan seseorang. i.
Kepuasan kerja dapat diperoleh dari suatu pekerjaan yang memenuhi kebutuhan sekarang/ masa yang akan datang.
j.
Pemilihan pekerjaan selalu dapat berubah apabila seseorang yakin bahwa perubahan tersebut lebih baik untuk pemenuhan kebutuhannya. Berdasarkan hal tersebut tidaklah mungkin siswa dapat menentukan karir
tanpa bantuan dan bimbingan dari konselor, karena disadari atau tidak untuk dapat memahami kemampuan diri siswa tidaklah mungkin muncul dengan sendirinya, akan tetapi diperlukan bimbingan dan arahan dari konselor.
2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Karir Kesulitan yang dialami siswa dalam memilih dan menentukan karir tidaklah dapat dipungkiri, banyak siswa yang kurang memahami bahwa karir merupakan jalan hidup dalam usaha mengapai kehidupan yang baik di masa mendatang (Winkel, 1997: 663). Faktor yang menyebabkan siswa kesulitan dalam pemilihan karir antara lain: 1. Faktor yang ada dalam diri siswa di antaranya adalah tingkat intelegensi, sikap mental, jenis kelamin, agama dan minat terhadap suatu karir. 2. Faktor di luar siswa di antaranya tingkat ekonomi keluarga, minat orang tua dan kondisi sosial masyarakat. Dari kedua faktor tersebut di atas merupakan faktor yang mendasar, namun masih banyak lagi faktor yang menyertai kesulitan siswa dalam memilih karir, salah
Universitas Sumatera Utara
satu faktornya adalah faktor kebutuhan dimana kebutuhan manusia terdapat lima macam, yaitu: a. Kebutuhan jasmani yaitu kebutuhan yang erat kaitannya dengan kebutuhan jasmani. b. Kebutuhan rasa aman yaitu memperoleh rasa aman, bebas dari rasa takut, ketegangan, kelaparan dan kehilangan. c. Kebutuhan sosial yaitu kebutuhan untuk memiliki dan butuh bantuan dari orang lain misalnya, bergaul, berorganisasi, berkelompok dan saling mengenal. d. Kebutuhan untuk memperoleh penghargaan yaitu untuk mempertahankan harga dirinya dan kebutuhan untuk dihargai, misalnya memperoleh penghormatan. e. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri yaitu untuk menampakkan dirinya sebagai seorang pribadi yang khas (berbeda dari orang lain).
2.3.4 Upaya Guru dalam Mengatasi Masalah Pemilihan Karir Siswa Keberhasilan siswa dalam menentukan dan memilih karir amatlah ditentukan dari kemampuan guru pembimbing memberikan gambaran dan memberikan keyakinan kepada siswa tentang kemampuan dan potensi yang dimiliki serta mampu mengarahkan siswa menuju karir yang sesuai dengan kemampuannya tersebut. Sukardi (1988: 79) menjelaskan dalam memberikan keyakinan dan munculnya kepercayaan siswa terhadap guru pembimbing setidaknya guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1
Perlakuan terhadap siswa sebagai individu yang memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri.
2
Sikap positif dan wajar.
3
Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati, menyenangkan.
4
Pemahaman siswa secara empatik.
5
Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu.
6
Penampilan diri secara asli di hadapan siswa.
7
Kekongkritan dalam menyatakan diri.
8
Penerimaan siswa secara apa adanya.
9
Perlakuan siswa secara premisive. Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dan membantu siswa menyadari dari perasaan itu.
10 Penyesuaian diri terhadap keadaan khusus. Kesadaran bahwa tujuan pengajaran bukan terbatas pada penguasaan siswa terhadap bahan pengajaran saja, melainkan menyangkut pengembangan siswa menjadi individu yang lebih dewasa. Jika hal tersebut sudah dilaksanakan oleh guru pembimbing maka tidak akan kesulitan bagi guru pembimbing untuk mengarahkan siswa ke tempat yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa tersebut.
