BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Rasio Rentabilitas Rasio dapat diartikan sebagai hubungan matematik antara suatu jumlah dengan jumlah yang lainnya atau merupakan teknik analisis laporan keuangan yang paling sering digunakan.22 Analisis rasio keuangan bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan sebagai kebutuhan
informasi.
Bagi
pihak
investor
digunakan
untuk
meramalkan cara mengantisipasi keadaan dimasa mendatang. Bagi pihak kreditor sebagai informasi keuangan yang memungkinkan adanya risiko terkait pinjaman serta nisbahnya dan pengembalian pada saat jatuh tempo. Bagi pihak manajemen untuk menilai efektivitas keputusan yang telah diambil suatu perusahaan dalam hal menjalankan aktivitas usahanya. Selain itu digunakan sebagai informasi kinerja keuangan terutama masalah rentabilitas atau profitabilitas pada perusahaan. Earning untuk memastikan efisiensi dan kualitas pendapatan bank secara benar dan akurat. Penilaian rentabilitas merupakan penilaian terhadap kondisi dan kemampuan rentabilitas bank untuk mendukung kegiatan operasional dan permodalan. Rentabilitas adalah hasil perolehan dari investasi (penanaman modal) yang dikatakan
22
Prastowo dan Juliaty, Analisis Laporan Keuangan,...,hal. 76
22
23
dengan persentase dari besarnya investasi.23 Rasio Rentabilitas ( Rentability Ratio) ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitablitas oleh lembaga atau perusahaan yang bersangkutan.24 Rasio rentabilitas merupakan kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur
tingkat
efektivitas
manajemen
dalam
menjalankan
operasional perusahaan.25 Laba merupakan tujuan dengan alasana sebagai berikut: a. Dengan laba yang cukup dapat dibagi keuntungan kepada pemegang saham dan atas persetujuan pemegang saham sebagian dari laba disihkan sebagai cadangan. Sudah barang tentu bertambahnya cadangan akan menaikkan kredibilitas (tingkat kepercayaan bank tersebut) dimata masyarakat. b. Laba merupakan penilaian ketrampilan pimpinan. Pimpinan bank ang cakap dan terampil umumnya dapat mendatangkan keuntungan yang lebih besar daripada pimpinan yang kurang cakap. c. Meningkatkan daya tarik pemilik modal (investor) untuk menanamkan
modalnya
dikeluarkan/dibagikan
23
dengan
bank.
Pada
membeli gilirannya
saham
yang
bank
akan
Veithzal Rivai, Andria Permata V, dan Ferry N. Idroes, Bank and Financial Insttitution Management, (Jakarta: PR. Raja Grafindo Persada: 2007), hal. 720 24 Kasmir, Manajemen Perbankan,..., hal. 279 25 Umam, Manajemen Perbankan Syariah,..., hal. 341
24
mempunyai kekuatan modal untuk memperkuat penawaran produk dan jasanya kepada masyarakat.26 Rentabilitas bank tidak hanya penting bagi pemiliknya tetapi juga bagi golongan-golongan lain di dalam masyarakat. Bila lembaga berhasil mengumpulkan cadangan dengan memperbesar modal, akan memperoleh kesempatan meminjamkan dengan lebih luas/besar. Karena tingkat kepercayaan atau kredibiltas meningkat. Bagitu pula bagi lembaga keuangan syariah non bank rasio rentabilitas lebih penting dari pada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan tersebut telah bekerja secara efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba tersebut. Dan laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi adalah laba yang berasal dari operasi pada BMT yang biasa disebut laba usaha. Rasio rentabilitas merupakan rasio yang berguna untuk mengukur kemampuan BMT dalam menghailkan laba pada periode tertentu. Menurut
Riyanto
Rentabilitas
perusahaan
menunjukkan
perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.27 Perhitungan rentabilitas dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut :
26
O.P. Simorangkir, Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Nonbank, Jakarta: Ghalia Indonesia, tt), hal. 152 27 Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi, (Yogyakarta: BPFE, 2001), hal 35
25
a) Perbandingan antara laba usaha dengan seluruh modal yang
digunakan modal sendiri dan modal asing umumnya disebut dengan rentabilitas ekonomis. b) Sedangkan Perbandingan antara laba yang tersedia untuk pemilik perusahaan dengan jumlah modal sendiri pemilik perusahaan, biasanya disebut dengan rentabilitas modal sendiri atau rentabilitas usaha.28 Jumlah keuntungan yang diperoleh secara teratur dan terus meningkat pada BMT akan menentukan tingkat profitabilitas. Sedangkan rentabilitas pada manajemen lembaga digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dengan cara melakukan perbandingan antara laba dan modal yang digunakan dalam operasi. Namun demikian, keuntungan yang besar tidak menjamin suatu lembaga tersebut rentabel. Sebab rentabilitas yang tinggi lebih penting daripada
keuntungan
yang
besar,
sedangkan
stabilitas
usaha
menunjukkan kemampuan suatu lembaga melakukan usaha secara stabil dengan cara mempertimbangkan kemampuan membayar biaya operasional beserta jumlah hutang, serta kemampuan membayar secara teratur kepemegang saham. Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis rasio rentabilitas yang dapat digunakan. Masing-masing jenis rasio rentabilitas digunakan untuk menilai serta mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu
periode tertentu atau
untuk
beberapa periode. Penggunaan seluruh atau sebagian rasio rentabilitas tergantung dari kebijakan manajemen. Pada
umumnya,
rasio
profitabilitas yang sering digunakan adalah sebagai berikut: 30
Abdullah Amrin, Bisnis, Ekonomi, Asuransi, dan Akuntansi Keuangan Syariah, (Jakarta:Grasindo,t.t), hal. 206
26
a. Gross Profit Margin (GPM) Rasio gross profit margin merupakan margin laba kotor. Lyn M. Fraser dan Aileen Ormiston memberikan pendapatnya, yaitu:29 Margin laba kotor, yang memperlihatka hubungan antara penjualan dan beban pokok penjualan, mengukur kemampuan sebuah perusahaan untuk mengendalikan biaya persediaan atau biaya operasi barang maupun untuk meneruskan kenaikan harga lewat penjualan kepada pelanggan. Joel G. Siegel dan Jae K. Shim mengatakan bahwa “Persentase dari sisa penjualan setelah sebuah perusahaan membayar barangnya, juga disebut margin keuntungan kotor (gross profit margin)”. Adapun rumus rasio gross profit margin adalah:
x 100% b. Net Profit Margin (NPM) Rasio net profit margin disebut juga dengan rasio pendapatan terhadap penjualan. Joel G. Siegel dan Jae K. Shim mengatakan:30 (1) Margin laba bersih sama dengan laba bersih dibagi dengan penjualan bersih. Ini menunjukkan kestabilan kesatuan untuk menghasilkan perolehan pada tingkat penjualan khusus. Dengan memeriksa margin laba dan norma industri sebuah perusahaan pada tahun-tahun sebelumnya, kita dapat menilai efisiensi operasi dan strategi penetapan harga serta status persaingan perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri tersebut, (2) Margun laba kotor sama dengan laba kotor dibagi laba bersih. Margin laba yang tinggi lebih disukai karena menunjukkan bahwa perusahaan mendapatkan hasil yang baik yang melebihi harga pokok penjualan. Rumus rasio net profit margin adalah: 29 30
Irham Fahmi, AnalIsis Laporan Keuangan, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal.109-111 Ibid.,
27
x 100% d. Return On Equity (ROE) ROE adalah perbandingan antara laba bersih (laba setelah pajak) dengan modal sendiri. Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank (baik pemegang saham pendiri maupun pemegang saham baru) serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang bersangkutan.31 Untuk itu rasio ROE ini merupakan
indikator yang amat penting bagi para
pemegang saham dan calon investor untuk megukur kemampuan lembaga atau perusahaan dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari pihak lembaga yang bersangkutan. Selanjutnya kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham lembaga. Adapun rumus ROE adalah :
x 100%
e. Return On Asset (ROA) ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan laba secara keseluruhan. Semakin besar ROA pada bank semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin
31
hal. 62
Farah Margarethe, Manajemen Keuangan Bagi Industri Jasa, (Jakarta: Grasindo,tt),
28
baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset.32 Adapun rumus ROA adalah: x 100% Dari keempat rasio tersebut, dalam penelitian ini dipilih ROA sebagai indikator rentabilitas pada BMT SAHARA. ROA memfokuskan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba pada operasional industri jasa perusahaan maupun lembaga.
