BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyuluhan Penyuluhan adalah upaya perubahan perilaku manusia yang dilakukan melalui pendekatan edukatif. Pendekatan edukatif ini dilakukan secara sistematik, terencana, dan terarah dengan mengikutkan peran aktif individu atau kelompok maupun
masyarakat.
Dengan
pendekatan
ini,
diharapkan
kemampuan
individu/masyarakat dapat bertidak sendiri untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dalam penyuluhan di masyarakat sebagai pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku, maka terjadi proses komunikasi antara pemberi penyuluhan dengan masyrakat (Suhardjo, 1996). Menurut Azwar (1983) dalam Maulana (2009), penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan. Penyuluhan dilakukan dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan kesadaran, disamping itu sikap dan perbuatan. Penyuluhan kesehatan merupakan salah satu cara dalam promosi kesehatan. Dalam promosi kesehatan, merangkum pengertian pendidikan kesehatan, penyuluhan kesehatan serta komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE). Sesuai dengan pengertian diatas, maka penyuluhan gizi dapat diartikan sebagai
suatu
pendekatan
edukatif
untuk
menghasilkan
perilaku
individu/masyarakat yang diperlukan dalam meningkatkan/mempertahankan gizi
10 Universitas Sumatera Utara
11
yang baik. Penyuluhan gizi ini memiliki tujuan salah satunya adalah menciptakan sikap positif terhadap gizi dan terbentuknya pengetahuan dalam memilih sumbersumber pangan sehingga timbulnya kebiasaan makan yang baik (Suhardjo,1996). 2.1.1 Metode penyuluhan Metode dalam penyuluhan ada berbagai jenis dan cara. Metode dan teknik yang digunakan dipilih untuk mencapai tujuan penyuluhan. Selain itu, metode menjadi salah satu alat bantu dalam proses interaksi antara penyuluh dan peserta penyuluhan. Santoso Karo-Karo (1981) mengungkapkan dalam Supariasa (2012), metode pendidikan kesehatan merupakan setiap cara, teknik, ataupun strategi untuk mencapai tujuan sesuai situasi dan kondisi serta sumber daya yang tersedia. Menurut Van Deb Ban dan Hawkins yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), metode yang dipilih oleh seorang agen penyuluhan sangat tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode penyuluhan ada 3 (tiga) yaitu: 1. Metode berdasarkan pendekatan perorangan Metode ini digunakan untuk membina seseorang ke perilaku baru. Hal ini juga dilakukan mengingat karena masing-masing individu memiliki perbedaan satu sama lain. Penyuluh berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan. Pendekatan ini bisa dilakukan dengan bimbingan dan wawancara. Walau metode ini memiliki kelemahan dari segi sasaran yang ingin dicapai sangat sedikit karena terbatasnya jangkauan penyuluh untuk mengunjungi dan membimbing sasaran secara individu, selain itu juga membutuhkan banyak tenaga penyuluh dan membutuhkan waktu yang lama. Tetapi dengan cara
11 Universitas Sumatera Utara
12
bimbingan yang bersifat intensif jadi klien akan lebih ingin merubah perilakunya secara sadar. Berbeda dengan interview atau wawancara, cara ini dilakukan dengan menggali informasi dengan pertanyaan-pertanyaan tentang keadaan klien yang belum merubaha perilaku. 2. Metode berdasarkan pendekatan kelompok Kelompok adalah kumpulan lebih dari satu individu yang satu sama lain melakukan interaksi. Metode ini sangat efektif pada kelompok yang beranggota lebih dari 15 orang. Karena jumlah yang berbeda, cara yang dipakai pada kelompok ini adalah ceramah dan seminar. a.
Ceramah Metode ini dilakukan dengan cara berbicara di depan umum. Metode ini sangat baik karena cocok untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Tetapi ceramah juga memerlukan keahlian khusus terutama pada penceramah (penyuluh) untuk menguasai materi dengan baik. Selain itu, ceramah memerlukan media lain untuk membantu pemberian informasi seperti slide, sound sistem dan lain-lain.
b.
