13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Media Massa
2.1.1 Pengertian Media Massa Pada dasarnya Media massa menyalurkan Komunikasi massa. Setiap informasi yang akan disampaikan kepada khalayak yang luas dengan menggunakan medium dalam menyampaikannya disebut Komunikasi massa,. Sedangkan mediumnya disebut Media massa. Istilah media massa berasal dari istilah bahasa Inggris, mass media. Mass media ini adalah singkatan dari mass media communication atau media of mass communication. Disebut mass media ialah karena adanya mass character yang melekat atau dimiliki oleh media itu sendiri.1 Media massa adalah suatu jenis komunikasi yang ditunjukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melewati media cetak atau elektronik, sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Media massa merupakan sumber kekuatan alat kontrol, manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumberdaya lainnya.2 Media massa juga dapat dikatakan sebagai alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan
1
Sunarjo dan Djoenaesih. Himpunan Istilah Komunikasi: edisi kedua. Yogyakarta : Liberty, 1983, 70-71. 2 McQuail, Denis. Teori komunikasi massa Suatu pengantar. Jakarta : Erlangga, 1987, 3.
14
menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi.3
2.1.2 Karakteristik Media Massa Karakteristik media massa adalah sebagai berikut.4 1. Publisitas Media massa diperuntukan bagi masyarakat umum. Tidak ada batasan siapa yang boleh atau harus membaca, menonton, atau mendengarkan dan siapa yang tidak boleh membaca, menonton atau mendengarkan. 2. Universalitas Media massa bersifat umum dalam menyampaikan suatu materi pada khalayaknya. 3. Aktualitas Media massa harus mampu menyampaikan berita secara cepat kepada khalayak. 2.1.3 Jenis-Jenis Media Massa Media Massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah,
3
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi: edisi revisi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007, 126. 4 Saeful Muhtadi, Asep. Jurnalistik pendekatan dan teori dan praktik. Bandung : Logos Wacana Ilmu, 1999, 80.
15
sedangkan elektronik Radio siaran, Televisi, Film dan media online (internet).5 1.
Surat Kabar Surat Kabar merupakan media massa yang paling tua
dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johann Guternberg di Jerman. Untuk menyerap isi Surat Kabar, pembaca dituntut untuk bisa membaca serta memiliki kemampuan intelektualitas tertentu.
2.
Majalah Edisi Perdana majalah yang diluncurkan di Amerika pada
pertengahan 1930-an, meraih kesuksesan besar. Majalah telah membuat segmentasi pasar tersendiri dan membuat fenomena baru dalam dunia media massa. Majalah merupakan media yang paling simple organisasinya, relative lebih mudah mengelolanya, serta tidak membutuhkan modal yang besar.
3.
Radio Siaran Radio adalah media massa elektronik tertua dan sangat luwes.
Selama hampir satu abad lebih keberadaanya. Mark W. Hall dalam buku
Broadcast Journalism mengemukakan bahwa perbedaan
5
Elvinaro, Ardianto, M.si. Komunikasi Massa Suatu pengantar:edisi Revisi. Jakarta: Simbiosa Rekatama Media, 2007, 103.
16
mendasar antara media cetak dengan radio siaran ialah media cetak dibuat untuk dikonsumsi mata, sedangkan radio siaran untuk konsumsi telinga.
4.
Televisi Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang
paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Dari sekian fungsi komunikasi massa yang ada, fungsi menghibur lebih dominan dalam media massa televisi. Sebagaimana hasil penelitian-penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD, yang menyatakan bahwa pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televise adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi.
5.
Film Film atau gambar bergerak adalah bentuk dominan dari
komunikasi massa visualdibelahan dunia ini. Film Amerika diproduksi di Hollywood. Film yang dibuat di sini membanjiri pasar global dan mempengaruhi sikap, perilaku dan harapan orang-orang dibelahan dunia. Film lebih dahulu menjadi media hiburan disbanding siaran radio dan televisi. Menonton film di bioskop ini menjadi aktifitas populer bagi orang Amerika pada tahun 1920-an sampai 1950-an.
17
6.
Media Online (Internet) Menurut Laquey (1997), internet merupakan jaringan longgar
dari ribuan computer yang menjangkau jutaan orang diseluruh dunia. Misi awalnya menyediakan sarana bagi para peneliti
untuk
mengakses data dari sejumlah sumber daya perangkat keras computer yang mahal. Namun, sekarang internet telah berkembang menjadi ajang komunikasi yang sangat cepat dan efektif, sehingga telah menyimpang jauh dari misi awalnya. Dewasa ini, internet telah tumbuh berkembang menjadi sedemikian besar dan berdaya sebagai alat infprmasi dan komunikasi yang tak dapat diabaikan.
2.1.4 Fungsi dan Peran Media Massa Fungsi dari media massa adalah sebagai berikut. 1.
Fungsi memberikan informasi (to inform). Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersaangkutan sesuai dengan kepentingan khalayak. Khalayak sebagai manusia sosial akan selalu merasa haus informasi tentang segala sesuatu yang terjadi.
2.
Fungsi memberikan pendidikan atau membimbing (to educated). Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayak. Oleh karena itu, media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Selain itu cara mendidik yang dilakukan media massa
18
adalah melalui pengajaran nilai-nilai, opini serta aturan-aturan yang dianggap benar kepada pemirsa atau pembaca. Artinya sebagian dari fungsi pendidikan media massa diarahkan untuk membuat khalayak tersosialisasi 3.
Fungsi menghibur (to entertain). Fungsi
menghibur
dari
media
massa
bertujuan
untuk
mengurangi ketegangan pikiran khalayak dikarenakan membaca berita-berita berat atau melihat tayangan dari televisi yang mempunyai bobot ilmiah. 4.
