1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang sering disebut sebagai masa pubertas yaitu masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Pada tahap ini remaja akan mengalami suatu perubahan fisik, emosional dan sosial sebagai ciri dalam masa pubertas, dan dari berbagai ciri pubertas tersebut, menstruasi merupakan perbedaan yang mendasar antara pubertas pria dan pubertas wanita (Panuju dan Umami, 2005). Menurut WHO usia remaja merupakan suatu periode transisi dalam upaya menemukan jati diri dan kedewasaan biologis serta psikologi. Usia tersebut merupakan periode kritis sehingga perlu dibina dan dibimbing dengan benar. Remaja yang dimaksud adalah mereka yang berusia antara 10-19 tahun. Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 1994 jumlah penduduk usia 10-19 tahun mencakup 22,9% dari jumlah penduduk Indonesia (Dinkes, 2001). Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri sedang menginjak dewasa, dan sebagai tanda sudah mampu hamil. Namun perlu diingat bahwa jiwa remaja masih belum stabil dan belum mampu mandiri secara ekonomi maupun sosial. Usia remaja putri saat mengalami menarche bervariasi, yaitu antara usia 10-16 tahun, tetapi rata-rata pada usia 12-13 tahun keadaan tersebut sudah
1
2
terjadi. Statistik menunjukan bahwa usia menstruasi dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum (Sarwono, 2006). Jika seorang anak perempuan kedatangan menstruasi pertama untuk pertama kali, hal ini bisa menjadi saat yang mengecewakan baginya. Anak-anak perempuan yang tidak mengenal tubuh dan proses reproduksi mereka, bisa mengira bahwa menstruasi merupakan bukti adanya penyakit atau hukuman akan tingkah laku yang buruk. Anak-anak perempuan yang tidak diajari untuk menganggap menstruasi sebagai fungsi tubuh normal akan merasa malu dan merasa kotor saat menstruasi pertama mereka. Bahkan, saat menstruasi akhirnya dikenalinya sebagai proses yang normal, perasaan kotor bisa tinggal sampai masa dewasanya. Akan tetapi, dalam tahun-tahun belakangan ini, pendidikan anatomi dan fisiologi yang lebih baik telah menjadikan anak-anak perempuan menerima kedatangan menstruasi (Maulana, 2009). Meskipun demikian, banyak wanita mengalami ketidaknyamanan fisik selama beberapa hari sebelum periode menstruasi mereka datang. Kira-kira setengah dari seluruh wanita menderita dismenorea atau menstruasi yang menyakitkan. Hal ini khususnya sering terjadi di awal-awal masa dewasa. Gejala-gejala dari gangguan menstruasi dapat berupa payudara yang melunak, puting susu yang nyeri, bengkak, dan mudah tersinggung. Beberapa wanita mengalami gangguan yang cukup berat seperti kram yang disebabkan oleh kontraksi otot- otot halus rahim, sakit kepala, sakit pada bagian tengah perut, gelisah, letih, hidung tersumbat dan ingin menangis (Maulana, 2009).
3
Pada remaja wanita perlu mempertahankan status gizi yang baik, dengan cara mengkonsumsi makanan seimbang karena sangat dibutuhkan pada saat haid. Pada saat haid fase luteal akan terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi. Dan bila hal ini diabaikan maka dampaknya akan terjadi keluhan-keluhan yang menimbulkan rasa ketidaknyamanan selama siklus haid (Paath, 2004). Bagi sebagian wanita, menstruasi dapat membuat rasa cemas karena disertai rasa nyeri ketika menstruasi tiba. Kondisi ini di kenal dengan nyeri menstruasi atau dismenorea, yaitu nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk istirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas sehari-hari (bahkan, kadang bisa membuat lemas tidak berdaya) (Proverawati dan Misaroh, 2009). Hampir seluruh perempuan pasti pernah merasakan nyeri menstruasi (dismenorea) dengan berbagai tingkatan, mulai dari yang sekedar pegal-pegal di panggul dari sisi dalam hingga rasa nyeri yang luar biasa sakitnya. Umumnya nyeri yang biasa terasa di bawah perut itu terjadi pada hari pertama dan kedua menstruasi. Rasa nyeri akan berkurang setelah keluar darah yang cukup banyak (Proverawati dan Misaroh, 2009). Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami nyeri menstruasi. Di Amerika angka prosentasenya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%. Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55% perempuan usia produktif yang tersiksa oleh nyeri selama menstruasi. Angka kejadian (prevalensi) nyeri menstruasi berkisar 45-95% di kalangan wanita usia produktif. Walaupun pada umumnya tidak berbahaya, namun
4
seringkali dirasa mengganggu bagi wanita yang mengalaminya. Derajat nyeri dan kadar gangguan tentu tidak sama untuk setiap wanita. Ada yang masih bisa bekerja (sesekali sambil meringis), adapula yang tidak kuasa beraktifitas karena nyerinya (Proverawati dan Misaroh, 2009). Di Indonesia angka kejadian dismenorea sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89% dismenorea primer dan 9,36 % dismenorea sekunder (Info sehat, 2008). Angka kejadian dismenorea tipe primer di Indonesia adalah sekitar 54,89%, sedangkan sisanya adalah penderita dengan tipe sekunder. Di Amerika Serikat diperkirakan hampir 90% wanita mengalami dismenorea dan 10-15% diantaranya mengalami dismenore berat, yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun dan ini akan menurunkan kualitas hidup pada individu masingmasing (Proverawati dan Misaroh, 2009). Penyebab dismenorea primer yaitu peningkatan kontraksi rahim yang dirangsang oleh prostaglandin (salah satu hormon di dalam tubuh yang menyebabkan terjadinya kontraksi pembuluh-pembuluh darah dan penurunan aliran darah sehingga menyebabkan terjadinya proses ischemia dan necrosis pada sel-sel dan jaringan. Sedangkan penyebab dismenorea sekunder yaitu endometriosis, penyakit peradangan rongga dalam daerah kemaluan, peradangan tuba fallopi, perlengketan abnormal antara organ dalam perut, pemakaian IUD (Andira, 2010). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti terhadap 10 remaja putri di SMA Taman Siswa Cabang Pematang Siantar, didapatkan 7 remaja putri yang mengalami nyeri haid saat menstruasi dan 3 remaja putri tidak mengalami nyeri
5
haid. Nyeri haid yang dialami oleh remaja putrid mungkin terkait dengan keadaan status gizi. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan status gizi dengan kejadian dismenorea remaja SMA Taman Siswa Cabang Pematang Siantar “.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan, apakah ada hubungan antara status gizi dengan kejadian dismenorea remaja putri SMA Taman Siswa cabang Pematang Siantar?
