BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
LANDASAN TEORI
2.1.1
Pasar Modal Pasar modal merupakan suatu perdagangan instrument keuangan
(sekurita) pada jangka panjang, baik dalam bentuk modal sendiri (stocks) ataupun utang (bonds) yang biasanya diterbitkan oleh pemerintah (public authorities) maupun oleh perusahaan keuangan (financial Market) menurut Husnan, 2001 dalam Mar’iati (2012). Pasar Modal juga sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrument melalui jangka panjang seperti obligasi, saham, dan lainnya. 2.1.2
Efisiensi Pasar Pasar yang efisien ialah jika suatu informasi yang tersedia di pasar
diserap dalam harga saham saat ini dengan cara yang cepat dan tepat dan bisa juga diartikan sebagai pasar ketika semua harga-harga sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang ada. Semakin cepat informasi yang baru tercerminkan pada harga sekuritas, maka semakin efisien pasar tersebut. Menurut Jogiyanto 1998
yang juga dalam Mar’iati (2012)
mendefinisikan pasar modal yang efisien adalah sebuah pasar yang bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia.
Pasar modal yang efisien secara informasional dapat diklasifikasikan menjadi tiga bentuk atau tingkatan yaitu: 1.
Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form) Efisiensi pasar dalam bentuk lemah terjadi jika harga-harga sekuritas
pada saat ini tercermin dari harga-harga sekuritas di masa lalu. Jadi, informasi masa lalu tidak dapat memprediksi harga saham yang akan datang karena harga masa lalu sudah tercermin pada harga saham saat ini. Dalam bentuk pasar seperti ini, investor tidak dapat menggunakan informasi di masa lalu untuk mendapatkan abnormal return. 2.
Efisiensi pasar dalam bentuk setengah kuat (semi strong form) Metode event study merupakan metode yang digunakan untuk menguji
efisiensi pasar setengah kuat. Efisiensi pasar setengah kuat terjadi jika hargaharga
sekuritas
secara
penuh
mencerminkan
semua
informasi
yang
dipublikasikan termasuk informasi yang berada di laporan-laporan keuangan perusahaan emiten. Informasi tersebut dapat berupa: a. Informasi yang dipublikasikan yang hanya mempengaruhi harga sekuritas dari perusahaan yang mempublikasikan informasi tersebut. Contohnya dalam bentuk pengumuman. b. Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga-harga sekuritas sejumlah perusahaan. Jika pengumuman mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Return atau abnormal return bisa digunakan untuk mengukur reaksi tersebut. Jika digunakan abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mengandung kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada
pasar tetapi sebaliknya yang tidak mengandung informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar. 3.
Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form) Efisiensi pasar bentuk kuat terjadi jika harga saham akan melakukan
penyesuaian secara cepat dengan informasi apapun, bahkan informasi yang tidak tersedia bagi semua pemodal (informasi privat). Data empiris menyatakan bahwa informasi privat yang demikian mampu memberikan keuntungan abnormal konsisten untuk para pemodal yang mempunyai informasi tersebut. 2.1.3
Corporate Governance
(CG) dan Good Corporate Governance
(GCG) Corporate governance secara umum merupakan sistem tata kelola perusahaan yang berisi proses, pengarahan, pengelolaan, dan pengontrolan suatu perusahaan serta mengatur hubungan antara para pemangku kepentingan ( stakeholder ) saham dan tujuan pengelolaan perusahaan. Pihak-pihak utama dalam tata kelola perusahaan adalah pemegang saham, manajemen, dan dewan direksi.
Pemangku
kepentingan
lainnya
termasuk
karyawan,
pemasok,
pelanggan, bank dan kreditur lain, regulator, lingkungan, serta masyarakat. Forum of Corporate Governance for Indonesia (FGCI) , 2001 dalam Maksum (2005) mengemukakan mengenai definisi corporate governance : “Corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan (dengan kata lain sebagai sistem yang mengendalikan perusahaan) antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka“.