Seminar Metode seminar hampir sama dengan ceramah tetapi sasarannya adalah kelompok dengan pendidikan menengah ke atas. Selain itu, seminar haruslah menyiapkan penyaji (narasumber) yang berpengalaman atau orang ahli tentang satu topik.
12 Universitas Sumatera Utara
13
Selain itu, pada kelompok yang jumlahnya kurang dari 15 orang atau kelompok kecil, metode yang baik dilakukan seperti: a.
Diskusi Kelompok Metode ini dilakukan agar semua anggota dapat berpartisipasi dan beragrumen dalam diskusi suatu topik. Sehingga dalam metode in posisi duduk sangat diatur agar dapat memandang satu sama lain. Metode ini memerlukan pemimpin diskusi yang mampu mengatur jalannya diskusi sehingga tidak ada peserta yang tidak berbicara dan mendapatkan kesempatan berbicara.
b.
Curah Pendapat (Brain Storming) Metode ini hampir sama dengan diskusi kelompok, bedanya terlebih dahulu setiap peserta yang memberikan tanggapan, pernyataan, dan jawaban dari suatu topik ditampung dulu dan dituliskan dalam flipchart tanpa dikomentari oleh peserta lain. Setelah semua peserta menyapaikan pendapat mereka, maka peserta lain mengomentari dan akhirnya terjadi diskusi.
c.
Bola Salju (Snow Bolling) Metode ini terlebih dahulu dengan membagi kelompok menjadi pasangan-pasangan. Setelah itu, dibagikan suatu masalah dan setelah 5 (lima) menit berdiskusi, 2 pasangan digabungkan menjadi satu kelompok. Lalu, 5 menit kemudian digabungkan 4 (empat) anggota kelompok tadi dengan kelompok lainnya dan terjadilah diskusi.
13 Universitas Sumatera Utara
14
d.
Kelompok- kelompok Kecil (Buzz Group) Metode ini dilakukan dengan membagi kelompok penyuluhan menjadi kelompok-kelompok kecil yang kemudian dibagikan suatu topik masalah sama maupun berbeda kemudian di diskusikan bersama. Selanjutnya tiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya dan kembali di diskusikan bersama dan dicari kesimpulannya.
e.
Role Play (Memainkan Peran) Dalam metode ini, beberapa anggota kelompok diberikan peran tertentu untuk dimainkan. Seperti menjadi seorang dokter, perawat, pasien dan sebagainya dengan bahasa sehari-hari kemudian peserta lain bertugas sebagai penonton.
f.
Permainan Simulasi (Simulation Game) Metode bermain ini adalah gabungan dari role play dengan diskusi kelompok. Pesan yang disimpulkan dalam hasil diskusi dijadikan permainan seperti monopoli dan dadu. Beberapa orang dapat menjadi pemain dan sebagian lain sebagai penonton ataupun narasumber.
g.
Permainan (Games) Metode ini dilakukan dengan menyampaikan pesan kepada peserta didik dengan kegiatan yang menyenangkan. Metode ini tidak hanya menekan pada unsur kesenangan tetapi juga tujuan pembelajaran tanpa disadari oleh peserta. Metode ini baik dilakukan dengan berbagai usia terkhusus anak-anak. Metode ini menimbulkan rasa gembira dan kompetisi. Tetapi kekurangan dari metode ini terkadang menimbulkan perasaan kalah dan menang antar peserta penyuluhan.