2. Hakikat Return On Asset (ROA) ROA merupakan salah satu indikator yang sering digunakan dalam menilai tingkat rentabilitas baik pada lembaga keuangan bank maupun non bank. ROA berfungsi mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Semakin besar ROA yang dimiliki oleh suatu lembaga atau perusahaan, semakin efisien penggunaan aktiva sehingga akan memperbesar laba. Laba yang besar akan menarik investor untuk menanamkan sahamnya karena lembaga atau perrusahaan tersebut memiliki tingkat pengembalian yang semakin tinggi.33 Secara matematis maka rasio ROA dapat dirumuskan sebagai berikut : x 100%
32 33
Ibid., Umam. Manajemen Perbankan Syariah...., hal. 346
29
Berdasarkan (Peraturan Menteri Negara KUKM RI, Nomor 14/Per/M.KUKM/XII/2009) dalam Penilaian terhadap kemandirian dan pertumbuhan didasarkan pada 3 (tiga) rasio, salah satunya yaitu Rentabilitas Aset yaitu SHU sebelum zakat dan pajak dibandingkan dengan total aset ditetapkan sebagai berikut: a) Untuk rasio rentabilitas aset lebih kecil dari 5% diberi nilai kredit 25, untuk setiap kenaikan rasio 2,5% nilai kredit ditambah 25 sampai dengan maksimum 100. b) Nilai kredit dikalikan dengan bobot 3% diperoleh skor penilaian. Tabel 2.1 Standar Perhitungan Skor untuk Rasio Rentabilitas Asset No
Predikat
Rasio Rentabilitas Asset (%)
Nilai Kredit
1
Rendah
≤5
25
2
Kurang
5 < x ≤ 7,5
50
3
Cukup
7,5 x ≤ 10
75
4
Tinggi
> 10
100
Sumber : Per.Men KUKM RI, No: 14/Per/M.KUKM/XII/200934
3. Hakikat Current Ratio (CR) Usaha BMT dalam menjaga tingkat rentabilitas adalah dengan tetap menjaga tingkat likuiditasnya. Apabila BMT mempunyai aset likuid yang besar jumlahnya, maka tingkat rentabilitasnya dapat terganggu. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk tingkat rentabilitas mempunyai
34
kaitan
dengan tingkat
likuiditas. Rasio Likuiditas
Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor : 14/Per/M.KUKM/XII/2009 Tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Dan Unit Jasa 35.3/Per/M.Kukm/X/Keuangan Syariah Koperasi hal 17 dalam http://indakop.kaltimprov.go.id/po-content/po-upload/berkas/460597-PERMEN-14-TAHUN2009-Lengkap.pdf diakses pada 28/11/2016
30
digunakan untuk memperlihatkan hubungan kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya terhadap kewajiban lancarnya.35 Likuiditas suatu perusahaan yang tinggi belum tentu baik ditinjau dari segi profitabilitas perusahaan tersebut. Terdapat trade-off antara likuiditas dan profittabilitas.36 Aspek-aspek yang perlu diperhatikan
dalam
menganalisis rasio likuiditas menurut PP N0. 9 tahun 1995 adalah: 1) Penyediaan aktiva lancar yang mencukupi untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. 2) Rasio antara pinjaman yang diberikan dengan dana yang telah dihimpun. Rasio likuiditas merupakan perbandingan yang digunakan badan usaha koperasi untuk menggambarkan posisi keuangan dalam jangka pendek yaitu untuk mengetahui kemampuan koperasi dalam menyediakan alat-alat yang likuid (mudah diuangkan) guna menjamin pengembalian hutang-hutang jangka pendek pada waktunya atau jangka panjang yang telah atau akan jatuh tempo. Rasio Lancar merupakan salah satu rasio yang dapat dipakai untuk menentukan kemampuan membayar utang jangka pendek perusahaan. Rasio lancar (Current ratio) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas suatu perusahaan atau lembaga dengan membandingkan antara total aktiva lancar dan utang lancar.37 Rasio ini juga digunakan untuk menilai tingkat kesehatan pada BMT. Alasan digunakannya rasio lancar secara luas sebagai ukuran likuiditas mencakup kemampuannya untuk mengukur : a. Kemampuan 35
Weston dan Brigham, Dasar-dasar Manajemen Keuangan,..., hal. 295 Prastowo dan Juliaty, Analisis Laporan Keuangan,..., hal. 80 37 Ibid., 36
31
memenuhi kewajiban lancar. Semakin tinggi perkalian kewajiban lancar terhadap aktiva lancar, semakin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar akan dibayar. b. Penyangga kerugian. Semakin besar penyangga, semakin kecil resikonya. Rasio lancar menunjukkan tingkat keamanan yang tersedia untuk menutup penurunan nilai aktiva lancar non kas pada saat aktiva tersebut dilepas atau dilikuidasi. c. Cadangan dan lancar. Rasio lancar merupakan ukuran tingkat keamanan terhadap ketidakpastian dan kejutan atas arus kas perusahaan. Seperti halnya, pemogokan dan kerugian yang luar biasa dapat membahayakan arus kas secara sementara dan tidak terduga. 38 Secara matematis rasio CR dapat dirumuskan sebagai berikut: x 100% Aktiva lancar (Current Asset) menggambarkan alat bayar dan diasumsikan semua aktiva lancar benar-benar bisa digunakan untuk membayar.
Sedangkan
utang
lancar
(Current
Liability)
menggambarkan yang harus dibayar dan diasumsikan semua utang lancar benar-benar harus dibayar.39 Semakin tinggi rasio ini, maka semakin tinggi pula sisi likuiditas bank tersebut, namun berpengaruh dalam meningkatkan profitabilitas.40 Berdasarkan (Peraturan Menteri Negara KUKM
RI, Nomor:35.3/Per/M.KUKM/X/2007) Penilaian
kuantitatif terhadap likuiditas 38
KSP dan USP Koperasi dilakukan
John J.W., K.R. Subrmanyam, Robert F.H. Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: Salemba Empat, 2003) hal. 188 39 Ibid., hal. 186 40 Veithzal Rivai, Bank and Financial ... hal. 723
32
terhadap 2 (dua) rasio, yaitu: 1) Rasio kas dan bank terhadap kewajiban lancar. Kas dan bank adalah alat likuid yang segera dapat digunakan, seperti uang tunai dan uang yang tersimpan lembaga keuangan syariah lain. Kewajiban lancar: a) Simpanan wadiah, b) Simpanan mudharabah, c) Simpanan mudharabah berjangka. 2) Rasio pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima. Pada penelitian ini pengukuran likuiditas diukur dengan rasio dengan rumus: x 100% Rasio tersebut ditetapkan sebagai berikut: a. Untuk rasio kas lebih kecil dari 14% dan lebih besar dari 56% diberi nilai kredit 25, untuk rasio antara 14% sampai dengan 20% dan antara 46% sampai dengan 56% diberi nilai kredit 50, rasio antara 21% sampai dengan 25% dan 35% sampai dengan 45% diberi nilai kredit 75, dan untuk rasio 26% sampai dengan 34% diberi nilai kredit 100. b.
Nilai
dikalikan dengan bobot 10% diperoleh skor penilaian. Berikut tabel perhitungan terhadap rasio lancar. Tabel 2.2 Standar Perhitungan Rasio Kas terhadap Kewajiban Lancar Kriteria
Rasio Kas (%)
Nilai Kredit
Tidak likuid
< 14 dan > 56
25
Kurang likuid
(14 – 20) dan (46 – 56)
50
Cukup Likuid
(21 – 25) dan (35 – 45)
75
Likuid
(26 – 34)
100
Sumber : Per.Men KUKM RI, No : 35.3/Per/M.KUKM/X/200741 41
Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007Tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Dan Unit Jasa 35.3/Per/M.Kukm/X/Keuangan Syariah Koperasi hal. 26
33
Untuk itu guna mencapai rentabilitas atau profitabilitas yang tinggi maka BMT harus berusaha menggunakan tingkat likuiditasnya keaset
yang
menghasilkan
rendabel
yang
tinggi.
Misalkan
pengalokasian aset jangka waktu yang panjang dengan harapan dana operasi harian akan tertutup dengan dana baru. Namun tindakan ini sangat beresiko apabila dana yang diharapkan tidak tersedia dan pada gilirannya mengganggu likuiditas. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa semakin likuid BMT akan semakin
kecil
profitabilitasnya (trade off between liquidity dan profitability). Sehubungan dengan itu diadakan pembagian dalam aktiva, yaitu cash asset dan earning asset. Cash asset adalah aktiva yang tidak memberikan penghasilan, kalaupun ada relatif sangat sedikit. Earning asset adalah aktiva yang memberikan penghasilan dari loan dan investmen (pinjaman dan penanaman modal).42 Menghadapi kendala tersebut maka pihak pimpinan harus mengambil keputusan dalam rangka penyaluran dana untuk mengoptimalkan antara likuiditas di satu pihak dan rentabilitas di pihak yang lain. 4. Hakikat Capital Adequacy Ratio (CAR) Mengingat kecukupan modal merupakan hal penting yang harus dipenuhi untuk mendirikan suatu lembaga. Disamping itu kecukupan modal merupakan faktor yang penting dalam rangka dalam http://smecda.com/wp-content/uploads/2015/12/Permeneg-KUKM-2007-8.pdf diakses pada 28/11/2016 42 Simorangkir, Pengantar Lembaga Keuangan,..., hal. 158
34
pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian.43 Asumsi pengembangan modal, semakin besar modal yang ditanam dalam operasional perusahaan, akan meningkatkan keuntungan yang lebih besar. Struktur permodalan (CAR) merupakan salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan usaha bisnis dan menampung risiko kerugian, semakin tinggi jumlah modal BMT dibandingkkan dengan jumlah simpanan sukarela maka tingkat keamanan dana anggota semakin terjamin, dilihat dari sisi permodalan BMT situasi itu dinilai dalam kondisi sehat. Keadaan yang menguntungkan BMT tersebut akan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap rentabilitas atau mendapat keuntungan. CAR dapat diartikan sebagai kewajiban penyediaan modal minimum yang harus dipertahankan oleh bank sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).44 Secara matematis rasio CAR dapat dirumuskan sebagai berikut: x 100%
Menurut Paket Kebijakan 29 Mei 1993 pengertian modal terdiri atas modal inti dan modal pelengkap dengan penjelasa sebagai berikut: a. Modal inti (primary capital) terdiri dari: Modal disetor, Agio saham, Modal sumbangan, Cadangan umum, Cadangan tujuan, Laba yang ditahan (retained earnings), Laba tahun
43 44