2.4
Kerangka Pemikiran Banyaknya rumor yang berkembang di masyarakat terutama kalangan siswa,
bahwa setelah menyelesaikan pendidikan, akan terasa sulit untuk memperoleh suatu pekerjaan. Hal tersebut dapat disebabkan karena beberapa hal seperti berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Ketidaktahuan siswa akan potensi yang ada di dalam dirinya. 2. Ketidaktahuan siswa mengenai jurusan ataupun program studi. 3. Ketidaktahuan siswa akan pentingnya kegiatan bimbingan terutama pemecahan permasalahan karir siswa. Karena kurangnya pemahaman dalam diri siswa tentang kemampuan yang dimilikinya, sehingga karir merupakan salah satu hal yang menjadi teka teki bagi siswa, untuk mendapatkan karir yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan yang dimiliki siswa dibutuhkan pengetahuan dalam diri siswa tentang karir yang akan ditekuninya kelak. Namun tidak bisa disangkal oleh banyak pihak bahwa kesempatan kerja hanya diperoleh bagi orang yang memiliki koneksi atau dengan cara-cara yang tidak wajar. Hal ini tidak selamanya dikatakan benar, para siswa atau remaja belum banyak yang menyadari arti kerja itu, yang sebenarnya adalah peningkatan kemampuan karir yang penilaiannya berdasarkan hasil kerja atau prestasi. Pemahaman arti dan penelusuran karir atas dasar keinginan sendiri tidaklah mungkin muncul dengan sendirinya tanpa adanya bantuan dan dorongan dari orang yang lebih dewasa darinya, kegiatan ini dinamakan dengan bimbingan. Oleh karena itulah guru bimbingan sekaligus konselor membantu siswa dalam penanganan masalah karirnya yang memiliki tujuan : 1. Membantu memecahkan masalah 2. Membantu menemukan potensi dari dalam diri siswa 3. Memberikan solusi terbaik mengenai karirnya. Pemberian layanan bimbingan dan konseling karir di sekolah yang efektif dan memiliki kontinuitas akan bermanfaat bagi siswa untuk memperoleh berbagai
Universitas Sumatera Utara
macam informasi karir, jabatan, pemahaman, diri, pengambilan keputusan sendiri, dan memecahkan masalah itu sendiri. Kemampuan siswa terhadap pemahaman kemampuan dan potensi diri tersebut merupakan indikasi keberhasilan layanan bimbingan dan konseling karir. Efektif tidaknya layanan bimbingan dan konseling karir yang dilaksanakan di sekolah tergantung pada kemampuan siswa untuk mengambil keputusan tentang karir dan menanggung segala bentuk resiko yang akan dihadapinya kelak.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Bagan Alir Pemikiran Sekolah Menengah Atas Cahaya Medan
Bimbingan Konseling di Sekolah : • Membantu siswa untuk mengenal dirinya sendiri . • Membantu siswa menemukan potensi dalam diri siswa. • Membantu memecahkan memberikan solusi terbaik
Bimbingan studi (academic guidance)
masalah
Bimbingan Karir (Vocational Guidance)
dengan
Bimbingan Pribadi dan Sosial (Personal and Social Guidance).
Hasil yang diharapkan : Siswa mampu mengambil keputusan tentang karir dan resikonya.
Universitas Sumatera Utara
2.5
Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional
2.5.1 Defenisi Konsep Konsep adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial digunakan mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian. Untuk lebih mengetahui pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan maka disini peneliti membatasi konsep yang akan digunakan yaitu sebagai berikut : 1
Efektivitas adalah keberhasilan suatu aktivitas atau suatu kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya baik yang dilaksanakan secara individu, kelompok, organisasi, lembaga maupun pemerintahan.
2
Bimbingan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan yang secara terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada klien agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
3
Bimbingan karir bertujuan membantu klien dalam hal ini siswa/ siswi SMA Cahaya untuk dapat berkembang dalam pemahaman diri sehingga mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri untuk dapat menentukan karir di masa depannya.
2.5.2 Defenisi Operasional Defenisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur variabel (Singarimbun, 1989: 33). Untuk mengukur
Universitas Sumatera Utara
variabel dalam penelitian ini yaitu dengan melihat berbagai indikator yang akan diteliti sebagai berikut : 1. Pemahaman atau pengenalan diri sendiri. 2. Pengenalan siswa terhadap bidang karir. 3. Persiapan dalam pemilihan karir. 4. Kemampuan siswa dalam memilih karir.
Universitas Sumatera Utara