BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonym melalui media cetak ataupun elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (rakhmat, 2003).1 Bittner mendefinisikan komunikasi massa sebagai pesan yang di komunikasikan melalui media massa ke sejumlah besar orang
(mass
communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people)2 Sedangkan Werner J. Severin dan James W. Tankard Jr mendefinisikan komunikasi massa sebagai sebagian keterampilan, sebagian seni, dan sebagian ilmu. Keterampilan dalam pengertian meliputi teknik – teknik tertentu yang secara fundamental
dapat
di
pelajari
seperti
memfokuskan
kamera
televisi,
mengoperasikan perekam pita atau mencatat ketika wawancara. Seni dalam pengertian tantangan – tantangan kreatif seperti menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata letak untuk iklan majalah atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ilmu dalam pengertian meliputi prinsip – prinsip tertentu tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi yang 1
2
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah, Komunikasi massa suatu Pengantar edisi revisi. Bandung : Penerbit Simbiosa Rekatama Media. 2009. hal 6 Ibid. hal 3
8
9
dapat di kembangkan dan di pergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik.3 2.1.2
Karakteristik Komunikasi Massa Adapun karakteristik komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus yang
disebabkan oleh sifat-sifat komponennya sebagai berikut:4 1. komunikator terlembaga ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Menurut Wright komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. Secara kronologis proses penyusunan pesan oleh komunikator sampai pesan itu diterima oleh komunikan. Apabila pesan itu disampaikan melalui surat kabar, maka prosesnya adalah sebagai berikut: komunikator menyusun pesan dalam bentuk artikel, apakah atas keinginannya atau atas permintaan media massa yang bersangkutan. Selanjutnya pesan tersebut diperiksa oleh penanggung jawab rubric. Dari penanggung jawab rubrik diserahkan kepada redaksi untuk diperiksa layak tidaknya pesan itu untuk dimuat dengan pertimbangan utama tidak menyalahi kebijakan dari lembaga media massa itu. Ketika sudah layak pesan itu dibuat settingnya, lalu diperiksa oleh korektor, disusun oleh layout man agar komposisinya bagus, dibuat plate, kemudian masuk ke mesin cetak.
3
Onong Uchjana Effendy. Televisi Siaran Teori dan Praktek. Mandar Maju. Bandung 1993. Hal 13 4 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi, Teori & Praktek. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. 2006. Hal 26
10
Tahap terakhir setelah dicetak merupakan tugas bagian distribusi untuk mendistribusikan surat kabar yang berisi pesan itu kepada pembacanya. Apabila media komunikasi yang digunakan adalah media televisi, tentu akan banyak lagi melibatkan orang, seperti juru kamera, juru lampu, pengarah acara, bagian make up, floor manager dan lain-lain. Selain itu, peralatan yang digunakan lebih banyak serta dana yang diperlukan lebih besar. 2. Pesan Bersifat Umum Komunikasi massa itu bersifat terbuka artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat di media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan. Dengan demikian, kriteria pesan yang penting dan menarik itu mempunyai ukuran tersendiri, yakni bagi sebagian besar komunikan. Misalnya, berita pemilihan Lurah di kelurahan Sukapada Kotamadya Bandung, dapat dianggap memenuhi kriteria penting bagi masyarakat setempat, tetapi tidak penting bagi masyarakat Kotamdya Bandung, apalagi Jawa Barat.
11
3. Komunikan Anonim dan Heterogen Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Pada komunikasi antarpersonal. Komunikator akan mengenal komunikannya, mengetahui identitasnya seperti nama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, bahkan mungkin mengenal sikap dan perilakunya. Sedangkan dalam komunikasi massa, komunikatornya tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor:usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latarbelakang budaya, agama dan tingkat ekonomi. 4. Pesan Serempak Kelebihan komunikasi massa dibandingkan komunikasi lainnya dalah, jumlah sasaran khlayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula. Keserempakan media massa itu ialah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah, contohnya acara televisi yang ditayangkan oleh stasiun tv setiap harinya, ditonton oleh jutaan pemirsa. Mereka secaras erempak pada waktu yang sama menonton acara-acara di televisi.
12
5. Mengutamakan Isi ketimbang Hubungan Setiap Komunikasi melibatkan unsur isi dan hubungan sekaligus. Pada komunikasi anatarpersonal, unsur hubungan sangat penting. Sebaliknya pada komunikasi massa, yang penting adalah isi. Pada komunikasi antarpersonal, pesan yang disampaikan atau topik yang dibicaraan tidak perlu menggunakan sistematika tertentu. Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan. 6. Bersifat Satu Arah Secara singkat komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka komunikator dan komunikan tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi anatrpersonal. Dengan demikian, komunikasi massa itu bersifat satu arah. 7. Stimulasi Alat Indera yang Terbatas Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indera bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada siaran radio dan rekaman auditif, khlayak hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan indera penglihatan dan
13
pendengaran. Sedangkan komunikasi antarpersonal yang bersifat tatap muka, maka seluruh alat indera pelaku komuniaksi, komunikator, dan komunikan, dapat digunkaan secara maksimal. Kedua belah pihak dapat melihat, mendengar secara langsung, bahkan meungkin merasa. 8. Umpan Balik Tertunda Umpan balik atau feedback meru[akan faktor penting dalam bentuk komunikasi apapun. Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan. Umpan balik sebagai respon mempunyai volume yang tidak terbatas pada komunikasi antarpersonal, contohnya kernyitan mata, gerak bibir, posisi tubuh, intonasi suara dan gerakan lainnya yang dapat diartikan. Umpan balik ini bersifat langsung (direct feedback) atau umpan balik yang bersifat segera (immediate feedback). 2.2 Film 2.2.1
Pengertian Film
Film dalam pengertian sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi dalam pengertian lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan di televisi.5 Film dalam artian lain adalah suatu karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi pandang dengar yang dibuat berdasarkan atas sinematografi dengan perekam pita seluloid, pita video, dan bahan hasil penemuan teknologi
5
Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta 2011 hal 139
14
lainnya dalam segala bentuk, dengan atau tanpa suara yang dapat dipertunjukkan dan ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan lainnya.6 “Dalam banyak penelitian tentang dampak film terhadap masyarakat, hubungan antara film dan masyarakat selalu dipahami secara linier. Artinya, film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) dibaliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya”.7 William menuturkan bahwa: “Film dianggap lebih sebagai media hiburan ketimbang media pembujuk. Namun yang jelas, film sebenarnya punya kekuatan bujukan atau persuasi yang besar. Kritik publik dan adanya lembaga sensor juga menunjukkan bahwa sebenarnya film sangat berpengaruh”.8 2.2.2
Jenis Film Jenis – jenis film yang di produksi adalah : 9
1. Film dokumenter Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1890an. Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai tujuan.