Umam. Manajemen Bank syariah,..., hal. 250 Ibid.,
35
lalu, Laba tahun berjalan. Dan dikurangi dengan : a) Good will yang ada dalam pembukuan bank. b) Kekurangan jumlah penyisihan penghapusan aktiva produktif dan jumlah yang seharusnya dibentuk sesuai dengan ketentuan BI. b. Modal pelengkap (secondary capital) terdiri dari: Cadangan revaluasi aktiva tetap, Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif, Modal pinjaman, Pinjaman subordinasi.45 Perhitungan
kebutuhan
modal
didasarkan
pada
Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Yang dimaksud dengan aktiva dalam perhitungan ini mencakup baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau komitmen yang disediakan bagi pihak ketiga. ATMR adalah faktor pembagi (denominator) dari CAR, sedangkan modal adalah faktor yang dibagi (numerator) untuk mengukur kemampuan modal menanggung risiko aktiva tersebut. Dalam menelaah ATMR pada bank syariah, terlebih dahulu harus mempertimbangkan bahwa aktiva bank syariah dapat dibagi atas: (1) Aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan/atau kewajiban atau utang (wadi’ah atau qard dan sejenisnya) dan (2) Aktiva yang didanai oleh rekening bagi hasil (profit and loss sharing investment account/mudlarabah mutlaqah yang tercatat pada neraca/ on balance
45
Sinungan, Manajemen Dana Bank,..., hal. 164-166
36
sheet, maupun restriced investment account/mudlarabah muqayyadah dicatat pada rekening administrative/off balance sheet).46 Berdasarkan Peraturan Menteri Negara KUKM RI, Nomor: (35.3/Per/M.KUKM/X/2007) terdapat tiga cara penilaian kesehatan KSP/USP terhadap aspek permodalan yaitu meliputi : a) Rasio Modal Sendiri terhadap Total Asset, b) Rasio Modal Sendiri terhadap Pinjaman diberikan yang berisiko, c) Rasio Kecukupan Modal Sendiri. dalam penelitian ini diproksikan dengan CAR. sebagai berikut:
Dapat dirumuskan
x 100%
Rasio kecukupan modal atau CAR pada lembaga keuangan seperti KJKS/UJKS merupakan kewajiban penyediaan kecukupan modal (modal minimum) didasarkan pada risiko aktiva yang dimilikinya. Penggunaan rasio ini dimaksudkan agar para pengelola KJKS/UJKS melakukan pengembangan usaha yang sehat dan dapat menanggung risiko kerugian dalam batas-batas tertentu yang dapat diantisipasi oleh modal yang ada. Menurut surat Edaran Bank Indonesia yang berlaku saat ini sebuah lembaga keuangan dikatakan sehat apabila nilai CAR mencapai 8% atau lebih. Artinya Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) dijamin oleh modal sendiri (modal inti) dan modal lain yang memiliki karakteristik sama dengan modal sendiri (modal pelengkap) sebesar 8%. Untuk nilai CAR lebih tinggi dari 8%, menunjukkan indikasi 46
Husein Syahatah, Pokok-pokok Pikiran Akuntansi Islam, alih bahasa Husnul Fatarib, cet. I (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2001), hal. 146
37
bahwa KJKS/UJKS koperasi semakin sehat.47 Berikut tabel yang menunjukkan Penilaian terhadap CAR. Tabel 2.3 Standar Penilaian Rasio Kecukupan Modal Sendiri Kriteria
Rasio Modal (%)
Nilai Kredit
Tidak sehat
≤4
0
Kurang sehat
4<x≤6
50
Cukup sehat
6<x≤8
75
Sehat
>8
100
Sumber : Per.Men KUKM RI, No: 35.3/Per/M.KUKM/X/200748 1. Rasio kecukupan modal sendiri yaitu perbandingan antara Modal Sendiri Tertimbang dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) dikalikan dengan 100 %. 2. Modal tertimbang adalah jumlah dari hasil kali setiap komponen modal KSP/USP koperasi yang terdapat pada neraca dengan bobot pengakuan risiko. 3. ATMR adalah jumlah dari hasil kali setiap komponen aktiva KSP dan USP Koperasi yang terdapat pada neraca dengan bobot pengakuan risiko. 4. Menghitung nilai ATMR dilakukan dengan cara menjumlahkan hasil perkalian nilai nominal aktiva yang ada dalam neraca dengan bobot risiko masing-masing komponen aktiva. 5. Rasio kecukupan modal sendiri dapat dihitung/diperoleh dengan cara membandingkan nilai modal tertimbang dengan nilai ATMR dikalikan dengan 100 %.49 47
Per.Men KUKM RI Nomor : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007,...,hal. 11 diakses pada 28/11/2016 48 Ibid.,
38
5. Hakikat Cost of Operating Ratio (COR) Aspek rentabiltas atau earning lain dapat diukur dengan mengunakan rasio biaya operasional yaitu Cost of Operating Ratio. Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional (BOPO).50 Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.51 Semakin kecil rasio biaya (beban) operasionalya akan lebih baik, karena bank yang bersangkutan dapat menutupi
biaya
(beban)
operasional
dengan
pendapatan
operasionalnya.52 Analisis rasio efisiensi operasional menurut Siamat menggunakan perhitungan : 1. Biaya operasional, yaitu semua jenis biaya yang berkaitan langsung dengan kegiatan usaha bank yaitu biaya bunga, biaya valuta asing lainnya, biaya tenaga kerja, penyusutan, dan biaya lainnya (premi asuransi/jaminan kredit, sewa gedung/kantor dan alat-alat lainnya, dan biaya pemeliharaan gedung/kantor). 2. Pendapatan operasional yaitu semua pendapatan yang merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha bank yang benar-benar telah diterima. Pendapatan operasional bank tersebut antara lain hasil bunga, provisi dan komisi, pendapatan valuta asing lainnya, dan pendapatan lainnya (deviden yang diterima dari saham yang dimiliki).53 Keuntungan diperoleh apabila penghasilan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Untuk itu dalam mempertahankan rentabilitas yang layak, maka bank harus memperoleh pengahasilan yang dapat 49
Per.Men KUKM RI Nomor Nomor : 14/Per/M.KUKM/XII/2009,..., hal. 8 diakses pada 28/11/2016 50 Selamet Riyadi, Banking Asset dan Liability Management, Edisi Kedua (Jakarta: FEUI, 2004), hal. 140 51 Margaretha, Manajemen Keuangan ,..., hal. 62 52 Rivai, Bank and Financial.... hal. 720 53 Dahlan Siamat, Manajemen Bank Umum. (Jakarta: Intermedia, 1993), hal. 251-253
39
menutupi biaya. Bank berusaha terus untuk mempertahankan tingkat pendapatan tertentu dengan memperhitungkan faktor risiko yang dihadapi.54 Semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut karena lebih efesien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan.55 Sehingga Rasio ini diharapkan kecil karena biaya yang terjadi diharapkan dapat tertutupi dengan pendapatan operasional yang dihasilkan berarti semakin baik kinerja manajemen karena lebih efisien menggunakan sumber daya yang ada diperusahaan maupun lembaga. Dapat diasumsikan bahwa semakin besar BOPO, maka akan semakin kecil/menurun kinerja keuangan, sebaliknya bila semakin kecil BOPO maka kinerja keuangan menjadi semkin meningkat. Secara matematis rasio COR dapat dirumuskan sebagai rasio BOPO berikut: x 100%
Suatu lembaga keuangan yang baik, tentunya memiliki kemampuan meminimalisir biaya-biaya demi meningkatkan profit yang seharusnya dapat dicapai secara efisien. Hal tersebut akan menunjukkan
bahwa
semakin
besar
biaya
operasional,
akan
mengurangi tingkat profit yang diperoleh BMT. Sedangkan penilaian efisiensi KJKS/UJKS koperasi didasarkan pada 3 (tiga) rasio yaitu: a) 54
Simorangkir, Pengantar Lembaga Keuangan,..., hal. 159 Selamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management. Edisi Ketiga, (Jakarta: FEUI, 2006), hal. 159 55
40
Rasio biaya operasional terhadap pelayanan, b) Rasio aktiva tetap terhadap total asset, c)
Rasio efisiensi staf. Rasio-rasio tersebut
menggambarkan sampai seberapa besar KJKS/UJKS koperasi mampu memberikan pelayanan
yang efisien kepada anggotanya dari
penggunaan asset yang dimilikinya, sebagai pengganti ukuran rentabilitas yang untuk badan usaha koperasi dinilai kurang tepat. Karena koperasi tujuan utamanya adalah memberikan pelayanan kepada anggota bukan mencari keuntungan. Meskipun rentabilitas sering digunakan sebagai ukuran efisiensi penggunaan modal. Rentabilitas koperasi hanya untuk mengukur keberhasilan perusahaan koperasi yang diperoleh dari penghematan biaya pelayanan. Cara perhitungan rasio biaya operasional atas pelayanan ditetapkan sebagai berikut: a) Untuk rasio lebih besar dari 100 diperoleh nilaikredit 25 dan untuk setiap penurunan rasio 15% nilai kredit ditambahkan dengan 25 sampai dengan maksimum nilai kredit 100. b) Nilai kredit dikalikan dengan bobot sebesar 4% diperoleh skor penilaian. Tabel 2.4 Standar Perhitungan Rasio Beban Operasi Anggota terhadap Partisipasi Bruto Kriteria
Rasio Beban Operasi Anggota terhadap Partisipasi Bruto (%)
Nilai Kredit
Tidak Efisien
≥100
0
Kurang Efisien
95 ≤ x < 100
50
Cukup Efisien
90 ≤ x < 95
75
Efisien
0 ≤ x < 90
100
41
Sumber : Per.Men KUKM RI, No:14/Per/M.KUKM/XII/200956 6. Hakikat Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) a. Pengertian BMT BMT adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan bayt al-mal wa at-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usahausaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dengan kegiatan mendorong menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Selain itu, BMT juga dapat menenrima titipan zakat, infak, dan sedekah, serta menyalurkannya sesuai dengan peraturan dan amanatnya. BMT merupakan lembaga ekonomi atau lembaga keuangan syariah nonperbankan yang bersifat informal karena lembaga ini didirikan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat.57 Baitul maal dikembangkan berdasarkan sejarah perkembanganya, yakni dari masa Nabi sampai abad pertengahan perkembangan Islam. Pada masa Nabi dahulu Baitul maal berfungsi untuk mengumpulkan sekaligus mentasyarufkan dana sosial. Sedangkan baitu
