BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Remaja Remaja adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis dan psikososial (Dariyo, 2004). Perkembangan pada remaja putri ditandai dengan adanya menstruasi (menarche). Menstruasi pertama menandakan bahwa remaja putri sudah siap untuk hamil (Sarwono, 2006). Masa remaja merupakan suatu proses tumbuh kembang yang berkesinambungan, yang merupakan masa peralihan dari kanan-kanak kedewasa muda. Menurut Pieter dan Lubis (2010) kata remaja berasal dari bahasa Latin adolescentia yang berarti remaja yang mengalami kematangan fisik, emosi, mental dan sosial. Piaget dalam Hurlock (2004) mengatakan bahwa masa remaja ialah masa berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana individu tidak lagi merasa di bawah tingkatan orang dewasa akan tetapi sudah dalam tingkatan yang sama. Menurut Pardede (2002) masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak kemasa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial yang berlangsung pada dekade kedua kehidupan. Menurut Soetjiningsih (2004), perkembangan fisik termasuk organ seksual serta peningkatan kadar hormon reproduksi atau hormon seks baik pada anak laki-laki
9
9 Universitas Sumatera Utara
maupun pada anak perempuan akan menyebabkan perubahan perilaku seksual remaja secara keseluruhan. Perkembangan seksual tersebut sesuai dengan beberapa fase mulai praremaja, remaja awal, remaja menengah, sampai pada remaja akhir. 1. Pra Remaja Masa praremaja adalah suatu tahap untuk memasuki tahap remaja yang sesungguhnya. Pada masa praremaja ada beberapa indikator yang telah ditentukan untuk menentukan identitas jender laki-laki atau perempuan. Beberapa indikator tersebut ialah indikator biologis yang berdasarkan jenis kromosom, bentuk gonad dan kadar hormon. Ciri-ciri perkembangan seksual pada masa ini antara lain perkembangan fisik yang masih tidak banyak berbeda dengan sebelumnya. Pada masa praremaja ini mereka sudah mulai senang mencari tahu informasi tentang seks dan mitos seks baik dari teman sekolah, keluarga atau dari sumber lainnya. Penampilan fisik dan mental secara seksual tidak banyak memberikan kesan yang berarti. 2. Remaja Awal Merupakan tahap awal (permulaan), remaja sudah mulai tampak ada perubahan fisik yaitu fisik sudah mulai matang dan berkembang. Pada masa ini mereka sudah mulai mencoba melakukan onani (masturbasi) karena telah seringkali terangsang secara seksual akibat pematangan yang dialami. Rangsangan ini diakibatkan oleh faktor internal yaitu meningkatnya kadar testosterone pada laki-laki dan estrogen pada remaja perempuan. Sebagian dari mereka amat menikmati apa yang mereka rasakan, tetapi ternyata sebagian dari 10 Universitas Sumatera Utara
mereka justru selama atau sesudah merasakan kenikmatan tersebut kemudian merasa kecewa dan merasa berdosa. 3. Remaja Menengah Pada masa remaja menengah, para remaja sudah mengalami pematangan fisik secara penuh yaitu anak laki-laki sudah mengalami mimpi basah sedangkan anak perempuan sudah mengalami haid. Pada masa ini gairah seksual remaja sudah
mencapai
puncak
sehingga
mereka
mempunyai
kecenderungan
mempergunakan kesempatan untuk melakukan sentuhan fisik. Namun demikian, perilaku seksual mereka masih secara alamiah. Mereka tidak jarang melakukan pertemuan untuk bercumbu bahkan kadang-kadang mereka mencari kesempatan untuk melakukan hubungan seksual. Sebagian besar dari mereka mempunyai sikap yang tidak mau bertanggungjawab terhadap perilaku seksual yang mereka lakukan. 4. Remaja Akhir Pada masa remaja akhir, remaja sudah mengalami perkembangan fisik secara penuh, sudah seperti orang dewasa. Mereka telah mempunyai perilaku seksual yang sudah jelas dan mereka sudah mulai mengembangkannya dalam bentuk pacaran. Permasalahan gangguan kesehatan reproduksi yang sering ditemukan pada remaja saat menstruasi, yaitu pemakaian pembalut dalam rentang yang sangat lama, pemilihan dan pemakaian pakaian dalam yang tidak menyerap keringat, yang dapat
11 Universitas Sumatera Utara
menyebabkan terganggunya sirkulasi oksigendi area organ reproduksi yang dapat menyebabkan iritasi (Winerungan, 2013).
