25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Saham a. Pengertian Saham Saham (stock) merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi lain, saham merupakan instrument investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham: a. Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama
26
yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai – artinya, kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. b. Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.
Misalnya Investor membeli saham ABC dengan harga per
saham Rp 3.000 kemudian menjualnya dengan harga Rp 3.500 per saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk setiap saham yang dijualnya.
Sebagai instrument investasi, selain memiliki keuntungan
saham juga
memiliki resiko, antara lain : a. Capital Loss merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli. Misalnya saham PT. XYZ yang di beli dengan harga Rp 2.000,- per saham, kemudian harga saham tersebut terus mengalami penurunan hingga mencapai Rp 1.400,- per saham. Karena takut harga saham
27
tersebut akan terus turun, investor menjual pada harga Rp 1.400,tersebut sehingga mengalami kerugian sebesar Rp 400,-/saham. b. Resiko Likuidasi Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham namun, jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan resiko yang terberat dari pemegang saham.
Untuk itu seorang pemegang
saham dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan. b. Jenis – Jenis Saham Pada umumnya terdapat 2 jenis saham yang dapat ditemui di pasar modal antara lain : 1. Saham Preferen Saham preferen menurut Keown, Scott, Martin & Petty (1997:281) “sering disebut sekuritas hibrida / sekuritas campuran (hybrid security) karena ia memiliki lebih banyak karakteristik bai dari saham biasa ataupun obligasi”. Saham preferen sama dengan saham biasa karena ia memiliki tanggal jatuh tempo yang ditetapkan, dividen yang tidak
28
dibayarkan tidak akan menyebabkan kebangkrutan bagi perusahaan, dan deviden tidak dapat mengurangi pembayaran pajak. Di lain pihak, saham preferen sama dengan obligasi karena jumlah dividennya memiliki batas tertentu. 2. Saham Biasa Menurut Sharpe, J.Alexander, & Bailey (1995:106) “Saham biasa mempresentasikan ekuiti atau kepemilikan posisi modal di perusahaan”. Menurut Keown, Scott, Martin & Petty (1997:281) “Saham biasa menunjukan kepemilikan dalam perusahaan”. Pemegang saham biasa merupakan pemilik sebenarnya perusahaan. Saham biasa tidak memiliki jangka waktu jatuh tempo, tidak memiliki batas waktu atas pembayaran dividen. Pembayaran dividen harus diumumkan oleh dewan komisaris sebelum dikeluarkan. Jadi jika terjadi kebangkrutan, pemegang saham biasa sebagai pemilik perusahaan tidak dapat menuntut terhadap aktiva sebelum kewajiban terhadap kreditor perusahaan, termasuk pemegang obligasi dan pemegang saham preferen telah terpenuhi.
2. Pemecahan Saham (Stock Split) a. Pengertian Pemecahan Saham (Stock Split) Pemecahan saham (stock split) Menurut Halim (2005:97) adalah “pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang lebih banyak dengan menggunakan nilai nominal yang lebih rendah per lembarnya secara proporsional”. Halim (2007:98) “Stock split (pemecahan saham) adalah perubahan
29
nilai nominal per lembar saham dan perubahan jumlah saham yang beedar, sesuai dengan faktor pemecahnya (split factor)”. Sjahrial (2009:321) menyatakan “stock split adalah pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang lebih banyak dengan pengurangan nilai nominal per lembarnya secara proporsional”. Harga per-lembar saham baru setelah pemecahan saham (stock split) adalah sebesar 1/n dari harga sebelumnya. Pemecahan saham (stock split) merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh para manajer perusahaan dengan melakukan perubahan terhadap jumlah saham yang beredar dan nilai nominal per lembar saham sesuai dengan split factor. Split factor merupakan perbandingan jumlah saham yang beredar sebelum dilakukannya split dengan jumlah saham yang beredar setelah dilakukan split. Pemecahan saham (stock split) biasanya dilakukan pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi, sehingga akan mengurangi kemampuan para investor untuk membelinya. Dengan demikian, sebenarnya pemecahan saham (stock split) tidak menambah nilai dari perusahaan atau dengan kata lain pemecahan saham (stock split) tidak mempunyai nilai ekonomis. Pemecahan saham (stock split) menjadi alat kosmetika saham menurut Baker dan Powell (1992) dalam Sariwulan (2007), yang berarti bahwa tindakan perusahaan tersebut merupakan usaha pemolesan saham agar dapat dinilai lebih menarik oleh para investor meskipun aktivitas pemecahan saham (stock split) tidak meningkatkan kemakmuran bagi investor. Tindakan pemecahan tersebut membuat para investor akan merasa seolah-olah menjadi makmur karena menguasai saham yang beredar dalam jumlah yang lebih banyak. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa peristiwa pemecahan saham (stock split) tidak
