BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjaua Teoritis 1. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering digunakan. Rasio keuangan menghubungkan berbagai perkiraan yang terdapat pada laporan keuangan sehingga kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan dapat diinterpretasikan.
Simamora (2000 : 822), “rasio merupakan
pedoman yang berfaedah dalam mengevaluasi posisi dan operasi keuangan perusahaan dan mengadakan perbandingan dengan hasil-hasil dari tahun-tahun sebelumnya atau perusahaaan-perusahaan lain”. Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengetahui apakah telah terjadi penyimpangan dalam melaksanakan aktivitas operasional perusahaan. Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005 : 36) “Rasio merupakan alat untuk meyediakan pandangan terhadap kondisi yang mendasari. Rasio merupakan salah satu titik awal, bukan titik akhir. Rasio yang diinterpretasikan dengan tepat mengindikasikan area yang memerlukan investigasi lebih lanjut”. Dari defenisi ini rasio dapat digunakan untuk mengetahui apakah terdapat penyimpanganpenyimpangan dengan cara membandingkan rasio keuangan dengan tahun-tahun sebelumnya. Rasio keuangan menunjukkan hubungan sistematis dalam bentuk perbandingan
antara
perkiraan-perkiraan
laporan
keuangan.
Agar
hasil
perhitungan rasio keuangan dapat diinterpretasikan, perkiraan-perkiraan yang dibandingkan harus mengarah pada hubungan ekonomis yang penting.
Universitas Sumatera Utara
b. Jenis-jenis Rasio Keuangan Ada banyak jenis-jenis rasio keuangan yang biasa digunakan dalam melakukan analisis keuangan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Van Horne dan Wachowicz (2005 : 204) Rasio-rasio keuangan yang umumnya digunakan pada dasarnya terdiri atas dua jenis. Jenis pertama meringkas beberapa aspek dari “kondisi keuangan” perusahaan untuk suatu periode-periode dengan neraca yang telah dibuat. Rasio-rasio ini disebut rasio rasio neraca (balance sheet ratio), karena baik pembilang maupun penyebut dalam setiap rasio berasal langsung dari neraca. Jenis kedua dari rasio meringkas beberapa aspek kinerja perusahaan selama periode waktu tertentu, biasanya dalam setahun. Rasio-rasio ini disebut sebagai rasio laporan laba rugi (income statement ratio) atau rasio laba rugi/neraca (income statement/balance sheet ratio). Menurut Munawir (2002 : 238) ada 4 kelompok rasio keuangan yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas. a) Rasio likuiditas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan membiayai operasi dan memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. b) Rasio aktivitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas perusahaan sehari-hari atau kemampuan perusahaan dalam penjualan, penagihan piutang maupun pemanfaatan aktiva yang dimiliki. c) Rasio profitabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari berbagai kebijakan dan keputusan yang telah diambil. d) Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang.
2. Debt to Asset Ratio (DAR) Debt to asset ratio yaitu rasio total kewajiban terhadap asset. Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan
Universitas Sumatera Utara
informasi tentang
kemampuan perusahaan
dalam
mengadaptasi kondisi
pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga pada kreditor (Darsono, 2005:54). Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari resiko kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan dalam membayar semua kewajibannya.
Dari
pihak
pemegang
saham,
rasio
yang
tinggi
akan
mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi pada akhirnya akan mengurangi pembayaran dividen. Rumus untuk menghitung debt to asset ratio adalah sebagai berikut:
3. Debt to Equity Ratio (DER) Menurut Darsono (2005: 54), “Debt to Equity Ratio adalah rasio yang menunjukan persentase penyedian dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman”. Semakin tinggi rasio, semakin endah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya. Rumus yang digunakan untuk menghitung Debt to Equity Ratio (DER) adalah sebagai berikut:
4. Net Income to Sales (NIS) Rasio ini menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini juga bisa diinterpretasikan
Universitas Sumatera Utara
sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu (Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, 2003). Perusahaan yang sehat seharusnya memiliki net profit margin positif yang menandakan bahwa perusahan tersebut menghasilkan laba bersih (Jopie Jusuf, 2000).
