1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Remaja adalah tahapan kehidupan yang dilalui oleh setiap manusia dalam proses perkembangan sejak lahir sampai pada masa peralihan, dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa (BKKBN, 1999). Perkembangan emosi pada masa remaja ditandai dengan sifat emosional yang meledak-ledak dan sulit untuk dikendalikan. Hal ini disebabkan adanya konflik peran yang sedang dialami remaja. Jika seseorang remaja tidak berhasil mengatasi situasi ini, maka remaja akan terperangkap masuk dalam hal negatif, salah satu diantaranya perilaku seks bebas atau penyalahgunaan narkoba (Efendi, 2000). Generasi muda adalah tulang punggung bangsa, yang diharapkan dimasa depan mampu meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini agar lebih baik. Dalam mempersiapkan generasi muda juga sangat tergantung kepada kesiapan masyarakat yakni dengan keberadaan budayanya. Termasuk didalamnya tentang pentingnya memberikan filter tentang perilaku-perilaku yang negatif, yang antara lain : minuman keras, mengkonsumsi obat terlarang, seks bebas dan lain-lain yang dapat menyebabkan terjangkitnya penyakit HIV/AIDS (Rauf, 2008). Masa remaja adalah masa transisi dari anak ke dewasa yang pada masa ini individu mengalami perubahan baik secara fisik maupun secara psikologis.
2
Perubahan yang terjadi pada saat remaja diantaranya timbulnya proses perkembangan dan pematangan dari alat serta fungsi reproduksi (Munawaroh, 2001). Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi penting khususnya bagi remaja, agar remaja mengetahui fungsi-fungsi reproduksi secara benar dan sehat serta bertanggung jawab (Munawaroh, 2001). Remaja yang memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang kesehatan reproduksi cenderung memahami berpacaran sehat (Yuliadi, 2010). Berpacaran sehat merupakan suatu proses pacaran dimana keadaan fisik, mental dan sosialnya dalam keadaan baik. Sehat secara fisik berarti tak ada kekerasan dalam berpacaran. Selain itu menjaga konsisi tubuh dari pasangan agat tetap sehat juga merupakan hal yang harus dilakukan dan tentunya menguntungkan satu sama lain. Pacaran sebenarnya merupakan waktu bagi sepasang individu untuk saling mengenal atu dengan yang lain. Selama pacaran dilakukan dalam batas-batas yang benar, pacaran dapat mendatangkan banyak hal positif. Di jaman ini pacaran telah menjadi semacam life style/ gaya hidup baru bagi remaja dan merupakan hal yang lumrah. Remaja mengalami perubahan fisik dan psikis pada masa-masa yang dilaluinya, dimana remaja ingin mencoba karena terdorong rasa ingin tahu mereka yang tinggi. Remaja memiliki banyak waktu senggang diantara jam kuliah atau pulang sekolah ataupun antara kuliah, remaja belum memiliki orietasi materi karena kehidupannya masih serba ditanggung oleh
3
orangtuanya, jadi tidak ada hal penting yang terlalu membebani pikiran remaja oleh karena itu, sebagian besar remaja mengisi waktu luang mereka dengan pacaran. Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Dalam pacaran, ada aktivitas yang disebut dengan kencan. Aktivitas ini berupa kegiatan yang telah direncana maupun tak
terencana.
Kencan
yang
tak
terencana
disebut
dengan
blind
date.
Tradisi pacaran memiliki variasi dalam pelaksanaannya dan sangat dipengaruhi oleh tradisi dalam masyarakat individu-individu yang terlibat. Dimulai dari proses pendekatan, pengenalan pribadi, hingga akhirnya menjalani hubungan afeksi yang ekslusif. Perbedaan tradisi dalam pacaran, sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut oleh seseorang. Berdasarkan tradisi zaman kini, sebuah hubungan dikatakan pacaran jika telah menjalin hubungan cinta-kasih yang ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas seksual atau percumbuan. Anak-anak remaja jaman sekarang, kebanyakan menghabiskan waktu di sekolah dari pada di rumah. Pacaran memang hal-hal yang lazim di sekolah. Tapi banyaknya beban sekolah, pacaran dijadikan pelampiasan dan bikin pacaran jadi tidak sehat atau melenceng. Sekolah sering digunakan sebagai tempat pacaran, karena waktu yang pelajar habiskan lebih banyak disana. Tahukah anda kalau pacaran itu seharusnya pada saat masa dewasa, sudah kamu lakuin di sekolah. Jadi, kebiasaan pacaran yang dilakukan oleh orang dewasa banyak yang dilakukan
4
diperoleh, misalnya membahasnya dengan teman sebayanya, bisa saja penjelasan yang kurang lengkap dari orang tua, membaca buku-buku tentang seks, atau mengadakan percobaan dengan masturbasi, bercumbu, atau bersanggama (Sarwanto, 2004). SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis merupakan sekolah menengah berstandar nasional yang terletak di Provinsi Riau. Letak SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat yang strategis dengan pusat kota, sehingga pengetahuan pada siswa lebih heterogen. Pengetahuan kesehatan reproduksi di SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat beraneka ragam dan siswa banyak melakukan berpacaran tidak sehat, misalnya sering ciuman dan ada terjadi kekerasan antar pasangan. Siswa yang berpacaran tidak sehat banyak terkait karena siswa kurang mengetahui berpacaran sehat. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang ”Hubungan pengetahuan remaja usia 17-20 tahun tentang kesehatan reproduksi dengan sikap berpacaran sehat di SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau”.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah bagaimana hubungan pengetahuan remaja usia 17-20 tahun tentang kesehatan reproduksi dengan sikap berpacaran sehat di SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau.
5
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pengetahuan remaja usia 17-20 tahun tentang kesehatan reproduksi dengan sikap berpacaran sehat di SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk melihat pengetahuan remaja usia 17-20 tahun tentang kesehatan reproduksi di SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau 2. Untuk melihat sikap berpacaran sehat di SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau 3. Untuk melihat hubungan pengetahuan remaja usia 17-20 tahun tentang kesehatan reproduksi dengan sikap berpacaran sehat di SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau
1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Sekolah SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Sebagai bahan masukan bagi sekolah bahwa pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan sikap berpacaran sehat sangatlah penting. Sehingga diperlukan upaya preventif kepada remaja agar sikap mendukung pacaran tidak sehat tidak terjadi. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan hasil penelitian pada sekolah, dan memberikan masukan untuk menambahakan materi kesehatan reproduksi pada kurikulum sekolah
6
2. Bagi orang tua siswa Untuk meningkatkan pengetahuan anak tentang kesehatan reproduksi sehingga terjadi perubahan sikap dan perilaku yang lebih bertanggung jawab 3. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan untuk memperkokoh teori atau ilmu pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan sikap berpacaran sehat pada remaja.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Remaja Menurut definisi yang dirumuskan WHO, remaja adalah suatu masa pertumbuhan dan perkembangan saat individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai ia mencapai kematangan seksual, individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari
7
kanak-kanak menjadi dewasa, terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang relatif lebih mandiri (Fatimah, 2006). Menurut ciri perkembangannya masa remaja dibagi tiga tahap yaitu masa remaja awal 10-12 tahun, masa remaja tengah 13-15 tahun dan masa remaja akhir 1619 tahun. Ciri-ciri perkembangan remaja perlu dipahami, agar penanganan masalah yang berkaitan dengan kesehatan reproduksinya dapat dilakukan lebih baik (Depkes RI, 2001). Ciri khas remaja awal lebih dekat dengan teman sebayanya, ingin bebas, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir abstrak. Ciri khas tahap remaja tengah, yaitu mencari identitas diri, timbul keinginan berkencan mempunyai rasa cinta yang mendalam, mengembangkan kemampuan berfikir abstrak, berkhayal tentang aktifitas seks. Ciri khas taraf akhir, yaitu pengungkapan kebebasan diri, lebih sensitif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, mampu berfikir abstrak (Depkes RI, 2001). Perubahan psikis yang terjadi pada masa remaja ditandai dengan keinginan untuk menyendiri, keengganan untuk bekerja, merasa bosan, kegelisahan yang menguasai diri, emosional, kurang percaya diri, mengkhayal dan berfantasi, mengalami rasa malu yang berlebihan, keinginan untuk mencoba hal yang belum diketahui, keinginan untuk menjelajah dan suka akan aktivitas kelompok (Fatimah, 2006).