30
memiliki nilai ekonomi (Halim:2007) karena tidak menyebabkan perubahan proporsi kepemilikan investor dan tidak mempengaruhi tingkat kesejahteraan pemegang saham. Dengan adanya pemecahan saham (stock split), saham emiten di pasar akan lebih murah dan jumlahnya pun akan lebih banyak. Dengan kondisi seperti ini maka perdagangan saham diharapkan bisa lebih likuid dan kemampuannya menggalang dan oleh perusahaan akan semakin baik selain itu, dengan murahnya harga saham tersebut, kesempatan masyarakat luas untuk memiliki saham tersebut semakin tinggi. b. Jenis Pemecahan Saham (Stock Split) Menurut Samsul ( 2006 : 190 ), ada dua jenis pemecahan saham (stock split) yang dapat dilakukan yaitu : 1. Split up, berarti satu saham lama ditarik dari peredaran dan diganti dengan 2 saham baru tetapi nominal saham baru itu lebih kecil, yaitu ½ dari nominal sebelumnya. Tindakan split up hanya akan menaikkan jumlah saham dan menurunkan nominal saham, tetapi tidak mengubah total modal disetor dan total ekuitas. 2. Split down atau reverse split, berarti tindakan menurunkan jumlah saham beredar. Tujuan split down adalah untuk meningkatkan harga saham di pasar agar image perusahaan meningkat. Split down dilakukan dengan menarik kembali sejumlah saham yang beredar dan diganti dengan satu saham baru yang nominalnya lebih tinggi, tetapi tidak mengubah total modal disetor dan total ekuitas. Split 5:1 berarti 5 saham lama diganti dengan satu saham baru. Contoh split up, jumlah lembar saham sebanyak 400 lembar dengan harga @ Rp 700 split factor 2:1, maka jumlah saham setelah stock split menjadi 800 lembar dan nilai nominalnya menjadi @ Rp 350. Contoh split down, jumlah lembar saham sebanyak 400 lembar dengan harga @ Rp 300 split factor 1:2,
31
maka jumlah lembar saham menjadi 200 lembar dan nilai nominalnya menjadi @ Rp 600. 3. Harga Saham Harga pasar saham mencerminkan nilai suatu perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan terjadi sebaliknya. Harga saham yang terlalu rendah sering diartikan bahwa kinerja perusahaan kurang baik. Namun, bila harga saham terlalu tinggi dapat mengurangi minat investor untuk berinvestasi sehingga harga saham sulit untuk meningkat lagi. Para pelaku pasar modal, khususnya investor sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga saham suatu perusahaan dan informasi yang menyebabkan perubahan harga saham tersebut. Perubahan harga saham akan mengubah nilai pasar kesejahteraan investor, dan selanjutnya akan mengubah kesempatan yang akan diperoleh investor dimasa depan. Secara umum, perubahan harga saham dapat mengakibatkan perubahan perilaku konsumsi dan investasi investor. Jika pemegang saham perusahaan-perusahaan go public hendak menjual sebagian atau seluruh sahamnya, maka harga yang berlaku pada saat itu adalah harga pasar atau harga bursa atau kurs saham. Kurs saham cenderung memiliki korelasi positif dengan kinerja perusahaan yang bersangkutan, artinya jika kinerja perusahaan menunjukkan peningkatan, kurs saham juga dapat bertambah tinggi dan nilainya dapat di atas harga buku. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan ketika kurs saham suatu perusahaan tidak menunjukkan peningkatan, tapi kinerja perusahaan mengalami perubahan. Hal ini dimungkinkan
32
adanya faktor teknis yang mempengaruhi antara lain keadaan pasar, rumor, atau isu isu kebijaksanaan pemerintah yang tidak mendukung (sesuatu di luar kebijakan). Jika bursa efek sudah ditutup, harga pasarnya adalah harga penutupannya (closing price). Harga inilah yang menyatakan naik turunnya suatu saham. Jika harga pasar ini dikalikan dengan jumlah saham yang diterbitkan (outstanding shares) akan didapatkan market value. Dalam jangka panjang perubahan harga saham akan ditentukan oleh kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham. Pemecahan saham (stock split) memberikan informasi tentang peningkatan return masa depan yang substansial. Apabila kinerja perusahaan semakin baik, return yang diperoleh pemegang saham akan semakin besar, sehingga semakin besar pula kemungkinan harga saham akan naik. Return saham merupakan pendapatan per lembar saham yang dinikmati oleh investor atas suatu investasi yang dilakukan. Return merupakan salah satu aspek terpenting dalam analisis investasi.
