BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana pesan dikirim oleh sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya masal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, surat kabar dan film 1. Menurut Bittner (1980:10), “Mass Communication is massages communicated trough a mass medium to large number of people (komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang)” 2. Komunikasi massa mampu menjangkau serta menghadirkan informasi kepada khalayak luas tanpa lagi terhambat oleh jarak dan tempat. Kemampuan ini tidak lepas dari pengaruh media massa. Menurut Wright Komunikasi massa diarahkan kepada khalayak yang relatif besar, heterogen, anonim dan pesan yang disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai khalayak secara serentak, bersifat sekilas, komunikator
1
Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT. Rajagrafindo Persada : Jakarta. 2007. Hal 1 Jalaludin Rakhmat. Psikologi Komuikasi Edisi Revisi.PT. Remaja Rosdakarya : Bandung. 1998. Hal 88 2
9 http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks yang melibatkan biaya besar 3. 2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa Menurut De Vito, popularitas dan pengaruh yang merasuk dari media massa hanya dapat dipertahankan apabila mereka menjalankan beragam fungsi pokok. Enam diantara fungsi yang paling penting yang dibahasnya adalah sebagai berikut: 4 1.
Fungsi Menghibur Media mendesain program-program mereka untuk menghibur khalayak.Sebenarnya,
mereka
memberi
hiburan
itu
untuk
mendapatkan perhatian dari khalayak sebanyak mungkin sehingga mereka dapat menjual hal ini kepada para pengiklan. Inilah sebab utama adanya komunikasi massa. Dalam periklanan dilarang untuk dilakukan di banyak macam media, prosesnya berbeda. Tetapi di Amerika Serikat dan di kebanyakan Negara demokrasi lainnya, jika media tidak memberi hiburan, mereka tidak akan hidup lama dan dengan cepat akan tersingkir dari arena. 2.
Fungsi Meyakinkan Meskipun fungsi media yang paling jelas adalah menghibur, namun fungsi yang terpenting adalah meyakinkan (to persuade). Persuasi dapat dating dalam banyak bentuk misalnya:
3
4
Elvinaro Ardianto. Komunikasi Massa Suatu Pengantar.Simbiosa : Bandung. 2007. Hal 3 Marhaeni Fajar. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik.Graha Ilmu : Yogyakarta. 2009. Hal 238
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
a)
Memperkuat sikap kepercayaan atau nilai seseorang Sukar bagi satu pihak untuk mengubah orang dari satu sikap tertentu ke sikap yang lain. Dan media, dengan semua sumber daya
dan
kekuatan
yang
ada
pada
mereka,
tidak
terkecuali.Lebih sering media mengukuhkan atau membuat kepercayaan, sikap, nilai dan opini kita menjadi lebih kuat. b)
Mengubah sikap kepercayaan atau nilai seseorang Media akan mengubah sementara orang yang tidak memihak dalam suatu masalah tertentu. Jadi, mereka yang terjepit diantara orang Republik dan Demokrat (di Amerika) akhirnya akan terseret ke salah satu pihak akibat pengaruh yang kita anggap sepele. Sebagai contoh, perubahan pada perilaku membeli kertas tisu, mungkin sangat dipengaruhi oleh media.
Akan tetapi, De Vito menegaskan pula bahwa preferensi politik, sikap religious dan komitmen social, khususnya yang sangat kita yakini, tidak mudah diubah. 3.
Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu Dari sudut pandang pengiklan, fungsi terpenting dari media massa adalah
menggerakkan
(activating)
para
konsumen
untuk
mengambil tindakan. Media berusaha mengajak para pemirsa atau pembaca untuk membeli roti merk tertentu, menggunakan silet merk tertentu dibanding merk yang lain. Setelah suatu sikap
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
dibentuk atau suatu pola perilaku dimantapkan, media berfungsi menyalurkan, mengendalikannya kearah tertentu. 4.
Menawarkan etika atau sistem nilai tertentu Fungsi persuasive lainnya adalah mengetikakan (ethicizing). Dengan mengungkapkan secara terbuka adanya penyimpangan tertentu dari suatu norma yang berlaku (misalnya, skandal Jim Brakker), media merangsang masyarakat untuk mengubah situasi. Mereka
menyajikan
pembaca.Sebagai
etik
contoh,
kolektif tanpa
kepada
pemirsa
dipublikasikannya
atau
skandal
Watergate, tidaklah mungkin muncul tuntutan masyarakat yang akhirnya menjatuhkan Watergate. 5.
Menginformasikan Sebagian besar informasi bukan didapatkan dari sekolah, melainkan dari media.Manusia belajar music, politik, seni, sosiologi, psikologi, ekonomi dan masih banyak lagi subjek lainnya dari media.Manusia juga mengenal tempat-tempat lain dan masamasa lain dari film, disamping itu juga dari buku sejarah. Salah satu cara mendidik adalah melalui pengajaran nilai-nilai, opini, serta aturan-aturan yang dianggap benar kepada pemirsa atau pembaca. Artinya, sebagian dari fungsi edukasi media diarahkan untuk membuat khalayak tersosialisasi.Mereka melakukannya dalam drama, cerita, diskusi, artikel, komik, dan iklan-iklan.Dalam semua situasi ini, nilai-nilai masyarakat diungkapkan secara tidak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
dikatakan. Maksudnya, manusia diajarkan bagaimana berpakaian yang pantas untuk berbagai macam kesempatan, apa artinya menjadi warga negara yang baik, apa makanan yang layak, bagaimana berkomunikasi dengan orang yang berlainan bangsa atau suku, bagaimana berprilaku di tempat asing dan lain sebagainya. 6.