8
Perubahan kelamin primer dimulai dengan berfungsinya organ-organ genetalia yang ada. Perubahan ini terjadi pada laki-laki ditandai dengan mulai keluarnya mani (sperma) saat mimpi basah. Sedangkan pada wanita ditandai dengan menarche atau haid pertama kali (Soetjiningsih, 2004) Perubahan organ kelamin sekunder pada laki-laki ditandai dengan perubahan suara, bidang bahu melebar sering mimpi basah, tumbuh rambut pada organ tertentu (dada dan sekitar kemaluan), perubahan penis jika ada rangsangan (Soetjiningsih, 2004). Perubahan organ sekunder pada wanita antara lain suara lebih bagus, kulit muka dan badan halus, bidang bahu mengecil, bidang pinggul melebar, payudara membesar, tumbuh rambut di sekitar ketiak dan kemaluan, alat kelamin membesar dan mulai berfungsi (Soetjiningsih, 2004). Berbagai perubahan tersebut terjadi karena adanya peningkatan kadar gonadotropin yatau Folikel stimulating hormon (FSH) dan Leuteanezing hormone (LH) yang akan mematangkan sel leidig dan mengeluarkan hormon testosterone serta hormon estrogen pada wanita sebelum menstruasi. Selama pubertas pada anak laki-laki kadar hormon testosteron meingkat melebihi 20 ng/dl, yang sebelumnya selama anak-anak lebih kecil dari 10 ng/dl (Soetjiningsih, 2004).
2.2. Pengetahuan 3.2.1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
9
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan merupakan dasar untuk terbentuknya sikap dan tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
2.2.2. Kategori Pengetahuan Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu: a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76-100% dari seluruh petanyaan b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56-75% dari seluruh pertanyaan
10
c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40-55% dari seluruh pertanyaan 2.2.3. Tingkat Pengetahuan dalam Domain Kognitif Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengatahuan yang paling rendah b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah faham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). d. Analisis
11
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada. f. Evaluasi Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek
2.3. Kesehatan Reproduksi 2.3.1. Pengertian Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman (Fatimah, 2006). 2.3.2. Alat Reproduksi 1. Alat reproduksi wanita
12
Alat reproduksi wanita terdiri dari bagian luar (dapat dilihat karena di permukaan tubuh) dan bagian dalam (tidak terlihat karena di dalam panggul). Alat reproduksi wanita bagian luar terdiri dari : a. Bibir kemaluan/labia mayora b. Bibir dalam kemaluan/labia minora c. Kelentit/clitoris dan d. Vulva. Sedangkan alat reproduksi wanita bagian dalam terdiri atas a. Vagina b. Leher rahim/cervik c. Rahim/uterus d. Saluran telur/tuba falopii e. Dua buah indung telur/ ovarium. 2. Alat reproduksi laki-laki Sedangkan alat reproduksi laki-laki terdiri dari penis dan kantung zakar, urethtra, kelenjar prostat dan saluran vas deference (Depkes RI dan WHO, 2003). 2.3.3. Fisiologi Alat Reproduksi. Fungsi alat reproduksi menurut Manuaba (2009): 1. Alat reproduksi wanita a. Labia mayora
13
Labiya mayora berbentuk lonjong menjurus ke bawah dan bersatu di bagian bawah. Fungsi labia mayora untuk menutupi lubang vagina. b. Labia minora Labia minora merupakan lipatan kecil di bagian dalam labia mayora. Labia ini analog dari kulit skrotum pria. c. Klitoris Merupakan bagain yang erektil, mengandung banyak pembuluh darah dan sangat sensitif. d. Himen (Selaput dara) Merupakan selaput tipis yang menutupi sebagian lubang vagina. Pada umumnya himen berlubang sehingga menjadi saluran aliran darah menstruasi. Pada hubungan seks pertama himen akan robek dan mengeluarkan darah. e. Vagina Merupakan saluran yang menghubungkan rahim dengan dunia luar. f. Rahim Bentuk rahim seperti buah pir dengan berat sekitar 30 gram. Rahim merupakan tempat berkembangnya janin. g. Tuba fallopii Merupakan saluran lurus, yang ujungnya berbentuk seperti rumbai-rumbai. Disini tempat terjadinya pembuahan sperma dan ovum. h. Ovarium
14
Ovarium merupakan sumber hormonal wanita yang paling utama, sehingga mempunyai dampak pengatur proses menstruasi. Ovarium mengeluarkan telur (ovum) setiap bulan. Pada saat telur dikeluarkan wanita mengalami masa subur. 2. Alat reproduksi laki-laki a. Penis Penis merupakan jaringan erektil yang berfungsi untuk deposit sperma dalam hubungan seksual sehingga dapat ditampung dalam liang senggama. b. Testis Testis disebut juga buah zakar. Testis berada di luar yang dibungkus dengan skrotum yang longgar. Testis merupakan alat penting yang untuk membentuk hormon pria yaitu testosteron dan membentuk spermatozoa. Spermatozoa yang telah dibentuk disimpan pada saluran testis. Spermatozoa tidak tahan panas dan tidak tahan suhu dingan. Kulit skrotum yang lingggar berguna untuk mengatur suhu sehingga panasnya relatif tetap.
c. Epididimis Epididimis merupakan saluran dengan panjang 45-50 cm, tempat bertumbuh dan berkembangnya spermatozoa, sehingga siap untuk melakukan pembuahan d. Kelenjar prostat
15
Kelenjar prostat merupakan pembentuk cairan yang akan bersama-sama keluar saat ejakulasi dalam hubungan seksual. e. Vas deferens Vas deferens merupakan kelanjutan dari saluran epididimis yang dapat diraba dari luar. 2.3.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Menurut Harahap (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi adalah : 1. Faktor sosial ekonomi Kemiskinan, tingkat pengetahuan yang rendah, ketidaktahuan tentang kesehatan reproduksi dan lokasi tempat tinggal yang terpencil. 2. Faktor budaya dan lingkungan Informasi tentang kesehatan reproduksi yang diperoleh. 3. Faktor Psikologis Remaja dengan kondisi Broken home (keretakan pada orang tua, depresi karena ketidak seimbangan hormon dan lain-lain).
