BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjuaan Teoritis 1.
Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam
laporan
keuangan
dengan
cara
membagi
satu
angka
dengan
angka
lainnya
(Kasmir,2009).Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengetahui apakah telah terjadi penyimpangan dalam melaksanakan aktivitas operasional perusahaan. Menurut Wild et.al (2005) “Rasio merupakan alat untuk menyediakan pandangan terhadap kondisi yang mendasari. Rasio merupakan salah satu titik awal, bukan titik akhir. Rasio yang diinterpretasikan dengan tepat mengindikasikan area yang memerlukan investigasi lebih lanjut.”
Dari defenisi rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan dengan cara membandingkan rasio keuangan dengan tahun-tahun sebelumnya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis. Halhal tersebut akan membantu analis dalam menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan sehingga dihasilkan kesimpulan yang lebih tepat. Syamsuddin (2000) mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis, yaitu : a. Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai keseluruhan operasi yang telah dilaksanakan. Untuk menilai keadaan perusahaan secara keseluruhan sejumlah rasio haruslah dinilai secara bersama-sama. Kalau sekiranya hanya satu aspek saja yang ingin dinilai, maka satu atau dua rasio saja sudah cukup digunakan.
Universitas Sumatera Utara
b. Pembandingan yang dilakukan haruslah dari perusahaan yang sejenis dan pada saat yang sama. c. Sebaiknya perhitungan rasio finansial didasarkan pada data laporan keuangan yang telah diperiksa (diaudit). Laporan keuangan yang belum diaudit masih diragukan kebenarannya, sehingga rasio-rasio yang dihitung juga kurang akurat. d. Adalah sangat penting untuk diperhatikan bahwa pelaporan atau akuntansi yang digunakan haruslah sama.
2.
Jenis-Jenis Rasio Keuangan Ada banyak jenis-jenis rasio keuangan yang biasa digunakan dalam melakukan analisis
keuangan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Horne (2005) Rasio-rasio keuangan yang pada umumnya digunakan terdiri atas dua jenis, jenis pertama meringkas beberapa aspek dari “kondisi keuangan” perusahaan untuk suatu periode dengan neraca yang telah dibuat(balance sheet ratio), karena baik pembilang maupun penyebut dalam setiap rasio berasal langsung dari neraca. Jenis kedua dari rasio meringkas beberapa aspek kinerja perusahaan selama periode waktu tertentu, biasanya dalam setahun. Rasio-rasio ini disebut sebagai rasio laporan laba rugi (income statement ratio).
Secara umum rasio-rasio keuangan dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis kelompok rasio keuangan antara lain : a. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas biasa digunakan dalam melakukan analisis kredit karena likuiditas berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pihak – pihak yang berkepentingan dalam menilai tingkat likuiditas perusahaan adalah kreditor-kreditor jangka pendek seperti pemasok dan bankir. Rasio likuiditas menurut Horne (2005) adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Rasio likuiditas dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis. Masing-masing rasio likuiditas mencerminkan perspektif yang berbeda dalam mengukur kemampuan
Universitas Sumatera Utara
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas tersebut menurut Kasmir (2009) antara lain rasio lancar (current ratio), rasio sangat lancar (quick ratio atau acid test ratio),rasio kas (cash ratio), rasio perputaran kas, inventory to networking capital. Rasio likuiditas yang menjadi fokus penelitian ini adalah rasio lancar (current ratio). Rumus untuk menghitung current ratio (Darsono, 2005) CR =
x 100% Rumus tersebut menunjukkan hubungan antara aktiva lancar dengan kewajiban
