BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kualitas Audit Menurut IAI (SPAP, 2014) profesi akuntan publik adalah profesi yang memberikan jasa yang berhubungan dengan auditing, dimana profesi ini sangat membutuhkan kepercayaan masyarakat, maka dalam melaksanakan tugasnya akuntan publik harus senantiasa berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Jasa yang diberikan oleh Akuntan Publik adalah melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan perusahaan dan memberikan pendapat atau opini tentang laporan keuangan tersebut apakah telah wajar dan sesuai dengan Standar Laporan Keuangan yang ditetapkan IAI. Informasi yang tersaji dalam laporan keuangan harus bersifat andal, akurat dan terpercaya dikarenakan informasi tersebut akan digunakan dalam pengembilan keputusan dan akan dipublikasikan agar dapat dilihat dan dipelajari oleh pihak – pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut. Untuk mencapai hal tersebut maka dibutuhkan pihak ketiga yang akan menjembatani pihak – pihak yang berkepentingan. Pihak ketiga tersebut harus bersifat independen dan biasanya orang yang dipakai sebagai pihak ketiga adalah auditor.
9
Universitas Sumatera Utara
Apabila hal ini disadari oleh auditor, maka yang menjadi fokus utama mereka dalam melaksanakan tugasnya adalah kualitas dari laporan audit yang akan mereka sampaikan, karena semakin berkualitas laporan audit yang mereka sampaikan, maka akan semakin baik pengaruh dari laporan tersebut kepada pihak yang mereka audit. Istilah “kualitas audit” mempunyai arti yang berbeda – beda bagi setiap orang. Para pengguna laporan keuangan berpendapat bahwa kualitas audit yang dimaksud terjadi jika auditor dapat memberikan jaminan bahwa tidak ada salah saji yang material (no material misstatements) atau kecurangan (fraud) dalam laporan keuangan auditee. Sedangkan, auditor sendiri memandang kualitas audit terjadi apabila mereka bekerja sesuai dengan standar professional yang ada, dapat menilai resiko bisnis auditee dengan tujuan untuk meminimalisasi resiko litigasi, dapat meminimalisasi ketidakpuasan auditee dan menjaga reputasi auditor. Kualitas audit adalah kemampuan dari seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya dimana dalam melakukan audit auditor dapat menemukan kesalahan klien dan melaporkannya serta memberikan rekomendasi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) menyatakan definisi kualitas audit adalah laporan hasil pemeriksaan yang memuat adanya
kelemahan
dalam
pengendalian
intern,
kecurangan,
penyimpangan, dari ketentuan peraturan perundang – undangan dan
10
Universitas Sumatera Utara
ketidakpatutan dan harus dilengkapi dengan tanggapan dari pimpinan atau pejabat yang bertanggungjawab pada entitas yang diperiksa mengenai temuan dan rekomendasi serta tindakan koreksi yang direncanakan. Cara yang paling efektif untuk menjamin bahwa suatu laporan audit telah dibuat secara wajar, lengkap, dan objektif adalah dengan mendapatkan
review
dan
tanggapan
dari
pejabat
yang
bertanggungjawab pada entitas yang diperiksa. Tanggapan atau pendapat dari pejabat yang bertanggungjawab tidak hanya mencakup kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan terhadap
ketentuan
peraturan
perundang
–
undangan,
atau
ketidakpatutan yang dilaporkan oleh pemeriksa, tetapi juga tindakan perbaikan yang direncanakan. Pemeriksaan harus memuat komentar tersebut dalam laporan auditnya. Menurut De Angelo yang dikemukakan oleh Castellani (2008:8) mengemukakan bahwa kualitas audit adalah kemungkinan (probability) didalam auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien (auditee). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) besar akan berusaha menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan KAP yang kecil. Menurut Castellani (2008:8) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang dijadikan indikator kualitas audit, yaitu (1) perencanaan, (2)
11
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan, (3) administrasi akhir, (4) kemampuan menemukan kesalahan, (5) keberanian melaporkan kesalahan. Menururt Wooten yang dikemukakan oleh Sari (2014:13) untuk mengukur kualitas audit digunakan indikator, yaitu (1) deteksi salah saji, (2) kesesuaian dengan SPAP, (3) kepatuhan terhadap SOP, (4) risiko audit, (5) prinsip kehati – hatian, (6) proses pengendalian atas pekerjaan oleh supervisor, dan (7) perhatian yang diberikan oleh manajer atau partner. Widagdo (2002:18) melakukan penelitian tentang atribut – atribut kualitas audit oleh kantor akuntan publik yang mempunyai pengaruh terhadap kepuasan auditee. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 7 atribut kualitas audit yang berpengaruh terhadap kepuasan auditee, antara lain pengalaman melakukan audit, memahami indrutri auditee, responsif atas kebutuhan auditee, taat pada standar umum, komitmen terhadap kualitas audit dan keterlibatan komite audit. Sedangkan 5 atribut lainnya yaitu independensi, sikap hati – hati, melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat, standar etika yang tinggi dan tidak mudah percaya, tidak berpengaruh terhadap kapuasan auditee.
2.1.2 Teori Motivasi Menurut Robbins (2008:222) motivasi (motivations) adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya.
12
Universitas Sumatera Utara
Motivasi dapat diartikan sebagai faktor pendorong yang berasal dari dalam diri manusia, yang mempengaruhi cara bertindak seseorang, maka motivasi kerja akan berpengaruh terhadap performansi kerja. Tiga elemen utama dalam defenisi motivasi diatas adalah intensitas, arah dan ketekunan untuk mencapai suatu tujuan. Intensitas berhubungan dengan seberapa giat seseorang berusaha untuk mencapai tujuannya. Arah berhubungan dengan apa yang akan kita tuju. Sedangkan ketekunan merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang bisa memepertahankan usahanya dalam mencapai tujuannya (Robbins, 2008:223). Menurut
teori
kebutuhan
oleh
David
McClelland
yang
dikemukakan oleh Robbins(2008:182) mengemukakan bahwa dalam menjalankan
tugasnya
banyak
karyawan
yang
membutuhkan
penghargaan atas apa yang mereka kerjakan, karena dengan adanya penghargaan yang mereka terima maka mereka akan merasa lebih termotivasi lagi dalam mengerjakan tugas dan tanggung jawab mereka. Selain itu juga, pada situasi – situasi tertentu mereka ingin mendapatkan tanggung jawab untuk menyelesaikan atau mencari sebuah solusi dari sebuah masalah yang sedang terjadi, karena dengan demikian mereka akan mendapat umpan balik dan mereka dapat menentukan apakah mereka berkembang atau tidak. Karyawan yang demikian lebih menyukai tantangan daripada menerima hasil dari individu lain.
