BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Film Sebagai Media Komunikasi Massa Film
adalah media komunikasi
yang bersifat
audio visual
untuk
menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu.10 Pesan film pada komunikasi massa dapat berbentuk apa saja tergantung dari misi film tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah film dapat mencakup berbagai pesan, baik itu pesan pendidikan, hiburan dan informasi. Pesan dalam film adalah menggunakan mekanisme lambang-lambang yang ada pada pikiran manusia berupa isi pesan, suara, perkataan, percakapan dan sebagainya. Film juga dianggap sebagai media komunikasi yang ampuh terhadap massa yang menjadi sasarannya, karena sifatnya yang audio visual, yaitu gambar dan suara yang hidup. Dengan gambar dan suara, film mampu bercerita banyak dalam waktu singkat. Ketika menonton film penonton seakan-akan dapat menembus ruang dan waktu yang dapat menceritakan kehidupan dan bahkan dapat mempengaruhi audiens. Dewasa ini terdapat berbagai ragam film, meskipun cara pendekatannya berbedabeda, semua film dapat dikatakan mempunyai satu sasaran, yaitu menarik perhatian orang terhadap muatan-muatan masalah yang dikandung. Selain itu, film dapat dirancang untuk melayani keperluan publik terbatas maupun publik yang seluas-
10
Elvinaro Ardianto, dan Lukiati Komala, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung.Simbiosan Reatama Media. 2007 Hal 136.
9 http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
luasnya. Pada dasarnya film dapat dikelompokan ke dalam dua pembagian dasar, yaitu kategori film cerita dan non cerita. Pendapat lain menggolongkan menjadi film fiksi dan non fiksi. Film cerita adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang, dan dimainkan oleh aktor dan aktris. Pada umumnya film cerita bersifat komersial, artinya dipertunjukan di bioskop dengan harga karcis tertentu atau diputar di televisi dengan dukungan sponsor iklan tertentu. Film non cerita adalah film yang mengambil kenyataan sebagai subyeknya, yaitu merekam kenyataan dari pada fiksi tentang kenyataan. Dalam perkembangannya, film cerita dan non cerita saling mempengaruhi dan melahirkan berbagai jenis film yang memiliki ciri, gaya dan corak masing-masing. Film cerita agar tetap diminati penonton harus tanggap terhadap perkembangan zaman, artinya ceritanya harus lebih baik, penggarapannya yang profesional dengan teknik penyuntingan yang semakin canggih sehingga penonton tidak merasa dibohongi dengan trik-trik tertentu bahkan seolah-olah justru penonton yang menjadi aktor/aktris di film tersebut. Dalam pembuatan film cerita diperlukan proses pemikiran dan proses teknis, yaitu berupa pencarian ide, gagasan atau cerita yang digarap, sedangkan proses teknis berupa keterampilan artistik untuk mewujudkan segala ide, gagasan atau cerita menjadi film yang siap ditonton.11
11
Pengertian Film, http://5martconsultingbandung.blogspot.com/2010/10/pengertian-film.html diakses pada tanggal 20 Febuari 2015 jam 20.14.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
2.2
Jenis-Jenis Film Menurut jenisnya, Effendy dalam bukunya Ilmu Teori dan Filsafat
Komunikasi membagi film yang terdiri atas:12 1.
Film Cerita (Story Film) Film Cerita (Story Film) adalah jenis film yang menceritakan kepada publik
sebuah cerita. Sebagai cerita harus mengandung unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa manusia. Film yang bersifat auditif visual, yang dapat disajikan kepada publik dalam bentuk gambar yang dapat dilihat dengan suara yang didengar, dan yang merupakan suatu hidangan yang sudah masak untuk dinikmati, sungguh merupakan suatu medium yang bagus untuk mengolah unsur-unsur tersebut. 2.
Film Berita (Newsreel) Film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya
berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita (newsvalue). Sebenarnya, kalau dibandingkan dengan media lainnya seperti surat kabar dan radio sifat “newsyfact”-nyacfilm berita tidak ada. Sebab sesuatu berita harus aktual. Ini disebabkan proses pembuatannya dan penyajiannya kepada publik yang memerlukan waktu yang cukup lama. Akan tetapi dengan adanya TV yang juga sifatnya auditif visual seperti film, maka berita yang difilmkan dapat dihidangkan kepada publik melalui TV lebih cepat daripada jika dipertunjukan di gedung-gedung bioskop.
12
Ibid.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
3.
Film Dokumenter (documenatry film) John Grierson mendefinisikan film dokumenter sebagai “karya ciptaan
mengenai kenyataan (creative treatment of actuality).” Titik berat film dokumenter adalah fakta atau peristiwa yang terjadi. Intinya, film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin. 4.
Film Kartun (Cartoon Film) Film kartun pada awalnya memang dibuat untuk konsumsi anak-anak, namun
dalam perkembangannya kini film yang menyulap gambar lukisan menjadi hidup itu telah diminati semua kalangan termasuk orang tua. Tidak ada titik berat pembuatan film kartun adalah seni lukis, dan setiap lukisan memerlukan ketelitian. Satu per satu dilukis dengan saksama untuk kemudian dipotret satu per satu pula. Apabila rangkaian lukisan itu setiap detiknya diputar dalam proyektor film, maka lukisanlukisan itu menjadi hidup.13
2.2.1
Film-Film Jenis Lain
1.
Profil Perusahaan (Corporate Profile) Film ini diproduksi untuk kepentingan institusi tertentu berkaitan dengan
kegiatan yang mereka lakukan. Film ini sendiri berfungsi sebagai alat bantu presentasi.
13
Ibid.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
2.
Iklan Televisi (TV Commercial) Film ini diproduksi untuk kepentingan penyebaran informasi, baik tentang
produk (iklan produk) maupun layanan masyarakat (iklan layanan masyarakat atau Public Service Announcement/PSA). 3.
Program Televisi (TV Program) Program ini diproduksi untuk konsumsi pemirsa televisi. Secara umum,
program televisi dibagi menjadi dua jenis yakni cerita dan non cerita. 4.
Video Klip (Music Video) Dipopulerkan pertama kali melalui saluran televisi MTV pada tahun 1981,
sejatinya video klip adalah sarana bagi para produser musik untuk memasarkan produknya lewat medium televisi.
2.3
Genre Film Menurut jenisnya, genre film dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :
1.
Action Action adalah jenis film yang mengandung banyak gerakan dinamis para aktor
dan aktris dalam sebagian besar adegan film, seperti halnya adegan baku tembak, perkelahian, kejar mengejar, ledakan, perang dan lainya. 2.
Adventure Adventure adalah jenis film yang menitikberatkan pada sebuah alur
petualangan yang sarat akan teka-teki dan tantangan dalam berbagai adegan film.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
3.
Animation Animation adalah jenis film kartun animasi dengan berbagai alur cerita.
Biasanya genre film ini memiliki sub-genre hampir sama dengan genre utama film non-animasi. 4.
Biography Biography adalah jenis film yang mengulas sejarah, perjalanan hidup atau
karir seorang tokoh, ras dan kebudayaan maupun kelompok. 5.
Comedy Comedy adalah jenis film yang dipenuhi oleh adegan komedi dan lelucon
sebagai benang merah alur cerita film. 6.
Crime Crime adalah jenis film yang menampilkan skenario kejahatan kriminal
sebagai inti dari keseluruhan film. 7.
Documentary Documentary adalah jenis film yang berisi tentang kejadian dan peristiwa
yang terjadi secara nyata. 8.
