BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Bank Menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November
1998 tentang perbankan, “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” Menurut Kasmir (2010:11) bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya
kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa Bank lainnya. Berdasarkan definisi bank tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa bank dalam memberikan usaha terutama dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana bank, demikian juga dengan sisi penyaluran dananya, hendaknya bank tidak semata-mata memperoleh keuntungan sebesar-besarnya bagi pemilik bank tetapi juga kegiatannya itu harus pula diarahkan pada taraf hidup rakyat banyak. Dan bank menjalankan fungsinya yang terkait dengan pengumpulan dana, pengalokasian dana, serta penyediaan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran.
9 Universitas Sumatera Utara
10
2.2
Jenis Bank Adapun jenis perbankan dewasa ini dapat ditinjau dari berbagai segi antara
lain (Kasmir, 2014:32): 1.
Dilihat dari segi fungsinya Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 14 Tahun 1967 jenis
perbankan menurut fungsinya terdiri dari : a. Bank Umum b. Bank Pembangunan c. Bank Tabungan d. Bank Pasar e. Bank Desa f. Bank Lumbung Desa g. Bank Pegawai Namun setelah keluar UU Pokok Perbankan Nomor 7 tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya UU RI Nomor 10 Tahun 1998 maka jenis perbankan terdiri dari: a. Bank Umum Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat
Universitas Sumatera Utara
11
dilakukan di seluruh wilayah. Bank umum sering disebut bank komersil (commercial bank) b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya di sini kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum.
2.
Dilihat dari segi kepemilikannya Jenis bank ditinjau dari segi kepemilikannya adalah sebagai berikut : a. Bank milik pemerintah Dimana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. b. Bank milik swasta nasional Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. c. Bank milik koperasi Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum operasi. Sebagai contoh adalah : Bank Umum Koperasi Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
12
d. Bank milik asing Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Jelas kepemilikannya pun dimiliki oleh pihak luar negeri. e. Bank milik campuran Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.
3.
Dilihat dari segi status Dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani masyarakat, maka bank umum dapat dibagi kedalam dua jenis berdasarkan kedudukan atau status bank, yaitu : a. Bank devisa Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri, travelers cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia. b. Bank non devisa Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak dapat melaksanakan
Universitas Sumatera Utara
13
transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi bank non devisa merupakan kebalikan daripada bank devisa, dimana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas negara.
4.
Dilihat dari segi cara menentukan harga Jenis bank jika dilihat dari segi cara menentukan harga terbagi atas dua kelompok, yaitu : a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode, yaitu : 1. Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based. 2. Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based. b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
14
1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah) 2. Prinsip
jual beli
barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah) 3. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah) 4. Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
2.3 Sumber Dana Bank Sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana untuk membiayai operasinya. Menurut Ismail (2010:40), dana bank yang digunakan sebagai alat untuk melakukan aktivitas usaha dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu : 1. Dana Sendiri a. Modal Disetor Modal disetor merupakan dana awal yang disetorkan oleh pemilik pada saat awal bank didirikan. b. Cadangan Yaitu sebagian dari laba yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan lainnya yang akan digunakan untuk menutup timbulnya risiko di kemudian hari.
Universitas Sumatera Utara
15
c. Sisa Laba Merupakan akumulasi dari keuntungan yang diperoleh oleh bank setiap tahun. 2. Dana Pinjaman a. Pinjaman dari Bank Lain di Dalam Negeri b. Pinjaman dari Bank atau Lembaga Keuangan di Luar Negeri c. Pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank 3. Dana Pihak Ketiga a. Simpanan Giro Simpanan giro merupakan simpanan yang diperoleh dari masyarakat atau pihak ketiga yang sifat penarikannya adalah dapat ditarik setiap saat dengan menggunakan cek dan bilyet giro atau sarana perintah bayar lainnya atau pemindahbukuan. b. Tabungan Tabungan merupakan jenis simpanan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat tertentu sesuai perjanjian antara bank dan pihak nasabah. c. Deposito Deposito merupakan jenis simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan antara bank dengan nasabah.
Universitas Sumatera Utara
16
Berdasarkan sumber dana bank tersebut dapat dijelaskan bahwa dana untuk membiayai operasinya dapat diperoleh dari berbagai sumber. Perolehan dana ini tergantung bank itu sendiri apakah secara pinjaman (titipan) dari masyarakat atau lembaga lainnya. Disamping itu untuk membiayai operasinya dana dapat diperoleh dengan modal sendiri, yaitu dengan mengeluarkan atau menjual saham.