4. Faktor Biologis Cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit seksual, dan lainlain. 2.3.5. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
16
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada remaja menurut Depkes dan WHO (2003) antara lain : 1. Selaput dara/ hymen 2. Tanda-tanda kematangan alat- alat reproduksi wanita. Seperti membesarnya payudara, tekstur kulit yang halus, dan bentuk tubuh menjadi indah 3. Haid/ menstruasi hal-hal lain yang perlu diperhatikan saat haid. Seperti haid pertama (menarche), lamanya menstruasi, siklus menstruasi, keluhan menstruasi dan jumlah darah yang dikeluarkan 4. Ereksi Ereksi merupakan membesarnya ukuran penis karena vaskularisasi daerah penis yang disebabkan adanya rangsangan 5. Onani Onani adalah aktivitas menyentuh/ meraba bagian tubuh dengan tujuan untuk merangsang secara seksual dirinya sendiri (Manuaba, 2009)
6. Mimpi basah Mimpi basah (emisi noktural) adalah pengeluaran cairan semen pada laki-laki saat tidur. Mimpi basah biasa dialami oleh remaja laki-laki, sekaligus menandakan bahwa telah memasuki masa pubertas (Manuaba, 2009).
17
7. Bahaya kehamilan di luar nikah Dampak paling menonjol dari kegiatan seks bebas ini adalah meningkatnya angka kehamilan yang tidak diinginkan. Setiap tahun ada sekitar 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia dimana 20 persennya dilakukan remaja (Syarif, 2008). 8. Penyakit menular seksual (PMS) Penyakit menular seksual adalah penyakit yang penularannya melalui hubungan seksual. Penularan tersebut dapat terjadi pada perilaku seks bebas (seks pra-nikah, berganti-ganti pasangan atau dengan penjaja seks, serta hubungan seksual berisiko). Jenis PMS diantaranya adalah gonorrhea, sifilis (raja singa), herpes genetalis, trikomoniasis vaginalis, klamidia, dan sebagainya. Adapun cara pencegahannya adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah, bagi remaja yang sudah menikah harus saling setia. Wanita perlu diketahui bahwa risiko tertular PMS lebih besar dari laki- laki, sebab bentuk alat reproduksinya lebih rentan (Depkes RI dan WHO, 2003). Pengetahuan kesehatan reproduksi sangat penting bagi remaja sebagai dasar penentuan sikap dan perilaku kesehatan reproduksi yang positif. Pengetahuan yang tepat, benar dan terarah akan membantu siswa memiliki sikap dan perilaku positif (Rauf, 2008).
2.4. Sikap 2.4.1. Pengertian
18
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek, sehingga manifestasi sikap tidak langsung dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan (Notoadmojo, 2003). Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu, dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. 2.4.2. Tingkatan Sikap 1. Menerima (receiving). Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. 2. Merespons (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap tingkat dua. 3. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi (Azwar, 2005). 2.4.3. Komponen Pokok Sikap
19
Mengikuti skema triadik, struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang, yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (Affective) dan komponen konatif (conative). Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional dan komponen konatif yang merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang (Azwar, 2005). 2.4.4. Interaksi Komponen-Komponen Sikap Menurut Azwar (2005), para ahli psikologi sosial banyak yang beranggapan bahwa ketiga komponen adalah selaras dan konsisten, dikarenakan apabila dihadapan dengan satu obyek sikap yang sama maka ketiga komponen itu harus mempolakan sikap yang beragam. Dan apabila salah satu saja diantara komponen sikap (cognitive, affective, conative) tidak konsisten dengan yang lain, maka akan terjadi ketidakselarasan yang menyebabkan timbulnya perubahan sikap sedemikian rupa sehingga konsistensi itu tercapai kembali. Prinsip ini banyak dimanfaatkan dalam manipulasi sikap guna mengalihkan bentuk sikap tertentu menjadi bentuk yang lain, yaitu dengan memberikan informasi berbeda mengenai objek sikap yang dapat menimbulkan inkonsistensi antara komponen-komponen sikap pada diri seseorang. 2.4.5. Faktor yang Mempengaruhi Sikap Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap, sebagaimana yang diungkapkan oleh Azwar (2005) dalam bukunya Sikap Manusia, Teori dan
20
Pengukurannya yaitu dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek psikologis yang dihadapinya. Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap antara lain: 1. Pengalaman pribadi Hal-hal yang telah dan sedang dialami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus. Pengalaman pribadi yang memberik kesan kuat merupakan dasar pembentukan sikap (Azwar, 2005). 2. Pengaruh lingkungan sosial Individu cenderung untuk memiliki sikap searah dengan orang-orang yang berpengaruh terhadap dirinya, hal ini dimotivasi oleh keinginan untuk bergabung dan menghindari konflik dengan orang yang di anggap penting (Azwar, 2005). 3. Pengaruh kebudayaan Pengaruh kebudayaan dimana individu hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar (Azwar, 2005).
4. Media massa Media massa sebagai sarana komunikasi mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan dan kepercayaan individu. Informasi baru yang disampaikan memberi landasan kognitif baru, pesan sugestif yang kuat akan memberi dasar afektif dalam menilai suatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu (Azwar,
21
2005). Media audiovisual secara psikis dapat menggelorakan dorongan seksual (Sakti dan Kusuma, 2006). 5. Institusi, atau lembaga pendidikan dan lembaga agama Di dalam kedua lembaga tersebut meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya (Azwar, 2005). 6. Jenis kelamin Jenis kelamin akan menentukan sikap seseorang, karena reproduksi dan hormonal berbeda, yang diikuti perbedaan proses fisiologi tubuh. Kadar hormon testosteron laki-laki lebih tinggi dibanding wanita, tetapi wanita lebih sensitif terhadap hormon testosteron (Sakti dan Kusuma, 2006). 7. Pengetahuan Sikap seseorang terhadap suatu obyek menunjukkan pengetahuan orang tersebut terhadap objek yang bersangkutan (Walgito, 2003). 8. Faktor emosi dalam individu (Azwar, 2005). 2.4.6. Ciri-ciri Sikap 1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari. 2. Sikap dapat berubah-rubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu.