lancar. Semakin besar aktiva lancar, maka semakin besar rasio lancarnya. Apabila dinyatakan bahwa rasio lancar suatu perusahaan adalah sebesar 2, artinya setiap satu Rupiah kewajiban lancar akan dijamin oleh dua aktiva lancar. Rasio lancar yang tinggi belum tentu menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban lancarnya juga tinggi. Dalam menganalisis rasio lancar perlu diperhatikan apakah yang menyebabkan rasio lancar tersebut tinggi. Jika yang menyebabkan rasio lancar tersebut tinggi adalah piutang atau persediaan, maka untuk memenuhi kewajiban lancarnya perusahaan harus terlebih dahulu melakukan penagihan atas piutang atau menjual persediaan agar diperoleh kas untuk membayar kewajiban lancar tersebut. Kreditor harus menanggung risiko bahwa kemungkinan perusahaan tidak dapat membayar kewajiban lancarnya karena perusahaan tidak mampu menagih piutangnya atau tidak dapat menjual persediaannya. b. Rasio Solvabilitas Perusahaan memiliki berbagai kebutuhan dalam menjalankan operasinya, terutama yang berkaitan dengan dana agar perusahaan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Universitas Sumatera Utara
Dalam praktiknya untuk menutupi kekurangan akan kebutuhan dana, perusahaan memiliki beberapa pilihan sumber dana yang dapat digunakan. Pemilihan sumber dana ini tergantung dari tujuan, syarat-syarat, keuntungan dan kemampuan perusahaan. Sumber-sumber dana secara garis besar dapat diperoleh dari modal sendiri dan pinjaman (bank atau lembaga keuangan lainnya). Perusahaan dapat memilih salah satu sumber tersebut atau kombinasi dari keduanya. Setiap sumber dana memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Mengingat penggunaan salah satu dari dana tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan, perlu disiasati agar dapat saling menunjang. Dengan kata lain, penggunaan dana yang bersumber dari pinjaman harus dibatasi. Kombinasi dari penggunaan dana dikenal dengan nama rasio solvabilitas atau rasio leverage. Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh utang (Kasmir, 2009), artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Rasio solvabilitas yang menjadi fokus penelitian ini adalah debt to equity ratio (DER). Rumus untuk menghitung debt to equity ratio (Darsono,2005): DER =
x 100%
Debt to Equity Ratio adalah rasio yang menunjukan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman (Darsono,2005). Nilai DER yang tinggi menunjukkan bahwa struktur modal lebih banyak memanfaatkan utang dibandingkan dengan ekuitas, semakin besar DER mencerminkan solvabilitas perusahaan semakin rendah sehingga kemampuan perusahaan
untuk membayar
utangnya rendah.
Universitas Sumatera Utara
c.
Rasio Aktivitas Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas
perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas seharihari. Dari hasil pengukuran dengan rasio aktivitas akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola asset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya. Rasio aktivitas yang menjadi fokus penelitian ini adalah total assets turn over dan inventory turnover. Rumus untuk menghitung total assets turn over (Kasmir, 2009): 1. Total Assets Turnover Total assets turn over =
x 100%
Rasio perputaran total aktiva (total assets turn over ratio), digunakan untuk mengukur perputaran dari seluruh aktiva perusahaan . rasio ini juga dapat dipergunakan untuk mengukur seberapa efisien aktiva tersebut telah dimanfaatkan untuk memperoleh penghasilan sehingga rasio ini dapat digunakan untuk memprediksi laba yang akan datang dan dapat digunakan untuk memprediksi laba karena total aktiva dan penjualan merupakan komponen dalam menghasilkan laba. Pengaruh rasio total assets turnover terhadap perubahan laba bersih perusahaan adalah semakin cepat tingkat perputaran aktivanya maka laba bersih yang dihasilkan akan semakin meningkatkan penjualan yang berpengaruh terhadap pendapatan. Rasio yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan tidak beroperasi pada volume yang memadai bagi kapasitas investasinya. 2. Inventory Turnover (ITO)
Universitas Sumatera Utara
ITO =
x 100%
Rasio perputaran persediaan (Inventory Turnover) dapat digunakan untuk mengukur berapa kali rata-rata persediaan terjual selama satu periode tertentu. Rasio ini menunjukkan seberapa efektif perusahaan dalam kegiatan usahanya, jumlah investasi yang ada dalam persediannya dan siklus operasi untuk mengisi kasnya kembali. d.