Fungsi mempengaruhi khalayak (to influence). Fungsi mempengaruhi khalayak dar media massa sangat pentingartinya, karena hal tersebut menyebabkan media massa memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi mempengaruhi dari madia massa secara implisit terdapat pada tajuk/editorial, features, iklan-iklan, artikel-artikel dan sebagainya.
Perihal peranan media massa dalam kehidupan manusia dapat di rumuskan secara singkat antara lain :6 1.
Media massa dapat membantu untuk menyusun agenda kegiatan atau kerja, rencana berbagai kegiatan yang hendak kita lakukan, bahkan mengubah
ataupun
mengatur
kembali
rencana-rencana
sebenarnya sudah lama ditetapkan. 6
Sutaryo. Sosiologi Komunikasi. Yogyakarta: Arti Bumi Intaran, 2005, 290-294.
yang
19
2.
Media massa dikenal sebagai media hiburan.
3.
Media massa membantu anggota masyarakat dalam melakukan sosialisasi.
4.
Media massa sebagai pemberi informasi kepada masyarakat dan membantu kita untuk mengetahui secara jelas segala sesuatu tentang dunia sekelilingnya.
5.
Media massa telah membantu sekalian untuk mengenali, memahami dan berhubungan dengan berbagai kelompok etnis yang tersebar diseluruh wilayah nusantara bahkan yang berada diluar negeri sekalipun. Media massa dapat digunakan untuk membujuk dalam berbagai khalayak dalam berbagai kegiatan termasuk kegiatan bisnis.
2.2
Film Sebagai Media Massa
2.2.1 Film Bila melihat sejarah film secara singkat , Film lahir diparuh kedua abad 19, dibuat dengan bahan dasar seluloid yang sangat mudah terbakar, bahkan oleh percikan abu rokok sekalipun. Sesuai perjalanan waktu, para ahli berlomba-lomba untuk menyempurnakan film agar lebih aman, lebih mudah diproduksi, dan enak ditonton.7 Film dapat di definisikan sebagai rekaman gambar yang bergerak (moving image) dengan ataupun tanpa suara yang direkam pada bahan seluloid (film, video tape, video disk), yang apabila diproyeksikan kembali akan memberikan kesan sebagai gambar hidup.
7
Heru, Effendi. Mari membuat Film.Jakarta:Panduan, 2001, 20.
20
Film adalah penataan serangkain gambar yang diambil dari objek yang bergerak. Film mampu memproyeksikan lebih banyak informasi mengenai sebuah subjek menggunakan urutan gambar hidup dan dialog untuk menciptakan sebuah alur cerita. Film merupakan medium komunikasi antara pembuat film dengan publik film dimana para pembuat film menggunakan film sebagai alat untuk mengutarakan ide, pesan atau gagasan. Sebagai karya seni, film mempunyai kemampuan
kreatif
untuk
menciptakan
suatu
realitas
rekaan
yang
menawarkan keindahan, renungan atau sekadar hiburan. Film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan dahulu, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum. Film memerlukan penanganan yang lebih bersungguh-sungguh dan kontruksi yang lebih artifisial pula (proses manipulasi) daripada media lainnya, karena film memiliki jangkauan, realisme, pengaruh emosional, dan popularitas yang hebat dan juga film mudah dipengaruhi, maka film harus menerima banyak campur tangan. Film juga sudah dianggap bisa mewakili citra dan identitas komunitas tertentu. Bahkan film dapat membentuk komunitas tersendiri karena sifat film yang universal. Selain itu, sebagaimana layaknya media massa lainnya yang dianggap mampu dan meneliti kekuatan “membentuk” masyarakat, demikian pula dengan film. Film juga mampu mempengaruhi dan membantu budaya atau kehidupan masyarakat sehari-hari.
21
2.2.2 Karakteristik Film Faktor-faktor yang dapat menunjukkan karakteristik film adalah8 : 1. Layar yang luas/lebar Film dan televisi sama-sama menggunakan layar, namun kelebihan media film adalah layarnya yang ukurannya luas. Layar film yang luas telah memberikan keleluasaan penontonnya untuk melihat adegan-adegan yang disajikan dalam film. Apalagi dengan adanya kemajuan teknologi,layar film di bioskop-bioskop pada umumnya sudah tiga dimensi, sehingga penonton seolah-olah melihat kejadian nyata dan tidak berjarak. 2. Pengambilan gambar Sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar atau shot dalam film bioskop memungkinkan dari jarak jauh atau extreme long shot, dan panoramic shot, yakni pengambilan pemandangan menyeluruh. Shot tersebut dipakai untuk memberi kesan artistik dan suasana yang sesungguhnya, sehingga film menjadi lebih menarik. 3. Konsentrasi penuh Ketika kita menonton bioskop, kita semua terbebas dari gangguan hiruk pikuk suara diluar karena biasanya ruangan kedap suara. Semua mata hanya tertuju pada layar, sementara pikiran dan 8
Drs.Ardianto, Elvinaro M.si., Dra.Komala lukiati M.si., dan Dra.Karlinah siti M.si.Komunikasi massa suatu pengantar edisi revisi, Bandung : Simbiosa Rekatama media, 2007, 147.
22
perasaan kita tertuju pada alur cerita. Dalam keadaan demikian emosi kita terbawa suasana. 4. Identifikasi Psikologis Karena penghayatan kita yang amat mendalam, seringkali secara tidak sadar kita menyamakan (mengidektifikasikan) pribadi kita dengan salah seorang pemeran film itu, sehingga seolah-olah kita lah yang sedang berperan. Gejala tersebut menurut ilmu jiwa sosial disebut sebagai identifikasi psikologis.