22
3. Sikap tidak berdiri sendiri, tapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. 4. Objek sikap merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan suatu hal. 5. Sikap mempunyai segi-Segi motivasi dan segi-segi perasaan (Azwar, 2005). 2.4.7. Sifat Sikap Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Azwar, 2005). 1. Sikap
positif
kecenderungan
tindakan
adalah
mendekati,
menyenangi,
mengharapkan obyek tertentu. 2. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu. 2.4.8. Cara Pengukuran Sikap. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat dan pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataanpernyataan hipotesis kemudian dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoadmojo, 2003). 2.5. Pacaran 2.5.1. Pengertian Pacaran adalah masa pendekatan antar individu dari kedua lawan jenis, yaitu ditandai dengan saling pengenalan pribadi baik kekurangan dan kelebihan dari
23
masing-masing individu. Bila berlanjut, masa pacaran dianggap sebagai masa persiapan individu untuk dapat memasuki masa pertunangan atau masa pernikahan. (Agus, 2004). Ketertarikan antar remaja yang berpacaran di pengaruhi oleh 2 aspek yaitu: intimasi dan passion. 1. Intimasi yaitu suatu hubungan yang akrab, intim, menyatu, saling percaya, dan saling menerima antara individu yang satu dengan individu yang lain. 2. Passion adalah suatu terjadinya hubungan antar individu tersebut, lebih dikarenakan oleh unsur-unsur biologis. Dan Ketertarikan fisik, atau dorongan seksual. Dengan hadirnya kedua faktor ini, maka para ahli menyebutnya sebagai masa percintaan atau pacaran yang romantis (Agus, 2004) 2.5.2. Pacaran Sehat dan Pacaran Tidak Sehat Menurut lawn (2010) bahwa banyak orang tua mengatakan bahwa pacaran remaja zaman sekarang sudah tidak sehat dan terlalu berani. Sebenarnya definisi pacaran sehat itu adalah adalah pacaran yang baik. Yaitu artinya dapat dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu sehat secara fisik, sehat secara psikis, dan sehat secara sosial:
1. Pacaran sehat a. Sehat secara fisik.
24
Sehat fisik yaitu tidak ada kekerasan dalam pacaran. Pasangan yang memiliki rasa menghargai, menghormati dan tidak melakukan kekerasan misalnya bertindak menampar atau memukul. b. Sehat secara psikis. Hubungan kita dengan orang lain akan terjalin baik apabila ada rasa nyaman. Jangan sampai ada rasa keterpaksaan dalam membangun hubungan. Misalnya perasaan sedih, takut. c. Pacaran sehat secara sosial Dalam berpacaran tidak mengganggu lingkungan masyarakat, sehingga menimbulkan ketidak nyamanan lingkungan. Misalnya kita berpacaran tidak tau waktu atau berbuat tidak senonoh di muka umum. 2. Pacaran tidak sehat Pacaran tidak sehat yaitu meliputi kissing, necking, petting, intercourse. Biasanya para remaja melakukan pacaran tidak sehat ini bertujuan untuk menunjukan rasa cinta sebenarnya dapat ditunjukan dengan beragam cara dan tidak harus dengan aktifitas seksual. Biasanya perilaku mencemaskan ini dimulai dengan berciuman (kissing) dengan pasangan, yang lama-lama berlanjut ke necking (mencium leher sampai meraba-raba tubuh). Jika sudah sampai ketahap necking maka sangat mungkin untuk berlanjut ke petting (saling menggosok- gosokkan alat kelamin). Apabila telah melakukan petting maka biasanya aktivitas ini berlanjut pada tahap intercourse. Hal ini disebabkan rangsangan yang dihasilkan oleh petting
25
menimbulkan motivasi yang sangat besar bagi pasangan untuk melakukan intercourse. Dengan terjadinya intercourse, tentu resiko terjadinya kehamilan akan sangat besar (Iwan, 2010). a. Kissing Ciuman yang umum dilakukan. Berciuman dengan bibir dan mulut terbuka dan termasuk menggunakan lidah itulah yang dimaksud dengan French kiss. b. Necking Berciuman biasanya termasuk mencium wajah dan leher. Necking adalah istilah yang umumnya digunakan untuk menggambarkan ciuman dan pelukan yang lebih mendalam. c. Petting Merasakan dan mengusap-ngusap tubuh pasangan, termasuk lengan, dada, buah dada, kaki, dan kadang-kadang daerah kemaluan, entah diluar atau di dalam pakaian. 2.5.3. Fungsi Pacaran Menurut Paul dan White, ahli psikologi perkembangan remaja, 8 fungsi pacaran yaitu sebagai berikut: 1. Pacaran sebagai masa rekreasi, karena remaja memperoleh pengalaman yang menyenangkan.
Dianggap
menyenangkan,
karena
remaja
memperoleh
pengalaman baru untuk menempuh kehidupan bersama dengan seorang yang
26
dikasihi, disayangi, atau dicintainya. Sehingga kehadiran orang yang dicintai akan dapat membangkitkan semangat hidup. 2. Pacaran sebagai sumber status dan prestasi. Mempunyai atau memperoleh seorang pacar, berarti diri seseorang telah berhasil menjalani hubungan intensif, sehingga tercipta hubungan yang akrab dengan pacarnya. Seorang pacar dianggap lebih dari sekedar teman/sahabat, karena untuk memperoleh seorang pacar, seseorang harus berupaya mengenal pribadi secara mendalam yang di tandai oleh unsur saling percaya. 3. Pacaran sebagai proses sosialisasi. Dalam masa pacaran, seorang individu akan dapat bergaul untuk belajar mengenal, menyerap nilai-nilai, norma, etika sosial dari kelompok sosial lainnya, sehingga diharapkan ia akan dapat berperilaku sesuai dengan aturan-aturan norma sosial. 4. Pacaran melibatkan kemampuan untuk bergaul secara intim, akrab, terbuka, dan bersedia untuk melayani/membuat individu yang lain sejenis. Dalam masa pacaran, seorang individu di tuntut untuk dapat memperhatikan kebutuhan orang yang dicintai. karena mencintai berarti memberi perhatian kebutuhan orang lain, sehingga orang tersebut sudah sepantasnya ditolong, dibantu, dihargai, dijaga lebih dari sekedar orang lain atau teman.
5. Pacaran sebagai penyesuaian normative.
27
Artinya masa ini dapat dipandang sebagai masa persiapan untuk menguji kemampuan dan menyalurkan kebutuhan seksual secara normative, terhormat, sesuai dengan norma masyarakat. 6. Pacaran sebagai masa sharing: mengekspresikan perasaan, pemikiran atau pengalaman. Masa pacaran ini akan memberikan kesempatan individu agar berperan sebagai teman untuk berinteraksi maupun membagi berbagai pengalaman, perasaan, pemikiran, atau aktivitas kepada lawan jenis. (pacar). Dengan demikian, individu dapat mengurangi beban stress, masalah pibadi dan dapat mengikis sifat-sifat egois pibadi. 7. Pacaran sebagai masa pengembangan identitas. Masa pacaran memberikan pengalaman penting yang berpengaruh bagi pembentukan dan pengembangan identitas diri seorang individu. 8. Pacaran sebagai masa pemilihan calon pasangan hidup. Masa pacaran ini berfungsi sebagai masa pencarian, pemilihan, dan penentuan calon teman hidup untuk persiapan dalam pernikahan guna membangun rumah tangga baru (Agus, 2004).
2.5.4. Faktor yang Mempengaruhi Pacaran
28
1. Umur Faktor umur sangat penting. Semakin lanjut usia, diharapkan mereka juga lebih memperhatikan kematangan. Taraf kematangan ini di perlukan supaya mereka dapat mempertimbangkan dengan baik sifat dan tingkat pacaran dalam hubungannya dengan batas-batas kesopanan. 2. Sifat pacaran Pergaulan bebas sering dimulai dengan pergaulan yang biasa dikenal sebagai pacaran. Sesungguhnya pacaran juga meliputi unsur lain, bukan sekedar berkumpul untuk belajar, melainkan ada unsur rasa senang dari keadaan pertemuan itu. 3. Tingkat pacaran Bila selanjutnya perasaan yang mulai timbul dengan pacaran diumpamakan dengan muatan listrik, jarak antara kedua individu yang sedang mengalaminya akan menentukan tingkat pacaran itu. Semakin dekat, semakin besar kemungkinana persentuhan yang dapat menimbulkan “korsleting” ataupun aliran listrik yang memberipercikan bunga api cinta (Singgih, 2012).