1.3. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui “Hubungan status gizi dengan kejadian dismenorea Remaja SMA Taman Siswa Cabang Pematang Siantar”.
1.4. Manfaat Penelitian Memberikan informasi kepada remaja putri SMA Taman Siswa Cabang Pematang Siantar tentang hubungan status gizi dengan kejadian dismenorea.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status Gizi Status gizi bisa diartikan suatu keadaan tubuh manusia akibat dari konsumsi suatu makanan dan penggunaan zat-zat gizi dari makanan tersebut yang dibedakan antara status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik dan gizi lebih (Almatsier, 2002). Kehandalan balita dari dimensi pertumbuhan dapat ditunjukkan diantaranya adalah status gizi dan kesehatannya. Status gizi merupakan tanda-tanda atau penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi (Sunarti, 2004). Menurut penelitian Hafrida (2004), terdapat kecendrungan pola asuh dengan status gizi. Semakin baik pola asuh balita maka proporsi gizi baik pada balita juga akan semakin besar. Dengan kata lain, jika pola asuh balita di dalam keluarga semakin baik tentunya tingkat konsumsi pangan balita juga akan semakin baik dan akhirnya akan mempengaruhi keadaan gizi anak. Dari hasil penelitiannya dapat diketahui bahwa 40 responden terdapat 30 orang (75%) dengan pola asuh baik mempunyai status gizi yang baik pula. Dan 10 orang (25%) dengan pola asuh buruk mempunyai status gizi yang kurang. 2.1.1. Penilaian Status Gizi Untuk mengetahui status gizi balita dapat dilakukan dengan penilaian status gizi secara langsung dan penilaian tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung adalah dengan pemeriksaan secara antropometri, biokimia, klinis dan 6
7
biofisik. Penilaian status gizi secara tidak langsung adalah dengan pemeriksaan survey makanan, statistik vital dan faktor ekologi (Waryana, 2010). Pemeriksaan antropometri dilakukan dengan cara mengukur tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas, tebal lemak tubuh. Pengukuran antropometri bertujuan mengetahui status gizi berdasarkan satu ukuran menurut ukuran lainnya, misalnya berat badan dan tinggi badan menurut umur (BB dan TB/U) berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), Lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U), lingkar lengan atas menurut tinggi badan (LLA/TB) (Sibagariang, 2010). Dari beberapa cara pengukuran status gizi, pengukuran antropometri merupakan cara yang paling sering digunakan karena memiliki beberapa kelebihan yaitu alat mudah diperoleh, pengukuran mudah dilakukan, biaya murah, hasil pengukuran mudah disimpulkan, dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan dapat mendeteksi riwayat gizi masa lalu. Penilaian berdasarkan pengukuran indeks massa tubuh (IMT) adalah untuk mengetahui status gizi orang dewasa berusia 18 tahun atau lebih yaitu dengan pengukuran berat dan tinggi badan (Arisman, 2007). Penilaian status gizi menurut WHO (2005) adalah : 1. Antropometri a. BB/U (Berat Badan menurut Umur) Indeks antropometri dengan BB/U mempunyai kelebihan diantaranya lebih mudah dan lebih cepat dimengerti masyarakat umum, baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis, berat badan dapat berfluktuasi, sangat sensitif
8
terhadap perubahan kecil dan dapat mendeteksi kegemukan. Untuk pengkategorian status gizi berdasarkan BB/U dapat dilihat di bawah ini. 1. Gizi Normal : jika skor simpangan baku -2,0 ≤ Z < +1 2.