Ketika investor menanamkan modalnya,
mereka mengharapkan suatu tingkat keuntungan yang optimal. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukan.
Return realisasi (realized return) Menurut jogiyanto (2003:109)
merupakan return yang telah terjad”. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return ini penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return adalah alat manajemen yang digunakan untuk mengukur besarnya bagian keuntungan yang diperoleh pemegang saham atau investor.
33
Return juga dapat digunakan sebagai alat pengukuran untuk menilai pertumbuhan atau kinerja suatu perusahaan. Harga saham di pasar modal setiap saat bisa mengalami perubahan, sehingga para investor atau calon investor harus teliti dalam pemilihan saham. Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan harga saham : a. Harapan investor terhadap tingkat pendapatan deviden di masa yang akan datang. Apabila tingkat pendapatan dan deviden stabil, maka harga saham juga akan cenderung stabil. Sebaliknya jika tingkat pendapatan dan deviden berfluktuasi karena faktor internal, maka harga saham tersebut cenderung berfluktuasi juga. b. Tingkat pendapatan perusahaan. Apabila tingkat pendapatan perusahaan besar, maka akan semakin meningkat pula harga saham karena para investor bersikap optimis. c. Kondisi perekonomian. Kondisi perekonomian di masa yang akan datang selalu dipengaruhi oleh kondisi perekonomian saat ini. Apabila kondisi perekonomian saat ini stabil, maka para investor juga akan optimis terhadap kondisi perekonomian yang akan datang, sehingga harga saham akan cenderung stabil ( demikian pula sebaliknya ).
4. Volume Perdagangan Saham Volume perdagangan saham merupakan rasio antara jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu terhadap jumlah saham yang beredar pada waktu tertentu. Dalam membuat keputusan investasinya, seorang investor
34
yang rasional akan mempertimbangkan risiko dan tingkat keuntungan yang diharapkan. Untuk itu investor seharusnya melakukan analisis sebelum menentukan saham yang akan mereka beli. Dalam melakukan analisis, investor membutuhkan informasi. Adanya informasi yang dipublikasikan akan merubah keyakinan para investor yang dapat dilihat dari reaksi pasar. Salah satu reaksi pasar tersebut adalah reaksi volume perdagangan saham. Volume perdagangan merupakan ukuran besarnya volume saham tertentu yang diperdagangkan, mengindikasikan kemudahan dalam memperdagangkan saham tersebut. Besarnya variabel volume perdagangan diketahui dengan mengamati kegiatan perdagangan saham yang dapat dilihat melalui indikator aktivitas volume perdagangan (Trading Volume Activity / TVA). Trading Volume Activity (TVA) merupakan suatu indikator yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan saham di pasar modal”. Perubahan volume perdagangan saham di pasar modal menunjukkan aktivitas perdagangan saham di bursa dan mencerminkan keputusan investasi investor. Harga saham yang lebih rendah setelah dilakukan pemecahan saham (stock split) akan meningkatkan investor kecil untuk melakukan investasi sehingga akan menunjukkan pasar yang semakin likuid. Hal ini akan meningkatkan frekuensi transaksi yang berpengaruh terhadap volume perdagangan saham. 5. Teori-Teori yang Mendasari Pemecahan Saham (Stock Split) Menurut Halim (2007), Terdapat dua teori utama yang menjelaskan motivasi perusahaan untuk melakukan pemecahan saham (stock split) yaitu:
35
a.
b.
Trading Range Theory Teori ini menyatakan bahwa alasan manajemen melakukan stock split didorong oleh perilaku pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa dengan melakukan stock split, maka dapat menjaga harga saham agar tidak terlalu mahal. Signaling hipotesis Teori ini menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal yang positif karena manajemen akan mengkonfirmasikan prospek masa depan yang baik dari persahaan kepada public yang belum mengetahuinya. Alasan ini didukung dengan adanya kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split adalah perusahaan yang mempunyai kondisi keuangan yang baik.
6. Size Perusahaan Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari besar kecilnya modal yang digunakan, total aktiva yang dimiliki atau total penjualan yang diperoleh. Perhatian investor terhadap perusahaan besar ditujukan pada kemungkinan adanya opportunities untuk mengembangkan dana yang mereka miliki, bila diinvestasikan dalam perusahaan tersebut. Perhatian pemerintah terhadap perusahaan besar tertuju pada harapan adanya pembayaran pajak yang cukup besar sebagai penerimaan Negara. Sedangkan perhatian para analisis ekonomi terhadap perusahaan besar terletak pada peranan dan kontribusi perusahaan terhadap roda perekonomian suatu negara. Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang berukuran kecil. Alasan lainnya adalah bahwa perusahaan besar mempunyai biaya produksi informasi yang lebih rendah yang berkaitan dengan pengungkapan mereka atau biaya competitive disadvantage yang lebih rendah pula.