Corporate governance merupakan sebuah konsep yang didasari teori keagenan yang berfungsi untuk meyakinkan investor bahwa mereka akan tetap mendapatkan keuntungan dari apa yang mereka tanamkan pada perusahaan serta bisa menurukan biaya. Ada pula definisi tentang corporate governance oleh (Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) 2004 dalam Purnamasari, 2014) bahwa corporate governance adalah seperangkat tata kelola hubungan di antara manajemen perseroan, direksi, komisaris, pemegang saham dan para pemangku kepentingan lainnya. Sedangkan secara umum Good Corporate Governance adalah suatu sistem pengaturan dan pengendalian perusahaan yang dilihat dari mekanisme hubungan antara berbagai pihak yang mengurus perusahaan (hard definition), maupun dari nilai-nilai yang terkandung dari mekanisme pengelolaan itu sendiri (soft definition). Tim GCG BPKP mengartikan GCG
dari segi soft definition yaitu: "Komitmen, aturan main, serta
praktek penyelenggaraan bisnis secara sehat dan beretika”. Good corporate governance secara definisi merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) bagi semua pemangku kepentingan. Terdapat 2 hal yang diuraikan dalam konsep ini: Pentingnya hak pemegang saham memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya serta kewajiban perusahaan melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, transparan
terhadap
semua
informasi
mengenai
tepat waktu, dan kinerja
perusahaan,
kepemilikan, dan pemangku kepentingan dari perusahaan (YPPMI & SC, 2002 dalam Sulistyanto, 2003). Terdapat beberapa manfaat dari penerapan GCG sendiri, menurut Djatmiko pada Majalah SWA 2004 dalam Herdiyanti (2011) yakni:
1.
Perusahaan akan lebih dipercayai investor
2.
Mitra bisnis tidak akan ragu untuk mengembangkan hubungan bisnis yang lebih luas lagi
3.
Serta para krediturpun mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi untuk mengucurkan dana pada perusahaan yang bisa digunakan untuk memperluas
usaha
dan
pengambilan
keputusan
dapat
lebih
dipertanggungjawabkan 2.1.2
Komponen-komponen Konsep Good Corporate Governance Dalam penerapan Good Corporate Governance terdapat 4 komponen
yang harus dilakukan yakni : 1.
Fairness atau Keadilan Keadilan disini lebih menekankan bahwa tiap pemegang saham baik minoritas dan asing harus mendapatkan perlakuan yang sama.
2.
Transparancy atau Transparansi Transparansi yang dilakukan dengan adanya suatu informasi terbuka, akurat dan tepat waktu menganai semua hal yang penting bagi perusahaan, kepemilikan dan para pemegang saham.
3.
Accountability atau Akuntabilitas Penjelasan
mengenai
pertanggungjawaban
system,
bagian
fungsi
perusahaan
dan
struktur
sehingga
serta
pengelolaan
perusahaan dapat berlangsung secara efektif. 4.
Responsibility atau tanggung Jawab Dalam hal ini, perusahaan mempunyai tanggung jawab secara social
terhadap masyarakat atau pemegang saham dan menghindari penyalahgunaan
kekuasaan serta mengedepankan etika bisnis agar tercipta lingkungan ekonomi yang baik. 2.1.3
Tujuan Good Corporate Governance Perlunya penerapan Good Corporate Governance adalah untuk :
1.
Mendorong tercapainya semua asas yang ada pada sistem ini seperti asas keadilan, transparansi, akuntabilitas, dan tanggung jawab yang berkesinambungan.
2.
Memfungsikan organ – organ perusahaan seperti Dewan Komisaris, Direksi, dan Rapat Umum Pemegang Saham.
3.
Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi para pemegang saham dengan memperhatikan juga kepentingan para pemangku lain dalam perusahaan.
4.
Meningkatkan daya saing perusahaan baik secara nasional maupun internasional, sehingga bisa memberikan kepercayaan pada pasar guna mendorong arus investasi dan memajukan pertumbuhan ekonomi.
2.1.4
Faktor Pendorong Implementasi Good Corporate Governance Ada 2 faktor yang mendorong keberhasilan implementasi good corporate
governance yakni : 1.
Faktor Internal (Dalam Perusahaan) Seperti terdapatnya budaya perusahaan yang mendukung penerapan
good corporate governance, dan adanya keterbukaan informasi bagi publik. 2.