14 Universitas Sumatera Utara
15
3. Metode berdasarkan pendekatan massa Masyarakat adalah sistem terbuka yang terdiri dari berbagai kelompok yang homogen maupun heterogen. Metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah yang banyak dan bersifat umum, sehingga tidak membeda-bedakan sasaran dari segi umur, jenis kelamin ataupun status sosial. Metode ini cukup baik untuk dilakukan, tapi terbatas hanya dapat menimbulkan kesadaran dan keingintahuan saja. Metode pendekatan massa dapat mempercepat proses perubahan tapi jarang bisa mewujudkan perubahan perilaku. Metode yang biasa dilakukan secara tidak langsung seperti ceramah umum ataupun pidato serta tulisan-tulisan di majalah dan koran.
Metode yang dipakai untuk penyuluhan ini adalah ceramah. Hal ini karena penyampaian informasi dengan cara berbicara adalah cara yang paling alamiah dan mudah dilakukan. Dengan berbicara, penyuluh dengan peserta dapat bertatapan dan berinteraksi langsung secara alamiah. Ceramah kesehatan sudah menjadi cara yang umum dan biasa digunakan untuk berbagi pengetahuan dan fakta kesehatan. Agar ceramah lebih bersifat mendidik, maka metode ini dikombinasikan dengan alat bantu pandang seperti poster, slide, ataupun gambar flanel. Sehingga ceramah yang disajikan dengan baik akan berdampak lebih hidup dan efektif dalam penyampaian pengetahuan dan fakta kesehatan (WHO, 1988). Karena anak-anak sekolah dasar itu muda dan aktif, sehingga sangat baik menentukan metode untuk mendorong anak berperan secara penuh dalam belajar. Maka selain metode ceramah, metode bermain games akan memudahkan penyampaian informasi. Ini diketahui karena metode ini mendorong peran anak dalam bentuk kesempatan anak untuk bertanya dan juga bermainan. Dalam 15 Universitas Sumatera Utara
16
permainan, dapat mendorong rasa ingin tahu dan keinginan untuk mencoba hal baru. Daniel Berley (1960) mengungkapkan bahwa dalam bermain membantu perkembangan anak (Santrock, 2007). Metode bermain juga dipergunakan untuk memahami kekurangan dan kelebihan yang dimiliki dari peserta secara langsung. Selain itu, metode ini membuat suasana lebih santai dan peserta dapat memahami permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan bermain juga memberi dampak semangat karena sering dibumbuhi dengan hadiah (reward) (Supariasa, 2012). Jenis permainan yang dipilih adalah dengan menebak rasa sayur dan buah. Permainan ini dipilih karena dapat memperkenalkan kembali rasa sayur dan buah yang telah dirasakan oleh para siswa saat pemberian informasi dengan ceramah dilakukan. Mengenalkan anak pada berbagai ragam makanan dapat membantu anak memberikan motivasi dan keinginan anak untuk makan dengan benar melalui penilaian terhadap rasa, tekstur dari sayur dan buah secara langsung (Widodo, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Bintaria pada tahun 2011 mengenai penyuluhan dengan menggunakan ceramah dan juga pemberian poster tentang jajanan sehat membantu meningkatkan perilaku anak SD kelas V (lima) yang disuluh. Hal ini dikarenakan, metode ini membantu anak mengingat dengan membaca poster yang diberikan oleh peneliti. Penyuluhan lain telah yang dilakukan oleh Hariani pada tahun 2010 dengan metode ceramah dan poster menunjukkan peningkatan yang cukup terlihat terhadap pengetahuan dan sikap anak SD dalam konsumsi buah dan sayur.