Menganugerahkan Status Daftar seratus orang terpenting di dunia bagi kita hampir boleh dipastikan berisi nama-nama orang yang banyak dimuat dalam media.Tanpa pemuatan orang-orang tersebut tentulah tidak penting, setidaknya di mata masyarakat. Paul Lazarfeld dan Robert Merton, dalam karya mereka yang berpengaruh “Mass Communication, Popular Taste and Organized Social Action” (1951), mengatakan, “Jika anda benar-benar penting, anda akan menjadi pusat perhatian massa, berarti anda memang penting”. Sebaliknya tentu saja, jika anda tidak mendapatkan perhatian massa, maka anda tidak penting.
7.
Fungsi Membius Salah satu fungsi media yang paling menarik dan paling banyak dilupakan adalah fungsi membiusnya (narcotizing).Ini berarti bahwa apabila media menyajikan informasi tentang sesuatu, penerima percaya bahwa tindakan tertentu telah diambil.Sebagai akibatnya, pemirsa atau penerima terbius ke dalam keadaan tidak aktif seakan-akan berada dalam pengaruh narkotik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
8.
Menciptakan Rasa Kebersatuan Salah satu fungsi komunikasi massa yang tidak banyak orang menyadarinya adalah kemampuannya membuat kita merasa menjadi anggota suatu kelompok. Bayangkanlah seorang pemirsa televisi yang sedang sendirian, duduk di kamarnya menyaksikan televisi sambil menikmati makan malam.Program-program televisi membuat orang yang kesepian ini merasa menjadi anggota sebuah kelompok yang lebih besar.
2.2
Media 2.2.1 Pengertian Media Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Menurut Boyer et al, dalam pointsoft Dictionaire de la langue Francaise (2001) “media est tput support de diffusion de I’information presse, cinema, radio, televisi et publicit”, dengan kata lain media adalah semua benda yang berfungsi sebagai alat penyiaran atau penyebaran informasi seperti pers, film, radio, televisi, dan iklan. Sejalan dengan pendapat Boyer 5.
5
Elvinaro Ardianto,.dkk, Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi.Bandung:Simbiosa Rekatama Media. 2007
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
2.2.2 Jenis-jenis Media Djamarah dan Zain (2002 : 140) menjelaskan berbagai macam media berdasarkan jenisnya. Jenis media dibagi ke dalam : 6 1.
Media audio Media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam.
2.
Media visual Media hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip, slide, foto, gambar atau lukisan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film biasa.
3.
Media audio visual Media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar.Jenis media ini mempunyai kemampuan lebih baik, karena meliputi kedua jenis media pertama dan kedua. Media ini dibagi kedalam : a)
Audiovisual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slide), film bisu, film rangkai suara, cetak suara.
b)
Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video cassette.
6
Sherly Biagi. Pengantar Media Massa. Salemba Humanika;Jakarta. 2010
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
2.3
Video 2.3.1 Pengertian Video Video adalah teknologi untuk menangkap, merekam, memproses, mentransmisikan
dan
menata
ulang
gambar
bergerak.Biasaya
menggunakan film seluloid, sinyal elektronik, atau media digital. Video juga bisa dikatakan sebagai gabungan gambar-gambar mati yang dibaca berurutan dalam suatu waktu dengan kecepatan tertentu. Gambar-gambar yang digabung tersebut dinamakan frame dan kecepatan pembacaan gambar disebut dengan frame rate, dengan satuan fps (frame per second). Karena dimainkan dalam kecepatan yang tinggi maka tercipta ilusi gerak yang halus. Semakin besar nilai frame rate maka akan semakin halus pergerakan yang diitampilkan. 7 2.3.2 Pengertian Digital Video Digital video adalah jenis sistem video recording yang bekerja menggunakan sistem digital dibandingkan dengan analog dalam hal representasi videonya.Biasanya digital video direkam dalam tape, kemudian didistribusikan melalui optic disc, misalnya VCD dan DVD. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk menghasilkan video digital adalah camcorder, yang digunakan untuk merekan gambar-gambar
7
William L. Rivers, dkk. Media Massa & Masyarakat Modern. Jakarta: Prenada Media Group. 2008
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
video dan audio, sehingga sebuah camcorder akan terdiri dari camera dan recorder 8 2.3.3 Pengertian Video Klip Video klip merupakan kumpulan potongan-potongan visual yang dirangkai dengan atau tanpa efek-efek tertentu dan disesuaikan berdasarkan ketukan-ketukan pada irama lagu, nada, lirik, instrumennya dan penampilan band, kelompok music untuk mengenalkan dan menawarkan produk (lagu) agar masyarakat dapat mengenal yang selanjutnya membeli kaset CD, DVD dan download 9. 2.3.4
Unsur-unsur Video Klip
Unsur-unsur yang mendukung video klip antara lain sebagai berikut: 1.
Bahasa Ritme (irama) Video klip memiliki birama, apakah slow beat, fast beat, middle beat yang dapat dirasakan dengan ketukan-ketukan kaki untuk memperoleh tempo yang pas.
2.
Bahasa Musikalisasi (instrument musik) Pembuat video klip atau biasa disebut video clipper haruslah mempunyai sebuah wawasan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan musik baik itu jenis musik, alat musik bahkan juga profil band.
8
William L. Rivers, dkk. Media Massa & Masyarakat Modern. Jakarta: Prenada Media Group. 2008 9 Bambang Semedhi, Sinematografi-Vidiografi Suatu Pengantar. Ghalia Indonesia: Jakarta. 2011
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
3.
Bahasa Lirik Seorang video clipper dituntut mempunyai sebuah imajinasi visual terhadap lirik dan lagu walaupun tidaklah harus secara verbal.Tidak semua lirik menggunakan kata-kata lugas, tetapi dapat pula ditunjukkan dengan simbol-simbol tertentu untuk mengungkapkan makna.
4.
Bahasa Performance (penampilan) Unsur ini memuat karakter pemusik, penyanyi, pemain band baik dari latar belakang bermusiknya, hingga ke profil fisiknya.