2.2. Personal Hygiene saat Menstruasi Mentruasi adalah pendarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus. Fungsi mentruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium merupakan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam mengatur perubahan-perubahan siklus maupun lama siklus mentruasi (Hasyim, 2004). Mentruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Proverawati dan Misaroh, 2009). Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Personal hygiene saat menstruasi adalah tindakan untuk memelihara kesehatan dan kebersihan pada daerah kewanitaan pada saat menstruasi (Pribakti, 2008). Hygiene menstruasi merupakan komponen hygiene perorangan yang memegang peran penting dalam menentukan status kesehatan, khususnya terhindar dari infeksi alat reproduksi. Oleh karena itu pada saat menstruasi seharusnya perempuan benar-benar dapat menjaga kebersihan organ reproduksi secara “ekstra” terutama pada bagian vagina, karena apabila tidak dijaga kebersihannya, akan
12 Universitas Sumatera Utara
menimbulkan mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan virus yang berlebih sehingga dapat mengganggu fungsi organ reproduksi (Indriastuti, 2009). Salah satu perilaku yang sangat ditekankan bagi perempuan yang tengah mengalami menstruasi adalah pemeliharaan kebersihan diri. Untuk menjaga kebersihan dan kesehatan, idealnya penggunaan pembalut selama menstruasi harus diganti secara teratur 2 sampai 3 kali sehari atau setiap 4 jam sekali, apabila jika sedang banyak-banyaknya. Setelah mandi atau buang air, vagina harus dikeringkan dengan tissu atau handuk agar tidak lembab. Selain itu pemakaian celana dalam hendaknya bahan yang terbuat dari yang mudah menyerap keringat, sedangkan hygiene adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit (Indriastuti, 2009). Hygiene menstruasi kemungkinan besar dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Sebagian besar dari mesyarakat di Indonesia mempercayai mitos-mitos saat menstruasi. Minimnya pengetahuan dan wawasan masyarakat menjadikan mereka berpola pikir yang mengada-ada, yang kemudian berkembang menjadi mitos. Meskipun secara medis, mitos yang berkembang tersebut tidak alamiah, kenyataannya banyak masyarakat yang masih percaya dengan berita yang mengada-ada tersebut (Andira, 2010). Perilaku lain yang kurang dari perawatan hygiene menstruasi adalah malas mengganti pembalut. Beberapa penyakit yang mudah hinggap pada wanita adalah terjangkitnya infeksi jamur dan bakteri. Kondisi tersebut biasanya terjadi pada saat 13 Universitas Sumatera Utara
wanita dalam masa menstruasi. Salah satu penyebabnya yaitu bakteri yang berkembang pada pembalut (Andira, 2010). Mulyati (2007), cara membersihkan daerah kewanitaan adalah : 1.
Membasuh tangan dengan sabun, sebelum dan sesudah memegang daerah kewanitaan
2.
Membasuh daerah kewanitaan dengan air bersih
3.
Membasuh dari arah depan ke belakang setelah buang air kecil/buang air besar untuk mencegah masuknya mikroorganisme dari anus
4.
Hindari penggunaan tissue toilet terlalu sering
5.
Hindari pembalut yang menyebabkan iritasi Cara perawatan vaginal dan ginekologi yang baik menurut Sheldon (1986)
adalah: 1.
Mandi setiap hari dengan sabun dan air hangat .jangan pakai sabun yang mengandung zat-zat kimia tertentu .pada waktu mencuci, renggangkan bibir vagina dan bersihkan baik-baik, jangan lupa membersihkan daerah clitoris, douche (penyemprotan) sesungguhnya tidak perlu.
2.
Sesudah buang air besar, bersihkan daerah dubur dari depan kebelakang. Anus letaknya dekat pembukaan vagina, maka cara pembersihan yang kurang baik bias memindahkan bakteri dari dubur dan kotoran kedalam vagina atau saluran kencing, sehingga mengakibatkan infeksi saluran kencing.
14 Universitas Sumatera Utara
3.
Dikamar mandi umum, sebaiknya pakai penutup tempat duduk toilet yang dapat langsung kamu buang sesudah kamu pakai sendiri. Jangan lupa cuci tangan sesudahnya.
4.