Faktor Eksternal (Luar Perusahaan) Dilihat dari segi investor, meliputi semua pihak yang berkaitan dengan
pemegang saham dan pelaku perdagangan saham termasuk perusahaan investasi. Investor menuntut dijaminnya pengelolaan perusahaan sesuai standar dan prinsip-prinsip etika bisnis.
Menurut IICG ada beberapa hambatan dalam penerapan Good Corporate Governance di Indonesia, seperti faktor internal yang meliputi kurangnya komitmen dari pemimpin dan karyawan perusahaan mengenai prinsip-prinsip GCG, kurangnya contoh yang diberikan pimpinan kepada karyawan di perusahaan, serta belum adanya budaya perusahaan yang mengacu pada GCG itu sendiri. Ada pula faktor eksternal, pelaksanaan GCG di Indonesia sendiri masih belum didukung sepenuhnya oleh perangkat hukum oleh karena itu jika terdapat masalah dalam praktek GCG di suatu perusahaan masih diperlukan test case untuk lebih lanjutnya. 2.1.5 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance Prinsip-prinsip dalam Good Corporate Governance dibagi menjadi lima menurut OECD (Organization for Economic Corporation and Development): 1.
Perlindungan terhadap hak-hak para pemegang saham
2.
Persamaan perlakuan terhadap seluruh para pemegang saham
3.
Peranan karyawan dan pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan
4.
Pengungkapan yang akurat dan tepat waktu serta transparansi sehubungan dengan struktur dan operasi korporasi
5.
Akuntabilitas dewan komisaris terhadap perusahaan, pemegang saham dan pihak –pihak lain yang berkepentingan
2.2
Corporate Governance Percetion Index (CGPI) Corporate Governance Perception Index (CGPI) merupakan suatu
program riset dan pemeringkatan terhadap penerapan Good Corporate Governance (GCG) yang dilaksanakan oleh The Indonesian Institute for Corporate
Governance
(IICG)
sebagai
lembaga
swadaya
masyarakat
independen yang berdiri sejak 2 Juni 2000 bekerjasama dengan Majalah SWA
sebagai penyalur terhadap publik atau mitra media publikasi. Pemeringkatan yang dilakukan pada perusahaan di Indonesia yang berupa perusahaan publik, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Lembaga Keuangan Syariah, Lembaga Keuangan Perbankan dan nonPerbankan, dan perusahaan swasta yang beroperasi sejak tahun 2001. Penilaian pemeringkatan CGPI juga didasarkan pada 7 kriteria menurut Majalah SWA dan IICG yakni : 1.
Komitmen perseroan terhadap Corporate Governance
2.
Pelaksanaa RUPS dan perlakuan pada minority shareholders
3.
Dewan komisaris
4.
Struktur direksi
5.
Hubungan dengan shareholder
6.
Transparansi dan akuntabilitas
7.
Sejauh mana tanggapan mengenai riset IICG Untuk lebih jelasnya lagi, penilaian terhadap pemeringkatan CGPI
memiliki cakupan dan bobot berdasarkan Corporate Governance Perception Index 2005 sebagai berikut : 1.
Komitmen pada tata kelola perusahaan yang penilaiannya berbobot 15%.
2.
Hak pemegang saham dan fungsi kepemilikan kunci yang penilaiannya berbobot 20%.
3.
Perlakukan yang sama terhadap seluruh pemegang saham yang penilaiannya berbobot 15%.
4.
Peran stakeholders dalam tata kelola perusahaan yang penilaiannya berbobot 15%.
5.
Pengungkapan dan transparansi yang penilaiannya berbobot 15%.
6.
Tanggung jawab dewan komisaris dan dewan direksi yang penilaiannya berbobot 20%. Skor pemeringkatan CGPI yang diambil, akan dibagi menjadi 4 indikator
dan tahapan penilaian CGPI berdasarkan Majalah SWA (2009) : 1.
Self Assesment sebesar 15%.
2.
Kelengkapan dokumen 25%.
3.
Penyusunan makalah dan presentasi 12%.
4.