2.4
Musik Beraneka ragam bunyi senantiasa mengerumuni kita, tidak semuanya
dapat dianggap sebagai music karena sebuah karya music harus memiliki lirik, melodi, ritme, harmoni dan lain-lain. Jamalus berpendapat bahwa music adalah karya seni bunyi berbentuk lagu atau komposisi music yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan. 10 Maka penulis menyimpulkan bahwa musik merupakan gabungan dari berbagai bunyi dan instrumen alat musik dan suara manusia. Hal ini berhubungan dengan kasus yang penulis teliti, mengenai lagu “Satu” yang dinyanyikan oleh Dewa 19. Di dalam lagu tersebut, bukan saja gabungan dari berbagai bunyi dan instrumen alat musik, tetapi di dalam lagu “Satu” terdapat juga pengungkapan
10
David Machin. Analysing Popular Music. SAGE Publicaton Ltd: London, 2010. Hal 5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
pikiran dan perasaan penciptanya. Sehingga lagu tersebut dapat diekspresikan sebagai satu kesatuan yang saling berkesinambungan, karena itu setiap alunan musik harus saling terkait antara pikiran, perasaan, dan juga instrumen alat musik. Sehingga pada akhirnya muik tersebut dapat dimengerti oleh masyarakat pada umumnya. 2.4.1
Fungsi Musik Musik selain sebagai hiburan, dapat juga memiliki manfaat yang
lain. Seperti kemampuan untuk mendamaikan hati yang sedang gundahgulana, sehingga orang yang mendengarkan musik bisa menjadi lebih rilek akal dan pikirannya. Selain itu musik memiliki efek terapi pada otak sehingga dapat mempengaruhi kecerdasan otak seseorang. Salah satu istilah untuk sebuah efek yang bisa dihasikan sebuah musik yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan intelegensi seseorang. 11 Menurut pandangan Alan P. Merriam, fungsi musik dalam sebuah masyarakat berkenaan dengan berbagai kebutuhan, diantaranya, sebagai wahana ekspresi emosional, sebagai kenikmatan estetik, sebagai hiburan pada berbagai tingkat sosietas, sebagai fungsi komunikasi, sebagai representasi simbolis, sebagai alat respons fisikal, sebagai penganut konformitas norma sosial, sebagai kontribusi untuk kontinuitas dan stabilitas kultural, dan sebagai penopang integrasi sosial. 12
11
Moh. Muttaqin, M.Hum, dan Kustap, Seni Musik Klasik, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008. Hal 15-16 12 Ben M, Pasaribu, Musikalitas + Etnisitas = Pluralitas dalam Jurnal berjudul Pluralitas Musik Etnik, Pusat Dokumentasi dan Pengkajian Kebudayaan Universitas HKBP Nommensen, Medan, 2004. Hal 1.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Bila dikaitkan dengan permasalahan yang penulis teliti, maka lagu “Satu” yang di alunkan oleh group band Dewa 19 memiliki fungsi komunikasi. Karena Dewa 19 menyampaikan pesan kepada khalayak dengan menggunakan perantara musik. Kemudian pesan dalam lagu tersebut dikomunikasikan melalui media massa seperti televisi, radio, video clip maupun melalui jaringan internet.
2.5
Lagu Lagu dan musik adalah unsur yang memiliki keterkaitan satu sama
lainnya. Secara mendasar musik dapat dikatakan suatu kelompok bunyi-bunyian terdiri dari beberapa alat yang mengeluarkan suara dengan irama yang dirangkai dengan tujuan menimbulkan suatu bunyi berirama yang harmonis dan dapat dinikmati oleh pendengarnya. Sedangkan pengertian lagu adalah : “ragam suara yang berirama (dalam bercakap, bernyayi, membaca, dan sebagainya)”. 13 Dari pengertian diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa karakteristik yang membedakan antara lagu dengan musik adalah terdapat pada ada tidaknya suatu teks didalam susunan nada tersebut. Jadi pengertian lagu dan nada-nada tertentu yang dibentuk oleh melodi dan dinotasikan dengan sadar ataupun sengaja ditujukan pada suatu teks yang telah dibuat.
13
Anton M. Moelibo, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia, Jakarta, 1988. Hal 486
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
2.6
Lirik Sebuah lagu tanpa lirik, pastilah terasa kurang. Karena nyawa sebuah lagu
adalah lirik yang dibuat oleh pencipta lagu. Biasanya isi lirik dalam sebuah lagu bertemakan himbauan, percintaan, religi, dan lain-lain tergantung dari inspirasi pencipta lagu dalam menciptakan lirik lagu tersebut. Adapun pengertian lirik adalah sebuah teks yang dibuat sebagai tema dan alur cerita dalam sebuah lagu. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia lirik adalah “karya sastra (puisi) yang berisikan curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian”. 14 Dalam menentukan tempo atau ritme lagu harus sesuai dengan tema dan lirik lagu yang dibuat. Misalnya, tema lirik sedih dikemas dengan nada miror, begitu juga dengan tema lirik gembira dikemas dengan nada major. Pengertian tempo adalah “ketentuan tingkat kecepatan atau cepat lambatnya suatu lagu harus dibawakan”. 15 Sedangkan pengertian
ritme adalah
“pengaturan panjang
pendeknya dan bertekanan atau tidaknya nada-nada, menurut pola yang berulangulang. Dengan demikian dapat juga dikatakan bahwa ritme ialah melodi dari sebuah nada tunggal (monotone)”. 16 Dalam membuat lirik lagu terkait dengan bahasa, dan bahasa terkait dengan sastra. Karena kata-kata (lirik lagu) yang dibuat oleh pencipta lagu tidak
14
Anton M. Moelibo, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia, Jakarta, 1988. Hal 528 15 Moh. Muttaqin, M.Hum, dan Kustap, Seni Musik Klasik, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008. Hal 31 16 Moh. Muttaqin, M.Hum, dan Kustap, Seni Musik Klasik, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008. Hal 32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
semua dapat dimengerti oleh khalayak, karena itulah memerlukan suatu penelitian tentang isi lirik lagu tersebut. Penentuan bahasa yang digunakan juga tergantung pada individual yang menciptakan lirik agu, karena belum ada ketentuan bahasa dalam membuat sebuah lirik lagu tetapi lirik yang dibuat dapat dipertanggung jawabkan isinya. Sedangkan tiap lirik yang dibuat oleh pencipta lagu pasti memiliki makna tersendiri yang ingin disampaikan kepada pendengarnya. Hal ini terkait dengan kasus yang penulis teliti, dimana dalam setiap lirik lagu yang terdapat dalam video clip band Dewa 19 “Satu” memiliki makna yang ingin disampaikan oleh penciptanya. Sehingga para khalayak dapat menafsirkan lirik lagu tersebut, walaupun penafsiran setiap individu berbeda-beda. Dengan lirik lagu tersebut, tujuan dari seorang pencipta lagu dapat disampaikan kepada para khalayaknya.