Kemampuan
NIS
dalam
memprediksi
perubahan
laba
sangat
dimungkinkan karena rasio ini berhubungan dengan efisiensi perusahaan dalam memproduksi, administrasi, pemasaran, pendanaan dan penentuan harga sehingga rasio ini layak untuk dijadikan predikor laba. Pengaruh rasio net income to sales terhadap perubahan laba bersih perusahaan adalah semakin tinggi nilai rasio ini maka laba bersih yang dihasilkan juga akan semakin meningkat, karena penjualan bertambah lebih besar dari pada biaya usahanya (Agus Endro Suwarno, 2004). Rumus untuk menghitung NIS adalah sebagai berikut:
5. Pertumbuhan Laba a. Pengertian Laba Tujuan
utama
perusahaan
adalah
memaksimalkan
laba.
Wild,
Subramanyam, dan Halsey (2005 : 25) mendefenisikan laba sebagai berikut: Laba (earnings) atau laba bersih (net income) mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Laba mencerminkan pengembalian kepada pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan, sementara pos-pos dalam laporan merinci bagaimana laba didapat. Laba merupakan perkiraan atas kenaikan (atau penurunan) ekuitas sebelum distribusi kepada dan kontribusi dari pemegang ekuitas. Laba terdiri dari empat elemen utama yaitu pendapatan (revenue), beban (expense), keuntungan (gain), dan kerugian (loss). Defenisi dari elemen-elemen
Universitas Sumatera Utara
laba tersebut telah dikemukakan oleh Financial Accounting Standard Board dalam Stice, Stice, dan Skousen (2004 : 230). 1) Pendapatan (revenue) adalah arus masuk atau peningkatan lain dari aktiva suatu entitas atau pelunasan kewajibannya (atau kombinasi dari keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut. 2) Beban (expense) adalah arus keluar atau penggunaan lain dari aktiva atau timbulnya kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut. 3) Keuntungan (gain) adalah peningkatan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik. b. Rumus Pertumbuhan Laba Pertumbuhan
laba
merupakan kenaikan laba atau penurunan laba per
tahun. Indikator perubahan laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba sebelum pajak, tidak termasuk item extra ordinary dan discontinued operation. Penggunaan laba sebelum pajak sebagai indikator perubahan laba dimaksudkan untuk menghindari pengaruh penggunaan tarif pajak yang berbeda antar periode yang dianalisis. Alasan mengeluarkan item extra ordinary dan discontinued operation dari laba sebelum pajak adalah untuk menghilangkan elemen yang mungkin meningkatkan perubahan laba yang mungkin tidak akan timbul dalam periode
yang
lainnya.
Machfoedz
(2004:40)
mengemukakan
bahwa
“Pertumbuhan laba relatif lebih representatif dibandingkan pertumbuhan laba absolut karena penggunaan pertumbuhan laba relatif akan mengurangi pengaruh
Universitas Sumatera Utara
ukuran perusahaan”.
Penghitungan dari pertumbuhan laba, didasarkan pada
rumus berikut ini: Pertumbuhan laba ∆Yit =
Yit-Yit-n Yit-n
Sumber : Tunggal (2001; 86) Dimana ∆Y adalah pertumbuhan laba, t adala periode laba, i adalah perusahaan individual, n adalah dihubungkan dengan periode yang lalu.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini meliputi penelitian yang dilakukan oleh Evy Melinda S (2010) yang berjudul “Pengaruh Keuangan
Rasio
Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sektor
barang konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” , Roma Uly Juliana & Sulardi (2003) dengan berjudul Pengaruh Rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba perusahaan manufaktur dengan periode penelitian tahun 19982000 dan Roni Prasetyo (2010) dengan judul “Pengaruh Rasio Keuangan dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public di BEI Pada Tahun 2004-2007”.
