II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pasar Modal Pasar modal merupakan suatu pasar untuk mendapatkan modal pinjaman (loan capital) jangka panjang perusahaan, modal saham (share capital) dan obligasi (bonds) pemerintah. Pada dasarnya, pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri (Ardian, 2003). Menurut Husnan (2001), pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 memberikan pengertian pasar modal yang lebih spesifik yaitu “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pihak dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih (Ardian, 2003). 2.2. Bursa Efek Bursa efek menurut Ardian (2003), adalah sebuah pasar (market) yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan efek (stocks) atau saham (shares) perusahaan serta obligasi (bonds) pemerintah.
Bursa efek melaksanakan dua fungsi utama, yaitu: 1.
Sebuah pasar primer atau penerbitan baru, dimana modal untuk investasi dan tujuan-tujuan lain dapat ditingkatkan melalui efek-efek baru, saham dan obligasi.
2.
Sebuah pasar sekunder melakukan perdagangan surat-surat berharga yang ada, termasuk perdagangan di masa depan, yang mempermudah pengalihan surat-surat berharga dari penjual ke pembeli.
2.3. Indeks Harga Saham Menurut Sulistiawan dan Liliana (2007) harga saham bisa berubah setiap saat karena adanya ekspektasi para investor yang berubah dengan informasi yang mereka dapatkan. Saat ini BEI (Bursa Efek Indonesia) mempunyai 7 macam indeks saham (BEI, 2010) yaitu: 1.
Indeks Individual, menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya, atau indeks masing-masing saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
2.
Indeks Harga Saham Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor, misalnya sektor keuangan, pertambangan, dan lain-lain. Di Bursa Efek Indonesia indeks sektoral terbagi atas sembilan sektor yaitu: pertanian, pertambangan, industri dasar, aneka industri, konsumsi properti, infrastruktur, keuangan, perdagangan dan jasa, dan manufaktur.
3.
Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG (Composite Stock Price Index), menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.
4.
Indeks LQ 45, yaitu indeks yang terdiri dari 45 saham pilihan dengan mengacu kepada 2 variabel yaitu likuiditas perdagangan dan kapitalisasi pasar. Setiap 6 bulan terdapat saham-saham baru yang masuk ke dalam LQ 45 tersebut.
5.
Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index). JII merupakan indeks yang terdiri dari 30 saham mengakomodasi syariat investasi dalam Islam atau Indeks yang berdasarkan syariah Islam. Dengan kata lain,
dalam indeks ini dimasukan saham-saham yang memenuhi kriteriakriteria investasi dalam syariat Islam. Saham-saham yang masuk dalam Indeks Syariah Islam adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah seperti di bawah ini: •
Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan dilarang.
•
Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional.
•
Usaha
yang
memproduksi,
mendistribusi
serta
memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram. •
Usaha
yang memproduksi, mendistribusi dan menyediakan
barang-barang ataupun jasa-jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. 6.
Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan, yaitu indeks harga saham yang secara khusus didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia yaitu kelompok Papan Utama Pengembangan.
7.
Indeks KOMPAS 100. Adalah merupakan Indeks Harga Saham hasil kerja sama Bursa Efek Indonesia dengan harian KOMPAS. Indeks ini meliputi 100 saham dengan proses penentuan sebagai berikut : a.
Telah tercatat di BEI (Bursa Efek Indonesia) minimal 3 bulan.
b.
Saham tersebut masuk dalam perhitungan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan).
c.
Berdasarkan pertimbangan faktor fundamental perusahaan dan pola perdagangan di bursa, BEI dapat menetapkan untuk mengeluarkan saham tersebut dalam proses perhitungan indeks harga 100 saham.
d.
Masuk dalam 150 saham dengan nilai transaksi dan frekuensi transaksi serta kapitalisasi pasar terbesar di pasar reguler selama 12 bulan terakhir.
e.
Dari 150 saham tersebut kemudian diperkecil jumlahnya menjadi 60 saham dengan mempertimbangkan nilai transaksi saham terbesar.
f.
Dari 150 saham yang tersisa, kemudian dipilih sebanyak 40 saham dengan mempertimbangkan kinerja : hari transaksi dan frekuensi transaksi serta nilai kapitalisasi pasar di pasar reguler, dengan proses sebagai berikut : i. Dari 90 sisanya, akan dipilih 75 saham berdasarkan frekuensi transaksi di pasar reguler. ii. Dari 75 saham tersebut akan dipilih 60 saham berdasarkan frekuensi di pasar reguler. iii. Dari 60 saham tersebut akan dipilih 40 saham berdasarkan kapitalisasi pasar.
g.