2.2.3 Fungsi Film Fungsi film adalah sebagai salah satu nilai yang dapat memuaskan kebutuhan kita sebagai manusia. Khususnya sebagai pemenuhan kebutuhan psikologi dan spiritual dalam kehidupan. Kumpulan gambar yang artistik dan bercerita sering menghibur melalui pesan-pesan yang disampaikan oleh film. Film adalah salah satu alat komunikasi yang sangat mudah disampaikannya, serta mudah diterima, dan dicerna oleh manusia. Sebagai media komunikasi audio dan visual, film dipandang paling efektif karena dapat diterima oleh semua kalangan dengan tingkat pendidikan dan usia yang berbeda. Karena film menyampaikan idenya secara langsung dengan menunjukan objek konkretnya. Dalam film terdapat tiga unsur yang menjadi fungsi dari film, yaitu penerangan, pendidikan dan hiburan.
23
1. Sebagai alat penerangan Dalam film segala informasi yang disampaikan secara audiovisual sehingga pesan-pesan dan informasi yang sampai dapat dengan mudah dimengerti dan menjadi semacam alat untuk menerangkan suatu hal yang masih kabur. 2. Sebagai alat pendidikan Film dapat memberikan contoh suatu peragaan yang bersifat mendidik serta tauladan di dalam masyarakat dan juga film mampu mempertontonkan perbuatan-perbuatan baik yang baik. 3. Sebagai alat hiburan Film juga mempunyai fungsi penting sebagai media hiburan yang mampu mensejahterakan rohani manusia. Karena ketika menonton sebuah film, maka pada saat itulah terdapat kepuasan batin untuk melihat secara visual dan dukungan audio serta pembinaan kebudayaan.
2.2.4 Jenis-Jenis Film Film dapat dikelompokan sebagai berikut :9 1. Film cerita Film cerita (story film), adalah jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukan di gedung-gedung bioskop, dengan bintang film tenar dan film ini didistribusikan sebagai barang dagangan. Cerita yang diangkat menjadi topik film bisa berupa cerita 9
Ardianto, Komala dan Karlinah, op.cit., 148.
24
fiktif atau berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi, sehingga ada unsur menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari segi gambarnya.
2. Film berita Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada public harus mengandung nilai berita (news value).
3. Film documenter Film documenter (documentary film), di definisikan oleh Robert Flaherty sebagai ” karya ciptaan mengenai kenyataan “ (creative treatment of actuality). Berbeda dengan film berita yang merupakan rekaman kenyataan, maka film documenter merupakan hasil interpretasi pribadi (pembuatnya) mengenai kenyataan tersebut.
4. Film kartun Film kartun (cartoon film) dibuat untuk konsumsi anak-anak. Sebagian besar film kartun, sepanjang film itu diputar akan membuat kita tertawa karena kelucuan para tokohnya. Sekalipun tujuan utamanya menghibur, film kartun juga mengandung unsure pendidikan.
25
2.2.5 Genre Film Genre Film bermacam-macam jenisnya, namun secara tidak langsung kehadiran akan film-film dengan Karakter tertentulah yang akhirnya memunculkan genre itu sendiri.10 Masing-masing Genre film harus dipertimbangkan sesuai dengan maskud dan sesuai dengan fungsi disainnya, karena masing-masing film memiliki pola artistik tersendiri, dan hal itulah yang membedakan satu film dengan film yang lainnya. Dan Genre film itu adalah: 1.
Drama Drama adalah genre yang populer dikalangan masyarakat
penonton film. Dalam tema ini film yang diangkat merupakan aspekaspek human interest sehingga sasarannya adalah perasaan penonton untuk meresapi kejadian yang menimpa tokoh dalam film. Tema ini dikaitkan dengan latar belakang kejadiannya, seperti kejadian yang terjadi disekitar keluarga maka disebut sebagai drama keluarga.
2.
Action Film dengan tema ini bisa dikatakan film yang berisi
pertarungan secara fisik antara tokoh baik dengan tokoh jahat. Biasanya dibumbui dengan keahlian setiap tokoh untuk bertahan dalam pertarungan hingga akhir cerita.
10
M Bayu Windagdo dan winastwan Gora S. Bikin Film Indie itu Mudah. Semarang : C.V Andi offset, 2007, 26.
26
3.
Komedi Film genre ini adalah jenis film yang mengutamakan sisi lucu
dan menghibur. Film komedi tidak harus dimainkan oleh pelawak, tetapi juga dapat dimainkan oleh pemain biasa dan selalu menawarkan sesuatu yang dapat membuat penonton tertawa ataupun tersenyum. Ada dua jenis komedi yaitu komedi slaptik yang memperagakan hal konyol seperti dilempar kue, dan komedi situasi (situation comedy/ sitcom) yang mengahadirkan adegan lucu dari situasi yang terbentuk dalam alur dan irama film.
4.
Tragedi Film yang bertemakan tragedi menitikberatkan pada nasib
tokoh utama yang selamat dari perampokan, pembunuhan dan lainnya.
5.
Horor (suspense thriler) Film horor adalah film yang menawarkan suasana menakutkan
dan menyeramkan yang dapat membuat bulu kuduk penontonnya, merinding. Suasana dibuat sedemikian rupa yang ibantu engan pembuatan animasi, penambahan special effect ataupun dukungan dari artis-artis dalam film tersebut, sehingga terdapat kesan yang mencekam dan menyeramkan.
27
6.
Drama Action Genre film drama action menyuguhkan suasana drama serta
dibalut dengan adegan-adegan pertengkaran fisik. Biasanya film dimulai dengan suasana drama lalu setelah itu suasan tegang berupa pertengkaran-pertengkaran.
7.
Komeditragi Suasana komedi dalam jenis film ini ditonjolkan lebih dahulu
lalu kemudian disusul dengan adegan-adegan tragis namun tetap bernuansakan komedi.
8.
Komedi horor Film ini menampilkan film horor yang berkembang kemudian
diplesetkan menjadi komedi. Unsur ketegangan yang bersifat menakutkan menjadi lunak karena unsur tersebut dikemas dengan adegan komedi.
9.
