BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia akan mengalami perkembangan sejak masa bayi, periode kanak-kanak, masa pubertas atau masa remaja yang kemudian berkembang menjadi dewasa. Kehidupan sebagai remaja merupakan salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia menurut Jhon W Santrock (2003:26) bahwa “ remaja diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial emosional 1”. Selama masa remaja seluruh tubuh mengalami perubahan baik dibagian luar maupun dibagian dalam tubuh, baik dalam struktur tubuh maupun fungsinya. Remaja pada tingkat sekolah menengah pertama berada pada tingkat perkembangan yang disebut “masa remaja atau pubertas”. Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada anak perempuan ataupun perubahan suara pada anak laki-laki, secara biologis anak-anak tersebut mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk bereproduksi. Pada masa pubertas hormon seseorang menjadi aktif. Pertumbuhan secara cepat pada hormon-hormon tersebut diatas merubah sistem biologis seorang anak terutama pada anak perempuan. Anak perempuan dalam masa pubertas melewati tiga tahap yaitu, pembesaran pada buah dadanya kemudian tumbuhnya bulu-bulu halus di daerah tertentu dan selanjutnya menstruasi sebagai 1
Jhon W Santrock dalam buku “Masa Perkembangan Anak 1” hal: 26. 2003
1
pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Bentuk fisik anak-anak akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawanya pada dunia remaja. Disamping itu, perubahan fisik tersebut akan memperngaruhi pula keadaan psikis, kognitif dan sosial anak. Ketidaknyamanan pada tubuh yang dirasakannya, dan ketidakpahaman anak dalam menghadapi perubahan tersebut akan menimbulkan perilaku-perilaku baru seperti mudah marah, melawan, bingung, berprilaku yang beresiko, problem sekolah, terdapat banyak keluhan dan aktivitas seksual. Menurut Garrison (dalam Mappiare, 1982) individu memiliki kebutuhankebutuhan yang khas, seperti kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan dihargai dan kebutuhan akan penerimaan orang lain. Salah satu hubungan interpersonal yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologis-sosiologis pada anak pubertas adalah pertemanan. Kehadiran teman pada anak perempuan khususnya pada masa pubertas akan sangat berarti bagi hidupnya. Mappiare (1982) mengatakan jika teman-teman sebayanya hanya sedikit yang mau menerima kehadiran dirinya maka anak tersebut akan merasa kekurangan teman untuk bergaul 2. Membina pertemanan dengan sesama jenis atau dengan lawan jenis merupakan salah satu bentuk pengembangan hubungan interpersonal. Oleh sebab itu anak pada masa pubertas memerlukan seseorang untuk dapat dijadikan kawan berbincang dan tempat curahan suka dukanya, kawan untuk berbagi rasa kecemasan dan permusuhan serta kawan untuk memikul rahasia dan rasa sedih. 2
Andi Mappiare dalam Buku Psikologi Remaja, 1982
2
Dengan membagi ataupun mencurahkan beban dalam hati serta pikiran itulah maka akan terasa oleh para anak pubertas bahwa penderitaan atau kecemasan akan sedikit terungkit lepas. Seorang anak
dapat
mengenal
dirinya sendiri
atau
mengetahui
kepribadianya melalui hubungan dengan teman-teman disekitarnya khususnya teman sebanyanya atau pada kelompok sosial. Karena standart kelompok sosial dijadikan konsep dasar remaja mengenai kepribadian yang ’ideal’ 3. Hurlock (1990) menegaskan bahwa teman memberikan pengaruh paling besar dalam kehidupan individu 4. Pertemanan mengandung unsur spesifik seperti kepercayaan, keterbukaan, saling berbagi suka duka, dan belajar mengatasi konflik. Anak pada masa pubertas berusaha mempunyai teman untuk berbagi rasa dengan yang lain. Oleh karena itu, pada masa pubertas timbul pengelompokkanpengelompokkan, salah satunya adalah Chums yaitu kelompok dimana anak berteman karib dengan ikatan pertemanan yang sangat kuat dan biasanya terdiri dari dua sampai tiga teman dekat (Mappiare, 1982). Pengelompokkan-pengelompokkan pada bertemanan seorang anak pada umumnya didapat di sekolah formal, karena menurut Santrock (1998) anak usia pubertas pada umumnya cendrung menghabiskan waktu di lingkungan sekolah dengan lingkungan teman sebanyanya dan cendrung berkurang waktu si anak di lingkungan keluarga 5. Tetapi, bagaimana jika seorang anak tersebut belajar di
3
Kepribadian yang sehat Elisabeth B.Hurlock dalam buku “Psikologi Perkembangan” 1990, hal:186 5 Jhon W. Santrock dalam buku “Masa Perkembangan Anak I” 2003,hal:98 4
3
sekolah rumah (Homeschooling) karena Pendidikan tidak hanya terbatas belajar di sekolah, demikian pula sistem pendidikan tidak hanya ada dalam bentuk formal sebagaimana yang umumnya dikenal dan berkembang di masyarakat. Ada bentukbentuk pendidikan lain yang dikenal dan diakui dalam sistem pendidikan nasional, salahsatunya sistem pendidikan jalur informal yang merupakan jalur pendidikan keluarga dan lingkungan, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sekolah Rumah (homeschooling) 6. Pendidikan di rumah bukanlah sebuah hal yang baru, karena para bangsawan zaman dahulu biasa mengundang guru privat untuk mengajar anakanaknya, itulah salah satu jejak homeschooling pada masa dahulu. Namun pada dasarnya filosofi berdirinya sekolah rumah adalah “manusia pada dasarnya makhluk belajar dan senang belajar”(Jhon Cadlwell Holt,1964) 7. Sedangkan menururt Dr. Seto Mulyadi dalam majalah Umi Edisi 1 Tahun 2004, mengatakan bahwa belajar adalah proses mengubah, menambah, dan membentuk suatu perilaku. Perilaku yang dimaksud tentu saja berkaitan dengan semua aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik 8.Selanjutnya dikatakan pula bahwa anak tidak mesti datang ke sekolah untuk belajar.“Jika belajar dikaitkan dengan proses pendidikan maka pendidikan yang sebenarnya justru dalam keluarga tidak dilembagakan 9”.Maksudnya pendidikan itu harus individual bukan klasikal atau massal, karena setiap anak memiliki keunikan dan kecepatan berbeda dalam
6
legalitas pendidikan informal pasal 27 UU 2003 Jhon Cadlwell Holt dalam buku How Children Fail,1964 hal:13 8 Kognitif : ranah yang mencakup kegiatan mental/otak. Afektif : ranah yang mencakup watak dan perilaku. Psikomotorik : ranah yang mencakup keterampilan/skill. 9 Seto Mulyadi dalam buku homeschooling keluarga kak Seto,2007 7
4
belajar.Mendidik anak harus sampai bisa (efektif), sementara sistem pembelajaran di sekolah berkejaran dengan waktu dan target-target (efisien). Homeschooling yang lebih dikenal dengan sekolah rumah merupakan fenomena yang ramai diperbincangkan oleh masyarakat, golongan pendidik, orangtua dan pemerhati pendidikan dalam 3-4 tahun terakhir. Terutama setelah liputan media massa banyak membahas mengenai homeschooling, munculnya berbagai macam komunitas homeschooling. Ramainya fenomena ini dibicarakan diantaranya berkaitan dengan kepribadian remaja jika ia belajar dirumah, materi yang disajikan dalam pendidikan dirumah, kesanggupan orangtua mengajari anak, proses evaluasi dan penilaian keberhasilan belajar anak, tingkat pendidikan anak dari waktu ke waktu, izajah, danakhirnya berkaitan dengan lapangan pekerjaan yang kelak ditekuni anak. Pertanyaan-pertanyaan ini bermuara pada hasil akhir: apakah pendidikan rumah sanggup menghasilkan individu dengan kompetensi spesifik, serta mampu berelasi dengan orang banyak. Pendidikan sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian dan pendidikan juga mempengarhi perubahan pada kebudayaan. Pendidikan mempengaruhi perkembangan kepribadian maksudnya dalam hal ini pendidikan memiliki peran dalam perkembangan kepribadian individu, karena dalam dunia pendidikan tidak hanya dijabarkan bagaimana cara individu memahami suatu materi tetapi juga membentuk karakter 10, melalui pembentukkan karakter kepribadian individu dapat di bangun. Selanjutnya pendidikan mempengaruhi perubahan kebudayaan, di dalam antropologi pendidikan dijelaskan bahwa 10
Karakter atau watak ialah struktur batin manusia yang nampak dalam tindakan tertentu.
5
pendidikan di sekolah sangat mempengaruhi perubahan kebudayaan (adanya transmisi kebudayaan 11). Menurut Margareth Mead (1992) mengenai pendidikan dalam masyarakat sederhana, di mana ia membedakan antara Learning Cultures (kebudayaan belajar) dan Teaching Cultures (kebudayaan mengajar) 12. Dimana, dalam golongan pertama, warga masyarakatnya belajar dengan cara yang tidak resmi, yaitu dengan berperan serta dalam rutin kehidupan sehari-hari untuk memperoleh segala pengetahuan, kemampuan dan keterampilan. Dalam golongan kedua, warga masyarakat mendapat pelajaran dari warga-warga lain yang dianggap lebih tahu, yang seringkali dilakukan dalam pranata-pranata pendidikan yang resmi, di mana mereka memperoleh segala pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang mereka perlukan. Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan homeschooling, dan perbedaan apa saja yang mendasar antara homeschooling dengan sekolah yang selama ini kita kenal, yakni jenjang SD (6 tahun), SMP (3 tahun) dan SMA (3 tahun)? Salah seorang praktisi homeschooling, Sumardiono 13, mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada definisi tunggal dari homeschooling.Namun, prinsipnya adalah bahwa sistem pendidikan homeschooling, sebuah keluarga bertanggung jawab sendiri atas
pendidikan
anaknya
dengan
menggunakan
rumah
sebagai
basis
11
Transmisi budaya adalah suatu upaya atau proses dalam menyampaikan sikap, keyakinan, nilainilai, pengetahuan dan juga keterampilan dari satu genearsi ke generasi selanjutnya. 12 Margareth Mead dalam buku “Sejarah Teori Antropologi II” hal:48. 2007 13 www.sumardiono.com. Diakses Sabtu, 29 maret 2014.