Daftar 100 saham diperoleh dengan menambahkan daftar saham dari perhitungan butir (e) ditambah dengan daftar saham hasil perhitungan butir (f).
h.
Daftar saham yang masuk dalam KOMPAS 100 akan diperbaharui sekali dalam 6 bulan, atau lebih tepatnya pada bulan Agustus.
Perhitungan Indeks mempresentasikan pergerakan harga saham di pasar atau bursa yang terjadi melalui sistem perdagangan lelang. Perhitungan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan perdagangan setiap harinya. 2.4. Nilai Saham Menurut Keown (2002), nilai saham didefinisikan sebagai berikut : 1.
Nilai nominal (Par value) suatu saham adalah nilai kewajiban yang ditetapkan untuk setiap lembar saham. Nilai nominal adalah modal per lembar yang harus ditahan di perusahaan untuk proteksi kepada kreditor yang tidak dapat diambil oleh pemegang saham. Untuk saham yang tidak mempunyai nilai nominal, dewan direksi umumnya menetapkan sendiri per lembar. Jika tidak ada nilai yang ditetapkan maka yang dianggap sebagai modal adalah semua penerimaan bersih
yang diterima oleh emiten pada waktu mengeluarkan saham bersangkutan. 2.
Nilai Buku (book value) per lembar saham menunjukan aktiva bersih (net assets) per lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham. Nilai buku per lembar saham (book value per share) tidak menunjukan ukuran kinerja saham yang penting, tetapi nilai buku per lembar saham dapat mencerminkan berapa besar jaminan yang akan diperoleh oleh pemegang saham apabila perusahaan penerbit saham (emiten) dilikuidasi. Jika perusahaan mempunyai dua jenis saham, yaitu saham preferen dan saham biasa, maka perhitungan nilai buku per lembar untuk dua jenis saham itu adalah sebagai berikut: a.
Cara menghitung ekuitas preferen adalah mengalikan nilai tebus (call price) ditambah dengan dividen yang di arrears dengan lembar saham preferen yang beredar. Jika nilai tebus tidak digunakan, maka nilai nominal yang digunakan di dalam perhitungan ini. Agio saham untuk saham preferen tidak dimasukan karena pemegang saham preferen tidak mempunyai hak untuk agio ini, walaupun berasal dari saham preferen, sehingga nilai agio ini dimasukkan sebagai tambahan nilai ekuitas saham biasa. Agio saham adalah selisih antara harga jual terhadap harga nominal saham pada saat perusahaan melakukan penawaran umum di pasar perdana.
b.
Cara menghitung nilai ekuitas saham biasa adalah: nilai ekuitas saham biasa dihitung dengan mengurangi nilai total ekuitas dengan nilai ekuitas saham preferen.
3.
Nilai pasar (market value) berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan, maka nilai pasar bursa pada saat tertentu ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa.
4.
Nilai fundamental, tujuan perhitungan nilai fundamental saham atau lebih sering dengan disebut nilai intrinsik saham adalah menentukan harga wajar suatu saham agar harga saham tersebut mencerminkan nilai saham sebenarnya (riil value) sehingga tidak terlalu mahal (overpriced). Perhitungan nilai intrinsik (intrinsic value) dari semua aliran kas di masa mendatang baik yang berasal dari dividen maupun capital gain / loss. Menurut Akbar (2007), nilai fundamental saham adalah harga wajar suatu saham perusahaan. Harga wajar ini dapat dihitung dengan dua cara, yaitu: 1. Analisis fundamental. Harga saham dapat dilihat dari hasil analisis pengolahan data keuangan dan laporan keuangan sebuah perusahaan. 2. Analisis teknikal. Harga saham berdasarkan data-data lampau (histories) harga saham tersebut, sehingga dapat dibuat sebuah pola (pattern) suatu saham.