Drama komedi merupakan jenis film yang bertemakan drama yang kental
namun dibalut dengan komedi sehingga jenis film ini terasa tidak membosankan.
28
10.
Parodi Tema jenis film ini merupakan duplikasi dari film-film tertentu
yang diplesetkan (disindirkan). Jadi tema parodi berdimensi film yang sudah ada lantas dikomedikan.
11.
Musikal Merupakan jenis film yang diisi dengan lagu-lagu maupun
dengan irama melodius, sehingga penyutradaraan, penyuntingan, akting, termasuk dialog, di konsep sesuai dengan kehadiran lagu-lagu dan irama melodius.
2.3
Komunikasi dan Pemaknaan Dengan menggunakan komunikasi masyarakat dapat menyelesaikan
masalah, mengembangkan kemampuan dan menciptakan gagasan yang baru dan berbagai pengetahuan serta pengalaman yang terjadi di kehidupan.11 Namun apabila kita melihat fenomena Perkembangan zaman yang semakin modern, Kemajuan Teknologi yang semakin pesat khususnya dalam bidang ilmu komunikasi, membuat Permasalahan Komunikasi semakin Kompleks. Dari definisi-definisi mengenai komunikasi namun sangat sedikit yang dapat mendefinisikannya
secara
memuaskan.
John
Fiske
dalam
bukunya
“Pengantar Ilmu komunikasi edisi ketiga” merefleksikan kenyataan baru
11
Deddy, Mulyana, M.A., Ph.D. Ilmu Komunikasi. Bandung: 2005, 115.
29
dalam ilmu komunikasi. Menurutnya komunikasi terdapat dua Mahzab, yaitu Mahzab kelompok ‘proses’ dan Mahzab Semiotik.12 Mahzab kelompok proses, melihat komunikasi sebagai transmisi pesan, bagaimana pengirim dan penerimanya mengirimkan dan menerima pesan. Pandangan ini melihat komunikasi sebagai proses dimana seseorang mempengaruhi perilaku atau cara berpikir orang lain. Jika terjadi kegagalan dalam komunikasi, Mahzab ini cenderung untuk berbicara istilah-istilah seputar kegagalan komunikasi, dan menemukan dimana kegagalan terjadi. Sedangkan mahzab semiotik melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna. Kelompok ini fokus dengan bagaimana pesan atau teks, berinteraksi dengan manusia dalam rangka memproduksi makna. Kelompok ini
melihat
kegagalan
yang
terjadi
dalam
komunikasi
merupakan
kesalahpahaman, kesalahpahaman ini merupakan hasil dari perbedaanperbedaan budaya antara pengirim dan penerima. Dua mahzab ini memiliki pandangan, perspektif yang berbeda dalam memahami ilmu komunikasi, dan dapat dikatakan dua mahzab ini adalah cara untuk membedah ilmu komunikasi, memahami komunikasi yang semakin kompleks.
2.3.1 Makna Sebagaimana yang diungkapkan oleh Fisher (1986:343), Makna Merupakan Konsep yang abstrak, yang telah menarik perhatian para ahli 12
Fiske, John. Pengantar Ilmu Komunikasi edisi ketiga. Jakarta: Rajawali Pers, 2012, Hal.2.
30
filsafat dan para teoretisi ilmu sosial selama 2000 tahun silam. Penjelasan yang paling sederhana mengenai makna dapat kita temukan dalam Teori acuan (referential theory). Teori ini merupakan salah satu teori mengenai makna, menurut Alston, teori ini mengidentifikasikan makna suatu ungkapan dengan apa yang diacunya atau dengan hubungan acuan itu. Sedangkan menurut palmer(1976:30), “reference deals with the relationship between the linguistic element, words, sentences, etc, and the non linguistic world of experience” maksudnya adalah hubungan antara unsure-unsur linguistik berupa kata-kata, kalimat-kalimat, dan dunia pengalaman yang non linguistik. Referen atau acuan berupa benda, peristiwa, proses, atau kenyataan. Referen adalah sesuatu yang ditunjuk oleh lambang. Sebagai contoh, apabila seseorang mengatakan sungai, maka yang ditunjuk oleh lambang tersebut, yakni tanah yang berlubang lebar dan panjang tempat air mengalir dari hulu ke danau atau laut. Kata sungai langsung dihubungkan dengan acuannya. Bagi mereka yang pernah melihat sungai atau pernah mandi di sungai, sudah tentu mudah memahaminya apa yang dimaksud dengan sungai. Lantas yang menjadi tanda tanya kita adalah ‘Dari mana datangnya makna?’. De vito menyebutkan bahwa makna ada dalam diri manusia, menurutnya makna tidak terletak pada kata-kata, melainkan pada manusia. “Kita menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang ingin kita komunikasikan , tetapi kata-kata ini tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksudkan” (De Vito, 1997:123-124).13 13
Sobur, Alex. AnalisisTeks Media, Jakarta: Rosdakarya, 2004, 19.
31
Makna tidak terbatas jumlahnya, pada suatu saat tertentu, jumlah kata dalam suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas. Karena kebanyakan kata mempunyai banyak makna.14 Semua ahli komunikasi sepakat bahwa makna kata sangat subjektif. Words don’t mean, people mean. Ada tiga hal yang dijelaskan para filsuf dan lingius sehubungan dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal itu, yakni : (1) menjelaskan makna secara alamiah, (2) mendeskripsikan kalimat secara alamiah, (3) menjelaskan makna dalam proses komunikasi (Kempson, 1977:11) dalam hal ini kempson berpendapat untuk menjelaskan istilah makna harus dilihat dari segi kata, kalimat, dan apa yang dibutuhkan pembicara untuk berkomunikasi.15
2.4
Jodoh
2.4.1 Pengertian Jodoh Fungsi bahasa yang paling mendasar bagi manusia adalah untuk menamai atau menjuluki obyek, orang, dan peristiwa.16 Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia, Kata ‘Jodoh’ merupakan satu kata dan memiliki banyak makna, yaitu cocok, Sesuai, serasi, imbangan laki atau bini, pasangan, Suami Istri, sepadan, setuju hatinya.17 Namun bila kita kaji, itu semua tergantung pada penggunaan makna terhadap kata tersebut. Secara umum ‘Jodoh’ dapat 14
Sobur,Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2003, 258. Ibid hal.256 16 Riswandi. Ilmu Komunikasi. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009, 59. 15
17
Pustaka Phoenix.Kamus besar bahasa Indonesia edisi baru.Jakarta: PT. Media Pustaka
Phoenix.2012, 393.