13
Universitas Sumatera Utara
Belakangan ini ada sebuah teori motivasi yang paling diterima yaitu teori harapan (expectancy theory) menurut Victor Vroom yang dikemukakan oleh Robbins (2008:253) bahwa motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya tersebut. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan
sesuatu,
dan
jalannya
tampak
terbuka
untuk
memperolehnya maka yang bersangkutan akan berupaya untuk mendapatkannya. Dari kedua teori diatas dapat disimpulkan bahwa karyawan memiliki kebutuhan dan harapan atas apa yang mereka kerjakan baik untuk memenuhi kebutuhan individu mereka maupun kebutuhan pekerjaan mereka.
2.1.3 Komite Audit 2.1.3.1 Definisi dan Karakteristik Komite Audit Responsibility Konsep komite audit mulai diperkenalkan kepada dunia usaha di Amerika Serikat pada tahun 1930-an. Kemudian pada tahun 1970-an, New York Stock Exchange (NYSE) mulai mewajibkan keberadaan komite audit sebagai persyaratan pencatatan, sejak itu banyak Negara yang membuat ketentuan
mengenai
komite
audit.
Sejalan
dengan
kecenderungan internasional tersebut, persyaratan seperti ini juga telah ditetapkan di Indonesia melalui pedoman Good 14
Universitas Sumatera Utara
Corporate Governance (GCG) yang diterbitkan pada bulan Mei 2002. Menurut
keputusan
Menteri
BUMN
Nomor
KEP-
103/MBU/2002 (bagi BUMN) komite audit terdiri dari sedikitnya tiga orang, diketuai oleh komisaris independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen serta menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan. Menurut KNKG (2006), jumlah komite audit harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifitas dalam pengambilan keputusan. Komite audit timbul sebagai akibat peran pengawas dan akuntabilitas dewan komisaris perusahaan pada umumnya belum memadai. Komite audit adalah organ tambahan yang diperlukan
dalam
pelaksanaan
prinsip
Good
Corporate
Governance (GCG). Komite ini dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam melaksanakan pengelolaan perusahaan serta melaksanakan tugas penting berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan. Anggota komite audit harus memiliki keahlian yang memadai. Komite audit memiliki kewenangan dan fasilitas untuk mengakses data perusahaan.
15
Universitas Sumatera Utara
Komite audit dituntut untuk dapat bertindak secara independen. Independensi komite audit tidak dapat dipisahkan dari moralitas yang melandasi integritasnya, hal ini perlu disadari
karena
komite
audit
merupakan
pihak
yang
menjembatani antara eksternal auditor dan perusahaan yang juga sekaligus menjembatani antara fungsi pengawasan dewan komisaris dengan internal auditor. Komite audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota dewan komisaris. Anggota komite audit dapat berasal
dari
kalangan
luar
dengan
berbagai
keahlian,
pengalaman dan kualitas lainnya yang dibutuhkan guna mencapai tujuan komite audit. Komite audit harus bebas dari pengaruh direksi, eksternal auditor dan hanya bertanggung jawab kepada dewan komisaris (Surya dan Yustiavandana, 2006:145). Kebutuhan akan komite audit disebabkan oleh belum memadainya peran pengawasan dan akuntabilitas dewan komisaris perusahaan. Pemilihan anggota dewan komisaris yang berdasarkan
kedudukan
dan
kekerabatan
menyebabkan
mekanisme check and balance terhadap direksi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Fungsi audit internal dan eksternal belum berjalan optimal mengingat secara struktural, auditor berada pada posisi yang sulit untuk bersikap independen dan
16
Universitas Sumatera Utara
objektif. Oleh karena itu, muncul tuntutan adanya auditor independen dan komite audit timbul untuk memenuhi tuntutan tersebut. 2.1.3.2 Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Komite Audit Menurut
Surya
dan
Yustiavandana
(2006:148)
mengemukakan bahwa komite audit mempunyai tanggung jawab pada tiga bidang, yaitu : 1. Laporan Keuangan (financial reporting) Laporan Keuangan ( financial reporting) Tanggung jawab komite audit di bidang laporan keuangan adalah untuk memastikan bahwa laporan yang dibuat manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang kondisi keuangan, hasil usaha, rencana dan komitmen perusahaan jangka panjang. 2. Tata Kelola Perusahaan ( corporate governance ) Tanggung jawab komite audit dalam bidang tata kelola perusahaan adalah untuk memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai undang – undang dan peraturan yang berlaku dan etika, melaksanakan pengawasan secara efektif terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan. 3. Pengawasan Perusahaan ( corporate control ) Komite audit bertanggung jawab untuk pengawasan perusahaan termasuk didalamnya hal – hal yang berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendalian intern serta memonitor proses. Sedangkan menurut pedoman GCG, tugas dan tanggung jawab komite audit adalah : 1. Mendorong terbentuknya struktur pengawasan intern yang memadai dan dengan adanya pengawasan intern ditujukan untuk
mewujudkan
prinsip
pertanggungjawaban
(responsibility).