6
pendidikannya. Di sini orangtua bertanggung jawab secara aktif atas proses pendidikan anaknya. Bertanggung jawab secara aktif ini maksudnya adalah orangtua terlibat penuh pada proses penyelenggaraan pendidikan, mulai dalam hal penentuan arah dan tujuan pendidikan, nilai yang ingin dikembangkan, kecerdasan dan ketrampilan yang hendak diraih, kurikulum dan materi pembelajaran hingga metode belajar serta praktik belajar keseharian anak. Perbedaan yang paling mendasar antara remaja di homeschooling dengan remaja sekolah pada umumnya tentu saja berkaitan dengan berangkat ke sekolah. Remaja homeschooling tidak perlu berangkat ke sekolah 6 hari perminggu, mereka juga tidak mengenal beragam liburan berkaitan dengan kalender pendidikan, mereka tidak mengenakan seragam dan mereka hanya menjalani ujian jika memang model homeschooling yang mereka tempuh bekerja sama dengan sekolah,jika tidak ada kerja sama maka remaja homeschooling tidak akan menempuh ujian layaknya di sekolah biasa. Jumlah jam belajar mereka sehari berbeda dari anak sekolah umum, dan materi yang diajarkan dapat saja berbeda dengan yang diajarkan di sekolah umum. Berkaitan dengan materi, sejak awal homeschooling dirancang untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarganya, sehingga materi yang diajarkan di sesuaikan dengan minat dan kebutuhan belajar anak pada saat itu 14. Berbicara tentang materi yang diajarkan, dalam proses belajar-mengajar di homeschooling ada delapan (8) metode pembelajaran, yaitu:
14
Homeschooling, Rumah Kelasku Dunia Sekolahku. Kumpulan Artikel. 2012
7
1. Metode homeschooling Charlotte Mason, dalam metode ini anak membaca buku kemudian menceritakan kembali dengan bahsanya sendiri. Hal ini memastikan bahwa mereka mengerti apa yang dibacanya. 2. Metode homeschooling Klasik, metode ini terdiri atas konsep grammar, logic dan rhetoric atau dapat juga diartikan pengetahuan, pengertian dan kebijakan tahapan grammar (sampai usia 12) adalah saat anak menerima dan mengumpulkan informasi dan pengetahuan. Anak belajar menerima fakta
walaupun
belum
memahaminya
namun
sejalan
dengan
bertambahnya usia, mereka mulai mencerna fakta tersebut. Tahapan logic (usia 13-15) adalah usia saat pemahaman anak mulai matang. Mereka mulai mengerti sebab akibat dan pengetahuan tentang logika. Tahapan rhetoric (usia 16-18) adalah saat anak bisa menggunakan pengethauan dan logika untuk berkomunikasi, menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari dan berdiskusi serta berdebat. Setiap mata pelajaran mempunyai 3 tahapan yaitu peserta didik menerima fakta, belajar mengerti, dan diuji dalam pemahaman mereka. 3. Metode Eclectic, metode ini melakukan hal-hal yang disukai dari berbagai kurikulum yang ada dengan menggunakan sumber-sumber informasi dari internet, perpustakaan atau menciptakan kurikulum sendiri. 4. Metode homeschooling Montessori, Maria Montessori menyatakan bahwa anak mempunyai kemampuan untuk belajar. Orang dewasa hanya perlu mengatur lingkungan anak agak mendukung proses anak belajar. Orang
8
dewasa tidak perlu mengatur anak, tetapi cukup dengan membantu anak belajar dari lingkungannya dalam situasi natural maupun kelompok yang tidak dibatasi oleh umur. 5. Metode Unschooling, anak belajar materi yang mereka sukai. Unschooling sangat tidak terstruktur tapi sering cocok untuk sebagian anak, terutama anak kecil. 6. Metode Unit Studies, semua mata pelajaran terpadu menjadi satu tema. Sebagai contoh dari sebuah buku anak dapat belajar sejarah, seni, ilmu pengetahuan alam, matematika, semua melalui buku tersebut. 7. Metode Belajar Jarak Jauh 8. Metode homeschooling Waldorf, konsep pengajaran Waldrof bertumpu pada anak secara keseluruhan (the whole child) yang meliputi kepala, hati dan tangan. Metode ini menekankan dongeng (storytelling) dan seni (art). Metode ini tidak berusaha untuk menamamkan materi intelektual kepada anak, tetapi membangkitkan kemampuan anak untuk mencari pengetahuan dan menikmati proses belajar. Munculya homeschooling didasari oleh berbagai hal yang berbeda-beda untuk setiap keluarga.Namun, kekhawatiran orangtua akan pendidikan sekolah pada masa ini (tuntutan perilaku yang seragam, pergaulan remaja yang penuh tekanan, jumlah jam yang terlalu banyak dan penuh) menjadi penyebab utama sejumlah orangtua menerapkan pendidikan model homeschooling ini, di samping itu karakteristik anak yang berbeda-beda dalam menangkap segala jenis pelajaran
9
yang disampaikan kepadanya, memicu munculnya homeschooling ditengahtengah pendidikan formal 15. Disisi
lain
masih
terdapat
kekhawatiran
terhadap
kelemahan
homeschooling, dimana anak-anak yang belajar di homeschooling kurang berinteraksi dengan teman sebayanya dari berbagai status sosial yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di masyarakat. Padahal interaksi sosial dengan teman sebaya merupakan bagian penting bagi kehidupan seseorang. Anak-anak yang mengikuti homeschooling (homeschooler) kurang berinteraksi dengan teman sebaya dikarenakan lingkungan belajar mereka yang tertutup dengan lingkungan luar dan karena kebiasaan mereka yang lebih senang bergaul dengan orang yang dikenal saja sehingga menyebabkan anak homeschooling sulit berinteraksi dengan orang lain bahkan dengan teman sebaya mereka yang mengikuti homeschooling 16. Langeveld mengatakan bahwa pegaulan adalah lapangan yang tersedia bagi pendidikan, jadi dari pergaulan yang baik dapat diselenggarakan pendidikan yang sebaik-baiknya 17. Di pandang dari sisi positif dan negatifnya, homeschooling memiliki beberapa pertimbangan penting. Dilihat dari sisi positifnya yang pertama homeschooling mengakomodasikan potensi kecerdasan anak secara maksimal karena setiap anak memiliki keberagaman dan kekhasan minat, bakat dan keterampilan yang berbeda-beda. Potensi ini akan bisa dikembangkan secara
15
Menurut data Asah Pena(Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif) pada tahun 2009. Wina kartika Br.Ginting S.SOS, dalam skripsi “realitas keluarga pelajar yang mengikuti homeschooling”2011. 17 Langeveld (dalam buku dinamika psikologi sosial – Drs.H.Koestoner Partowisastro, 1983 hal 52) 16
10
maksimal bila keluarga memfasilitasi suasana belajar yang mendukung di rumahnya sehingga anak didik benar-benar merasa di rumah dalam proses pembelajaran, hal ini sesuai dengan prinsip pendidikan yang bersifat informal. Dengan metode homeschooling ini anak didik tidak lagi dibatasi oleh empat tembok kelas yang sesak dan mereka bisa memilih tema pembelajaran yang diinginkan mereka. Yang kedua, metode ini mampu menghindari pengaruh buruk lingkungan negatif yang mungkin dihadapi oleh anak disekolah umum. Pergaulan bebas, tawuran, rokok dan obat-obat terlarang yang terus menghantui para orang tua, sementara mereka tidak dapat mengawasi putra-putrinya sepanjang waktu 18. Persoalan legalitas secara prinsip tidak ada masalah, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam pasal 27 ayat(1) dikatakan kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Lalu pada ayat(2) dikatakan bahwa hasil pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. Jadi secara hukum kegiatan persekolahan di rumah dilindungi oleh Undang-Undang 19. Saat ini, jumlah yang melaksanakan homeschooling terus mengalami peningkatan, tetapi data pasti jumlah homeschooling sulit untuk didapat karena model pendidikan ini bersifat informal. Di Indonesia sendiri menurut perkiraan Ella Yulaelawati, Direktur Pendidikan Kesetaraan Depdiknas ada sekitar 1.00018
Wina kartika Br.Ginting S.Sos, dalam skripsi “realitas keluarga pelajar yang mengikuti homeschooling”. 19 UU RI No.23 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
11
1.500 siswa homeschooling. Di Jakarta ada sekitar 600 siswa, sebagian besar diantaranya sekitar 500 orang adalah siswa homeschooling majemuk. Jumlah yang sebenarnya tidak diketahui pasti, tapi diperkirakan masih lebih besar lagi. Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya jumlah sekolah formal yang ada di Indonesia bahkan di Medan sudah cukup banyak. Namun semakin banyaknya sekolah formal, sekolah informal seperti homeschooling pun semakin marak dan semakin banyak diminati. Tingkat pendidikan formal di Kota Medan cukup baik tentunya tidak terlepas dari tersedianya prasarana dan sarana pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak, taman bermain, taman bacaan, playgroup 20. Walaupun diketahui bahwa sekolah formal cukup banyak namun masih saja ada beberapa keluarga memilih pendidikan informal untuk anak-anak mereka, hal
ini
terlihat
dengan
munculnya
sekolah-sekolah
informal
seperti
homeschooling. Homeschooling di Medan tidak segencar homeschooling di Jakarta namun tetap saja pendidikan informal seperti homeschooling ini mulai sangat diminati oleh banyak keluarga. Perkembangan homeschooling yang pesat di berbagai wilayah sebagian besar karena orangtua berpendapat bahwa homeschooling berhasil memenuhi kebutuhan-kebutuhan pendidikan yang mereka rencanakan. Kebutuhan orangtua itu beragam dan homeschooling berusaha memenuhi
kebutuhan
pendidikan
yang
spesifik
dari
keluarga
karena
homeschooling memang memiliki sifat customized sehingga dapat disesuaikan dengan kondisi setiap keluarga.
20
Data dinas pendidikan (2013)
12
Beragam pendapat negatif berkaitan dengan kepribadian remaja di homeschooling.Pendapat
yang
umum
diutarakan
adalah
bahwa
dengan
homeschooling, remaja kehilangan jati diri dan kesempatan untuk bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya 21. Dikhawatirkan pula bahwa remaja kehilangan kesempatan bergaul dengan lingkungan yang sangat heterogen, dimana dalam lingkungan tersebut ia akan mempelajari banyak hal terutama perbedaan tingkahlaku di setiap individu, perbedaan status, perbedaan kebiasaan serta perbedaan latar belakang. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, peneliti bermaksud melakukan penelitian untuk mengetahui tentang perkembangan kepribadian pada remajapubertas di homeschooling. Hal ini untuk melihat dan menggambarkan bagaimana sebenarnya jalur pendidikan informal, dan perbedaan apa saja yang mendasari antara homeschooling dengan sekolah yang selama ini kita kenal (jalur formal). 1.2 Tinjauan Pustaka Manusia sejak lahir ke dunia akan mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Manusia tidak dapat hidup sendiri karena harus saling melengkapi dan saling membutuhkan untuk bertahan hidup. Anak membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, orang yang paling utama yang harus dekat dengannya adalah orangtua. Tanpa orangtua perkembangan seorang anak mungkin tidak bisa
21
Jurnal homeschooling sebegai alternatif pendidikan (kelemahan homeschooling) oleh Adilistiono, Politeknik Negeri Semarang.
13
dipastikan seorang anak bertumbuh dengan baik atau malah mereka tidak paham dengan pertumbuhan mereka. Perkembangan manusia dianggap sebagai perubahan pada fisik (biologi), kognitif, psikologis, dan sosial emosional atau perubahan perilaku sosial yang dialami oleh individu selama rentang kehidupannya dari lahir sampai mati. Dalam masa perkembangan manusia yang paling diperlukan adalah sosialisasi, karena perkembangan manusia dan proses sosial terjadi selama manusia itu masih hidup 22. Perkembangan dan sosialisasi anak tergantung pada orang yang berinteraksi dengan anak, tempat mereka menghabiskan waktu bersama, dan peran permainan anak-anak (Whiting & Whiting, 1975) 23. William Starn mengatakan bahwa perkembangan manusia itu selain ditentukan oleh pembawaan juga ditentukan oleh pendidikan dan lingkungan, lingkungan yang pertama adalah lingkungan keluarga. Fungsi keluarga yang dapat memberikan rasa aman pada anak, rasa aman ini sangat penting bagi perkembangan
anak.
Anak
dapat
mengadakan
eksplorasi,
anak
dapat
mengembangkan bakat-bakatnya, anak dapat memupuk hobi sebaik-baiknya dengan seleluasa mungkin tanpa gangguan rasa takut, karena semua kebutuhan telah dipenuhi oleh orangtuanya 24.