2.5. Keuntungan dari Saham Menurut Sabrini (2008), ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham adalah sebagai berikut: 1. Dividen Dividen merupakan pembagi keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Investor yang berhak menerima dividen adalah investor yang memegang saham hingga batas waktu yang ditentukan oleh perusahaan pada saat pengumuman dividen. Dividen yang dibagikan oleh perusahaan dapat berupa dividen tunai, artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. Hasil yang didapat pemegang saham terutama berbentuk dividen, yaitu
sejumlah pengembalian (return) yang didasarkan pada proporsi kepemilikan saham atas seluruh saham perusahaan yang diterbitkan (Akbar, 2007). Menurut Awat (2000), bentuk-bentuk kebijakan dividen adalah sebagai berikut: a. Kebijakan Dividen yang Stabil (Stable Dividend per Share Policy), yakni jumlah pembayaran dividen itu sama besarnya dari tahun ke tahun. Salah satu alasan mengapa suatu perusahaan itu menjalankan kebijakan dividen yang stabil ialah untuk memelihara kesan para investor terhadap perusahaan tersebut, sebab apabila perusahaan menerapkan kebijakan dividen yang stabil berarti perusahaan itu yakin bahwa pendapatan bersihnya juga stabil dari tahun ke tahun. b. Kebijakan Dividend Payout Ratio (Rasio Pembayaran Deviden) yang Tetap. Dalam kebijakan ini, jumlah dividen akan berubahubah sesuai dengan jumlah laba bersih, tetapi rasio antara dividen dan laba ditahan adalah tetap. c. Kebijakan Kompromi (compromise policy), yakni suatu kebijakan dividen yang terletak antara kebijakan dividen per saham yang stabil dan kebijakan dividend payout ratio yang konstan ditambah dengan persentasi tertentu pada tahun-tahun yang mampu menghasilkan laba bersih yang tinggi. d. Kebijakan Dividen Residual (Residual Dividend Policy). Apabila menghadapi suatu kesempatan investasi yang tidak stabil maka manajemen menghendaki agar dividen hanya dibayar ketika laba bersih itu benar. 2. Capital Gain Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual Capital Gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.
2.6. Analisis Fundamental Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestisimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Analisis fundamental adalah salah satu jenis analisis investasi yang dilakukan yang dilakukan investor dengan memperhatikan laporan keuangan dan fundamental perusahaan. Setiap berita baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan ekonomi dapat menjadi faktor fundamental yang penting untuk dicermati (Sabrini, 2008). Menurut Husnan (2001), karena banyak faktor yang mempengaruhi harga saham, maka untuk melakukan analisis fundamental diperlukan beberapa tahapan analisis. Tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 2.6.1. Analisis Ekonomi dan Pasar Kegiatan perekonomian mempengaruhi kondisi pasar, sehingga dapat mempengaruhi para pemodal. Apabila pasar membaik atau memburuk, artinya saham-saham juga akan terpengaruh dengan arah yang sama. Selain terhadap tingkat keuntungan yang diperoleh investor, kondisi pasar juga mempengaruhi kemampuan perusahaan memperoleh
laba.
Disamping
pengaruhnya
terhadap
kondisi
perusahaan, kondisi perkonomian juga mempengaruhi kondisi industri (Husnan, 2001). 2.6.2. Analisis Industri Sebelum melakukan analisis industri atau sektor tertentu, maka perlu melihat perkembangan atau kinerja industri/sektor tersebut, sehingga
dapat
memberikan
gambaran
arah
perkembangan
industri/sektor tersebut. Seharusnya pengamatan perlu dilakukan untuk periode yang cukup panjang sehingga barangkali dapat dideteksi pola perkembangannya atau adanya pengaruh akibat kondisi ekonomi. Menurut Husnan (2001), untuk melakukan analisis industri, langkah yang pertama yang dapat dilakukan adalah dengan
mengidentifikasikan tahap kehidupan produknya. Tahap ini bermaksud untuk mengenali apakah industri tempat perusahaan beroperasi merupakan industri yang masih berkembang cepat, sudah stabil, ataukah sudah menurun. Langkah berikutnya adalah menganalisis industri dalam kaitannya dengan kondisi perekonomian. Langkah ketiga adalah analisis kualitatif terhadap industri tersebut, yang dimaksudkan untuk membantu pemodal menilai prospek industri di masa yang akan datang. 2.6.3. Analisis Perusahaan Analisis fundamental perusahaan dilakukan untuk menilai intrinsik saham perusahaan yang di analisis. Nilai intrinsik ini digunakan untuk membandingkan dengan harga pasar. Nilai intrinsik suatu saham ditentukan oleh faktor-faktor fundamental
yang
mempengaruhinya (Halim, 2003). Menurut Husnan (2001), untuk menafsir nilai intrinsik saham, ada dua metode yang sering digunakan, yaitu metode present value (metode kapitalisasi penghasilan) dan metode Price Earning Ratio atau PER (metode kelipatan laba). 1. Metode present value Metode ini adalah nilai saat ini suatu saham adalah sama dengan present value arus kas yang diharapkan akan diterima oleh pemilik saham tersebut. Arus kas (bebas) merupakan arus kas yang dihasilkan dari operasi perusahaan setelah dikurangi pajak dan setelah dikurangi kebutuhan pengeluaran untuk investasi modal (Petty, 2002). 2. Metode Price Earning Ratio (PER) Metode Price earning Ratio (PER) adalah ukuran kinerja saham yang didasarkan atas perbandingan harga pasar saham terhadap pendapatan per lembar saham (Earning Per Share, EPS). Langkah pertama yang perlu adalah memahami laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Ada dua laporan keuangan yang utama, yaitu Neraca dan laporan Rugi Laba.