17
Universitas Sumatera Utara
2. Meningkatkan kualitas keterbukaan dan pelaporan keuangan, dimana prinsip transparansi (transparancy) dikembangkan dalam tugas ini. 3. Mengkaji ruang lingkup dan ketepatan eksternal audit, kewajaran biaya eksternal audit, serta kemandirian dan objektivitas eksternal auditor. Komite audit dalam hal ini menjalankan prinsip akuntabilitas (accountability). 4. Mempersiapkan surat uraian tugas dan tanggung jawab komite audit selama tahun buku yang sedang diperiksa eksternal
audit,
hal
ini
terkait
dengan
prinsip
pertanggungjawaban (responsibility). Komite audit juga memiliki wewenang, yaitu : 1. Menyelidiki semua aktivitas dalam batas ruang lingkup tugasnya. 2. Mencari informasi yang relevan dari setiap karyawan. 3. Mengusahakan saran hukum dan profesional lainnya yang independen apabila dipandang perlu. 4. Mengundang kehadiran pihak luar dengan pengalaman sesuai, apabila dianggap perlu. Komite audit merupakan organ yang dibentuk dan berada dibawah dewan komisaris. Keberadaan komite audit dalam suatu perseroan terbatas untuk membantu pemberdayaan (empowerment)
dewan
komisaris.
Oleh
karena
itu,
18
Universitas Sumatera Utara
pertanggungjawaban komite audit adalah kepada dewan komisaris. 2.1.3.3 Karakteristik Komite Audit Komite audit dibentuk oleh dewan komisaris dengan beberapa karakteristik karakteristik tertentu yaitu ukuran komite audit, independensianggota komite audit, frekuensi pertemuan komite audit, dan jumlah ahlikeuangan dalam komite audit. Karakteristik komite audit erat hubungannyadengan kinerja komite audit. Komite audit dengan karakteristik yang baik akan menghasilkan kinerja yang efektif dan efisien. Anggraeni (2010:4) mengemukakan bahwaEfektivitas kinerja dari komite audit dapat diukur melalui beberapa hal, yaitu : 1. Ukuran Komite Audit Ukuran komite audit adalah jumlah seluruh anggota komite audit. Jumlah anggota komite audit memiliki kaitan yang erat dengan seberapa banyak sumber daya yang dialokasikan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi perusahaan. Komite audit haruslah memiliki jumlah yang memadai untuk mengemban tanggung jawab pengendalian dan pengawasan aktivitas manajemen puncak. Berdasarkan Peraturan Bapepam-LK No.IX.1.5 mengenai “Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit” menyatakan bahwa emiten atau perusahaan publik wajib memiliki komite audit. Komite audit memiliki minimal tiga orang anggota yang terdiri dari satu orang komisaris independen yang bertugas sebagai ketua komite audit dan dua orang anggota independen dari luar perusahaan. Namun Jumlah efektif yang direkomendasikan KNKG adalah 3-5 orang (KNKG, 2006). Komite audit yang memiliki sedikit anggota cenderung dapat bertindak lebih efisien dan efektif, tetapi komite audit dengan anggota terlalu sedikit memiliki 19
Universitas Sumatera Utara
kelemahan yaitu minimnya pengalaman anggotanya. Komite audit dengan ukuran yang tepat memungkinkan anggotanya untuk menggunakan pengalaman dan keahlian mereka untuk kepentingan yang terbaik bagi pemegang saham. 2. Independensi Komite Audit Sukrisno (2012: 4), menjelaskan Independensi adalah: “Independensi artinya tidak mudah dipengaruhi, karena auditor melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.” Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa auditor tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapa pun, sebab bagaimanapu sempurnanya keahlian teknis yang dimiliki, auditor akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatanya. Pengertian independensi juga terdiri dari tiga jenis yaitu: a. Independensi dalam penampilan (Independent In Appearance) merupakan independensi yang selama bertugas selalu menghindari keadaan yang dapat menyebabkan pihak lain meragukan independensinya. b. Independensi dalam kenyataan/fakta (Independent In Fact) merupakan sikap auditor dalam menjalankan tugasnya selalu mematuhi kode etik internal auditor dan professional framework of internal auditor. c. Independensi dalam pikiran (Independent In Mind) merupakan sudut pandang keahlian terkait erat dengan kecakapan professional auditor. Dari ketiga pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa independensi yaitu sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, serta tidak bergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan objektif Independensi anggota. Komite audit dapat dilihat dari persyaratan keanggotaan komite audit, seprti tertuang dalam Peraturan No. IX.1.5 tentang pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja Komite Audit, lampiran ketua Bapepam No. 29/PM/2000. Menurut Islahuzzaman (2012), Independensi adalah: “Auditor yang independen adalah auditor yang tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri auditor dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam audit. Independensi lebih banyak ditentukan faktor luar diri auditor.” Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa auditor dalam penugasannya harus menahan diri dari kegiatan-kegiatan yang menimbulkan konflik kepentingan atau menimbulkan 20
Universitas Sumatera Utara
prasangka yang meragukan untuk dapat melaksanakan tugas dan profesinya secara objektif. 3. Frekuensi Pertemuan Komite Audit Pertemuan komite audit merupakan hal penting bagi kesuksesan komite audit. Komite audit juga mengadakan pertemuan eksekutif dengan pihak-pihak luar keanggotaan komite audit yang diundang sesuai dengan keperluan atau secara periodik. Pihak-pihak luar tersbut antara lain komisaris, manajemen senior, kepala auditor internal, dan kepala auditor eksternal. Pertemuan komite audit adalah frekuensi pertemuan komite audit. Dalam setiap audit committee charter yang dimiliki oleh masing-masing anggota, komite audit akan mengadakan pertemuan untuk rapat secara periodik dan dapat mengadakan rapat tambahan atau rapat-rapat khusus bila diperlukan. Pertemuan secara periodik ini sebagaimana ditetapkan oleh komite audit sendiri dan dilakukan sekurang-kurangnya sama dengan ketentuan rapat dewan komisaris yang ditentukan dalam anggaran dasar perusahaan. Komite audit biasanya perlu mengadakan pertemuan tiga sampai empat kali dalam satu tahun untuk melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya (FCGI, 2002). Komite audit juga dapat mengadakan pertemuan eksekutif dengan pihak-pihak luar keanggotaan komite audit yang diundang sesuai dengan keperluan atau secara periodik. Pihak-pihak luar tersebut antara lain komisaris, manajemen senior, kepala auditor internal dan kepala auditor eksternal. Hasil rapat komite audit dituangkan dalam risalah rapat yang ditandatangani oleh semua anggota komite audit. Ketua komite audit bertanggung jawab atas agenda dan bahan-bahan pendukung yang diperlukan serta wajib melaporkan aktivitas pertemuan komite audit kepada dewan komisaris. Frekuensi dan isi pertemuan tergantung pada tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepada komite audit. Jumlah pertemuan ditentukan berdasarkan ukuran perusahaan dan besarnya tugas yang diberikan kepada komite audit. Komite audit biasanya perlu untuk mengadakan pertemuan tiga sampai empat kali dalam satu tahun untuk melaksanakan kewajiban dan tanggungjawabnya (FCGI, 2002). Pada umumnya komite audit melakukan pertemuan tiga sampai empat kali dalam setahun yaitu sebelum laporan keuangan dikeluarkan,