Gizi Kurang : jika skor simpangan baku -3,0 ≤ Z < -2,0
3. Gizi Sangat Kurang : jika nilai Z-Skor < -3,0 b. TB/U (Tinggi Badan menurut Umur) Tinggi badan merupakan antropometri yang mengambarkan keadaan pertumbuhan skletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Keuntungan indeks TB/U diantaranya adalah baik untuk menilai status gizi masa lampau, pengukur panjang badan dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa. Untuk pengkategorian status gizi berdasarkan TB/U dapat dilihat di bawah ini. 1. Tinggi : jika skor simpangan baku > 3,0 SD 2. Normal : jika skor simpangan baku -2,0 ≤ Z ≤ 3,0 3. Pendek : jika skor simpangan baku -3,0 ≤ Z < -2,0 4. Sangat pendek : jika nilai Z-Skor < -3,0 SD c. Tinggi BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan) Dalam keadaan normal berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu, keuntungan dari indeks BB/TB adalah tidak memerlukan data umur dan dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal dan kurus). Untuk pengkategorian status gizi berdasarkan BB/TB dapat dilihat di bawah ini.
9
1.
Sangat Gemuk : jika skor simpangan baku > 3,0 SD
2.
Gemuk : jika skor simpangan baku 2,0 < Z ≤ 3,0
3.
Risiko Gemuk : jika skor simpangan baku 1,0 ≤ Z < 2,0
4.
Normal : jika skor simpangan baku -2,0 ≤ Z < 1,0
5.
Kurus : jika skor simpangan baku -3,0 ≤ Z < -2,0
6.
Sangat Kurus : jika nilai Z-Skor < -3,0 SD
2. Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode yang didasarkan atas perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid (Depkes RI, 2005) 3. Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan anatara lain: darah, urin, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi (Depkes RI, 2005).
10
4. Biofisik Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan (Depkes RI, 2005).
2.2. Konsep Dasar Menstruasi 2.2.1. Pengertian Menstruasi (haid/ datang bulan) adalah perubahan fisiologi dalam tubuh wanita terjadi secara berkala dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia remaja sampai menopause (Joseph, 2010). Menstruasi adalah proses pengeluaran darah dari uterus disertai serpihan selaput dinding uterus pada wanita dewasa yang terjadi secara periodik. Keadaan ini membutuhkan keseimbangan antara hormon esterogen dan progesteron secara bergantian (Mirza, 2009). Menurut Sarwono (2005) menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan endometrium. 2.2.2. Pembahasan Menstruasi Perdarahan haid terjadi secara ritmis mengikuti pola siklus yang normalnya dalam satu siklus berkisar antara 25-31 hari. Perdarahan haid keluar dari uterus perempuan sehat, lamanya 3-6 hari, warna kecoklatan, ganti pembalut 2-5 perhari, dan hal tersebut terjadi akibat penurunan kadar progesteron (Hestiantoro, 2008).
11
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dimana darah berasal dari endometrium. Menstruasi terjadi sekitar 14 hari sesudah ovulasi pada siklus 28 hari. Lama menstruasi adalah lima hari (rentang tiga sampai enam hari) (Yuni Kusmiyati, 2009). Pada umumnya remaja putri mengetahui tentang menstruasi dan gangguan yang menyertainya dari ibunya, tapi tidak semua ibu memberikan informasi yang memadai kepada putrinya bahkan sebagian tidak membicarakan secara terbuka sampai putrinya mengalami menstruasi. Sehingga hal ini menimbulkan kecemasan pada anak, bahkan sering tumbuh keyakinan bahwa menstruasi itu sesuatu yang tidak menyenangkan atau serius ( Panuju dan Umami, 2005).
2.3. Konsep Dasar Dismenorea 2.3.1. Pengertian Dismenorea merupakan gangguan fisik yang berupa nyeri (kram perut). Dismenorea merupakan nyeri sebelum, sewaktu, dan sesudah haid. Gangguan ini biasanya mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya perdarahan menstruasi dan dapat terasa 24-36 jam. Kram tersebut terutama dirasakan di daerah perut bagian bawah menjalar ke punggung atau permukaan dalam paha. Pada kasus dysmenorea berat nyeri kram dapat disertai dengan muntah dan diare (Andira, 2010). Dismenorea atau dasar dari nyeri haid pada wanita merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit yang diakibatkan oleh hiperkontraktilitas uterus yang
12
disebabkan oleh Prostaglandin. Prostaglandin hanya dapat menimbulkan rasa nyeri, itu terjadi bila mana kadar progesteron dalam darah rendah (Sarwono, 2006). 2.3.2. Klasifikasi Dismenorea 1. Dismenorea primer (spasmodik) : terjadi sejak pertama haid, biasanya tanpa ada kelainan alat kandungannya. Biasanya dimulai pada saat seorang wanita berumur 2-3 tahun setelah menarche dan mencapai puncaknya pada usia 15-25 tahun (Andira, 2010). 2. Dismenorea sekunder : terjadi kemudian, dan biasanya disertai adanya kelainan. Dismenorea ini sangat jarang terjadi. Biasanya terjadi pada wanita yang berusia sebelum 25 tahun dan dapat terjadi pada 25 % wanita yang mengalami dismenorea (Andira, 2010). 2.3.3. Penyebab Dismenorea 1.
Penyebab dismenorea primer Peningkatan kontraksi rahim yang dirangsang oleh prostaglandin (salah satu hormon di dalam tubuh yang menyebabkan terjadinya kontraksi pembuluhpembuluh darah dan penurunan aliran darah sehingga menyebabkan terjadinya proses iskhemia dan necrosis pada sel-sel dan jaringan. Nyeri semakin hebat ketika bekuan atau potongan jaringan dari lapisan rahim melewati serviks/ leher rahim terutama bila salurannya sempit (Andira, 2010).