tamwil
merupakan
lembaga
bisnis
yang
bermotif
laba/keuntungan. Secara konseptual BMT merupakan suatu lembaga yang didalamnya mencangkup dua jenis kegiatan sekaligus yaitu :
56
Per.Men KUKM RI Nomor : 14/Per/M.KUKM/XII/2009,...,hal 15 diakses pada
28/11/2016 57
A. Djazuli, dkk., Lembaga-lembaga Perekonomian Umat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 183
42
1. Bait
at-tamwil
(bait artinya
rumah, at-tamwil
artinya
pengembangan harta) melakukan kegiatan pengembanagn usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. 2. Bait al-mal (bait artinya rumah, maal artinya harta) menerima titipan dana zakat, infak, dan sedekah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.58 Sebagai lembaga usaha yang mandiri, BMT memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Berorientasi bisnis, yaitu memiliki tujuan untuk mencari laba bersama dan meningkatkan pemanfatan segala potensi ekonomi sebanyak-banyakanya bagi para anggota dan lingkungannya. 2. Bukan merupakan lembaga sosial, tetapi dapat dimanfaatkan untuk mengelola dana sosial umat, seperti zakat, infak, sedekah, hibah, dan wakah. 3. Lembaga ekonomi umat yang dibangun dari bawah secara swadaya yang melibatkan peran serta masyarakat sekitarnya. 4. Lembaga ekonomi milik bersama antara kalangan masyarakat bawah dan kecil serta bukan milik perorangan atau kelompok tertentu di luuar masyarakat sekitar BMT. 59 58
M. Amin Aziz, Pedoman Penulisan BMT (Baitul Maal wat Tamwil), (Jakarta: Pinbuk Press, 2004), hal. 1
43
Negara Indonesia mayoritas merupakan umat Islam akan teapi jika dilihat dari segi ekonomi, umat Islam masih tertinggal dari umat minoritas. Sebenarnya umat Islam memiliki potensi yang besar, baik dari segi religi, kuantitas, maupun aset, tetapi pengelolaaanya belum optimal. Oleh sebab itu, beberapa langkah berikut ini penting untuk diagendakan sebagai formula solusi: 1) Optimalisasi penggalangan aset umat, baik komersial maupun nonkomersial, 2) Optimalisasi pengelolaan dan pemberdayaan aset umat dalam kegiatan-kegiatan ekonomi produktif. 3) Aktualisasi dan
sosialisasi
etos
kerja
nasional,
kerja
sama,
mental
kewirausahawan ekonomi produktif dan etika bisnis yang bersumber nilai-nilai normatif yurisprudensi Islam.60 BMT diyakini sebagai wahana yang dinilai strategis untuk upaya pemberdayaan umat. Mengingat kelemahan umat Islam sebagai pelaku ekonomi disebabkan oleh faktor ketidakmampuan masyarakat dalam mengakses lembaga-lembaga keuangan yang telah ada. Padahal aktivitas BMT sebagai lembaga keuangan mikro syariah terbukti telah mampu memberikan konstribusi yang besar dalam pengembangan usaha mikro dan kecil. Dengan adanya BMT usaha mikro kecil akan mendapatkan suntikan dana tanpa bunga besar yang memberatka para pengusaha mikro kecil. Selain memberikan suntikan dana BMT juga memberikan binaan bagi 59 60
Ridwan, Manajemen Baitul Maal,..., hal. 24 Ibid.,
44
para pengusaha mikro kecil untuk perkembangan usahanya. Malahan di beberapa daerah BMT telah ditempatkan dalam posisi strategis sebagai ujung tombak dalam pengentasan kemiskinan. Oleh karenanya BMT bisa menjadi bagian dari strategi nasional dalam menyediakan akses keuangan kepada keluarga miskin dan pengusaha mikro secara efektif dan berkelanjutan. b. Badan Hukum Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) Badan Hukum BMT dapat dikategorikan sebagai koperasi syariah, yaitu lembaga yang berfungsi untuk menarik, mengelola, dan menyalurkan dana dari, oleh, dan untuk masyarakat. Oleh karena itu BMT dapat disebut sebagai lembaga swadaya ekonomi umat yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat. BMT dapat didirikan dalam bentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) atau Koperasi: a. KSM adalah Kelompok Swadaya Masyarakat dengan mendapat suarat keterangan oprasional dan PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil), b. Koperasi serbaussaha atau koperasi syariah, c) Koperasi simpan pinjam syariah (KSP-S).61 Penggunaan Badan Hukum KSM dan Koperasi untuk BMT disebabkan BMT tidak termasuk dalam lembaga keuangan formal yang dijelaskan UU Nomr 7 Tahun 1992 dan UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Belum ada landasan hukum yang memadai bagi beroperasinya BMT di Indonesia, walaupun
61
Ibid., hal. 26
45
beberapa BMT mengambil bentuk hukum koperasi, namun hal ini masih bersifat pilihan, dan bukan keharusan. Untuk BMT yang berbadan hukum koperasi, maka UU No 2 Tahun 1992 tentang Koperasi. dapat dijadikan landasan untuk menentukan hak dan kewajiban, organ , namun untuk BMT yang tidak berbadan hukum, maka tidak jelas ada pemisahan harta kekayaan pendiri dengan BMT, hal ini akan menyulitkan dari segi pertanggungjawab, hak, kewajiban dan wewenanga Pendiri dan Pengurus. Dalam hal BMT jatuh pailit. c. Perbandingan antara Koperasi Syariah dengan BMT Koperasi Jasa Keuangan Syariah hampir sama dengan BMT karena keduanya sama-sama menjalankan sistem koperasi berbasis syariah, namun ketika melihat pada sistemnya secara utuh pada dasarnya terdapat perbedaan antara keduanya. KJKS memfokuskan pelaksanaan pada hal pengelolaan dana masyarakat yang menggunakan sistem keuangan syariah. Adapun penyebutan KJKS sebaiknya perlu mengetahui terlebih dahulu Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Mengan RI Nomor:91/Kep/IV/KUKM/IX/2004 tentang petunjuk pelaksanaan kegiatan usaha koperasi jasa keuangan syariah KJKS yang mana memberikan pengertian bahwa koperasi simpan pinjam syariah atau KJKS adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak
46
dibidang pembiayaan investasi dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah). KJKS hanya melakukan kegiatan perkoperasian dengan menggunakan sistem syariah tanpa disertai dengan pengelolaan dana ZIS, berbeda halnya dengan BMT sebagaiamana yang dijelaskan diatas, yang mana dalam satu lembaganya menjalankan dua manajemen keuangan yaitu pengelolaan ZIS dan koperasi syariah. Sehingga perbedaan antara keduanya terdapat pada pengoperasian lembaganya. Apabila dalam satu lembaganya menjalankan dua manajemen sekaligus berarti Baitul Maal dan Baitul Tamwil, maka koperasi syariah tersebut dinamakan BMT, sedangkan lembaganya hanya menjalankan jasa keuangan simpanpinjam yang menggunakkan sistem syariah maka hanya disebut dengan KJKS karena dalam prakteknya tidak mengelola ZIS. Jadi dapat disimpulkan bahwa semua BMT adalah KJKS namun tidak semua KJKS adalah BMT. Perbedaan koperasi syariah dengan koperasi konvensional didasarkan pada UU no 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian dapat dilihat pada tabel berikut :
47
Tabel 2.5 Perbedaan Koperasi Syariah dengan Koperasi Konvensional No. Perbedaan 1 Pengembalian Pembiayaan a. Penentuan besarnya hasil’ b. Yang ditentukan sebelumnya
2. 3.
4.
Koperasi Konvensional Bunga
Koperasi Syariah Bagi Hasil
Sebelum transaksi
Sesuadah ada keuntungan
Bunga. Besarnya nilai Menyepakati proporsi bagian rupiah yang ditawarkan pembagian keuntungan untuk masing-masing pihak c. Jika terjadi Ditanggung si peminjam Ditanggung kedua belah kerugian saja pihak, si peminjam dan d. Sumber lembaga keuangan perhitungan Dari dana yang Dari untung yang akan e. Titik perhatian dipinjamkkan, fixed, tetap diperoleh, besarnya belum proyek usaha Besarnya bunga harus tentu f. Besarnya dibayar si peminjam Keberhasilan proyek/ usaha perhitungan Pasti : dalam presentase (%) jadi perhatian bersama dikalikan jumlah Belum diketahui : proporsi peminjaman yang telah presentase (%) dikalikan pasti jumlah untung yang belum diketahui dan baru diperkirakan pengawasan kinerjanya dan syariah Aspek pengawasan Pengawasan kinerja Pengawasan kinerjanya dan syariah Penyaluran produk Memberikan sistem kredit Tidak mengkreditkan barangbarang atau uang barangnya, melainkan menjual secara tunai Fungsi sebagai Tidak menjadikan usahanya Menjadaikan usahanya lembaga zakat sebagai penerima dan sebagai penerima dan penyalur zakat penyalur zakat
Sumber : Jurnal Ismaya, et.al. t.t62 d. Penilaian Kinerja Keuangan BMT Penilaian kinerja keuangan pada koperasi didasarkan pada Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No.96/Kep/M.KUKM/IX/2004
62
Fauzia Ratih Ismaya, dkk, “Analisis Kesehatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Menggunakan Metode Camel Pada Baituttamwil Tamzis Wonosobo”. dalam http//:ejournals1.undip.ac.id/index.php/jiab/article/download/4173/404.pdf hal.5 diakses pada 27/12/2016
48
tentang Pedoman Standar Operasional Manajemen Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi pasal 33 mengenai Pengukuran kinerja KSP/USP Koperasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 huruf f (pengukuran kinerja KSP/USP) meliputi aspek permodalan, likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No.96/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Pedoman Standar Operasional Manajemen Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi ini bertujuan untuk memberikan panduan bagi pengelola KSP/USP Koperasi dalam menjalankan kegiatan operasional usaha simpan pinjam. Sasaran dari penyusunan Standar Operasional Manajemen ini adalah sebagai berikut : 1. Terwujudnya pengelolaan KSP/USP Koperasi yang sehat dan mantap melalui sistem pengelolaan yang profesional sesuai dengan
kewajiban usaha simpan Pinjam; 2.