Drama Drama adalah jenis film yang mengandung sebuah alur yang memiliki sebuah
tema tertentu seperti halnya percintaan, kehidupan, sosial, dan lainnya. 9.
Family Family adalah jenis film yang sangat cocok untuk dapat di saksikan bersama
keluarga.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
10.
Fantasy Fantasy adalah jenis film yang penuh dengan imajinasi dan fantasi.
11.
Film-Noir Film-Noir
adalah
sebuah
istilah
sinematik
yang
digunakan
untuk
menggambarkan gaya film Hollywood yang menampilkan drama-drama kriminal, khususnya yang menekankan keambiguan moral dan motivasi seksual. 12.
Game Show Game Show adalah jenis film yang bertemakan sebuah pertunjukan permainan
yang menjadi inti dalam keseluruhan cerita. 13.
History History adalah jenis film yang mengandung cerita masa lalu sesuai dengan
kejadian dan peristiwa yang telah menjadi sebuah sejarah. 14.
Horror Horror adalah jenis film yang berisi tentang kejadian mistis dan berhubungan
dengan kejadian-kejadian yang menyeramkan dan menakutkan sebagai nyawa dari film tersebut. 15.
Music Music adalah jenis film yang berkaitan dengan musik.
16.
Musical Musical adalah jenis film yang dipenuhi oleh adegan yang dibumbui oleh
gerakan koreografi dan diiringi oleh musik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
17.
Mystery Mystery adalah jenis film yang mengandung alur cerita yang penuh akan teka-
teki untuk mengungkap inti dari film tersebut. 18.
News News adalah jenis film yang memberikan banyak informasi tentang suatu hal
yang bersifat informative. 19.
Romance News adalah jenis film yang berisikan tentang kisah percintaan.
20.
Sci-Fi Sci-Fi adalah jenis film fantasi imajinasi pengetahuan khususnya yang
bersifat exact yang dikembangkan untuk mendapatkan dasar pembuatan alur film yang menitikberatkan pada penelitian dan penemuan-penemuan teknologi. 21.
Sport Sport adalah jenis film dengan latar belakang tentang olah raga.
22.
Thriller Thriller adalah jenis film yang penuh dengan aksi menegangkan atau
mendebarkan, dan tipe alur ceritanya biasanya berupa para jagoan yang berpacu dengan waktu, penuh aksi menantang, dan mendapatkan berbagai bantuan yang kebetulan sangat dibutuhkan yang harus menggagalkan rencana-rencana kejam para penjahat yang lebih kuat dan lebih lengkap persenjataannya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
23.
War War adalah jenis film yang sesuai dengan kategorinya yaitu memiliki inti
cerita dan latar belakang peperangan. 24.
Western Western adalah jenis film yang berkaitan dengan suku di amerika dan
kehidupan pada zaman kebudayaan suku indian masih ada yang biasanya memiliki tokoh koboi berkuda, sherif dan aksi khas duel menembak.
2.4
Film Animasi Film Animasi sebagai hasil seni dan budaya mempunyai fungsi dan manfaat
yang luas dan besar baik di bidang sosial, ekonomi, maupun budaya dalam rangka menjaga dan mempertahankan keanekaragaman nilai-nilai dalam penyelanggaraan berbangsa dan bernegara.14 Film animasi berfungsi sebagai : 1.
Sarana pemberdayaan masyarakat luas
2.
Pengekspresian dan pengembangan seni,
3.
Budaya, pendidikan, dan hiburan
4.
Sebagai sumber penerangan dan informasi
5.
Bagian dari komoditas ekonomi (saat ini)
14
Elvinaro Ardianto, dan Lukiati Komala, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung.Simbiosan Reatama Media, 2007. Hal 136.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
2.4.1
Film Animasi Sebagai Media Penyampaian Pesan Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Komunikasi merupakan suatu alat bagi manusia untuk mengerti diri sendiri, mengerti orang lain dan memahami lingkungannya. Dan sebagai mahluk yang tidak mampu untuk hidup sendiri. Komunikasi merupakan kebutuhan utama untuk dapat berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal tersebut, komunikasi melibatkan beberapa elemen, antara lain: Pertama, sumber (source) sering juga disebut pengirim (sender), komunikator (communicator), pembicara (speaker) atau berkomunikasi, baik secara individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan negara. Kedua, adalah pesan (message), yaitu merupakan simbol verbal dan atau non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan dan lain-lain. Ketiga, adalah saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesan kepada penerima. Ke-empat, penerima (receiver) sering juga disebut sasaran atau tujuan (destination), penyandi balik (decoder), komunikan (communicate) atau khalayak (audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter) yakni orang yang menerima pesan. Kelima, efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya pemahaman, perubahan keyakinan, perubahan perilaku dan sebagaimana. Lebih lanjut, komunikasi dititikberatkan pada pemaknaan atau pertukaran makna. Dapat dikatakan bahwa pesan yang disampaikan bukan hanya diterima begitu saja oleh komunikan, tapi ia dapat memperluasnya dengan interpretasi atas pesan termasuk pemaknaannya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Film di sini berfungsi sebagai media komunikasi yang didalamnya mengandung unsur pesan. Menurut Jalaludin Rakhmat, pesan yang merupakan inti dari komunikasi dapat dibagi dalam dua bentuk pesan, yaitu pesan verbal dan pesan non verbal. Pesan verbal atau disebut pesan linguistik adalah pesan yang diucapkan dan menggunakan kalimat dalam bahasa, sedangkan pesan non verbal adalah pesan yang melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis, yang pada kenyataannya memiliki proporsi yang lebih banyak dibandingkan komunikasi verbal. Film sebagai media komunikasi massa memiliki keunggulan, karena adanya ciri sebagai berikut:15 1.
Bersifat Informatif Film lebih mampu menyajikan informasi yang matang dalam konteks yang
relatif lebih utuh dan lengkap. Pesan-pesan film tidak bersifat topikal yang terputusputus, tetapi ditunjang oleh pengembangan masalah yang tuntas. 2.
Kemampuan Distorsi Sebagai media informasi, film dibatasi oleh ruang dan waktu tertentu. Untuk
mengatasinya, media film menggunakan distorsi dalam proses konstruksinya, baik ditingkat fotografi ataupun pemaduan gambar yang dapat memaparkan informasi, memperbesar ruang atau melompat batas waktu.
15
Dahlan, M alwi. 1981. Film Dalam Spektrum Tanggung Jawab Komunikasi Massa, Seminar Kode Etik Produksi Film Nasional. Jakarta.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
3.
Situasi Komunikasi Film dapat membawakan situasi komunikasi yang khas dan menambah
intensitas keterlibatan khalayak. Film dapat menimbulkan keterlibatan yang seolaholah sangat intim dengan memberikan gambaran wajah atau bagian badan yang sangat dekat. 4.