Nama Peneliti/ Tahun Evy Melinda S (2010)
Tabel 2.1 Tinjuan Penelitian terdahulu Judul Variabel Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur
Debt Ratio, Net Profit Margin, Inventory Turnover, dan Return On Equity
Hasil Penelitian Debt Ratio, Net Profit Margin, Inventory Turnover, dan Return On Equity berpengaruh secara simultan
Universitas Sumatera Utara
Sektor barang konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
terhadap pertumbuhan laba dan secara parsial hanya Debt Ratio yang berpengaruh terhadap pertumbuhan laba Roma Uly Pengaruh Rasio current ratio, Gross Profit Juliana & Sulardi keuangan dalam gross profit Margin (GPM) (2003) memprediksi margin, dan Operating perubahan laba operating profit Profit Margin perusahaan margin, net profit (OPM) yang manufaktur margin, debt to signifikan dengan periode equity, inventory dalam penelitian tahun turn over, total memprediksi 1998-2000 asset turnover, perubahan laba return on yang akan dating investment, return on equity leverage ratio dan ukuran perusahaan Roni Prasetyo Pengaruh Rasio Debt to Equity Debt to Equity (2010) Keuangan dalam Ratio (DER), Ratio (DER), Memprediksi Leverage Ratio Gross Profit Pertumbuhan (LR), Gross Margin (GPM), Laba Pada Profit Net Profit Perusahaan Margin (GPM), Margin (NPM) Manufaktur Yang Net Profit secara signifikan Go Public di BEI Margin (NPM), dapat digunakan Pada Tahun 2004- Inventory untuk 2007 Turnover (IT), memprediksi Total pertumbuhan Asset Turnover laba. (TAT), Return on Investment (ROI), dan Return On Equity (ROE)
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual
Universitas Sumatera Utara
Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Debt to Asset Ratio (DAR)
Pertumbuhan Laba
Debt to Equity Ratio (DER) Net Income To Sales (NIS)
Gambar 2.1 Kerangka konseptual
”Kerangka konseptual merupakan sintesa atau ekstrapolasi dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu
yang mencerminkan keterkaitan antar variabel yang
diteliti dan merupakan tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis.” (Fakultas Ekonomi, 2004 : 13). Debt to asset ratio yaitu rasio total kewajiban terhadap asset. Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang
kemampuan perusahaan
dalam
mengadaptasi kondisi
pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga pada kreditor (Darsono, 2005:54). Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari resiko kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan dalam membayar semua kewajibannya. Meningkatanya beban hutang perusahaan terhadap aset berdambak pada berkurangnya kemampuan perusahaan dalam meningkatkan produktifitasnya sehingga sangat mengganggu jalannya perusahaan dan akhirnya dapat mengurangi
Universitas Sumatera Utara
tingkat pendapatan dan pertumbuhan laba perusahaan. Debt to asset ratio berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba. Debt to equity ratio adalah rasio hutang terhadap ekuitas perusahaan. Rasio ini menunjukan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman semakin tinggi rasio semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang (Darsono, 2005: 54). Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang (jangka pendek dan jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). Meningkatnya beban terhadap kreditur menunjukkan sumber modal perusahaan sangat tergantung dengan pihak luar. Selain itu besarnnya beban hutang yang ditanggung perusahaan dapat mengurangi jumlah laba yang diterima perusahaan. Debt to equity ratio berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba. Net income to sales adalah rasio laba bersih terhadap penjualan. Peningkatan yang tinggi pada laba bersih menunjukkan kondisi perusahaan yang semakin baik. Karena laba bersih yang meningkat menunjukkan perusahaan dalam kondisi yang sehat. net income to sales berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.
2. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka konseptual diatas dapat diambil berikut:
debt to asset ratio, debt to equity ratio dan
hipotesis sebagai
net income to sales
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh baik simultan maupun parsial terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Universitas Sumatera Utara