32
diartikan sebagai sesuatu yang cocok dan ditakdirkan oleh tuhan untuk kita. Lebih spesifik lagi kata ‘Jodoh’ memiliki arti sebagai Pasangan hidup. Dalam Islam Jodoh setidaknya mempunyai 5 Diorama (Cara pandang sesuatu dari berbagai dimensi) yaitu : Sejenis (sesama manusia) , Sepasang (pria-wanita), Selevel (yang baik berjodoh dengan yang baik, yang keji berjodoh dengan yang keji), Sesuai selera (Kriteria dalam memilih), Siapa cepat dapat (Efektifitas Ikhtiar).18
2.4.2 Perjodohan 2.4.2.1 Pengertian Perjodohan Dalam kamus besar bahasa Indonesia perjodohan didefinisikan sebagai perihal mengenai jodoh, menjodohkan, mempertemukan dan perkawinan.19 Definisi tersebut diperjelaskan dalam pasal 1 UU No.1 Tahun 1974 tentang perjodohan atau perkawinan yang mendefinisikan, Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Jadi ringkasnya pengertian perjodohan adalah suatu cara masyarakat untuk menikah dan membentuk keluarga bahagia. Perjodohan dalam konteks ilmu sosiologi, seperti yang ditulis dalam buku sosiologi keluarga oleh William J Goode (1985). Dituliskan bahwa pada dasarnya proses pemilihan jodoh berlangsung seperti sistem pasar dalam ekonomi, sistem ini berbeda dari masyarakat satu ke masyarakat lain, 18 19
Ust.Cinta, Sasetyo. Rahasia Menarik Jodoh. Jakarta: Pustaka Iqro International,2010,8. Pustaka Phoenix, Op.cit.,
33
tergantung pada siapa yang mengatur transaksinya, bagaimana peraturan pertukarannya, serta penilaian yang relatif mengenai berbagai macam kualitas.20 Maksudnya adalah jika pihak keluarga kaya maka akan dinilai dengan harga yang tinggi dan tawar menawarpun dilakukan dari pihak keluarga yang kaya juga. Sehingga tercipta suatu proses pernikahan. Begitupun sebaliknya keluarga yang ekonomi menengah terjadi proses seperti itu. Perjodohan biasanya dilakukan oleh orang tua
untuk menikahkan
anaknya terhadap seseorang, yang dianggap tepat menurut mereka, dengan pertimbangan sendiri antara orang tua yang satu dan lain, tanpa meminta persetujuan yang bersangkutan.21 Tidak ada ketentuan dalam syariat yang mengharuskan atau sebaliknya yang melarang suatu perjodohan. Melihat fenomena perjodohan saat ini, bukan lagi seperti zamannya Sitti nurbaya, dimana seorang anak harus mengikuti kemauan orang tua, tetapi sebaliknya, orang tua harus mengikuti kemauan anak, atau bisa dibilang anak menjadi pemegang kunci utama jadi tidaknya sebuah perjodohan.22 Fenomena Perjodohan ini beragam bentuknya, ada orang tua pihak perempuan menawarkan diri untuk menjadi besan dari orang tua laki-laki, ada pula yang sebaliknya. Tetapi ada juga orang tua yang bersifat demokratis, yakni meminta pendapat anak yang akan dijodohkan tersebut. Jika anak 20 21
Goode, William.J. Sosiologi Keluarga. Jakarta: PT.Bina Aksara Syiar, Perjodohan Pandangan Islam,(2013,13,September) Syiar, diakses pada tanggal 13 september 2013 dari http://seputaraceh.com/read/19960/2013/09/13/perjodohan-dalam-
pandangan-islam 22
As-Salmani, Suyadi. Misteri Jodoh. Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani, 2009,18.
34
mengiyakan barulah orang tua menindaklanjutinya. Pada dasarnya bolehboleh saja orang tua dalam menjodohkan anaknya, karena menikahkan anak merupakan salah satu kewajiban orang tua disamping kewajiban-kewajiban lainnya. Namun hendaknya meminta izin persetujuan dari anaknya terlebih dahulu, agar pernikahan yang dilaksanakan nantinya berjalan atas keridhoan masing-masing pihak, bukan karena keterpaksaan. Secara
umum
perjodohan
dipengaruhi
oleh
beberapa
faktor,
diantaranya adalah Faktor ekonomi, Faktor Kemauan sendiri, Faktor Pendidikan, dan faktor keluarga. 1.
Faktor Ekonomi Faktor ini terjadi karena keadaan ekonomi keluarga yang berada di
garis kemiskinan. Maka akan cenderung anak perempuannya dikawinkan atau dijodohkan dengan orang yang dianggap mampu. 2.
Faktor Kemauan sendiri Banyak hal yang dapat menyebabkan seorang anak meminta untuk
dijodohkan kepada orang tuanya,
salah satunya adalah karena besarnya
pengaruh pengetahuan anak akan informasi mengenai perjodohan atau pernikahan yang diperoleh dari film atau media massa lainnya mengenai perjodohan, pernikahan dan sebagainya, dapat memotivasi
mereka untuk
segera mendapatkan jodoh, melakukan ikatan pernikahan walaupun terbilang di usia muda.
35
3.