Terwujudnya pengelolaan KSP/USP Koperasi yang efektif dan efisien; 3. Terciptanya pelayanan yang prima kepada anggota, calon anggota,
koperasi lain dan atau anggotanya. Saat ini
penilaian kinerja keuangan untuk KJKS/UJKS diperbarui dengan adanya Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah
Republik
Indonesia
No.14/Per/M.Kukm/Xii/2009
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah No. 20/Per/M.Kukm/Xi/2008 Tentang
49
Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam Dan Unit Simpan Pinjam Koperasi. Kesehatan KJKS dan UJKS Koperasi adalah kondisi atau keadaan koperasi yang dinyatakan sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat.63 Penilaian kesehatan KJKS/UJKS koperasi, meliputi penilaian terhadap aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, jatidiri koperasi, dan prinsip syariah. Penilaian terhadap aspek-aspek tersebut diberikan bobot penilaian sesuai dengan
besarnya
yang
berpengaruh
terhadap
kesehatan
KJKS/UJKS koperasi tersebut. Penilaian dilakukan dengan menggunakan sistem nilai kredit atau reward system yang dinyatakan dengan nilai kredit 0 sampai dengan 100.64 7. Hakikat Laporan Keuangan BMT Laporan
keuangan
merupakan
suatu
informasi
yang
menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat
dijadikan sebagai gambaran kinerja
keuangan perusahaan tersebut.65 Perintah pencatatan dari seluruh transaksi telah dinyatakan dalam QS. Al-Baqarah: 282
63
Per.Men KUKM RI Nomor: 35.3/Per/M.KUKM/X/2007,...,hal. 3 Ibid., hal. 9 65 Fahmi, AnalIsis Laporan Keuangan,..., hal. 2 64
50
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya”. Laporan merupakan
keuangan yang diterbitkan oleh lembaga koperasi
hasil
proses
menyajikan informasi
akuntansi
keuangan
yang
dimaksudkan
untuk
yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan berbagai pihak ekstern. Akuntansi KJKS dan UJKS Koperasi ini mengacu kepada Pedoman Umum Akuntansi Koperasi yang diterbitkan oleh Kantor Menegkop dan UKM Republik Indonesia pada
tahun
2001. Pedoman umum yang dimaksud
diterjemahkan dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 tentang Akuntansi Perkoperasian yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia pada tahun 1998 dan diperbaharui pada tahun 2002. Oleh karena itu, Pedoman Umum PSAK No. 27 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Pedoman Akuntansi KJKS dan UJKS Koperasi ini.66 Pedoman umum mengarahkan
agar akuntansi koperasi
dilaksanakan berdasarkan nilai, norma dan prinsip-prinsip koperasi dan proses akuntansi KJKS dan UJKS Koperasi harus sejalan dengan pedoman tersebut, disesuaikan dengan karakteristik KJKS dan UJKS
66
Standar Operasional Prosedur Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi, hlm. 202 dalam http://smecda.com/wpcontent/uploads/2015/11/PERMEN-2007-standard-operating-procedur-kjks-ujks-koperasi.pdf diakses pada 19/10/2016
51
Koperasi. Selain itu, Akuntansi untuk KJKS dan UJKS Koperasi juga berpedoman pada Keputusan Menteri Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor: 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah.67 Laporan keuangan biasanya terdiri dari beberapa laporan seperti neraca, laporan laba rugi (laporan SHU kalau dalam koperasi), laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infaq dan Shadaqah, serta laporan lainnya sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Disamping itu laporan keuangan disajikan bertujuan untuk Pengguna laporan keuangan KJKS dan UJKS Koperasi: a. shahibul maal/pemilik dana; b. pihak-pihak yang memanfaatkan dan menerima penyaluran dana; c. pembayar zakat, infak dan shadaqah; d. anggota Koperasi Jasa Syariah; e. otoritas pengawasan; f. Kementerian Koperasi/Dinas yang membidangi Koperasi; g. Pemerintah; h. masyarakat.68 Fungsi Laporan Keuangan KJKS dan UJKS Koperasi yang disusun harus berfungsi sebagai: a. Bagian dari laporan pertanggungjawaban pengurus selama satu periode akuntansi, sehingga dapat dipakai sebagai bahan untuk menilai hasil kerja dan prestasi Koperasi;
67 68
Ibid., hal. 202 Ibid., hal. 207
52
b. Bagian dari sistem
pelaporan
keuangan
KJKS
atau UJKS
Koperasi yang ditujukan untuk pihak eksternal; 1) Mengetahui prestasi KJKS atau UJKS Koperasi yang bertugas memberikan pelayanan kepada anggota selama satu periode; 2) Mengetahui sumber daya ekonomis yang dimiliki KJKS atau UJKS Koperasi, kewajiban
dan
kekayaan bersih (ekuitas) KJKS atau UJKS
Koperasi; 3) Mengetahui besarnya promosi ekonomi anggota yang dihasilkan oleh Koperasi selama satu periode; 4) Mengetahui transaksi/kejadian dan keadaan yang mengubah sumber daya ekonomis, kewajiban dan kekayaan bersih dalam satu periode; 5) Mengetahui informasi penting lainnya untuk mengetahui keadaan keuangan jangka pendek dan jangka panjang (likuiditas dan solvabilitas)
serta
prestasi KJKS atau UJKS Koperasi dalam
melayani anggota.69
B. Kajian Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu berfungsi untuk memberikan gambaran dan penjelasan singkat terhadap kerangka berfikir dalam pembahasan ini. Imawati, et.al70 Melakukan penelitian
yang bertujuan untuk
mengetahui Pengaruh Current Ratio, Total Asset Turnover, dan Debt To
69
Ibid., hal. 207-208 Ratna Dwi Imawati, Yuli Soesetio dan Fadia Zen, “Pengaruh Current Ratio, Total Asset Turnover, dan Debt To Asset Ratio terhadap Rentabilitas Ekonomi Koperasi Wanita di Kota Malang Tahun 2010”. Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan hal. 161 Dalam http://fe.um.ac.id/wp-content/uploads/2013/02/JEPS-Ed.-4.Vol.-2-Nov-2012.pdf. Diakses pada tanggal 20/11/2016 70
53
Asset Ratio terhadap Rentabilitas Ekonomi Koperasi Wanita di Kota Malang Tahun 2010. Variabel
independen yang
digunakan
adalah
Current Ratio, Total Asset Turnover, dan Debt To Asset Ratio sedangkan variabel dependen ialah Rentabilitas. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan uji hipotesis menggunkan uji t dan uji F. Hasil penelitian menyebutkan bahwa variabel current ratio tidak berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi pada Koperasi Wanita. Variabel total asset turnover berpengaruh positif terhadap rentabilitas ekonomi pada Koperasi Wanita dan variabel debt to asset ratio berpengaruh negatif terhadap rentabilitas ekonomi pada Koperasi Wanita. Jiasti71, melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui Analisis Pengaruh Current Ratio, Quick Ratio, Receivable Turnover, Dan Cash Turnover Terhadap Laba Usaha Kopersemar 2007-2009. Variabel independen yang digunakan adalah Current Ratio, Quick Ratio, Receivable Turnover, Dan Cash Turnover. Sedangkan variabel dependen ialah Laba Usaha. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis regresi menunjukkan bahwa baik secara parsial maupun simultan memiliki pengaruh positif dan signifikan antara Rasio Lancar (CR), Rasio Cepat (QR), Perputaran Piutang (RTO) dan Perputaran Kas (CTO) untuk laba usaha pada koperasi Kopersemar. Secara bersamaan pula dicatat bahwa rasio keuangan adalah rasio lancar (CR), rasio cepat (QR), perputaran piutang (RTO), omzet kas (CTO) ada pengaruh positif dan signifikan
71
Jiasti, “Analisis Pengaruh Current Ratio...
54
terhadap
pendapatan
operasional
bersama-sama
pada
koperasi
Kopersemar, dengan kontribusi sebesar menjadi 56,4%. Dengan persentase sebesar 56,4% berarti bahwa keempat variable independen memiliki pengaruh yang baik terhadap hasil laba usaha koperasi. Prayitno72, melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh Likuiditas, Efektivitas Modal Kerja, Leverage Terhadap ROA Dan ROE Pada Kpri Di Kabupaten Lamongan. Variabel independen yang digunakan adalah Likuiditas, Efektivitas Modal Kerja, Leverage. Sedangkan variabel dependen ialah ROA Dan ROE. Metode analisis yang digunakan adalah uji hipotesis menggunkan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menyebutkan bahwa variable likuiditas, efektivitas modal kerja, leverage secara bersama berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap ROA dan variable likuiditas, efektivitas modal kerja, leverage secara bersama tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap ROE, namun secara individu variable likuiditas, efektivitas modal kerja berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. Variabel leverage berpengaruh secara negative dan signifikan terhadap ROA. Variable likuiditas, efektivitas modal kerja berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap
ROE. Variabel leverage berpengaruh secara
negatif dan signifikan terhadap ROE.
72
Dwi Hari Prayitno, “Pengaruh Likuiditas, Efektivitas Modal Kerja, Leverage Terhadap ROA Dan ROE Pada Kpri Di Kabupaten Lamonga”, Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi Volume I No. 1, Februari 2016 hal. 22-23 dalam http://ejournal.stiesia.ac.id/jira/article/downloadsuppfile/307/175.pdf Diakses pada tanggal 20/11/2016.