Perusahaan yang memiliki nilai PER yang paling rendah adalah perusahaan yang harga sahamnya paling murah. Sedangkan untuk perusahaan yang memiliki nilai PER yang paling tinggi adalah perusahaan yang mempunyai harga saham yang paling mahal.
2.7. Kerangka Analisis Fundamental Melalui kerangka analisis fundamental dapat diperoleh struktur penilaian-penilaian, yaitu manfaat yang diharapkan, baik dalam bentuk dividen maupun laba dan risiko investasi yang akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang layak, dengan menganalisis terhadap faktor ekonomi atau pasar, faktor industri dan faktor perusahaan. Secara jelas dapat dilihat pada Gambar 1.
Analisis
Penilaian
1. Manfaat yang diharapkan, baik dalam bentuk dividen maupun laba. 2. Risiko investasi yang akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang layak
Dilakukan dengan
Analisis terhadap : 1. Ekonomi atau pasar 2. Industri 3. Perusahaan
Gunakan model valuasi dividen Atau Gunakan model PER
Gambar 1. Kerangka analisis fundamental Sumber : Husnan, 2001
2.8. Capital Asset Pricing Model (CAPM) Menurut Halim (2003), CAPM merupakan model untuk menentukan harga suatu aset pada kondisi ekuilibrium, tujuannya adalah untuk menentukan minimum required of return dari investasi yang beresiko. Asumsi-asumsi yang mendasari Capital Asset Pricing Model yang dipergunakan adalah sebagai berikut: 1.
Diasumsikan tidak ada biaya transaksi. Dengan demikian pemodal bisa membeli atau menjual sekuritas tanpa menanggung biaya transaksi.
2.
Diasumsikan bahwa investasi sepenuhnya bisa dipecah-pecah (fully divissible). Artinya pemodal bisa melakukan investasi sekecil apapun pada jenis sekuritas.
3.
Diasumsikan tidak ada pajak penghasilan bagi para pemodal. Dengan demikian pemodal akan merasa indefferent antara memperoleh dividen ataupun capital gains. Pemodal dikatakan capital gains kalau terjadi kenaikan harga saham, dan capital loss apabila terjasi penurunan harga saham.
4.
Diasumsikan bahwa para pemodal tidak bisa mempengaruhi harga saham dengan tindakan membeli atau menjual saham.
5.
Para
pemodal
diasumsikan
akan
bertindak
semata-mata
atas
pertimbangan expected value (nilai yang diharapkan) dan deviasi standar tingkat keuntungan portofolio. 6.
Diasumsikan bahwa para pemodal bisa melakukan short sales.
7.
Diasumsikan terdapat para pemodal yang bisa menyimpan dan meminjam dengan tingkat bunga yang sama.
8.
Pemodal diasumsikan mempunyai pengharapan yang homogen. Ini berarti bahwa para pemodal sepakat tentang expected return (pengembalian yang diharapkan), deviasi standar dan koefisien korelasi antar tingkat keuntungan.
9.
Diasumsikan bahwa semua aktiva bisa diperjual belikan.