16 Universitas Sumatera Utara
17
Selain itu, penyuluhan dengan menggunakan salah satu jenis dari permainan yaitu dengan penggunaan flashcard yang dilakukan oleh Syofia (2014). Dengan metode ini, dapat dilihat terjadi peningkatkan pengetahuan dan sikap anak sekolah dasar kelas I (satu)- III (tiga) SD Islam Titi Berdikari tentang makanan bergizi, aman dan seimbang. Penyuluhan yang dilakukan peneliti dengan menggunakan flashcard menurut siswa sangat menarik sehingga membantu siswa dalam mengingat informasi yang telah diberikan oleh peneliti. 2.1.2 Media penyuluhan Media berasal dari kata medius yang berarti tengah, pengantar atau pengantara. Media juga disebut alat penyalur pesan. Menurut Fleming (1987), media dapat diartikan sebagai pesan yang ikut dalam interaksi antara peserta didik dan pengajar sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima. Pesan, ide, gagasan atau informasi yang disampaikan pengajar atau pembicara akan mudah diterima apabila diberikan dengan metode dan media yang benar (Setiawan dan Dermawan, 2012). Media pembelajaran merupakan faktor penentu dalam kelangsungan proses pembelajaran. Untuk itu, perlu diketahui informasi yang terkait tentang media sebagai alat komunikasi, fungsi dan manfaat media untuk pengembangan pembelajaran.
Hamalik
(1986)
mengungkapkan
manfaat
media
berupa
pembangkit minat dan semangat baru bagi peserta didik saat belajar, pembangkit motivasi dalam pembelajaran serta memberikan pengaruh psikologi bagi peserta didik. Menurut Levie dan Lentz, fungsi media adalah untuk menarik perhatian dan dapat mengurangi rasa bosan pada peserta didik (Setiawan dan Dermawan, 2012).
17 Universitas Sumatera Utara
18
Menurut Syaiful Bahri dalam Setiawan dan Dermawan (2012), media dapat dilihat berdasarkan jenisnya, yakni: 1. Auditif, media yang hanya mengandalkan kemampuan suara seperti radio, tape recorder atau piringan hitam. 2. Visual, media yang mengandalkan kekuatan pandangan atau media yang menampilkan gambar seperti slide, lukisan, cetakan ataupun film bisu. 3. Audiovisual, media yang mengandung suara dan gambar seperti film atau video singkat. Media yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah slide dan proyektor LCD yang merupakan media dalam bentuk visual. Media ini memudahkan penyajiian informasi atau pesan melalui penampilan foto atau gambar dalam tampilan yang menarik, tidak memakan waktu yang lama dan tidak membosankan. Selain itu, dengan media ini interaktivitas peserta menjadi lebih tinggi (Setiawan dan Dermawan, 2012). Rumondang Pulungan (2007) melakukan penelitian penyuluhan mengenai pemberantasan nyamuk demam berdarah di Kecamatan Helvetia pada dokter kecil. Dalam penelitiannya, peneliti menggunakan dua metode yaitu dengan menggunakan media cetak leaflet dan juga media visual yaitu film. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terdapat perbedaan pengetahuan dan sikap pada dokter kecil yang mendapatkan media film dan leaflet. Media film yang diputar melalui proyektor LCD lebih memberi dampak yang bermakna daripada menggunakan media cetak leaflet.