Rasio Profitabilitas Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang
dilakukan perusahaan. Rasio profitabilitas menurut Horne (2005) adalah rasio yang menghubungkan laba dari penjualan dan investasi. Dari rasio ini dapat diketahui bagaimana tingkat profitabiltas perusahaan. Setiap perusahaan menginginkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Untuk dapat melangsungkan hidupnya, perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Apabila perusahaan dalam kondisi yang tidak menguntungkan, maka akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman dari kreditor maupun investasi dari luar. Rasio profitabilitas merupakan sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi ( Brigham, 2009). Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gross profit margin. Gross profit margin (GPM) dapat digunakan
untuk
mengetahui keuntungan
kotor dari setiap barang yang dijual perusahaan. Gross profit margin menurut Horne (2005) “memberitahu kita laba dengan
penjualan,
dari perusahaan
yang
berhubungan
setelah kita mengurangi biaya untuk memproduksi barang yang
dijual”.
Universitas Sumatera Utara
Rumus
untuk
menghitung
gross
profit margin
menurut
Wild et.al
(2005) Gross Profit Margin = 3.
x 100%
Laba a.
Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Wild, et al (2005)
mendefenisikan laba sebagai berikut: Laba (earnings) atau laba bersih (net income) mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Laba mencerminkan pengembalian kepada pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan, sementara pos-pos dalam laporan merinci bagaimana laba didapat. Laba merupakan perkiraan atas kenaikan (atau penurunan) ekuitas sebelum distribusi kepada dan kontribusi dari pemegang ekuitas.
Laba
terdiri dari empat
elemen utama
yaitu
penghasilan,
beban,
keuntungan, dan kerugian. Defenisi dari elemen-elemen laba tersebut telah dikemukakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (2009 ). 1) Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan asset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. 2) Beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya asset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. 3) Keuntungan (gain) mencerminkan kenaikan manfaat ekonomi yang memenuhi defenisi penghasilan yang mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dan dengan demikian pada hakikatnya tidak berbeda dengan pendapatan. 4) Kerugian (loss) mencerminkan pos lain yang memenuhi defenisi beban yang mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa. Kerugian tersebut mencerminkan berkurangnya manfaat ekonomi dan pada hakikatnya tidak berbeda dengan beban lain
Universitas Sumatera Utara
Menurut Harahap (2006) laba adalah Angka yang penting dalam laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan.
Chariri (2003) menyebutkan bahwa laba memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut: 1) 2) 3)
4)
5)
Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi, Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi perusahaan pada periode tertentu, Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan, Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu, Laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.
Perbandingan
yang
tepat
atas
pendapatan
dan
biaya
tergambar
dalam
laporan rugi laba. Penyajian laba melalui laporan tersebut merupakan fokus kinerja perusahaan yang penting.
Kinerja perusahaan merupakan hasil dari
serangkaian proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Adapun salah satu parameter penilaian kinerja perusahaan tersebut adalah perubahan laba. Perubahan laba perusahaan
yang
baik mencerminkan
bahwa
kinerja
perusahaan juga baik, oleh karena laba merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan,
maka
semakin
tinggi
laba
yang
dicapai
perusahaan,
Universitas Sumatera Utara
mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan. Dengan demikian apabila rasio keuangan perusahaan baik, maka perubahan laba perusahaan juga baik. Perubahan laba dapat dihitung dengan cara : Perubahan laba = = b.