Faktor Pendidikan Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak
dan masyarakat, akan pentingnya pendidikan serta kurangnya pengetahuaan akan makna dan tujuaan sebuah perjodohan sehingga menyebabkan adanya kecenderungan untuk mengawinkan anaknya. 4.
Faktor Keluarga Faktor keluarga bisa disebut juga atas dasar keinginan, kemauan orang
tua. Biasanya orang tua bahkan keluarga menyuruh anaknya untuk berjodoh dengan sahabat, kerabat yang sangat dikenalnya atau orang terdekat untuk melangsungkan sebuah perkawian. Sebuah keluarga yang mempunyai anak tidak akan merasa tenang sebelum anaknya tersebut menikah.
Dalam memilih Kriteria pasangan hidup, hendaknya kita berlandaskan pada dua hal yaitu.23 1. Apa yang diajarkan pada Rasullulah SAW,yaitu pilihlah jodoh atas dasar hartanya, keturunannya, kecantikan atau ketampanannya dan agamanya. 2. Apa yang menjadi impian pribadi kita (orisinal), bukan ikut-ikutan tetapi juga tidak bertentangan dengan syariat Islam. Pada poin ini menjelaskan kriteria lebih spesifik, memilih sesuai selera. Misalnya, seseorang yang memiliki bentuk fisik tertentu atau seseorang dengan pekerjaan atau profesi tertentu. 23
Ust.Cinta, Sasetyo, Op.cit,. 48.
36
Dalam Islam hanya menekankan hendaknya seorang muslim mencari calon suami atau istri, yang sholeh atau shalihah, dan baik agamanya. Banyak hal-hal yang dapat melatarbelakangi suatu perjodohan baik dari segi positif maupun dari segi negatif, namun hendaknya kita memahami perjodohan yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan agar perjodohan tersebut tidak menyimpang dari agama.24 1. Perjodohan yang diperbolehkan : a. Perjodohan dibenarkan apabila anak sudah cukup usia tetapi tidak ada yang meminangnya. b. Tidak menghalangi kedua belah pihak untuk bertauhid kepada Allah dan Rasul-Nya c. Bertujuan baik (Melanjutkan Keturunan) d. Tidak memaksakan kehendak kedua belah pihak, adanya Keterpaksaan maka pernikahan tidak bertahan lama. 2. Perjodohan yang tidak diperbolehkan : a. Menjodohkan anak atas dasar harta dan kedudukannya, bukan atas dasar agama b. Menjodohkan anak dengan yang berbeda agama c. Menjodohkan anak dengan pasangan yang tidak membuatnya tenteram dan bahagia.
24
As‐Salmani, Suyadi, Op.cit., 20
37
Perihal proses perjodohan Secara sederhana dapat dijabarkan sebagai berikut. Gambar 2.1 Perjodohan Secara Sederhana
Hal yang melatarbelakangi Perjodohan
Pencarian Jodoh
Pernikahan
Gambar
2.1
Pertemuan
menjelasakan
kita
bagaimana
tahap
perjodohan
berlangsung hingga pada pernikahan. Hal yang melatarbelakangi perjodohan banyak halnya, seperti keinginan orang tua, Faktor hutang keluarga, Status sosial yang lebih baik, “tidak laku”, bahkan hingga pada Penampilan, kepribadian anak tersebut yang tidak seperti pada umumnya. Namun lebih lengkapnya seperti yang telah dibahas sebelumnya, baik dari beberapa faktorfaktor yang mempengaruhi perjodohan, maupun dari segi hal negative dan positifnya. Kemudian berlanjut pada tahap Pencarian Jodoh yang dilakukan oleh orang tua dengan berbagai cara, mulai dari menawarkan diri menjadi besan kepada sahabat, kerabat, atau tetangga, bahkan sampai dengan melakukan konsultasi kepada orang yang dianggap mengerti. Kemudian Apabila telah mendapatkan calon pasangan jodoh untuk anaknya, barulah diadakan suatu
38
pertemuan untuk saling mengenal. Dalam tahap pertemuan ini laki-laki dan perempuan yang akan dijodohkan diberikan waktu untuk saling mengenal dan lebih dekat. Apabila pertemuan tersebut telah berjalan dengan baik maka akan diadakan pertemuan selanjutnya atau pertemuan kedua keluarga untuk membicarakan pernikahan. maka selanjutnya adalah pernikahan. Proses perjodohan secara Islami dikenal dengan istilah Ta’aruf. Ta’aruf artinya mengenal, menjalin silahturahim antara dua orang atau lebih untuk tujuan tertentu. Ta’aruf merupakan salah satu proses perkenalan yang menjembatani pernikahan. Jadi pengertian Ta’aruf adalah proses perkenalan yang bertujuan untuk mewujudkan pernikahan.25 Dalam konteksnya Perjodohan yang baik dan sesuai agama dapat digambarkan dengan Ta’aruf. Berikut Karakteristik Ta’aruf :26 1. Adanya Adab Adanya adab, adab merupakan sesuatu yang lazim adanya. Dalam islam, adab mendapat perhatian yang cukup serius. Penjagaan adab ini mencerminkan keindahan Islam yang mulia.
2. Melalui Perantara Perantara adalah orang yang dapat dipercaya, paham agama, diutamakan yang sudah menikah, adanya kedekatan. Perantara menjadi solusi selain member kemaslahatan juga menghindari dari fitnah. 25
Pusparini, Ari. Agar Ta’aruf Cinta berbuah Pahala Pintu menyermai cinta menuju mahligai rumah tangga. Yogyakarta : Pro-U Media, 2012, 19. 26 Ibid 25-36
39
3. Tidak ada rasa memiliki Berbeda dengan pacaran yang memiliki keterikatan, adanya rasa memiliki satu sama lain, lain halnya dengan Ta’aruf, tidak ada rasa memiliki satu sama lainnya.