18 Universitas Sumatera Utara
19
2.1.3 Penyuluhan gizi di sekolah Penyuluhan gizi merupakan salah satu program gizi. Menurut Departemen Kesehatan
(1991),
penyuluhan
gizi
merupakan
proses
belajar
untuk
mengembangkan pengertian dan sikap yang positif terhadap gizi agar yang bersangkutan dapat memiliki dan membentuk kebiasaan makanan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga penyuluhan gizi membantu orang lain dalam membentuk dan memiliki kebiasaan makan yang baik (Supariasa, 2012). Penyuluhan gizi ini bertujuan meningkatkan status gizi masyarakat khususnya golongan rawan gizi (ibu hamil, ibu menyusui, anak dan lansia) sehingga pengetahuan masyarakat meningkat, mengubah perilaku konsumsi makanan sehingga tercapai status gizi yang baik serta membantu individu dan masyarakt berperilaku positif yang berhubungan dengan pangan dan gizi. Dalam kegiatan penyuluhan gizi diawali dengan kegiatan perencanaan. Perencanaan gizi dilakukan dengan menentukan masalah yang ingin ditanggulangi, sasaran penyuluhan, daerah yang membutuhkan penyuluhan gizi serta sarana dan prasarana dalam penyuluhan (Supariasa, 2012). Menurut World Health Organization (WHO), sekolah dapat menjadi sumber untuk mempromosikan dan meningkatkan kesehatan. Ini dikarenakan sekolah adalah sebuah komunitas interaksi yang efektif walau hanya 6-8 jam perhari. Penyuluhan yang dilakukan di sekolah salah satu sasarannya adalah siswa (the leaner). Dengan ini murid dapat belajar gizi sesuai dengan kemampuannya seperti makanan apa yang boleh diamakan atau apa yang tidak sesuai dengan konsep ilmu gizi, kepercayaan, budaya maupun agama. Maka peningkatkan
19 Universitas Sumatera Utara
20
perilaku peserta didik yang positif terhadap kesehatan dan keterampilan yang mendukung kesehatan fisik, mental dan sosial (Supariasa, 2012) (Kholid, 2012). Pengadaan promosi kesehatan di sekolah tidak hanya untuk masyarakat sekolah itu sendiri namun menjadi wujud dari kerja sama dari berbagai pihak. Sehingga dalam kegiatan ini juga melibatkan pihak yang terkait seperti orang tua, guru bahkan organisasi kesehatan yang berada di sekitar sekolah seperti Puskesmas yang memiliki program tambahan berupa Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Para pihak yang ikut turut andil dalam kegiatan ini memiliki peran yang antara lain mampu menanamkan kebiasaan hidup sehat, melakukan deteksi dini penyakit terhadap siswa, dan bagi petugas kesehatan juga mampu menjadi penggerak masyarakat sekolah dalam upaya kesehatan sekolah dengan memberi pelatihan dan bimbingan (Notoatmodjo, 2010). Di berbagai daerah seperti DKI Jakarta, sekolah dasar mampu mengembangkan program dokter kecil yang memiliki tugas seperti memberikan penyuluhan kesehatan, mengawasi kebersihan sekolah, menimbang berat badan ataupun mengukur tinggi badan. Sehingga para siswa lain mampu mempraktikkan dan membiasakan hidup sehat di sekolah, keluarga dan dimanapun siswa itu berada. Oleh karena itu, bimbingan kesehatan bagi siswa sekolah dasar diperlukan untuk menjadi contoh bagi para siswa lain (Notoatmodjo, 2010). Seperti yang dilakukan oleh siswa sekolah dasar kelas III (tiga), IV (empat), dan V (lima) di kota Depok, Jawa Barat pada tahun 2008. Promosi kesehatan dilakukan untuk menurunkan angka DBD (Demam Berdarah Dengue) dengan cara pelatihan dan kampanye. Kegiatan ini berhasil dilakukan dengan
20 Universitas Sumatera Utara
21
peningkatan pengetahuan dan sikap siswa yang berkaitan tentang pencegahan DBD. Selain itu, kegiatan ini juga berhasil merubah pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga karena kegiatan ini mampu menjadi tindakan penyampaian informasi dari siswa ke keluarga di rumah (Notoatmodjo dkk, 2012).
2.2 Perubahan Perilaku Perubahan perilaku adalah tujuan pendidikan kesehatan. Menurut Notoatmodjo (2010), pendidikan kesehatan itu sekurang-kurangnya memiliki 3 dimensi, yaitu: 1. Mengubah perilaku negatif (tidak sehat) menjadi positif (sesuai dengan nilainilai kesehatan). 2. Mengembangkan perilaku positif (pembentukan atau pengembangan sehat). 3. Memelihara perilaku yang sudah positif (perilaku yang sesuai dengan nilai kesehatan) atau mempertahankan perilaku kesehatan yang sudah ada. Dalam mengubah perilaku individu maka ada beberapa strategi yang dilakukan untuk memperoleh perubahan perilaku tersebut oleh WHO (World Health Organization) yaitu salah satunya melalui pendidikan atau promosi kesehatan dengan cara pemberian informasi kesehatan (Education) (Notoatmodjo, 2010). Menurut Green (1991) dalam Notoatmodjo (2010) mengungkapkan bahwa perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu: 1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan serta nilai-nilai dari individu.