Kredibilitas Situasi komunikasi film dan keterlibatan emosional penonton dapat
menambah kredibilitas pada suatu produk film. Karena penyajian film disertai oleh perangkat kehidupan yang mendukung (pranata sosial manusia dan perbuatannya serta hubungan antar peran dan sebagainya). Umumnya penonton dengan mudah mempercayai keadaan yang digambarkan walau kadang tidak logis atau tidak berdasarkan kenyataan (Dahlan, 1981:142).16 Film merupakan sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum. Kehadiran film merupakan respon terhadap penemuan waktu luang di luar jam kerja dan jawaban terhadap kebutuhan menikmati waktu senggang secara hemat bagi penonton. Film juga dapat menjadi sarana pameran media lain dan sebagai sumber budaya yang berkaitan erat dengan buku, film kartun, bintang televisi dan film seri, serta lagu.17 Sebagai sumber hiburan yang paling umum dan paling dikenal luas, industri
16 17
Ibid. Denis Mcquail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Erlangga, Jakarta, 1987. Hal 3.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
film merupakan konglomerat kapital global, kekuasaan dan kebudayaan yang berpengaruh. Film lebih dari sekedar hiburan. Film merupakan “teks” dengan makna terkodekan yang dapat dibaca. Film menggunakan perangkat indeksikal, ikonik dan simbolik yang dengan mudah dapat diidentifikasi oleh khalayak. Film menggunakan penanda sebagai jalan pintas untuk membantu menggerakkan aliran narasi. Film juga merupakan representasi dari realitas yang ada. seperti diungkapkan Turner (1993:152):18 “Like any other medium of representation it constructs and re-present its pictures of reality by way of the codes, convenstions, myth, and ideologies of its culture as well as by way of the spesific signifying practices of the medium.” (Seperti medium representasi yang lain film mengkonstruksi dan menghadirkan kembali gambaran dari realitas melalui kode-kode, konvensi-konvensi, mitos dan ideologiideologi dari kebudayaannya sebagaimana cara praktik signifikasi yang khusus dari medium). Terkait hal tersebut, Rudolf Arnheim dalam Antony Easthope (1993: 3)19 menyatakan bahwa film dapat membangun sebuah efek penandaan melalui berbagai cara antara lain penggunaan angle kamera (camera angle), kedalaman fokus (depth of focus), efek pencahayaan (lighting effect), framing, pergerakan kamera (camera mobility), teknik fade dan superimpotion serta lensa-lensa khusus.
18
Ibid, Hal 6.
19
Ibid.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Melalui penggunaan berbagai teknik tersebut, sebuah film dapat melibatkan bentuk-bentuk simbol visual dan linguistik dalam mengkodekan pesan yang ingin disampaikan.
Pada
tataran
gambar
bergerak,
kode-kode
gambar
dapat
diinternalisasikan sebagai bentuk representasi mental. Berbeda dengan konteks tanda dalam tinjauan bahasa di mana hubungan bersifat arbitrer (semena), penanda sinematografi memiliki hubungan motivasi atau beralasan dengan penanda yang tampak jelas melalui hubungan penanda dengan alam yang dirujuk. Hal ini sesuai dengan pernyataan Christian Metz,20 yang mengatakan bahwa petanda sinomatografis selalu beralasan. Hubungan motivasi tersebut berada baik pada tingkat denotatif maupun konotatif. Hubungan denotatif yang beralasan tersebut lazim disebut analogi karena memiliki persamaan perspektif atau auditif antara penanda atau petanda dan referen. Selain itu film juga bergantung pada intertekstualitas, dengan demikian satu film mungkin memiliki rujukan kepada film lain, baik secara eksplisit-yaitu dengan dialog, ataupun secara implicit-yaitu dengan mencuri sequence.
2.5
Televisi Televisi dilihat dari asal kata, dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu “Tele”
dan “Vision”, yang secara harfiah dapat berarti sebagai visualisasi dari sebuah objek yang jauh. Televisi dan radio merupakan media massa elektronik. Media massa yang dalam menyampaikan pesan akan sangat bergantung pada aliran listrik. Pada masa sekarang media massa elektronik juga dapat ditayangkan melalui bantuan tenaga 20
Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. 2009. Hal 12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
diesel. Membedakan media cetak dengan media televisi sebagai berikut: 1. Televisi dan radio menguasai ruang, tetapi tidak menguasai waktu. 2. Sementara media cetak (surat kabar/majalah) menguasai waktu tetapi tidak menguasai ruang. Televisi sebagai media massa harus mempunyai unsur-unsur penting, yaitu:21 a. Adanya sumber informasi b. Isi pesan c. Saluran informasi d. Khalayak sasaran e. Umpan balik
2.5.1
Fungsi Televisi Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar dan
radio siaran), yakni memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi sebagaimana hasil penelitianpenilitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran (UNPAD), yang menyatakan bahwa pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi.22
21 22
Wawan, Kuswandi (1996). Komunikasi Massa . PT. Rineka Cipta Jakarta. Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdiyana. 2007. Komunikasi Massa. Simbiosa Rekatama Media. Hal: 128.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
2.5.2
Tayangan Televisi Terhadap Anak Dalam perkembangan teknologi dan informasi saat ini, televisi (TV) telah
menjadi kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan hiburan maupun informasi. Semakin tingginya minat masyarakat dalam menonton TV, baik itu dari kalangan orangtua, remaja dan anak-anak telah ikut meningkatkan bisnis penyiaran di Indonesia, sehingga banyak stasiun-stasiun TV bersaing dalam menyuguhkan berbagai macam acara untuk menarik masyarakat menontonnya. Permasalahan lain yang timbul adalah ketika anak menonton kartun bisu seperti “Shaun the Sheep”, “Bernard”, “Vicky & Johnny”, “Oscar”, dan lain sebagainya secara berulang dan terus-menerus juga dapat mempengaruhi kepribadian anak. Kepribadian merupakan susunan sistem-sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian yang unik terhadap lingkungan. Sistem psikofisik yang dimaksud meliputi kebiasaan, sikap, tata nilai, keyakinan, keadaan emosional, perasaan dan motif yang bersifat psikologis. Karakter/tokoh dalam film kartun bisu memiliki sifat atau kebiasaan serta perilaku tertentu, jika ditonton berulang maka sifat atau perilaku tersebut yang akan ditiru oleh anak. Maka dampak paling nyata (observable) film kartun bisu terhadap kepribadian anak adalah perilaku enggan berbicara pada anak. Tayangan televisi untuk anak-anak tidak bisa dipisahkan dengan film kartun. Karena jenis film ini sangat populer di lingkungan mereka, bahkan tidak sedikit orang dewasa yang menyukai film ini. Jika kita perhatikan, film kartun masih didominasi oleh produk film impor. Tokoh seperti “Batman”, “Superman”, “Popeye”, “Micky
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Mouse”, “Tom and Jerry”, atau “Woody Woodpecker” begitu akrab di kalangan anakanak. Begitu pula film kartun Jepang, seperti “Doraemon”, “Candy Candy”, “Sailoor Moon”, “Dragon Ball”, “Spongebob Skuarepants”, “Dora The Explorer”, “Kapten Tsubasa”, “Ranma”, “Scooby Doo”, “Crayon Shincan”, dan “Rugrats” sangat populer dan bahkan mendominasi tayangan stasiun televisi kita. Berdasakan laporan dari UNICEF pada tahun 2007 menyatakan bahwa anakanak di Indonesia menonton rata-rata 5 jam sehari di depan televisi atau total 15601820 jam/ tahun. Angka ini menurut UNICEF jauh lebih besar ketimbang jam belajar anak SD yang hanya 1000 jam/ tahun. Maka dapat dilihat begitu besarnya pengaruh yang akan ditimbulkan oleh acara-acara yang ada di televisi untuk anak-anak jika tidak ada pengawasan dan bimbingan dari orangtua, tidak hanya dari adegan-adegan dan ucapan-ucapan saja yang dapat mempengaruhi anak-anak, tetapi juga poses sosialisasi dengan keluarga, lingkungan alam dan masyarakat juga akan berkurang. Persatuan psikologi Amerika pada tahun 1985, menyatakan bahwa penayangan kekerasan di TV berulang-ulang dapat membuat anak-anak tidak hanya menerima kekerasan dalam kehidupan nyata, tetapi mereka sendiri telah menjadi lebih keras. Jika kita melihat acara-acara yang disajikan oleh stasiun televisi, banyak acara yang disajikan tidak mendidik malahan bisa dakatakan berbahaya bagi anakanak untuk di tonton. Kebanyakan dari acara televisi memutar acara yang berbau kekerasan, adegan pacaran yang mestinya belum pantas untuk mereka tonton, tidak hormat terhadap orang tua, gaya hidup yang hura-hura (mementingkan duniawi saja) dan masih banyak lagi deretan dampak negatif yang akan mempengaruhi anak-anak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
yang masih belum mengerti dan mengetahui apa-apa. Mereka hanya tahu bahwa acara televisi itu bagus, mereka merasa senang dan terhibur serta merasa penasaran untuk terus mengikuti acara demi acara selanjutnya. Sudah sepatutnya orang tua menyadari hal seperti ini. Dibawah ini dicantumkan data mengenai fakta tentang pertelevisian di Indonesia.23 1.