21
Universitas Sumatera Utara
sesudah pelaksanaan audit, dan sesudah laporan keuangan dikeluarkan, serta sebelum RUPS tahunan (Ataina, 2000). 4. Kompetensi Komite Audit Kompetensi merupakan professional yang mempunyai latar belakang pendidikan dan berpengalaman dalam bidang akuntansi dan auditing. Menurut Hiro Tugiman (2006) : “Peningkatan kompetensi internal auditor secara signifikan dilakukan melalui program sertifikasi profesi, baik sertifikasi tingkat nasional maupun internasional.” Berdasarkan pendapat di atas untuk pengembangan kompetensi Komite Audit dibutuhkan keahlian dan pelatihan, namun tetap mengikuti perkembangan zaman dan terus menjaga tingkat kemampuannya salama karier profesinya. Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Nomor: PER211/K/JF/2010 tentang standar kompetensi auditor bahwa: “Kompetensi auditor adalah ukuran kemampuan minimal yang harus dimiliki auditor yang mencakup aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan/keahlian (skill) dan sikap perilaku (attitude) untuk dapat melakukan tugas-tugas dalam jabatan fungsional auditor dengan hasil baik. Berdasarkan keputusan diatas seorang auditor diakatakan kompeten jika memiliki pengetahuan, keterampilan/keahlian, dan sikap perilaku yang sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan agar dapat melakukan tugas-tugasnya dengan baik. Kompetensi seseorang juga memiliki pengaruh positif terhadap pekerjaan yang dilakukannya yaitu sejauh mana peran orang itu dapat dinilai sebagai individu dalam pengambilan keputusan dan efektif dalam penyelesaian pekerjaannya. 2.1.4 Stres Kerja Struktur Pekerjaan audit harus dilakukan oleh auditor yang profesional, artinya audit harus dilakukan oleh orang yang memiliki pengetahuan dan kemampuan teknis yang disyaratkan demi menjamin kegiatan audit dilakukan secara efektif, efisien, ekonomis dan berkualitas. Demi menjamin terwujudnya kegiatan audit tersebut,
22
Universitas Sumatera Utara
seorang auditor diharapkan memiliki tingkat ketelitian yang tinggi, rasa ingin tahu yang tinggi, serta memiliki jiwa pantang menyerah. Di sisi lain, kualitas audit tidak dapat dipisahkan dari keberadaan auditor dan kondisi lingkungan kerja yang dihadapi pada saat itu. Maksudnya adalah dimana kondisi lingkungan kerja di sini bisa berasal dari lingkungan dalam yakni sifat bawaan yang melekat pada individu auditor seperti pengetahuan, usia, pendidikan dan sebagainya, dan lingkungan luar auditor misalnya teman sejawat, atasan, pihak yang diaudit (auditee), pihak yang mempunyai kepentingan dengan audit. Tuntutan dan lingkungan kerja yang dihadapi auditor ketika menjalankan tugas audit sangat dinamis, sehingga tidak semua tuntutan tersebut dapat dipenuhi auditor. Lingkungan kerja yang dihadapi auditor juga membutuhkan penyesuaian, dan belum tentu dapat juga dipenuhi oleh auditor. Kondisi tersebut apabila tidak ditemukan jalan keluarnya dapat menimbulkan stress pada diri auditor. Jika mengalami stres, auditor tidak mampu bekerja dengan baik yang berakibat pada temuan audit menjadi tidak akurat, saran atau rekomendasi yang diberikan tidak tepat. Oleh karena itu, stres yang dialami auditor sangat merugikan organisasi yang diaudit, dimana hasil auditnya tidak dapat digunakan untuk menghilangkan masalah yang dihadapi organisasi dan bagi organisasi audit juga dirugikan karena audit yang dilakukan auditor tidak ekonomis atau terjadi pemborosan.
23
Universitas Sumatera Utara
Menurut Robbins (2008:320) mengemukakan bahwa stres adalah suatu kondisi dinamik dimana seorang individu dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala (constaints), ataupun tuntutan (demands) yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting. Tuntutan – tuntutan atau faktor – faktor lingkungan yang menimbulkan stres disebut stressor. Dengan kata lain stressor adalah suatu prasyarat untuk mengalami respon stres. Respon stres adalah suatu langkah yang penting dan perlu dalam upaya untuk mengatasi stres secara efektif. Istilah respon stres menggambarkan serangkaian respon yang berbeda yang dibuat oleh tubuh manusia terhadap tuntutan atau tekanan yang dihadapinya. Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Sebagai hasilnya, pada diri karyawan berkembang berbagai gejala stres yang dapat mengganggu pekerjaan karyawan. Menurut Nimran (2004:102) mengemukakan bahwa stres kerja dapat diukur dengan beberapa komponen indikator, yaitu konflik peran, kelebihan beban kerja, waktu kerja, ketidakjelasan peran dan pengaruh pimpinan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anatan (2007:55) mengemukakan bahwa stres kerja terjadi jika tuntutan kerja melebihi kemampuan atau kapasitas yang dimiliki seorang karyawan. Pemberian beban kerja yang berlebihan terhadap pegawai dapat
24
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan stres yang berkepanjangan, yaitu kondisi atau keadaan yang tidak menyenangkan yang dihadapi oleh setiap orang baik secara fisik maupun mental. Menurut Gitosudarmo dan Sudito (2000:54) mengemukakan bahwa: stres mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak positif pada tingkat rendah sampai moderate dapat berperan sebagai motivasi karyawan untuk meningkatkan kinerjanya, sedangkan dampak negatif stres pada tingkat tinggi (overstress) adalah kinerja karyawan menurun secara drastis. Kondisi ini terjadi karena karyawan akan lebih banyak menggunakan tenaganya untuk melawan stres daripada untuk melakukannya. Menurut Robbins (2008:370) mengemukakan bahwa ada tiga kategori potensi pemicu stres kerja, yaitu : 1. Faktor-faktor lingkungan a. Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomi. b. Ketidakpastian politik. c. Peubahan teknologi dikarenakan inovasi-inovasi baru yang dapat membuat bentuk inovasi teknologi lain yang serupa merupakan ancaman bagi banyak orang dan mengalibatkan stres. 2. Faktor-faktor perusahaan a. Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan pekerjaan sesorang, kondisi kerja dan tata letak fisik pekerjaan. b. Tututan peran adalah beban peran yang berlebihan dialami ketika karyawan diharapkan melakukan lebih banyak daripada waktu yang ada. Ambiguitas peran dimana ekspektasi peran tidak dipahami secara jelas dan karyawan tidak yakin apa yang hatus dikerjakan. c. Tuntutan antar pribadi yaitu tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain, tidak adanya dukungan dari kolega dan hubungan antarpribadi yang buruk. 3. Faktor-faktor pribadi Faktor pribadi menyangkut masalah keluarga, ekonomi pribadi serta karakter yang melekat dalam diri seseorang.