2.9. Analisis Teknikal Analisis Teknikal (technical analysis) adalah salah satu analisis atau metode pendekatan yang mengevaluasi pergerakan suatu harga saham, valas, kontrak berjangka (future contract), indeks dan beberapa instrumen keuangan lainnya. Analisa teknikal adalah kombinasi antara studi harga (pembukaan, harga tertinggi/terendah, dan penutupan) dengan menggunakan grafik-grafik chart yang terbentuk sebagai peta utama untuk menentukan langkah-langkah berikutnya (Husnan, 2001). Analisis teknikal adalah analisis sekuritas dengan menggunakan grafik harga dan volume historis. Pada dasarnya, analisis teknikal menawarkan pengembangan teknik perdagangan saham (investasi jangka pendek) berdasarkan pengamatan dan pergerakan harga serta volume perdagangan masa lalu. Dengan membuat suatu trend atau pola grafik historis, seorang investor saham bisa membuat suatu keputusan untuk membeli atau menjual saham (Fernandez. et all, dalam Ganesh, 2008). 2.9.1. Asumsi-Asumsi Dasar Analisis Teknikal Menurut Halim (2003), asumsi-asumsi yang berlaku dalam analisis teknikal adalah sebagai berikut: 1. Harga saham ditentukan oleh interaksi supply dan demand. 2.
Supply dan demand itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang rasional maupun irrasional.
3.
Perubahan harga saham cenderung bergerak mengikuti trend tertentu.
4.
Trend tersebut dapat berubah karena bergesernya supply dan demand.
5.
Pergeseran supply dan demand dapat terdetektesi dengan memperlajari diagram dari perilaku pasar.
6.
Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali di masa mendatang.
2.9.2. Prinsip Dasar Analisis Teknikal Ada tiga prinsip yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan analisis teknikal (www.imarketiva.com/analisa-teknikal, 2009), yaitu : 1.
Market Price Discounts Everything, yaitu segala kejadiankejadian yang dapat mengakibatkan gejolak pada bursa valas secara keseluruhan atau harga mata uang suatu negara seperti faktor ekonomi, politik fundamental dan termasuk juga kejadiankejadian yang tidak dapat diprediksi sebelumnya seperti adanya peperangan, gempa bumi dan lain sebagainya akan tercermin pada harga pasar.
2.
Price Moves in Trend, yaitu harga valuta asing akan tetap bergerak dalam satu trend. Harga mulai bergerak ke satu arah, turun atau naik. Trend ini akan berkelanjutan sampai pergerakan harga melambat dan memberikan peringatan sebelum berbalik dan bergerak ke arah yang berlawanan.
3.
History
Repeats
It
Self,
karena
analisis
teknikal
juga
menggambarkan faktor psikologis para pelaku pasar, maka pergerakan historis dapat dijadikan acuan untuk memprediksi pergerakan harga di masa yang akan datang. Pola historis ini dapat terlihat dari waktu ke waktu di grafik. Pola-pola ini mempunyai
makna
yang
memprediksi pergerakan harga.
dapat
diinterprestasikan
untuk
2.9.3. Kerangka analisis Teknikal Menurut Husnan (2001), analisis teknikal pada umumnya merupakan upaya untuk menentukan kapan akan (masuk pasar) atau menjual saham (keluar pasar), dengan memanfaatkan indikator-indikator teknis maupun dengan pendekatan grafis. Secara jelas dapat dilihat pada Gambar 2.
Analisa Teknikal Mencoba untuk
Mengidentifikasi Kapan gerakan
Kondisi pasar
Suatu saham
Dengan menganalisis Perubahan harga lewat
Indikator teknis
Grafik Gambar 2. Kerangka analisis teknikal Sumber : Husnan, 2001
2.9.4. Indikator Moving Average Indicator Moving Average (MA) adalah salah satu indikator paling tua dan paling populer untuk analisa teknis. moving average adalah indikator perhitungan harga rata-rata dari satu mata uang pada waktu tertentu. Ketika menghitung satu moving average, harus menetapkan rentang waktu untuk menghitung harga rata-rata (Sabrini, 2008). Moving average adalah pergerakan harga rata-rata dari suatu saham dalam sebuah durasi waktu. Indikator ini sangat berguna dalam grafik perdagangan saham yang memiliki trend. Jika trend naik, indikator ini memberikan petunjuk/sinyal beli. Sebaliknya, jika grafik menunjukan trend penurunan, indikator ini memberikan sinyal jual (Sulistiawan dan Liliana, 2007). Penggunaan moving average adalah untuk mengidentifikasi arah trend yang sedang dan akan terjadi. Menurut Sabrini (2008), ada lima macam indikator moving average, yaitu: 1.