55
Studi yang dilakukan oleh Dewi et.al73 bertujuan untuk memperoleh temuan ekspansif yang teruji tentang pengaruh LDR, LAR, DER dan CR terhadap ROA. Variabel independen adalah LDR, LAR, DER
dan
penelitian
CR. Sedangkan variabel dependen adalah ROA. Metode yang digunakan adalah regresi
linier berganda
yang
menunjukkan hasil bahwa ada pengaruh positif dan signifikan LDR terhadap ROA, ada pengaruh positif dan signifikan LAR terhadap ROA, ada pengaruh negatif dan signifikan DER terhadap
ROA,
dan ada
pengaruh negatif dan signifikan CR terhadap ROA. LDR, LAR, DER, dan CR berpengaruh secara simultan terhadap ROA. Ikhsan74, melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh Rentabilitas Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Di Jawa Tengah. Variabel independen yang digunakan Current Ratio (likuiditas), Debt To Total Assets (solvabilitas), BOPO (Efesiensi pengendalian biaya), dan (Size Ukuran Koperasi). Sedangakn variabel dependen yang digunakan ROA sebagai economic rentability. Metode analisis data ang digunakan adalah descriptive statistics dan multiple regression. Hasil penelitian dengan menggunakan regresi berganda menunjukkan bukti empiris bahwa variabel solvabilitas, efisiensi pengendalian biaya dan size berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas
73
Ni Kadek Venimas Citra Dewi, Wayan Cipta dan I Ketut Kirya, “Pengaruh LDR, LAR, DER dan CR Terhadap ROA” E-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen Vol. 3 Tahun 2015, dalam http://download.portalgaruda.org/article.php?article=304585&val=1350&title=Pengaruh%20LDR, %20LAR,%20DER%20dan%20CR%20Terhadap%20ROA, diakses pada 20/12/2016 74 Ikhsan dan Solikha, “Analisis Rentabilitas ...
56
ekonomi koperasi. Variabel likuiditas tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas ekonomi koperasi. Hasil pengujian bersama atas variabel likuiditas, solvabilitas, efisiensi pengendalian biaya dan size terhadap rentabilitas ekonomi koperasi dapat dibuktikan. Murtizanah75, melakukan penelitian yang beertujuan untuk menganalisis pengaruh Rasio Likuiditas Dan Rasio Aktivitas Terhadap Profitabilitas Pada KPRI MAKMUR Krian. Variabel independen yang digunakan ialah Current Ratio dan Asset Turn Over. sedangkan variabel dependen ialah ROA. Sedangkan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi linier berganda. Hasil Estimasi data dengan analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel rasio likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel profitabilitas koperasi, variabel rasio aktivitas berpengaruh positif
dan
signifikan terhadap profitabilitas koperasi, dan secara
bersama-sama rasio likuiditas dan rasio aktivitas berpengaruh terhadap profitabilitas koperasi. Novyanti76,
melakukan
penelitian
yang
beertujuan
untuk
menganalisis pengaruh Current Ratio, Total Debt to Equity Ratio, Return on Equity, terhadap Besarnya SHU Pada Koperasi Bina Utama Jaya Pasir Pengaraian. Variabel independen yang digunakan CR, DER, ROE. Sedangan variabel dependen adalah ROA. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda . Hasil dari pengujian dalam 75 76
Murtizanah , et.al, “Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas ... Novyanti,”Analisis Pengaruh Rasio ...
57
penelitian ini menunjukkan bahwa baik secara parsial maupun secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan antara rasio keuangan yaitu Total Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE) dengan besarnya SHU Koperasi Bina Utama Jaya kecuali Current Ratio tidak terdapat pengaruh secara parsial terhadap besarya SHU. Secara simultan ketiga rasio keuangan yaitu Current Ratio (CR), Total Debt to Equity Ratio
(DER), dan Return on Equity (ROE) terdapat pengaruh
yang
signifikan secara simultan terhadap besarnya SHU pada Koperasi Bina Utama Jaya, dengan kontribusi sebesar 28,09%. Nilai kontribusi sebesar 28,09% artinya bahwa terdapat tingkat hubungan sebesar 28,09% antara CR, DER, ROE terhadap besarnya SHU. Hadi77, melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui analisis rasio keuangan yang mempengaruhi pertumbuhan Sisa Hasil Usaha (SHU) Kpri Dewantara Di Kabupaten Jember. Variabel independen yang digunakan adalah CR, DR, NPM, dan Inventory Turnover. Sedangkan
variabel
dependen
ialah
SHU.
Hasil
penelitian
ini
menggunakan alat analisis regresi linier berganda menunjukan bahwa secara parsial, Rasio Lancar (Current Ratio), Rasio Hutang (Debt Ratio) Rasio Laba Bersih (Net Profit Margin), dan Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan SHU KPRI Dewantara.
77
Muhamad Danar Hadi, “Analisis Rasio Keuangan Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Sisa Hasil Usaha (Shu) Kpri DewantaraDi Kabupaten Jember”. hal 8. Dalam http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/6861/Muhammad%2520Danar%2520Had i%2520-%252009081020207.pdf Diakses pada 09/10/2016
58
Fahrudin78, melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio Dan Loan To Deposit Ratio Terhadap Return On Asset Pt Bank Syariah Mandiri Tbk. Periode 2001-2013. Variabel independen yang digunakan adalah CAR Dan LDR. Sedangkan variabel dependen ialah ROA. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian menyebutkan bahwa 1) CAR negatif dan tidak siginifikan secara statistik terhadap ROA. 2) LDR negatif dan signifikan secara statistik terhadap ROA. 3) Sedangkan secara bersama-sama dengan tingkat signifikansi 5% menunjukkan CAR dan LDR signifikan secara statistik terhadap ROA. Wibowo, et.al79, melakukan penelitian yang beertujuan untuk menganalisis pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, NPF Terhadap Profitabilitas Bank Syariah. Variabel independen yang digunakan CAR, BOPO, NPF, Inflasi dan BI rate. Sedangkan variabel dependen yang digunakan ROA. Metode analisis data yang digunakan adalah pengujian asumsi klasik, analisis regresi berganda, dan uji hipotesis. Hasil analisis data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh signifikan negative terhadap ROA sedangkan variable CAR, NPF, Inflasi dan Suku Bunga tidak berpengaruh. Secara bersama-sama variabel CAR, NPF, BOPO, Bunga dan Inflasi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap ROA. 78
Moh. Andrew Fahrudin, “Pengaruh Capital Adequacy Ratio Dan Loan To Deposit Ratio Terhadap Return On Asset Pt Bank Syariah Mandiri Tbk. Periode 2001-2013”. Hal. 16 Dalam http://repo.iain-tulungagung.ac.id/1640/1ISI%2520BAB%252012345,doc Diakses pada tanggal 01/10/2016 79 Wibowo, et.al “Analisis Pengaruh Suku Bunga...
59
Fadlilah80, melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui analisis pengaruh Likuiditas, Struktur Modal, Dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Pada Bank Syari’ah Mandiri. Variabel independen yang digunakan adalah LDR, CAR, BOPO. Sedangkan variabel dependen ialah ROA. Metode yang digunakan dalam peneltian ini, menggunakan regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan variabel LDR tidak berpengaruh dengan nilai t hitung 0.358 dan taraf signifikansi 0.723 > 0.05, Variabel CAR tidak berpengaruh dengan nilai thitung -0.607 dan taraf signifikansi 0.548 > 0.05, dan variabel BOPO berpengaruh negatif dengan nilai thitung -26.125 dan taraf signifikansi 0.000 < 0.05. Namun secara simultan variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen dengan nilai F hitung sebesar 268.210 dan tingkat signifikansi 0.000. Andriani81, melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh Financing to Deposit Ratio, Debt to Asset Ratio dan Tingkat Pendapatan Operasional Terhadap Profitabilitas (ROA) PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Periode 2006 sampai dengan To 2014”. Variabel independen yang digunakan adalah FDR, DAR, Pendapatan Operasional. Sedangkan variabel dependen ialah ROA.Hasil penelitian dengan analisis regresi liner berganda menunjukkan FDR berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap ROA. Sedangkan DAR dan Pendapatan 80
Nur Fadlilah, “Analisis Pengaruh ... Farida Andriani, “Pengaruh Financing to Deposit Ratio, Debt to Asset Ratio dan Tingkat Pendapatan Operasional Terhadap Profitabilitas (ROA) PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk Periode 2006 sampai dengan To 2014” hal 12 Dalam http://repo.iain-tulungagung.ac.id/3558/ Diakses pada tanggal 01/10/2016 81
60
Operasional memberikan pengaruh dan signifikan secara statistik terhadap ROA Hubungan pengaruhnya bersifat negatif. Pada pengujian secara serentak pada ketiga variabel independen hasilnya menunjukkan bahwa kedua variabel secara serentak memberikan pengaruh dan signifikan secara statistik terhadap profitabilitas ROA. Utomo82, melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Lembaga Keuangan Syariah (Studi Kasus Koperasi Syariah BMT Al-Fath Tarakan). Variabel Independen CAR, KAP, NPM, ROA, BOPO, FDR dan Cash Ratio sedangkan Variabel Dependen Pertumbuhan Laba SHU. Hasil penelitian
dengan
menggunakan
analisis
regresi
linier
berganda
menunjukkan nilai F hitung sebesar 5,505 dengan P value sebesar 0,004. Hal ini berarti nilai P value kurang dari 0,05 yang menunjukkan bahwa variabel CAR, KAP, NPM, ROA, BOPO, FDR dan Cash Ratio secara besama-sama mempunyai pengaruh terhadap Kinerja. Variabel NPM dan FDR secara parsial berpengaruh terhadap Kinerja. Sedangkan variabel yang lain secara parsial tidak berpengaruh terhadap Kinerja. Muh. Sabir et.al83, melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
Pengaruh
Rasio
Kesehatan Bank
terhadap
Kinerja
Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia. 82
Mohamad Nur Utomo, “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Lembaga Keuangan Syariah ( Studi Kasus Koperasi Syariah BMT Al-Fath Tarakan )”. Hal 22 dalam https://www.researchgate.net/profile/Mohamad_Nur_Utomo/publication/282209092_Pengaruh_R asio_Keuangan_Terhadap_Pertumbuhan_Laba_Lembaga_Keuangan_Syariah_Studi_Kasus_koper asi_Syariah_BMT_Al-Fath_Tarakan/links/5607a93808ae8e08c0927576.pdf diakses pada 30/10/2016 83 Muh. Sabir, “Pengaruh Rasio Kesehatan ...
61
Variabel independen adalah CAR, BOPO, NOM, NPF. Sedangkan variabel Dependen adalah ROA dan ROE. Metode data dianalisis dengan menggunakan model regresi berganda dan uji beda. Hasil uji menunjukkan bahwa CAR tidak berpengaruh terhadap ROA,
BOPO
berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap ROA, NOM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, NPF tidak berpengaruhterhadap ROA dan FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Syariah
di
Indonesia. Dan pengaruh Rasio Kesehatan bank
terhadap kinerja keuangan Bank Konvensional di Indonesia adalah CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, BOPO berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA, NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA dan LDR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA pada Bank Konvensional di Indonesia. Mitasari,84 melakukan penelitian untuk menguji pengaruh variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Umum yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen adalah CAR, NPL, NIM, BOPO, LDR. Sedangkan variabel dependen adalah ROA. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier 84
Dwihilda Rezha Mitasari, “Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Loan To Deposite Ratio, Net Interest Margin Dan Bopo Terhadapa Tingkat Profitabilitas Bank (Studi Pada Bank Umum Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia), Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Volume 2 Nomor 2 Dalam http://id.portalgaruda.org/index.php?ref=browse%mod=viewarticle&article=189896 Diakses Pada
62
berganda, dan uji hipotesis menggunakan t statistik
untuk menguji
koefisien regresi parsial, Dari hasil analisis menunjukkan bahwa BOPO, NPL, NIM dan LDR secara parsial berpengaruh signifikan terhadap ROA sedangkan CAR tidak berpengaruh terhadap ROA pada Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009-2013) pada level of signifikan 5%. Aini85, bertujuan untuk menguji pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)
dan
Kualitas
Aktiva Produktif (KAP) terhadap Perubahan
Laba, pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen adalah CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO, KAP. Sedangkan variabel dependen adalah ROA. Teknik analisis yang digunakan adalah Analisa data dengan regresi linier berganda berbasis OLS (Ordinary Least Squerst). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel CAR mempunyai pengaruh terhadap Perubahan Laba dengan dengan nilai signifikansi 0,011,
NIM
tidak
Perubahan Laba dengan signifikansi 0,306,
berpengaruh terhadap
LDR
berpengaruh tidak
signifikan terhadap Perubahan Laba pada 0,895, NPL berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Perubahan Laba pada 0,188, BOPO berpengaruh
85
Nur Aini, “Pengaruh CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO, Dan Kualitas Aktiva Produktif terhadap Perubahan Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI) Tahun 2009–2011” Jurnal Dinamika Akuntansi, Keuangan Dan Perbankan, Mei 2013, Halaman: 14–25 Volume 2, Nomor 1 Dalam http://id.portalgaruda.org/index.php?ref=browse%mod=viewarticle&article=15472 Diakases Pada 02/02/2017
63
negatif signifikan terhadap Perubahan Laba pada 0,044 dan KAP berpengaruh signifikan pada 0,009. Bernadin86 untuk mengetahui Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) Terhadap Return On Assets (ROA)
pada
Bank BJB yang terdaftar
di
BEI
dengan
periode
pengamatan tahun 2009–2015. Variabel independen adalah CAR dan LDR. Sedangkan variabel dependen adalah ROA. Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah menggunakan metode dekskriptif dan metode verifikatif dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan analisis Regresi Berganda. Hasil pada penelitian ini menyatakan bahwa secara parsial menunjukkan bahwa CAR berpengaruh signifikan terhadap ROA,artinya
menunjukan kebenaran terhadap faktual dari Bank BJB
dimungkinkan dengan meningkatnya kualitas dari CAR akan menjadi pengaruh terhadap meningkatnya laba yang ditunjukan oleh ROA dan LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA, bahwa peningkatan likuiditas tidak serta merta meningkatkan laba yang di analisa menggunakan ROA serta tidak berarti pengaruhnya. Selain itu secara simultan baik CAR dan LDR berpengaruh signifikan terhadap ROA. Manikam et.al87, Penelitian ini dilakukan untuk menguji faktorfaktor yang mempengaruhi profitabilitas yang diproksikan dengan rasio
86
Deden Edwar Yokeu Bernardin, “Pengaruh CAR Dan LDR Terhadap Return On Assets”, Ecodemica, Vol. Iv, No. 2, September 2016 Dalam Http://Ejournal.Bsi.Ac.Id/Ejurnal/Index.Php/Ecodemica Diakses Pada 02/02/2017 87 Johar Manikam, Muchamad Syafruddin, “Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM), Loan To Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL) Dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Persero Di Indonesia Periode 2005-2012” Diponegoro
64
Return On Asset (ROA), dengan variabel independen Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), BOPO, Net Interest Margin (NIM) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) sedangkan variabel dependen adalah ROA. Dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Berikut hasil uji menunjukkan bahwa 1) CAR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas bank persero. 2) Rasio NPL memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas bank persero. 3) Rasio Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BOPO) memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas bank persero. 4) Rasio NIM memiliki pengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas bank persero. 5) LDR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas bank persero. Latifah et.al88, melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) Dan Loan To Deposit Ratio (LDR) Terhadap Return On Asset (ROA) (Studi kasus pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Go Public di BEI) Periode 2009-2010). Variabel independen yang digunakan adalah CAR, NPL, LDR. Sedangkan variabel dependen adalah ROA. Metode analisis yang digunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan secara uji parsial variabel CAR tidak signifikan terhadap Journal Of Accounting Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013 Hal.1-10, Dalam Http://EjournalS1.Undip.Ac.Id/Index.Php/Accounting Issn (Online): 2337-3806 diakses pada 02/02/2017 88 Nurul Maulidya Latifah, Rodhiyah Saryadi “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) Dan Loan To Deposit Ratio(LDR) Terhadap Return On Asset (ROA) (Studi kasus pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Go Publicdi Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2010), Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis, dalam http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=74825 diakses pada 02/02/2017
65
ROA. Variabel NPL menunjukkan hubungan negatif dan signifikan terhadap ROA. Hubungan negatif pada NPL diartikan bahwa setiap kenaikan NPL mengakibatkan penurunan ROA. Dan variabel LDR tidak siginifikan terhadap ROA. Secara simultan variabel independen yang terdiri dari CAR, NPL, LDR, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Dari penelitian-penelitian terdahulu diatas terdapat beberapa perbedaan dan persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis, persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan salah satunya yaitu menganalisis rasio keuangan terhadap tingkat rentabilitas yang diukur dengan menggunakan Return On Asset (ROA). Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu dalam periode waktu penelitian, dimana periode penelitian ini dilakukan antara tahun 2013-2015, variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current Ratio (CR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Cost of Operating Ratio (COR) dan Return on Asset (ROA). Dan perbedaan yang terakhir mengenai tempat atau obek penelitian di Kopsyah BMT SAHARA Tulungagung. Secara ringkas, perbedaan yang dilakukan peneliti dengan penelitian-penelitian terdahulu dilihat pada tabel dibawah berikut ini : Tabel 2.6 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No
Peniliti (Tahun)
Variabel-variabel penelitian
Teknik analisis
Hasil Uji
66
1.
Aini (2013)
Independen: CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO dan KAP Dependen : Perubahan Laba (ROA)
regresi linier berganda berbasis OLS (Ordinary Least Squerst).
2
Bernadin (2016)
Independen : CAR dan LDR Dependen : ROA
Regresi berganda
3.
Dwi Hari Prayitno (2016)
Independent: Likuiditas (CR), Efektivitas Modal Kerja (TOR), dan Leverage (DER) Dependent: ROA Dan ROE
regresi berganda
4.
Edhi Satriyo Wibowo, Muhammad Syaichu (2013)
.Independen : CAR, BOPO, NPF, Inflasi dan BI rate. Dependen : ROA.
Analisis regresi linier berganda
CAR mempunyai pengaruh terhadap Perubahan Laba , NIM tidak berpengaruh terhadap Perubahan Laba, LDR berpengaruh tidak signifikan terhadap Perubahan Laba. NPL berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Perubahan Laba, BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap Perubahan Laba dan KAP berpengaruh signifikan Uji t : CAR berpengaruh signifikan terhadap ROA, LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA Uji f : secara simultan baik CAR dan LDR berpengaruh signifikan terhadap ROA. Uji t: variabel CR, TOR berpengaruh secara negatef dan tidak signifikan terhadap ROA. variabel DER berpengaruh secara negative dan signifikan terhadap ROA. Variabel CR, TOR berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap ROE. Variabel DER berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap ROE. Uji f: variabel CR, TOR, dan DER secara bersama berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap ROA dan variabel CR, TOR, dan DER secara bersama tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap ROE. Uji t: BOPO berpengaruh negatif & signifikan, terhadap ROA. Sedangkan CAR, NPF, INFLASI, dan Bunga tidak berpengaruh terhadap ROA Uji f: variabel CAR, NPF, BOPO, Bunga dan Inflasi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap ROA.
67
5.
Farida Andriani (2016)
Independent: Financing to Deposit Ratio, Debt to Asset Ratio dan Tingkat Pendapatan Operasional Dependent: Profitabilitas (ROA)
regresi liner berganda
6.
Fiska Jiasti (2010)
Independent: Current Ratio, Quick Ratio, Receivable Turnover, Dan Cash Turnover Dependent: Laba Usaha
analisis regresi
7.
Latifah et.al (2011)
Independen: CAR, NPL, LDR Dependen: ROA
Analisis regresi linier
8.
Manikam et.al (2013)
Independen : CAR, NPL, BOPO, NIM dan LDR sedangkan Dependen : ROA.
analisis regresi linier berganda
Uji t: FDR berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap ROA. DAR dan Pendapatan Operasional berpengaruh signifikan secara statistik terhadap ROA Hubungan pengaruhnya bersifat negatif. Uji f: ketiga variabel independen berpengaruh dan signifikan secara statistik terhadap profitabilitas (ROA). Secara parsial maupun simultan memiliki pengaruh positif dan signifikan antara Rasio Lancar (CR), Rasio Cepat (QR), Perputaran Piutang (RTO) dan Perputaran Kas (CTO) untuk laba usaha pada koperasi Kopersemar. Secara bersamaan pula dicatat bahwa rasio keuangan adalah rasio lancer (CR), rasio cepat (QR), perputaran piutang (RTO), omzet kas (CTO) ada pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan operasional Uji t : CAR tidak signifikan terhadap ROA. NPL negatif dan berpengaruh signifikan, LDR tidak signifikan terhadap ROA. Uji f : secara simultan variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA. CAR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas, Rasio NPL memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas, Rasio Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BOPO) memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas, Rasio NIM memiliki pengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas, LDR tidak memiliki pengaruh yang
68
signifikan profitabilitas
9.
Mitasari (2013)
Independen : CAR, NPL, NIM, BOPO, dan LDR Dependen : ROA
regresi linier berganda
10.
Moh Andre Fahrudin (2014)
Independent: Capital Adequacy Ratio Dan Loan To Deposit Ratio Dependent: Return On Asset
Regresi linier berganda
11.
Muhamad Danar Hadi (2013)
Regresi linier berganda analisis
12.
Murtizanah (2013)
Independent: Rasio Lancar (Current Ratio), Rasio Utang (Debt Ratio), Rasio Laba Bersih (Net Profit Margin), dan Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) Dependent: Pertumbuhan Sisa Hasil Usaha (SHU) Independen: CR dan Asset Turn Over Dependen: ROA
13.
Ni Kadek Venimas Citra Dewi, Wayan Cipta dan I Ketut Kirya (2015)
Independen: LDR, LAR, DER dan CR. Dependen: ROA.
Analsis regresi linier berganda.
Regresi linier berganda analisis
terhadap
BOPO berpengaruh negative dan signifikan terhadap ROA. NPL berpengaruh negative dan signifikan, NIM berpengaruh positif dan signifikan. dan LDR berpengaruh negative dan signifikan terhadap ROA sedangkan CAR tidak berpengaruh terhadap ROA. Ujit t: 1) CAR negatif dan tidak siginifikan secara statistic terhadap ROA. 2) LDR negatif dan signifikan secara statistik terhadap ROA. Uji f: secara bersama-sama dengan tingkat signifikansi 5% menunjukkan CAR dan LDR signifikan secara statistik terhadap ROA Uji t: Rasio Lancar (CR), Rasio Laba Bersih (NPM), dan Rasio Perputaran Persediaan (IT) tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan SHU KPRI Dewantara.
Uji t: CR dan Asset Turn Over berpengaruh positif terhadap ROA. Uji f: bersama-sama kedua variabel berpengaruh terhadap ROA. Uji t: (1)ada pengaruh positif dan signifkan secara parsial dari LDR terhadap ROA, (2) ada pengaruh positif dan signifikan secara parsial LAR terhadap ROA, (3) ada pengaruh negatif dan signifikan secara parsial DER terhadap ROA, dan (4) ada pengaruh negatif dan signifikan secara parsial CR terhadap ROA Uji f: ada pengaruh simultan
69
14.
Novyanti (2013)
Independen: Current Ratio (CR), Total Debt to Equity Ratio (DER), dan Return on Equity (ROE) Dependen: ROA
Analsis rgresi berganda
15.
Nur Fadlilah (2009)
Independent: Likuiditas, Struktur Modal, Dan Efisiensi Operasional Dependent: Profitabilitas
Regresi berganda
16.
Ratna Dwi Imawati, Yuli Soesetio dan Fadia Zen (2010)
Independent: Current Ratio, Total Asset Turnover, dan Debt To Asset Ratio Dependent: Rentabilitas (ROA)
Regresi berganda
17.
Sukardi Ikhsan & Badingatus Solikha (2011)
Independen: Current Ratio (likuiditas), Debt To Total Assets (solvabilitas), BOPO (Efesiensi pengendalian biaya), dan (Size Ukuran Koperasi). Dependen : ROA
multiple regression
dari LDR, LAR, DER, CR terhadap ROA Uji t: CR tidak berpengaruh yang positif dan signifikan terhadap ROA, sedangkan DER dan ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Uji f: Secara simultan ketiga rasio keuangan yaitu CR, DER, ROE terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap ROA Uji t: LDR tidak berpengaruh, CAR tidak berpengaruh ,BOPO berpengaruh negatif Uji f: variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen Uji t: Variabel current ratio tidak berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi, total asset turnover berpengaruh positif terhadap rentabilitas ekonomi, Variabel debt to asset ratio berpengaruh negatif terhadap rentabilitas ekonomi. Uji t: CR berpengaruh positif terhadap ROA, Debt To Total Assets berpengaruh negatif terhadap ROA, BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA, dan Size bepengaruh positif terhadap ROA Uji f: keempat variabel independen berpengaruh terhadap ROA
70
C. Kerangka Konseptual Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu mengenai pengaruh antar variabel independen (CR, CAR dan COR) dengan variabel dependen (ROA) di atas, maka kerangka konseptual penelitian ini adalah: Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian Current Ratio (X1)
H1
Capital Adequacy Ratio (X2)
H2
Cost of Operating Ratio (X3)
H3
Rentabilitas ROA (Y)
H4
Sumber: Kajian teoritik dan empirik yang relevan Keterangan: 1. Pengaruh variabel Current Ratio (X1) terhadap variabel Return On
Asset (Y) didasarkan pada teori yang dikemukakan oleh Prastowo dan Juliaty89, Weston dan Brigham90, Wild, at.al91, Simorangkir92, serta dalam kajian
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Imawati,
at.al,93 Murtizanah, etc.,94 Hadi95, Novyanti96 dan Jiasti97.
89
Prastowo dan Juliaty, Analasis Laporan Keuangan,..., hal 76 Weston dan Brigham, Dasar-dasar Manajemen,...,hal. 295 91 Wild, et.al, “Analisis Laporan Keuangan,..., hal. 188 92 Simorangkir, Pengantar Lembaga Keuangan,..., hal.158 93 Imawati, Soesetio, dan Zen, “Pengaruh Current Ratio... 94 Murtizanah, etc,. “Analisis Pengaruh Rasio... 95 Hadi, “Analisis Rasio Keuangan... 96 Novyanti,”Analisis Pengaruh Rasio ... 97 Jiasti, “Analisis Pengaruh Current Ratio... 90
71
2. Pengaruh variabel Capital Adequacy Ratio (X2) terhadap variabel Return On Asset (Y) didasarkan pada teori yang dikemukakan oleh Umam98, dan Sinungan99, serta dalam kajian penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fahrudin100, Muh. Sabir, et.al101 3. Pengaruh variabel Cost of Operating Ratio (X3) terhadap variabel Return On Asset (Y) didasarkan pada teori yang dikemukakan oleh Riyadi102, dan Rivai103, serta dalam kajian penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Farida104, Ikhsan105, Wibowo,et.al106, Utomo107 dan Anam108. 4. Pengaruh variabel Current Ratio (X1), Capital Adequacy Ratio (X2) dan Cost of Operating Ratio (X3) terhadap variabel Return On Asset (Y) didasarkan dalam kajian penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Anam109,Ikhsan110, Muh. Sabir, et.al111 dan Wibowo,et.al112.
98
Umam, Manajemen Bank syariah,..., hal. 250 Sinungan, Manajemen Dana Bank ,..., hal. 164-166 100 Fahrudin, “Pengaruh Capital Adequacy... 101 Muh. Sabir, “Pengaruh Rasio Kesehatan ... 102 Riyadi, Banking Asset dan Liabilit,,.., hal. 159 103 Rivai, Bank and Financial,...., hal. 720 104 Andriani, “Pengaruh Financing to Deposit Ratio... 105 Ikhsan, et.al.” Analisis Rentabilitas... 106 Wibowo,et.al “Analisis Pengaruh Suku Bunga... 107 Utomo, “Pengaruh Rasio Keuangan... 108 Anam, “Pengaruh Asset Liability... 109 Anam, “Pengaruh Asset Liability... 110 Ikhsan, et.al.” Analisis Rentabilitas... 111 Muh. Sabir, “Pengaruh Rasio Kesehatan ... 112 Wibowo,et.al “Analisis Pengaruh Suku Bunga... 99
72
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang kedudukannya belum sekuat proposisi yang berfungsi sebagai jawaban sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya di dalam kenyataan, percobaan dan praktik. Berdasarkan penelitian terdahulu dan kerangka konsep di atas maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : Hipotesis 1: Ada pengaruh signifikan Current Ratio (CR) terhadap rentabilitas pada BMT SAHARA Tulungagung. Hipotesis 2: Ada pengaruh signifikan Capital Adquacy Ratio (CAR) terhadap rentabilitas pada BMT SAHARA Tulungagung. Hipotesis 3: Ada pengaruh signifikan Cost of Operating Ratio (COR) terhadap rentabilitas pada BMT SAHARA Tulungagung. Hipotesis 4: Ada pengaruh signifikan Current Ratio (CR), Capital Adquacy Ratio (CAR), dan Cost of Operating Ratio (COR) terhadap rentabilitas pada BMT SAHARA Tulungagung.