25
Universitas Sumatera Utara
Menurut
Sedarmayanti
(2011:59)
mengungkapkan
bahwa
memungkinkan menyebabkan timbul dan berkembangnya stres adalah hal-hal yang berhubungan dengan: cara hidup, cara mengadakan rekreasi, cara bekerja, sifat pekerjaan, harapan untuk berprestasi kegagalan berprestasi, dan cuaca. Cara bekerja dan sifat pekerjaan, harapan berprestasi dan kegagalan berprestasi merupakan situasi yang secara nyata dialami dan harus dihadapi oleh pegawai. Beberapa gejala stress dalam pekerjaan meliputi hal - hal sebagai berikut : a. Tidak merasa dihargai atas pekerjaan mereka, tidak mengetahui bagaimana merayakan kesuksesan. b. Mereka merasa hidup mereka tidak seimbang, terlalu banyak energi difokuskan pada pekerjaan dan terlalu sedikit untuk keluarga dan pribadi. c. Perasaan bahwa tidak peduli seberapa banyak mereka bekerja, tetap tidak mencukupi. d. Adanya biaya perawatan kesehatan yang berkaitan dengan stres. e. Adanya perasaan bahwa atasan mereka tidak memperdulikan mereka. f. Malu untuk mendiskusikan permasalahan pribadi mereka ditempat kerja. g. Selalu memikirkan bagaiman melindungi karir mereka dari pada melayani pelanggan.
26
Universitas Sumatera Utara
h. Tidak mengikuti aturan yang ada. i. Membicarakan
ketidaksetujuan
melalui
saluran
komunikasi
informal yang bukan formal. 2.1.5 Pergantian Auditor Pergantian
auditor
merupakan
perpindahan
auditor
atau
perpindahan KAP yang dilakukan oleh perusahaan klien. Pergantian auditor ini dapat terjadi karena adanya regulasi dari pemerintah yang membatasi pemberian jasa audit yang diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008, dimana pemberi jasa audit umum atas laporan keuangan dari entitas dilakukan KAP paling lama 6 (enam) tahun buku berturut – turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama 3 (tiga) tahun buku berturut – turut, sehingga perusahaan memiliki beberapa alasan dan pertimbangan sehingga melakukan pergantian auditor tersebut. Jika suatu pergantian auditor terjadi karena pelaksanaan regulasi terkait dengan pembatasan jasa audit maka pergantian
tersebut
diistilahkan
dengan
rotasi
audit.
Menurut
Damayanti (2007: 2) mengemukakan bahwa jika suatu pergantian auditor dilakukan bukan karena masa pemberian jasa audit sesuai regulasi telah selesai tetapi karena alasan di luar itu maka diistilahkan sebagai pergantian auditor yang disebut auditor switching. Penelitian ini membatasi diri pada kajian tentang pergantian auditor yang disebabkan bukan karena adanya regulasi dari pemerintah.