Tahun 2002 jam tonton televisi anak-anak 30-35 jam/hari atau 1.560 – 1.820 jam/tahun, sedangkan jam belajar SD umumnya kurang dari 1.000jam/tahun.
2.
85% acara televisi tidak aman untuk anak, karena banyak mengandung adegan kekerasan, seks dan mistis yang berlebihan dan terbuka.
3. Saat ini ada 800 judul acara anak, dengan 300 kali tayang selama 170jam/minggu padahal satu minggu hanya ada 24 jam X 7 hari = 168 jam. 4. 40 % waktu tayang diisi iklan yang jumblahnya 1.200 iklan/minggu, jauh diatas rata-rata dunia 561 iklan/minggu.
2.6
Program Kartun Televisi
2.6.1. Pengertian Program Kartun Televisi Film adalah gambar bergerak yang terbuat dari celluloid transprant dalam jumlah banyak, dan apabila digerakan melalui cahaya yang kuat akan tampak seperti gambar hidup.24 Mc Quail menyatakan fungsi hiburan film sebagai berikut : “Film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan 23 24
Ibid. Ashadi Siregar, 1985. Filem (sebuah pengantar). Yogyakarta : Penerbit Fisip Universitas Gadjah Mada.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulunya serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak, dan sajian teknis lain kepada masyarakat umum. Kehadiran film merupakan respon penemuan waktu luang di luar jam kerja dan jawaban terhadap kebutuhan menikmati waktu luang secara hemat dan sehat bagi seluruh anggota keluarga”.25 Jadi film dianggap sebagai hiburan yang murah, apalagi film televisi dapat dinikmati khalayaknya dengan biaya yang relatif murah, serta dapat ditonton secara fleksibel dalam hal waktu dan kesempatan. Film sebagai media massa memiliki kelebihan antara lain dalam hal jangkauan, realisme, pengaruh emosional, dan popularitas yang hebat. Film juga memiliki kelebihan dalam segi kemampuannya menjangkau sekian banyak orang dalam waktu singkat dan mampu memanipulasi kenyataan tanpa kehilangan kredibilitas. Selain memiliki beberapa kelebihan, film juga memilki beberapa kelemahan. Salah satu kelemahannya adalah sifatnya yang sekilas, sehingga untuk mengkap pesannya secara utuh orang tidak bisa mengalihkan perhatian utnuk melakukan kegiatan lain. Kelemahan inilah yang menjadi salah satu sebab khalayaknya kemudian berusaha mengkonsumsi media lain sebagai pelengkap atau pengulangan (repetisi). Film animasi atau kartun adalah : “Ones in which individual drawing, painting, or illustrations are photographed by frame (stop-frame cinematography), usually each frame differ slightly from the one preceding it, giving the illusion of movement when frames are
25
Dennis Mc.Quail, (1983) Mass Communication, theory, an introduction. California: Sage Publication.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
projected in rapid succession at 24 frames per second” 26 Jadi animasi adalah film yang dibuat dengan menggambar setiap frame satu per satu untuk kemudian di potret, setiap gambar frame merupakan gambar dengan posisi yang berbeda yang kalau diseriakan akan menghasilkan kesan gerak. Sedangkan film animasi berdasarkan ensiklopedi besar bahasa indonesia didefinisikan sebagai film yang menciptakan khayalan gerak sebagai hasil pemotretan rangkaian gambar yang melukiskan perubahan posisi. Pada awalnya film animasi dibuat dari gambar-gambar tangan (ilustrasi). Gambar-gambar ini dibuat satu per satu dengan memperhatikan kesinambungangerak sehingga ketika diputar rangkaian gerak dalam gambar itu muncul sebagai satu gerakan dalam film. Namun dengan adanya perkembangan teknologi, khusunya dibidang multi media, maka pembuatan film animasi tidak lagi membutuhkan banyak biaya dan animator. Lain halnya dengan Gunadi dan Herfan yang mengartikan film animasi sebagai film yang dibuat dari lukisan atau gambar yang dirangkai menjadi bentuk cerita yang dapat bergerak dengan kehendak pembuatnya.
2.6.2
Film Kartun Dan Dunia Anak Pada umumnya film kartun yang disukai oleh anak-anak adalah film dongeng
kepahlawanan yang mengandung unsur fantasi. Hal ini juga sesuai dengan yang dinyatakan oleh Hurlock bahwa ketertarikan anak pada film kartun merupakan bentuk
26
http://www.geocities.com. (Di akases pada tanggal 22 Febuari 2015 jam 19.00).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
perkembangan selanjutnya dari ketertarikan dalam bermain, anak-anak lebih menyukai film animasi khususnya dengan binatang sebagai tokoh utama karena mereka dapat memahami hal ini dengan mudah,yang selanjutnya berkembang menjadi menyukai film-film kartun yang bertemu petualangan,misteri dan kepahlawanan karena hal ini sangat berbeda dengan kehidupan anak-anak sehari-hari. Film kartun dapat mempengaruhi anak-anak, hal ini sesuai yang dinyatakan oleh Hurlock yang menjelaskan cara film mempengaruhi anak-anak,yaitu: 27 1. Film menyenangkan anak dengan membawa mereka kedunia manusia dan hewan yang baru yang melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukannya. 2. Dalam film,anak menemukan kegembiraan yang tidak diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari, suatu kegembiraan yang lebih hidup ketimbang yang diperolehnya dari membaca, bahkan dari buku komik. 3. Gagasan yang dapat digunakan dalam kegiatan bermain lainnya diperoleh dari film koboy, makhluk luar angkasa, orang indian dan lain sebagainya . 4. Film meyediakan informasi tentang cara bersikap dalam situasi sosial dan anak menggunakan ini untuk meningkatkan penerimaan sosialnya. 5. Informasi lebih lama diingat bila dilihat dilayar disertai dengan suara ketimbang dicetak dengan sedikit ilustrasi seperti dalam buku, surat kabar, dan majalah. 6. Film menyediakan informasi tentang berbagai jenis orang yang tidak
27
Hurlock, E. B. (1997). Pekembangan anak. Jilid I. Edisi 6. Terjemahan oleh Dr.Med.Meitasari Tjandrasa dan Dra. Muslischah Zarkasih. Jakarta: Penerbit Erlangga.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
mempunyai hubungan pribadi yang dekat dengan mereka. Hal ini akan tergantung pada cara panggambaran orang dilayar. 7. Gambar yang bergerak memberikan pengaruh emosional yang nyata pada anak. Anak kecil mengekspresikannya dengan impian buruk atau sikap gelisah. Pada anak yang lebih besar penaruhnya lebih sedikit dan jarang karena mereka menyadari yang mereka lihat dilayar hanya adegan yang dibuat seolah-olah benar. 8. Menonton film terlalu lama secara terus menerus dapat menyebabkan kelelahan mata dan kelelahan umum. Film horor terutama melelahkan secara fisik dan emosional.