2.7
Sufisme Kata Sufisme secara etimologi berasal darikata Suf (bahasa Arab) yang
memiliki arti wol, yaitu merujuk kepada jubah sederhana yang banyak dikenakan oleh para asetik Muslim. Pendapat lain menyatakan bahwa akar kata dari Sufi adalah Safa yang berarti kemurnian. Kata sufisme seringkali disamakan dengan kata tasawuf. Sedangkan kata tasawuf dalam bahasa Yunani dikenal dengan theosofie yang bermakna ilmu ketuhanan. Adapula penjelasan yang menyatakan bahwa kata sufi berasal dari kata Safi yang dalam bahasa Arab bermakna suci atau bersih. Sebab jalan kerohanian dimulai dengan penyucian diri (tadhkiya` al-nafs)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
dan penyucian kalbu (tadhkiya` al-qalb). 17 Tujuan penyucian diri dan kalbu dimaksudkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Selain itu, jalan kerohanian ditempuh dengan maksud agar seorang salik (penempuh jalan kerohanian) lebih mengenali diri mereka dan hakikat bahwa manusia merupakan makhluk kerohanian, bukan semata-mata makhluk kejasmanian dan sosial. Dengan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa sufisme adalah gerakan yang menekankan pada kemurnian hati dan jiwa untuk mencapai kesempurnaan hidup melalui proses mendekatkan diri dan penyatuan dengan Tuhan. Tasawuf merupakan bentuk spiritualitas atau jalan kerohanian dalam Islam. Mereka yang melaksanakan disiplin kerohanian mengikuti jalan tasawuf disebut sufi. Kerana itu, tasawuf juga disebut sufisme. 2.7.1
Sejarah Perkembangan Sufisme Kelahiran sufisme sendiri memiliki banyak versi. Banyak pendapat
pro dan kontra mengenai asal-usul ajaran sufisme, apakah ia berasal dari luar atau dari dalam agama Islam sendiri. Ada pendapat yang menyatakan bahwa lahirnya sufisme merupakan perpaduan dari bebagai ajaran agama. 1)
Pengaruh ajaran Kristen, yaitu adanya tulisan –tulisan tentang rahib-rahib yang hidup menjauhi dunia dan mengasingkan diri di Padang pasir Arabia atau menempati biara-biara.
2)
Pengaruh ajaran Hindu dan Budha
17
Alwi Syihab, Islam Sufistik; Islam Pertama dan Pengaruhnya Hingga Kini di Indonesia, (Bandung: Mizan,2001).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
a)
Ajaran
Hindu
banyak
mendorong
umatnya
untuk
meninggalkan kehidupan dunia untuk lebih mendekattkan diri dengan Tuhannya. b)
Ajaran Budha tentang nirwana, untuk mencapainya seorang budha diawajibkan meninggalkan kehidupan duniawi dan memasuki hidup kontemplasi. Dalam tasawuf dikenal dengan konsep fana’.
3)
Pengaruh filsafat mistik phytagoras, yaitu kesenangan ruh yang sebenarnya adalah berada di alam samawi. Maka untuk memperolehnya, manusia harus membersihkan ruh dengan meninggalkan kehidupan material. Dalam tasawuf dikenal dengan zuhud.
4)
Pengaruh filsafat emanasi Plotinus, dalam konsep emanasi dijelaskan bahwa Dzat Tuhan Yang Maha Esa-lah yang memancar dari dalam wujud ini. Ruh berasal dari Tuhan dan akan kembali kepadaNya. Dalam tasawuf dikenal dengan wahdatul wujud.