2.6. Kerangka Konsep
29
Variabel Independent
Variabel Dependent
Pengetahuan tentang kespro
Sikap berpacaran sehat
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
2.7. Hipotesis Penelitian 1.
Ada hubungan pengetahuan remaja usia 17-20 tahun tentang kesehatan reproduksi dengan sikap berpacaran sehat di SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau.
BAB III
30
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik, penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan remaja usia 17-20 tahun tentang kesehatan reproduksi dengan sikap berpacaran sehat di SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan bulan Juni sampai Juli 2015 yaitu mulai melakukan penelusuran kepustakaan, penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian, analisis data dan penyusunan laporan akhir.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/i SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat kelas XI yang berjumlah 106 orang. 3.3.2. Sampel 30
31
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan sebagai sampel berjumlah 106 orang (total sampling). 3.3.3. Kriteria Sampel a. Kriteria Inklusi 1. Responden yang pernah pacaran atau sedang pacaran saat ini 2. Bersedia menjadi responden b. Kriteria Eksklusi 1. Responden yang belum pernah pacaran atau tidak sedang pacaran saat ini 2. Tidak bersedia menjadi responden
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data a. Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. b. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data dari dokumen atau catatan yang diperoleh dari SMA Bina Bakti.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
32
3.5.1. Variabel Independent 1. Tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi adalah tingkatan kemampuan kognitif sampel memahami tentang kesehatan reproduksi. Seperti, pertumbuhan dan perkembangan, anatomi
dan fisiologi
alat reproduksi, kehamilan,
pengetahuan seksual dan penyakit menular seksual. Kategori Tingkat Pengetahuan : 0. Baik 1. Buruk Pengukuran variabel tingkat pengetahuan disusun 7 pertanyaan yang diajukan dengan jawaban ”ya (bobot nilai 2 )” dan ”tidak (bobot nilai 1)”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu: 0. Baik, jika responden memperoleh skor > 50% dari total yaitu 8-14 1. Buruk, jika responden memperoleh skor ≤ 50% dari total yaitu 1-7 3.5.2. Variabel Dependent 1. Sikap berpacaran sehat adalah sikap berpacaran yang di tunjukkan oleh remaja dengan tidak ada kekerasan dalam pacaran, ada rasa nyaman dan dalam berpacaran tidak mengganggu lingkungan masyarakat. Kategori Sikap berpacaran sehat : 0. Sehat 1. Tidak sehat
Pengukuran variabel tingkat pengetahuan disusun 8 pertanyaan yang diajukan
33
dengan jawaban ”ya (bobot nilai 2 )” dan ” tidak (bobot nilai 1)”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu: 0. Sehat responden memperoleh skor > 50% dari total yaitu 9-16 1. Tidak Sehat, jika responden memperoleh skor ≤ 50% dari total yaitu 1-8
3.6. Metode Pengukuran Tabel 3.1. Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur Variabel Variabel Bebas Pengetahuan Variabel Terikat Sikap berpacaran sehat
Cara dan Alat Ukur
Skala Ukur
Hasil Ukur
Wawancara (kuesioner)
Ordinal
0. Baik 1. Tidak baik
Wawancara (kuesioner)
Ordinal
0. Sehat 1. Tidak sehat
3.7. Metode Analisis Data 3.7.1. Analisis Univariat Analisis data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran variabel independen pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan variabel dependen yaitu sikap berpacaran sehat. 3.7.2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan pengetahuan remaja usia 17-20 tahun tentang kesehatan reproduksi dengan sikap berpacaran sehat di SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis
34
Provinsi Riau dengan menggunakan statistik uji chi-square kemudian hasilnya dinarasikan.
BAB IV
35
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMA Bina Bakti terletak di Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau dan berdiri pada tahun 1988. Saat ini SMA Bina Bakti adalah Akredisi A dan memiliki ruang laboratorium yang lengkap dan fasilitas yang memadai. Luas areal seluruhnya 4.229 m2 dan luas bangunan 721 m2. Visi dan Misi sekolah/yayasan SMA Bina Bakti adalah sebagai berikut : a.
Visi Mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
mendidik
para siswa
untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang terampil serta menguasai ilmu pengetahuan menuju era globalisasi. b.
Misi Mewuzudkan siswa yang menguasai ilmu pengetahuan dan berbudi luhur sesuai dengan iman dan taqwa selaku umat beragama ditengah tengah masyarakat.
4.2. Analisis Univariat Analisis univariat yang diteliti dalam penelitian ini meliputi: tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan sikap berpacaran sehat.
4.2.1. Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau 35
36
Untuk melihat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau dapat dilihat pada Tabel 4.1 : Tabel 4.1. Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau No Pengetahuan Reproduksi 1 Baik 2 Tidak Baik
tentang
Kesehatan
Jumlah
f
%
76 37 113
67,3 32,7 100,0
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi siswa mayoritas dengan baik sebanyak 76 orang (67,3%) dan minoritas tidak baik sebanyak 37 orang (32,7%). 4.2.2. Sikap Berpacaran Sehat SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau Untuk melihat sikap berpacaran sehat SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau dapat dilihat pada Tabel 4.2 : Tabel 4.2. Sikap Berpacaran Sehat SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau No Sikap Berpacaran Sehat 1 Sehat 2 Tidak Sehat Jumlah
f 65 48 113
% 57,5 42,5 100,0
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sikap berpacaran sehat siswa mayoritas dengan sehat sebanyak 65 orang (57,5%) dan minoritas tidak sehat sebanyak 48 orang (42,5%). 4.3. Analisis Bivariat
37
Analisis bivariat bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan remaja usia 17-20 tahun tentang kesehatan reproduksi dengan sikap berpacaran sehat di SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Berdasarkan hasil analisis bivariat antara variabel hubungan pengetahuan remaja usia 17-20 tahun tentang kesehatan reproduksi dengan sikap berpacaran sehat di SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau dapat dilihat pada Tabel 4.3 : Tabel 4.3. Hubungan Pengetahuan Remaja Usia 17-20 Tahun tentang Kesehatan Reproduksi dengan Sikap Berpacaran Sehat di SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau No Pengetahuan 1 2
Baik Tidak Baik
Sikap Berpacaran Sehat Sehat Tidak Sehat n % n % 51 67,1 25 32,9 14 37,8 23 62,2
Total n % 76 100 37 100
P value 0,003
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa hubungan antara pengetahuan remaja usia 17-20 tahun tentang kesehatan reproduksi dengan sikap berpacaran sehat di SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau diperoleh bahwa ada sebanyak 51 dari 76 orang (67,1%) dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi baik terdapat bersikap berpacaran sehat dan berpacaran tidak sehat sebanyak 25 orang (32,9%). Sedangkan diantara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang tidak baik ada 14 dari 37 orang (37,8%) terdapat bersikap berpacaran sehat dan berpacaran tidak sehat sebanyak 23 orang (62,2%). Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa nilai p < 0,003 maka dapat disimpulkan ada hubungan proporsi pengetahuan remaja usia 17-20 tahun tentang kesehatan reproduksi dengan
38
sikap berpacaran sehat di SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau (ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan remaja usia 17-20 tahun tentang kesehatan reproduksi dengan sikap berpacaran sehat di SMA Bina Bakti).