2.4
Bank Konvensional 2.4.1 Pengertian Bank Konvensional Bank konvensional adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dimana penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam persentase tertentu dari dana untuk suatu periode tertentu. Keuntungan utama dari bisnis perbankan yang berdasarkan prinsip konvensional diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan.
2.4.2 Kegiatan Dalam Bank Konvensional Adapun kegiatan-kegiatan perbankan yang ada di Indonesia dewasa ini adalah :
Universitas Sumatera Utara
17
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan denan itu. 2. Memberikan kredit. 3. Menerbitkan surat pengakuan hutang. 4. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya. 5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah. 6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya. 7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga. 8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga. 9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak. 10. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh BI.
Universitas Sumatera Utara
18
2.5
Bank Syariah 2.5.1 Sejarah Singkat Sejarah awal mula kegiatan Bank Syariah yang pertama sekali dilakukan adalah di Pakistan dan Malaysia pada sekitar tahun 1940-an. Kemudian Mesir pada tahun 1963 berdiri Islamic Rural Bank di desa It Ghamr Bank. Bank ini beroperasi di pedesaan Mesir dan masih berskala kecil. Kehadiran bank yang berdasarkan syariah di Indonesia masih relatif baru, yaitu baru pada awal tahun 1990-an, meskipun masyarakat Indonesia merupakan masyarakat Muslim terbesar di dunia. Prakarsa untuk mendirikan Bank Syariah di Indonesia dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agustus 1990. Namun, diskusi tentang Bank Syariah sebagai basis ekonomi Islam sudah mulai dilakukan pada awal tahun 1980. Bank Syariah pertama di Indonesia merupakan hasil kerja tim perbankan MUI, yaitu dengan dibentuknya PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang akte pendiriannya ditandatangani tanggal 1 November 1991. Bank ini ternyata berkembang cukup pesat sehingga saat ini BMI sudah memiliki puluhan cabang tersebar di beberapa kota besar. Dalam perkembangnnya kehadiran Bank Syariah di Indonesia khususnya cukup menggembirakan. Di samping BMI, saat ini juga telah lahir Bank Syariah milik pemerintah seperti Bank Syariah Mandiri (BSM).
Universitas Sumatera Utara
19
Kemudian berikutnya berdiri Bank Syariah sebagai cabang dari bank konvensional yang sudah ada, seperti, Bank BNI, Bank IFI, BPD Jabar.
2.5.2 Prinsip Perbankan Syariah Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya berdasar pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan prinsip-prinsip yang sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Adapun prinsip-prinsip bank syariah adalah sebagai berikut : 1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah) Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. 2. Prinsip Bagi Hasil Jika dalam bank konvensional keuntungan bank diperoleh dari bunga yang dibebankan, maka dalam bank syariah tidak ada istilah bunga, tetapi bank syariah menerapkan sistem bagi hasil. 3. Prinsip Jual Beli Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat
nasabah sebagai
agen bank
melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan.
Universitas Sumatera Utara
20
4. Prinsip Sewa (Al-Ijarah) Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.
2.6
Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional Perbedaan yang mendasar antara bank konvensional dengan bank syariah
adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada bank, dan atau yang diberikan oleh bank kepada nasabah. Hal inilah yang menyebabkan terdapatnya istilah bunga dan bagi hasil. Tabel 2.1 Perbedaaan Bank Syariah dan Bank Konvensional No. 1
Bank Syariah
Bank Konvensional
Melakukan investasi-investasi yang halal Investasi saja.
2
yang
halal
dan
haram.
Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, Memakai perangkat bunga. atau sewa.
3
Berorientasi pada keuntungan (profit Profit oriented oriented)
dan
kemakmuran
serta
kebahagian dunia akhirat. 4
Hubungan dengan nasabah dalam bentuk Hubungan dengan nasabah hubungan kemitraan.
dalam
bentuk
hubungan
kreditur-debitur. 5
Penghimpunan dan penyaluran
Tidak terdapat dewan sejenis.
(Sumber : Antonio, 2001:34. Bank Syariah dari Teori ke Praktik)
Universitas Sumatera Utara
21
Islam mengharamkan bunga dan menghalalkan bagi hasil. Keduanya memberikan keuntungan, tetapi memiliki perbedaan mendasar sebagai akibat adanya perbedaan antara investasi dan pembungaan uang. Dalam investasi, usaha yang dilakukan mengandung risiko, dan karenanya mengandung unsur ketidakpastian. Sebaliknya, pembungaan uang adalah aktivitas yang tidak memiliki risiko karena adanya persentase suku bunga tertentu` yang ditetapkan berdasarkan besarnya modal.