Vulva harus cukup mendapatkan udara dan harus selalu kering. Lebih baik pakai celana dalam yang terbuat dari kain katun, karena nilon tidak menghisap air dan tidak tembus udara yang diperlukan untuk aliran udara bebas ke bagian luar alat kelamin.
5.
Selama haid, gantilah pembalut sesering mungkin. Minimal 2x sehari, meskipun jumlah darah hanya sedikit.
6.
Selama ovulasi ada pengeluaran cairan dari vagina lebih dari biasanya. Kadangkadang ada pendarahan. Ini disebabkan oleh produksi estrogen yang meningkat disertai perubahan hormon-hormon tertentu. Mencuci dengan air dan sabun sudah cukup.
7.
Jangan pakai deodoran khusus untuk daerah vagina. Ini tambah merangsang dan sama sekali tidak ada gunanya. Karena deodorant itu sendiri bisa menimbulkan infeksi
8.
Jangan lupa memeriksakan diri secara teratur. Gejala yang lain daripada yang biasa terjadi sehari-hari, misalnya:pengeluaran luaran lender dari vagina, bau ataupun tidak bau, haid yang banyak dan berkepanjangan, perdarahan diantara waktu haid normal, sebaiknya langsung diperiksakan pada dokter
15 Universitas Sumatera Utara
9.
Berusahalah selalu menambah pengetahuanmu, mengenal tubuhmu, segala fungsi dan anatominya. Banggalah akan segala milikmu ini, suatu pemberian alami yang indah sekali.
2.2.1. Siklus Menstruasi Pada wanita siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 28 hari, walaupun hal ini berlaku umum, kadang-kadang siklus terjadi setiap 21 hari hingga 30 hari. Biasanya menstruasi rata-rata terjadi 5 hari, kadang-kadang menstruasi juga dapat terjadi sekitar 2 hari sampai 7 hari. Umumnya darah yang hilang akibat menstruasi adalah 10 ml hingga 80 ml perhari tetapi biasanya dengan rata-rata 35 ml perharinya (Proverawati dan Misaroh, 2009). 2.2.2. Mekanisme Terjadinya Perdarahan Haid Ditinjau dari segi medis mekanisme perdarahan haid dari seorang wanita ini terjadi selama lebih kurang satu minggu, diakibatkan oleh pengaruh aktivitas hormonal tubuh dan dapat disertai dengan timbulnya beberapa keluhan yang menyertainya, yaitu keputihan, perasaan nyeri atau panas (terutama disekitar perut bagian tengah-bawah dan kemaluan), ketidakstabilan emosi, lemas, tidak bergairah, dan penambahan atau penurunan nafsu makan (Hendrik, 2006). Mekanisme terjadinya perdarahan haid secara singkat dapat dijelaskan melalui proses-proses yang terjadi dalam satu siklus haid yang terdiri atas empat fase, yaitu : 1.
Fase Proliferasi Dinamakan juga fase folikuler, yaitu suatu fase yang menunjukkan waktu (masa) ketika ovarium beraktifitas membentuk dan mematangkan folikel-folikelnya serta 16 Universitas Sumatera Utara
uterus berakfitas menumbuhkan lapisan endometriumnya yang mulai pulih dan dibentuk pada fase regenerasi atau pascahaid. 2.
Fase Luteal Dinamakan juga fase sekresi atau fase prahaid, yaitu suatu fase yang menunjukkan waktu (masa) ketika ovarium beraktivitas membentuk korpus luteum dari sisa-sisa folikel-folikel matangnya (folikel de Graaf) yang sudah mengeluarkan sel ovumnya pada saat terjadinya ovulasi dan menghasilkan hormone progesterone yang akan digunakan sebagai penunjang lapisan endometrium uteri untuk bersiap-siap menerima hasil konsepsi (jika terjadi kehamilan) atau melakukan proses deskuamasi dan penghambatan masuknya sel sperma (jika tidak terjadi kehamilan). Pada hari ke-14 (setelah terjadinya proses ovulasi) sampai hari ke-28, berlangsung fase luteal.
3.
Fase Menstruasi Dinamakan juga fase deskuamasi atau fase haid, yaitu suatu fase yang menunjukkan waktu (masa) terjadinya proses deskuamasi pada lapisan endometrium uteri disertai pengeluaran darah dari dalam uterus dan dikeluarkan melalui vagina.
4.