Hubungan Rasio Keuangan dengan Perubahan Laba Current Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban
jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Current ratio diperoleh dengan jalan membagi aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendeknya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi ukuran current ratio. Perlu dianalisis lebih lanjut misalnya apakah surat-surat berharga yang dimiliki dapat segera diuangkan, bagaimana tingkat pengumpulan piutang, bagaimana tingkat perputaran persediaan (Djarwanto, 2004). Current ratio yang tinggi mungkin menunjukkan adanya uang kas yang berlebihan dibanding
dengan tingkat kebutuhan atau adanya unsur aktiva lancar yang rendah
likuiditasnya seperti persediaan yang berlebihan. Current ratio yang tinggi memang baik menurut pandangan kreditor, tetapi dari sudut pandangan pemegang saham kurang menguntungkan karena aktiva lancar tidak didayagunakan dengan efektif. Dengan adanya hubungan negatif antara current ratio dengan perubahan laba diasumsikan bahwa current ratio mampu memprediksi perubahan laba yang akan datang. Nilai debt to equity ratio yang semakin tinggi menunjukkan komposisi total hutang (jangka pendek dan jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). Meningkatnya beban terhadap kreditur menunjukkan sumber modal
Universitas Sumatera Utara
perusahaan sangat tergantung dengan pihak luar.. Debt to equity ratio berpengaruh negatif terhadap perubahan laba. Perusahaan yang pertumbuhan labanya rendah akan berusaha menarik dana dari luar, untuk mendapatkan investasi dengan mengorbankan sebagian besar labanya. Sehingga perusahaan dengan pertumbuhan laba rendah akan semakin memperkuat hubungan antara DER yang berpengaruh negatif dengan profitabiltas. Dimana peningkatan utang akan mempengaruhi besar kecilnya laba perusahaan, yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya, yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar seluruh kewajibannya, karena semakin besar penggunaan utang maka semakin besar kewajibannya. Semakin tinggi nilai DER menunjukkan semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar, hal ini sangat memungkinkan menurunkan kinerja perusahaan, karena tingkat ketergantungan dengan pihak luar semakin tinggi. Rasio total assets turnover dapat digunakan untuk memprediksi laba karena total aktiva dan penjualan merupakan komponen dalam menghasilkan laba. Pengaruh rasio total assets turnover terhadap perubahan laba bersih perusahaan adalah adalah semakin cepat perputaran aktivanya, maka laba bersih yang dihasilkan semakin meningkat karena perusahaan sudah dapat memanfaatkan aktiva tersebut untuk meningkatkan penjualan yang berpengaruh terhadap pendapatan. Rasio yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan tidak beroperasi pada volume yang memadai pada kapasitas investasinya. Inventory turnover atau perputaran persediaan merupakan ukuran tentang seberapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi normal (Harahap, 2006). Tingginya perputaran persediaan berarti kegiatan penjualan berjalan cepat sehingga laba juga akan
Universitas Sumatera Utara
mengalami kenaikan dengan adanya kenaikan penjualan. Dengan demikian ITO berpengaruh terhadap perubahan laba. Gross profit margin merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor pada tingkat penjualan tertentu. Tingginya GPM akan menghasilkan laba yang tinggi, sebaliknya GPM yang rendah akan menghasilkan laba yang rendah pula. Dengan demikian tinggi rendahnya GPM akan mempengaruhi pertumbuhan laba. Hal ini didukung oleh penelitian Efendi (2006) dan yang menyimpulkan bahwa GPM berpengaruh terhadap perubahan laba.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Beberapa hasil penelitian yang dilakukan peneliti terdahulu menunjukkan hasil yang tidak konsisten bail secara parsial maupun simultan terhadap rasio keuangan tertentu. Berikut ini adalah beberapa ringkasan tinjauan penelitian terdahulu. 1. Penelitian Purnawati Purnawati (2005) meneliti kemampuan rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba. Obyek penelitian ini adalah perusahaan Agriculture, Forestry and Fishing; Animal Feed and Husbandry; Mining and Mining Services; Construction dan Manufactur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan variabel independen Current Ratio (CR), Gross Profit Margin (GPM), Operating Profit Margin (OPM), Net Income to Sales (NIS), Return On Equity (ROE), Inventory Turnover (ITO), Total Assets Turnover (TATO), dan Sales to Current Liabilities (SCL) dan variabel dependen yang digunakan adalah perubahan laba. Data yang digunakan adalah laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi tahun 2000 sampai dengan 2003. Penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan
Universitas Sumatera Utara
variabel independen mampu memprediksi perubahan laba namun secara parsial rasio ITO, TATO, NIS, SCL dapat digunakan untuk memprediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang.
2. Penelitian Efendi Efendi ( 2006) menganalisis pengaruh Current Ratio , Debt Ratio , Total Assets Turnover, Return On Assets,
Return On Equity , dan Gross Profit Margin terhadap
perubahan laba pada perusahaan otomotif dan industry terkait yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian menunjukkan memiliki
pengaruh
bahwa
secara simultan rasio keuangan
terhadap perubahan
yang diteliti
laba. Secara parsial ROA, ROE, GPM
berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba. 3. Penelitian Eko Bastian Eko Bastian (2010) menganalisis pengaruh current ratio, debt ratio, total assets turnover, return on equity, dan gross profit margin terhadap perubahan laba pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dangan data penelitian dari tahun 2006 sampai tahun 2008. Penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel perubahan
independen
yang diteliti memiliki
pengaruh
terhadap
laba. Secara parsial hanya debt ratio yang berpengaruh signifikan terhadap
perubahan laba.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No 1.
