BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa yang begitu penting dalam hidup manusia, karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ reproduksi manusia yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang berarti menjadi matang, sedangkan remaja atau adolescence berasal dari kata adolescere yang berarti dewasa. Masa remaja juga merupakan masa peralihan dari anak-anak ke dewasa bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja putri seperti perrtumbuhan payudara, penumpukan lemak, dan kematangan organ reproduksi (Sarlito, 2010). Kematangan organ reproduksi remaja salah satunya ditandai dengan datangnya haid. Haid yang pertama terjadi merupakan ciri khusus kedewasaan seorang wanita/remaja. Menstruasi merupakan titik awal dimana permasalahan kesehatan reproduksi muncul, antara lain keputihan, bau tidak sedap pada vagina, hingga waktu menstruasi yang tidak teratur. Keputihan merupakan keluarnya cairan dari vagira selain darah haid, cairan tersebut bisa menjadi cairan yang normal dan tidak normal. Cairan lendir yang tidak norrnal tersebut merupakan salah satu tanda atau gejala adanya kelainan pada organ reproduksi wanita. Kelainan tersebut dapat berupa infeksi, polip leher rahim, keganasan (tumor dan kanker) serta adanya benda asing. Dalam hal keganasan tersebut, keputihan merupakan salah satu gejala awal dari kanker serviks (Kurniawati, 2007; Kasdu, 2005).
Kanker serviks (leher rahim) adalah kanker yang tumbuh dari sel-sel serviks, kanker serviks dapat berasal dari sel-sel di leher rahim tetapi dapat pula tumbuh dari sel-sel mulut rahim atau keduanya (Nurwijaya,2010). Faktor penyebab tersering kanker rahim adalah Human Papiloma Virus (HPV). Human Papiloma Virus (HPV) tipe 16,18,31,35,45,51,52,56, dan 58 sering ditemukan pada kanker dan lesi prakanker. Human Papiloma Virus (HPV) adalah DNA virus yang menimbulkan proliferasi pada permukaan epidermal dan mukosa. Penyebab kanker serviks adalah HPV tipe 16 dan 18. Sampai saat ini, diyakini 90% penyebab kanker serviks adalah HPV tipe 16 dan 18, sedangkan sisanya 10% belum diketahui penyebabnya (Rasjidi,2008). Berdasarkan data dari WHO, saat ini penyakit kanker serviks menempati peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian pada perempuan di dunia. Prevalensi kanker serviks di dunia mencapai 1,4 juta dengan 143.000 kasus baru dan 273.000 kematian. Dari data tersebut lebih dari 80% penderita berasal dari Negara berkembang, di Asia Selatan, Asia Tenggara, Sub-Shara Afrika, Amerika Tenggah dan Amerika Selatan (Nadia, 2009). Angka kejadian kanker serviks di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker serviks, dan diperkirakan sebanyak 8000 kasus diantaranya berakhir dengan kematian. Pada tahun 2011 mencapai angka 100 per 100.000 penduduk per tahun dan penyebarannya terlihat terakumulasi di Jawa dan Bali. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat 25% dalam kurun waktu 10 tahun mendatang jika tidak dilakukan tindakan pencegahan (Rasjidi, 2012). Proporsi
perempuan dibawah 35 tahun yang menderita kanker serviks meningkat dari 9% menjadi 25% (Santoso, 2001). Menurut dr.Tofan Widya Utami,Sp.OG dari Departemen Obstetri dan Ginekologi FK UI RSCM, seorang wanita di Indonesia meninggal akibat kanker serviks dengan angka kematian 20-25 orang per hari setiap jam, dan terdapat 493.243 jiwa per tahun penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini sebanyak 273.505 jiwa per tahun (Tim Cancer Helps, 2010; Emilia, 2010). Menurut laporan yang di dapatkan dari RSUD PROF Dr. JOHANES KUPANG Nusa Tenggara Timur angka kejadian kanker serviks pada tahun 2013 terdapat 115 kasus. Berdasarkan data yang didapat kejadian kanker serviks yang paling tinggi yaitu pada bulan juli 2013 mencapai 15 kasus. Kejadian kanker serviks ini tidak selalu stabil, selalu naik turun angka kejadiannya pada tahun 2013. Infeksi virus HPV dapat menyerang siapa saja, mulai dari perempuan berusia 20 tahun sampai perempuan yang tidak lagi dalam usia produktif. Beberapa faktor resiko dari infeksi virus HPV ini antara lain perempuan yang menikah pada usia kurang dari 18 tahun beresiko lima kali lipat terinfeksi virus HPV (Human Papilloma Virus), perempuan dengan aktifitas seksual tinggi dan berganti-ganti pasangan, perokok, memiliki riwayat penyakit kelamin, paritas (jumlah kelahiran), pemakaian alat kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama (Rasjidi, 2008). Telah banyak penelitian menemukan bahwa insiden kanker serviks pada usia muda makin meningkat dan tumor terlihat lebih agresif.
Risiko tinggi pada perempuan mulai umur 20 tahun tersebut menandakan bahwa perempuan usia remaja dan telah mengalami menstruasi harus mulai memperhatikan kesehatan reproduksinya (Rasjidi, 2009). Remaja berkembang tidak dalam isolasi, tetapi dalam lingkungan yang luas yaitu keluarganya, teman sebaya, sekolah, dan lingkungan tempat hidupnya. Masalah reproduksi pada remaja perlu mendapat penanganan serius pada negara berkembang seperti Indonesia, dimana kurang tersedianya akses untuk mendapat informasi mengenai kesehatan reproduksi. Karakteristik remaja terkait perilaku kesehatan reproduksi didukung oleh penelitian bahwa persepsi remaja putri terhadap keputihan sebagian besar negatif dengan remaja menganggap bahwa mengganti pembalut dua kali sehari jika setelah mandi (Rejeki, 2013). Upaya untuk mengatasi hal tersebut, maka kini diharapkan petugas kesehatan untuk lebih sering memberikan informasi tentang pentingnya deteksi dini dari kanker serviks (Emilia,2010). Kanker serviks dan upaya pencegahannya masih menjadi perhatian para profesional kesehatan. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, maka program Dinas Kesehatan melalui Puskesmas saat ini lebih menekankan pada upaya promotif dan preventif. Dalam hal ini penting dilakukan upaya pencegahan terhadap penyakit seperti kanker serviks karena kanker serviks merupakan jenis kanker yang dapat dicegah dan dideteksi secara dini sehingga sangat diperlukan sosialisasi dan skrining terhadap penyakit ini (Pondang,2013). Sosialisasi mengenai pencegahan kanker serviks sangat diperlukan untuk dapat mengubah perilaku wanita dalam menjaga kesehatan organ reproduksinya, karena
kanker serviks merupakan jenis kanker yang paling dapat dicegah yaitu dengan menghindari faktor resiko seperti pemilihan pembalut, penggunaan spray vagina, aktivitas seksual yang terlalu dini, hubungan seksual dengan banyak pasangan, menghindari pajanan terhadap penyakit menular seksual, melakukan skrining atau deteksi dini, dan vaksinasi HPV. Diet rendah vitamin A, vitamin C, beta karoten, asam folat dapat menjadi faktor pencetus kanker serviks. Deteksi dini kanker serviks dapat dilakukan dengan metode IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) atau pemeriksaan pap smear (Reeder, 2011). Remaja putri merupakan salah satu penggerak tindakan preventif kanker serviks, karena remaja putri mendapatkan informasi dan edukasi lebih mendalam tentang kesehatan reproduksi khususnya kanker serviks sehingga ketika para remaja menegetahui permasalahan kesehatan reproduksi yang dialami, remaja tersebut dapat melakukan tindakan perawatan organ reproduksi, pencegahan penyakit maupun pengobatan penyakit. Dengan mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi khususnya kanker serviks maupun tindakan pencegahannya, maka perlu dipahami bagaimana sikap remaja putri sekarang terhadap pencegahan kanker serviks (Rachmani,2012). Hal ini didukung oleh penelitian yang mengatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan remaja tentang kanker serviks dengan perilaku hygiene saat menstruasi (Fitriani, 2013). Salah satu upaya pencegahan kanker yang disebabkan oleh HPV yaitu dengan cara vaksinasi. Vaksin HPV yaitu vaksin pencegahan terhadap infeksi HPV tipe 16 dan 18 yang menyebabkan kanker serviks. Vaksin ini adalah obat yang berisi protein HPV yang dapat merangsang pembentukan antibodi sehingga dapat
mematikan kuman/virus penyebab penyakit yang tidak mengandung DNA-HPV (Nurwijaya,2010). Imunisasi HPV dianjurkan pada perempuan yang belum seksual aktif. Manfaat vaksin ini akan lebih nyata jika perempuan belum terinfeksi HPV (Cahyono,dkk,2010). Salah satu sasaran dari upaya pencegahan kanker serviks yaitu remaja putri. Untuk itu perlu diberikan informasi dan pengetahuan sejak dini mengenai pencegahan kanker serviks. Maka yang akan menjadi tempat penelitian yang dipilih oleh peneliti yaitu SMA Negeri 3 Kupang karena jumlah murid yang ada cukup untuk memenuhi kebutuhan penulis dalam pengambilan sampel dan juga pada SMA ini memiliki jumlah siswi yang berjumlah cukup banyak dan dapat mewakili SMA yang ada di kota Kupang. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan di SMA Negeri 3 Kupang dari 10 responden, 50% diantaranya mempunyai pengetahuan yang kurang tentang kanker seviks dan pencegahannya khususnya imunisasi HPV, 30% cukup dan 20% sisanya baik. Berdasarkan pemaparan di atas untuk mencegah terjadinya kanker serviks maka peneliti tertarik mengadakan penelitian tentang "Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Dengan Perilaku Pencegahan Kanker Serviks Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 3 Kupang".
1.2 RUMUSAN MASALAH Adakah hubungan
antara pengetahuan
remaja putri tentang kanker serviks
dengan perilaku pencegahan kanker serviks di SMA Negeri 3 Kupang?
1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan remaja putri tentang kanker serviks dengan perilaku pencegahan kanker serviks di SMA Negeri 3 Kupang 1.3.2 1.
Tujuan Khusus Mengidentifikasi gambaran pengetahuan remaja putri tentang kanker serviks dan pencegahannya di SMA Negeri 3 Kupang
2.
Mengidentifikasi gambaran perilaku pencegahan kanker serviks pada remaja putri di SMA Negeri 3 Kupang
3.
Menganalisis hubungan pengetahuan remaja putri tentang kanker serviks dengan perilaku pencegahan kanker seviks di SMA Negeri 3 Kupang
1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 1.
Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi pada remaja putri untuk mencari informasi tentang kanker seviks dan pencegahannya.
2.
Penelitian ini dapat meningkatkan kesadaran pada penyelenggara pelayanan kesehatan dalam memberikan informasi bagi remaja khususnya tentang kanker serviks dan pencegahannya.
1.4.2 1.
Teoritis Penelitian ini dapat menjadi bukti ilmiah yang dapat dijadikan
bahan
pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut mengenai faktor penyebab kurangya kesadaran dalam pencegahan kanker serviks secara dini 2.
Penelitian ini dapat dijadikan dasar kepustakaan dan informasi awal untuk mengetahui penegtahuan remaja tentang kanker serviks dan pencegahannya.