2.6.3. Karakteristik Program Televisi Program kartun yang dimaksud dalam tulisan ini adalah bagian dari program yang lebih luas yang dinamakan animasi. Program animasi adalah suatu program yang fotografis yang dibangun dengan cara merangkai frame by frame sehingga terlihat seolah hidup. Sementara yang dirangkai itu dalam satu frame berada dalam keadaan still atau gambar diam. Bila kemudian yang dirangkai itu bercerita menggunakan karakter maka karakter yang biasanya bersifat khayal itu digolongkan sebegai program kartun. Program kartun adalah program yang ditemukan pada awal sejarah film ketika belum dikenal bioskop dan pemancar televisi. Kemudian ketika komputer berkembang maka program kartun menjadi lebih dikenal. Ikon di layar komputer
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
kerap dianimasikan sehingga terkesan hidup. Jadi yang dinamakan program kartun adalah bagian dari program animasi. Sementara yang dinamakan program animasi itu sangat banyak sekali. Yaitu terhadap apa saja yang dapat diperlihatkan seolah hidup maka jika diprogram maka terciptalah animasi. Perkembangan mutakhir memperlihatkan model 3D meninggalkan 2D. Dan yang membuatnya menarik adalah karakternya. Karakter mana yang dekat kepada kawula muda usia atau tak pandang usia yang penting jika masih tersisa karakter kekanak-kanakan dalam dirinya pasti masih suka program kartun.28
2.6.4. Jenis – Jenis Program Animasi Sejarah animasi sangatlah panjang. Animasi yang dulunya mempunyai prinsip yang sederhana, sekarang telah berkembang menjadi beberapa jenis. Dan berikut adalah sedikit ulasan dari jenis animasi.
a.
Animasi 2D (2 Dimensi) Animasi ini yang paling akrab dengan keseharian kita. Biasa juga disebut
dengan film kartun. Kartun sendiri berasal dari kata Cartoon, yang artinya gambar yang lucu. Memang, film kartun itu kebanyakan film yang lucu. Contohnya banyak sekali, baik yang di TV maupun di Bioskop. Misalnya: “Looney Tunes”, “Pink Panther”, “Tom and Jerry”, “Scooby Doo”, “Doraemon”, “Mulan”, “Lion King”, “Brother Bear”, “Spirit”, dan banyak lagi. Meski yang populer kebanyakan film 28
http://raispitcure.com (Diakses pada tanggal 27 Febuari 2015 jam 23.40).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
“Disney”, namun bukan “Walt Disney” sebagai bapak animasi kartun. Contoh lainnya adalah “Felix The Cat”, si kucing hitam. Umur si kucing itu sudah lumayan tua, dia diciptakan oleh Otto Messmer pada tahun 1919. Namun sayang, karena distribusi yang kurang baik, jadi kita sukar untuk menemukan film-filmnya. Bandingkan dengan “Walt Disney” yang sampai sekarang masih ada misalnya “Snow White and The Seven Dwarfs” (1937) dan “Pinocchio” (1940).
b.
Animasi 3D (3 Dimensi) Perkembangan teknologi dan komputer membuat teknik pembuatan animasi
3D semakin berkembang dan maju pesat. Animasi 3D adalah pengembangan dari animasi 2D. Dengan animasi 3D, karakter yangdiperlihatkan semakin hidup dan nyata, mendekati wujud manusia aslinya. Semenjak “Toy Story” buatan “Disney” (Pixar Studio), maka berlomba--lombalah studio film dunia memproduksi film sejenis. Bermunculanlah, “Bugs Life”, “AntZ”, “Dinosaurs”, “Final Fantasy”, “Toy Story 2”, “Monster Inc.”, hingga “Finding Nemo”, “The Incredible”, “Shark Tale”, “Cars”, “Valian”. Kesemuanya itu biasa juga disebut dengan animasi 3D atau CGI (Computer Generated Imagery).
c.
Animasi Tanah Liat (Clay Animation) Kata orang, meskipun sekarang sudah zamannya Pizza dan Bistik, namun
terkadang kita juga masih kangen dengan masakan tradisional seperti sayur asem. Ungkapan tersebut cocok buat animasi “Clay Animation”. Jenis ini yang paling
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
jarang kita dengar dan temukan diantara jenis lainnya. Padahal teknik animasi ini bukan termasuk teknik baru seperti pada saat “Toy Story” membuka era baru animasi 3D. Bahkan, boleh dibilang nenek moyangnya animasi. Karena animasi pertama dalam bentuk “CIay Animation”. Meski namanya clay (tanah liat), yang dipakai bukanlah tanah liat biasa. Animasi ini memakai plasticin, bahan lentur seperti permen karet yang ditemukan pada tahun 1897. Tokoh-tokoh dalam animasi Clay dibuat dengan memakai rangka khusus untuk kerangka tubuhnya, lalu kerangka tersebut ditutup dengan plasficine sesuai bentuk tokoh yang ingin dibuat. Bagian-bagian tubuh kerangka ini, seperti kepala, tangan, kaki, disa dilepas dan dipasang lagi. Setelah tokoh-tokohnya siap, lalu difoto gerakan per gerakan. Foto-foto tersebut lalu digabung menjadi gambar yang bisa bergerak seperti yang kita tonton di film. Animasi Clay termasuk salah satu jenis dari Stop-motion picture. Film Animasi Clay Pertama dirilis bulan Februari 1908 berjudul, A Sculptors Welsh Rarebit Nightmare. Untuk beberapa waktu yang lalu juga, beredar film clay yang berjudul “Chicken Run”.
d.
Animasi Jepang (Anime) Film-film yang dibahas diatas adalah kebanyakan buatan Amerika dan Eropa.
Namun, Jepang pun tak kalah soal animasi. Jepang sudah banyak memproduksi anime (sebutan untuk animasi Jepang). Berbeda dengan animasi Amerika, anime Jepang tidak semua diperuntukkan untuk anak-anak, bahkan ada yang khusus dewasa. Bicara tentang anime, ada tokoh legendaris, yaitu Dr. Osamu Tezuka. Beliau
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
menciptakan “Tetsuwan Atom” atau lebih dikenal dengan “Astro Boy”. Seperti film animasi Amerika atau Eropa, Anime juga terdiri dari beberapa jenis, tapi yang membedakan bukan cara pembuatannya, melainkan formatnya, yaitu serial televisi, OVA, dan film bioskop.
2.7.