BAB V
39
PEMBAHASAN
5.1. Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau Hasil penelitian tentang variabel pengetahuan tentang kesehatan reproduksi ditemukan siswa SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau dengan berpengetahuan tidak baik sebesar 32,7%. Penelitian ini menunjukkan bahwa siswa SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau masih kurang mengetahui kesehatan reproduksi. Mengacu pada hasil tersebut siswa SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau perlu mendapat informasi tentang kesehatan reproduksi melalui penyuluhan-penyuluhan atau sumber bacaan tentang kesehatan reprosuksi. Pada penelitian ini SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau sebenarnya lebih banyak yang sudah berpengetahuan baik tentang kesehatan reproduksi. Siswa yang berpengetahuan baik mungkin rajin mencari informasi-informasi yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi. Hal ini sesuai dengan penelitian Intisari (2013) tentang gambaran pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswa di SMA „X” Bantul diperoleh bahwa dari 114 responden 88 responden (77%) memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi baik, 25 responden (22%) memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi cukup dan 1 responden (1%) memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi kurang dan
40
berdasarkan data tersebut sebagian besar remaja di SMA „X” Bantul mempunyai pengetahuan kesehatan reproduksi baik. Penelitian lain yang sesuai adalah penelitian Ita Titisari (2013) bahwa pengetahuan remaja usia 17-20 tahun tentang kesehatan reproduksi di Kelas III SMK Pawyatan Dhaha Kediri pada umumnya tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dari jawaban responden melalui angket. Dari 143 responden terdapat 60,14% responden mempunyai pengetahuan tinggi dan 39,86% rsponden mempunyai pengetahuan rendah. Pengetahuan kesehatan reproduksi remaja diberikan dengan tujuan agar remaja memiliki informasi yang benar mengenai sistem reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Pengetahuan kesehatan reproduksi yang wajib diketahui oleh para remaja adalah: 1) pengenalan mengenai organ dan fungsi reproduksi (system, proses, alat reproduksi, dan aspek tumbuh kembang remaja; 2) mengapa remaja perlu pendewasaan usia kawin serta bagaimana merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginan; 3) penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi; 4) bahaya narkoba, miras pada kesehatan reproduksi; 5) pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual; 6) kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya; 7) mengembangkan kemampuan komunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif; 8) hak-hak reproduksi (bebas dari penyakit, mendapatkan pelayanan kesehatan). Pengetahuan kesehatan reproduksi remaja diberikan dengan
41
tujuan agar remaja memiliki informasi yang benar mengenai sistem reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Pengetahuan kesehatan reproduksi yang wajib diketahui oleh para remaja adalah: 1) pengenalan mengenai organ dan fungsi reproduksi (system, proses, alat reproduksi, dan aspek tumbuh kembang remaja; 2) mengapa remaja perlu pendewasaan usia kawin serta bagaimana merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginan; 3) penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi; 4) bahaya narkoba, miras pada kesehatan reproduksi; 5) pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual; 6) kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya; 7) mengembangkan kemampuan komunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif; 8) hak-hak reproduksi (bebas dari penyakit, mendapatkan pelayanan kesehatan).
5.2. Sikap Berpacaran Sehat SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau Hasil penelitian tentang variabel berpacaran sehat ditemukan siswa SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau dengan berpacaran tidak sehat sebesar 42,5%. Penelitian ini menunjukkan bahwa siswa SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau tergolong tinggi berpacaran tidak sehat. Mengacu pada hasil tersebut siswa SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau perlu mendapat informasi tentang berpacaran melalui penyuluhan-penyuluhan.
42
Pada penelitian ini, pacaran tidak sehat yaitu meliputi kissing, necking, petting, intercourse. Biasanya para remaja melakukan pacaran tidak sehat bertujuan untuk menunjukan rasa cinta sebenarnya dapat ditunjukan dengan beragam cara dan tidak harus dengan aktifitas seksual. Biasanya perilaku mencemaskan ini dimulai dengan berciuman (kissing) dengan pasangan, yang lama-lama berlanjut ke necking (mencium leher sampai meraba-raba tubuh). Jika sudah sampai ketahap necking maka sangat mungkin untuk berlanjut ke petting (saling menggosok- gosokkan alat kelamin). Apabila telah melakukan petting maka biasanya aktivitas ini berlanjut pada tahap intercourse. Hal ini disebabkan rangsangan yang dihasilkan oleh petting menimbulkan motivasi yang sangat besar bagi pasangan untuk melakukan intercourse. Dengan terjadinya intercourse, tentu resiko terjadinya kehamilan akan sangat besar (Iwan, 2010). Penelitian ini sesuai dengan penelitian Ita Titisari (2013) bahwa Sikap Berpacaran Sehat Remaja Usia 17-20 tahun di Kelas III SMK 2 Pawyatan Dhaha Kediri diperoleh 84,62 % responden memiliki sikap positif dan 15,38 % responden memiliki sikap negatif. Responden yang mempunyai bersikap sehat terhadap pacaran, sebagian besar menyatakan mengerti dan memahami kesehatan reproduksi diperlukan saat berpacaran. Sedangkan lainnya yang mempunyai sikap tidak sehat terhadap pacaran, sebagian besar menyatakan bahwa berciuman, berpegangan tangan atau berpelukan
43
saat pacaran penting dilakukan sebagai ungkapan rasa sayang. Sikap tersebut sudah melenceng dari konsep mendidik. Hermawan, 2007 mengenai pacaran sehat. Menurutnya pacaran sehat adalah pacaran yang terbebas dari segala bentuk kekerasan fisik (termasuk biologi), kekerasan emosi, pemaksaan atau penodaan fisik misalnya mencium, bercumbu dan berhubungan intim.