2.
Penyebab dismenorea sekunder a. Endometriosis (yaitu pertumbuhan jaringan dan dinding rahim pada daerah di luar rahim seperti tuba fallopi atau ovarium)
13
b. Penyakit peradangan rongga dalam daerah kemaluan c. Peradangan tuba fallopi d. Perlengketan abnormal antara organ dalam perut e. Pemakaian IUD (Andira, 2010). 2.3.4. Gejalah dan Tanda Dismenorea Gejala dan tanda dismenorea ini adalah : nyeri pada perut bagian bawah yang menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang dan timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada (Mirza, 2009). Nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi serta mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang.sering disertai dengan sakit kepala, mual, sembelit, diare, dan sering berkemih. Kadang-kadang sampai terjadi muntah (Andira, 2010). 1. Klasifikasi Gejala Dismenorea a. Dismenorea Primer Rasa nyeri murni karena proses kontraksi rahim tanpa disertai penyakit dasar. Dismenorea primer biasanya nyeri haid yang terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat kandungan. Cirinya terjadi beberapa waktu atau 6-12 bulan sejak menstruasi pertama (menarche). Rasa nyeri timbul sebelum menstruasi, atau di awal menstruasi, dan berlangsung beberapa jam atau beberapa kemudian. Dismenorea primer ini kadang dapat disertai mual, muntah, sakit kepala, atau diare.
14
b. Dismenorea Sekunder Rasa nyeri tersebut disebabkan proses menstruasi dan produksi prostaglandin secara alami. Ciri yang khas pada dismenorea sekunder yaitu nyeri menstruasi tidak berkurang pada hari-hari menstruasi selanjutnya. (Proverawati dan Misaroh, 2009). 2.3.5. Penatalaksanaan Dismenorea Untuk mengurangi rasa nyeri saat menstruasi : a. Obat anti peradangan seperti asam mefenamat. Obat ini sangat efektif jika diminum 2 hari sebslum menstruasi dan dilanjutkan sampai hari ke 1-2 menstruasi b. Terapi bahan alami dan pola hidup sehat : 1. Asupan gizi seimbang 2. Istirahat yang cukup 3. Relaksasi (yoga) dapat menanggulangi sakit 4. Olahraga teratur (terutama berjalan) 5. Kompres air hangat di daerah perut jika nyeri terasa 6. Menggosok perut secara perlahan dengan tangan hingga terasa hangat (Amalia, 2010). 2.3.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dismenorea 1. Faktor kejiwaan Pada remaja yang secara emosional belum stabil jika tidak mendapat penerangan yang baik dan benar tentang proses menstruasi sehingga mudah untuk timbul terjadinya dismenorea (Sarwono, 2006).
15
2. Faktor konstitusi Faktor konstitusi ini dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri, seperti kondisi fisik lemah, anemia, penyakit menahun dan lain sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenorea (Sarwono, 2006). 3. Faktor endokrin Timbulnya nyeri menstruasi diduga karena kontraksi rahim (uterus) yang berlebihan (Proverawati dan Misaroh, 2009). 4. Faktor Aktifitas Emosional yang tertekan dan suasana hati yang murung akan mempengaruhi aliran darah dapat mempengaruhi terjadinya nyeri (dismenorea). Nyeri menstruasi ini yang memaksa wanita untuk istirahat atau yang berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas sehari-hari (bahkan, kadang bisa membuat nglimpruk tidak berdaya) (Proverawati dan Misaroh, 2009). 5. Faktor Status Gizi Status gizi yang kurang atau terbatas selain akan mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh, juga akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini akan berdampak pada gangguan haid, tetapi akan membaik bila asupan nutrisinya baik (Paath, 2004).
16
2.4. Remaja 2.4.1. Pengertian Menurut definisi yang dirumuskan WHO, remaja adalah suatu masa pertumbuhan dan perkembangan saat individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai ia mencapai kematangan seksual, individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa, terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang relatif lebih mandiri (Fatimah, 2006). Menurut ciri perkembangannya masa remaja dibagi tiga tahap yaitu masa remaja awal 10-12 tahun, masa remaja tengah 13-15 tahun dan masa remaja akhir 1619 tahun. Ciri-ciri perkembangan remaja perlu dipahami, agar penanganan masalah yang berkaitan dengan kesehatan reproduksinya dapat dilakukan lebih baik (Depkes RI, 2001). Ciri khas remaja awal lebih dekat dengan teman sebayanya, ingin bebas, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir abstrak. Ciri khas tahap remaja tengah, yaitu mencari identitas diri, timbul keinginan berkencan mempunyai rasa cinta yang mendalam, mengembangkan kemampuan berfikir abstrak, berkhayal tentang aktifitas seks. Ciri khas taraf akhir, yaitu pengungkapan kebebasan diri, lebih sensitif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, mampu berfikir abstrak (Depkes RI, 2001). Perubahan psikis yang terjadi pada masa remaja ditandai dengan keinginan untuk menyendiri, keengganan untuk bekerja, merasa bosan, kegelisahan yang
17
menguasai diri, emosional, kurang percaya diri, mengkhayal dan berfantasi, mengalami rasa malu yang berlebihan, keinginan untuk mencoba hal yang belum diketahui, keinginan untuk menjelajah dan suka akan aktivitas kelompok (Fatimah, 2006). Perubahan kelamin primer dimulai dengan berfungsinya organ-organ genetalia yang ada. Perubahan ini terjadi pada laki-laki ditandai dengan mulai keluarnya mani (sperma) saat mimpi basah. Sedangkan pada wanita ditandai dengan menarche atau haid pertama kali (Soetjiningsih, 2004) Perubahan organ kelamin sekunder pada laki-laki ditandai dengan perubahan suara, bidang bahu melebar sering mimpi basah, tumbuh rambut pada organ tertentu (dada dan sekitar kemaluan), perubahan penis jika ada rangsangan (Soetjiningsih, 2004). Perubahan organ sekunder pada wanita antara lain suara lebih bagus, kulit muka dan badan halus, bidang bahu mengecil, bidang pinggul melebar, payudara membesar, tumbuh rambut di sekitar ketiak dan kemaluan, alat kelamin membesar dan mulai berfungsi (Soetjiningsih, 2004). Berbagai perubahan tersebut terjadi karena adanya peningkatan kadar gonadotropin yatau Folikel stimulating hormon (FSH) dan Leuteanezing hormone (LH) yang akan mematangkan sel leidig dan mengeluarkan hormon testosterone serta hormon estrogen pada wanita sebelum menstruasi. Selama pubertas pada anak laki-laki kadar hormon testosteron meingkat melebihi 20 ng/dl, yang sebelumnya selama anak-anak lebih kecil dari 10 ng/dl (Soetjiningsih, 2004).