2.
Nama Peneliti Purnawati (2005)
Efendi (2006)
Judul Penelitian Kemampuan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba
Variabel Penelitian Variabel Independen : Current Ratio (CR), Gross Profit Margin (GPM), Operating Profit Margin (OPM), Net Income to Sales (NIS), Return On Equity (ROE), Inventory Turnover (ITO), Total Assets Turnover (TATO), dan Sales to Current Liabilities (SCL) Variabel dependen : Perubahan Laba Analisis Variabel Pengaruh Independen : Rasio Current Ratio Keuangan (CR), Debt Ratio Terhadap (DR), Total Perubahan Assets Turnover Laba Pada (TATO), Return Perusahaan On Assets (ROA) Otomotif dan Return On Equity Industri (ROE), dan Gross Terkait Profit yang Margin (GPM) Terdaftar Di Variabel Bursa Efek dependen : Jakarta Perubahan Laba
Hasil Penelitian Secara simultan, rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian mampu memprediksi laba satu tahun yang akan datang, sedangkan secara parsial, rasio ITO, TATO, NIS, dan SCL dapat digunakan untuk memprediksi perubahan laba satu tahun yang akan datang
Secara simultan rasio keuangan berpengaruh terhadap perubahan laba, sedangkan secara parsial hanya ROA, ROE, dan GPM yang berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba
Universitas Sumatera Utara
3.
Eko Bastian (2010)
Pengaruh Variabel Rasio Independen : Keuangan Current ratio Terhadap (CR), Debt Ratio Perubahan (DR), Total Laba pada Assets Turnover perusahaan (TATO), Return Manufaktur on Equity (ROE), Sektor Gross Profit Industri Margin (GPM), Barang Variabel Konsumen dependen : yang Perubahan Laba Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2011
Secara simultan, penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh antara CR, DR, TATO, ROE, GPM terhadap perubahan laba Secara parsial penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh variabel DR terhadap perubahan laba
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan
model konseptual tentang
bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting (Sugiyono, 2004). Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis hubungan antar variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, variabel independen atau variabel bebas yang digunakan adalah CR, DER, TATO, ITO dan GPM dan sebagai variabel dependen atau variabel terikat adalah
Universitas Sumatera Utara
perubahan laba.
Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan teoritis yang telah
diuraikan sebelumnya, maka kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut :
Current Ratio Debt to Equity Ratio Total Assets Turnover Inventory Turnover Gross Profit Margin
(X1)
(X2)
(X3)
(X4)
(X5)
H1 H2 H3 H4
Perubahan Laba (Y)
H5 H6
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2011
Current Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dari aktiva lancarnya. Rasio ini dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini sering disebut dengan rasio modal kerja yang menunjukkan jumlah aktiva lancar yang tersedia yang dimiliki oleh perusahaan untuk merespon kebutuhan-kebutuhan bisnis dan meneruskan kegiatan bisnis hariannya. Rasio yang rendah menunjukkan resiko likuiditas yang tinggi. Rasio ini dapat digunakan untuk memprediksi perubahan laba yang akan datang jika hasil penjualan, laba dan perubahan kondisi operasi perusahaan diperhitungkan dalam rasio ini.