22
Eric B. Shiraev & David A.Levy dalam buku “Psikologi Lintas Kultural”, hal:280 Whiting & Whiting, 1975 (dalam buku “Psikologi Lintas Kultural – Eric B. Shiraef dan David A Levy)”, 2012hal: 282 24 William Starn (dalam buku dinamika psikologi sosial – Drs.H.Koestoner Partowisastro), 1893 hal:50 23
14
Perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “perkembangan: adalah perihal perkembangan selanjutnya, kata berkembang berarti mekar terbuka atau membentang menjadi besar, luas dan banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, kepribadian memiliki tiga unsur penting yaitu: pengetahuan, perasaan, dan dorongan naluri. Tiga unsur inilah yang berperan dalam pembentukan kepribadian tiap-tiap manusia 25. •
Pengetahuan (Kognitif), unsur yang mengisi akal dan jiwa orang yang sadar terkandung didalamnya otak secara sadar, dalam ilmu Antropologi seluruh proses akal manusia sadar disebut “Persepsi”, tetapi sebelum melahirkan suatu persepsi, maka ada yang dinamakan sebagai proses dimana sel penerima dibangkitkan dan mentransmisikan informasi kepusat otak “Sensasi”. Sensasi dan persepsi merupakan prinsip dasar dari proses kognitif manusia. Persepsi yang tetap sangat dipengaruhi oleh pengalaman belajar karena melalui proses belajar seseorang akan mengetahui keterampilan mana yang meningkat dan keterampilan mana yang tidak berkembang 26. Kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki seseorang, dan jenis
pengetahuan apa yang lebih dikuasainya, semua itu turut menentukan kepribadiannya. Pengetahuan yang dimiliki seseorang memainkan peranan
25
Koentjaraningrat dalam buku “Pengantar Antropologi, hal: 99 Eric B.Shiraev & David A.Levy dalam buku “Psikologi Lintas Kultural” ha:” 163
26
15
penting di dalam pekerjaan/jabatan maupun dalam proses belajar dan dalam pergaulan. Homeschooling merupakan salah satu tempat proses belajar, namun di Homeschooling ada sedikit hal yang berbeda dalam hal materi pembelajaran. Di Homeschooling materi pembelajaran yang disampaikan kepada anak sesuai dengan minat dan bakat anak tersebut, jadi jarang sekali terlihat keterampilan yang tidak berkembang pada anak homeschooling. Berbicara tentang pengetahuan/kognitif tidak terlepas dari yang namanya “Inteligensi” dideskripsikan sebagai seperangkat kemampuan mental, kapasitas untuk mendapatkan dan menggunakan pengetahuan, keterampilan memecahkan masalah dan pengetahuan tentang dunia. Inteligensi adalah tindak mengetahui dan memahami realitas, kemudian kebanyakan definisi memberi perhatian pada pemecahan problem, yang menimbulkan asumsi bahwa kecerdasan adalah seperangkat keterampilan mental yang membantu kita untuk mencapai tujuan. Selain itu, kecerdasan juga merupakan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan guna mengatasi rintangan. Dan terakhir inteligensi membantu kita dalam beradaptasi dengan kondisi yang berubah 27. Kecerdasan atau inteligensi merupakan unsur yang paling penting dalam membentuk kepribadian, termasuk di dalamnya kewaspadaan, kemampuan belajar, kecepatan berfikir, kesanggupan untuk mengambil keputusan yang tepat,
27
Eric B.Shiraev & David A.Levi dalam buku “Psikologi Lintas Kultural” 2012 hal: 168
16
kepandaian menangkap dan mengolah kesan-kesan atau masalah, dan kemampuan mengambil kesimpulan. Inteligensi seseorang dapat diukur melalui beberapa tes inteligensi dengan tiga keterampilan menurut Thurstone (1938) yaitu intelektual verbal, matematika dan spasial 28. Dalam mempelajari diversitas perilaku manusia dan capaiannya. Gardner (2007) mengatakan bahwa selain intelektual verbal, matematika, dan spesial yang diukur dengan tes psikometri, ada jenis inteligensi lain yakni musik, kinestetis jasmani, dan inteligensi personal (kemampuan seseorang untuk memahami dirinya sendiri dan orang lain 29. Sejak awal studi empiris tentang inteligensi, kultur di klaim sebagai “kontributor” penting karena Vygotsky, Psikologi Rusia (1978) percaya bahwa inteligensi tidak dapat dipahami tanpa mempertimbangkan lingkungan kultural dimana seseorang itu tinggal dan juga lingkungan ekternalnya yaitu lingkungan pedidikan 30.
Jika
seorang
anak
berada
dalam
lingkungan
pendidikan
formal/sekolah formal yang didalamnya ada guru serta beberapa orang murid maka dengan mudah membandingkan IQ seorang anak dengan anak lainnya melalui berbagai tes atau keseharian saat mengikuti proses belajar dengan begitu sangat mudah untuk melihat kemampuan diri seseorang tersebut dengan orang lainnya
dilingkungan
sekolah.
Lain
halnya
dengan
pendidikan
28
Loius Leon Thurstone 1938 (dalam buku Teori Inteligensi Ganda – Paul Suparno dan Konsius) 2003, hal:22 29 Howard Gardner 1980 (dalam buku Teori Inteligensi Ganda – Paul Suparno dan Konsius) 2003, hal: 24 30 Vygotsky 1978 (dalam buku Psikologi Lintas Kultur – Eric B Shiraef dan David A Levis) 2012 hal:170
17
informal/homeschooling, seperti yang penulis jelaskan di latar belakang homeschooling adalah jenis pendidikan informal yang melakukan kegiatan proses belajar mengajar di rumah dengan satu orang guru dan seorang murid, dengan materi yang disampaikan berdasarkan minat dan bakat seorang anak tersebut. Sulit rasanya mengetahui kemampuan pada seorang anak yang mengikuti program homeschooling karena tidak bisa melihat kemampuan seorang anak jika anak tersebut belajar sendiri tanpa ada anak lain. Menurut Howard Gardner, salah satu teori pendidikan yang berpengaruh dalam perkembangan homeschooling adalah teori Inteligensi Ganda (Multiple Intelligences, 1983).
Selain intelektual verbal dan Matematika ada 8 jenis
inteligensi (kecerdasan) manusia yaitu: (1) Linguistik; (2) Ruang (visual); (3) Kinestetis (badan); (4) Musikal; (5) Interpersonal; (6) Intrapersonal; (7) Lingkungan; dan (8) Matematika. Teori Gardner ini memicu para orangtua untuk mengembangkan potensi-potensi inteligensi yang dimiliki anak, kerapkali sekolah formal tidak mampu mngembangkan inteligensi anak 31. •
Perasaan atau Emosi adalah respon evaluatif yang biasanya mencakup kombinasi kebangkitan psikologis, pengalaman subjektif (postif, negatif atau ambivalen), dan ekspresi Behavioral. Kegembiraan dan kekecewaan, kesedihan dan keterkejutan, iri dan bangga, dan lusinan emosi lainnya sering menemani kehidupan kita sehari-hari, dimanapun kita berada atau apapun bahasa yang kita gunakan. Kita sudah mulai menunjukkan emosi itu sejak lahir, kita belajar emosi dari orang disekitar kita, buku yang kita
31
Paul Suparno dan Konsius (2003) dalam buku “Teori Inteligensi Ganda
18
baca, film yang kita tonton karena pengungkapan emosi pada manusia diperoleh dalam proses sosialisasi 32. William James (1884) yang menyatakan bahwa teori emosi ada di dalam pengalaman ragawi. Pengalaman fisik menyebabkan seseorang bangkit secara psikologis dan kebangkitan ini menstimulasi pengalaman subjektif seperti kecemasan, kegembiraan, dan sebagainya 33. Anak pubertas akan merasa cemas apabila dirinya tidak mempunyai teman. Karena pengaruh masa puber yang berpengaruh pada perubahan kondisi fisik juga menimbulkan kecemasan. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya teman sebaya yang berkunjung ke rumah atau kelompok teman sebanyanya yang akan mengajak pergi bermain bersama. Kartono (1990) mengemukakan bahwa kecemasan adalah rasa ragu, gemetar/tidak berani terhadap hal-hal yang konkrit, semu ataupun tidak jelas, selalu penuh dengan ketegangan emosionil. Sedangkan Lazarus (1993) berpendapat bahwa kecemasan didefinisikan sebagai keadaan psikologis yang ditandai oleh adanya tekanan, ketakutan, kegalauan dan ancaman yang berasal dari lingkungan 34. Di dalam interaksinya dengan dunia luar, manusia dapat mengalami bermacam-macam perasaan, baik yang mengenai perasaan senang maupun yang tidak menyenangkan. Berbagai perasaan dalam diri manusia itu dapat digolongkan
32
Jhon W Berry, Ype H Poortinga, Marshall H Segall, Pierre R Dasen, dalam buku “Psikologi Lintas Budaya (Riset dan Aplikasi), 1999 hal: 162 33 William james 1884(dalam buku Psikologi Lintas Kultural – Eric B Shiraef dan David A Levy) 2012 hal: 213 34 Lazarus 1993 (dalam buku Psikologi Lintas Kultural – Eric B Shiraev dan David A Levy) 2012 hal: 231
19
ke dalam beberapa jenis salah satunya adalah perasaan sosial (kemasyarakatan) yaitu perasaan yang menyertai pendapat seseorang tentang orang lain dan pengalaman-pengalaman seseorang dengan orang lain. Perasaan-perasaan sosial Menurut Ekman dan Friesen (1969) ada enam kategori emosi yaitu: kebahagian, kesedihan, kemarahan, ketakutan, kekagetan atau kejijikan, pengalaman emosi dapat dipengaruhi oleh norma sosial atau espektasi populer 35. •
Dorongan Naluri. Kesadaran manusia menurut para ahli psikologi juga mengandung berbagai perasaan lain yang tidak ditimbulkan kerena dipengaruhi
oleh
pengetahuannya,
tetapi
karena
memang
sudah
terkandung di dalam organismenya, khususnya dalam gennya, sebagai naluri. Kemauan yang sudah merupakan naluri disebut “dorongan”. Kekuatan Bawah Sadar : Psikoanalisis. Konsep sentral dari psikoanalisis yang dikembangkan pertama kali oleh Sigmund Freud (1983) adalah alam bawah sadar. Bawah sadar adalah level kesadaran yang memuat pikiran, perasaan, dan memori yang mempengaruhi kita tanpa kita sadari 36. Semua manusia dilahirkan dengan membawa dua dorongan dasar yaitu insting hidup dan keinginan mati.
Menurut Freud (1983), pribadi manusia itu terbentuk dari dorongandorongan nafsu-nafsu, dengan dorongan inilah berarti adanya suatu energi yang harus dapat memenuhi kebutuhannya atau kepuasannya. Juga dikemukakan olehnya ada tiga sistem dalam pembentukkan pribadi manusia yang disebut Id,
35
Ekman dan Friesen (dalam buku Psikologi Lintas Kultural – Eric B Shiraev dan David A Levy) 2012 hal:215 36 Sigmund Freud 1983 (dalam buku Psikologi Kepribadian – Alwisol) 2011 hal:69
20
Ego dan Super-ego 37. Inilah yang menurut Freud prinsip kesenangan yang memiliki fungsi untuk menyalurkan energi untuk segera meniadakan ketegangan (menuntut kepuasan), kerana ketegangan merupakan pokok yang dapat menimbulkan
suatu
penderitaan.
Bila
ada
selalu
mengalami
ketegangan/kecemasan terus menerus, maka suatu saat ketegangan atau kecemasan itu akan meledak dalam bentuk-bentuk tindakan yang agresif 38.