Fase Regenerasi Di namakan juga fase pasca haid, yaitu suatu fase yang menunjukkan waktu (masa) terjadinya proses awal pemulihan dan pembentukan kembali lapisan endometrium
uteri
setelah
mengalami
proses
deskuamasi
sebelumnya.
Bersamaan dengan proses regresi atau deskuamasi dan perdarahan haid pada fase 17 Universitas Sumatera Utara
menstruasi tersebut, lapisan endometriun uteri juga melepaskan hormone prostaglandin E2 dan F2a, yang akan mengakibatkan berkontraksinya lapisan miometrium uteri sehingga banyak pembuluh darah yang terkandung di dalamnya mengalami vasokontriksi, akhirnya akan membatasi terjadinya proses perdarahan haid yang sedang berlangsung. 2.2.3 Dampak Personal Hygiene Remaja Keluhan yang dialami oleh remaja adalah gatal-gatal pada daerah kemaluan saat menstruasi. Gatal-gatal saat menstruasi ini disebut juga dengan pruritus vulvae. Pruritus vulvae adalah iritasi atau rasa gatal disekitar vulva dan lubang vagina yang bisa terjadi pada malam hari. Pruritus vulva bisa disebabkan oleh adanya keputihan pada vagina (Misery, 2010). Banerjee dan Chazal (2006) menyatakan bahwa penyebab umum pruritus vulvaginal adalah infeksi fungi (jamur), sedangkan Harris (1996) menjelaskan bahwa kebanyakan wanita mengalami keputihan berulang dan iritasi vulva bukan karena infeksi jamur atau penggunaan pembalut tersebut, namun disebabkan oleh penggunan sabun yang berlebihan pada vagina. Namun, sebagian besar mereka menginformasikan bahwa hal ini terjadi karena efek sabun, krim, lotion, panty-liners, pakaian, panas, iritasi dan perawatan iritasi vagina. Hal ini sesuai dengan teori menurut Pribakti (2008) bahwa salah satu dampak yang bisa terjadi bila tidak menjaga kebersihan tubuh diantaranya muncul bau khas dari daerah vagina, karena dinding vagina serta leher rahim mengeluarkan cairan. Apabila cairan ini berwarna putih atau kekuningan adalah sehat dan normal. Leukorea adalah cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan. 18 Universitas Sumatera Utara
Biasanya para wanita maupun remaja putri mengalami keputihan pada saat menjelang haid dan sesudah haid.
2.3 Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku dikalangan masyarakat agar mereka tahu, mau dan mampu melakukan perubahan demi tercapainya peningkatan produksi,
pendapatan
atau
keuntungan
dan
perbaikan
kesejahteraannya
(Notoatmodjo, 2007). Menurut Vandenban dan Hawkins (1999) penyuluhan adalah keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar. Penyuluhan kesehatan sama dengan pendidikan kesehatan masyarakat (Public Heslth Education), yaitu suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilakunya. Dengan kata lain, dengan adanya pendidikan tersebut dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran (Notoatmodjo, 2007). Penyuluhan kesehatan juga suatu proses, dimana proses tersebut mempunyai masukan (input) dan keluar (output). Di dalam satu proses pendidikan kesehatan yang
19 Universitas Sumatera Utara
menuju tercapainya tujuan pendidikan yakni perubahan perilaku dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan disamping masukannya sendiri juga metode materi atau pesannya, pendidikan atau petugas yang melakukannya,dan alat-alat bantu atau alat peraga pendidikan. Agar dicapai suatu hasil optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerja sama secara harmonis. Hal ini berarti, bahwa untuk masukan (sasaran pendidikan) tertentu, harus menggunakan cara tertentu pula, materi harus juga disesuaikan dengan sasaran, demikian pula alat bantu pendidikan disesuaikan. Untuk sasaran kelompok, metodanya harus berbeda dengan sasaran masa dan sasaran individu (Notoatmodjo, 2010) 2.3.1 Tujuan Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan nilai kesehatan sehingga dengan sadar mau mengubah perilakunya menjadi perilaku hidup sehat (Muninjaya, 2004). Tujuan penyuluhan adalah mengubah perilaku masyarakat ke arah perilaku sehat sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal, untuk mewujudkannya, perubahan perilaku yang diharapkan setelah menerima pendidikan tidak dapat terjadi sekaligus. Oleh karena itu, pencapaian target penyuluhan dibagi menjadi tujuan jangka pendek yaitu tercapainya perubahan pengetahuan, tujuan jangka menengah hasil yang diharapkan adalah adanya peningkatan pengertian, sikap, dan keterampilan
20 Universitas Sumatera Utara
yang akan mengubah perilaku ke arah perilaku sehat, dan tujuan jangka panjang adalah dapat menjalankan perilaku sehat dalam kehidupan sehari-harinya. 2.3.2 Faktor-faktor Keberhasilan Penyuluhan Kesehatan Menurut Notoatmodjo (2007) Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam keberhasilan penyuluhan kesehatan pada sasaran adalah sebagai berikut : 1.