Beberapa pendapat lain kemudian mengatakan bahwa sufisme sudah lahir sejak adanya agama Islam, asal-usul ajaran sufi berasal dari Nabi Muhammad dandengan pengetahuan Nabi Muhammad. Hal ini bisa dilihat dari ayat Al-Qur’an maupun hadits tentang ajaran tasawuf. Dalam surat Al-Baqarah: 115 dijelaskan, “Dan kepunyaan Allah-lah arah timur dan barat, maka kemanapun kalian mengarahkan (wajah kalian), di situ ada wajah Allah”. Dalam ayat lain Allah juga menerangkan, “Telah Kami ciptakan manusia dan kami mengetahui apa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
yang dibisikkan olehnya. Kami lebih dekat kepada manusia ketimbang pembuluh darah yang ada pada lehernya”. ( Q.S. Qaff: 16). Selain itu, dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari juga disebutkan hal serupa, yang artinya “Jika seorang hamba mendekati Ku sejengkal, Aku akan mendekatinya sehasta, jika ia medekati Ku sehasta, niscaya Aku akan mendekatinya sedepa, dan jika ia mendekati Ku datang dengan berjalan, niscaya Aku akan mendatanginya dengan berlari”. 18 Selain dalil diatas, masih banyak lagi ayat Al Qur’an maupun hadits yang dijadikan dasar oleh para sufi. Oleh karena itu, terlepas dari adanya pengaruh dari luar atau tidak, Islam pun mengajarkan tasawuf. Ini berarti kelahiran sufisme bersamaan dengan lahirnya Islam itu sendiri. Secara historis, tasawuf telah mengalami banyak perkembangan melalui beberapa tahap sejak pertumbuhannya hingga sekarang. Pada sejarah umat Islam, ada peristiwa tragis, yaitu terbunuhnya khalifah Usman bin Affan ketika pertikaian antar-umat Islam di zaman Khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, khususnya karena faktor politik. Pertikaian antar-umat Islam karena faktor politik dan perebutan kekuasaan ini terus berlangsung di masa khalifah-khalifah sesudah Usman dan Ali. Maka kemudian munculah masyarakat yang bereaksi terhadap hal ini dengan menganggap bahwa politik dan kekuasaan merupakan wilayah yang kotor dan busuk. Mereka melakukan gerakan ‘uzlah, yaitu menarik diri dari hingar-bingar masalah duniawi yang seringkali menipu dan menjerumuskan. Lalu munculah
18
Hamka, Tasawuf Modern, Jakarta. Pustaka Panjimas. 1990.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
gerakan tasawuf yang dipelopori oleh Hasan Al-Bashiri pada abad kedua Hijriyah. Kemudian diikuti oleh figur-figaur lain seperti Shafyan al-Tsauri dan Rabi’ah AlAdawiyah. Perkembangan sufisme terbagi dalam beberapa era: 1)
19
Abad I dan II Hijriyah Pada tahap ini, tasawuf masih berupa zuhud. Yaitu ketika
sekelompok kaum muslim memusatkan perhatian dan memprioritaskan hidupnya pada pelaksanaan ibadah untuk mengejar kepentingan akhirat. Tokohnya antara lain:
2)
a)
Al-Hasan Al-Bashri (w. 110 H)
b)
Rabi’ah Al-Adawiyah (w. 185 H).
Abad III dan IV Hijriiyah Pada abad ketiga dan keempat disebut sebagai fase tasawuf.
Praktisi kerohanian yang pada masa permulaan abad ketiga hijriyah mendapat sebutan shufi. Hal itu dikarenakan tujuan utama kegiatan ruhani mereka tidak semata – mata kebahagian akhirat yang ditandai dengan pencapaian pahala dan penghindaran siksa, akan tetapi untuk menikmati hubungan langsung dengan Tuhan yang didasari dengan cinta. Cinta Tuhan membawa konsekuensi pada kondisi tenggelam dan mabuk kedalam yang dicintai ( fana fi al-mahbub ). Kondisi ini tentu akan mendorong ke persatuan dengan yang dicintai ( al-ittihad ). Di sini telah terjadi perbedaan tujuan ibadah orang-orang syariat dan ahli hakikat.
19
Idries Shah, Jalan Sufi, Surabaya: Risalah Gusti. 1999
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Pada fase ini berdiri lembaga pendididkan yang khusus mengajarkan pendidikan cara hidup sufisik dalam bentuk tarekat. Kemudian dari beberapa tokoh lain muncul istilah fana`, ittihad dan hulul. Fana adalah suatu kondisi dimana seorang shufi kehilangan kesadaran terhadap hal-hal fisik ( al-hissiyat). Ittihad adalah kondisi dimana seorang sufi merasa bersatu dengan Allah sehingga masing-masing bisa memanggil dengan kata aku ( ana). Hulul adalah masuknya Allah kedalam tubuh manusia yang dipilih. Tokoh-tokohnya adalah:
3)
a)
Abu Yazid Al-Busthami (w.261 H)
b)
Al-Junaid
c)
Al-Sari Al-Saqathi
d)
Al-Kharraz
e)
Al-Hussain bin Manshur Al-Hallaj (w. 309 H)
Abad V Hijriyah Fase ini disebut sebagai fase konsolidasi yakni memperkuat
tasawuf dengan dasarnya yang asli yaitu al-Qur`an dan al-Hadits atau yang sering disebut dengan tasawuf sunny yakni tasawuf yang sesuai dengan tradisi (sunnah) Nabi dan para sahabatnya. Fase ini sebenarnya merupakan reaksi terhadap fase sebelumnya dimana tasawuf sudah mulai melenceng dari koridor syari’ah atau tradisi (sunnah) Nabi dan sahabatnya. Tokoh yang paling terkenal adalah Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H) atau yang lebih dikenal dengan al-Ghzali yang menjadi acuan para tokoh sufi lainnya. Tokoh tasawuf pada fase ini adalah:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
4)
a)
Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H)
b)
Syaikh Ahmad Al-Rifa’i (w. 570 H)
c)
Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani (w. 651 H)
d)
Syaikh Abu Hasan Al-Syadzili (w. 650 H)
e)
Abu Al-Abbas Al-Mursi (w.686 H)
f)
Ibn Atha’illah Al-Sakandari (w. 709 H)
Abad VI Hijriyah Fase ini ditandai dengan munculnya tasawuf falsafi yakni tasawuf
yang memadukan antara rasa (dzauq) dan rasio (akal), tasawuf bercampur dengan filsafat terutama filsafat Yunani. Pengalaman – pengalaman yang diklaim
sebagai
persatuan
antara
Tuhan
dan
hamba
kemudian
diteorisasikan dalam bentuk pemikiran seperti konsep wahdah al-wujud yakni bahwa wujud yang sebenarnya adalah Allah sedangkan selain Allah hanya gambar yang bisa hilang dan sekedar sangkaan dan khayalan. Dalam aliran ini para sufi lebih mengarahkan tasawuf pada “kebersatuan” dengan Allah. Perhatian mereka sangat tertuju pada aspek ini, sedangkan aspek praktik nyaris terabaikan. Para tokohnya antara lain: a)
Muhyiddin Ibnu Arabi atau yang lebih dikenal dengan Ibnu Arabi ( 560 – 638 H.) dengan konsep wahdah al-Wujudnya.