27
Universitas Sumatera Utara
Regulasi terkain dengan jasa akuntan publik di Indonesia diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 43/KMK.017/1997, kemudian diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 470/KMK.017/1999. Regulasi ini kemudian diubah kembali dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 423/KMK.06/2002, di mana salah satu hal yang diatur dalam KMK ini adalah bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari satu entitas dilakukan Kantor Akuntan Publik (KAP) paling lama 5 (lima) tahun berturut – turut dan oleh akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun. Regulasi ini kemudian disempurnakan kembali dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008, dimana pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama 6 (enam) tahun buku berturut – turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama 3 (tiga) tahun buku berturut – turut. Menurut Mardiyah (2003:23) mengemukakan bahwa selain karena adanya regulasi dari pemerintah, ada alasan lain yang mempengaruhi manajemen perusahaan untuk mengganti auditor atau KAPnya antara lain karena manajemen merasa opini yang disampaikan auditor tidak sesuai dengan yang diinginkan, disamping itu juga karena adanya tekanan keuangan dalam perusahaan. Misalnya, perusahaan cenderung membuat income naik saat laporan keuangan distress, yaitu dengan mengubah metode akuntansi dibanding jika kondisi keuangan perusahaan sehat. Dalam kondisi seperti ini (terdapat bad news dalam
28
Universitas Sumatera Utara
laporan keuangan), maka perusahaan akan mencari auditor baru. Bila dilihat dari sudut pandang perusahaan sebagai klien, manajemen memerlukan auditor yang kompeten sesuai dengan PABU (Prinsip – prinsip Auditing yang Berlaku Umum). Jika auditor mempunyai kredibilitas, maka auditor bisa mendeteksi adanya penyajian kesalahan yang material dan memberikan nasehat kepada pihak manajemen perusahaan. Implikasi selanjutnya jika auditor yang dipilih berkualitas, maka shareholders akan puas dengan kinerja manajemen. Klien yang diaudit oleh KAP baru mungkin akan merasa lebih puas bila dibandingkan dengan KAP yang lama. Terdapat banyak alasan mengenai hal tersebut, antara lain sebagai berikut : a. Adanya kecenderungan perusahaan melakukan pergantian auditor karena merasa kurang puas dengan pelayanan yang diberikan KAP sebelumnya, atau karena mereka menghadapi berbagai kendala dengan KAP sebelumnya. b. Adanya ketidakpastian pada sebagian manajemen klien tentang kualitas pelayanan yang diberikan oleh KAP dan hasilnya ada dorongan yang kuat pada KAP untuk mengutamakan pelayanan pada klien yang baru didapatkannya. Klien baru mungkin menerima perhatian khusus dan klien baru tersebut menikmati perhatian tersebut. c. Auditor banyak menurunkan fee mereka untuk memperoleh klien baru. Pada awal tahun beberapa klien percaya bahwa mereka akan
29
Universitas Sumatera Utara
memperoleh keuntungan dari penurunan fee tersebut, sehingga tingkat kepuasan mereka juga akan meningkat. d. Adanya penurunan hasil usaha menyebabkan perusahaan akan mempertimbangkan untuk melakukan pergantian auditor, dan biasanya
untuk
menghemat
pengeluaran
perusahaan
maka
perusahaan akan mengganti KAP-nya dengan KAP
yang
menawarkan fee yang lebih rendah. Hasil penelitian Behn yang dikemukakan dalam Hanafi (2004:21) menunjukkan bahwa pergantian auditor mempengaruhi kepuasan klien. Seorang auditor baru akan cenderung memperlihatkan kinerjanya pada tahun – tahun pertama saat auditor melakukan audit. Pada awal tahun kontrak pelaksanaan audit, auditor baru akan berusaha mencari tahu kinerja
auditor
lama
dan
untuk
itu
auditor
baru
akan
membandingkannya dengan kinerja yang mungkin dapat dicapainya. Harapan seorang auditor baru adalah pelaksanaan audit sebaik – baiknya, tanpa mengurangi sikap profesionalnya sebagai seorang auditor, hal tersebut dilakukan karena kainginan auditor memenuhi harapan dan memuaskan klien. Beberapa penyebab klien berpindah auditor atau KAP seperti yang dinyatakan dalam Tampubolon (2011:33), adalah sebagai berikut : 1. Merger antara dua perusahaan yang Kantor Akuntan Publiknya berbeda. Dua perusahaan yang meger dan diaudit oleh KAP yang berbeda, dapat menyebabkan perusahaan tersebut meneruskan pada salah satu KAP terdahulu atau menunjuk KAP baru.
30
Universitas Sumatera Utara
2. Ketidakpuasan terhadap Kantor Akuntan Publik yang terdahulu, misalnya : a. Klien merasa fee KAP lama terlalu tinggi dan klien merasa keberatan. b. Klien membutuhkan jasa professional yang lebih luas yang tidak sekedar audit atas laporan keuangan saja, tetapi jasa profesi lainnya. c. Klien mencari KAP yang kredibilitasnya tinggi untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan dimata pemakainya. d. Tuntutan lembaga yang berwenang, misalnya : Bapepam, Dirjen Pajak dan sebagainya agar laporan keuangan perusahaan tersebut diaudit oleh KAP yang berlisensi dari lembaga tersebut. e. Adanya ketidakpastian pada sebagian manajemen klien tentang kualitas pelayanan yang diberikan oleh KAP, sehingga ada dorongan yang kuat pada KAP untuk mengutamakan pelayanan pada klien yang baru didapatkannya. Klien baru mungkin menerima perhatian khusus dan klien baru tersebut menikmati perhatian tersebut. 3. Merger antar Kantor Akuntan Publik. Adanya merger dari dua atau lebih KAP dapat berakibat pada berpindahnya klien yang mereka miliki sebelumnya, hal ini menyebabkan merger antar KAP tersebut menjadi lebih besar dan klien tidak dapat mengimbangi keinginan KAP yang merger tersebut sehingga klien berpindah ke KAP lain. 2.1.6 Biaya Eksternal Audit Fee audit adalah besaran biaya yang diterima oleh auditor dengan mempertimbangkan berbagai hal seperti kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian dan lain – lain. Menurut Agoes (2012:18) fee audit adalah : “Besarnya biaya tergantung antara lain penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya.”
31
Universitas Sumatera Utara
Menurut Agoes (2009:18) mengemukakan bahwa indikator dari fee audit dapat diukur dari beberapa hal, seperti : 1. resiko penugasan, 2. kompleksitas jasa yang diberikan, 3. struktur biaya Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan dan pertimbangan profesi lainnya, 4. ukuran Kantor Akuntan Publik. Di Indonesia besarnya fee audit masih menjadi perbincangan yang cukup panjang, mengingat banyak faktor yang mempengaruhinya seperti yang disebutkan di atas. Selain faktor tersebut, dalam menetapkan imbalan jasa atau fee audit, Akuntan Publik harus mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut : 1. kebutuhan klien, 2. tugas dan tanggungjawab menurut hukum (statutory duties), 3. independensi, 4. tingkat keahlian (levels of expertise), 5. tanggung jawab, 6. banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan Akuntan Publik. Penetapan jasa audit yang dilakukan oleh KAP biasanya didasari perhitungan dari biaya pokok pemeriksaan yang terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung terdiri biaya tenaga, yaitu : Manager, Supervisor, Auditor Senior dan Auditor Junior. Untuk biaya tidak langsung, seperti : percetakan, biaya penyusutan komputer, gedung dan asuransi.