6
SK 41/12/126 Muhammad Ardja Widjaya. Representasi Nasionalisme Dalam Film Merah Putih Alex Sobur. Op Cit. 2006 hal 127 8 William Rivers, Theodore Peterson, dan Joy. Media Massa dan Masyarakat Modern. Edisi Kedua. Kencana. 2003 hal 252 9 Heru Effendy. Mari Membuat Film : Panduan Menjadi Produser. Panduan. Yogyakarta. 2005 hal 11 - 14 7
15
Namun harus di akui, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya, film dokumenter berpijak pada hal- hal senyata mungkin. Seiring dengan berjalannya waktu, muncul berbagai aliran dari film dokumenter misalnya (dokudarama). Dalam dokudrama, terjadi reduksi realita demi tujuan – tujuan estesis, agar gambar dan cerita menjadi lebih menarik. Sekalipun demikian, jarak antara kenyataan dan hasil yang tersaji lewat dokudrama biasanya tak berbeda jauh. Dalam dokudrama realita tetap menjadi pegangan 2. Film cerita pendek ( Short films ) Durasi film cerita pendek biasanya dibawah 60 menit. Di banyak negara seperti Jerman, Australia, Kanada, Amerika Serikat, dan juga Indonesia, film cerita pendek dijadikan laboratorium eksperimen dan batu loncatan bagi seseorang atau sekelompok orang untuk kemudian memproduksi film cerita panjang. 3. Film cerita panjang Film dengan durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi 90 – 100 menit. Film yang di putar di
bioskop umunya termasuk dalam kelompok ini.
Beberapa film, misalnya Dance With Wolves, bahkan berdurasi lebih dari 120 menit, bahkan film – film di India rata – rata berdurasi hingga 180 menit.
16
2.2.3
Genre Film Horor Film horor adalah film yang menyajikan suasana menyeramkan
menakutkan, yang membuat bulu kuduk penontonnya merinding.10 Film horor termasuk dalam film jenis mistik, yang bertemakan dunia gaib, paranormal, klenik, praktek spiritual magis, dan kontak dengan roh.11 Tujuan utama dari film horor adalah memberi efek rasa takut, kejutan, serta teror yang mendalam bagi penontonnya. Plot film horor umunya sederhana, yakni bagaimana usaha manusia untuk melawan kekuatan jahat dan biasanya berhubungan dengan dimensi supernatural atau sisi gelap manusia.12 2.2.4 Fungsi Film Film tidak hanya menjadi alternatif hiburan masyarakat, namun seperti alat komunikasi massa lainnya, media film ini juga berfungsi sebagai penyebaran nilai-nilai dan hiburan. Seperti halnya siaran televisi, tujuan khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif. Hal ini pun sejalan dengan misi perfilman nasional sejak 1979, bahwa selain sebagai media hiburan, film nasional dapat digunakan sebagai media media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character building.13
10
W. S. Winkel. “Psikologi pengajaran”. Grasindo. Jakarta. 1996 hal 127 Morrisan. “ Media Penyiaran Strategi Dan Mengelola Radio Dan Televisi “. Ramdina Prakasa. Jakarta 2005 hal 127 12 Himawan Pratista. Memahami Film. Homerian Pustaka. Yogyakarta. 2008 hal 13 13 Onong Uchjana Effendy. Komunikasi dan Falsafah Komunikasi. Citra Aditya Bakti. Bandung. 2003. Hal 145. 11
17
2.3 Astral Projection Astral Projection adalah sebutan lain untuk Out of Body Travel. Astral Projection adalah kejadian ketika pikiran sadar meninggalkan tubuh fisik dan bergerak ke tubuh astral. Tubuh astral adalah salah satu tubuh halus kita. Beberapa orang bisa mengalami Astral Projection secara alami. Ketika anda mengalami Astral Projection, Anda menyadari hal-hal yang Anda temui sepanjang jalan saat keluar dari tubuh Anda.14 Sedangkan menurut Robert Monroe dalam bukunya yang berjudul “Far Journey” Astral Projection atau Out of Body Experience(OOBE) adalah kondisi dimana kita menenemukan diri kita berada di luar tubuh fisik kita, dengan kesadaran yang penuh, dapat melihat dan bertindak seperti apa yang di lakukan tubuh fisik anda dengan beberapa pengeculian. Kita bisa bergerak menembus ruang (dan waktu?) secara perlahan atau secepat kilat. Dan kita bisa bergerak menembus benda – benda padat atau fisik seperti tembok, besi , beton, bahkan radiasi atom tanpa efek.15 Edain Mccoy mengatakan Astral Projection adalah seni memancarkan kesadaran kedunia lain, ketempat lain, kewaktu lain dan membawa kesadaran itu dengan penuh pengetahuan atau pengkajian tentang apa yang telah di alami.16 Dan pada saat kita melakukan Astral Projection kita melihat dengan menggunakan third eye namun dari beberapa
14
http://www.gelombangotak.com/cara_melakukan_astral_projection.htm/. Di akses pada tanggal 3 September pukul 23.00 15 Robert Monroe “Far Journey” Di Online Pada Situs http://www.amazon.com/Far-JourneysRobert-Monroe/dp/0385231822/ref=sr_1_3?s=books&ie=UTF8&qid=1347802245&sr=13&keywords=robert+monroe#reader_0385231822/. Diakses pada tanggal 16 September pukul 20.00 16 Eiden Mccoy “ Astral Projection for Beginners” Di Online http://www.amazon.com/AstralProjection-Beginners-Techniques-Traveling/dp/1567186254#reader_1567186254/. Diakses pada tanggal 16 September Pukul 21.00
18
penelitian yang lain pada saat projecting kita melihat menggunakan mata yang lebih hebat dari mata ketiga yang disebut Compass Eye yang bisa melihat dengan sudut 360 derajat. Kita juga bisa membuka pintu menuju dimensi lain.