b)
Al-Syuhrawardi Al-Maqtul (549 – 587 H.) dengan konsep Isyraqiyahnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
2.7.2
Seni dan Ritual Sufisme Para sufi sejak awal telah melibatkan diri dalam kegiatan seni dan
sastra seperti menari, music, syair dan puisi. Banyak karya sastra dan seni muslim yang berisikan nilai sufistik dan sangat indah serta menarik untuk dikaji. Beberapa tokoh sufi yang sangat terkenal dengan berbagai karya sastra dan seninya adalah Al Ghazali, Hasan Al Basyri, Abdul Qodir Jaelani, Bahauddin Naqsabandy, Ibnu Athahillah, Ibnu Arabi dan tentunya Jalaluddin Rumi. Dengan kata lain, seni juga bisa disebut sebagai salah satu media komunikasi, baik antara makhluk dengan sesama makhluk ataupun makhluk kepada pencipta-Nya. Di dalam tubuh manusia terdapat irama yang harmonis, seperti halnya alam semesta yang juga berirama. Nadanada alam semesta yang tertangkap oleh kepekaan rasa diungkapkan menjadi nada-nada. Lewat nada-nada musik tersebut manusia melakukan pemujaan dan perenungan spiritual. Nada-nada musik bukan sekedar seni, tetapi merupakan bahasa jiwa, spirit kehidupan, musik Sang Maha Pencipta, bahasa pertama yang menjadi asal muasal kehidupan. Sebagai media dan bentuk komunikasi universal, nada-nada musik melewati bahasa verbal, diterima indera pendengaran, diteruskan ke hati sebagai pusat rasa. Kemudian dengan rasa itulah, maka nada-nada musik melewati batas-batas etnis, agama, komunitas dan Negara. Ekspresi untuk mencintai Allah tidak hanya bisa diekspresikan melalui ibadah dalam bentuk mahdhoh yang umumnya dilakukan oleh
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
umat muslim. Maulana Jalaluddin Rumi, ratusan tahun yang lalu telah memberikan warisan berharga bagi seluruh umat. Salah satu karyanya adalah Sema yaitu sebuah ekspresi dan rasa cinta kasih dan sayang yang tinggi dari seorang hamba kepada Sang Robbi melalui sebuah ritual suci yakni whirling dervishes, tarian keliling yang berlawanan dengan arah jarum jam untuk mengajak hati, akal, ruh dan pikiran untuk memuji-muji tuhan dengan 99 asmaul husna dan dzikir-dzikir lainnya yang dilanjutkan dengan menari berputar-putar ratusan, bahkan ribuan kali sampai gerakan menari ini sampai pada puncak kebahagiaan dan kenikmatan. Salah satu maha karya Rumi ini juga disebut dengan Sufi Mehfil, sebuah tarian yang dipopulerkan bersama komunitas Mevlevi Order yang merupakan sebuah tarian dalam tradisi sufi yang bermakna sebagai pesta para sufi. Tarian ini dilakukan secara bersama bersama oleh sejumlah penari dibawah bimbingan seorang Mursyid. Gerakan yang ada dalam tarian itu menunjukkan kesedian para pecinta tuhan untuk masuk ke dalam diri dan marasakan kenikmatan yang tak mampu untuk dijelaskan dengan katakata. 20 Pesta para sufi ini lahir manakala seorang pencari tuhan bertemu Sang Kekasih Yang Maha Suci. Ketika merasakan kasih yang ada dalam hati dan dalam diri meletup-letup, maka perasaan ini akan ditransfer menjadi energi gerak dalam bentuk menari. Tarian yang dilakukan adalah sebuah ekspresi untuk merayakan kehidupan. Konon, ketika menari seperti 20
Jalaluddin Rumi. Kearifan Cinta, Renungan Sufistik sehari-hari. Yogyakarta, Kreasi Wacana, 2001. Hal 57
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
itu, para penari mengalami eksate yang dikalangan para sufi dipahami sebagai tingkat pencapaian perasaan penyatuan dengan Tuhan. Bahkan, ada pula yang mengaku gerakan yang tercipta, seolah-olah bukan dari diri si penari.Dari kisah inilah yang membuat seorang pencari Tuhan seperti seperti Rumi memiliki jiwa sangat lembut.Dirinya tidak lagi bisa membenci atau melihat perbedaan suku ras maupun agama. Gerak tari yang berputar dalam whirling dervishes ini merupakan perlambang dinamis dari sebuah struktur kehidupan yang berlapis. Seperti layaknya tata surya. Dimana, antara unsur (planet) yang satu dengan unsur yang lain masing-masing berotasi. Berputar pada porosnya sendiri-sendiri. Kendati demikian, antarmereka tetap memiliki gaya tarik yang justru merupakan unsur dari keseimbangan sistem tata surya itu sendiri. Ibarat ilmu fisika whirling dervishes seperti susunan electron, proton, dan neutron yang berada dalam inti atom. Masing-masing dari mereka terus berputar (bergerak dinamis) untuk mencapai sebuah kesempuranaan susunan atom yang dikehendaki. Semuanya begitu alamiah. Begitu pula dengan tarian spiritual ini.Ia merupakan perputaran yang menggerakan semua unsur manusia untuk meraih sebuah kesempurnaan. Nah, hasil yang konon bisa dilihat secara kasat mata adalah menurunnya ego seseorang. Ujung-ujungnya, ia akan bersikap lebih arif kepada sesama. Seperti halnya karya-karya seni yang lain, whirling dervishes pun memiliki bagian-bagian yang mengandung makna filosofis yang cukup
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
dalam. Hiasan di kepala (topi) misalnya. Ia adalah simbol nisan yang kelak dipakai manusia setelah mati. Pun dengan kemeja dan rok putih yang dikenakan para penari. Kain putih adalah simbol kain kafan yang nantinya bakal dibalutkan ke tubuh manusia ketika ia dikuburkan. Sementara, jubah hitam yang biasanya juga dikenakan penari, konon berarti sebagai energi negatif (black spiritual). Dalam dinamika whirling darvishes, sisi gelap yang menempel pada hati manusia tersebut bakal ditarik oleh kedua makna dari simbol sebelumnya, batu nisan dan kain kafan. Lalu, manusia akan dilahirkan kembali kepada kenyataan hidupnya. Dan, hidup yang hakiki adalah setelah mati. Bekalnya, hati yang bersih. Gerakan awal sema dimana penari menahan tangannya menyilang adalah simbol dari kesaksian Tuhan Yang Maha Esa. Dialah dzat yang memulai segala sesuatunya di langit dan bumi ini. Sementara, ketika berputar, tangan kanan yang mengarah ke atas (langit) adalah pertanda si penari siap menerima energi enlightment (pencerahan) dari Sang Pencipta. Sedang, tangan kiri yang menjuntai ke bawah merupakan simbol penyebaran energi positif sekaligus menyerap energi negatif dari dan ke setiap hati manusia yang berada disekeliling penari.