Observasi ke perusahaan 48%. Ada beberapa kategori yang digunakan dalam penilaian pemeringkatan
CGPI ini, seperti yang dijelaskan pada Majalah SWA : Sangat terpercaya
(Indonesia Most Trusted Company) 85,00-100
Terpercaya
(Indonesia Trusted Company)
70,00-84,99
Cukup terpercaya
(Indonesia Fair Trusted Company)
55,00-69,99
CGPI merupakan salah satu informasi yang masuk pasar modal, sehingga memberikan dampak positif terutama menyangkut investor atas dana yang akan ditanamkan. Tujuan dilaksanakannya CGPI sendiri adalah untuk memacu perusahaan agar terus memperbaiki penerapan Good Corporate Governance pada perusahaannya, yang tentunya jika GCG perusahaan dinilai baik juga akan menguntungkan bagi perusahaan, dan sebaliknya jika penerapan GCG perusahaan dinilai buruk akan merugikan bagi perusahaan. Hasil tinjauan yang dilakukan juga bisa menjadikan indikator atau disebut juga standar mutu dalam bentuk pengakuan dari masyarakat terhadap penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang mana ingin dicapai perusahaan.
2.3
Abnormal Return (AR) Pasar dikatakan tidak efisien jika terdapat salah satu atau beberapa
pelaku pasarnya dapat menikmati return tidak normal dalam jangka waktu yang lama. Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal atau bisa dikatakan abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya dengan return ekspektasi. Saat melakukan analisis mengenai abnormal return bisa dilihat melalui sekuritas yang terjadi di sekitar pengumuman suatu peristiwa. Abnormal return berperan dalam menguji kandungan suatu informasi dari suatu peristiwa pengumuman dan merupakan cerminan dari reaksi pasar. Jika abnormal return bernilai positif, maka pasar akan menganggapnya sebagai suatu informasi yang “Good News“, sedangkan sebaliknya jika abnormal return bernilai negatif, maka pasar akan menganggapnya sebagai suatu informasi yang “Bad News“. Abnormal return dibagi menjadi 4 jenis, yakni : 1.
AR (Abnormal Return) Abnormal return ini terjadi setiap hari pada setiap jenis saham. Dapat diketahui melalui windows period mengenai kapan terjadi nilai abnormal return tertinggi dan terendahnya serta pada hari keberapa akan terjadi reaksi yang paling kuat / signifikan, hal ini dikarenakan saham dihitung secara harian.
2.
AAR (Average Abnormal Return) Merupakan rata-rata abnormal return semua jenis saham yang dianalisis secara harian. AAR menunjukkan reaksi paling kuat, baik positif maupun
negatif, dari keseluruhan jenis saham pada hari-hari tertentu selama windows period. 3.
CAR (Cumulative Abnormal Return) Merupakan hasil dari penjumlahan semua data AR harian yang dilakuan.
4.
CAAR (Cumulative Average Abnormal Return) Merupakan hasil dari penjumlahan semua data AAR harian yang dilakuan. Ada yang perlu dihitung, yakni periode estimasi.
Periode estimasi
merupakan periode sebelum periode peristiwa. Periode peristiwa (event period) disebut periode pengamatan atau jendela peristiwa (event window). Gambar II. 1 Estimation Period dan Windows Period Periode Estimasi
t1 2.4
Periode jendela
t2 t3
t0
t4
Index Harga Saham Gabungan (IHSG) Indek Harga Saham Gabungan merupakan salah satu indek pasar saham
yang digunakan oleh BEI atau Bursa Efek Indonesia, yang mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen. Perhitungan pergerakan saham yang dilakukan adalah pencatatan harga saham harian yakni setelah penutupan perdagangan setiap harinya. Indek Harga Saham Gabungan dibagi menjadi 9 indeks sektor yakni, pertanian, pertambangan, industry dasar dan kimia, aneka industry, industry
barang konsumsi, property dan real estate, infrastruktur, utilitas dan transportasi serta keuangan dan perdagangan, jasa dan investasi. 2.5
Event Study Event study adalah suatu cara bagaimana mengukur dampak atau
pengaruh suatu peristiwa tertentu terhadap nilai perusahaan. Menurut (Hartono, 2010 dalam Nafiati, 2013) event study merupakan studi yang mengukur reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang mempublikasikan informasi berupa suatu pengumuman. Begitu pula menurut (Bodie, Kane dan Marcus, 2006 dalam Armin, 2011) yang mengartikan event study sebagai suatu riset pada bidang keuangan yang bisa dijadikan dasar seorang pengamat untuk menilai dampak dari suatu peristiwa harga saham perusahaan. Metode event study sering digunakan untuk menguji interaksi antara pengumuman yang diinformasikan kepada publik terhadap perubahan harga saham. Reaksi pasar bisa ditunjukan dengan adanya perubahan harga saham yang diukur dengan abnormal return. 2.6
Penelitian Terdahulu
1.