17
dan
Aditya Purwa mengatakan dalam e-book nya setiap orang yang melakukan Astral Projection bisa melihat atau bertemu dengan makhluk – makhluk lainnya seperti jin, vragel hewan, termasuk juga vragel orang lain yang melakukan Astral Projection.
18
dan Robert Bruce dalam bukunya yang berjudul Astral Dynamics
menuliskan kalau dalam pengalamanya melakukan Astral Projection dia pernah bertemu dengan anak kecil dan juga dia bertemu dengan beberapa hewan termasuk hewan peliharaanya dalam Real time zone dan berinteraksi denganya.19 D. Scott Rogo dalam bukunya “ Proyeksi Astral : Pengembangan Potensi Di Luar Badan Jasmani” berdasarkan pengalaman Astral Projection yang di alami oleh beberapa orang. D. Scott Rogo mengatakan Astral Projection merupakan kejadian unik memliki manfaat yang dapat mengajarkan anda banyak hal mengenai sifat kehidupan dan kebenaran, mengambil sikap baru terhadap maut, perubahan terhadap kepercayaan hidup sesudah mati, menjadi lebih teguh kepercayaan atau imanya, dan memandang hidup sebagai sesuatu yang penuh
17
Pradana Setyalana “ Astral Projection “ Di Onlinehttp://www.scribd.com/doc/23456147/AstralProjection. Di akses pada tanggal 17 september pukul 23.00 18 Aditya Purwa “ Panduan Lengkap Astral Projection " http://fipkampuspanda.files.wordpress.com/2011/06/astral-projection-avaga-indonesia-free.pdf Di akses pada tanggal 10 januari 2013 pukul 09.00 19 Robert Bruce “ Astral Dynamics “. Di online kan https://www.dmtnexus.me/doc/Astral%20Dynamics.pdf. Di akses pada tanggal 16 September pukul 22.00
19
arti.20 Dari apa yang di jelaskan oleh D. Scott Roggo Astral Projection bisa termasuk masuk dalam ranah spiritual. 2.3.1 Lucid Dream dan Astral Projection Masih banyak yang mempertanyakan apakah Lucid Dream sama dengan Astral Projection. Dan hal ini tentu saja berbeda seperti yang dikatakan oleh Edaine Mccoy dalam bukunya Astral Projection For Beginners dia mengatakan bahwa Lucid Dream sesungguhnya merujuk pada kondisi di mana Anda menyadari bahwa Anda sedang bermimpi saat Anda berada dalam mimpi dan, bukannya bangun, Anda tetap tertidur dan mengambil alih atas tindakan dan reaksi Anda. Seseorang yang berada di tengah – tengah Lucid Dream bisa meninggalkan
wilayah
mimpi
dan
bepergian
ketempat
lainnya
untuk
menyelesaikan mimpi, oleh karena dari kesemua hal yang telah diesbutkan, mimpi berubah menjadi sebuah pengalaman dalam diri kita atau batin hal ini sama seperti Astral Projection. Tapi Edain sendiri menemukan bahwa Lucid Dream dan Astral Projection memilki koneksi, dimana Lucid Dream merupakan sebuah proses melakukan Astral Projection.21 Aditya Purwa pun menjelaskan dalam e-book nya ketika kita melakukan Lucid Dream kemudian kita hanya perlu membayangkan membelah tubuh kita menjadi dua atau vragel di dalam mimpi kita.22 Jadi Lucid 20
D. Scott Rogo “ Proyeksi Astral : Pengembangan Potensi Di Luar Badan Jasmani” Di online kan http://www.scribd.com/doc/28582657/Proyeksi-Astral/. Diakses pada tanggal 16 September pukul 21.30 21 Eiden Mccoy “ Astral Projection for Beginners” Di Online http://www.amazon.com/AstralProjection-Beginners-Techniques-Traveling/dp/1567186254#reader_1567186254/. Diakses pada tanggal 16 September Pukul 21.00 22 Aditya Purwa “ Panduan Lengkap Astral Projection " http://fipkampuspanda.files.wordpress.com/2011/06/astral-projection-avaga-indonesia-free.pdf Di akses pada tanggal 10 januari 2013 pukul 09.00
20
Dream memang berbeda dengan Astral Projection tetapi kedua hal tersebut saling berhubungan dimana Lucid Dream merupakan proses atau metode Astral Projection. 2.3.2 Siapa Saja Yang Bisa Melakukan Astral Projection siapa saja sebenarnya yang bisa melakukan Astral Projection ?. Jawabanya adalah, orang-orang yang mempunyai tekad dan mau bersabar untuk mempelajarinya. Jadi sebuah kesabaran tinggi diperlukan disini. Anda tidak bisa langsung mencoba dan bisa, meskipun beberapa orang ada yang sekali coba langsung bisa.23 Para peneliti pada mulanya mengira bahwa orang yang mengalami Astral Projection atau AP adalah orang gila atau setidak-tidaknya menuju ke arah itu. Hasil penelitian menunjukkan hal sebaliknya. Maka kesimpulan dari karya kelompok Kansas menyimpulkan bahwa: 1.
AP merupakan pengalaman yang tersebar luas di antarakhalayak umum,
2.
bahwa AP itu menyenangkan dan mungkin bahkan menguntungkan bagi jiwa seseorang untuk mengalaminya,
3.
bahwa AP merupakan pengalaman manusia normal,
4.
untuk mengalami AP, orang tidak perlu mempunyai sifatkhusus.
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa setiap individu memiliki kemampuan terpendam untuk melakukan perjalanan astral, dan menggunakannya
23
Aditya Purwa “ Panduan Lengkap Astral Projection " http://fipkampuspanda.files.wordpress.com/2011/06/astral-projection-avaga-indonesia-free.pdf Di akses pada tanggal 10 januari 2013 pukul 09.00
21
demi
kehidupan
sehari-hari.