18
2.4.2. Ciri-ciri Masa Remaja Menurut Harlock (1994) mengemukakan berbagai ciri dari remaja sebagai berikut: 1. Masa remaja adalah masa peralihan. Yaitu peralihan dari satu tahap perkembangan ke perkembangan berikutnya atau secara berkesinambungan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan seorang dewasa. Masa ini merupakan masa strategis karena memberi waktu kepada remaja untuk membentuk gaya hidup dan menentukan pola perilaku, nilai-nilai, dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkan. 2. Masa remaja adalah masa terjadi perubahan. Ada empat perubahan besar yang terjadi pada remaja, yaitu perubahan emosi, peran, minat, pola perilaku (perubahan sikap menjadi ambivalen). 3. Masa remaja adalah masa yang penuh masalah. Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi. Hal ini terjadi karena remaja belum terbiasa menyelesaikan masalahnya sendiri. 4. Masa remaja adalah masa mencari identitas. Identitas diri dicari remaja adalah berupa kejelasan siapa dirinya dan apa peran dirinya di masyarakat. 5. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekuatan Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak rapi, tidak dipercaya, cenderung berperilaku rusak sehingga, menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja. Hal ini membuat masa
19
peralihan dari remaja ke dewasa menjadi sulit, karena orangtua yang memiliki pandangan seperti ini akan selalu mencurigai remaja. Sehingga, menimbulkan pertentangan dan membuat jarak antara kedua orang tua dengan remaja. 6. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis. Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca matanya sendiri, baik dalam melihat dirinya maupun melihat orang lain, mereka belum melihat apa adanya, tetapi menginginkan sebagaimana apa yang ia harapkan. 7. Masa remaja adalah ambang masa dewasa. Dengan berlalunya usia belasan, remaja yang semakin matang berkembang dan berusaha memberi kesan sebagai seorang yang hampir dewasa. Ia akan memusatkan dirinya pada perilaku yang dihubungkan dengan status orang dewasa, misalnya dalam berpakaian dan bertindak. (Poltekkes Depkes, 2010). Menurut WHO (1995), yang dikatakan usia remaja adalah antara 10-18 tahun. Tetapi berdasarkan penggolongan umur, masa remaja terbagi atas : masa remaja awal (10-13 tahun), masa remaja tengah (14-16 tahun ), masa remaja akhir (17-19 tahun ) (Poltekes Depkes, 2010).
2.5. Kerangka Konsep Disminorea Status Gizi
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
20
2.6. Hipotesis Penelitian Ada hubungan status gizi dengan dismenorea remaja putri di SMA Taman Siswa cabang Pematang Siantar.
21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan desain cross sectional,
yaitu variabel independen dan variabel
dependen diteliti secara bersamaan dan dalam satu waktu yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang terdapat antara kedua variabel tersebut.
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Taman Siswa cabang Pematang Siantar. Alasan memilih lokasi ini karena siswa/siswi SMA Taman Siswa cabang Pematang Siantar banyak mengalami disminorea. 3.2.2 . Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai pada bulan April s/d Mei 2015 yaitu mulai melakukan penelusuran kepustakaan, penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian, analisis data dan penyusunan laporan akhir.
3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMA Taman Siswa cabang Pematang Siantar kelas X dan XI yang berjumlah 106 orang.
21
22
3.2.2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan sebagai sampel berjumlah 106 orang (total sampling). 3.3.3. Kriteria Sampel a. Kriteria Inklusi 1. Responden yang aktif sebagai siswi 2. Bersedia menjadi responden b. Kriteria Eksklusi 1. Tidak bersedia menjadi responden
3.3. Metode Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data a. Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. b. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data dari dokumen dari SMA Taman Siswa cabang Pematang Siantar.