2.7
Kinerja Keuangan Kinerja merupakan hal yang penting untuk mengukur tingkat keberhasilan
perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Penilaian kinerja perusahaan dapat dilakukan melalui berbagai macam indikator, salah satunya dengan menganalisis laporan keuangan dan membandingkan rasio keuangan yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Munawir (2010:67), selain membandingkan rasio keuangan dengan standar rasio, kinerja keuangan juga dapat dinilai dengan membandingkan rasio keuangan tahun yang dinilai dengan rasio keuangan pada tahun-tahun sebelumnya. Dengan membandingkan rasio keuangan pada beberapa tahun penilaian dapat dilihat bagaimana kemajuan ataupun kemunduran kinerja keuangan sesuai dengan kegunaan masing-masing rasio tersebut.
Universitas Sumatera Utara
22
2.8
Laporan Keuangan 2.8.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2011:7), “laporan keuangan merupakan laporan yang menunjukkan kondisi perusahaan saat ini. Kondisi perusahaan saat ini maksudnya adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi)”. Laporan keuangan berisi informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan dan hasil usaha perusahaan pada saat tertentu yang berguna untuk menilai prestasi, kondisi ekonomis perusahaan, perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu dan untuk mengetahui sudah sejauh mana perusahaan mencapai tujuannya. Laporan keuangan memberikan gambaran mengenai posisi keuangan, kinerja, dan perubahan dari posisi keuangan perusahaan yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan.
2.8.2 Tujuan laporan keuangan Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi”. Laporan
keuangan
juga
menunjukkan
hasil
pertanggungjawaban
manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Universitas Sumatera Utara
23
2.8.3
Unsur-Unsur Laporan Keuangan Unsur-unsur utama dari laporan keuangan terdiri dari :
1. Laporan Neraca Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan pada tanggal tertentu. Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu. Maksudnya adalah menunjukkan keadaan keuangan pada tanggal tertentu biasanya pada saat tutup buku. Neraca minimal mencakup pos-pos berikut (IAI, 2007:1.9) : a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l.
Aktiva berwujud Aktiva tidak berwujud Aktiva keuangan Investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas Persediaan Piutang usaha dan piutang lainnya Kas dan setara kas Hutang usaha dan hutang lainnya Kewajiban yang diestimasi Kewajiban berbunga jangka panjang Hak minoritas Modal saham dan pos ekuitas lainnya
2. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis mengenai penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut (IAI, 2007:1.10) :
Universitas Sumatera Utara
24
a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Pendapatan Laba rugi usaha Beban pinjaman Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas Beban pajak Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan Pos luar biasa Hak minoritas Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan
3. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan
perubahan
ekuitas
menggambarkan
peningkatan
atau
penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode yang bersangkutan. Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan (IAI, 2007:1.13) : a. Laba atau rugi bersih perode yang bersangkutan. b. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas. c. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait. d. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik. e. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahan. f. Rekonsiliasi antar nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.
4. Laporan Arus Kas Menurut PSAK No.2, laporan arus kas adalah laporan yang memberikan informasi arus kas perusahaan sebagai dasar menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan dan menggunakan
Universitas Sumatera Utara
25
kas. Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas).
5.
Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan (IAI, 2007:1.13): a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting b. Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas c. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar
2.9 Kesehatan Bank 2.9.1
Pengertian Kesehatan Bank Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah
bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter. Budisantoso dan Triandaru (2005:51) mengartikan kesehatan bank sebagai “Kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional
Universitas Sumatera Utara
26
perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan yang berlaku”.
2.9.2
Penilaian Kesehatan Bank Menurut (Dahlan Siamat, 2005:209), Bank Indonesia dalam
melakukan penilaian tingkat kesehatan bank menggunakan faktor-faktor yang disebut dengan CAMELS, sebagai berikut: a. Permodalan (capital) b. Kualitas aset (assets quality) c. Manajemen (management) d. Rentabilitas (earning) e. Likuiditas (liquidity) f. Sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk). Meskipun secara umum faktor CAMEL relevan dipergunakan untuk semua bank, tetapi bobot masing-masing faktor akan berbeda untuk masingmasing jenis bank. Dengan dasar ini, maka penggunaan faktor CAMEL dalam penilaian tingkat kesehatan dibedakan antara bank umum dan BPR. Adapun cara menilai kesehatan bank dengan menggunakan metode CAMEL yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
27
Tabel 2.2 Bobot CAMEL No.