Perkembangan dan pertumbuhan dalam pengertian secara konsepsional memang dapat dibedakan, tapi keduanya menjadi satu kesatuan dalam proses perubahan individu sepanjang kehidupannya. Perkembangan adalah peristiwa perubahan biologis yang terjadi pada makhluk hidup, berupa perubahan ukuran yang bersifat ireversibel 39. Dalam kehidupannya manusia akan mengalami masa perkembangan dari bayi menjadi orang orang dewasa, tapi sebelum menjadi dewasa anak-anak akan mengalami masa remaja. Masa remaja adalah usia dimana individu berintelegensi 40 dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orangorang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan sama, sekurangkurangnya dalam masalah hak. Adapun ciri-ciri masa remaja adalah :
37
Id, komponen personalitas yang mengandung dorongan bawaan lahir (keinginan kematian dan insting kehidupan), ego adalah level personalitas yang beradaptasi dengan realitas eksternal dengan membuat kompromi antara ide, superego dan lingkungan, superego level personalitas yang bertindak sebagai pedoman yang membatasi implus awal 38 Freud dalam buku dinamika psikologi sosial, hal:39 39 Ireversibel artinya tidak berubah kembali ke asal karena adanay tambahan substansi, dan perubahan bentuk yang terjadi saat proses pertumbuhan berlangsung pada makhluk hidup 40 Intelegensi: suatu konsep mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
21
-
Masa remaja sebagai periode peralihan
-
Masa remaja sebagai periode perubahan Tingkat perubahan dalam sikap perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Masa Remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri, oleh
Sigmund Freud dan Erickson disebut dengan identitas Ego (Ego Identity) 41.Ini terjadi karena masa remaja merupakan peralihan antara masa kehidupan anakanak dan masa kehidupan orang dewasa.Ditinjau dari segi fisiknya mereka bukan anak-anak lagi melainkan sudah seperti orang dewasa, tetapi jika mereka diperlakukan sebagai orang dewasa, ternyata belum dapat menunjukkan sikap dewasa. Jika digolongan berdasarkan usia, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi perempuan, dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi laki-laki. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12-13 tahun sampai dengan 17-18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17-18 tahun sampai dengan 21-22 tahun adalah remaja akhir. Istilah remaja dalam bahasa Inggris disebut sebagai adolescence, yang berasal dari bahasa latin “adolescare” atau diartikan sebagai tumbuh kearah kematangan. Kematangan disini tidakhanya berarti kematangan fisik tetapi terutama kematangan psikologi kepribadiannya. Secara teoritis, masa remaja dibagi menjadi dua, yaitu: 41
Identitas ego: kesadaran seseorang akan bagaimana Ia dikenali
22
•
Masa Pubertas
•
Masa Adolesen Pubertas berasal dari kata latin yaitu usia kedewasaan. Sebuah periode
dalam rentang perkembangan ketika anak berubah dari makhluk aseksual menjadi seksual. Dapat juga diartikan bahwa pubertas adalah usia dimana seseorang mengalami perubahan pada fisik dan perilaku, serta masa pubertas disebut masa bangkitnya kepribadian ketika minatnya lebih ditujukan kepada perkembangan pribadi sendiri. Ada beberapa sifat yang menonjol pada masa ini, yang tidak sama kuatnya pada semua remaja, diantaranya yaitu: (1) pendapat lama ditinggalkan, (2) keseimbangan jiwanya terganggu, (3) suka menyembunyikan isi hati, (4) masa bangunnya perasaan kemasyarakatan. Pubertas dianggap sebagai periode sensitif yang memiliki pengaruh sangat besar bagi kehidupan individu. Periode ini menandai perpindahan dari tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa. Memang dalam masa remaja tidak seluruhnya berada dalam goncangan, tapi pada bagian akhir dari masa remaja ini kebanyakan individu sudah berada dalam kondisi yang stabil. Dapat dikatakan juga masa pubertas adalah masa pematangan fungsi seksual. Penelitian Antropologi yang pernah meneliti masalah pubertas dilakukan pertama kali oleh seorang Antropolog bernama Margareth Mead, Masa puber disebut juga masa pancaroba atau masa akil baligh yaitu peralihan dari masa anakanak menjadi dewasa. Teori gejala akil baligh dari hasil penelitian Margareth Mead menyatakan bahwa para gadis di Samoa tidak mengalami gejala akil baligh karena keluarga orang Samoa bukan termasuk keluarga inti, sehingga seorang
23
anak tidak selalu harus berhubungan terus menerus dengan kedua orangtuanya, tetapi juga mendapat kesempatan untuk berhubungan secara bebas dengan anggota kerabat yang lain. Pubertas secara umum menurut Santrock (1998) sesungguhnya di kelilingi oleh tiga lingkungan yang berbeda, yakni keluarga, teman sebaya dan lingkungan sekolah. Ketiga lingkungan ini membawa dampak yang berbeda-beda terhadap tumbuh kembang anak. -
Lingkungan keluarga: pada usia akhir, waktu anak-anak bersama keluarganya cenderung berkurang karena anak lebih banyak di sekolah dan atau bermain dengan teman-teman sebayanya.
-
Teman sebaya: pada anak usia akhir, mereka memang lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman sebayanya. Teman bagi anak usia akhir memiliki enam fungsi yakni: persahabatan, stimulus/mendorong, physical support, ego support, untuk perbandingan sosial, keintiman/relasi afeksi. Adanya kesamaan dan perasaan dekat/intim merupakan dua hal penting dalam sebuh relasi pertemanan dengan teman sebaya.
-
Lingkungan sekolah: lingkungan ini memberikan dampak yang cukup besar bagi siswa karena anak-anak menghabiskan sebagian waktunya di sekolah. Guru memiliki peran penting mempengaruhi perkembangan anak. Selain itu di sekolah anak mempelajari perbedaan-perbedaan antara dirinya dengan teman-temannya yang sangat beragam. Sedangkan tugas-tugas perkembangan masa pertengahan dan masa akhir
anak-anak menurut Santrock diantaranya sebagai berikut:
24
Membaca Berinteraksi dengan teman sebayanya Anak-anak yang memiliki prsetasi Peralihan peran untuk menjalani peran baru, misalnya perubahan “anak rumah” (homechild) menjadi “anak sekolah” (schoolchild) Pemahaman diri berubah secara pesat dari mendefinisikan diri melalui karakteristik eksternal menjadi mendefinisikan melalui karakteristik internal. Misalnya seorang anak mengatakan dirinya cukup lumayan kuatir terus menerus, suka marah tetapi sudah lebih baik sekarang. Ada beberapa ciri perkembangan remaja yang dilihat dari berbagai aspek salah satu aspeknya yaitu aspek kepribadian, dimana Masa remaja merupakan saat berkembang self identity ( kesadaran akan identitas atau jati diri), remaja dihadapkan kepada berbagai pertanyaan, seperti: siapa saya ?, apa peran saya..?, mengapa saya harus melakukan..?.
Kepribadian merupakan susunan faktor-faktor biologis, psikologis dan sosial yang menjadi dasar dari kelakuan kita. Untuk keseimbangan kepribadian kita, perlu adanya integrasi dan kerja sama yang harmonis antara faktor-faktor tersebut. Kepribadian itu harus terbentuk sedemikian rupa sehingga orang dapat bergaul dengan sesamanya, karena manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin hidup sendiri secara terasing.
Kepribadian adalah ciri-ciri watak seseorang individu yang konsisten, yang memberikan kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khusus, yang
25
dimaksudkan adalah bahwa orang tersebut mempunyai beberapa ciri watak yang diperlihatkan secara lahir, konsisten dan konskuen dalam tingkah lakunya sehingga tampak bahwa individu tersebut memiliki identitas khusus yang berada dari individu-individu. (Koetjaraningrat, 1985:102). Menurut ilmu Antropologi, kepribadian ditentukan oleh akal dan jiwa manusia itu sendiri. Susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia atau keseluruhan cara seseorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain, itulah yang disebut sebagai kepribadian atau personality. Hal itu memberikan suatu identitas sebagai individu yang khusus kepada masing-masing manusia. Selain unsur-unsur kepribadian diatas tersebut terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kepribadian yaitu:
-
Faktor biologis
-
Faktor sosial
-
Faktor kebudayaan Faktor biologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan
jasmani atau seringkali pula disebut faktor fisiologis seperti keadaan genetik, pencernaan, pernafasan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi badan, berat badan, dan sebagainya. kita mengetahui bahwa keadaan jasmani setiap orang sejak dilahirkan telah menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat kita lihat pada seorang bayi yang baru lahir. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan fisik
26
tersebut memainkan peranan penting pada kepribadian seseorang, apalagi jika seseorang tersebut sedang mengalami masa pubertas, dimana pada masa pubertas terliat perubahan-perubahan yang terjadi pada fisik seseorang ditandai dengan menstruasi dan sebagainya, yang menyebabkan hormon seseorang menjadi aktif serta menjadikan seseorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk bereproduksi.
Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat, yakni manusiamanusia lain disektar individu yang bersangkutan. Termasuk juga kedalam faktor sosial seperti tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa dan sebagainya yang berlaku di masyarakat itu.
Sejak dilahirkan, anak mulai bergaul dengan orang-orang disekitarnya . dengan lingkungan yang pertama adalah keluarga, dalam perkembangan anak peranan keluarga sangat penting dan menentukan bagi perkembangan kepribadian selanjutnya. Keadaan dan suasana keluarga yang berlainan memberikan pengaruh yang bermacam-macam pula terhadap perkembangan kepribadian anak. Keluarga yang besar atau banyak anggotanya berlainan pengaruh dari pada keluarga yang kecil, keluarga yang lebih berpendidikan lain pula pengaruhnya dengan keluarga yang kurang berpendidikan. Demikian pula halnya dengan keluarga yang kaya dan yang miskin.
Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak sejak kecil adalah sangat mendalam dan menentukan perkembangan pribadi anak selanjutnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama,
27
pengaruh yang diterima anak masih terbatas jumlah dan luasnya, intensitas pengaruh itu sangat tinggi karena berlangsung terus menerus, serta umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana bernada emosional. Kemudian semakin besar seorang anak maka pengaruh yang diterima dari lingkungan sosial makin besar dan meluas. Ini dapat diartikan bahwa faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadian.
Faktor kebudayaan, perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain:
-
Nilai-nilai, di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi oleh manusia-manusia yang hidup dalam kebudayaan itu. Untuk dapat diterima sebagai anggota suatu masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras dengan kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu.
-
Adat dan tradisi, yang berlaku disuatu daerah, di samping menentukan nilai-nilai yang harus ditaati oleh anggota-anggotanya, juga menentukan pula cara-cara bertindak dan bertingkah laku yang akan berdampak pada kepribadian seseorang.
-
Pengetahuan dan keterampilan, pengetahuan yang dimiliki seseorang sangat mempengaruhi sikap dan tindakannya. Tiap orang memiliki
28
pengetahuan yang berlainan, dari pengetahuan yang rendah sampai kepada pengetahuan yang tinggi dan luas. -
Bahasa, di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas, bahasa merupakan salah satu faktor yang turut menetukan ciri-ciri khas dari suatu kebudayaan. Betapa erat hubungan bahasa dengan kepribadian manusia yang memiliki bahasa itu. Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan alat berfikir yang dapat menunjukkan bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak dan bereaksi serta bergaul dengan orang lain.
-
Milik kebendaan, semangkin maju kebudayaan suatu masyarakat/bangsa, makin maju dan modern pula alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal ini semua sangat mempengaruhi kepribadian manusia yang memiliki kebudayaan itu. Dari penjelasan di atas, penulis tertarik untuk melihat bagaimana
perkembangan kepribadian seorang remaja pubertas di homeschooling dengan mengamati bagaimana kehidupan sehari-hari remaja tersebut, tingkah lakunya serta cara remaja tersebut berinteraksi atau bersosialisasi dengan orang lain.
1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kehidupan sehari-hari remaja yang mengikuti kegiatan homeschooling? 2. Bagaimana anak yang mengikuti homeschooling merespon pubertas?
29
3. Bagaimana perkembangan kepribadian seorang remaja pada masa pubertas di homeschooling? 4. Apakah ada pengaruh pembelajaran model homeschooling terhadap perkembangan kepribadian remaja pada masa pubertas? 5. Apakah faktor budaya berperan penting dalam kehidupan seorang anak pada masa pubertas dan dalam proses pembelajaran seorang anak? 1.4 Tujuan dan Manfaat Setiap penelitian tentunya memiliki tujuan dan manfaat yang sangat penting, karena melalui tujuan dan manfaat itulah, maka suatu penelitian dapat dimengerti oleh si peneliti maupun ketika nantinya dibaca oleh publik.
1.4.1
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalahPertama, untuk mengetahui bagaimana
para anak homeschooling merespon masa pubertasnya dan untuk menggambarkan atau mengungkapkan bagaimana kegiatan sehari-hari remaja yang mengikuti homeschooling, serta menjelaskan tentang bagaimana perkembangan kepribadian seorang remaja yang sedang mengalami masa pubertas, bagaimana Ia berhubungan dengan teman sebayanya, serta ingin mengetahui apakah ada pengaruhnya
model
pembelajaran
homeschooling
dengan
perkembangan
kepribadian remaja pubertas tersebut, dan apakah ada faktor budaya yang berperan dalam kehidupan seorang anak pada masa pubertas.
1.4.2 Manfaat
30
Manfaat dari penelitian ini adalah Sebagai bahan referensi bagi masyarakat dikalangan akademis, mahasisiwa, dan lain sebagainya, khususnya bagi mereka yang berlatarbelakang disiplin Ilmu Antropologi yang ingin mengkaji lebih dalam tentang jalur pendidikan informal yaitu homeschooling terutama masalah kepribadian remaja pada masa-masa pubertas. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini diharapkan menjadi sebuah sarana pengembangan diri untuk lebih paham akan ruang Lingkup kajian Antropologi.
1.5 Kerangka Penulisan Bab 1 Pendahuluan yang berisi latar belakang, tinjauan pustaka, perumusan masalah, tujuan dan manfaat, metode penelitian, dan pengalaman penelitian. Adapun yang menjadi latar belakang masalahnya adalah, mengenai alasan peneliti mengambil tema penelitian tentang kepribadian pada pubertas di homeschooling, homeschooling merupakan jenis pendidikan informal/nonformal, perbedaan homeschooling dengan sekolah formal, legalitas homeschooling, beragam pendapat negartif dan positif tentang homeschooling yang peneliti baca sebelumnya melalui jurnal, kehidupan remaja serta tugas-tugas perkembangan perkembangan masa remaja pada umumnya.