3.4. Variabel dan Definisi Operasional 3.4.1. Variabel Independent 1. Status gizi yaitu suatu keadaan tubuh remaja putri akibat dari konsumsi suatu makanan dan penggunaan zat-zat gizi dari makanan yang dikonsumsi.
23
Untuk mengukur status gizi balita berdasarkan pemeriksaan antropometri pada balita dengan mengukur BB/TB. Kategori Status Gizi : 0. Normal, apabila sangat gemuk, gemuk, resiko gemuk dan normal 1. Tidak Normal, kurus 3.5.2. Variabel Dependent 1. Disminorea adalah gangguan fisik yang berupa nyeri (kram perut) sebelum, sewaktu dan sesudah haid. Kategori Disminorea : 0. Tidak Disminorea 1. Disminorea
3.5. Metode Pengukuran Tabel 3.1. Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur Variabel Variabel Bebas Status Gizi Variabel Terikat Disminorea
Cara dan Alat Ukur
Skala Ukur
Hasil Ukur
Pemeriksaan
Ordinal
0. Normal 1. Tidak Normal
Wawancara (kuesioner)
Ordinal
0. Tidak Disminorea 1. Disminorea
24
3.6. Metode Analisis Data 3.6.1. Analisis Univariat Analisis data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran variabel independen status gizi dan variabel dependen yaitu disminorea. 3.6.2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan status gizi dengan dismenorea remaja putri di SMA Taman Siswa cabang Pematang Siantar dengan menggunakan statistik uji chi-square kemudian hasilnya dinarasikan.
25
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMA Taman Siswa cabang Pematang Siantar terletak di Jl. Kartini Pematang Siantar Provinsi Sumatera Utara dan berdiri pada tahun 1982. Saat ini SMA Taman Siswa cabang Pematang Siantar adalah Akredisi A dan memiliki ruang laboratorium yang lengkap dan fasilitas yang memadai. Luas areal seluruhnya 4.119 m2 dan luas bangunan 892 m2. Visi dan Misi sekolah/yayasan SMA Taman Siswa cabang Pematang Siantar adalah sebagai berikut : a.
Visi Mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
mendidik
para siswa
untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang terampil serta menguasai ilmu pengetahuan menuju era globalisasi. b.
Misi Mewuzudkan siswa yang menguasai ilmu pengetahuan dan berbudi luhur sesuai dengan iman dan taqwa selaku umat beragama ditengah tengah masyarakat.
4.2. Analisis Univariat Analisis univariat yang diteliti dalam penelitian ini meliputi: status gizi dan disminorea.
25
26
4.2.1. Status Gizi Untuk melihat status gizi remaja putri di SMA Taman Siswa cabang Pematang Siantar dapat dilihat pada Tabel 4.1 : Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Status Gizi Remaja Putri di SMA Taman Siswa Cabang Pematang Siantar No Status Gizi 1 Normal 2 Tidak Normal Jumlah
f 62 44 106
% 58,5 41,5 100,0
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa status gizi remaja putri di SMA Taman Siswa cabang Pematang Siantar lebih banyak dengan normal sebanyak 62 orang (58,5%) dan lebih sedikit dengan status gizi tidak normal sebanyak 44 orang (41,5%). 4.2.2. Disminorea Untuk melihat dismenorea remaja putri di SMA Taman Siswa cabang Pematang Siantar dapat dilihat pada Tabel 4.2 : Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Dismenorea Remaja Putri di SMA Taman Siswa Cabang Pematang Siantar No Disminorea 1 Tidak Disminorea 2 Disminorea Jumlah
f 70 36 106
% 66,0 34,0 100,0
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dismenorea remaja putri di SMA Taman Siswa cabang Pematang Siantar lebih banyak dengan tidak disminorea sebanyak 70 orang (66,0%) dan lebih sedikit dengan disminorea sebanyak 36 orang (34,0%).
27
4.3. Analisis Bivariat Analisis bivariat bertujuan untuk menganalisis hubungan status gizi dengan dismenorea remaja putri di SMA Taman Siswa cabang Pematang Siantar. Berdasarkan hasil analisis bivariat antara variabel hubungan status gizi dengan dismenorea remaja putri di SMA Taman Siswa cabang Pematang Siantar dapat dilihat pada Tabel 4.3 : Tabel 4.4. Hubungan Status Gizi dengan Dismenorea Remaja Putri di SMA Taman Siswa Cabang Pematang Siantar No Status Gizi 1 2
Normal Tidak Normal
Dismenorea Tidak Dismenorea Dismenorea n % n % 60 96,8 2 3,2 10 22,7 34 77,3
Total N % 62 100 44 100
P value 0,000
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa hasil analisis bivariat antara variabel status gizi dengan dismenorea remaja putri di SMA Taman Siswa cabang Pematang Siantar diperoleh bahwa ada sebanyak 60 dari 62 orang (96,8%) dengan status gizi baik terdapat remaja mengalami tidak disminorea. Sedangkan diantara status gizi tidak normal ada 10 dari 44 orang (22,7%) terdapat remaja tidak mengalami disminorea. Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa nilai p < 0,000 maka dapat disimpulkan ada hubungan proporsi disminorea antara status gizi normal dengan status gizi tidak normal (ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan dismenorea remaja putri di SMA Taman Siswa cabang Pematang Siantar).