Tetapi
karena
kita
memiliki
kemampuan
terpendam untuk melakukan perjalanan astral,apakah itu berarti dapat belajar melakukannya menurut kehendak kita? Pertanyaan ini memang rumit dan kontroversial. Tetapi saya pribadi ( D Scott Rogo ) berpendapat bahwa jawaban dari pertanyaan di atas adalah ya, dan banyak bukti eksperimen yang mendukung pendapatnya.
Eksperimen
yang
membuktikan
kebenaran
pendapat
di
atas,dilakukan oleh Dr. Palmer di Universitas Virginia dengan mengetes 60 orang mahasiswa yang mengaku tidak mempunyai kemampuan kebatinan khusus. Ia menemui masing-masing mahasiswa itu sendiri,menerangkan tentang kemampuan untuk mengembangkan Astral Projection selanjutnya melatih mereka untuk melakukan eksperimen. Maksud dari pertemuan pendahuluan ialah untuk mendorong
mahasiswasupaya
percaya,
bahwa
mereka
dapat
memperoleh pengalaman Astral Projection dengan melakukan prosedur latihan tertentu. Masing - masing peserta diantar ke sebuah kamar laboratorium yang di dalamnya terdapatsebuah meja dan yang akan digunakan sebagai tempat sebuah gambar. Para mahasiswa diminta supaya mengamati isi kamar itu dengan teliti, karena ia akan diminta berada di situ sewaktu dalam Astral Projection. Para peserta kemudian di bawa ke kamar lain,didudukkan dikursi dan diajari cara mengendorkan sepenuhnya dengan menegankan dan mengendorkan sekelompok otots ecara berurutan. Selanjutnya diperdengarkan suara dengung monoton lewat head-phone yang dikenakan peserta. Mereka diminta untuk memandang sebuah cakram berputar yang digambari sebuah spiral. Kemudian para mahasiswa diminta membayangkan meninggalkan badan danmemasuki spiral berputar pelan itu. Setelah
22
para peserta berhasil menimbulkan AP pada dirinya, diminta untuk masuk ke kamar sebelahnya dan mengamati sebuah gambar yang diletakkan di atas meja. Bagian tes ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa peserta benar-benar keluar dari badannya. Teknik ini rupanya sangat berhasil. Ketika ditanya apakah selama percobaan berlangsung mereka benar-benar merasa di luar badan. Sebanyak 42 persen dari peserta menjawabnya secara positif. Tetapi sayang, sedikit dari mereka yang berhasil melukiskan gambar yang imaksud secara benar. Ini adalah aneh, karena banyak peserta merasa melihat gambar tersebut. Palmer segera mengulang percobaannya dengan mengetes 40orang peserta tambahan. Proyek penelitian ini dilakukan di Univer-sitas Virginia juga dengan cara yang hampir saua, kecuali ada tam-bahan perbaikan kecil di sana-sini. Para peserta diminta mengendorkan diri lewat pengendoran otot secara progresif, tetapi Palmer tidak menggunakan cakram berputar lagi. Sebagai penggantinya, ia menutupi mata peserta pakai bola pingpong yang dibelah dua, dan dengan demikian diminta melihat ke dalam sinar merah."Gemuruh " diperdengarkan ke telinga
lewat
headpone.
Perangkat
ini
secara
teknik
disebut
"ganzefld stimulation", dapat menimbulkan keadaan setengah tidur dan seperti melamun. Palmer merasa bahwa keadaan setengah tidur lebih mudah menimbulkan AP daripada penggunaan cakram spiral. Seperti halnya pada eksperimen pertama, diinstruksikan para peserta agar "memasuki" kamar sebelahnya dan melihat gambar apa yang ditempatkan di atas meja. Sebagai tambahan dari eksperimennya, Dr. Palmer menginstruksikan hanya 20 orang untuk benar-benar meninggalkan badannya selama tes. Yang lain
23
hanya diminta untuk "mengkhayal" mengenai gambar yang ada di kamar sebelah. Tindakan pencegahan ini diambil untuk menemukan apakah ESP "normal" ikut melakukan peran dalam AP. Hasil dari tes lebih jelas daripada hasil yang diperoleh dari percobaan pertama. Dari 20 orang peserta yang diminta secara khsus untuk meninggalkan badan selama stimulasi ganzfeld, terdapat tidak kurang dari 13 orang yang melaporkan mengalami AP. Namun, 4orang dari kelompok "control" melaporkan mengalami AP spontan. Para peserta yang melaporkan mengalami AP cenderung menggambarkan gambar yang ditaruh di atas meja dengan benar dan lebih jelas daripada para peserta lainnya. Tentu, ini menunjukkan bahwa mereka benar-benar meninggalkan badan dan memasuki kamar sebelahnya ketika eksperimen berlangsung.24 2.3.3 7 Dimensi Pada saat melakukan Astral Projection kita bisa membuka pintu ke dimensi lain. Terdapat tujuh dimensi di dunia ini.25 1. First Plane ( Physical, En.,Phospora ) Dimensi ini adalah tempat dimana kita ada sekarang 1.1 Hall ( Etheric En., Carals ) Ini adalah tempat saat pertama kita keluar. Merupakan gerbang dan menuju dimensi lain atau yang biasa di sebut lorong di tempat ini 24
D. Scott Rogo “ Proyeksi Astral : Pengembangan Potensi Di Luar Badan Jasmani” Di online kan http://www.scribd.com/doc/28582657/Proyeksi-Astral/. Diakses pada tanggal 16 September pukul 21.30 25 Pradana Setyalana “ Astral Projection “ Di Onlinehttp://www.scribd.com/doc/23456147/AstralProjection. Di akses pada tanggal 17 september pukul 23.00
24
beberapa makhluk dimensi lain juga terlihat. Dan dimensi ini merupakan gabungan dari 90% Physical, 10 % Astral. Tidak ada satu orang biasa yang bisa melihat anda, dan waktu disini adalah real time dan biasa disebut Real Time Projecting. 2. Second Plane ( Astral. En., Vrag ) Tempat ini adalah favorit semua makhluk dimana semua impian, harapan dan keinginan menjadi kenyataan. Semua yang ada disini merupakan ciptaan kalian namun bukan tidak mungkin makhluk lain juga ada disini. Waktu disini sangat rusak 1 jam berada disini bisa saja 1 menit di dunia nyata. 3. Third Plane ( Mental En., Theere ) Hampir tidak ada bedanya dengan Plane kedua, hanya saja waktu disini lebih rusak dari Plane kedua 4. Fourth Plane ( Buddhic, En., Cresteal ) Tempat di mana kedamaian dan cinta bersemi. Karena adanya dua hal tersebut.Manusia yang telah mencapai dimensi ini tidak ingin kembali. 5. Fifth Plane (Spiritual, En. Sono, Av.) belum adanya manusia yang kesini. Sehingga membuktikan disini adalah tempatyang sangat mengerikan atau Indah (?). tidak ada rincian yang pasti akan tempat ini.