Selanjutnya Tinjauan Pustaka, yang menjadi tinjauan pustaka dalam skripsi ini adalah : tentang teori-teori yang mendukung tema skripsi ini yaitu mengenai, perkembangan kepribadian menurut beberapa ahli, tiga unsur kepribadian, ciri-ciri masa remaja menurut para ahli, definisi pubertas, teori-teori kepribadian menurut para ahli.
31
Rumusan Masalah, berisi tentang apa-apa saja yang ingin di cari tahu oleh peneliti (dalam bentuk pertanyaan) di lapangan mengenai kepribadian pada masa pubertas di homeschooling, berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka.
Tujuan dan Manfaat, berisi tentang tujuan akhir dari peneliti ini dan manfaat dari penelitian ini. Selanjutnya Metode Penelitian, cara peneliti mengambil dan mengumpulkan data di lapangan dengan beberapa teknik pengumpulan data seperti observasi, wawancara mendalam, dokumentasi, dan studi kepustakaan serta cara bagaimana peneliti menganalisis data tersebut. Di dalam metode penelitian juga terdapat lokasi penelitian.
Isi terakhir dari bab I yaitu tentang Pengalaman Penelitian, yang berisi tentang kejadian peneliti selama berada di lapangan atau saat melakukan penelitian, setiap kejadian tersebut peneliti menjadikannya sebuah pengalaman selama berada dilapangan.
Bab II :
Deskripsi
Lokasi
Penelitian,
yang
berisi
mengenai
kependudukanya termasuk di dalamnya tentang jumlah penduduk, jumlah penduduk yang bersekolah, jumlah saranan pendidik di kota Medan, dan jumlah pendidikan usia sekolah. Serta tentang gambaran umum Homeschooling, jumlah Homeschooling di Kota Medan dan tentang Homeschooling Primagama di Medan.
Gambaran umum Homeschooling berisikan tentang sejarah singkat Homeschooling, pengertian dan karakteristik Homeschooling, dan perkembangan Homeschooling di Indonesia.
32
Homeschooling Primagama di Medan bersisikan tentang, lokasinya, visi dan misinya, sejarah singkat, sistem belajarnya, landasan hukum, kurikulum, sistem ujian serta izajah dan program Homeschooling Primagama.
Bab
III :
Perkembangan
Kepribadian
Pada
Masa Pubertas
di
homeschooling, berisi tentang peran budaya dalam kehidupan seseorang anak pada masa pubertas yaitu peran budaya dalam pendidikan, peran budaya dalam perkembangan kepribadian serta peran pendidikan dalam membentuk kepribadian.
Selanjutnya di bab III tentang perkembangan kepribadian remaja yaitu tentang kognitif atau pengetahuan remaja di homeschooling, perasaan atau emosinya serta tentang dorongan naluri remaja tersebut.
Kehidupan remaja homeschooling, baik itu aktifitas di lingkungan sekolah maupun aktifitas di lingkungan luar sekolah yang dilihat yaitu jenis kegiatannya, apa-apa saja yang dilakukan remaja pada saat dia belajar maupun di rumah dan di masyarakat, bagaimana tingkah lakunya, bagaimana sikap dan sifatnya dan selanjutnya mengenai tentang respon remaja terhadap masa yang dialaminya yaitu masa pubertas, semuanya ada di dalam Bab III.
Bab IV :
Pengaruh
Model
Pembelajaran
Homeschooling
terhadap
Perkembangan Kepribadian Remaja, yang berisi tentang proses pembelajarannya, tentang sosialisasi remaja homeschooling yaitu bagaimana remaja tersebut berinteraksi dengan orangtunya, dengan gurunya serta teman/lingkungannya, serta
33
beberapa kasus yang peneliti dapat selama di lapangan yang berkaitan dengan informan penelitian ini.
Bab V : Kesimpulan dan Saran, yaitu kesimpulam peneliti dari hasil penelitian serta saran peneliti kedepannya untuk homeschooling khususnya untuk remaja di homeschooling.
1.6 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara-cara dan prosedur yang dilakukan untuk mengumpulkan data secara bertanggungjawab sesuai dengan masalah yang diteliti dan disiplin ilmu pengetahuan yang bersangkutan, sehingga dalam ilmu Antropologi penelitian ini akan diarahkan menjadi penelitian kualitatif bersifat deskriptif, yaitu data akan menjelaskan atau menggambarkan makna serta prosesproses suatu fenomena atau gejala sosial suatu masyarakat yang diteliti (Koentjaraningrat, 1981:30)
Untuk mendeskripsikan secara rinci maka peneliti melakukan penelitian lapangan (field research) selama dua bulan. Selama dua bulan tersebut peneliti mencoba
memahami
kehidupan
sehari-hari
remaja
yang
mengikuti
homeschooling. Jika kemudian ada data yang belum lengkap maka peneliti akan datang kembali guna melengkapi data tersebut.
Jumlah dari informan sendiri dibatasi, peneliti hanya mengambil empat orang yaitu: tentor/guru yang membimbing belajar remaja di homeschooling, orangtua dari si remaja dan dua orang remaja yang berusia sekitar 12-15 tahun,
34
informan masih pelajar setingkat Sekolah Mengenah Pertama (SMP) di sekolah formal. Dan informan merupakan siswa yang melaksanakan homeschooling tunggal.
1.6.1
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan berupa pengumpulan data
primer yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi terhadap informan.Namun disamping itu juga sebelum melakukan penelitian dilapangan, peneliti melakukan pengumpulan data sekunder yakni pengumpulan data dari beberapa buku, jurnal dan majalah.Maka dengan demikian, peneliti melakukan 2 teknik pengumpulan data; primer dan sekunder.
1.6.2
Studi Lapangan
1.6.2.1 Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati secara langsung berbagai gejala pada suatu penelitian.Teknik observasi ini dilakukan peneliti untuk melihat langsung, mendengar, dan mencatat aktivitas yang dilakukan siswa baik saat sedang belajar maupun aktivitas di luar lingkungan belajar. Dimana selama melakukan pengamatan, peneliti ikut bersama mendampingi guru yang ingin hendak mengajar di rumah siswa atau di sekolah itu sendiri, gunanya untuk melihat proses belajar, maupun melihat hubungan antara guru dan murid. Di luar jam belajar, peneliti melakukan pengamtan sendiri ke rumah siswa guna melihat aktivitas siswa selama di luar jam belajar, dan melihat hubungan antara siswa
35
dengan orangtuanya serta melihat hubungan antara siswa dengan teman sebayanya.
1.6.2.2 Wawancara
Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial (Bungin, 2007:107).
Wawancara yang akan peneliti lakukan adalah wawancara mendalam (depth interview) dengan menggunakan pedoman wawancara serta instrumen wawancara, karena keterbatasan daya ingat maka perlu dilakukan pencatatan hasil lapangan (Field note) serta merekam dan mencatat hasil wawancara akan digunakan alat seperti Handphone.
Dalam penelitian ini yang diwawancarai adalah guru/tentor yang menjadi staff pengajar di homeschooling, orangtua Siswa dan terakhir dua orang remaja yang berusia sekitar 12-15 tahun yang melaksanakan homeschooling tunggal. Adapun yang ingin peneliti tanyakan mengenai bagaimana cara Homeschooling menempatkan guru/tentor dalam mengajar karena di homeschooling yang mengatur proses belajar mengajar pada anak adalah orangtua, serta peneliti ingin menanyakan apa makna pubertas menurut guru/tentor dan orangtua serta
36
bagaimana si anak merespon masa pubertasnya. Serta masih banyak pertanyaanpertanyaan yang tertuang di dalam interview quide.
1.6.2.3 Studi Kepustakaan Untuk melengkapi data yang diperoleh dari lapangan, peneliti akan mencari data kepustakaan yang terkait dengan masalah penelitian berupa, bukubuku, jurnal, surat kabar, skripsi, serta bahan-bahan yang relevan dengan masalah penelitian.
1.6.2.4 Dokumentasi
Selain observasi dan wawancara, maka untuk memperkuat data hasil wawancara dan
observasi
tersebut
maka
penulis
menggunakan
teknik
dokumentasi berupa kamera.
1.6.2.5 Analisis Data Semua data-data yang peneliti dapat dari lapangan kemudian di analisis. Proses analisis data dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan on going analysis (analisis berkelanjutan). Dengan kata lain, analisis tersebut telah dilakukan sebelum terjun ke lapangan dalam proses pembuatan proposal setelah itu berkembang saat peneliti terjun kelapangan.Saat melakukan pengumpulan data di lapangan (analisis terhadap jawaban dari informan) dan analisis terhadap hasil
37
dari pengamatan peneliti sendiri, dan kemudian dilanjutkan setelah pengumpulan data selesai. Analisis data tersebut dilakukan secara kualitatif.Data-data yang telah terkumpul kemudian di analisis dengan pendekatan antropologi psikologi khususnya membahas mengenai masalah kepribadian.
1.7
Pengalaman Penelitian Penelitian ini dimulai sejak bulan november 2014. Pada saat itu penulis
hanya melakukan pra surve lapangan untuk pembuatan proposal penelitian, pertama kali penulis berkunjung di Homeschooling Primagama, penulis berkenalan dengan receptionisnya, receptionisnya bernama Siti Ayu Nurhidayati S.S atau biasa dipanggil dengan ibu Ayu. penulis berkenalan dengan ibu Ayu, orangnya sangat ramah dan kemudian penulis minta izin untuk melakukan penelitian di homeschooling, namun pada saat itu karena penulis belum memiliki surat izin dari kampus, jadi penulis belum bisa terlalu dalam melakukan pengamatan karena pada saat itu penulis hanya bisa mengamati sekolah homeschooling dan para komunitas homeschooling. Pada saat itu penulis hanya bisa melakukan sedikit wawancara ke Ibu ayu seputar Remaja homeschooling, ada berapa siswa di homeschooling primagama?, berapa yang masih remaja? Bagaimana proses belajar dan mengajar?