Kekerasan Dalam Media Massa
2.7.1. Pengertian Kekerasan Selain fungsinya sebagai media informasi, pendidikan, dan hiburan, media massa diyakini merupakan salah satu agen sosialisasi dari nilai-nilai. Nilai itu bisa berupa ideologi kapitalisme, demokratisme, egaliter, maupun nilai-nilai yang berkonotasi kekerasan. Menurut Wignyosoebroto (1997) 29 , kekerasan adalah : “Suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sejumlah orang yang berposisi kuat (atau yang tengah merasa kuat) terhadap seseorang atau sejumlah orang yang lebih berposisi lebih lemah (atau yang tengah dipandang berada dalam keadaan lebih lemah), bersaranakan kekuatan fisiknya yang superior, dengan kesengajaan untuk dapat ditimbulkan rasa derita di pihak yang tengah menjadi objek kekerasan itu. Namun, tak jarang pula tindak kekerasan ini terjadi sebagai bagian dari tindakan manusia untuk tak lain daripada melampiaskan rasa amarah yang sudah tak tertahankan lagi olehnya”. Kekerasan merupakan tindakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan, 29
Soetandyo Wignyosoebroto, (Oktober 19, 1997). Tindak kekerasan terhadap perempuan adalah kondisi sosial budaya kita ikut menyuburkannya. Seminar masyarakat menghadapi tindak kekerasan, Surabaya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
pemukulan, pemerkosaan, dan lain-lain)30 , maupun hanya lewat kata-kata seperti mengumpat dan menghina, sebagai luapan rasa marah yang sudah mencapai puncaknya kepada orang lain atau obyek kekerasan tersebut. Hal senada diungkapkan Kompas (1993) dengan membagi kekerasan menjadi dua macam yaitu: kekerasan berbentuk verbal (kata-kata) dan kekerasan berbentuk fisik. 31 Robert Baron mendefinisikan kekerasan sebagai tingkah laku individu baik secara fisik maupun secara verbal yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut, atau terhadap obyek-obyek lain.32 Bagaimana kekerasan bisa terbentuk. Teori belajar observasional, yang dikembangkan oleh Bandura dan kolega-koleganya cukup mampu menjawab pertanyaan diatas. Asumsi dasar teori belajar observasional adalah: Sebagian besar tingkah laku individu diperoleh sebagai hasil belajar melalui pengamatan (observasi) atas tingkah laku yang ditampilkan oleh individu-individu lain yang menjadi model. Menurut Bandura dalam33, terdapat empat proses yag satu sama lain berkaitan, yakni: 1. Proses atensional yakni proses dimana individu tertarik mengamati untuk memperhatikan atau mengamati tingkah laku model. Proses atensional ini dipengaruhi oleh frekuesi kehadiran model dan karakteristik yang dimiliki. 2. Proses retensi, yakni proses dimana individu pengamat menyimpan tingkah 30
https://asiaaudiovisual09gunawanwibisono.wordpress.com di akses pada tanggal 22 Juni 2015 jam 08.41 31 Joseph I.r Paul, 1996. Adegan kekerasan dalam komik anak-anak (Skripsi). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politiik Universitas Airlangga Surabaya. 32 http://digilib.petra.ac.id (Diakses pada tanggal 10 Maret 2015 jam 12.15). 33 Ibid.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
laku model yang telah diamatinya dalam ingatan, baik melalui kode verbal maupun kode imajinal atau pembayangan derak. Kedua kode penyimpanan itu memainkan perananpenting dalam proses selanjutnya yakni proses reproduksi. 3. Proses reproduksi, yakni proses dimana individu pengamat mencoba mengungkap ulang tingkah laku model yang telah diamatinya. 4. Proses motivasional yakni proses dimana tingkah laku yang sudah diamati tidak akan diungkapkan oleh individu pengamat apabila individu pengamat tersebut tidak tertarik.
2.7.2. Kekerasan Dalam Media Massa Media massa diyakini sebagian besar kalangan telah dijadikan sebagai alat transformasi kekerasan. Artinya, media massa dapat mengajarkan kekerasan pada khalayak, sehingga secara tidak langsung dapat menuntun mereka kepada perilaku kekerasan sesungguhnya, yakni melalui imitasi dan identifikasi tindakan agresif si tokoh pahlawan. Kekerasan di media massa memang dikhawatirkan akan menyebabkan tindakan-tindakan agresif dalam dunia nyata, terutama pada anak-anak yang belum pandai membedakan antara dunia media dengan dunia nyata. Sangat disayangkan lagi bahwa ternyata film kartun anak merupakan film yang paling banyak mempertontonkan adegan-adegan kekerasan, padahal film kartun dibuat untuk dikonsumsi anak-anak.34 Tanpa disadari adegan-adegan kekerasan tersebut
34
Melvin L. Fe Fleur, Shearon Loweri, Milestone in mass communication research\ch media effect. New York: Logman Publisher 1995 : 319.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
memicu pada tindakan kekerasan dalam dunia nyata, baik untuk jangka waktu pendek maupun jangka panjang.35 Pendapat dikemukakan oleh Himmelweit yang menganggap televisi dapat membuat penontonnya bersikap pasif. Mereka akan duduk di depan televisi menonton acara demi acara sehingga mengurangi kesempatan untuk melakukan tindakan-tindakan lain termasuk secara agresif. Bahkan, menurutnya siaran televisi mengajari anak untuk mengenal kehidupan masyarakatnya dan masyarakat lain. Siaran televisi berfungsi sebagai wahana proses sosialisasi. Anak-anak diajari mengenal nilai-nilai luhur masyarakatnya, tetapi mereka juga disuguhi hal-hal lain. Menurut Katz, Gurevitch dan Hass, hal ini berkaitan dengan kebutuhan manusia dalam penggunaan media massa, seperti kebutuhan kognitif, afektif, integrative personal, integrative sosial dan pelarian.36 Sedangkan pendapat ketiga dikemukakan para pengamat di Amerika, karena ada dugaan acara televisi yang menampilkan film kekerasan dapat mendorong agresivitas seseorang. Seperti penelitian Robinson dan Bachman (1966-1970) terhadap 2.200 anak berusia 10 tahun yang berasal dari seluruh wilayah di Amerika Serikat. Mereka menemukan korelasi positif antara jenis film yang ditontonnya dengan tingkah laku yang tampil pada anak-anak tersebut. Anak-anak yang sering menyaksikan film kekerasan rata-rata memiliki agresivitas lebih tinggi dibandingkan
35
Joseph R Dominick, The Dinamic off mass communication. US: Newbery Award Record, Inc. 1983:448. 36 Rahmad Jalaludin. (2005) Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rahmad, 1996:35.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
dengan anak-anak yang tidak suka atau jarang menyaksikan film-film kekerasan. Salah satunya yang dilakukan oleh Huesmann & Eron (1986) meneliti anakanak yang diterpa siaran televisi sejak usia 8 tahun sampai 30 tahun. Metode yang digunakan yaitu panel survei, dan ternyata diperoleh hasil bahwa mereka yang menonton acara kekerasan di TV pada level tertinggi saat anak-anak lebih cenderung terlibat kejahatan serius ketika dewasa. Zillman (1991) mengemukakan teori exitation transfer yang memperkenalkan properti arousal inducing pada media violence untuk memahami intensitas reaksi emosional setelah menonton. Hasilnya, seorang penonton bangkit rasa marahnya setelah diterpa media violence. Arousal atau bangkitnya rasa marah ini dapat ditransfer pada kemarahan yang sesungguhnya, bahkan mengintensifkan hingga menambah kecenderungan berperilaku agresif.
2.8
Semiotika Semiotika adalah ilmu yang mengkaji tanda dalam kehidupan manusia.