5.3. Hubungan Pengetahuan Remaja Usia 17-20 Tahun tentang Kesehatan Reproduksi dengan Sikap Berpacaran Sehat di SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Hasil penelitian diperoleh bahwa ada sebanyak 51 dari 76 orang (67,1%) dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi baik terdapat bersikap berpacaran sehat dan berpacaran tidak sehat sebanyak 25 orang (32,9%). Sedangkan diantara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang tidak baik ada 14 dari 37 orang (37,8%) terdapat bersikap berpacaran sehat dan berpacaran tidak sehat sebanyak 23 orang (62,2%). Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa nilai p < 0,003 maka dapat disimpulkan ada hubungan proporsi pengetahuan remaja usia 17-20 tahun tentang kesehatan reproduksi dengan sikap berpacaran sehat di SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin tinggi pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi maka akan meningkat sikap berpacaran sehat bagi remaja. Berpacaran sehat merupakan suatu proses pacaran dimana keadaan fisik, mental dan sosialnya dalam keadaan baik. Sehat secara fisik berarti tak ada kekerasan
44
dalam berpacaran. Selain itu menjaga konsisi tubuh dari pasangan agat tetap sehat juga merupakan hal yang harus dilakukan dan tentunya menguntungkan satu sama lain. Pacaran sebenarnya merupakan waktu bagi sepasang individu untuk saling mengenal atu dengan yang lain. Selama pacaran dilakukan dalam batas-batas yang benar, pacaran dapat mendatangkan banyak hal positif. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Ita Titisari (2013) bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan remaja usia 17-20 tahun tentang kesehatan reproduksi terhadap sikap berpacaran sehat. Berdasarkan penelitian Ita Titisari (2013) tersebut menunjukkan bahwa sikap remaja Kelas III SMK 2 Pawyatan Dhaha Kediri untuk berpacaran sehat tidak dipengaruhi oleh pengetahuannya akan kesehatan reproduksi, tetapi dapat disebabkan oleh faktor- faktor lain misalnya, maraknya filmfilm dan majalah porno yang dapat mempengaruhi remaja dalam bersikap dan berperilaku atau dapat juga karena adanya pengaruh teman sebaya yang begitu kuat. Menurut Sunaryo, 2004 faktor-faktor yang mempengaruhi sikap seseorang antara lain faktor yang berasal dari dalam individu. Dalam Hal ini individu menerima, menolak dan memilih segala sesuatu yang datang dari luar serta menentukan mana yang akan diterima dan mana yang tidak. Kemudian faktor dari luar individu, berupa stimulus yang bersifat langsung misalnya individu dengan individu. Dapat juga stimulus yang bersifat tidak langsung misalnya melalui perantara seperti alat komunikasi.
45
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 1. Tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi siswa mayoritas dengan baik sebanyak 76 orang (67,3%) dan minoritas tidak baik sebanyak 37 orang (32,7%). 2. Sikap berpacaran sehat siswa mayoritas dengan sehat sebanyak 65 orang (57,5%) dan minoritas tidak sehat sebanyak 48 orang (42,5%). 3. Ada hubungan pengetahuan remaja usia 17-20 tahun tentang kesehatan reproduksi dengan sikap berpacaran sehat di SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. 6.2. Saran 1.
SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau untuk meningkatkan sumber informasi tentang kesehatan reproduksi dan berpacaran sehat kepada siswa.
2.
Kepada siswa SMA Bina Bakti Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan berpacaran sehat.
46
DAFTAR PUSTAKA Ira Titisari, 2013, Hubungan Pengetahuan Remaja Usia 17-20 Tahun Tentang Kesehatan Reproduksi Terhadap Sikap Berpacaran Sehat Di Kelas Iii Smk 2 Pawyatan Dhaha Kediri, Prodi Kebidanan Kediri. Aspy, Cheryl B; Vesely, Sara K; Oman, Roy F; Rodine, Sharon; Marshall, Ladonna; McLeroy, Ken. 2007. Parental Communication and Youth Sexual Behaviour. Journal of Adolescence. Bearinger, L. H., Sieving, R. F., Ferguson, J., & Sharma, V. Global perspective on the sexual and reproductive health of adolescent: Patterns, prevention, and potensial. Lancet 2007. Burgess V, Dziegielewski SF, Green CE. Improving Comfort about Sex Communication between Parents and Their Adolescents: Practice-Based Research within A Teen Sexuality Group. Brief Treatment and Crisis Intervention. 2005; 5:379-390. Calhoun, Acocella. 1995. Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Terjemahan oleh Satmoko. Semarang: IKIP Semarang. Dariyo, Agoes. 2004. Perkembangan Remaja. Bogor. PT. Ghalia Indonesia. Daryanto, Tiffany. 2009. Hubungan antara Religius dengan Perilaku Seks Pranikah pada Mahasiswa Indekost di Malang. Skripsi (tidak diterbitkan). Malang: Universitas Negeri Malang. Desmita. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Effendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Eisenberg, M. E., Sieving, R. E., Bearinger, L. H., Swain, C., & Resnick, M. D. Parents‟ communication with adolescents about sexual behavior: A missed opportunity for prevention? J Youth Adolescence 2006. Erwin J., Skripsiadi. 2005. Pendidikan Dasar Seks untuk Anak. Yogyakarta: Curiosita.
47
Gunarsa, Singgih. 2004. Dari Anak Sampai Usia Lanjut: Bunga Rampai Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. Hurlock. E. B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang 122 Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Hurlock. E. B. 1993. Perkembangan Anak: Jilid 2. Jakarta: Erlangga. http://tumplung.blogspot.com/2009/02/sungguh-mencengangkan-dan html di akses tanggal 12 April 2010
mengerikan.
http://news.okezone.com/read/2009/12/29/340/289247/340/video-mesum-di-tengahladang-goyang-blitar. Diakses 24 Maret 2010 Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Remaja. Bandung. PT. Bandar Maju. Kirby D, Miller BC. Intervention Designed to Promote Parent-Teen Communication about Sexuality. New Direction for Child and Adolescent Development. 2002; 97. Marcovitz, H. The gallup youth survey. In Mayor issues and trends teens & sex. Stockton, New Jersey 2007: Mason Crest Publisher. Martino, S. C., Elliott, M.N., Corona, R., Kanouse, D.E. & Schuster, M.A. Beyond the “big talk‟: The roles of breadth and repetition in parent-adolescent communication about sexual. Pediatrics 2008, 121, 612 Mufidah, Lilik. 2008. Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Perilaku Seks Pranikah Siswa SMKN 2 di Kota Malang. Skripsi (tidak diterbitkan). Malang: UIN Malang. Notoadmodjo, S. 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. ____________ , 2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta, Jakarta. Nuranti Alifah, 2, Hubungan antara Komunikasi Orangtua – Remaja dengan Sikap Remaja Terhadap Hubungan Seksual Pranikah di SMA Kabupaten Purworejo, Tesis, Program Pascasarjana, FK UGM, Yogyakarta. Papalia, Diane E, Sally Wendkos & Ruth Duskin F. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan): Edisi Kesembilan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
48
Putri F.A, 2012, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Seks Pranikah Pada Remaja SMA di Rengat Kabupaten Indragiri Hulu. Rachman W.A, 2008, Analisis Ketahanan Keluarga dalam Perilaku Seks Pranikah Remaja (Studi Kasus di Kota Ambon), Dosen FKM Universitas Hasanuddin Makassar, Jurnal Ilmiah Sinergi IPTEKS, LP3M Universitas Islam Makassar. Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Safarino. 1997. Biofeedback interactionivrea. it/thesis.
in
Education
Entertainment,
http://www.
Safitri Erlina, 2007, Hubungan Kontrol Diri Dengan Perilaku Seksual Remaja, Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Sarwono, Sarlito. W & Ami Siamsidar. 1986. Peranan Orang Tua dalam Pendidikan Seks, Jakarta: CV Rajawali. Sarwono. 1991. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Press. Setiawati, Dermawan, 2008. Pendidikan Kesehatan. Trans info Media, Jakarta. Simanjuntak, B & Pasaribu, L.I. 1986. Pengantar Psikologi Perkembangan. Bandung: Tarsito. Supratiknya, A. 1995. Komunikasi Antar Pribadi Tinjauan Psikologis. Yogyakarta: Kanisius. Susanti, Dini. 2002. Kontrol Diri dalam Perilaku Seks Pranikah MahasiswaUIIS Malang, Skripsi (tidak diterbitkan). Malang: UIIS Malang. Tanjung, A.et'al., 2001, Kebutuhan akan informasi dan pelayanan kesehatan Reproduksi Remaja. (online), (http://www/pkbi.or.id diakses 6 Agustus 2006). Uin, 2013, Hubungan antara Komunikasi Orang Tua-Anak Mengenai Seksualitas dan Kontrol Diri dengan Perilaku Seks Pranikah, Tesis, UIN, Malang, http://lib.uin-malang.ac.id /files /thesis/fullchapter/06410008.pdf Walgito, B. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi.