25
6. Sixth Plane (Monadic, En., Clustian, Av.) Di tempat ini semua adalah bagian dari semua. ( Time And Space storyline,En., Clust Te Ross Sevres, Av. ) dikatakan bahwa paradox yang sangat besar dijadikan satu. 7. Seventh Plane (Adi, En., Alcyne, Av.) Dimensi ini diluar batas kemampuan untuk menjelaskan. Mungkin ini adalah dimensi tertinggi. 2.3.4
The Real Time Zone Real time zone merupakan dimensi dimana kebanyakan para Projector
menemukan diri mereka sendiri ketika melakukan Astral Projection. Real time zone merupakan zona atau daerah yang terbagi antara dimensi fisik dan Astral. Dalam zona ini terdapat beberapa benda dari alam atau dunia fisik ( secara langsung dan objek cerminan atau refleksi dari kenyataan ) dan beberapa benda dari dimensi astral ( sebuah cairan dan lingkungan non fisik ). Real time zone melapisi dan meresapi keseluruhan alam fisik dan berisi refleksi sempurna dari realitas di dalamnya. Semuanya terjadi secara real-time - sebagai realitas yang sebenarnya terjadi – oleh karena itu dinamakan The real time zone. Dan ketika Real time projector saling bertemu mereka terlihat normal, berbeda ketika Real time projector terlihat oleh orang yang mempunyai kelebihan mereka akan terlihat seperti hantu, tembus pandang dan memiliki benang berwarna silver.26
26
Robert Bruce “ Astral Dynamics “. Di online kan https://www.dmtnexus.me/doc/Astral%20Dynamics.pdf. Di akses pada tanggal 16 September pukul 22.00
26
2.3.5 Cara melakukan Astral Projection Banyak orang yang takut melakukan Astral Projection karena mereka takut nantinya akan mati atau terluka, untuk melakukan Astral Projection yang aman kita perlu melakukan teknik Monroe langkah demi langkah.27 1. Langkah Pertama Tenangkan tubuh. Menurut Monroe, “kemampuan bersantai adalah prasyarat pertama, bahkan mungkin langkah pertama itu sendiri” untuk memiliki sebuah Astral Projection atau Out of Body Experience. Astral Projection termasuk relaksasi baik fisik maupun mental. Monroe tidak menyarankan metode untuk mencapai relaksasi ini, mungkin anda bisa mencoba relaksasi otot progresif, ditambah dengan latihan pernapasan metode relaksasi ini dikenal bekerja dengan baik. 2. Langkang Kedua Berlatih menguasai kondisi antara sadar dan tidak sadar, seperti yang anda alami ketika hampir tertidur. Hal ini dikenal sebagai keadaan hypnogogic. Sekali lagi, Monroe tidak merekomendasikan metode apapun untuk melakukan hal ini. Salah satunya adalah dengan memegang lengan bawah ke atas, sambil menjaga lengan atas anda pada tempat tidur, atau tanah. Ketika anda mulai tertidur lengan anda akan jatuh, dan anda akan bangun lagi. Dengan latihan anda dapat belajar untuk mengontrol keadaan hypnogogic 27
D. Scott Rogo “ Proyeksi Astral : Pengembangan Potensi Di Luar Badan Jasmani” Di online kan http://www.scribd.com/doc/28582657/Proyeksi-Astral/. Diakses pada tanggal 16 September pukul 21.30
27
tanpa menggunakan lengan anda. Cara lain adalah dengan berkonsentrasi pada obyek. Ketika gambar – gambar lainnya mulai memasuki pikiran anda, maka anda telah memasuki keadaan hypnogogic. 3. Langkah Ketiga Memperdalam apa yang telah anda kuasai pada fase kedua. Mulailah untuk menjernihkan pikiran anda. Amati bidang visi dengan mata tertutup pada kegelapan di depan anda. Setelah beberapa saat anda mungkin mulai melihat pola cahaya. Ini hanya debit saraf mereka tidak memiliki efek tertentu jadi abaikan saja. 4. Langkah Empat Masuk pada kondisi Getaran. Ini adalah bagian paling penting dari teknik ini, dan juga yang paling rumit. Banyak dari mereka yang menguasai Astral Projection telah mencatat getaran ini pada awal sesi. Mereka dapat dialami seperti kesemutan ringan, atau seolah-olah kesetrum listrik. Penyebabnya masih misteri. Ini sebenarnya mungkin tubuh astral berusaha meninggalkan tubuh fisik. Untuk masuk ke dalam fase getaran ini, ia menawarkan petunjuk berikut: Buka semua barang-barang perhiasan atau lainnya yang mungkin menyentuh kulit Anda. Gelapkan ruangan sehingga cahaya tidak dapat dilihat melalui kelopak mata Anda, jadi Anda tidak harus menutup semua cahaya.
28
Berbaringlah dengan tubuh Anda sepanjang sumbu utara-selatan, dengan kepala menunjuk ke arah utara magnetik. Longgarkan semua pakaian sehingga nyaman, tetapi tetap tertutup sehingga Anda sedikit lebih hangat. Pastikan Anda berada di lokasi dimana suara sama sekali tidak mengganggu Anda. Memasuki keadaan relaksasi. Beri diri Anda usulan mental yang membuat Anda bisa mengingat semua yang terjadi selama sesi selanjutnya. Ulangi lima kali. Ketika anda bernafas, berkonsentrasilah pada kekosongan di depan Anda. Ambillah sumbu imajiner dari ujung jari kali keatas setinggi tubuh Anda, lalu ambil ambil lagi sumbu imajiner tepat didahi Anda, tarikkak kedua tiitik itu membusur menjadi putaran 90 derajat. Fokus di sana dan jangkau getaran disitu dan bawa mereka kembali ke dalam tubuh Anda. Bahkan jika Anda tidak tahu apa getaran ini, Anda akan tahu ketika Anda telah mencapai kontak dengan mereka. 5. Langka Kelima Belajarlah
untuk
mengontrol
keadaan
getaran.
Berlatihlah
mengendalikannya mental dengan mendorongnya masuk dari kepala Anda, lalu ke jari kaki, sehingga membuat lonjakan seluruh tubuh, dan menghasilkan gelombang getaran dari kepala sampai kaki. Untuk menghasilkan efek gelombang, berkonsentrasilah pada getaran. Praktekkan
29
ini sampai Anda dapat menginduksi gelombang ini. Setelah Anda memiliki kontrol pada kondis getaran ini, Anda siap untuk meninggalkan tubuh. 6. Langkah Enam Mulailah dengan pemisahan parsial. Kuncinya di sini adalah kontrol pikiran. Menjaga pikiran Anda tetap terfokus pada gagasan meninggalkan tubuh. Jangan biarkan mengembara. Pikiran nyasar mungkin menyebabkan Anda kehilangan kontrol. Sekarang Anda telah memasuki fase getaran, mulai menjajaki OBE dengan merilis sebuah tangan atau kaki "tubuh halus". Monroe menunjukkan bahwa Anda perlu memperpanjang anggota badan sampai terjadi kontak dengan benda asing, seperti dinding dekat tempat tidur Anda. Kemudian dorong objek tersebut. Setelah itu kembalilah pada tubuh fisik Anda, turunkan tingkat getaran, dan kemudian mengakhiri percobaan. Berbaringlah dengan tenang sampai Anda telah sepenuhnya kembali normal. Latihan ini akan mempersiapkan Anda untuk pemisahan penuh. 7. Langkah Ketujuh Memisahkan diri dari tubuh. Monroe menyarankan dua metode untuk ini. Salah satu metode adalah untuk pergi keluar dari tubuh. Untuk melakukan ini, berpikir tentang merasakan lebih ringan dan lebih ringan setelah memasuki kondisi getaran. Pikirkan tentang bagaimana senangnya akan mengapung ke atas. Jauhkan pemikiran-pemikiran dari pikiran asing mengganggu. OBE akan terjadi secara alami pada saat ini. Metode lain adalah "Metode Rotasi" atau teknik"roll-out". Ketika Anda telah mencapai keadaan getaran, cobalah untuk
30
berguling seperti jika Anda membalik di tempat tidur. Jangan mencoba untuk berguling secara fisik. Cobalah untuk memutar tubuh halus Anda dari atas dan hampir berguling ke kanan dari fisik Anda. Pada titik ini, Anda akan keluar dari tubuh, tetapi masih di sebelahnya. untuk itu, pikirkan tubuh halus Anda melayang ke atas, dan Anda harus menemukan diri Anda mengambang di atas tubuh. 2.4 Representasi Representasi
pada
dasarnya
adalah
sesuatu
yang
hadir
namun
menunjukkan bahwa sesuatu diluar dirinyalah yang dia coba hadirkan. Representasi tidak menunjuk pada dirinya sendiri, namun kepada yang lain.28 Representasi juga merupakan tindakan menghadirkan atau mempresentasikan sesuatu lewat sesuatu yang lain di luar dirinya, atau biasanya berupa tanda atau simbol.29 Representasi merupakan penggambaran (perwakilan ) kelompok – kelompok dan institusi sosial. Penggambaran itu tidak hanya berkenaan dengan tampilan fisik dan deskripsi, melainkan juga terkait dengan makna ( atau nilai ) di balik tampilan fisik. Tampilan fisik representasi adalah sebuah jubah yang menyembunyikan bentuk makna sesungguhnya yang ada di baliknya.30
28
Yasraf Amir Piliang. “ Hipersemiotika Tafsir cultural studies atas matinya makna “. Jalasutra. Yogyakarta. 2003 hal 28 29 Yasraf Amir Piliang. “ Hipersemiotika Tafsir cultural studies atas matinya makna “. Jalasutra. Yogyakarta. 2003 hal 21 30 Graeme Burton. Membincangkan Televisi. Jalasutra. Yogyakarta dan Bandung. 2007 hal 41
31
Representasi juga berkaitan dengan produksi simbolik yaitu pembuatan tanda – tanda dalam kode – kode dimana kita menciptakan makna – makna. Dengan mempelajari representasi, kita mempelajari pembuatan, konstruksi makna, karenanya representasi juga berkaitan dengan penghadiran kembali ( re – presenting ), bukan gagasan asli atau objek fisikal asli, melainkan sebuah representasi atau sebuah versi yang dibangun darinya. 31 Penelitian ini ingin menjelaskan bagaimana proses representasi ini bekerja dalam film. Dengan membedahnya melalui segitiga makna pierce. Pierce sendiri menempatkan representasi sebagai suatu bentuk hubungan elemen – elemen makna, jadi representasi menurut pierce mengacu kepada bagaimana suatu itu ditandakan dan membentuk interpretent seperti apa lalu bagaimana segitiga makna itu beruntai menjadi suatu bentuk rantai semiosis sendiri. 32 2.5 Tanda dan makna Menurut Pierce, tanda ialah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas –batas tertentu. Tanda akan selalu mengacu ke sesuatu yang lain , oleh Pierce disebut objek. Mengacu berart mewakili atau menggantikan. Tanda baru dapat berfungsi bila diinterpresentasikan dalam benak penerima tanda melalui interpretant, jadi interpretant adalah pemahaman makna yang muncul dalam diri penerima tanda.33 Berdasarkan interpretant, tanda dibagi atas rheme, dicent sign dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang 31
Ibid hal 42 Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi - Aplikasi Praktis bagi penelitian dan skripsi komunikasi, 2011, jakarta, mitra wacana media, hal 122 33 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, Jalasutra, Yogyakarta , 2008 hal 13 32
32
menafsirkan berdasarkan pilihan, misalkan orang yang merah matanya dapat saja menandakan bahwa orang itu baru menangis atau menderita penyakit mata, atau baru bangun. Dicent sign adalah tanda yang sesuai dengan kenyataan, misal jika pada suatu jalan sering teradi kecelakaan, maka di terpi jalan di pasang rambu lalu lintas yang menyatakan bahwa disitu sering terjadi kecelakaan. Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu. 34 Berdasarkan berbagai klasifikasi tersebut Pierce membagi tanda menjadi sepuluh jenis : 35 1. Qualisign , yakni kualitas sejauh yang dimiliki tanda. Kata kerja yang menunjukkan sebuah tanda misalnya, suaranya keras yang menandakan orang itu marah atau ada sesuatu yang diinginkan. 2. Iconic Sinsign, yakni tanda yang memperlihatkan kemiripan contoh: foto, diagram, peta, dan tanda baca. 3. Rhematic Idexical Sinsign, yakni tanda berdasarkan pengalaman langsung,
yang
secara
langsung
menarik
perhatian
karenakehadirannya disebabkan oleh sesuatu. Contoh: pantai yang sering menyabut nyawa orang yang mandi di situ akan dipasang bendera bergambar tengkorak yang bermakna berbahaya, dilarang mandi disini.