4. Atas kemauan sendiri Ta’aruf merupakan proses menuju pernikahan, jadi tidak boleh ada unsur paksaan atau tekanan.
5. Adanya Niat Baik diantara kedua belah Pihak Sebelum Ta’aruf dilakukan kedua belah pihak harus memiliki niat yang baik. Niat baik akan mendorong keduanya saling memberikan yang terbaik.
6. Terjaganya Rahasia Disinilah indahnya Ta’aruf, apabila keputusannya adalah batal menikah, segala informasi yang diperoleh akan saling dijaga kerahasiaannya. Kerahasiaan ini begitu diutamakan mengingat setiap orang punya hak untuk dijaga privasinya. 7. Mengatakan apa adanya
40
Ta’aruf biasanya akan saling menyampaikan apa adanya, namun demikian, tetap perlu digali informasi yang dalam dari berbagai pihak.
2.5
Representasi
2.5.1 Pengertian Representasi Menurut Stuart Hall Dalam bukunya Representation: Cultural Representation and Signifying Practices, “Representation connects meaning and language to culture… Representation is an essential part of the process by which meaning is produced and exchanged between members of culture.27 Melalui representasi, suatu makna diproduksi dan dipertukarkan antar anggota masyarakat. Jadi secara singkat representasi dapat dikatakan sebagai salah satu cara untuk memproduksi makna. Menurt Hall, ada tiga pendekatan mengenai representasi, yaitu : 1. Pendekatan Reflektif Pendekatan ini menjelaskan bahwa makna diproduksi oleh manusia melalui ide, media objek dan pengalaman-pengalaman di dalam masyarakat secara nyata.
2. Pendekatan Intensional
27
Hall, Stuart. Representation : Cultural Representations and Signifying Practices. Ed. Stuart Hall. London :Sage Publication. 2003, 17.
41
Penutur bahasa lisan maupun tulisan yang memberikan makna unik pada setiap hasil karyanya, bahasa adalah media yang digunakan oleh penutur dalam mengkomunikasikan makna dalam setiap halhal yang berlaku khusus yang disebut unik.
3. Pendekatan Konstruksionis Pembicara dan penulis memilih dan menetapkan makna dalam pesan atau karya (benda-benda) yang dibuatnya. Tetapi bukan dunia material (benda-benda) hasil karya seni dan sebagainya yang meninggalkan makna tetapi manusialah yang meletakan makna.
Representasi bekerja melalui sistem representasi. Sistem representasi ini terdiri dari dua komponen penting, yaitu konsep dalam pikiran dan bahasa. Dua komponen ini saling berhubungan. Konsep dari sesuatu yang kita miliki dalam pikiran kita, membuat kita mengetahui makna dari hal tersebut. Namun, makna tidak akan dapat dikomunikasikan tanpa bahasa. Sebagai contoh sederhana kita mengenal konsep ‘mobil’ dan mengetahui maknanya (misalnya, alat transportasi yang digunakan orang untuk berpergian) jika kita tidak dapat mengungkapkannya dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh orang lain. Dalam sistem representasi bahwa kelompok yang dapat berproduksi dan bertukar makna dengan baik adalah kelompok tertentu yang memiliki
42
suatu latar belakang pengetahuan yang sama sehingga dapat menciptakan suatu pemahaman yang hampir sama. Menurut Stuart Hall, “Member of the same Culture must share concepts, images and ideaswhich enable them to think and feel about the world in roughly similar ways. They must share, broadly speaking, the same ‘cultural codes’. In this sense , thinking and feeling are themselves ‘system of representations”.28 Hall meyebutkan berpikir dan merasa juga merupakan sistem representasi. Artinya adalah berpikir dan merasa berfungsi juga untuk memaknai sesuatu. Oleh karena itu, untuk dapat melakukan hal tersebut, diperlukan latar belakang pemahaman yang sama terhadap konsep, gambar dan ide (cultural codes). Pemaknaan terhadap sesuatu dapat sangat berbeda dalam budaya atau kelompok masyarakat yang berlainan karena pada masing-masing budaya atau kelompok masyarakat tersebut ada cara tersendiri dalam memaknai sesuatu. Kelompok masyarakat yang memiliki latar belakang pemahaman yang tidak sama terhadap kode-kode budaya tertentu tidak akan dapat memahami makna yang diproduksi oleh kelompok masyarakat lain. Makna tidak lain adalah suatu konstruksi. Manusia mengkonstruksi makna dengan sangat tegas sehingga suatu makna terlihat seolah-olah alamiah dan tidak dapat diubah. Makna dikonstruksi melalui sistem representasi dan difiksasi melalui kode. Kode inilah yang membuat masyarakat yang berada dalam suatu kelompok budaya yang sama mengerti dan menggunakan kata 28
Ibid
43
yang sama dan telah melewati proses konvensi secara social. Sebagai contoh ketika kita memikirkan ‘mobil’ , maka kita menggunakan kata MOBIL untuk mengkomunikasikan apa yang ingin kita ungkapkan kepada orang lain. Hal ini karena kata MOBIL merupakan kode yang telah disepakati dalam masyarakat untuk memaknai suatu konsep mengenai ‘mobil’ yang ada dipikiran kita (alat transportasi untuk berpergian) kode dengan demikian membangun korelasi antara sistem konseptual yang ada dalam pikiran kita dengan sistem bahasa yang kita gunakan. Atas dasar hal tersebut dapat dikatakan bahwa konsep (dalam pikiran) dan tanda (bahasa) menjadi bagian penting yang digunakan dalam proses konstruksi atau produksi makna. Dari beberapa penjelasan-penjelasan diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa representasi adalah suatu proses untuk memproduksi makna dari konsep yang ada dipikiran kita melalui bahasa. Proses produksi makna tersebut dimungkinkan dengan hadirnya sistem representasi. Namun proses pemaknaan tersebut tergantung pada latar belakang pengetahuan dan pemahaman suatu kelompok sosial terhadap suatu tanda. Suatu kelompok harus memiliki pengalaman yang sama untuk memaknai sesuatu dengan cara yang hampir sama.