Melissa Aristya Tedjakusuma (2012) Penelitian
yang
dilakukan
bertujuan
untuk
mengetahui
apakah
pengumuman CGPI direaksi pasar dengan adanya perubahan pada abnormal return disekitar tanggal pengumuman CGPI dan juga menguji apakah ada perbedaan yang signifikan dari penerapan GCG pada kelompok yang masuk peringkat 10 besar dan non 10 besar. Sampel yang digunakan adalah perusahaan yang masuk dalam pemeringkatan tahun 2007-2011 yang meliputi 70 perusahaan (39 perusahaan sepuluh besar dan 31 perusahaan non sepuluh besar).
Pengujian adanya reaksi pasar menggunakan One Sample T-test dan One Sample Sign -test, sedangkan untuk menguji perbedaan reaksi pasar digunakan Independent Sample T- test dan Mann-Whitney-test. Hasil penelitian menunjukkan pengumuman CGPI tidak direspon secara agregat oleh pasar dan tidak ditemukan nilai abnormal return yang signifikan di sekitar tanggal pengumuman. Namun pada penelitian yang dilakukan pada perusahaan sepuluh besar dan non sepuluh besar tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada abnormal return di sekitar tanggal pengumuman. 2.
Makaryanawati (2012) Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menentukan reaksi pasar
modal terhadap pengumuman CGPI 2011 pada perubahan harga saham pada perusahaan pemenang CGPI yang listing di BEI. Dari penelitian yang dilakukan dihasilkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada perubahan harga saham sebelum
dan
sesudah
pengumuman
menggunakan
Wilcoxon
Signed
Ranks
CGPI
2011
dengan
dilakukan.
tingkat
Alat
signifikan
uji 5%,
pengamatan dilakukan selama periode 10 hari dengan rincian t-5 dan t+5 pengumuman CGPI 2011. 3.
I Gde Ary Wirajaya (2011) Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk meneliti perbedaan reaksi
pasar antara peringkat tinggi (high-rank) dan peringkat rendah (low-rank) di sekitar tanggal terhadap pengumuman CGPI 2006-2008. Sampel didapat dari BEI dengan jumlah 52 perusahaan yang didapat dengan metode purposive sampling. Data dianalisis dengan menggunakan deskriptif, statistik, dan analisis sensitivitas. Dari penelitian ini menghasilkan pengumuman CGPI direaksi oleh pasar dengan dilihat dari adanya perubahaan dari abnormal return di sekitar
tanggal pengumuman. Namun tidak ada perbedaan yang signifikan tentang reaksi pasar dari peringkat tinggi (high-rank) dan peringkat rendah (low-rank) pada saat pengumuman CGPI tahun 2006 – 2008. 4.
Lu’lu’ Nafiati & Idrus Mahidin (2013) Penelitian yang dilakukan bertujuan
untuk menguji apakah ada
perbedaan yang signifikan dari reaksi pasar yang dilihat dari abnormal return di sekitar tanggal pengumuman CGPI tahun 2006-2010. Dengan menggunakan teknik purposive sampling didapatkan 75 perusahaan. Penelitian ini menghasilkan data bahwa terdapat perbedaan yang signifikan di reaksi pasarnya pada abnormal return di sekitar tanggal pengumuman pada perusahaan yang mendapatkan predikat Sangat Terpercaya, Terpercaya, dan Cukup Terpercaya. Namun, tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari abnormal return pada saat pengumuman CGPI pada perusahaan dengan predikat Sangat Terpercaya, Terpercaya, dan Cukup Terpercaya. 5.