34 35
Op.Cit Alex Sobur hal 42 Ibid, hal 42 - 43
33
4. Dicent Sinsign, yakni tanda yang memberikan informasi tentang sesuatu. Misalnya, tanda larangan yang terdapat di pintu masuk sebuah kantor. 5. Iconic Legisign, yakni tanda yang menginformasikan norma atau hukum. Misalnya, rambu lalu lintas. 6. Rhematic Indexical Legisign, yakni tanda yang mengacu kepada objek tertentu, misalnya kata ganti penunjuk. Seseorang bertanya, “Mana buku itu?” dan dijawab,”Itu!”. 7. Dicent Indexical Legisign, yakni tanda yang bermakna informasi dan menunjuk subjek informasi. Tanda berupa lampu merah yang berputar – putar di atas mobil ambulans menandakan ada orang sakit atau orang yang celaka tengah dilarikan ke rumah sakit. 8. Rhematic Symbol atau Symbolic Rheme, yakni tanda yang dihubungkan dengan objeknya melalui asosiasi ide umum misalnya, kita melihat gambar harimau. Lantas kita katakan harimau. Mengapa kita mengatakan demikian, karena ada asosiasi antara gambar dengan benda atau hewan yang kita lihat yang namanya harimau. 9. Dicent Symbol atau Proposition adalah tanda yang langsung menghubungkan dengan objek melalui asosiasi dalam otak. Kalau seseorang
mengatakan
“pergi!”
penafsiran
kita
langsung
berasosiasi pada otak, dan sertamerta kita pergi. Padahal proposi yang kita dengar hanya kata. Kata – kata yang kita gunakan yang
34
membentuk kalimat, semuanya adalah proposisi yang mengandung makna yang berasosiasi di dalam otak. Otak secara otomatis dan cepat menafsirkan proposisi itu dan seseorang segera menetapkan pilihan atau sikap. 10. Argument yakni tanda yang merupakan Iferens seseorang terhadap sesuatu berdasarkan alasan tertentu. Seseorang berkata, “Gelap” orang itu berkata gelap sebab dia menilai ruang itu cocok untuk dikatakan gelap. Dengan demikian argumen merupakan tanda yang berisi penilaian atau alasan, mengapa seseorang berkata begitu. Tentu saja penilaian tersebut mengandung kebenaran. Para pakar membahas lingkup makna yang lebih besar dengan membedakan makna denotatif dan makna konotatif. Spradley ( 1997 : 123) menjabarkan makna denotatif meliputi hal – hal yang dintunjuk oleh kata – kata (makna referensial). Piliang ( 1998 : 14 ) mengartikan makna denotatif adalah hubungan eksplisit antara tanda dengan referensi atau realitas dalam pertandaan tahap denotatif. Misalnya ada gambar manusia, binatang , pohon, rumah. Warnanya juga dicatat seperti merah, kuning, hijau, biru, putih, dan sebagainya. Pada tahapan ini hanya informasi data yang disampaikan. Spradley (1997 : 123) menyebut makna konotatif meiputi signifikasi sugestif dari simbol yang lebih daripada arti referensialnya. Menurut Piliang (1998 : 17) makna konotatif meliputi aspek makna yang berkaitan dengan perasaan dan emosi serta nilai – nilai kebudayaan dan ideoogi. Contohnya gambar wajah orang tersenyum dapat diartikan sebagai suatu keramahan dan kebahagiaan.