Universitas Sumatera Utara
Pengaruh current ratio terhadap perubahan laba adalah semakin tinggi nilai current ratio maka laba bersih yang dihasilkan perusahaan semakin sedikit, karena rasio lancar yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan karena aktiva lancar menghasilkan return yang lebih rendah dibandingkan dengan aktiva tetap (Mamduh, 2003). Dengan adanya hubungan negatif antara current ratio dengan perubahan laba diasumsikan bahwa current ratio mampu memprediksi perubahan laba yang akan datang Tinggi rendah DER akan mempengaruhi tingkat pencapaian laba yang dicapai oleh perusahaan. Jika biaya yang ditimbulkan oleh pinjaman (cost of debt) lebih kecil daripada biaya modal sendiri (cost of equity ), maka sumber dana yang berasal dari pinjaman atau hutang akan lebih efektif dalam mengahasilkan laba (meningkatkan return on equity); demikian sebaliknya (Brigham, 2009). Perusahaan yang pertumbuhan labanya rendah akan berusaha menarik dana dari luar, untuk mendapatkan investasi dengan mengorbankan sebagian besar labanya. Sehingga perusahaan dengan pertumbuhan laba rendah akan semakin memperkuat hubungan antara DER yang berpengaruh negatif dengan profitabiltas. Dimana peningkatan utang akan mempengaruhi besar kecilnya laba perusahaan, yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya, yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar seluruh kewajibannya, karena semakin besar penggunaan utang maka semakin besar kewajibannya. Semakin tinggi DER menunjukkan semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar, hal ini sangat memungkinkan menurunkan kinerja perusahaan, karena tingkat ketergantungan dengan pihak luar semakin tinggi, maka pengaruh antara DER dengan perubahan adalah negatif (Brigham, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Pengaruh rasio total asset turnover terhadap perubahan laba bersih perusahaan adalah semakin cepat tingkat perputaran aktivanya maka laba bersih yang dihasilkan akan semakin meningkat, karena perusahaan sudah dapat memanfaatkan aktiva tersebut untuk meningkatkan penjualan yang berpengaruh terhadap pendapatan. Kenaikan pendapatan dapat menaikkan laba bersih perusahaan (Mamduh, 2003). Pengaruh antara TATO dengan perubahan laba adalah positif. Rasio inventory turnover dapat digunakan untuk mengukur berapa kali rata-rata persediaan terjual selama satu periode tertentu. Semakin cepat persediaan tersebut terjual maka semakin cepat perusahan menciptakan piutang dagang dan menagih kasnya. Rasio ini menunjukkan seberapa efektif perusahaan dalam kegiatan usahanya, jumlah investasi yang ada dalam persediaanya dan siklus operasi untuk mengisi kasnya kembali. Rasio ini dapat dihitung dengan membagi biaya pokok penjualan dengan persediaan (Henry Simamora, 2000). Penilaian terhadap kemampuan persediaan untuk dikonversikan menjadi kas melalui penjualan dapat dijadikan sebagai indikator tentang seberapa besar profit margin yang dapat direalisasikan di kemudian hari karena persediaan disajikan didalam neraca berdasar biaya yang paling rendah diantara biaya pokok dan biaya pasarnya. Rasio inventory turnover juga dapat digunakan untuk menilai kualitas dan likuiditas persediaan untuk dikonversikan menjadi kas agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Persediaan merupakan salah satu unsur modal kerja (working capital). Perputaran persediaan yang semakin cepat akan mengakibatkan kenaikan pendapatan dan dapat meningkatkan laba bersih perusahaan di masa yang akan datang (Nurjanti, 2003). Rasio gross profit margin dapat digunakan untuk mengukur efisiensi produksi, penentuan harga jual dan keuntungan yang diperoleh setelah produk tersebut dijual
Universitas Sumatera Utara
(Munawir, 2000). Bagi perusahaan dagang dan manufaktur, angka rasio gross profit margin yang rendah menandakan bahwa perusahaan tersebut rawan terhadap perubahan harga, baik harga jual maupun harga pokok. Perubahan harga jual atau harga pokok dapat mempengaruhi laba perusahaan yang diperoleh. Dalam keadaan kondisi normal gross profit margin harus bernilai positif karena menunjukkan perusahaan tersebut dapat menjual produknya di atas harga pokoknya sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian (Jopie Jusuf, 2000). Pengaruh gross profit margin terhadap perubahan laba bersih perusahaan adalah semakin tinggi nilai rasio ini maka laba bersih yang dihasilkan akan semakin meningkat. Hal tersebut menandakan bahwa laba kotor yang dihasilkan dapat menutup biaya yang bervariasi yang digunakan untuk melakukan kegiatan penjualan (Jopie Jusuf, 2000).
2. Hipotesis Penelitian Menurut Erlina (2008), “hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau di uji kebenarannya mengenai struktur atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena”. Hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah Ha : Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Assets Turnover, Inventory Turnover dan Gross Profit Margin secara parsial maupun secara simultan berpengaruh terhadap perubahan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara