BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Simpanan Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Sedangkan pengertian simpanan syari’ah menurut UU Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syari’ah pasal 1 ayat 20 bahwa simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh nasabah kepada Bank Syari’ah dan/atau UUS berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah dalam bentuk giro, tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. B. Akad Simpanan Secara umum dalam hal penghimpunan dana Lembaga Keuangan Syariah, mempergunakan dua akad, yaitu: 1. akad wadi’ah yad dhamanah yang diaplikasikan pada giro wadiah dan tabungan wadiah, dan 2. akad mudharabah muthlaqah yang diaplikasikan pada produk deposito mudharabah dan tabungan mudharabah.1
1
Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, (Jakarta: PT Grasindo Anggota IKAPI, 2005), hlm. 12.
15
16
1. Akad wadi’ah Pengertian wadi`ah menurut bahasa adalah berasal dari akar kata wada`a yang berarti meninggalkan atau titip. Sesuatu yang dititipi baik harta, uang maupun pesan atau amanah. Jadi wadi’ah berarti titipan atau simpanan. Pengertian wadi’ah menurut Syafi’i Antonio, wadi’ah adalah titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. Menurut Bank Indonesia, wadi’ah adalah akad penitipan barang/uang antara pihak yang mempunyai barang/uang dengan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan serta keutuhan barang/uang. 2 Akad wadi’ah dibagi menjadi dua, yaitu: a. wadi’ah amanah yaitu penitipan barang atau uang tetapi BMT tidak memiliki hak untuk mendayagunakan titipan tersebut. Atas pengembangan produk ini, BMT dapat mensyaratkan adanya jasa (fee) kepada penitip (muwadi’), sebagai imbalan atas pengamanan, pemeliharaan dan administrasinya. Akad wadi’ah amanah ini diaplikasikan dalam bentuk Save Deposit Box, yaitu salah satu pelayanan bank kepada masyarakat dalam bentuk bank menyewakan box dengan ukuran tertentu untuk
2
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Cet. Ke-1, (Jakarta Timur: Zikrul Hakim, 2003), hlm. 33.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
17
menyimpan
barang-barang
berharga
dengan
jangka
waktu
tertentu&nasabah menyimpan sendiri kunci kotak pengaman tersebut. 3 b. wadi’ah yad dhamanah merupakan akad penitipan barang atau uang (umumnya berbentuk uang) kepada BMT, namun BMT memiliki hak untuk mendayagunakan dana tersebut.4 Atas akad ini nasabah akan mendapatkan imbalan berupa bonus, yang tentu saja besarnya sangat tergantung dengan kebijkan manajemen BMT. Akad wadi’ah yad dhamanah ini diaplikasikan dalam beberapa bentuk simpanan, diantaranya: 1) Giro wadi’ah adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. 2) Tabungan wadi’ah adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan dengan itu.5 Ketentuan tabungan wadi’ah ini adalah: (a) bersifat simpanan, (b) simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan, (c) tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (athaya) yang bersifat sukarela dari pihak BMT. Sehingga jenis simpanan ini kurang cocok digunakan oleh para 3
Wiroso, op. cit., hlm. 66.
4
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil, (Yogyakarta: UII Press, 2004), hlm. 150. 5 Sofyan Syafri Harahap, Wiroso dan Muhammad Yusuf, Akuntansi Perbankan Syariah, Cet. Ke-1, (Jakarta: LPFE Usakti, 2004), hlm. 70.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
18
pengusaha besar yang bermotif untuk investasi. Sebaliknya tabungan ini lebih cocok digunakan oleh pengusaha kelas menengah ke bawah, pekerja, ibu rumah tangga, dan pelajar yang bermotif untuk simpanan. 2. Bonus pada simpanan wadi’ah BMT akan memberikan bagi hasil kepada nasabah yang memilih produk berupa tabungan wadi’ah. Sebagian besar BMT menyebut bagi hasil ini dengan istilah Bonus. Imbalan bonus didefinisikan sebagai imbalan yang diberikan kepada penabung wadiah, bersifat sukarela dan tidak mengikat BMT. Jika BMT memperoleh keuntungan dari usahanya maka nasabah akan mendapat bagian keuntungan, tetapi bila BMT mengalami kerugian, maka nasabah tidak ikut menanggung kerugian. Besarnya bonus yang akan diterima oleh nasabah penabung yang tidak boleh ditentukan diawal akad, melainkan sepenuhnya diserahkan kepada kebijaksanaan BMT yang bersangkutan. Nasabah dalam hal ini tidak menanggung resiko kerugian dan uangnya dapat diambil sewaktu-waktu secara utuh setelah dikurangi biaya administrasi yang telah ditentukan oleh BMT. Dengan demikian dalam produk BMT berupa tabungan wadi’ah ini didasarkan pada akad wadi’ah yad dhamanah, sehingga BMT
selaku
pihak
yang
menerima
titipan
dana
diperbolehkan
memproduktifkannya. 3. Akad mudharabah Imam Saraksi, salah seorang pakar perundangan islam yang dikenal dalam kitabnya ’al Mabsut’ telah memberikan definisi mudharabah dan http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
19
keterangan sebagai berikut: Perkataan mudharabah adalah diambil daripada perkataan ”darb (usaha) diatas bumi”. Dinamakan demikian karena mudharib (pengguna modal orang lain) berhak untuk bekerjasama bagi hasil atas jerih payah dan usahanya. Selain mendapatkan keuntungan ia juga berhak untuk mempergunakan modal dan menentukan tujuannya sendiri. Orang-orang Madinah memanggil kontrak jenis ini sebagai ”muqaradah” dimana perkataan ini diambil dari perkataan ”qard” berarti menyerahkan. Dalam hal ini pemilik modal akan menyerahkan hak atas modalnya kepada amil (pengguna modal). 6 Akad mudharabah dibagi menjadi dua, yaitu: a. mudharabah muqaidah/muqayyadah (investasi terikat) yaitu pemilik dana membatasi/memberi syarat kepada mudharib dalam pengelolaan dana seperti misalnya hanya untuk melakukan mudharabah bidang tertentu, cara, waktu, dan tempat tertentu saja. b. mudharabah muthlaqah (investasi tidak terikat) yaitu pihak pengusaha diberi kuasa penuh untuk menjalankan proyek tanpa larangan/gangguan apapun urusan yang berkaitan dengan proyek itu dan tidak terikat dengan waktu, tempat,
jenis,
perusahaan,
dan pelanggan.
Investasi
ini
diaplikasikan pada produk: a) Simpanan/tabungan mudharabah adalah dana yang disimpan nasabah yang akan dikelola bank untuk memperoleh keuntungan dengan sistem bagi hasil sesuai dengan kesepakatan bersama. Motif nasabah pengguna 6
Wiroso, op. cit., hlm. 33.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
20
simpanan ini adalah untuk investasi, maka tabungan ini tidak dapat ditarik setiap saat. Contoh tabungan mudharabah adalah tabungan Haji yang hanya dapat ditarik pada saat penabung akan menunaikan ibadah haji, tabungan Qurban yang hanya dapat ditarik pada saat hari raya qurban, tabungan Pendidikan yang hanya dapat ditarik pada saat penabung membayar uang pendidikan, tabungan Walimah yang hanya dapat ditarik pada saat akan menunaikan akad nikah, dan tabungan lain sejenisnya. b) Deposito mudharabah adalah dana simpanan nasabah yang hanya bisa ditarik berdasarkan jangka waktu yang telah ditentukan. 7 Nama lain dari deposito mudharabah ini adalah simpanan berjangka mudharabah, yakni simpanan mudharabah yang penyetorannya dilakukan satu kali dengan jumlah yang disepakati dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian. 8 Dalam bukunya Yeni Salma Barlinti, menjelaskan Fatwa DSN No. 2/DSN_MUI/IV/2000 tentang ketentuan umum Tabungan mudharabah, dan Fatwa DSN No. 3/DSN_MUI/IV/2000 tentang ketentuan umum Deposito mudharabah sebagai berikut:
7
Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat (Sebuah Pengenalan ), Edisi 1, Cet. Ke-1, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 72. 8 Hartanto Widodo, Ak, et. All, PAS (Panduan Akuntansi Syari’ah) Panduan Praktis Operasional Baitul Mal Wat Tamwil(BMT), Cet. Ke-1, (Bandung: Penerbit Mizan, 1999), hlm. 99.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
21
(a) Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana dan BMT bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana (b) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening (c) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya (d) Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan. 9 4. Bagi hasil pada simpanan dan deposito mudharabah Pada produk simpanan/tabungan dan deposito mudharabah terdapat nisbah yang harus disepakati pada awal akad. Yang dimaksud nisbah adalah perbandingan berupa persentase yang disepakati diawal akad berkaitan dengan pembagian keuntungan dari suatu kegiatan usaha. 10 Masing-masing jenis simpanan tersebut memiliki jangka waktu yang berbeda, sehingga nisbah bagi hasilnya pun sangat berbeda. Prinsipnya semakin panjang jangka waktunya, semakin luas kesempatan yang dimiliki BMT untuk memanfaatkan dana tersebut. Hal inilah yang membedakan tingkat nisbahnya. Deposito biasanya memiliki nisbah bagi hasil yang lebih tinggi dibanding tabungan, karena deposito merupakan sumber dana yang terkendali. 9
Yeni Salma Barlinti, Kedudukan Fatwa DSN dalam Sistem Hukum Nasional di Indonesia, Cet. Ke 1, (Jakarta: Badan Litbang&Diklat Kementrian Agama RI, 2010), hlm. 234235. 10 Abdul Ghofur Anshori, Tanya Jawab Perbankan Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2008), hlm. 50.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
22
Artinya BMT mengetahui secara pasti jangka waktu mengendapnya dana. Atas dasar ini BMT tentu saja akan memanfaatkan dana tersebut sesuai dengan jangka waktunya.11 C. Rukun Simpanan Rukun simpanan yang berdasarkan akad wadi’ah: 1. Barang/uang yang disimpan/dititipkan (wadi’ah) 2. Pemilik barang/uang yang bertindak sebagai pihak yang menitipkan (muwaddi’) 3. Pihak yang menyimpan atau memberikan jasa kustodian (mustawda’) 4. Ijab qabul (sighat) Rukun simpanan yang berdasarkan akad mudharabah: 1. Pemilik dana (Shahibul maal) 2. Pengelola dana (Mudharib) 3. Pekerjaan (Amal) 4. Ijab qabul12 D. Dasar Hukum Simpanan Wadi’ah dan Mudharabah Dasar hukum simpanan berdasarkan akad wadi’ah 1. Dalam Al-Qur’an a) Firman Allah SWT QS. Al-Baqarah: 283
11 12
Muhammad Ridwan, op. cit., hlm. 156. Wiroso, op. cit., hlm. 35.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
23
”...Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepad Allah Tuhannya...” 2. Al Hadits a) Hadits riwayat Abu Daud dan Tirmidzi Dari Abu Hurairah, diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda : ”Tunaikanlah amanah (titipan) kepada yang berhak menerimanya dan janganlah membalas khianat kepada orang yang telah mengkhianatimu” 13 b) Hadits riwayat Tabrani Dari Ibnu Umar berkata, bahwasannya Rasulullah SAW telah bersabda : ”Tiada kesempurnaan iman bagi setiap orang yang tidak beramanah, tiada shalat bagi yang tidak bersuci” c) Hadits riwayat Ibnu Majah ََ ِد ْي َعة قَال ) َم ْن ا ُ ْودِع.ع ِن النَّ ِبي ِ ص ٍ ع ْم ِر ب ِْن شُ َع ْي َ ع ْن َج ِد ِه َ ع ْن ا َ ِب ْي ِه َ ب َ ع ْن َ ََ َما ن َ( اخر جه ا بن ما جه علَ ْي ِه َ ْس َ فَلَي
13
Hartanto widodo, Ak, et.all, op.cit., hlm. 50.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
24
Dari Amr bin Syu’aib, dari bapaknya, dan datuknya, dari Nabi SAW ia bersabda: ”Barang siapa dititipkan satu titipan, maka tidak ada taggungan atasnya.”14 3. Ijma’ Para tokoh ulama islam sepanjang zaman telah berijma’ (konsensus) akan legitimasi wadiah, karena kebutuhan manusia terhadapnya. Hal ini jelas terlihat seperti yang dikutip oleh Dr. Azzuhaily dalam Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu dari Mughni wa Syarh Kabir Li Ibni Qudamah dan Al-Mabsuth Li Imam Sarakhsy.15 4. Fatwa DSN Berdasarkan fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN) No: 01/DSNMUI/IV/2000, menetapkan bahwa giro yang dibenarkan secara syari’ah, yaitu giro
yang
berdasarkan
prinsip
mudharabah
dan
wadi’ah.
Demikian juga tabungan dengan produk wadi’ah, dapat dibenarkan berdasarkan Fatwa DSN No: 02//DSN-MUI/IV/2000, menyatakan bahwa tabungan yang dibenarkan, yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadi’ah. Dasar hukum simpanan yang berdasarkan akad mudharabah 1. Dalam Al-Qur’an
14
Ibnu Hajar al-Asqalani, Tarjamah Bulughul Maram Jilid 1, (Bandung: CV Diponegoro, 1998), hlm. 481. 15 Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, ( Yogyakarta: UII Press, 2000), hlm. 7.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
25
a) Firman Allah SWT QS. al-Muzzamil: 20 .... “…Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah…”16 b) Firman Allah SWT QS. al-Jumu’ah: 10
“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah SWT...” 2. Al-Hadits riwayat Ibnu Majah Dari Suhaib ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda: “tiga perkara di dalamnya terdapat
keberkatan:
(1)menjual
dengan
pembayaran
secara
kredit,
(2)muqaradhah/nama lain dari mudharabah, (3)mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah dan bukan untuk dijual”. 3. Ijma’ Telah dicapai kesepakatan (konsensus) terhadap akad mudharabah ini dikalangan ulama, bahkan sejak para sahabat.17
16
Karnaen A. Perwataatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992), hlm. 19. 17
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2007), hlm. 89.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
26
4. Fatwa DSN Fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN) No: 01/DSN-MUI/IV/2000, menetapkan bahwa giro yang dibenarkan secara syari’ah, yaitu giro yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadi’ah. Kemudian Fatwa DSN No: 02//DSN-MUI/IV/2000, menyatakan bahwa tabungan yang dibenarkan, yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadi’ah. Serta Fatwa DSN NO. 03/DSN/MUI/IV/2000 tentang deposito mudharabah. E. Preferensi Nasabah Preferensi berasal dari bahasa inggris Preference yang berarti ‘hal lebih menyukai, sesuatu yang lebih disukai, kesukaan, pilih kasih’. Preferensi nasabah didefinisikan sebagai pilihan suka atau tidak suka oeh nasabah terhadap produk perbankan maupun BMT yang digunakan. Pilihan nasabah menunjukkan kesukaan nasabah dari berbagai pilihan produk yang ada. Hubungan preferensi biasanya diasumsikan memiliki tiga sifat dasar yaitu: 1. Kelengkapan (Completeness) Jika A dan B merupakan dua kondisi atau situasi, maka tiap orang selalu harus bisa menspesifikasikan apakah: a. A lebih disukai dari pada B b. B lebih disukai dari pada A, atau c. A dan B sama-sama disukai
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
27
Dengan dasar ini setiap orang diasumsikan tidak bingung dalam menentukan pilihan, sebab setiap orang tahu mana yang baik dan mana yang buruk dan dengan demikian selalu bisa menjatuhkan pilihan diantara dua alternatif. 2. Transitivitas (Transitivity) Jika seseorang menyatakan lebih menyukai A dari pada B, dan lebih menyukai B dari pada C, maka orang tersebut harus lebih menyukai A dari pada C. Dengan demikian seseorang tidak bisa mengartikulasikan preferensi yang saling bertentangan. 3. Kontinuitas (continuity) Jika seseorang lebih menyukai A dari pada B, ini berarti segala kondisi dibawah A tersebut disukai dari pada kondisi dibawah pilihan B. Diasumsikan preferensi tiap orang mengikuti dasar di atas. Dengan demikian tiap orang selalu dapat membuat atau menyusun rangking semua situasi atau kondisi mulai dari yang paling disenangi hingga yang paling tidak disukai dari bermacam barang atau jasa yang tersedia. Seseorang yang rasional akan memilih barang yang paling disenanginya. Dengan kata lain, dari sejumlah alternatif yang ada orang lebih cenderung memilih sesuatu yang dapat memaksimumkan kepuasannya. 18 Preferensi terbentuk berdasarkan persepsi masyarakat dengan melakukan pengamatan terhadap stimulus/rangsangan yang terdapat pada suatu hal, setelah 18
file:///F:/Preferensi-Konsumen.htm.13 Oktober 2011. Pukul 10.01 WIB.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
28
itu akan dilakukan evaluasi dan penafsiran terhadap stimulus/rangsangan tersebut, dan kemudian akan menghasilkan perilaku atau tanggapan dan sikap terhadap hal tersebut. Dalam melakukan evaluasi dan penafsiran, masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, meniru, memilih-milih, keadaan/situasi, kebutuhan, maupun gambaran diri sendiri mengenai hal tersebut. Karena pengamatan yang dilakukan dan faktor yang mempengaruhi setiap orang terhadap stimulus berbedabeda, maka setiap orang akan melihat barang yang sama dengan cara yang berbeda. Selain itu orang berasal dari beberapa segmen, sehingga apa yang diinginkan dan dibutuhkan berbeda pula. Oleh karena preferensi nasabah terbentuk berdasarkan persepsi, maka peneliti
paparkan
pula
teori
mengenai
persepsi
komsumen,
bahwa
stimuli/rangsangan/bentuk fisik dapat mempengaruhi individu untuk membeli atau menggunakan barang/jasa. Stimuli tersebut terdiri dari 2bentuk yaitu: 1.Stimuli Pemasaran adalah stimuli fisik yang didesain untuk mempengaruhi konsumen. Produk atau komponennya seperti kemasan, isi, dan ciri-ciri yang merupakan
stimuli
utama.
Kemudian
stimuli
sekundernya
berupa
pengembangan konsep produk. Konsep produk adalah himpunan manfaat produk yang dapat diarahkan pada kebutuhan yang didefinisikan pada kelompok konsumen melalui pesan, simbol dan citra.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
29
2.Stimuli lingkungan (sosial budaya) adalah stimuli fisik yang didesain untuk mempengaruhi keadaan lingkungan.19 Kedua bentuk stimuli tersebut diatas akan berpengaruh dalam menentukan persepsi konsumen. Dan persepsi akan menjadi dasar terhadap preferensi konsumen/nasabah.
19
Nugroho J Setiadi, Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 161.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/