32
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, dalam menetapkan imbalan jasa atau fee audit, Akuntan Publik juga harus memperhatikan tahapan – tahapan pekerjaan audit dan tahap pelaporan. Besarnya fee audit yang ditetapkan oleh kantor akuntan publik merupakan salah satu objek yang menarik untuk diteliti. Selama dua dekade terakhir penelitian mengenai pasar jasa audit telah tumbuh secara signifikan. Namun, penelitian mengenai fee audit di Negara – Negara berkembang masih jarang dilakukan. Di Indonesia sendiri penelitian mengenai fee audit mungkin dilakukan tetapi tidak terpublikasikan di jurnal ilmiah. Menurut De Angelo yang dikemukakan oleh Rizqiah (2011:15) mengemukakan bahwa : fee audit merupakan pendapatan yang besarnya bervariasi karena tergantung dari beberapa faktor dalam penugasan audit seperti, ukuran perusahaan klien, kompleksitas jasa audit yang dihadapi auditor, risiko audit yang dihadapi auditor dari klien serta nama Kantor Akuntan Publik yang melakukan jasa audit. Menurut Sankaraguruswamy et al. (2003:9) fee audit merupakan pendapatan yang besarnya bervariasi tergantung dari beberapa faktor dalam penugasan audit seperti, keuangan klien, ukuran perusahaan klien, ukuran auditor (KAP), keahlian yang dimiliki auditor tentang industry, serta efisiensi yang dimiliki auditor. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) menerbitkan Surat Keputusan No.KEP.024/IAPI/VII/2008 pada tanggal 2 Juli 2008 tentang Kebijakan Penentuan Fee Audit. Dalam bagian lampiran 1
33
Universitas Sumatera Utara
dijelaskan bahwa panduan ini dikeluarkan sebagai panduan bagi seluruh Anggota Institusi Akuntan Publik Indonesia yang menjalankan praktik sebagai akuntan publik dalam menetapkan besaran imbalan yang wajar atas jasa profesional yang diberikannya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam menetapkan imbalan jasa yang wajar sesuai dengan martabat profesi akuntan publik dan dalam jumlah yang pantas untuk dapat memberikan jasa sesuai dengan tuntutan standar profesional akuntan publik yang berlaku. Imbalan jasa yang terlalu rendah atau secara signifikan jauh lebih rendah dari yang dikenakan oleh auditor atau akuntan pendahulu atau dianjurkan oleh auditor atau akuntan lain, akan menimbulkan keraguan mengenai kemampuan dan kompetensi anggota dalam menerapkan standar teknis dan standar professional yang berlaku. 2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Dwilita (2008)
Hartadi (2009)
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Analisis Pengaruh Motivasi, Stres dan Rekan Kerja Tehadap Kinerja Auditor di Kantor Akuntan Publik Medan
Variabel Independen : Motivasi, stres kerja dan rekan kerja Variabel Dependen : Kinerja Auditor
Pengaruh fee Audit, Rotasi KAP, dan Reputasi Auditor
Variabel Independen : Fee Audit, Rotasi KAP, dan Reputasi KAP Variabel Dependen :
Hasil Penelitian Motivasi tidak berpengaruh signifakan terhadap kualitas kinerja auditor. Stres kerja berpengaruh signifikan terhadap kualitas kinerja auditor. Rekan kerja tidak berpengaruh sigifikan terhadap kualitas kinerja auditor. Fee audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Rotasi KAP tidak berpengaruh signifikan
34
Universitas Sumatera Utara
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Terhadap Kualitas Audit Di Bursa Efek Indonesia Rustriarini Komite Audit (2011) dan Kualitas Audit : Kajian Berdasarkan Karakteristik, Kompetensi dan Aktivitas Komite Audit.
Badjuri (2012)
Purba (2013)
Variabel Penelitian Kualitas audit
Variabel Independen : Karakteristik Komite Audit (usia dan gender), Kompetensi Komite Audit (independensi, tingkat pendidikan, keahlian di bidang akuntansi dan pengalaman kerja) dan Aktivitas Komite Audit (frekuensi pertemuan, jumlah anggota dan komitmen waktu) Variabel Dependen : Kualias Audit Analisis Faktor – Variabel Independen : faktor yang Pengalaman kerja Mempengaruhi auditor, Independensi, Kualitas Hasil Obyektivitas, Integritas Pemeriksaan auditor, Kompetensi Audit Sektor auditor Publik (Studi Variabel Dependen : Empiris pada Kualitas hasil BPKBPerwakilan Pemeriksaan Jawa Tengah) Pengaruh Fee Variabel Independen : Audit dan Fee audit dan Pengalaman pengalaman auditor Auditor eksternal Eksternal Variabel Dependen : Terhadap Kualitas Audit Kualitas Audit
Hasil Penelitian terhadap kualitas audit dan reputasi KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa usia, gender, tingkat pendidikan, keahlian dibidang akuntansi dan frekuensi pertemuan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan independensi, komitmen waktu, pengalaman kerja dan jumlah anggota tidak berpengaruh terhadap kualitas audit
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa integritas dan kompetensi audit sektor publik berpengaruh signifikan Integritas auditor, c v Variabel Dependen : Kualitas hasil pemeriksaan
Secara parsial, fee audit berpengaruh signifkan terhadap kualitas audit, ketika fee audit yang diterima tinggi maka kualitas yang dihasilkan akan baik. Secara parsial, pengalaman auditor eksternal berpengaruh terhadap kualitas audit. Semakin banyak pengalaman auditor eksternal dalam bidang audit maka kualit audit yang dihasilkan menjadi lebih baik. Secara simultan, fee audit dan pengalaman auditor eksternal berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
35
Universitas Sumatera Utara
2.3
Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menjelaskan hubungan suatu teori dengan faktor – faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah. Hubungan antara variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen) akan dihubungkan secara teoritis melalui kerangka konseptual. Adapun yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah karakteristik komite audit, (dimana didalam penelitian ini karakteristik komite audit diteliti berdasarkan gender, dan usia), stress kerja (diteliti berdasarkan waktu mengaudit), pergantian auditor dan biaya eksternal audit. Sedangkan variabel dependennya adalah kualitas audit. Hubungan antara variabel – variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Karakteristik Komite Audit Gender Komite Audit(X1)