36
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Beberapa tinjauan terdahulu berkaitan dengan penelitian ini antara lain: Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Judul Variabel Hasil Penelitian
Nama Peneliti dan Tahun Taty Sariwulan Pengaruh stock (2007) split terhadap likuiditas saham (suatu kasus di Bursa Efek Jakarta)
Ajeng Widha Irfana (2008)
1.Persentase Spread(Y) 2.Harga Saham(X1) 3.Volume Perdagangan Saham(X2) 4.Resiko Saham(X3)
Analisis pengaruh publikasi stock split terhadap perubahan harga saham dan likuiditas saham di Bursa Efek Jakarta
1.Stock split 2.Return Saham 3.Likuiditas Saham
Nurlela Analisis permata (2009) Pengaruh Stock Split pada Harga Saham Terhadap Volume Perdagangan di Bursa Efek Indonesia Sumber : diolah penulis, 2011
1.Pemecahan Saham 2.Harga Saham 3.Volume Perdagangan Saham
Rata-rata harga saham, volume perdagangan,dan persentase spread sebelum stock split berbeda dengan setelah dilakukan stock split sedangkan ratarata resiko saham tidak mengalami perbedaan sebelum dan setelah stock split tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata return antara sebelum dan sesudah stock split dan terdapat perbedaan yang signifikan likuiditas saham antara sebelum dan sesudah stock split. Variabel harga saham dan volume perdagangan saham mengalami perbedaan yang signifikan setelah dilakukannya stock split
37
Penelitian ini berusaha untuk mengembangkan penelitian yang dilakukan oleh Irfana (2008) dalam hal melakukan pengujian kembali adanya pengaruh pemecahan saham (stock split) terhadap perubahan harga saham dan volume perdagangan saham dengan mengelompokan karakteristik perusahaan yang melakukan pemecahan saham (stock split) menjadi perusahaan size besar dan perusahaan size kecil dengan tujuan untuk melihat efek suatu pengumuman didasarkan atas size perusahaan yang berbeda. Pengaruh (stock split) terhadap perubahan harga saham dapat dilihat dari harga saham yaitu harga saham penutupan dan besarnya volume perdagangan saham dapat dilihat melalui jumlah saham yang diperdagangkan. Penelitian ini mengambil periode 10 hari sebelum, pada saat dan 10 hari setelah dilakukannya pemecahan saham (stock split) dengan tujuan membuat perbedaan pengamatan dengan penelian terdahulu.
Sampel
perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 15 perusahaan dengan jumlah periode waktu 4 tahun dari tahun 2006 - 2009. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Stock split (X) sebagai variabel independent, Harga Saham (Y1) sebagai variabel dependent dan Volume Perdagangan Saham (Y2) sebagai variabel dependent.
38
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual Penelitian Kerangka konseptual dalam penelitian ini dirumuskan berdasarkan tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu yang digambarkan sebagai berikut:
H1
Size Kecil Harga Saham Pemecahan Saham
(Y1)
H2 Size Besar
( Stock Split) (X)
H3 Size Kecil
Volume Perdagangan Saham (Y2)
H4
Size Besar
GAMBAR 2.1 Kerangka Konseptual Penjelasan : Dari gambar diatas dapat dilihat hubungan kausal antara Pemecahan Saham (Stock Split) terhadap harga Saham dan Volume Perdagangan Saham dengan pengelompokan perusahaan berdasarkan size perusahaan. Pengaruh hubungan antara pemecahan saham (stock split) terhadap Harga Saham dan Volume
39
Perdagangan Saham dapat dilihat pada saat sebelum dan sesudah pengumuman pemecahan saham (stock split) yang biasa dilakukan 10 hari sebelum, pada saat dan 10 hari sesudah pengumuman pemecahan saham (stock split) tersebut. Dengan adanya pemecahan saham (stock split) diharapkan harga saham tidak terlalu mahal sehingga menarik minat para investor untuk membeli saham tersebut dalam jumlah yang relatif besar yang akhirnya mempengaruhi tingkat likuid saham tersebut. 2. Hipotesis Penelitian Berdasarkan tinjauan teoritis, tinjauan penelitian terdahulu, dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah : H1: Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap harga saham pada saat sebelum dan sesudah pemecahan saham (stock split) pada perusahaan size kecil. H2: Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap harga saham pada saat sebelum dan sesudah pemecahan saham (stock split) pada perusahaan size besar. H3: Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap volume perdagangan saham pada saat sebelum dan sesudah pemecahan saham (stock split) pada perusahaan size kecil. H4: Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap volume perdagangan saham pada saat sebelum dan sesudah pemecahan saham (stock split) pada perusahaan size besar