Tingkat Pendidikan Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandangan seseorang terhadap informasi baru yang diterima maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi didapatnya.
2.
Tingkat Sosial Ekonomi Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi baru
3.
Adat Istiadat Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru merupakan hal yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap sesuatu yang tidak boleh diabaikan.
4.
Kepercayaan Masyarakat Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul kepercayaan masyarakat dengan menyampaikan informasi
21 Universitas Sumatera Utara
5.
Ketersediaan Waktu Masyarakat Waktu menyampaikan informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan.
2.3.3 Metode Penyuluhan Menurut Notoatmodjo (2007), metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Metode yang dikemukakan antara lain : 1. Metode Penyuluhan Perorangan (Individual) Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini antara lain : a. Bimbingan dan Penyuluhan Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut. b. Wawancara Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum 22 Universitas Sumatera Utara
menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi. 2. Metode Penyuluhan Kelompok Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan. Metode ini mencakup : a. Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar. b. Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang. Metode yang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, memainkan peranan, permainan simulasi. 3. Metode Penyuluhan Massa Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau public. Oleh karena sasaran bersifat umum dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya, maka pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pada umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung, biasanya menggunakan media massa. Beberapa contoh dari metode ini adalah ceramah umum, pidato 23 Universitas Sumatera Utara
melalui media massa, simulasi, dialog antara pasien dan petugas kesehatan, sinetron, tulisan dimajalah atau koran, bill board yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya. Menurut Mubarak (2007), macam-macam metode belajar yang dapat digunakan dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat adalah: 1. Metode Ceramah Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan. Metode ceramah ekonomis dan efektif untuk keperluan penyampaian informasi dan pengertian. Metode ceramah hanya cocok: a.
Untuk menyampaikan informasi.
b.
Bila bahan ceramah langka.
c.
Kalau organisasi sajian harus disesuaikan dengan sifat penerima.
d.
Bila perlu membangkitkan minat.
e.
Kalau bahan cukup diingat sebentar.
f.
Untuk memberi pengantar atau petunjuk bagi format lain. Kelemahan
metode
ceramah
yaitu,
pembicaraan
hanya
satu
arah,
membosankan, materi yang terlalu panjang susah dimengerti dan peserta didik yang pasif. 2. Metode Tanya-jawab Dalam proses belajar-mengajar, bertanya memegang peranan yang penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik pengajuan yang tepat akan: a. Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar. 24 Universitas Sumatera Utara
b. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang dibicarakan. c. Mengembangkan pola berpikir dan belajar aktif siswa, sebab berpikir itu sendiri adalah bertanya. d. Menuntut proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik. e. Memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang dibahas. f. Memberi kesempatan murid untuk mengajukan pertanyaan. g. Merangsang motivasi murid dalam proses belajar. h. Meningkatkan proses dalam pengajaran. i. Membangkitkan minat dan dapat menilai penguasaan murid tentang bahan pelajaran. j. Mendorong berpikir untuk memecahkan masalah. Kelemahan metode ini yaitu, sering peserta menjadi tegang dan takut, tidak mudah untuk membuat pertanyaan. 3. Metode Demostrasi Metode demostrasi merupakan metode mengajar dengan memperagakan suatu kejadian dengan bantuan alat dan media untuk mempermudah diterimanya informasi dari pembicara/pengajar. Kelebihan metode ini adalah penyampaian lebih jelas , lebih menarik dan peserta dapat lebih aktif. Sedangkan kelemahan metode ini yaitu, memerlukan keterampilan khusus pengajar, harus tersedia fasilitas yang memadai dan memerlukan kesiapan yang matang. 25 Universitas Sumatera Utara
4. Kerja Kelompok sebagai Salah Satu Strategi Belajar Mengajar Kerja kelompok adalah salah satu strategi belajar mengajar yang memiliki kadar Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Tetapi pelaksanaannya menuntut kondisi serta persiapan yang jauh berbeda dengan format belajar mengajar yang menggunakan pendekatan ekspositori, misalnya ceramah. Bagi mereka yang belum terbiasa dengan penggunaan metode ini, dan masih terbiasa dengan pendekatan ekspositorik, memerlukan waktu untuk berlatih. 5. Discovery sebagai Salah Satu Strategi Belajar Mengajar Menurut Sund dalam Mubarak(2007), discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksud proses mental tersebut antara lain, mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitik beratkan studi individual, manipulasi objek-objek, dan eksperimentasi oleh siswa sebelum membuat generalisasi sampai siswa menyadari suatu konsep atau suatu komponen dari praktek pendidikan yang sering disebut sebagai heuristic teaching, yakni suatu tipe pengajaran yang meliputi metode-metode yang didesain untuk memajukan rentang yang luas dari belajar aktif, berorientasi pada proses, membimbing diri sendiri (selfdirected), inkuiri, dan modal belajar reflektif. Semua strategi yang merangsang siswa untuk menyelidiki sendiri lebih lanjut tanpa bantuan guru digolongkan heuristic teaching, misalnya pendekatan laboratorium dan studi sendiri yang independent.