28
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Status Gizi Hasil penelitian tentang variabel status gizi remaja putri di SMA Taman Siswa cabang Pematang Siantar lebih banyak dengan normal sebanyak 62 orang (58,5%) dan lebih sedikit dengan status gizi tidak normal sebanyak 44 orang (41,5%). Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa status gizi remaja putri SMA Taman Siswa cabang Pematang Siantar tergolong kurang dimana status gizi tidak normal mencapai 41,5%. Keadaan ini perlu mendapat perhatian dari orang tua bahwa perlu asupan gizi yang baik kepada remaja. Pada remaja wanita perlu mempertahankan status gizi yang baik, dengan cara mengkonsumsi makanan seimbang karena sangat dibutuhkan pada saat haid. Pada saat haid fase luteal akan terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi. Dan bila hal ini diabaikan maka dampaknya akan terjadi keluhan-keluhan yang menimbulkan rasa ketidaknyamanan selama siklus haid (Paath, 2004). Status gizi bisa diartikan suatu keadaan tubuh manusia akibat dari konsumsi suatu makanan dan penggunaan zat-zat gizi dari makanan tersebut yang dibedakan antara status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik dan gizi lebih (Almatsier, 2002). Kehandalan remaja dari dimensi pertumbuhan dapat ditunjukkan diantaranya adalah status gizi dan kesehatannya. Status gizi merupakan tanda-tanda atau penampilan
28
29
seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi (Sunarti, 2004).
5.2. Disminorea Hasil penelitian tentang variabel disminorea, dapat dilihat bahwa dismenorea remaja putri di SMA Taman Siswa cabang Pematang Siantar lebih banyak dengan tidak disminorea sebanyak 70 orang (66,0%) dan lebih sedikit dengan disminorea sebanyak 36 orang (34,0%). Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa remaja putri SMA Taman Siswa cabang Pematang Siantar tegolong tinggi mengalami disminorea mencapai persentase 34,0%. Keadaan ini sangat mengganggu bagi remaja putri pada saat menstruasi. Bagi sebagian wanita, menstruasi dapat membuat rasa cemas karena disertai rasa nyeri ketika menstruasi tiba. Kondisi ini di kenal dengan nyeri menstruasi atau dismenorea, yaitu nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk istirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas sehari-hari (bahkan, kadang bisa membuat lemas tidak berdaya) (Proverawati dan Misaroh, 2009). Gejala-gejala dari gangguan menstruasi dapat berupa payudara yang melunak, puting susu yang nyeri, bengkak, dan mudah tersinggung. Beberapa wanita mengalami gangguan yang cukup berat seperti kram yang disebabkan oleh kontraksi otot- otot halus rahim, sakit kepala, sakit pada bagian tengah perut, gelisah, letih, hidung tersumbat, dan ingin menangis (Maulana, 2009).
30
5.3. Hubungan Status Gizi dengan Dismenorea Remaja Putri di SMA Taman Siswa Cabang Pematang Siantar Hasil penelitian diperoleh bahwa ada sebanyak 60 dari 62 orang (96,8%) dengan status gizi baik terdapat remaja mengalami tidak disminorea. Sedangkan diantara status gizi tidak normal ada 10 dari 44 orang (22,7%) terdapat remaja tidak mengalami disminorea. Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa nilai p < 0,000 maka dapat disimpulkan ada hubungan proporsi disminorea antara status gizi normal dengan status gizi tidak normal (ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan dismenorea remaja putri di SMA Taman Siswa cabang Pematang Siantar). Mengacu pada hasil uji statistik tersebut dapat dilihat bahwa status gizi berbanding lurus dengan kejadian disminorea, artinya semakin normal status gizi remaja maka akan semakin menurun remaja mengalami disminorea, dan sebaliknya semakin tidak normal status gizi remaja makan akan semakin tinggi remaja akan mengalami disminorea. Anemia merupakan salah satu faktor konstitusi yang dapat menyebabkan kurangnya daya tahan tubuh terhadap rasa nyeri sehingga saat menstruasi dapat terjadi dismenore, anemia juga diakibatkan karena kurangnya mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi. Jika menaglami anemia maka daya tahan tubuh akan berkurang sehingga menyebabkan nyeri di saas haid. Status gizi yang lebih yaitu lemak yang berlebihan yang dapat memicu timbulnya hormon yang dapat
31
mengganggu sistem reproduksi termasuk pada waktu menstruasi yaitu menimbulkan nyeri haid. Hasil penelitian yang diperoleh sesuai yang dikemukakan oleh Sukarni dkk (2013) bahwa status gizi yang rendah dapat diakibatkan karena asupan makanan yang kurang termasuk zat besi yang dapat menimbulkan anemia. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sophia dkk (2013) tentang Faktor- faktor yang berhubungan dengan dismenore pada siswi SMK 10 Medan menunjukkan terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian dismenore yaitu dengan nilai probabilitas (p value) 0,043. Hasil penelitian ini dan penelitian sebelumnya di atas memberikan gambaran bahwa status gizi berpengaruh terhadap kejadian dismenore.
32
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 1. Status gizi remaja putri di SMA Taman Siswa cabang Pematang Siantar lebih banyak dengan normal sebanyak 62 orang (58,5%) dan lebih sedikit dengan status gizi tidak normal sebanyak 44 orang (41,5%).. 2. Dismenorea remaja putri di SMA Taman Siswa cabang Pematang Siantar lebih banyak dengan tidak disminorea sebanyak 70 orang (66,0%) dan lebih sedikit dengan disminorea sebanyak 36 orang (34,0%). 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan dismenorea remaja putri di SMA Taman Siswa cabang Pematang Siantar 6.2. Saran 1.