2.6
Semiotika
2.6.1 Pengertian Semiotika Secara etimologis, kata istilah semiotika berasal dari bahasa Yunani: semeion semeion yang berarti “tanda” atau seme yang berarti “penafsiran tanda”. Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika,
44
retorika, dan poetika. “Tanda” bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Contohnya, asap menandai adanya api. Secara terminologis, semiotika dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang mempelajari sederajat luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Karena pada dasarnya, analisis semiotika bersifat paradigmatic dalam arti berupaya menemukan makna termasuk dari hal-hal yang tersembunyi di balik sebuah teks29. Sejak Pertengahan abad ke-20, semiotika tumbuh menjadi bidang kajian yang sungguh besar, melampaui diantaranya, kajian bahasa tubuh, bentuk-bentuk seni, wacana retoris, komunikasi visual, media, mitos, naratif, bahasa, artefak, isyarat, kontak mata, pakaian, iklan, makanan, upacara, intinya semua yang digunakan, diciptakan atau diadopsi manusia untuk memproduksi makna.30 Semiotika sebagai sebuah cabang keilmuan memperlihatkan pengaruh yang semakin luas dan kuat dalam berbagai bidang. Semiotika mempunyai pengaruh pada bidang seni rupa, seni tari, film, desain produk, arsitektur, desain komunikasi visual, antropologi, sosiologi, politik, kajian keagamaan, media studies dan culture studies. Menurut Charles Sanders Pierce, mendefinisikan semiotika sebagai “a relation ship among sign, an object, and a meaning” (suatu hubungan diantara tanda, objek dan makna). Penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda.
29 30
Indiwan, Seto Wahyu Wibowo. Semiotika Komunikasi, Jakarta; Mitra Wacana Media, 2011, 5. Marcel, Danesi. Pesan , Tanda, dan Makna. Yogyakarta :Jalasutra Anggota IKAPI, 2012, 6.
45
Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda31. Sedangkan menurut Ferdinand de Saussure, mendefinisikan semiotika merupakan tanda sebagai kesatuan dari dua bidang yang tak dipisahkan. Artinya, sebuah tanda mempunyai dua aspek yang ditangkap oleh indra kita (signifer), bidang penanda atau bentuk dan aspek lainnya (signified) bidang petanda atau konsep atau makna32. Menurut Preminger mendefinisikan mengenai semiotik, “Semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari
sistem-sistem,
aturan-aturan
konvensi-konvensi
yang
memungkinkan tanda tersebut mempunyai arti33.” Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda, berfungsinya makna dan produksi makna34. Menurut Umberto Eco, ada dua jenis semiotika, diantaranya semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi. Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi yaitu pengirim, penerima, kode atau sistem tanda, pesan, saluran komunikasi dan acuan yang dibicarakan, sedangkan semiotika signifikasi tidak mempersoalkan adanya tujuan berkomunikasi35. Analisis semiotik adalah melacak makna-makna yang diangkut dengan teks yang berupa lambang-lambang (sign). Dengan kata lain, pemaknaan 31
Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, 16. Sumbo, Tinarbuko. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra, 2008,13. 33 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, 96. 34 Ibid hal. 12 35 Wahyu Wibowo, Op.cit., 6. 32
46
terhadap lambang-lambang dalam tekslah yang menjadi pusat perhatian analisis semiotika.36 Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal. Setiap tanda atau sinyal yang dapat diterima oleh seluruh panca indra kita, maka tanda-tanda tersebut pada akhirnya membentuk system kode yang secara sistematis menghasilkan suatu informasi/makna pesan secara tertulis disetiap kegiatan dan perilaku manusia. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things)37
2.6.2 Semiotika Charles Sanders Pierce Charles Sanders Pierce, seorang filsuf dan ahli logika, mengemukakan semiotika terdiri dari tiga elemen utama, yaitu tanda, objek dan Interpretant, sehingga teori pierce ini dikenal dengan sebutan segitiga makna atau triangle meaning. Teori ini menjelaskan bagaimana tanda memunculkan makna. Menurut pierce, salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretant adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk tanda. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah 36 37
Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : PT. LKIS Pelangi Aksara, 2007, 156. Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006, 15.
47
makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Hubungan segitiga makna pierce, terlihat dalam gambar berikut.38
Gambar 2.2
Sign
Objek
Interpretant
Gambar : Elemen Makna Pierce a. Tanda Adalah sesuatu berbentuk fisik yang ditangkap oleh pasca indra manusia dan merupakan sesuatu yang hal lain di luar tanda itu sendiri. b. Objek (acuan tanda) Adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu dirujuk tanda. c. Interpretant Adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.
Tiga istilah pierce dapat dibuat model seperti yang terlihat pada gambar 2.2. Panah yang berada pada dua ujung garis, menekankan bahwa 38
Sobur, Alex. Analisis Teks Media, Op.cit,.114
48
masing-masing istilah hanya dapat dipahami dalam keterkaitannya dengan yang lain. Sebuah tanda mengacu pada sesuatu diluar dirinya-objek, dan dipahami oleh seseorang, yaitu bahwa tanda memiliki efek di dalam benak pengguna-interpretant (hasil Interpretasi). Kita harus menyadari bahwa interpretant bukanlah pengguna dari tanda melainkan sebuah konsep mental yang diproduksi oleh tanda dan pengalaman yang dimiliki oleh pengguna terhadap objek. Konsep mental bukanlah sesuatu yang tetap, namun bisa bervariasi dalam batasan-batasan tertentu sesuai dengan pengalaman yang dimiliki oleh pengguna. Berbagai variasi didalamnya memungkinkan bagi perbedaan sosial dan psikologis diantara para penggunanya.