Semiotika pada perkembangannya menjadi perangkat teori yang digunakan untuk mengkaji kebudayaan manusia. Kebudayaan dilihat oleh semiotik sebagai suatu sistem tanda yang berkaitan satu sama lain dengan cara memahami makna yang ada didalamnya. Semiotika berasal dari kata Yunani, yaitu “semion” yang berarti “tanda” atau “seme” yang berarti “penafsiran tanda”. Dalam pandangan Pilliang yang seorang filsuf, pemikir kebudayaan, akademis dan pengamat sosial yang mengkaji budaya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
kontemporer termasuk didalamnya adalah semiotika dalam Tinarbuko. 37 Penjelajahan semiotika sebagai metode kajian ke dalam berbagai cabang keilmuan dimungkinkan karena ada kecendrungan untuk memandang berbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa, signifikansi semiotika tidak saja sebagai “metode kajian” (decoding), akan tetapi juga sebagai “metode penciptaan” (encoding). Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan Charles Sander Peirce (1839-1914). Saussure di eropa dengan latar belakang keilmuwan linguistik yang ia sebut dengan nama semiologi sedangkan Pierce di Amerika Serikat dengan latar belakang keilmuan filsafatnya, menyebut ilmu yang dikembangkannya bernama semiotika. Baik semiotika maupun semiologi, keduanya sama-sama digunakan untuk mengacu kepada ilmu tentang tanda. Penanda dan
petanda merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Penanda mewakili elemen bentuk atau isi, sementara petanda mewakili elemen konsep atau makna. Kedua hal inilah yang membentuk tanda.Semiotika mempunyai tiga bidang studi utama, yaitu : 1. Tanda Studi tentang tanda yang berbeda, seperti cara mengantarkan makna serta cara menghubungkan dengan orang yang menggunakannya. 2. Kode (Sistem yang mengorganisasikan tanda) Studi yang meliputi bagaimana beragam kode yang berbeda dibangun untuk mempertemukan kebutuhan masyarakat dalam kebudayaan. 37
Tinarbuko Sumbo, Semiotika Komunikasi Visual, Jalasutra. Yogyakarta 2008. Hal 2.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
3. Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja Bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan dan bentuknya sendiri.
2.8.1
Tanda dan Makna dalam Semiotika Tanda merupakan sesuatu yang bernilai fisik, bisa dipersepsi indra kita, tanda
mengacu pada sesuatu diluar tanda itu sendiri dan bergantung pada pengamatan oleh penggunaannya sehingga bisa disebut tanda. Tanda-tanda adalah basis dari seluruh kegiatan komunikasi. Manusia dengan perantara tanda, dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Kajian tentang tanda dalam proses komunikasi tersebut sering disebut semiotika komunikasi. Tanda menunjukkan sesuatu yaitu objeknya. Menurut Berger, Tanda adalah sesuatu yang terdiri pada sesuatu yang lain atau menambah dimensi yang berbeda pada sesuatu hal lainnya. Pierce menyambut tanda sebagai “suatu pegangan seorang keterkaitan dengan tanggapan atau kapasitasnya”. Salah satu bentuknya adalah kata. Sedangkan object adalah sesuatu yang dirujuk oleh tanda. Sementara interpretant adalah tanda yang ada didalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Tanda mengacu kepada sesuatu diluar dirinya sendiri. Objek dipahami seseorang serta memiliki efek dibenak penggunannya-interpretant, dan apabila ketiga elemen tersebut berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Makna muncul dari suatu tanda apabila digunakan orang pada waktu berinteraksi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
Semiotika berusaha menggali hakikat sistem tanda yang beranjak keluar kaidah tata bahasa dan sintaksis yang mengatur teks yang murni dan tersembunyi. Yang menimbulkan perhatian pada makna tambahan. Menurut UmarJunus dalam Sobur,38 menyatakan bahwa makna dianggap sebagai fenomena yang bisa dilihat sebagai kombinasi beberapa unsur. Secara sendiri-sendiri, unsur tersebut tidak mempunyai makna sepenuhnya. Makna menjadi isi komunikasi yang mampu menciptakan informasi tertentu. Sebuah makna berasal dari pertanda-pertanda yang dibuat oleh manusia, ditentukan oleh kultur dan subkultur yang dimilikinya yang merupakan konsep mental yang digunakan dalam membagi realitas dan mengkategorikannya sehingga manusia dapat memahami realitas tersebut.
2.8.2
Semiotika Charles Sanders Pierce Pierce memaknai semiotik sebagai studi tetntang tanda dan segala yang
berhubungan dengan tanda; cara berfungsi (sintatik semiotik) dan hubungan antartanda (semantik semiotik), serta mengkaji pengirim dan penerimanya oleh mereka yang menggunakan tanda (pragmmatik semiotik) (panuti dan van Zoest, 1996:5-6). Oleh karena itu, menurut Pierce, tanda tidak hanya melekat pada bahasa dan kebudayaan, tetapi juga menjadi sifat intristik pada seluruh fenomena alam (pansemotik).39 Pierce menggunakan istilah representamen yang tidak lain adalah
38
Sobur. Op. Cit. hal 126.
39
Dadan Rusmana, Filsafat Komunikasi, Bandung: Pustaka Setia. 2014. Hal 107
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
lambang (sign) dengan pengertian sebagai sesuatu yang mewakili sesuatu bagi seseorang dalam suatu hal atau kapasitas. Menurut pierce sebuah tanda itu mengacu pada sebuah acuan dan pemaknaan fungsi utamanya. Hal ini sesuai dengan definisi dari tanda itu sendiri, yaitu sebagai sesuatu yang memiliki bentuk fisik, dan harus merujuk pada sesuatu yang lain. Dari tanda tersebut Pierce ingin mengidentifikasikan partike dasar dari tanda dan menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal. Pierce menggunakan teori seigitiga makna (triangle meaning) yang terdiri atas a.
Sign (tanda) adalah sesuatu fisik yang dapat ditangkap oleh panca indra manusia dan
merupakan sesuatu yang merujuk hal lain diluar tanda itu sendiri. Acuan tanda itu disebut objek. b.
Object (objek) adalah konteks sosial yang menjadi refrensi dari tanda atau suatu yang dirujuk
tanda. c.
Interpretant (interpretan) adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan
menurunkan ke suatu makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk tanda.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
2.8.3
Semiotika Ferdinand de Saussure Ferdinand de Saussure lahir di Jenewa Swiss pada 26 November 1857 dan
meninggal pada 22 Februari 1913. Selain sebagai seorang ahli linguistik, dia juga seorang spesialis bahasa-bahasa Indo Eropa dan Sangsekerta yang menjadi sumber pembaharuan intelektual dalam bidang ilmu sosial dan kemanusian. Pandangan tentang tanda sangat berbeda dengan pandangan para ahli linguistic dijamannya, Saussure justru menyerang pemahaman historis terhadap bahasa yang dikembangkan pada abad ke 19. Saat itu studi bahasa hanya berfokus kepada perilaku linguistik yang nyata (Parole). Studi tersebut menelusuri perkembangan kata-kata dan ekspresi sepanjang sejarah mencari faktor-faktor yang berpengaruh seperti geografi, perpindahan penduduk, dan faktor lain yang mempengaruhi perilaku linguistik manusia.40 Prinsip yang menyatakan bahwa “Bahasa adalah suatu sistem tanda dan setiap tanda terdiri dari dua bagian, yakni penanda (singnifier) dan petanda (singnified)” adalah
prinsip penting dalam menangkap hal pokok pada teori
Saussure. Bagi Saussure, bahasa adalah suatu sistem tanda (sign). Segala suara, baik manusia, hewan, atau bunyi-bunyi yang lain, akan dikatan sebagai bahasa jika ia mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan ide-ide dan pengertian-pengertian tertentu.41 Strukturalisme yang dipelopori oleh Ferdinand de Saussure mengacu pada
40 41
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, Yogyakarta.: Jalasutra.2009.hal ix. Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Hal 46.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
tanda dalam konteks komunikasi manusia dengan melakukan pemilahan antara apa yang disebut signifier dan signified adalah wujud fisik dari tanda (aspek material) yakni apa yang dilakukan atau apa yang ditulis atau dibaca. Signified adalah konsep yang direpresentasikan melalui tanda, yakni pikiran atau aspek mental dari bahasa. Sehingga tanda adalah hasil adalah hasil asosiasi antara signifier dan signified.