26 Universitas Sumatera Utara
Strategi discovery adalah suatu metode yang unik dan dapat disusun oleh guru dalam berbagai cara yang meliputi pengajaran keterampilan inkuiri dan pemecahan masalah (problem solving) sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. 6. Metode Simulasi sebagai Salah Satu Strategi Belajar Mengajar Simulasi adalah tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan, dengan tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih mendalam tentang bagaimana orang itu merasa dan berbuat seperti apa adanya. Metode simulasi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui kegiatan praktek langsung tentang pelaksanaan nilai-nilai penerapan pengetahuan dan keterampilan yang berlangsung dalam kehidupan sehari-hari. Simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja (dari fakta simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah, dan simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura saja. Kelemahan
metode ini yaitu, membutuhkan persiapan yang matang,
membutuhkan adaptasi peran dan menyita waktu.
2.4 Perilaku Remaja 2.4.1
Pengetahuan Pengetahuan adalah kesan didalam fikiran manusia sebagai hasil penggunaan
panca indranya. Yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), takhayul (superstition), dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformation) (Mubarak dkk, 2007).
27 Universitas Sumatera Utara
Berikutnya Wahit dalam Mubarak dkk (2007) mendefinisikan pengetahuan adalah merupakan hasil mengungat sesuatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah seseorang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni melalui mata dan telinga. Pada dasarnya pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalaman orang lain yang disampaikan kepadanya, dari buku, teman, orang tua, guru, radio, televisi, foster majalah dan surat kabar. Pengetahuan yang ada pada diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya sehari-hari dan digunakan untuk menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai manusia dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapinya (Notoatmodjo, 2003). Menurut Notoatmodjo (2003), domain kognitif pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu: 1) tahu, yaitu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan ini ialah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu .tahu. merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang tahu dapat diukur dari 28 Universitas Sumatera Utara
kemampuan orang tersebut menyebutkannya, menguraikan, dan mendefinisikan; 2) memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menguraikan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, terhadap objek yang dipelajari; 3) aplikasi, yaitu diartikan sebagai kemampuan untuk mempergunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi lain; 4) analisis, yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain; 5) sintesis, yaitu menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formalisasi dari formulasi-formulasi yang telah ada; 6) evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Menurut Wilopo dalam Indriastuti (2009), kesehatan reproduksi sebagaimana tercantum dalam konvensi kependudukan dan pengembangan ICPD tahun 1994 di Cairo, yakni keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh bukan hanya tidak adanya penyakit atau kekurangan sesuatu yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi-fungsi, serta proses-prosesnya. Pengetahuan tentang kesehatan 29 Universitas Sumatera Utara
reproduksi adalah banyaknya informasi yang diperoleh tentang keadaan seksualitas sehat, baik secara fisik, psikis dan sosial yang berhubungan dengan fungsi serta proses sistem reproduksi. Hasil penelitian Permatasari dkk (2012) di SMA Negeri 9 Semarang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang personal hygiene dengan tindakan pencegahan keputihan pada remaja putri. Hal ini dapat diasumsikan bahwa semakin baik pengetahuan yang dimiliki oleh remaja putri tentang personal hygiene maka tindakan pencegahan keputihan pada remaja putri juga akan semakin baik. Sebaliknya jika remaja putri kurang memiliki pengetahuan tentang personal hygiene maka tindakan pencegahan keputihan juga berlangsung kurang baik. Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpelihara kebersihan perseorangan dengan baik. Pengetahuan yang kurang tentunya akan meningkatkan risiko terganggunya keseimbangan kelembaban di daerah vagina terlebih saat mentsruasi jika perempuan tidak memperhatikan kebersihan daerah vagina dengan baik akan muncullah beragam keluhan yang dapat menyebabkan terjadinya iritasi vagina (Winerungan, 2013). Pemberian pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi terhadap remaja khususnya remaja yang baru mendapatkan haid pertama (menarche) tentunya akan berdampak baik dalam mencegah terjadinya iritasi vagina. Banyak pengetahuan kebersihan organ genetalia yang dapat dilakukan dalam menjaga kebersihan vagina khususnya saat menstruasi (Winerungan, 2013).