21 Universitas Sumatera Utara
22
2. Faktor pemungkinan (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, fasilitas-fasilitas serta sarana kesehatan. 3. Faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku dari petugas kesehatan atau petugas lain yang akan menguatkan referensi dari perilaku masyarakat. Sasaran dan tujuan dari promosi kesehatan terdiri dari domain yang utama yaitu: pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktik atau tindakan (practice). Pengetahuan dan sikap adalah perilaku tertutup yang masih belum tampak, sedangkan tindakan adalah perilaku yang sudah terbuka. Sehingga hasil penyuluhan kesehatan dimulai dari peningkatan pengetahuan tentang kesehatan kemudian meningkatnya sikap terhadap kesehatan dan akhirnya terjadi perubahan tindakan yang mengubah perilaku sasaran untuk hidup sehat (Notoatmodjo, 2012). Dengan begitu, setelah faktor predisposisi, diharapkan dukungan dari lingkungan sekitar peserta kemungkinan dapat merubah perilaku konsumsi atau tentang kesehatannya sehingga perubahan perilaku peserta dapat lebih kuat. Selain itu, faktor yang kuat dalam mendorong perubahan perilaku konsumsi anak adalah petugas kesehatan ataupun teman-teman disekitar anak yang menjadi faktor pendorong perubahan perilaku tentang kesehatan dalam membantu pemberian informasi dan pengetahuan (Notoatmodjo, 2012). Hal ini mengingatkan juga bahwa salah satu teori perubahan perilaku yaitu Teori Stimulus Organisme (SOR) bahwa perubahan perilaku tergantung pada kualitas rangsangan (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Menurut
22 Universitas Sumatera Utara
23
Hosland, et al (1953) perubahan perilaku hakikatnya sama dengan proses belajar yang terdiri dari: 1. Stimulus (rangsangan) yang diberikan kepada organisme, bila stimulus tidak diterima maka stimulus itu tidak efektif dalam mempengaruhi individu. Tetapi bila diterima maka ada perhatian dari individu tersebut 2. Setelah diterima oleh organisme (individu) maka ia akan mengerti stimulus yang diberikan 3. Setelah organisme mengolah stimulus itu sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak atau bersikap 4. Tetapi pada akhirnya dengan dukungan fasilitas dan didororng oleh lingkungan dari organisme tersebut maka terjadilah perubahan perilaku. Organisme: Perhatian Pengertian Penerimaan
Stimulus
Respon (Perubahan Sikap)
Promosi Kesehatan
Respon (Perubahan Tindakan/Perilaku) Gambar 2.1 Diagram Perubahan Perilaku menurut Teori SOR Dalam hal ini, penyuluhan tentang konsumsi sayur dan buah dapat menjadi stimulus sehingga merangsang pengetahuan dan perhatian dari anak untuk mengerti. Kemudian respon siswa yang belum tampak berupa perubahan
23 Universitas Sumatera Utara
24