Suat Teker & Ahmet Hakan Yüksel (2014) Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menguji apakah pelaku pasar
di Borsa Istanbul mengakui nilai corporate governance score periode 2007 dan 2013. Terdapat 7 perusahaan yang masuk dalam pemeringkatan corporate governance pada tahun 2007 dan 48 perusahaan pada tahun 2013. Setelah diteliti, terdapat kenaikan skor rata-rata yang hanya 78,28 tahun 2007 menjadi 89,85 tahun 2013. Hal ini berarti pengumuman atas pemeringkatan corporate governance direspon positif oleh pelaku pasar. Penelitian dilakukan dengan aturan 10 periode jendela.
6.
Asso.
Prof.
Aekkacha
Nittayagasetwat,
PH.
D.
&
Wiyada
Nittayagasetwat, PH. D. (2006) Penelitian ini dilakukan untuk menguji hubungan antara return saham perusahaan dan pengumuman pemeringkatan corporate governance. Dari tahun 2004-2005, terdapat 11 perusahaan yang terdaftar dan menempati kuartil atas yang diperingkat oleh Thai Rating and Information Services Co., Ltd. Dengan menggunakan metode event study, dihasilkan bahwa tidak terdapat hubungan antara Good Governance dengan kinerja saham perusahaan. 7.
Foerster, Stephen R; Huen, Brian C. (2015) Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara tindakan tata
kelola perusahaan dan penilaian saham di Kanada. Survei tata kelola perusahaan yang dilakukan oleh Globe dan Mail Laporan Bisnis dan diterbitkan pada tanggal 7 Oktober 2002, digunakan sebagai sistem peringkat efektivitas tata kelola perusahaan dalam penelitian ini. Perusahaan yang terlibat dalam penelitian ini, sebanyak 270 entitas publik Kanada, menduduki peringkat berdasarkan empat faktor utama yang dianggap penting untuk efektivitas tata kelola perusahaan: Komposisi dewan (dari 40), papan kompensasi (dari 23), hakhak pemegang saham (dari 22), dan pengungkapan publik (dari 15). Penelitian sendiri menggunakan metode event study dari jangka 3 bulan sampai 5 tahun. Skor ini kemudian ditambahkan untuk menentukan skor total. Hasilnya, tidak ditemukan bahwa tata kelola perusahaan berpengaruh terhadap investor di Kanada.
8.
Jurgita Stankeviciene & Simas Akelaitis (2014) Penelitian ini dilakukan untuk menguji bagaimana hubungan di pasar
saham
Lithuania
dengan
Pengumuman publik
berbagai
kategori
dan
jenis
pengumuman.
yang digunakan dikeluarkan oleh perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Vilnius. Metode yang digunakan berupa metode event study untuk mencari rata-rata mutlak dan abnormal return. Hasilnya, didapatkan perbedaan rata- rata abnormal return di setiap harga sahamnya. Abnormal return dan rata – rata mutlak diteliti pada kisaran harga saham terendah, tengah, dan tertinggi. 9.
Firga Yanti (2011) Penelitian yang dilakukan mengacu pada Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) yang diuji dengan abnormal return sebelum dan sesudah peluncuran ISSI. Metode yang digunakan adalah event study, dengan periode estimasi 15 hari, 10 hari dan 5 hari sebelum peluncuran ISSI. Dalam pengambilan
sampel
dilakukan
dengan
purposive
sampling.
Hasilnya
menunjukkan bahwa adanya abnormal return saham pada pengamatan 15 hari sebelum peluncuran ISSI. Sedangkan untuk periode 10 hari dan 5 hari sebelum peluncuran dan 15 hari, 10 hari, dan 5 hari sesudah peluncuran ISSI dengan One Sample T-test tidak terdapat abnormal return. Sedangkan untuk uji yang dilakukan dengan menggunakan paired sample t-test terdapat perbedaan abnormal return pada pengamatan 15 hari, sementara untuk periode pengamatan 10 hari dan 5 hari tidak terdapat perbedaan abnormal return.