30 Universitas Sumatera Utara
Menurut Notoatmodjo (2007) tindakan yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan tanpa didasari pengetahuan. Hasil yang didapat dari penelitian ini ternyata sebagian besar responden sudah memiliki pengetahuan yang cukup (55,9%) mengenai kebersihan alat kelamin luar dan hal itu tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2011) di SLTP Jakarta Timur tahun 2003 yang mendapatkan hasil sebagian besar siswi SLTP di sana memiliki pengetahuan kurang sebanyak (93,4%), dan ada penelitan lain tentang menjaga kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi yang dilakukan oleh Rejaningsing di Madrasah Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta tahun 2004 yang mendapatkan hasil sebagian besar remaja putri disana memiliki pengetahuan baik (53,4%) dan kurang (46,6%). Perbedaan berbagai hasil tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa faktor seperti informasi yang bisa didapatkan dari orang tua,teman maupun media-media sumber informasi yang lainnya. Pengetahuan remaja perempuan mengenai kesehatan reproduksi cenderung belum adekuat, ini salah satunya yang menyebabkan mereka memiliki perilaku kesehatan reproduksi yang kurang sehat, sebab pengetahuan yang positif dan negatif akan mempengaruhi perilaku seseorang. 2.4.2
Sikap Menurut Notoatmodjo (2003) sikap adalah reaksi atau respon yang masih
tertutup dari seorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku
31 Universitas Sumatera Utara
yang tertutup. Dengan kata lain sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Ahmadi (2004) sikap dibedakan menjadi: a) sikap positif, yaitu: sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan menerima, menyetujui terhadap norma -norma yang berlaku di mana individu itu beda; b) sikap negatif, yaitu: menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku di mana individu itu berbeda. Menurut Allport dalam (Notoatmodjo, 2007) membagi sikap itu terdiri atas 3 (tiga) komponen pokok yakni : 1.
Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, artinya bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.
2.
Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek.
3.
Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah merupakan ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan). Ketiga komponen tersebut diatas secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh itu, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sikap Menurut Notoatmodjo (2007) adalah reaksi atau respon seseorang yang
masih tertutup terhadap suatu objek, belum merupakan suatu aktifitas akan tetapi presdiposisi tindakan dan perilaku. Berdasarkan Hasil yang didapat dari penelitian 32 Universitas Sumatera Utara
Handayani (2011) ternyata sebagian besar responden memiliki sikap yang kurang (43.1%) mengenai kebersihan organ genitalia eksterna dan hal itu tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rejaningsih (2004) di Madrasah Pondok Pesantren Darunnjah Jakarta sebagian remaja putri disana memiliki sikap positif atau baik (62,8%) dan negatif atau kurang (37,2%), penelitian lain tentang perawatan kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi yang dilakukan Ardani (2010) di SMPN 3 Pulau Rakyat Kabupaten Asahan sebagian remaja putri disana memiliki sikap baik (75,2%), cukup (23,3%) dan kurang (0,8%). Perbedaan berbagai hasil tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa faktor seperti informasi yang bisa didapatkan dari orang tua,teman maupun media-media sumber informasi yang lainnya. 2.4.3
Tindakan atau Praktik (Practice) Tindakan adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf
dan otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah raga dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik, namun tindakan itu membutuhkan koordinasi gerak teliti dan kesadaran yang tinggi. Dengan demikian objek yang melakukan gerakan motorik dengan koordinasi dan kesadaran yang rendah dapat dianggap kurang atau tidak terampil. Menurut Notoatmodjo (2010), praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu : a.