Dan kegiatan-kegiatan siswa di
homeschooling primagama?. Jawaban dari ibu Ayu sangat membantu saya dalam pembuatan proposal penelitian pada saat itu. Pada tanggal 19 Januari 2015 surat izin lapangan penulis selesai, penulis pergi ke homeschooling Primagama dan memberikan surat tersebut, penulis
38
langsung bertemu dengan kepala sekolah homeschooling Primagama yaitu Bapak Emil Salim S.T. bapak itu banyak bertanya tentang skripsi dan juga jurusan penulis. Menurut bapak itu selama homeschooling Primagama berdiri dan sudah lumayan banyak mahasiswa yang melakukan penelitian di sini, tetapi baru penulis yang mahasiswa Antropologi dari Fisip melakukan penelitian di homeschooling Primagama, karena biasanya yang melakukan penelitian di sini selalu mahasiswa dari psikologi dan pernah juga satu orang dari sosiologi. Sesuai dugaan penulis ternyata Bapak tersebut belum tahu tentang Ilmu Antropologi dan malah bapak itu bertanya apa hubungannya Antropologi dengan Homeschooling, sambil tersenyum penulis menjawab pertanyaan bapak itu bahwa Antropologi adalah ilmu tentang manusia, jadi segala sesuatu yang berkaitan dengan manusia merupakan bagian dari ilmu antropologi, lalu saya juga menjelaskan bahwa antropologi itu mempunyai beberapa bagian-bagian ilmu lain seperti adanya matakuliah tentang antropologi kesehatan, antropologi psikologi, antropologi hukum dan lain-lain, panjang lebar penulis mencoba memberi tahu Pak Emil tentang antropologi. Kemudian penulis menjelaskan tentang skripsi ini, skripsi ini tentang pubertas di homeschooling, jadi perkembangan masa puber itu dapat dilihat dari dua aspek yang pertama fisik dan nonfisik (pola prilaku, sikap dan kepribadian). Yang penulis ingin amati dan teliti adalah masa puber pada tahap nonfisik itu yang bisa dilihat dari kepribadian, sikap dan perilaku, penulis tidak melihat dari segi fisiknya penulis hanya melihat kepribadiannya, karena menurut ilmu antropologi kepribadian ditentukan akal dan jiwa manusia itu sendiri dan
39
susunan dari akal dan jiwa itu lah yang membentuk tingkah laku atau tindakan di setiap manusia. Kemudian pak Emil bertanya kepada penulis “jadi yang ingin kamu amati remaja perempuan atau laki-laki dan lalu bapak itu juga bertanya bagaimana cara kamu melakukan penelitian di sini”. Kemudian penulis menjawab bahwa informan penulis hanya dua orang remaja perempuan, kenapa perempuan karena pada umumnya pengaruh masa puber lebih banyak pada anak perempuan dari pada laki-laki, disebabkan karena anak perempuan biasanya lebih cepat matang dari pada laki-laki karena mencapai masa puber lebih dulu anak perempuan lebih cepat menunjukkan tanda-tanda perilaku yang menganggu dari pada laki-laki. Cara penulis melakukan penelitian di Homeschooling Primagama ini pertama penulis mengikuti guru/tentor yang hendak mengajar di rumah salah satu informan, kemudian penulis bisa melakukan pengamatan saat si anak tersebut belajar, kemudian bisa melakukan sedikit wawancara kepada si anak dan orangtuanya. Banyak pertanyaan yang diajukan oleh kepala sekolahnya sebelum penulis mulai melakukan penelitian terhadap informan penulis, sampai pada akhirnya Bapak itu bertanya kepada penulis “apakah kamu bisa mengajar untuk anak SD”, penulis terkejut mendengar pertanyaan pak Emil, kemudian penulis menjawab “kalau bicara soal mengajar penulis pikir semua manusia yang bisa berkomunikasi dengan baik dan mempunyai ilmu tentu bisa mengajar, jika ditanya bisa atau tidak, jujur penulis memang pernah menjadi guru les buat anak SD, tetapi untuk saat ini fokus penulis untuk melakukan penelitian di sini, karena informan penulis
40
anak remaja bisa dibilang anak SMP, jadi jika penulis mengajar sambil penelitian ditakutkan penulis tidak fokus”. Mendengar jawaban penulis pak Emil hanya mengangguk-angguk sambil tersenyum. Kemudian penulis disuruh datang kembali besok untuk memilih informan dan sudah mulai bisa melakukan pengamatan. Tanggal 20 Januari 2015, penulis datang kembali ke homsechooling primagama penulis bertemu dengan ibu Ayu, dan penulis meminta izin dari ibu Ayu buat bertemu dengan kepala sekolahnya (pak Emil). Hari ini penentuan siapa yang menjadi informan penulis, kemudian pak Emil memilih yang menjadi informan penulis adalah Angel dan Geby. Angel dan Geby adalah siswa homeschooling tunggal, Angel duduk di kelas 7 SMP, sedangkan Geby duduk di kelas 8 SMP. Angel dan Geby mempunyai perbedaan yaitu, Angel adalah siswa yang belajar di rumah dan Geby adalah siswa yang belajar di sekolah homeschooling. Walaupun kedua tidak sama-sama belajar di rumah tetapi proses dan cara belajarnya pun sama bedanya terletak dari kemauan siswanya untuk belajar. Geby anaknya pendiam bahkan sangat pendiam dan Geby tidak suka berbicara dengan orang yang baru dikenalnya. Pertama kali yang penulis amati adalah Geby karena Geby belajar di sekolah homeschooling tersebut. Hari ini adalah hari senin tepat pukul 09.00 Wib penulis bersama guru fisikanya Geby yaitu ibu Rika masuk ke dalam ruang kelas Geby belajar. Di dalam ruang kelas tersebut hanya ada satu meja dan satu kursi buat Geby belajar kemudian ada dua kursi lagi buat gurunya dan penulis duduki, ruang kelasnya kecil karena hanya
41
Geby yang belajar di dalam kelas tersebut, saat ini Geby hendak belajar fisika, namun sebelum belajar sang guru memperkenalkan penulis dengan Geby kemudian penulis berjabat tangan dengan Geby dan saat berjabat tangan bahkan Geby menunduk dan tidak melihat ke arah penulis, lalu penulis bertanya kepada ibu Rika, dan bu Rika menjawab “ memang Geby seperti itu, dia pemalu dan gak gampang buat dekat dengan dia” lalu sang guru bilang ke Geby bahwa penulis (di homeschooling saya di panggil ibu) “Geby ibu Sri disininya mau lihat Geby” kemudian Geby menjawabnya “ahh gak mau bu Geby malu” dan penulis berkata “Geby kenapa malu, gak apa-apa kok ibu Cuma duduk disini dan ibu mau lihat Geby belajar, ibu gak ganggu Geby kok” kemudian Geby hanya diam dan pelajaranpun dimulai. Saat proses belajar dan mengajar yang baru pertama kali penulis melihatnya di homeschooling ini, belajarnya sangat santai bahkan bisa makan dan minum saat sambil belajar, itu yang dilakukan Geby saat belajar, kemudian apabila Geby sudah capek dan bosan dia pun bahkan dapat menghentikan gurunya saat sedang menerangkan “ibu udahlah, siap belajarnya Geby capek” si gurunya pun mau tidak mau menuruti kemauan si anak, kemudian gurunya bertanya, terus selanjutnya Geby mau ngapain? Dan Geby menjawab: “ Geby mau menggambar bentar bu”. Gurunya memberi izin dengan syarat siap menggambar lalu belajar kembali. Sambil menunggu Geby siap mengambar, penulis berbincang dengan ibu nurma seputar homeschooling dan Geby. Geby memang hobby menggambar bahkan Geby tidak mau belajar kalau belum menggambar seperti saat ini saat Geby bosan mencatat, Geby minta
42
berhenti dan menggambar, Geby mulai berhomeschooling sejak kelas 4 SD tetapi pada saat itu Geby tidak belajar di homeschooling primagama tetapi di homeschooling lain. Geby mulai masuk homeschooling primagama saat duduk di kelas 5 SD. Itupun awalnya Geby belajar dirumah, baru masuk SMP ini Geby belajar di sini (di sekolah homeschooling). Awalnya menurut penuturan dari gurunya, Geby bersekolah di sekolah biasa (formal). Sampai saat ini, penulis terus mengikuti kegiatan Geby baik saat sedang belajar maupun diluar jam pelajaran, Geby belajar dari hari senin sampai dengan kamis dari jam 09.00 s/d 12.00 Wib, sesudah belajar di homeschooling biasanya Geby menghabiskan waktu dengan menggambar atau hanya sekedar melihat video animasi dari youtobe, selama penulis mengikuti kegiatannya penulis tidak pernah melihatnya bergaul dengan teman sebayanya, waktunya habis hanya untuk belajar di homeschooling, menggambar dan bermain dengan adiknya. Setiap hari jumat dan sabtu Geby biasanya mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dari sekolah, dan hari minggunya, dia berdoa dan belajar agama. Di homeschooling tidak ada pelajaran tentang agama, jika siswa ingin belajar agama biasanya di ajarkan sendiri dengan orangtunya, tetapi khususnya yang beragama muslim, jika orangtuanya menginginkan ada pelajaran agama, maka pihak homeschooling menyediakan guru agama islam, tetapi selain agama islam, biasanya hanya orangtua yang mengajarkan agama kepada anaknya. Hari demi hari penulis terus mengamati Geby, dan penulis selalu bertanya kepada setiap guru Geby, Geby mempunyai delapan orang guru, dan semua guru mempunyai jawaban yang sama tentang Geby, bahwa Geby anaknya pemalu dan
43
sangat susah buat Geby berinteraksi dengan orang, termasuk dengan gurunya karena Geby mempunyai dunianya sendiri (dunia dengan hobynya). Termasuk penulis, awal mula penulis berkenalan dengan Geby, bahkan Geby tidak pernah mau berbicara dengan penulis, jika penulis bertanya dia menjawabnya tanpa melihat ke arah penulis. Memang benar kata gurunya, sangat susah buat dekat dengan Geby. Hari demi hari penulis lalui dengan Geby, akhirnya Geby mulai mau berbicara walaupun sedikit dengan penulis. Geby mulai memperlihatkan hasil gambarannya dengan penulis, juga tidak sungkan lagi, jika Geby ada makanan pasti Geby menawarkan kepada penulis dan juga gurunya. Penulis pernah bertemu beberapa kali dengan orangtuanya Geby, banyak yang penulis bicarakan dengan ibu Hema frasia (ibunya Gaby) tentang sifat Geby yang pemalu dan tentang seputar kehidupan Geby di rumahnya jika tidak belajar di sekolah. Ibu Hema menjawab : “Bahwa dulu Geby tidak seperti itu, dia sebenarnya bukan malu bu, tapi dia takut dan trauma, sebelum masuk homeschooling Geby pernah bersekolah di sekolah formal (sebutan saja sekolah X), pernah suatu hari saat belajar bahasa inggris di sekolah X tersebut, Geby di tanya oleh gurunya kemudian Geby tidak bisa menjawab pertanyaan gurunya tersebut dan gurunya langsung memarahi Geby karena bagi gurunya pertanyaan segampang itu Geby tidak bisa menjawab, saritu Geby masih duduk di kelas 3 SD, semenjak kejadian itu dia malu, dan dia tidak mau bersekolah lagi, saya mencoba memaksanya tetapi tetap dia tidak mau bersekolah, karena dia malu kalau jumpa dengan teman-temannya. Efek dari trauma tersebut sangat merugikan buat geby khususnya karena selama satu tahun dia tidak mau bersekolah, oleh sebab itu diusianya yang sudah 14 tahun dia masih duduk di kelas 8 SMP, seharusnya saat ini dia sudah di Kelas 9 SMP”.
44
Kemudian penulis bertanya kembali: “awalnya ibu mengetahui, kalau ada sekolah homeschooling dari mana? Dan kenapa ibu memilih primagama homeschooling, padahal di Medan ada beberapa macam homeschooling”? kemudian ibu Hema menjawab: “Saya tahu homeschooling dari acara TV, pada saat itu ada khasus tentang perceraian ahmad dhani, dan dari perceraian tersebut sangat berdampak kepada mental anaknya dan ahmad dhani memberikan pengawasan anaknya tersebut kepada kak Seto, saat kak Seto diwawancarai di situ baru saya mengetahui adanya sekolah rumah, awalnya anggapan saya sekolah rumah itu hanya sekolah yang mirip bimbingan belajar gitu tanpa ada kurikulum dan lain-lain. Ternyata saya cari tahu di internet, dan ternyata ada di Medan. Pertama kali masuk homeschooling Geby tidak langsung masuk ke homeschooling primagama, awalnya dia saya masukkan ke homeschooling kak Seto, Cuma karena kurang cocok dengan gurunya dan pada saat itu saya juga bingung kalau Geby juga gak mau sekolah walaupun sudah belajar di rumah. Jadi saya memutuskan memberhentikan Geby dari homeschooling kak Seto dan pindah ke homeschooling Primagama, dan Puji Tuhan sampai saat ini dia mau belajar, bahkan sekarang dia sudah gak belajar di rumah lagi, tetapi sudah belajar langsung dis ekolah hoemschoolingnya”. Kemudian penulis bertanya kembali, “ibu saat ini Geby sedang memasuki masa pubertas, menurut ibu apa makna masa puber? Dan, menurut ibu bergaul itu penting atau tidak”? Kemudian ibu Hema menjawab: “Menurut saya masa puber itu masa menuju dewasa, ditandai dengan Geby yang mulai dapat menstruasi dan mulai membesar payudaranya, Geby mulai dapat mesntruasi itu saat dia masih duduk di kelas 6 SD. Saya teringat, dulu waktu dia baru dapat menstruasi, dia menjerit dan menangis karna di celana dalamnya ada darah, dia ketakutan, ya saya menjelaskan secara sederhana dengan Geby tentang apa itu menstruasi, saya bilang ke Geby bahwa dia sudah remaja, sudah tidak anak-anak lagi, darah itu menandakan Geby sudah dewasa, yah selanjutnay saya mengajarkan yang lain-lain dengannya”. Kemudian penulis bertanya kembali : “ada atau tidak ibu perubahan yang terjadi pada Geby dalam hal kepribadiannya (misalnya sifatnya, tingkahlakunya dan lain-lain)?”