H1
Usia Komite Audit (X2)
H2
Stres Kerja Waktu Mengaudit (X3)
H3
Pergantian Auditor (X4)
H4
Biaya Eksternal Audit (X5)
Variabel Dependen
Kualitas Auditor (Y)
H5 H6
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 36
Universitas Sumatera Utara
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial dan secara simultan. Karakteristik komite audit dalam penelitian ini diproksikan dengan usia dan gender komite audit. Usia dan gender dinilai berpengaruh pada kualitas audit karena dengan kematangan usia dan keberadaan wanita dalam komite audit akan memberikan dampak positif kepada perusahaan, dimana mereka akan bekerja dengan baik terutama dalam mengawasi kinerja auditor sehingga menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Stress kerja auditor pada penelitian ini diproksikan dengan lama waktu mengaudit. Lama waktu yang dibutuhkan auditor untuk mengaudit juga dinilai mempengaruhi kualitas audit. Karena menurut penelitian terdahulu semakin lama waktu yang dibutuhkan auditor untuk mengaudit maka semakin rendah pula kualitas audit yang mereka hasilkan. Pergantian auditor merupakan perpindahan auditor atau KAP yang dilakukan oleh perusahaan. Pergantian auditor juga dinilai mampu mempengaruhi kualitas audit, karena dengan seringnya perusahaan berganti auditor maka kualitas audit yang dihasilkan tidak akan konsisten karena setiap auditor akan menghasilkan kualitas audit yang berbeda – beda pula. Biaya eksternal audit adalah besaran biaya (fee) audit yang diterima oleh auditor dari pekerjaan mengaudit yang mereka kerjakan. Biaya eksternal audit dinilai mampu mempengaruhi kualitas audit karena menurut penelitian
37
Universitas Sumatera Utara
terdahulu semakin besar biaya eksternal audit maka semakin berkualitas pula laporan audit yang dihasilkan. 2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis atau dugaan sementara merupakan penjelasan atau jawaban sementara mengenai perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau yang akan terjadi dan masih akan diuji kebenarannya lebih lanjut. Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh Gender Komite Audit terhadap Kualitas Audit Gender merupakan hal yang perlu diperhatikan didalam sebuah organisasi. Ada yang menganggap keberadaan pria lebih dibutuhkan didalam organisasi karena menurut sebagian orang pria lebih berani dan tegas dalam pengambilan keputusan. Hasil penelitian Rustriarini (2011:19) menyimpulkan bahwa gender berpengaruh pada kualitas audit berarti keberadaan wanita dalam komite audit mampu menambah tingkat kualiats audit. Hal ini karena sikap wanita yang cenderung konservatis, menghindari risiko, teliti, dan berhati-hati dalam pengambilan keputusan merupakan karakteristik penting dalam malaporkan laporan audit. H1 : Gender Komite Audit berpengaruh terhadap kualitas audit.
38
Universitas Sumatera Utara
2. Pengaruh UsiaKomite Audit terhadap Kualitas Audit Usia merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam menjalankan tugasnya. Anggota komite audit yang berusia dewasa madya (40 – 60 tahun) akan mencapai jenjang karir sejauh yang mereka mampu serta posisi karir yang paling stabil. Dalam kaitannya dengankualitas audit, Rustriarini (2011:20) dalam penelitiannya membuktikan bahwa Semakin bertambah usia seseorang, maka semakin bijaksana dan bertanggungjawab atas pekerjaan yang diberikan, serta semakin banyak pengalaman dan praktik yang pernah dilakukan. H2 : Usiakomite audit berpengaruh terhadap kualitas audit. 3. Pengaruh Waktu Mengauditterhadap Kualitas Audit Didalam menjalankan tugasnya auditor membutuhkan waktu dan lamanya waktu mengaudit dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari dalam diri auditor itu sendiri ataupun dari luar dirinya seperti masalah pribadi maupun masalah yang timbul dari organisasi atau perusahaan yang diaudit yang dapat menyebabkan
seorang
auditordapat
mengalami
stres
dalam
pekerjaannya. Dwilita (2008:75) dalam penelitiannya menemukan faktor stres dapat mempengaruhi auditor secara positif, ketika stres meningkat maka dapat meningkatkan kinerja auditor dalam menyelesaikan laporan auditnya. Pekerjaan auditor selalu berada dalam tekanan dengan keharusan penyelesaian tugas tepat waktu,
39
Universitas Sumatera Utara
waktu penyelesaian yang terbatas, tekanan dari pimpinan maupun tekanan yang berasal dari klien. H3 :
Waktu mengaudit berpengaruh terhadap kualitas audit.
4. Pengaruh Pergantian Auditorterhadap Kualitas Audit Pergantian auditor merupakan perpindahan auditor atau perpindahan KAP yang dilakukan oleh perusahaan klien.Imam Hanafi
(2004:56)
menunjukkan
bahwa
pergantian
auditor
mempengaruhi kepuasan klien yang berujung pada kualitas audit yang
dihasilkan.
Seorang
auditor
baru
akan
cenderung
memperlihatkan kinerjanya pada tahun – tahun pertama saat auditor melakukan audit. Hartadi (2009) dalam penelitiannya menemukan bahwa rotasi KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. H4 : Pergantian auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. 5. Pengaruh Biaya Eksternal Audit terhadap Kualitas Audit Biaya eksternal audit adalah imbalan yang diterima auditor atas jasa mengaudit yang telah dilakukannya. Hasil penelitian Purba (2013:36) menemukan bahwa fee audit berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa ketika fee audit yang diterima tinggi maka kualitas yang dihasilkan akan baik. Secara parsial, pengalaman auditor eksternal berpengaruh terhadap fee auditnya, dikarenakan semakin banyak pengalaman 40
Universitas Sumatera Utara
auditor eksternal dalam bidang audit maka kualitas audit yang dihasilkan menjadi lebih baik. H5 : Biaya eksternal berpengaruh terhadap kualitas audit.
6.Pengaruh Gender, Usia, Waktu Mengaudit, Pergantian auditor dan Biaya Eksternal Audit secara simultan (bersama-sama) terhadap Kualitas Audit H6 : Gender, Usia, Waktu Mengaudit, Pergantian auditor dan Biaya Eksternal Audit berpengaruhsecara simultan (bersama-sama) terhadap Kualitas Auditor
41
Universitas Sumatera Utara