Praktik Terpimpin (Guided Response) Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan. 33 Universitas Sumatera Utara
b.
Praktik secara Mekanisme (Mechanism) Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tidakan mekanis.
c.
Adopsi (Adoption) Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya, apa yang sudah dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.
2.5 Landasan Teori Notoatmodjo (2010), mengatakan bahwa pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan tersebut didapat dari penambahan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2010), perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses: Stimulus Organisme Respons, sehingga teori skiner ini disebut teori ”S-O-R” (stimulus-organisme-respons).
34 Universitas Sumatera Utara
TEORI S-O-R
STIMULUS
ORGANISME
RESPONS TERTUTUP Pengetehuan Sikap
RESPONS TERBUKA Praktik Tindakan Gambar 2.1 Landasan Teori Selanjutnya, teori Skiner menjelaskan adanya dua jenis respons, yaitu : a. Respondent respons atau refleksif, yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut elicting stimuli. Karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang dan kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain. Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena berfungsi untuk memperkuat respons. Berdasarkan teori ”S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua , yaitu : a. Perilaku Tertutup (Cover Vehavior) Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat dinikmati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap 35 Universitas Sumatera Utara
stimulus yang bersangkutan. Bentuk ”unobservable behavior” atau ”covert behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. b. Perilaku Terbuka (Overt Behavior) Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau ”observable behavior”. Menurut David K. Berlo dalam Effendy (2003), penambahan pengetahuan dapat dilakukan dengan pemberian informasi (stimulus). Pemberian komunikasi ini dapat digambarkan dengan model S-M-C-R. Model ini adalah singkatan dari Source (sumber),
Message
(pesan),
Channel
(saluran),
dan
Receiver
(penerima).
Sebagaimana diungkapkan Berlo, sumber adalah pihak yang menciptakan pesan, baik seseorang ataupun suatu kelompok. Pesan adalah terjemahan gagasan ke dalam kode simbolik, seperti bahasa atau isyarat, saluran adalah medium yang membawa pesan, dan penerima adalah orang yang menjadi sasaran komunikasi (Effendy, 2003). Menurut model S-M-C-R, sumber (komunikator) dan penerima pesan (komunikan) dipengaruhi oleh faktor-faktor ketrampilan komunikasi, sikap, pengetahuan, sistem sosial dan budaya. Pesan dikembangkan berdasarkan elemen, struktur, isi, perlakuan, dan kode. Salurannya berhubungan dengan panca indra : melihat, mendengar, menyentuh, membaui, dan merasai (merasapi) (Mulyana, 2011). Salah satu kelebihan model S-M-C-R ini adalah model ini tidak terbatas pada komunikasi publik atau komunikasi massa, namun juga komunikasi antarpribadi dan berbagai komunikasi tertulis. Model ini bersifat heuristik (merangsang penelitian), karena merinci unsur-unsur yang penting dalam komunikasi. Model ini dapat 36 Universitas Sumatera Utara
memandu anda meneliti efek ketrampilan komunikasi penerima atas penerimaan pesan yang dikirimkan kepadanya, atau meneliti ketrampilan pembicara atau komunikator (Mulyana, 2011).
2.6. Kerangka Konsep Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini menggambarkan bahwa yang akan diteliti adalah pengetahuan, sikap dan tindakan siswi, namun untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan maka sebelum dilakukan intervensi dilakukan pre-test dan untuk melihat sejauh mana perubahan setelah diberikan penyuluhan dilakukan post-test. Penyuluhan tentang personal hygiene saat menstruasi
Pre-test
Post-test
Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswa tentang personal hygiene saat menstruasi
Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswi tentang personal hygiene saat menstruasi
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep diatas menggunakan teori teori ”S-O-R” (stimulusorganisme-respons) yang menggambarkan bahwa perubahan perilaku berupa penyuluhan akan berpengaruh kepada pengetahuan, sikap dan tindakan atau disebut organisme responden melalui pre-test dan post-test.
37 Universitas Sumatera Utara