2.7
KERANGKA PEMIKIRAN
Gambar II.2 Kerangka Pemikiran Teoritis CGPI ( Corporate Governance
Reaksi Pasar
Perception Index )
Sumber Data : Hasil Pengolahan Data Sekunder Dari kerangka pemikiran diatas, diketahui bahwa Corporate Governance Perception Index (variabel dependen) berpengaruh terhadap reaksi pasar (variabel independen). Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode event study dan purposive sampling. Reaksi pasar pada penelitian ini diukur dengan menggunakan studi event dari nilai abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman pemeringkatan dilakukan. Agar dapat diketahui, bilamana terdapat perbedaan nilai abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman CPGI sendiri serta meneliti mengenai nilai CGPI yang tinggi akankah selalu berpengaruh positif juga terhadap nilai abnormal return itu sendiri. 2.8
HIPOTESIS Pengumuman pemeringkatan corporate governance perception index
(CGPI) mempunyai kandungan informasi yang menyebabkan adanya reaksi pasar. Menurut (Hartono, 1998 dalam Nafiati, 2013) menyatakan bahwa cukup hanya dengan melihat abnormal return suatu perusahaan bisa dilakukan pengujian kandungan terhadap suatu informasi. Adanya abnormal return berarti ada kandungan informasi dan tidak adanya abnormal return berarti tidak terdapat
kandungan
pada
informasi
pengumuman
pemeringkatan
CGPI.
Seperti
penelitian Almilia (2006) pada perusahaan sepuluh besar dan non sepuluh besar yang memperoleh hasil bahwa terdapat kandungan pada informasi pengumuman pemeringkatan CGPI dengan bukti adanya abnormal return yang signifikan pada seputaran pengumuman pemeringkatan CGPI. Teker (2014) menguji apakah pelaku pasar di Borsa Istanbul mengakui nilai Corporate Governance Score periode 2007 dan 2013. Hasilnya pengumuman atas pemeringkatan corporate governance direspon positif oleh pelaku pasar. Penelitian tersebut bertolak belakang dengan Foerster (2015) menyelidiki hubungan antara tata kelola perusahaan dan penilaian saham di Kanada dan hasilnya tidak ditemukan bahwa tata kelola perusahaan berpengaruh terhadap investor di Kanada. Nittayagasetwa (2006) yang juga memperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara good governance dengan kinerja saham perusahaan pada penelitian yang menguji hubungan antara return saham perusahaan dan pengumuman pemeringkatan corporate governance tahun 2004-2005.
Berdasarkan uraian dan penelitian terdahulu diatas, maka
dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1: Ada perbedaan reaksi pasar sebelum dan sesudah pengumuman pemeringkatan CGPI. Reaksi
yang
diperoleh
berlaku
juga
untuk
perusahaan
peserta
pemeringkatan CGPI dengan kategori sangat terpercaya, terpercaya dan cukup terpercaya. Nafiati (2013) menguji apakah ada perbedaan yang signifikan dari reaksi pasar pada 75 perusahaan yang dilihat dari abnormal return di sekitar tanggal pengumuman CGPI tahun 2006-2010. Penelitiannya menghasilkan data bahwa terdapat perbedaan yang signifikan di reaksi pasarnya pada abnormal
return di sekitar tanggal pengumuman pada perusahaan yang mendapatkan predikat Sangat Terpercaya, Terpercaya, dan Cukup Terpercaya. Hasil serupa didapatkan oleh Wirajaya (2011) dalam penelitiannya yang menguji perbedaan reaksi pasar antara peringkat tinggi (high-rank) dan peringkat rendah (low-rank) di sekitar tanggal terhadap pengumuman CGPI 2006-2008 pada 52 perusahaan. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa pengumuman CGPI direaksi oleh pasar dengan
adanya
perubahaan
dari
abnormal
return
di
sekitar
tanggal
pengumuman. Namun tidak ada perbedaan yang signifikan tentang reaksi pasar dari peringkat tinggi (high-rank) dan peringkat rendah (low-rank) pada saat pengumuman CGPI tahun 2006-2008. Berdasarkan uraian dan penelitian terdahulu diatas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2: Ada perbedaan reaksi pasar sebelum dan sesudah pengumuman pemeringkata CGPI pada kategori peringkat CGPI yang berbeda (Sangat terpercaya, Terpercaya, dan Cukup Terpercaya).