sikap menjadi kesiapan bagi siswa untuk menerima stimulus yang diterima sehingga akhirnya saat anak siap untuk merubah sikapnya melalui pengetahuan yang diterimanya maka akan ada efek dari tindakan dari anak sehingga perilaku konsumsi sayur dan buah dapat berubah menjadi lebih baik setelah diberikan penyuluhan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana perubahan perilaku anak dari aspek perubahan sikap dan pengetahuan. Dalam pengukurannya, posttest akan diberikan setelah berjarak waktu selama 3 hari. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa lama ingatan informasi yang diberikan dapat diingat dan bertahan. Menurut Sulastyawati (2007) dalam penelitian Prasetyo (2013) mengungkapkan bahwa pemberian test kedua atau posttest untuk mengendapkan informasi yang diterima oleh anak sekolah dasar pada penyuluhan lebih baik tidak lebih dari 3 hari, serta penelitian yang dilakukan oleh Scoopy di Amerika dalam Lunandi (1993), manusia memiliki kelekatan ingatan hanya sebanyak 10% dalam jarak waktu selama 3 hari yang penyampaiannya dilakukan dengan cara bercerita. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2015) tentang pengaruh penyuluhan dengan berbicara atau ceramah dalam perubahan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa sekolah dasar Bantul di Yogyakarta sebanyak satu kali, dapat dilihat bahwa perubahan perilaku pada posttest yang diberikan sesaat penyuluhan selesai, mengalami peningkatan dari 40% menjadi 80%, hal ini dinilai dari kuesioner dan praktik. Sehingga hanya dengan menambahkan stimulus, informasi, pengetahuan agar terjadinya perubahan perilaku tetapi faktor
24 Universitas Sumatera Utara
25
reinforcement atau petugas dalam cara memberikan informasi dan stimulus memegang peranan yang penting. 2.3 Sayur dan Buah Kelompok sayur serta buah yang dikonsumsi merupakan sumber vitamin dan mineral serta serat. Ketika konsusmsi sayur dan buah belum memadai dapat berpengaruh terhadap suplai vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga akan terjadi gangguan pada sistem tubuh. 2.3.1 Karakteristik Sayur Bagian tumbuhan yang dapat dibuat menjadi sayur seperti daun (kubis, sawi, bayam, selada, kemangi), batang (asparagus, kangkung, seledri), bunga (jantung pisang, brokoli, kembang kol, bunga pisang dan pepaya), buah (timun, terong, labu, nangka muda), kecambah (tauge dan rebung), umbi (bawang) serta akar (bit, wortel, lobak, kentang) karena dapat dikatakan bahwa semua bagian tumbuhan dapat dijadikan bahan makanan sayur (Sediaoetama, 1999). Setiap jenis sayuran mempunyai warna, rasa, aroma, dan kekerasan yang berbeda-beda sehingga sebagai bahan pangan sayuran. Tekstur (kekerasan) sayursayuran dipengaruhi oleh turgor dari sel-sel yang masih hidup. Turgor adalah tekanan dari isi sel terhadap dinding sel. Dinding sel tersebut mempunyai sifat plastis. Isi sel dapat membesar karena menyerap air dari sekelilingnya. Oleh karena itu, turgor berpengaruh terhadap kekerasan (keteguhan) sel-sel parenkima dan juga berpengaruh terhadap tekstur bahan. Jika air di dalam sel berkurang maka sel akan menjadi lunak dan lemas. Sehingga ada sayur bertekstur keras karena kadar airnya tidak ada seperti sayur daun.