21
Inilah jalan spiritual
Tuhan memberikan nur dan hidayah-Nya kepada setiap hati manusia dalam tari spiritual sema. Tak hanya itu, rampak gendang atau tambur yang dipukul para musisi pun mengandung makna.Suara alat musik tersebut merupakan 21
Jalaluddin Rumi. Kearifan Cinta, Renungan Sufistik sehari-hari. Yogyakarta, Kreasi Wacana, 2001. Hal 77
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
simbol dari kehendak Tuhan kepada setiap makhluk-Nya. Ketika Tuhan berkehendak, maka jadilah segala sesuatu di bumi ini. Sementara, improvisasi alat musik yang lain merupakan simbol dari nafas awal yang diberikan Tuhan kepada manusia. Ketika dalam rahim, Tuhan telah meniupkan ruh kepada bayi yang akan dilahirkan. Itu adalah awal sebuah kehidupan. Ucap salam atau tabik dari para penari kepada orang-orang di sekelilingnya merupakan simbol dari sebuah penghormatan (salam kenal) kepada jiwa-jiwa yang dahaga. Jiwa-jiwa yang merindukan kedamaian. Sebetulnya, di dalam tabik tersebut, terdapat pesan-pesan tentang kesaksian eksitensi ke-Esaan Tuhan, pengorbanan (pikiran) untuk cinta sejati, dan takdir manusia sebagai pelayan Tuhan, Al Quran, serta pelayan bagi seluruh umat di dunia ini. Praktiknya, ketika manusia kembali dari perjalanan spiritualnya—yang dilakukan melalui whirling dervishes—, maka, ia harus siap menjadi pengabdi bagi Tuhan-nya, Kitab-nya, juga bagi setiap mahkluk ciptaan Tuhan. Karena itu, segala doa dan puja puji yang dipanjatkan adalah untuk kebaikan dan kemuliaan jiwa-jiwa dahaga di seluruh muka bumi ini agar menjadi lebih sempurna.
2.8
Semiotika Secara etimologis, semiotika berasal dari kata yunani semeion yang berarti
tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat mewakili sesuatu yang lain. Secara
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
terminologis, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh pengetahuan sebagai tanda. Tanda-tanda (signs) adalah basis dari seluruh komunikasi. 22 Manusia dengan perantara tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya, usaha mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusian (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to Sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampur adukan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda. Lebih jelasnya lagi, semiotika adalah suatu disiplin yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana signs (tanda-tanda) dan berdasarkan pada sign system (code) atau sistem tanda. Sedangkan, Charles Sanders Peirce mendefinisikan semiosis atau semiotika sebagai “a relationship among a sign, an object, and meaning (suatu hubungan diantara tanda, objek, dan makna).
22
Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Rosda Karya. 2006
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
2.8.1
Semiotika Ferdinand De Saussure Ferdinand de Saussure lahir di Jenewa Swiss pada 26 November
1857 dan meninggal pada 22 Februari 1913. Selain sebagai seorang ahli linguistik, dia juga seorang spesialis bahasa – bahasa Indo Eropa dan Sansekerta yang menjadi sumber pembaharuan intelektual dalam bidang ilmu sosial dan kemanusian. Pandangannya tentang tanda sangat berbeda dengan pandangan para ahli linguistik dijamannya. Saussure justru menyerang pemahaman historis terhadap bahasa yang dikembangkan pada abad ke 19. Saat itu, studi bahasa hanya berfokus kepada perilaku linguistik yang nyata (Parole). Studi tersebut menelusuri perkembangan kata-kata dan ekspresi sepanjang sejarah mencari faktor-faktor yang berengaruh seperti geografi, perpindahan penduduk, dan faktor lain yang mempengaruhi perilaku linguistik manusia. 23 Prinsip yang menyatakan bahwa “bahasa adalah suatu sistem tanda dan setiap tanda terdiri dari dua bagian, yakni penanda (singnifier) dan petanda (singnified)” adalah prinsip penting dalam menangkap hal pokok pada teori Saussure. Bagi Saussure, bahasa adalah suatu sistem tanda (sign). Segala suara, baik manusia, hewan, atau bunyi-bunyi yang lain, akan dikatakan sebagai bahasa jika ia mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan ide-ide dan pengertian-pengertian tertentu 24 Struktruralime yang dipelopori oleh Ferdinand de Saussure mengacu pada tanda dalam konteks komunikasi manusia dengan 23 24
Sumbo Tinarbuko, Semitika Komunikasi Visual, Yogyakarta: Jalansutra.2009. hal ix Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung . hal 46
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
melakukan pemilahan antara apa yang disebut signifier dan signified. Signified adalah wujud fisik dari tanda (aspek material) yakni apa yang dikatakan atau apa yangditulis atau dibaca. Signified adalah konsep yang direpresentasikan melalui tanda, yakni pikiran atau aspek mental dari bahasa. Sehingga tanda adalah hasil asosiasi antara signified dan signifier.