Faktor
Bank Umum
BPR
1
Permodalan (Capital)
25%
30%
2
Kualitas Aktiva Produktif (Asset
30%
30%
25%
20%
Quality) 3
Kualitas Manajemen (management)
4
Rentabilitas (earning)
10%
10%
5
Likuiditas (liquidity)
10%
10%
Sumber : http://mdhaqiqi.wordpress.com
Penilaian tingkatan kesehatan ditetapkan dalam empat golongan predikat tingkat kesehatan bank, antara lain: Tabel 2.3 Predikat Tingkat Kesehatan Bank Sesuai dengan Nilai Kredit Keterangan
Nilai
81 s/d 100
Sehat
66 s/d kurang dari 81
Cukup Sehat
51 s/d kurang dari 66
Kurang Sehat
0 s/d kurang dari 51
Tidak Sehat
Sumber : kesehatanbank.blogspot.com
Universitas Sumatera Utara
28
Penilaian kesehatan bank dengan metode CAMELS, dimulai dengan penghitungan rasio-rasio dari masing-masing faktor. Penjelasan dari setiap faktor adalah sebagai berikut: 1. Aspek Permodalan (Capital) Rasio permodalan bertujuan untuk mengetahui kemampuan kecukupan modal bank dalam mendukung kegiatan bank secara efisien. Kecukupan modal bank diukur berdasarkan perhitungan Capital Adequacy. Semakin tinggi resiko tersebut, maka semakin banyak modal yang harus disediakan. Rasio permodalan yang digunakan dalam mengukur kinerja bank berdasarkan Lampiran 14 Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 perihal Perubahan Ketiga Atas Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/30/DPNP tanggal 14 Desember perihal Laporan Keuangan Publikasi Triwulan dan Bulanan Bank Umum serta Laporan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia, antara lain adalah Capital Adequacy Ratio (CAR). Bank Indonesia mewajibkan setiap bank menyediakan modal minimum yang dikenal dengan CAR (Capital Adequacy Ratio). Menurut (Harmono,2009:116), berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank dinyatakan sehat harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%. Hal ini didasarkan pada ketentuan yang ditetapkan oleh Bank for International Settlement (BIS).
Universitas Sumatera Utara
29
2. Aspek Kualitas Aset (Assets Quality) Penilaian kualitas aset bertujuan untuk mengevaluasi kondisi aset bank dan kecukupan manajemen resiko kredit. Bank Indonesia menyatakan bahwa setiap bank wajib melakukan penilaian dan penetapan kualitas aset sesuai dengan peraturan Bank Indonesia. Pengertian aktiva produktif dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/147/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998 tentang Kualitas Aktiva Produktif adalah penanaman dana bank baik dalam Rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan, komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administratif. Menurut Ismail (2010:122), Bank melakukan penggolongan kredit menjadi dua golongan, yaitu kredit tidak bermasalah dan kredit yang bermasalah. a. Kredit yang tidak bermasalah dapat dibedakan menjadi dua kategori,yaitu : 1. Kredit dengan kualitas lancar Kredit lancar merupakan kredit yang diberikan kepada nasabah dan tidak terjadi tunggakan, baik tunggakan pokok dan bunga. Debitur membayar angsuran tepat waktu sesuai dengan perjanjian kredit. 2. Kredit dengan kualitas dalam perhatian khusus Kredit dalam perhatian khusus merupakan kredit yang masih digolongkan lancar, akan tetapi mulai terdapat tunggakan.
Universitas Sumatera Utara
30
b. Kredit yang bermasalah dapat dibedakan menjadi tiga kategori,yaitu : 1. Kredit kurang lancar Kredit kurang lancar merupakan kredit yang telah mengalami tunggakan. 2. Kredit diragukan Kredit diragukan merupakan kredit yang mengalami penundaan pembayaran pokok dan/atau bunga. 3. Kredit macet Kredit macet merupakan kredit yang menunggak melampaui 270 hari atau lebih. Bank akan mengalami kerugian atas kredit macet tersebut.