25 Universitas Sumatera Utara
26
Begitu juga dengan rasa, sayur memiliki berbagai rasa yang dapat dideteksi oleh lidah. Salah satunya adalah rasa pahit. Seperti yang diliput oleh Liputan6 Health online, Sayuran pahit memiliki sifat tertentu yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Fitonutrien atau zat aktif biologis yang memberikan bau, warna dan rasa pada tanaman ada dalam sayuran pahit. Selain itu, sayur yang memiliki rasa pahit memiliki berbagai nutrisi seperti glucopyranosides, salicin, flavonoid, dan polifenol yang menambah rasa pahit pada sayuran. Salah satu sayur yang berasa pahit adalah sawi, daun pepaya dan pare. Selain rasa pahit, sayur juga memiliki rasa manis alami seperti jenis sayur buah yaitu wortel dan kentang serta labu (Mel, 2011). 2.3.2 Karakteristik Buah Buah adalah organ pada tumbuhan yang berbunga perkembangan lanjutan dari bakal buah (ovarium). Buah pada umumnya membungkus dan melindungi biji. Buah sudah menjadi kebutuhan umum yang biasa dikonsumsi setelah makan atau sebagai pencuci mulut. Dalam klasifikasi di pasar, buah yang terdapat biasanya adalah apel, macam-macam buah beri, melon, pisang, anggur, dan beberapa jenis lain yang dapat dilihat secara umum. Buah secara umum dikonsumsi segar tetapi kemudian juga terdapat buah dalam bentuk kaleng dan buah-buahan beku (Vail, Phillips, Rust, Griswold, Justin, 1973). Buah dapat dikonsumsi dengan berbagai cara. Hal ini dikaitkan dengan strukstur buah yang dihasilkan saat panen sehingga menghasilkan serat daging buah dan cara mengkonsumsi buah yang berbeda. Menurut Ahmad (2008), struktur buah dapat dibagi menjadi:
26 Universitas Sumatera Utara
27
1. Berry Bagian dalamnya dan luarnya menyatu. Banyak jenis buah memiliki sifat seperti ini sehingga buahnya dapat dimakan secara langsung bersama kulitnya, seperti strawberry 2. Hespiridium Bagian luar tebal dan mengandung zat warna sedangkan lapisan tengahnya banyak mengandung ruang antar sel, dan lapisan dalamnya terdiri dari jaringan dengan kantong-kantong jus seperti Jeruk 3. Drupe Bagian luarnya akan terlihat jelas setelah buah matang dan lapisan tengah merupakan daging buah, dan lapisan dalam merupakan pelindung yang keras bagi biji seperti mangga. 4. Pome Bagian luar tipis, lapisan tengah merupakan daging buah, dan lapisan dalam seperti kertas yang berfungsi sebagai untuk melindungi biji seperti apel 5. Pepo Bagian luarnya tebal dan keras sedangkan lapisan tengah dan lapisan dalam menyatu membentuk daging buah. Pepo merupakan jenis buah berry termodifikasi, contohnya adalah buah melon. Selain struktur, dalam rasa karakteristik buah dapat memiliki rasa yang masam, atau tidak berasa sama sekali seperti rasa tepung yang tawar bila buah
27 Universitas Sumatera Utara
28
dalam keadaan mentah. Sedangkan buah yang matang dari perspektif kimia adalah buah yang mengandung senyawa-senyawa kimia seperti senyawa aromatis. Dengan kata lain, sifat-sifat fisika yang dengan mudah dapat diamati seperti rasa yang manis, disebabkan oleh adanya senyawa gula sederhana.
2.4 Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian untuk memperoleh gambaran secara jelas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Perubahan Pengetahuan
Penyuluhan tentang Sayur
terhadap Buah dan Sayur
dan Buah dengan Metode
Perubahan Perilaku dalam Konsumsi Buah
Ceramah dan Bermain
Perubahan Sikap terhadap
dan Sayur
Buah dan Sayur
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Ket:
: yang diteliti : yang tidak diteliti Menurut Green (1991) dalam Notoatmodjo (2010) mengungkapkan bahwa
perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu: faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pemungkinan (enabling factors), dan faktor pendorong atau penguat
(reinforcing
factors).
Faktor
predisposisi
adalah
faktor
yang
mempermudah terjadi perubahan perilaku dari pengetahuan, dan sikap individu. Oleh karena itu, untuk perubahan pengetahuan dan sikap siswa-siswa sekolah dasar yang akan diteliti maka dilakukan intervensi yaitu penyuluhan. Peneliti akan
28 Universitas Sumatera Utara
29
meneliti perubahan sikap dan pengetahuan sebelum dengan menggunakan pretest dan postest sesudah dilakukan penyuluhan sehingga dapat diketahui adanya perbedaan pengetahuan dan sikap antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
29 Universitas Sumatera Utara