Gambar 1 : Semiologi Ferdinand de Saussure Saussure menyebutnya kombinasi konsep dan citra bunyi sebagai tanda, namun dalam penggunaan dewasa ini, dalam istilah umum, hanya dinamakan citra-bunyi. Sebuah kata yang digunakan untuk contoh (arbor [dalam hal ini pohon] dsb, orang cenderung melupakan bahwa kata arbor dinamakan tanda hanya karena tanda tersebut mengandung konsep tentang pohon (tree), akibatnya konsep tentang ide panca indera secara tak langsung menyatakan bagian ide tentang keseluruhan. Ambiguitas akan muncul bila ketiga makna yang tercakup disini ditandai dengan tiga makna yang masing-masing maknanya berlawanan satu sama lain. Saya bermaksud memastikan bahwa kata “tanda” (sign) itu untuk menyusun
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
keseluruhan dan untuk menggantikan konsep dan citra bunyi masingmasing dengan “petanda” (signidied). Kedua istilah terakhir lebih menguntungkan untuk mengindikasikan oposisi keterpisahannya dari aspek yang lain dan dari aspek keseluruhan yang membangunnya. 25 Dalam berkomunikasi, seseorang mengunakan tanda untuk mengirim makna tentang objek dan orang lain menginterpretasikan tanda tersebut. Objek bagi Saussure disebut “referent”. Hampir serupa dengan Peirce yang mengistilahkan interpretant untuk signified dan objek untuk signifier, bedanya Saussure dalam proses penandaan. Contoh: ketika orang menyebut kata “anjing” (signifier) dengan nada mengumpat maka hal tersebut merupakan tanda kesialan (signified). Begitulah, menurut Saussure, “Signifier dan signified merupakan kesatuan, tidak dapat dipisahkan, seperti dua sisi dari kertas”. Sedikitnya ada lima pandangan dari Saussure yang dikemudian hari menjadi peletak dasar Levi – Strauss, yaitu pandangan tentang: 1.
Signifier dan Signified. Yang cukup penting dalam menangkap upaya hal pokok pada teori Saussure adalah prinsip yang menyatakan bahwa bahasa itu adalah suatu sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun di dua bagian yakni signifier (petanda) dan signified (petanda). Menurut Saussure bahasa merupakan suatu sistem tanda (sign). Suara-suara, baik suara manusia, binatang atau bunyi-bunyian atau berfungsi sebagai bahasa bilamana suara
25
Arthur Asa Berger, Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer, Tiara Wacana. Yogyakarta. hlm 12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
tersebut mengekspresikan, menyatakan, atau menyampaikan ideide, pengertian-pengertian tertentu. Untuk itu suara terebut harus merupakan bagian dari sebuah sistem tanda. 2.
From dan content. Istilah form (bentuk) dan content (materi, isi) ini oleh Gleason (Pateda,1994:35) diistilahkan dengan expression dan content satu berwujud bunyi dan yang lain berwujud ide. Dalam permainan catur, papan dan biji catur itu tidak terlalu penting. Yang penting adalah fungsinya yang dibatasi, aturanaturan permainannya. Jadi, bahasa berisi sistem nilai, bukan koleksi unsure yang ditentukan oleh materi, tetapi sistem itu ditentukan oleh perbedaannya.
3.
Langue and Parole. Saussure dianggap cukup Recouer karena ialah yang meletakkan dasar perbedaan antara langue dan parole (Recouer,1976:2-3) sebagai dua pendekatan linguistik yang pada gilirannya nanti dapat menunjang pemikirannya, khususnya dalam teori wacana. Hal ini pun diakui Bhartes (1996:80) yang menyatakan bahwa konsep (dikotomis) langue parole sangat penting dalam pemikiran Saussure dan pasti telah membawa pembaruan
besar
pada
linguistik
sebelumnnya.
Saussure
membedakan tiga istilah dalam bahasa pransi: langage, langue (sistem bahasa, dan parole (kegiatan ujaran). 4.
Synchronic dan Diachronic. Menurut Saussure linguistik harus memperhatikan sinkronis sebelum menghiraukan diakronis. Kedua
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
istilah ini berasal dari Yunani Khronos (waktu) dan dua yakni syndan dia- masing-masing berarti “bersamaan” dan “melalui”. Yang dimaksud
dengan
diakronis
adalah
menelusuri
waktu
(Bertens,2001:184). Jadi, studi dikronis atas bahasa tertentu adalah deskripsi tentang perkembangan sejarah (“melalui waktu”). 5.
Syntagmatic dan Associative. Satu lagi struktur bahasa yang dibahas dalam konsepsi dasar Saussure tentang sistem perbedaan diantara tanda-tanda adalah mengenai syntagmatic dan associative (paradigmatic),
atau
antara
sintagmatik
dan
paragidmatik.
Hubungan ini terdapat pada kata-kata sebagai rangkaian bunyibunyi maupun kata-kata konsep. 26
26
Alex Sobur. Semiotika Komunikasi , Bandung. PT Remaja Rosdakarya:2009. Hal 46-54
http://digilib.mercubuana.ac.id/