3. Aspek Kualitas Manajemen (Management) Dalam hal ini peneliti menggunakan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional yang dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan bank. Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Semakin kecil rasio ini maka menunjukkan kinerja manajemen bank baik, karena bank yang bersangkutan dapat menutupi beban operasional terhadap pendapatan operasionalnya. Hasil pengukuran yang diperoleh dapat dijadikan sebagai alat evaluasi untuk menentukan kinerja manajemen, apakah mereka berhasil mencapai target yang telah ditentukan atau tidak berdasarkan periode yang telah ditetapkan
Universitas Sumatera Utara
31
4. Aspek Earning Earning merupakan aspek yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan. Earning sering juga disebut dengan rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan (Kasmir, 2008:196). Dalam hal untuk penilaian ini, peneliti menggunakan skala pengukuran Return On Asset (ROA) untuk mengukur tingkat profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Semakin besar rasio ini maka akan semakin baik profitabilitas yang dimiliki oleh bank.
5. Aspek Likuiditas (liquidity) Menurut Kasmir (2008 : 129), “ rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek ”. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo. Rasio likuiditas yang menjadi fokus dalam penelitian ini dan juga termasuk rasio likuiditas yang digunakan perbankan untuk mengukur kinerja keuangan bank sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia Lampiran 14 Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 perihal Perubahan Ketiga Atas Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/30/DPNP tanggal 14 Desember perihal Laporan Keuangan Publikasi Triwulan dan Bulanan Bank Umum serta Laporan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia adalah Loan to Deposit Ratio (LDR).
Universitas Sumatera Utara
32
Loan to Deposit Ratio menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan bank kepada nasabah kredit, sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. (Dendawijaya, 2009:116).
2.10
Tinjauan Peneliti Terdahulu Beberapa studi yang berhubungan dengan penelitian kinerja keuangan
perbankan dengan menggunakan indikator rasio keuangan antara lain :
Tabel 2.4 Tinjauan Peneliti Terdahulu No. 1
Nama
Judul
Variabel
Peneliti
Penelitian
Penelitian
Hasil Penelitian
Rubitoh
Penelitian
RORA, CAR, Menunjukkan bahwa secara
(2003)
Perbandingan
LDR,
FBI, umum
Kinerja
NNRF,
hasil bank syariah lebih baik,
Keuangan Bank kredit,
kinerja
keuangan
dan walaupun ada juga kinerja
Muamalat
produktivitas
bank syariah dibawah bank
dengan Bank
karyawan
konvensional.
Konvesional
Bahkan
perkembangan bank syariah mencapai
53
persen,
sedangkan konvensional
bank hanya
5
persen.
Universitas Sumatera Utara
33
No. 2
Nama
Judul
Variabel
Peneliti
Penelitian
Penelitian
Hasil Penelitian
Prasetyo
Analisis kinerja
CAR, RORA, Pada rasio
(2008)
keuangan bank
NPM,
syari’ah dan
LDR
NPM, bank
ROA, konvensional penerapan
dengan
sistem
bunga
bank
lebih pasti dalam perolehan
konvensional di
laba.
Indonesia
syariah
Sedangkan
bank
menggunakan
sistem bagi hasil. Untuk rasio LDR, bank syariah lebih efektif dibandingkan bank konvensional. 3
Putra (2011)
Perbandingan
ROA, CAR , ROA dan Banking Ratio
Return On
Banking
ada perbedaan signifikan
Assets
Ratio
antara
bank
pemerintah
(ROA),Capital
dengan
Adequacy Ratio
sedangkan variabel
(CAR), Dan
CAR tidak berbeda secara
Banking
signifikan antara bank
Ratio
bank
swasta,
Antara Bank
pemerintah dengan bank
Pemerintah
swasta
Dengan Bank Swasta Yang Go Public Pada Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa
Efek
Indonesia
Universitas Sumatera Utara
34
No. 4
Nama
Judul
Variabel
Peneliti
Penelitian
Penelitian
Hasil Penelitian
Anggraini
Analisis
CAR,
NPL, Kinerja
(2012)
perbandingan
ROA, BOPO, perbankan
syariah
kinerja
dan LDR
baik
lebih
keuangan
perbankan
dibandingkan
syariah
keuangan
dengan
perbankan
tidak jika kinerja
perbankan
konvensional.