Ada beberapa variasi aplikasi metode rata-rata bergerak yang digunakan analisis teknikal, antara lain: a. Simple Moving Average (Rata-Rata Bergerak Sederhana). Cara penghitungan Simple Moving Average (SMA) adalah dari suatu penjumlahan harga saham x hari sebelumnya dibagi dengan x hari. b. Weighted Moving Average (Rata-Rata Bergerak Tertimbang) Menghasilkan nilai yang sama dengan SMA. Perbedaannya hanyalah masalah pembobotan. Jika dalam perhitungan SMA menganggap bahwa harga saham satu hari yang lalu memiliki bobot yang sama, maka dalam perhitungan WMA harga saham satu hari yang lalu memiliki bobot yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga saham hari-hari sebelumnya. c. Exponential Moving Average (EMA)
Konsep yang digunakan masih sama. Namun dasar pembobotan dari EMA tidak hanya dari harga masa lalu saja, tapi dari perhitungan rata-rata bergerak masa lalu.
2.
Indikator Perdagangan Lebih dari Satu Moving Average a. Double Cross-over Moving Average (Perpotongan Dua Garis MA) Pada metode ini, penentuan sinyal berasal dari perpotongan antara sesama grafik MA bukan dari perpotongan grafik saham dengan grafik MA. b. Triple Cross-over Moving Average (Perpotongan Tiga Garis MA) Penggunaan tiga garis MA sama dengan penggunaan perpotongan dua garis MA. Bedanya hanya dalam jumlah indikator MA yang digunakan.
3.
Moving Average Convergence-Divergence (MACD) MACD adalah metode analisis teknis yang modern yang dikembangkan oleh Gerald Apple. Metode ini menggunakan perpotongan dua EMA. Kombinasi dua grafik EMA tersebut menghasilkan grafik MACD.
4.
Moving Average Envelope Ketepatan dari penggunaan satu moving average (MA) dapat ditingkatkan kemampuannya dengan bantuan grafik MA yang menggambarkan atas bawah dan atas dari trend grafik saham penggunaan MA batas bawah dan atas ini dinamakan MA Envelope (bentuk: Amplop).
5.
Bollinger Bands Bolinger Band pertama kali dikembangkan oleh John Bollinger. Bolinger band terdiri dari 3 garis utama. Garis teratas dinamakan upper band, garis tengah di namakan middle band dan yang paling bawah disebut lower band. Middle band sendiri merupakan hasil pergerakan dari simple moving average. dan upper dan lower band
adalah 2 kali standar deviasi dari middle band. Sinyal yang dihasilkan dari analisis ini antara lain adalah: Double Bottom Buy, adalah apabila sebuah harga ketika harga menembus batas bawah (lower band) dan tetap berada diluar batas bawah pada periode berikutnya. Double Top Sell, adalah apabila sebuah harga ketika menembus batas atas (upper band) dan tetap berada di luar batas atas pada periode berikutnya. 2.10. Penelitian Terdahulu Primasari (2004) melakukan penelitian mengenai tingkat imbalan risiko investasi agribisnis dengan menggunakan analisis fundamental dan teknikal sebagai pendekatannya. Saham agribisnis yang diteliti adalah 11 saham agribisnis dari 38 perusahaan agribisnis yang tercatat di BEJ. 11 saham tersebut adalah Astra Agro Lestari (AALI), Multibreder Adirama Indonesia (MBAI), Chaoren Pokphand Indonesia (CPIN),
Fajar Surya
Wisesa (FASW), Indofood Sukses Makmur (INDF), Mayora Indah (MYOR), Sari Husada (SHDA), Ultra Jaya Milk (ULTJ), BAT Indonesia (BATI), Gudang Garam (GGRM), HM Sampoerna (HMSP). Analisis Fundamental dilakukan dengan menghitung Market Value Edit (MVA), Price Earning Ratio (PER), dan Price to Book Value (PBV). Analisis teknikal dilakukan dengan menggunakan grafik Moving Average atas dasar harga dan volume perdagangan. Kemudian komponen-komponen fundamental dan teknikal dianalisis untuk mengukur pendapatan dan resiko. Hasil perbandingan antara fundamental dan teknikal, disimpulkan bahwa penggunaan analisis teknikal dalam menganalisis saham oleh investor akan lebih menguntungkan daripada analisis fundamental. Ganesh (2008) melakukan penelitian yang dilakukan di BEI, dengan mengambil data saham yang termasuk kedalam Indeks Kompas 100 periode Februari sampai Juni 2008 sektor pertambangan, di antaranya ANTM (Aneka Tambang), BUMI (Bumi Resources), ENRG (Energi Mega Persada), INCO (Inco Indonesia), TINS (Timah), PTBA (Tambang Batubara Bukit Asam), MEDC (Medco). Menganalisis faktor fundamentalnya karena dinilai telah di