Sign
Composed of
Signifier
Signification Signified
Referent (external reality)
Gambar 2.8.2 Elemen-elemen makna dari Saussure (Sumber: McQuail, 2000:312)42
42
Kriyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi, 2006, Jakarta, Kencana, H. 265.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
Saussure menyebut kombinasi konsep dan citra bunyi sebagai tanda, namun dalam penggunaan dewasa ini, dalam istilah umum, hanya dinamakan citra bunyi. Sebuah kata yang digunakan untuk contoh (arbor [dalam hal ini pohon] dsb), orang cendrung melupakan bahwa kata arbor dinamakan tanda hanya karena tanda tersebut mengandung konsep tentang pohon (tree), akibatnya konsep tentang ide panca indera secara tak langsung menyatakan bagian ide tentang keseluruhan. Ambiguitas akan muncul bila ketiga makna yang tercakup disini ditandai dengan tiga makna yang masing-masing maknanya berlawanan satu sama lain. Saya bermaksud memastikan bahwa kata “tanda” (sign) itu untuk menyusun keseluruhan dan untuk menggantikan konsep dan citra bunyi masing-masing dengan “penanda” (signifier) dan “petanda” (signified).Kedua istilah terakhir lebih menguntungkan untuk mengidikasikan oposisi keterpisahannya dari aspek yang lain dan dari aspek keseluruhan yang membangunnya.43 Tanda (Sign) adalah sesuatu yang berbentuk fisik (any sound and image) yang dapat dilihat dan didengar yang biasanya merujuk kepada sebuah objek atau aspek dari realitas yang ingin dikomunikasikan, objek tersebut dikenal dengan “Referent”. Dalam berkomunikasi sesorang mengirim tanda untuk mengirim makna tentang objek dan orang lain akan menginterpretasikan tanda tersebut. Syaratnya komunikator dan komunikan harus mempunyai bahasa atau pengetahuan yang sama terhadap sistem tanda agar komunikasi berjalan lancar.
43
Arthur Asa Berger, Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer, Tiara Wacana. Yogyakarta. Hal 12.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
Tabel 2.8.2 Contoh Signifier dan Signified Signifier
Signified
Kata “Pohon”
Tanaman Besar
Bunga Mawar
Tanda Cinta
Signifier dan Signified yang cukup penting dalam upaya menangkap hal pokok pada teori Saussure adalah prinsip yang mengatakan bahwa bahasa itu adalah suatu sistem tanda, dan sistem tanda itu tersusun dari dua bagian, yakni signifier (penanda) dan signified (petanda). Menurut Saussure, bahasa itu merupakan suatu sistem tanda (sign). Suara-suara baik suara manusia, binatang atau bunyi-bunyian hanya bisa dikatakan sebagai bahasa atau berfungsi sebagai bahasa bilamana suara atau bunyi tersebut mengekspresikan, menyatakan, atau menyampaikan ide-ide pengertian-pengertian tertentu. Untuk itu suara-suara tersebut harus merupakan bagian dari sebuah sistem konvensi, sistem kesepakatan dan merupakan bagian dari sebuah sistem tanda.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda dengan sebuah ide atau petanda. Dengan kata lain, penanda adalah suatu bunyi yang bermakna atau sebuah coretan yang bermakna. Jadi penanda adalah aspek material dari bahasa. Apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran atau konsep. Jadi, petanda adalah aspek mental dari bahasa. Yang mesti diperhatikan adalah bahwa dalam tanda bahasa yang kongkrit, kedua unsur tersebut tidak bisa dipisahkan. Tanda bahasa selalu mempunyai dua segi: penanda dan petanda, signifier atau signified, signifiant atau signifie. Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa dan karena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya, suatu penanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari petanda, petanda atau yang ditandakan itu termasuk tanda sendiri dan dengan merupakan suatu faktor linguistik44 Sedangkan kode merupakan sistem pengoperasian tanda. Kode mempunyai sejumlah unit (namun terkadang satu unit) tanda. Cara menginterpretasikan pesanpesan yang tertulis yang tidak mudah dipahami, jika kode sudah diketahui, maka makna akan bisa dipahami. Dalam semiotika, kode dipakai untuk merujuk pada struktur perilaku manusia. Selain Signifier dan Signified, sedikitnya masih ada empat lagi pandangan dari Saussure yang kemudian hari menjadi peletak dasar Levi-Strauss, 1.
Form dan Content. Istilah form (bentuk) dan content (materi, isi) ini oleh Gleason (Pateda, 1994:35) diistilahkan dengan expression dan content satu
44
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi. Rosda Karya. Bandung 2003. hal 46.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
berwujud bunyi dan yang lain berwujud ide. Saussure membandingkan form dan content dengan permainan catur. Dalam permainan catur, papan dan biji catur itu tidak terlalu penting. Yang penting adalah fungsinya yang dibatasi, aturan-aturan permainannya. Jadi, bahasa berisi system nilai, bukan koleksi unsur yang ditentukan oleh materi, tetapi system itu ditentukan oleh perbedaannya. 2.
Langue dan Parole, Saussure dianggap cukup Recouer karena ialah yang meletakan dasar perbedaan antara Langue dan Parole (Recouer, 1976, 2-3) sebagai dua pendekatan linguistik yang pada gilirannya nanti dapat menunjang pemikirannya, khususnya dalam teori wacana. Hal inipun diakui oleh Barthes (1996:80) yang menyatakan bahwa konsep (dikotomis) Langue dan Parole sangat penting dalam pemikiran Saussure dan pasti telah membawa
pembaruan
besar
pada
linguistik
sebelumnya.
Saussure
membedakan tiga istilah dalam bahasa perancis : langage, Langue (system bahasa), dan Parole (kegiatan ujaran). 3.
Synchronic
dan
Diachronic.
Menurut
Saussure,
linguistik
harus
memperhatikan sinkronis sebelum menghiraukan diakronis. Kedua istilah ini berasal dari Yunani, Khronos (waktu) dan dua awalan syn dan dia masing berarti “bersamaan” dan “melalui”. Yang dimaksud dengan diakronis adalah menelusuri waktu (Bertens, 2001:184). Jadi, studi dikronis atas bahasa tertentu adalah deskripsi tentang perkembangan sejarah (melalui waktu).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
4.
Syntagmatic dan Associative. Satu lagi struktur bahasa yang dibahas dalam konsepsi dasar Saussure tentang system pembedaan diantara tanda-tanda adalah mengenai Syntagmatic dan Associative (paradigmatic), atau antara sintagmatik dan paradigmatik. Hubungan ini terdapat kata-kata sebagai rangkaian bunyi-bunyi maupun kata-kata konsep.45
45
Ibid. Hal 46-54.
http://digilib.mercubuana.ac.id/