konvensional
Penelitian yang dilakukan oleh Rubitoh (2003) adalah melakukan penelitian dengan membandingkan kinerja keuangan Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama dengan enam bank konvensional selama 1997-2001. Kriteria yang digunakan dalam penelitian itu adalah RORA (profitabilitas), CAR (rasio kecukupan modal), LDR ( rasio penyaluran terhadap dana pihak ketiga), FBI, NNRF, hasil kredit, dan produktifitas karyawan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara umum kinerja bank syariah di bawah bank konvensional. Bahkan perkembangan bank syariah mencapai 53 persen, sedangkan bank konvensional hanya lima persen. Prasetyo (2008) berusaha membandingkan kinerja keuangan perbankan syari’ah dan yang menggunakan sistem bagi hasil dengan perbankan konvensional yang menggunakan sistem bunga dan mengidentifikasi rasio keuangan yang paling membedakan antara sistem bank syari’ah dan sistem bank konvensional. penelitian ini menggunakan data sekunder dari bank syari’ah (bank Muamalat Indonesia, dan bank syari’ah mandiri) dan bank konvensional (bank
Universitas Sumatera Utara
35
Mandiri dan BNI). Adapun model yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis diskriminan. Hasil pengujian menunjaukkan bahwa yang paling membedakan adalah rasio NPM dan LDR. Bank konvensional dengan penerapan sistem bunga lebih pasti dalam perolehan laba. Sedangkan pada bank syari’ah dengan menggunakan sistem bagi hasil, dimana perolehan profit yang dicapai didasarkan pada condition of economic, yang mana pendapatan bank beradasarkan pendapatan yang diperoleh oleh pihak mudharip. untuk rasio LDR bank syari’ah lebih efektif dibandingakan bank konvensional. Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2011) yaitu meneliti perbandingan Return On Assets (ROA),Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Banking Ratio antara bank pemerintah dengan bank swasta yang Go Public pada perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2009. ROA dan Banking Ratio ada perbedaan signifikan antara bank pemerintah dengan bank swasta, sedangkan variabel CAR tidak berbeda secara signifikan antara bank pemerintah dengan bank swasta. Selain itu, penelitian yang dilakukan Anggraini (2012) yaitu melakukan analisis perbandingan kinerja perbankan syariah dengan perbankan konvensional menggunakan rasio CAR, NPL, ROA, BOPO, dan LDR. Dari penelitiannya disimpulkan bahwa kinerja keuangan perbankan syariah tidak lebih baik jika dibandingkan kinerja keuangan perbankan konvensional. Dimana rata-rata (mean) kinerja bank syariah (86.90%), lebih kecil dibandingkan mean rasio kinerja bank konvensional (88.75%).
Universitas Sumatera Utara
36
Penelitian penulis, dengan hasil peneliti terdahulu seperti yang telah diuraikan di atas bahwasannya terdapat persamaan dan perbedaan. Adapun persamaannya yaitu semuanya melakukan analisis terhadap perbandingan kinerja keuangan bank dengan menggunakan rasio keuangan. Perbedaannya terletak pada sampel bank yang akan dianalisis, tahun penelitian yang digunakan dan beberapa rasio keuangan yang tidak semuanya digunakan dalam penelitian ini. Adapun penelitian penulis merupakan replika dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Anggraini (2012).
2.11
Kerangka Konseptual Analisis CAMELS merupakan alat analisis yang digunakan oleh bank
Indonesia dalam menilai kinerja suatu bank (sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004) yang mengantikan sistem sebelumnya yaitu CAMEL (Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP, tanggal 29 Mei 1993).
Universitas Sumatera Utara
37
KINERJA KEUANGAN BANK ( Y)
BANK SYARIAH
BANK KONVENSIONAL
CAR (x1)
CAR (x1)
NPL gross (x2)
NPL gross (x2)
BOPO (x3)
BOPO (x3)
ROA (x4)
ROA (x4)
LDR (x5)
LDR (x5)
DIBANDINGKAN
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
HIPOTESIS H1
: Berdasarkan Capital Adequacy Ratio (CAR), kinerja keuangan Bank Syariah dan Bank Konvensional berbeda secara signifikan.
H2
: Berdasarkan Non Performing Loan (NPL gross), kinerja keuangan Bank Syariah dan Bank Konvensional tidak berbeda secara signifikan.
H3
: Berdasarkan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), kinerja keuangan Bank Syariah dan Bank Konvensional berbeda secara signifikan.
Universitas Sumatera Utara
38
H4
: Berdasarkan Return On Asset (ROA), kinerja keuangan Bank Syariah dan Bank Konvensional berbeda secara signifikan.
H5
: Berdasarkan Loan to Deposito Ratio (LDR), kinerja keuangan Bank Syariah dan Bank Konvensional tidak berbeda secara signifikan
Universitas Sumatera Utara