49
Widayanto, Arif. 2005. Studi Perilaku Seks Pra Nikah pada Siswa SMA Katolik Diponegoro Blitar. Skripsi (tidak diterbitkan). Malang: UMM Malang Wiendijarti I, 2011, Komunikasi Interpersonal Orang Tua-Anak dalam Pendidikan Seksual Remaja, Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Pembangunan Nasional ‟Veteran‟Yogyakarta, Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 9, Nomor 3, September-Desember 2011 Zulkifli, L. 1992. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
50
KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA USIA 17-20 TAHUN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP BERPACARAN SEHAT DI SMA BINA BAKTI KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU
A. Indentitas Responden 1. Nomor 2. Umur 3. Jenis Kelamin
: ……………. : ……………. : …………….
B. Pengetahuan Kespro
Pernyataan Ya 1. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. 2. Kesehatan reproduksi adalah keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya. 3. Kesehatan reproduksi adalah mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman 4. Salah satu tanda kematangan alat- alat reproduksi wanita adalah membesarnya payudara. 5. Dampak paling menonjol dari kegiatan seks bebas adalah meningkatnya angka kehamilan yang tidak diinginkan. 6. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang penularannya melalui hubungan seksual. 7. Penularan PMS terjadi karena seks pra-nikah, berganti-ganti pasangan atau dengan penjaja seks, serta hubungan seksual berisiko. C. SIKAP BERPACARAN SEHAT NO 1. 2. 3.
PERNYATAAN Apakah anda setuju tidak ada kekerasan dalam pacaran Apakah anda setuju bahwa dalam pacaran memiliki rasa menghargai dan menghormati setiap pasangan Jangan sampai ada rasa keterpaksaan dalam membangun hubungan
Ya
Tidak
Tidak
51
4. 5. 6. 7. 8.
Dalam berpacaran tidak mengganggu lingkungan masyarakat Dalam berpacaran harus tau waktu Apakah anda setuju berbuat tidak senonoh di muka umum. Saling menjaga perasaan pasangan Pacaran tidak harus kissing, necking, petting, intercourse.
MASTER DATA PENELITIAN
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1
Pengetahuan 2 3 4 5 6 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1
7 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1
PTO T 7 10 7 12 7 13 11 12 12 7 13 10 7 7 10 7 10 7 12 7 13 11 12 12 7 13 10 7
P K 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1
1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1
Sikap Pacaran Sehat 2 3 4 5 6 7 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1
8 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1
STO T 8 11 8 13 8 12 14 8 15 8 15 14 8 8 11 8 14 7 12 14 8 15 8 15 14 11 15 8
S K 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1
52
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69
2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1
1 2 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2
2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1
2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2
2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1
1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 2
1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1
11 10 7 11 13 11 12 12 7 13 10 7 11 10 7 10 7 12 7 13 11 12 12 9 13 10 7 11 10 7 11 13 11 12 12 7 13 10 7 11 10
0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0
1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1
1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1
1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1
1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1
1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1
1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1
1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1
1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1
8 15 8 15 8 11 15 8 8 14 11 15 12 8 14 13 15 8 12 8 8 15 14 11 8 12 8 8 14 8 14 14 8 11 15 8 13 8 8 12 8
1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1
53
70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110
1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2
1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1
1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1 2
1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2
1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1 2
2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1
2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1
9 10 9 12 7 13 11 12 12 7 13 10 7 7 7 7 11 13 11 12 12 7 13 10 7 11 7 7 10 7 12 7 7 11 12 12 7 13 10 7 11
0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0
1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1
2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1
1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1
2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2
1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1
2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2
1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1
2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2
12 8 14 8 15 11 8 15 8 15 8 13 8 8 15 15 8 15 8 15 8 13 15 8 11 15 11 15 14 8 12 7 8 12 14 13 8 15 14 8 11
0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0
54
111 1 2 1 2 1 2 1 112 1 1 1 1 1 1 1 113 2 1 2 2 2 1 1 Frequencies
10 7 11
0 1 0
2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 8 8
Pengetahuan
Valid
Baik Tidak Baik Total
Frequency 76 37 113
Percent Valid Percent 67.3 67.3 32.7 32.7 100.0 100.0
Cumulative Percent 67.3 100.0
Sikap
Valid
Sehat Tidak Sehat Total
Frequency 65 48 113
Percent Valid Percent 57.5 57.5 42.5 42.5 100.0 100.0
Cumulative Percent 57.5 100.0
Crosstabs Pengetahuan * Sikap Crosstabulation Sikap Tidak Sehat Sehat Pengetahuan Baik Count 51 25 Expected Count 43.7 32.3 % within 67.1% 32.9% Pengetahuan Tidak Count 14 23 Baik Expected Count 21.3 15.7 % within 37.8% 62.2% Pengetahuan Total Count 65 48 Expected Count 65.0 48.0 % within 57.5% 42.5% Pengetahuan
Total 76 76.0 100.0% 37 37.0 100.0% 113 113.0 100.0%
0 1 1
55
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value df sided) a 8.724 1 .003 7.567 1 .006
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio 8.721 1 .003 Fisher's Exact Test .004 .003 Linear-by-Linear 8.647 1 .003 Association N of Valid Cases 113 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.72. b. Computed only for a 2x2 table
ABSTRAK
Perilaku seks pranikah pada siswa SMA Negeri 2 Ketanjo Raya tergolong tinggi sebesar 32,8%. Keadaan ini terkait dengan dan Kontrol diri yang lemah dan gaya hidup berisiko siswa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kontrol diri dan gaya hidup siswa dengan perilaku seks pranikah di SMA Negeri 2 Ketanjo Raya. Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMA Negeri 2 Ketanjo Raya kelas X yang berjumlah 106 orang. Sampel sebanyak 106 orang, diambil dengan teknik total sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan uji chi square pada α = 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan kontrol diri dengan perilaku seks pranikah di SMA Negeri 2 Ketanjo Raya dan terdapat hubungan gaya hidup siswa dengan perilaku seks pranikah di SMA Negeri 2 Ketanjo Raya Disarankan kepada siswa SMA Negeri 2 Ketanjo Raya untuk meningkatkan kontrol diri dan mampu menahan keinginan atau dorongan sesaat yang bertentangan dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma sosial dan kepada siswa SMA Negeri 2 Ketanjo Raya untuk meningkatkan gaya hidup tidak berisiko terhadap perilaku seksual sehingga perilaku seksual pada siswa menurun.
56
\ Kata Kunci : Kontrol Diri, Gaya Hidup, Perilaku Seks
HUBUNGAN KOMUNIKASI ORANGTUA DAN ANAK SERTA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DI SMA PRAYATNA MEDAN
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh RIA ANGGRAINI 1170321
57
AKADEMI KEBIDANAN AUDI HUSADA MEDAN 2015