45
“Perubahan pada kerpibadiannya saya rasa tidak ada yang berubah dari Geby, dia tetap pemalu dan penakut dan gak gampang buat dia dekat dengan orang lain apalagi orang yang baru dia kenal, mungkin saya lihat perubahannya itu terletak dari gambar yang setiap digambarkannya, dulu waktu masih SD, gambaran Geby itu tentang pegunungan (dia menggambar banyak gunung dengan pohon-pohon dan ada burung terbang, rumah pohon) itu yang dia suka gambarkan, terus gambar barbie atau princess, gambar hewan-hewan, lebih ke situ Geby menggambarnya, dan sekarang gambarnya berubah udah gak gambar pegunungan, gambar hewan atau barbie, sekarang dia lagi suka menggambar orang (manusia), gambar orang lagi sedih (nangis) adalah nanti air mata dengan titik-titik digambarkannya, terus pernah lagi menurut penuturan dari gurunya Geby menggambar laki-laki dan perempuan yang lagi pegangan tangan, gitu bu sekarang dia gambarnya lebih ke orangnya/manusianya. Itu lah Geby dia sangat ingin menjadi komikus, gak ada dia punya cita-cita lain selain komikus. Padahal kami gak ada khusus mengajarkannya kelas melukis/menggambar, dia pinter sendiri menggambar, mungkin karena dia suka ngeliat gambar animasi-animasi di youtobe”, dan kebetulan di homeschooling primagama ada elstrakulikuler melukis, dia bisa belajar dari situ juga biar lebih bagus gambarannya. “Setahu ibu Geby mempunyai teman? Menurut ibu penting atau tidak bergaul dengan orang lain”? “Geby anaknya tidak mudah buat bergaul, tetapi dia punya teman kok, temannya sesama homeschooling, ada Ikhsan, Mira, dan Angel. Kadang dia suka bilang ke saya, saya kan suka bawain dia bekal makanan untuk dia belajar, kadang dia bilang ke saya suruh saya buat banyak makanannya katanya buat teman-temannya. Menurut saya bergaul itu penting, saya tahu sifat anaknya makanya sering saya suruh dia keluar untuk main-main gitu tapi dia tidak mau kalau gak sama saya atau bapaknya, jarang dia keluar rumah, makanya saat dia bilang mau belajar di sekolah homeschooling gak di rumahlagi, saya senang kali mendengarnya. Payah kali buat gaby untuk keluar, gak tahu saya knapa mungkin karena dia pemalu atau takut antara itulah”. Pernah suatu waktu saat penulis sedang bersama Geby, saat itu Geby seharusnya belajar, penulis melihat gurunya sibuk membujuknya buat menutup buku gambarnya dan memulai belajar, tetapi Geby tetap ingin menyelesaikan gambarannya. Jadi penulis bertanya kepada Geby “Geby gambarnya kalau sudah selsai buat ibunya”? kemudian Geby menjawabnya “ahh gak mau bu, ini gambar
46
laki-laki dan perempuan lagi ciuman, gak boleh buat ibu, pantang!” kemudian penulis bertanya kembali “kenapa pantang, jadi buat ibu yang mana”? pantang lah, ini gambar aku gak boleh buat ibu, buat ibu nanti Geby gambarkan boneka, hahaha (selanjutnya Geby tertawa). Sangat jarang penulis melihatnya tertawa, karena biasanya Geby hanya sedikit berbicara dan tersenyum, jarang sekali Geby tertawa kecuali kalau sedang bersama Angel (teman homeschooling) apapun yang mereka bahas, intinya lucu sekali liat mereka berbicara. Berbeda dengan Geby, Angel anaknya lebih periang dan gampang akrab dengan orang lain. Pertama kali penulis berjumpa dengan Angel pada tanggal 2 februari 2015 tepatnya di hari senin pukul 08.00 Wib penulis sudah tiba di homeschooling primagama, sebelumnya penulis sudah membuat janji dengan guru Angel yang hendak mau mengajar Angel pagi ini dirumahnya. Pagi ini Angel belajar ekonomi dengan ibu Nurma. Tidak begitu lama penulis menunggu akhirnya ibu Nurma tiba di homeschooling, kemudian ibu Nurma mengisi absen dan mengambil buku kontrol Angel di dalam lemari. Buku kontrol adalah buku catatan guru terhadap siswanya yang nantinya akan di perlihatkan kepada orangtua setiap seminggu sekali. Kemudian penulis dan ibu Nurma berangkat menuju rumah Angel naik sepeda motornya milik ibu Nurma, rumah Angel terletak di Jl. Eka surya Komp.Grand Manaco H/10 Medan. Setibanya di rumah Angel pukul 08.50 Menit. Sesampainya di rumah Angel kami dibukakan pintu oleh ibu asuhnya (pembantu) Angel dan adik-adiknya. penulis mengikuti ibu Nurma menuju sebuah ruang, ruang tersebut menjadi ruang belajar Angel. Tidak jauh berbeda dengan ruangan
47
belajar di sekolah homeschooling, di rumah Angel terdapat ruangan kecil yang terletak sedikit ke belakang tepatnya di sebelah dapur. Di dalam ruangan tersebut, terdapat empat kursi lipat, satu papan tulis, dan beberapa buku yang tersusun di rak buku yang kecil dan terdapat kipas angin di dalam ruangan tersebut. Sekitar setengah jam penulis dan ibu Nurma menunggu Angel di dalam ruangan tersebut, terdengar suara jeritan seorang perempuan, tidak tahu dari mana suara itu berasal, penulis heran dan bertanya kepada ibu Nurma. Ternyata itu suara Angel, Angel berkata “ibu sebentarnya Angel baru bangun, mau mandi dulu ini”. Ibu Nurma hanya tersenyum. Tanpa penulis bertanya ibu Nurma sudah mengerti dan menjelaskan kepada penulis sedikit tentang Angel. “Angel itu memang suka begitu, dia kalau setiap hari senin pasti selalu kesiangan bangun pagi, kebiasaannya setiap hari minggu itu pasti pergi dengan orangtuanya dan adik-adiknya, setelah itu malamnya dia bukan langsung istirahat malah nonton, nanti kalau angel datang, tanpa di tanya pasti dia minta maaf dan menyebutkan bahwa semalam dia begadang karena menonton “saya pun tertawa mendengar cerita ibu nurma”. Tepat pukul 09.50 Angel tiba di ruangan belajarnya, dengan sikap mentel sambil tersenyum Angel berkata “ibu maafnya Angel telat lagi, heehehe tadi malam begadang, nanggung nontonya” kemudian ibu Nurma berkata “udah sering minta maafnya”. Sebelum belajar ibu Nurma memperkenalkan penulis dengan Angel. Penulis berjabat tangan dengannya, kata-kata pertama yang Angel tanyakan kepada penulis saat kami bersalaman adalah “ibu Sri suka Korea”, penulis tertawa mendengarnya, “iya ibu suka korea, kenapa”? “Ihhh sama kanyak Angel, ibu tahu boyband EXO, aku bu suka kali sama EXO”
48
Sebelum Angel terlalu jauh berbicara soal Korea, ibu Nurma memotong pembicaraanya: “Udah,udahnya kita belajar dulu, kalau Angel bahas Korea, gak habishabis pembahasannya kapan kita belajarnya, mau ibu masukin buku kontrol lagi kanyak kemarin” Angel lalu menurut, dan berkata : “ya bu, ibu kok nulis di buku kontrol kalau Angel suka bahas Korea saat jam belajar, Angel kena marah mama jadinya” “Ya makanya kalau gak mau kena marah mama, kita belajar dulu nanti baru kita bahas EXO, ok (kata gurunya)” Angel mulai belajar, penulis melihat Angel semangat sekali untuk belajar pagi ini. Ini adalah pertama kali penulis bertemu Angel, dan penulis sudah bisa menyimpulkan bahwa Angel anaknya asyik, karena memang benar, menurut penuturan gurunya, “Angel itu cerewet, banyak yang diomonginnya, dia suka ngomong”. Model belajar Angel lebih santai lagi dari pada Geby, walaupun Angel belajar tidak sedang makan dan minum seperti Geby, tetapi santainya kerena proses belajarnya seperti orang berbicara sehari-hari, lebih ke tanya jawab. Jadi, siguru sedikit menerangkan suatu topik, lalu membahas soal bersama, berdiskusi tanpa adanya catatan, karena jarang penulis melihat guru menulis di papan tulis, apalagi Angel selama penulis mengamatinya di pagi ini hampir tidak ada Angel mencatat, paling Angel memegang pulpennya hanya untuk mencoret-coret buku soal yang sedang dibahas. Dari hari ke hari penulis terus bersama dengan gurunya datang kerumah Angel, penulis semangkin akrab dengannya, karena memang anaknya gampang akrab dengan orang lain. Di sela-sela pelajaran penulis berbincang dengan Angel dan gurunya, disitulah penulis mulai mengetahui bagaimana Angel.
49
Angel suka segala sesuatu yang berhubungan dengan Korea, Angel suka boyband, lagu-lagu Korea, Angel juga suka drama dan film Korea, bahkan Angel hapal dengan semua idolanya yang menurut penulis nama artis Korea lumayan susah buat diingat, tetapi Angel bisa mengingatnya. Pernah suatu hari ibu Yessi, saat itu sedang belajar PKN (Pendidikan Kewarganegaraan) mengetes Angel dengan menyuruhnya menghapal Pancasila, mengejutkan ternyata Pancasila Angel tidak hapal, dan gak hanya Pancasila, Presiden Republik Indonesia Angel tidak tahu siapa namanya. Penulis terkejut melihatnya, artis Korea yang sangat sulit nama-namanya Angle bisa mengingatnya, tetapi Pancasila dan Presiden Angel tidak mengetahuinya. Menurut penuturan ibu Yessi, bahwa minggu semalam Angel sudah di suruh oleh ibu tersebut buat menghapal Pancasila dan Angel sudah hapal, tetapi sekarang ditanya kembali, Angel sudah melupakannya. Kemudian penulis bertanya kepada Angel “Angel bener kamu tidak hapal Pancasila? Terus siapa Presiden Indonesia juga tidak tahu” kemudian Angel menjawab: “Angel hapal bu, kemarin tapi sekarang lupa, lagian kan aku bukan warga negara indonesia bu, aku warga negara Korsel (Korea Selatan) tapi orang batak, sebenarnya aku gak suka jadi orang batak, enakkan jadi orang Korea, bisa jumpa EXO” Angel memang remaja yang sangat polos. Angel selain menyukai Korea juga mempunyai hoby yang lain yaitu suka membaca novel, koleksi novelnya cukup banyak di rumahnya, kebanyakan novel tentang percintaan, Angel juga banyak mengkoleksi tabloit-tabloit Korea terutama boyband, Angel juga suka
50
membaca fansfiction 42 dari internet. Selain menonton drama Korea, Angel juga sangat menyukai film animasi seperti onepiece 43. Begitu banyak yang Angel sukai, begitu banyak artis yang Angel idolakan dan semua artis yang diidolakannya adalah cowok seperti anggota-anggota boyband EXO. Sampai saat ini, sudah tiga minggu penulis terus mengamati Angel, dan mengikuti semua kegiatannya. Dari pada dengan Geby penulis lebih akrab kepada Angel, karena mungkin penulis dan Angel menyukai hal yang sama yaitu Korea, bedanya penulis suka Super Junior dan Angel menyukai EXO. Sesekali kami sering berdebat mengenai siapa anggota boyband yang tampan-tampan, penulis dan Angel juga pernah menonton drama Korea bersama. Setiap penulis kerumahnya selalu di rumah tidak ada orangtuanya, karena orangtua Angel bekerja jadi biasanya di rumah hanyalah Angel dan ke tiga adiknya yang masih duduk di bangku SD sama dua orang ibu asuh mereka. Pernah sekali penulis berjumpa dengan orangtua Angel, yaitu dengan mamanya Angel ibu Margaretha Sapulete atau biasa di panggil ibu Etha. Bisa dikatakan sangat jarang penulis bisa bertemu dengan mamanya Angel, karena ini adalah kebetulan dan sesuatu yang jarang terjadi, maka penulis mengambil kesempatan ini untuk sedikit bertanya dengan mamanya Angel. Sebelumnya penulis berkenalan dengan mamanya Angel, alhamdulillah ibu Etha orangnya baik.