Kepada SMA Taman Siswa cabang Pematang Siantar untuk meningkatkan asupan gizi untuk mengurangi kejadian disminorea.
2.
Kepada siswa SMA Taman Siswa cabang Pematang Siantar untuk meningkatkan pengetahuan tentang disminorea.
32
33
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S, dkk. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Arisman, MB. 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC. Beghum K dan Shabnam O. 2012. Characteristics and Determinants of Primary Dysmenorrhea in Young Adults. American Medical Journal, (online), vol. 3 No. 1, Hal 8 -13(http://thescipub.com/PDF/amjsp.2012.8.13.pdf, diakses 11 Mei 2015). Grandi G. 2012. Prevalence of Menstrual Pain in Young Women : what is dysmenorrhea. Journal of Pain Research. (online),Vol 5,Hal:169-74 (http://www.biomedscidirect.com/download/IJBMRF2011332/13/ , di akses 11 Mei 2015). Laila, N. 2011. Buku Pintar Menstruasi. Yogyakarta: Buku Biru. Lestari, H. 2010. Gambaran Dismenore Pada Remaja Putri Sekolah Menengah Pertama di Manado. Jurnal Sari Pediatri, (online), Vol.12, No. 2, Hal : 99- 02, (http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/12-2-7.pdf, diakses 29 April 2015) Notoadmojo, S. 2012. Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Oktaviana A dan Imron, R. 2012. Menurunkan Nyeri Dismenore Dengan Kompres Hangat. Jurnal Keperawatan, (online), Vol. 8, No. 2, Hal: 137-41. (http://riyantiimron.cv.fiznet.co.id/dokumen/karya2/Jurnal2.pdf, diakses 25 April 2015) Ortiz, M. 2010. Primary dysmenorrhea among Mexican university students: prevalence, impact and treatment. European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology, (Online), Vol.152. Hal 73-77 (http://200.34.44.252/investigacion/icsa/LI_Farmaco/Mario_Ortiz/primary .pdf, di akses 11 Mei 2015) Paath E, dkk. 2004. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC Proverawati, A dan Asfuahs, S. 2009. Gizi Untuk Kebidanan. Yogyakarta. Nuha Medika
33
34
Saguni F, dkk. 2013. Hubungan Dismenore Dengan Aktivitas Belajar Remaja Putri Di SMA Kristen 1 Tomohon. Ejournal keperawatan(e-Kp), (online), Vol. 1, No.1,Hal : 1-6. (http://download.portalgaruda.org/article.php?article=140969 &val=5798, diakses 28 April 2015) Sophia, F. 2013. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Dismenore Pada Siswi SMK Negeri 10 Medan Tahun 2013. (http://jurnal.usu.ac.id/index. php/gkre/article/view/4060. Diakses 29 April 2015) Sukarmi, I dan Margareth. 2013. Kehamilan, Persalinan, dan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika Sulistyoningsih, H. 2012. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu.
35
KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN DISMENOREA REMAJA PUTRI DI SMA TAMAN SISWA CABANG PEMATANG SIANTAR
A. Indentitas Responden 1. Nomor
: …………….
2. Umur
: …………….
3. Kelas
: …………….
B. Status Gizi 1. Berapa tinggi badan? ……… cm 2. Berapa berat badan? ……… kg C. Disminorea 1. Apakah saudara mengalami nyeri sebelum haid? a. Ya b. Tidak 2. Apakah saudara mengalami nyeri saat haid? a. Ya b. Tidak 3. Apakah saudara mengalami nyeri setelah haid? a. Ya b. Tidak
35
36
MASTER DATA PENELITIAN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Status Gizi 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1
Disminorea 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1
37
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0
1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0
38
76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106
1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1
0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0
39
Frequencies Kontrol Diri
Valid
Baik Tidak Baik Total
Frequency 62 44 106
Percent Valid Percent 58.5 58.5 41.5 41.5 100.0 100.0
Cumulative Percent 58.5 100.0
Perilaku Sek Pranikah
Valid
Baik Tidak Baik Total
Frequency 70 36 106
Percent Valid Percent 66.0 66.0 34.0 34.0 100.0 100.0
Cumulative Percent 66.0 100.0
40
Crosstabs Kontrol Diri * Perilaku Sek Pranikah Crosstab
Status Gizi Normal
Tidak Normal Total
Disminorea Tidak Disminorea Disminorea Count 60 2 Expected Count 40.9 21.1 % within Status Gizi 96.8% 3.2% Count 10 34 Expected Count 29.1 14.9 % within Status Gizi 22.7% 77.3% Count 70 36 Expected Count 70.0 36.0 % within Status Gizi 66.0% 34.0%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Value df (2-sided) a 62.916 1 .000 59.658 1 .000
Exact Sig. (2-sided)
Total 62 62.0 100.0% 44 44.0 100.0% 106 106.0 100.0%
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio 71.011 1 .000 Fisher's Exact Test .000 .000 Linear-by-Linear 62.323 1 .000 Association N of Valid Cases 106 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.94. b. Computed only for a 2x2 table