42
FF atau Fans Fiction adalah sebuah cerita fiksi yang dibuat oleh penggemar berdasarkan kisah, karakter atau setting yang sudah ada, cerita ini bersifat khayalan. 43 Onepiece adalah sebuah anime atau kartun dan manga tentang sekelompok bajak laut yang pergi mencari harta karun legendaris bernama one piece.
51
Penulis bertanya dengan ibu Etha (mama Angel) tentang “hobynya Angel yang suka Korea? Apa tidak menganggu pelajarannya”? kemudian ibu Etha menjawab: “Iya dia memang sangat suka Korea apalagi boybandnya, semenjak heboh boyband Korea, disitulah dia pun jadi mulai tergila-gila dnegan Korea. Saya tidak merasa keberatan dengan hal-hal yang disukai anak saya, selama dia senang dengan itu saya tidak masalah, Cuma saya sedikit kesal dengannya karena dia suka menghabiskan uang hanya untuk membeli tabloit supaya dapat poster idolanya, dan juga suka membeli kaset, ibu liatkan kasetnya banyak di simpannya di dalam kamarnya, kadang kalau dia tidak mau belajar kaset dan poster-poster itu saya jadiin ancaman dia supaya mau belajar karena dia takut sekali kalau koleksi poster dan kasetnya itu saya buang. Tapi dia lebih pinter dari saya mamanya, karena saya sering mengancam kanyak gitu jadi dia menyimpan semua koleksi kaset dan posternya di ruang belajar dia di homeschooling, supaya aman katanya, hanya tinggal beberapa kaset yang baru dibelinya yang ada di kamarnya, selainnya di simpankannya kaset-kaset itu di sekolahnya. Saya pun baru tahu atas laporan dari gurunya Angel”. Homeschooling adalah sekolah rumah, tetapi belajarnya tidak hanya di rumah tergantung kemauan dari siswanya mau belajar di mana, pilihannya Cuma dua belajar di rumah atau belajar di sekolah homeschooling itu sendiri. Itulah yang terjadi dengan Angel, kadang jika bosan belajar di rumah, maka Angel meminta kepada mamanya, dan mamanya langsung menghubungi gurunya bahwa Angel besok belajar di sekolah homeschooling tidak di rumah. Di sekolah homeschooling juga Angel sudah memiliki ruangan sendiri, ruangannya sama seperti Geby. Benar kata mamanya Angel, diruang kelas inilah Angel menyimpan poster 44 dan segala kaset Koreanya, bahkan karena Angel mengetahui penulis suka Super Junior Angel memberikan kepada penulis tiga buah poster SUJU.
44
Poster atau plakat adalah karya seni atau desain grafis yang membuat komposisi gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar dan mengaplikasikannya dengan menempelkannya di dinding.
52
Penulis pernah bertanya kepada Angel, “kenapa Angel bisa memilih masuk sekolah homeschooling dari pada sekolah SMP Negeri atau sekolah formal, padahal waktu SD Angel di sekolah formal”? kemudian Angel menjawab: “Angel gak suka bu di sekolah formal banyak aturan dan banyak hukuman, angel telat di hukum, lagian gak enak belajarnya gak bebas. Jadi bodoh Angel bu, waktu SD kan aku bodoh bu, gak pernah masuk 5 besar rangkingnya, karena belajarnya ramai-ramai jadi sering gak ngerti aku bu. sekali aku masuk belajar di homeschooling, pinter jadinya aku bu, lihatlah hasil rapotnya bagus-bagus nilainya”. Kemudian penulis bertanya kembali kepada Angel “tetapi Gel, di sekolah biasa kan enak, banyak kawannya, Angel bisa belajar dan main-mainkan”? kemudian Angel menjawab: “Ya bu enaknya gitu banyak teman kalau di sekolah biasa, tapi kadang banyak temanpun gak enak sering berantem, gak enak lah pokoknya bu, enakkan di sini”, sekolah gak pake baju seragam, gurunya baik-baik gak suka marah-marah, belajarnya pun enak”. Berbicara sama Angel yang penulis rasakan bukan seperti berbicara kepada seorang remaja yang telah duduk di bangku SMP, seorang remaja yang beranjak dewasa, tetapi lebih ke berebicara kepada anak SD, yang masih polos, lugu dan apa adanya (jujur), yang suka ngomong ceplas-ceplos asal Angel senang. Tapi itu Angel berbicara berdasarkan apa yang dia rasakan. Penulis juga pernah bertanya kepada orangtuanya “tentang aktivitas Angel selain belajar di homeschooling, Angel melakukan aktivits apa lagi”? kemudian orangtuanya (ibu Etha) menjawab: “Sehari-hari saya bekerja papanya juga bekerja, tapi kalau soal anakanak saya sering mendapat laporan dari ibu asuh dan gurunya, tentang kegiatan dia sehari-hari. Setahu saya selain angel belajar, sesudah belajar dia suka menonton tv atau drama korea, kalau dia bosan, dia bermain dengan adiknya, habis itu berantem dengan adiknya, karena ibu asuhnya
53
suka melapor kepada saya kalau tadi anak-anak berkelahi di rumah, itu sih kegiatan Angel, dia jarang keluar, mau keluar juga gak tahu dia mau kemana, kalau keluar jalan-jalan yah pas weekend kami pergi sekeluarga. Lagian kalau keluar angel mau naik apa? Dia gak di kasih papanya belajar naik kereta, dia juga gak kami bolehkan naik angkot, jadi kalau dia mau pergi misalnya mau ke gramedia, pasti ada yang nganterin, karena dia gak boleh pergi sendiri, saya takut banyak kejadian jahat diluar sana, yang pencurian, pencopetan, kasus yang anak-anak gadis di jual, ihhh serem saya”. Kemudian penulis bertanya kembali “awalnya ibu mengetahui kalau ada sekolah
homeschooling
dari
mana”?
dan
kenapa
memilih
primagama
homeschooling”? ibu Etha menjawabnya: “Ohhh itu, awalnya saya tahu dari teman saya, kebetulan anaknya teman saya juga berhomeschooling, tapi bedanya anaknya teman saya di homeschooling kak Seto, tahu keuntungan homeschooling juga dari teman saya, setelah itu saya searching di internet, alasan memilih homeschooling primagama karena dulu waktu SD kelas 6 mau UN angel saya masukkan ke bimbingan belajar primagama karena saya lihat bagus dan gurunya juga lembut-lembut cara mengajarnya, ya sudah pas saya lihat primagama juga ada homeschoolingnya, ya sudah saya masukkan Angel ke situ”. Kalau penulis boleh tahu, “kenapa Angel bisa masuk ke homeschooling, padahal waktu SD kan Angel masuk di sekolah biasa”? “Karna dia pemalas bu, anak saya itu sangat-sangat pemalas, menurut penuturan gurunya dia pinter, Cuma itu dia males, males mencatat kalau di sekolah formal kan lebih banyak mencatatnya, guru menerangkan juga muridnya harus mencatat, dia paling males di suruh mencatat, tapi dia juga pelupa, makanya waktu sekolah kemarin nilainya jeblok semua, belum lagi masalah bangun paginya, yang susah kali di bangunin, jadi saya pikir lebih baik memang berhomeschooling. Saya tanya dengan Angel, mau gak dia sekolah rumah, dia juga mau, ya sudah saya daftarkan dia langsung setelah tamat SD ke homeschooling primagama”. Ibu maaf sebelumnya penulis banyak bertanya, karena kebetulan jumpa dengan ibu, “ibu saat ini Angel sedang memasuki masa pubertas, menurut ibu apa makna masa puber? Dan, menurut ibu bergaul itu penting atau tidak”? kemudian ibu Etha menjawab:
54
“Menurut saya masa puber itu masa menuju kedewasaan, bukan hanya fisiknya saja tetapi perilakunya juga berubah sudah tidak kekanakkanakan lagi. Tapi kalau Angel, memang ia sudah remaja karena sudah menstruasi, tetapi kalau dari sifat dan sikapnya saya rasa tidak ada perubahan dengan dia yang waktu duduk di bangku SD, malah sekarang lebih parah kekanak-kanakannya. Saya pernah mendapat laporan dari gurunya bahwa angel tidak mengerjakan PR karena dia di ajak pergi oleh papanya makanya jadi gak buat PR, gampang sekali anak itu buat alasan. Dari pada Angel, lebih dewasaan lagi adiknya, padahal adiknya masih SD. Kadang dia suka gak mau mengalah dengan adiknya sendiri itu lah yang buat dai sering berantem dengan adiknya, kalau sudah berantem kejarkejaran, belum puas kalau salah satu belum ada yang mengangis. Kemudian penulis bertanya kembali : “ kalau tadi kata ibu dari sifatnya tidak ada yang berubah dari Angel, kalau dari jenis kesukaannya bu, apa dari dulu Angel memang hoby membaca”? “Ya memang dari dulu dia, dia hoby membaca, tapi jenis bacaannya kanyaknya berubah, dulu dia suka komik dia sering beli komik detective conan sampai berseri-seri di punya, tapi sekarang kanyaknya dia lebih suka membaca novel, itupun pernah saya ngecek handphonenya tentang apa-apa saja situs yang sudah dibukanya, saya lihat dia juga suka membaca novel di internet, tapi kalau di internet lebih ke novel KoreaKorea gitu. Tapi intinya hobynya tetap sama membaca, malah sekarang bertambah karena dia suka korea, jadi habis waktunya hanya buat nonton drama korea berjam-jam, bersyukur juga sih saya, dia suka Korea, dengan begitu di gak suka mendesak-desak saya buat jalan-jalan. Dulu setiap saya pulang kerja, bahkan saat masih bekerja dia nelpon minta jalan-jalan, gak mau sama orang lain, maunya hanya sama saya. Tapi, sekarang udah gak pernah lagi dia desak-desak buat pergi, malah kadang, setiap weekend kami sekeluarga selalu jalan-jalan keluar, walau hanya makan atau main timezone, intinya setiap weekend kami pergi, kadang itupun jika di ajak pergi angel suka sekali menolak saya juga yang maksa-maksa, males katanya keluar rumah, udah kecanduang drama korea”. “Setahu ibu apakah Angel mempunyai teman? Menurut ibu penting atau tidak bergaul dengan orang lain apalagi saat masih remaja gini”? “Angel anaknya gampang sekali akrab dengan orang, ibu liat kan dengan ibu saja yang baru dikenalnya dia langsung akrab intinya kalau nyambung aja sama dia sukalah dia dengan orang itu. Temannya banyak bu, waktu SD kan dia punya teman, sampai sekarang pun masih berteman dengan kawan Sdnya yang satu gereja dengan dia, tapi yah ketemunya pas di gereja aja, kebetulan angel gak suka nyanyi, jadi dia gak ikut perkumpulan
55
remaja di gereja. Di homeschooling juga dia punya teman, adalah banyak temannya, tapi untuk keluar jalan-jalan sama temannya dia jarang di kasih sama papanya, karena takut kami memberinya kebesan diluar. Tapi setahu saya gak keluar main-main dengan temannya juga dia gak ada masalah, dia lebih suka di rumah. Kadang saya suruh juga temannya datang kerumah main-main, karena angel gak di kasih keluar jadi kalau temannya hanya main di rumah juga gak apa-apa buat saya malah saya senang, tapi angelnya yang gak mau “ribet katanya” gak tahu ribernya kenapa, saya pun heran kok bisa ribetlah jawabannya”. Itulah pengalaman penulis selama berada di lapangan, pengalaman di panggil ibu oleh kedua informan, kadang penulis keceplosan dengan menyebut diri penulis sebagai kakak, karena tidak terbiasa di panggil ibu. Selama melakukan penelitian, banyak hal yang penulis dapat, mengenai sistem pendidikan, bahwa tidak semua sistem pendidikan yang di dalamnya banyak aturan atau hukum, tetapi ada sistem sekolah yang sangat bebas, bebas terkendali, sekolah tanpa memakai seragam, tetapi pelajaran yang di terima si siswa sama seperti pelajaran di sekolah formal, bedanya terletak di mata pelajaran, siswa homeschooling hanya belajar khusus pada pelajaran yang di UN kan, selebihnya siswa homeschooling belajar mengasah minat dan bakat mereka masing-masing.
56