35
Tetapi sebaliknya, bisa saja tersenyum diartikan sebagai ekspresi penghinaan terhadapseseorang. Untuk memahami makna konotatif, maka unsur – unsur yang lain harus dipahami pula.36 2.6 Semiotika Semiotika secara etimologis, berasal dari kaya yunani yaitu semoin yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Sedangkan secara terminologis, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek – objek, peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. 37 Semiotika adalah ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tandatanda adalah perangkat yang dipakai dalam upaya mencari jalan didunia ini ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things) memaknai (sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (communicate). Memaknai berarti objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem tekstur dari tanda-tanda.38 Semiotika menurut Berger, memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand De Saussure (1857-1913) dan Charles Sander Peirce (1839-1914). Kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan diantara keduanya 36
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, Jalasutra, Yogyakarta , 2008 hal 20 Indiawan Kriyantono, semiotika komunikasi, mitra wacana media, 2011, hal 5 38 Alex Sobur. Op Cit. 2003 hal 15 37
36
tidak saling mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika Serikat. Latar belakang keilmuan Saussure adalah linguistik, sedangkan Peirce filsafat.39 2.7 Semiotika Charles Sanders Pierce Charles Sanders Peirce mendefinisikan semiotika sebagai suatu hubungan antara tanda, objek, dan makna. Maka analisis semiotika berusaha menjelaskan jalinan tanda atau ilmu tentang tanda, secara sistematik menjelaskan esensi, ciriciri, dan bentuk suatu tanda, serta proses signifikansi yang menyertainya. Peirce menggabungkan semiotika dengan logika yang mempelajari bagaimana manusia bernalar. Penalaran ini dilakukan melalui tanda-tanda. Tandatanda memungkinkan kita berfikir, berhubungan dengan orang lain, dan memberi makna pada apa yang ditampilkan alam semesta. Menurut Peirce, tanda-tanda linguistik memang merupakan kategori yang penting. Namun, bukan merupakan satu-satunya sistem tanda.40 Ia melakukan kajian mengenai semiotika dari perspektif logika dan filsafat dalam upaya melakukan sistematisasi terhadap pengetahuan. Dalam hal ini, Pierce menggunakan istilah representamen yang tak lain adalah lambang (Sign) dengan pengertian sebagai something which stands to somebody for something in some respect or capacity (sesuatu yang mewakili sesuatu bagi seseorang dalam sauatu hal atau kapasitas). Dari pemaknaan ini dapat
39
Yasraf Amir Piliang. Semiotika Komunikasi Visual Edisi Revisi. Jalasutra. Yogyakarta. 2009 hal 11 40 Panuti Sujiman dan Aart Van Zoest. Serba-Serbi Semiotika. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama. 1996 hal 1-2
37
dilihat bahwa bagi pierce, lambang mencakup keberadaan yang luas, termasuk pahatan, gambar, tulisan, ucapan lisan, isyarat bahasa tubuh, musik, dan lukisan. Pierce membedakan lambang menjadi tiga kategori pokok : ikon (icon), indeks (index), dan simbol (symbol). Disini yang dimaksud dengan ikon adalah a sign which determined by its dynamic object by virtue of its own internal nature (suatu lambang yang di tentukan cara pemaknaannya oleh objek yang dinamis karena sifat – sifat internal yang ada). Hal – hal seperti kemiripan, kesesuaian, tiruan, dan kesan – kesan atau citra menjadi kata kunci untuk memberikan makna – makna terhadap lambang yang bersifat ikonik. Istilah indeks menunjuk pada lambang yang cara pemaknannya lebih di tentukan oleh objek dinamis dengan cara being in a real to it ( keterkaitan yang nyata denganya). Proses pemaknaan lambang – lambang bersifat indeks tidak dapat bersifat langsung tetapi dengan cara memikirkan serta mengkait – kaitkannya. Beberapa hal dapat dicontohkan dalam hal ini, misalnya ada isyarat asap yang dengan itu orang lalu memaknainya sebagai api atau mungkin kebakaran. Simbol, dalam konteks semiotika, biasanya di pahami sebagai a sign which is determined by its dynamic object only in the sense that it will be so interpreted ( suatu lambang yang ditentukan oleh objek dinamisnya dalam arti ia harus benar – benar di interpretasi). Dalam hal ini interpretasi dalam upaya pemaknaan terhadap lambang – lambang simbolik melibatkan unsur dari proses belajar dan tumbuh atau berkembangnya pengalaman serta kesepakatan –
38
kesepakatan dalam masyarakat. Misalkan kemarahan suatu bangsa terhadap bangsa lain sering di ekspresikan dengan pembakaran bendera bangsa lain.41 Penelitian ini menggunakan teori Peirce melihat subjek sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses signifikansi. Model triadic dalam pandangan peice selalu berada dalam proses perubahan tanpa henti yang disebut proses semiosis tak terbatas (unlimited semiosis) yaitu proses penciptaan rangkaian interpretant tanpa akhir. Model triadik Peirce ini memperlihatkan tiga elemen
utama
pembentuk
tanda,
yaitu
representamen
(sesuatu
yang
merepresentasikan sesuatu yang lain), objek (sesuatu yang direpresentasikan), dan interpretant (interpretasi seseorang tentang tanda).42 Teori tersebut lebih dijelaskan dengan teori segitiga atau triangle of meaning makna dalam memahami komunikasi sebagai proses produksi makna. Segitiga ini terdiri dari sign, object dan interpretant. Ketiga hal tersebut dimodelkan seperti gambar berikut:43
41
Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. PT LkiS Pelangi Aksara. Yogyakarta. 2007 Hal 157 160 42 Yasraf Amir Piliang. Hipersemiotika Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna. Jalasutra. 2003 hal 267 43 Arthur Asa Berger. Pengantar Semiotika & Tanda-Tanda dalam Budaya Kontemporer. Yogyakarta. Tiara Wacana. 2010 hal 16
39
Sign
Interpretent
Object
Gambar 2.4 Unsur Makna dari Peirce Sign (tanda) adalah bagian yang merujuk pada sesuatu menurut cara atau berdasarkan kapasitas tertentu. Object (objek) adalah sesuatu yang dirujuk oleh tanda. Biasanya objek merupakan sesuatu yang lain dari tanda itu sendiri atau objek dan tanda bisa jadi merupakan entitas yang sama. Ada beberapa macam objek dalam teori semiotika yang dikemukakan Peirce, yaitu: a. Objek Representasi (objek sebagaimana direpresentasikan oleh tanda) b. Objek Dinamik (objek yang tidak bergantung pada tanda, objek inilah yang merangsang penciptaan tanda) Interpretant merupakan efek yang ditimbulkan dari proses penandaan atau bisa juga interpretant adalah tanda sebagaimana diserap oleh benak kita, sebagai hasil penghadapan kita dengan tanda itu sendiri. Panah dua arah pada unsur makna Peirce menekankan bahwa masingmasing istilah dapat dipahami hanya dalam relasinya dengan yang lain. Sebuah
40
tanda mengacu pada sesuatu diluar dirinya sendiri-objek, dan ini dipahami oleh seseorang, dan ini memiliki efek di benak penggunanya-interpretant 2.8 Teknik kamera dalam sebuah film, gambar tidak bisa di ambil seenaknya sendiri tanpa konsep yang jelas, karena dapat membingungkan penonton. 44 di dalam dunia fotografi, sinematografi atau videografi, terdapat istilah – istilah Close Up, Longshot, Medium Shot, dan lain sebagainya. Dan kita wajib memahami seberapa besar ukuran gambar untuk setiap istilah itu yang berlaku secara universal, dalam artian bisa di mengerti oleh insan film di seluruh dunia.45 Berikut teknik pengambilan gambar kamera. 46 1. Close Up Pengambilan gambar secara close up biasanya menjelaskan detail wajah seseorang sehingga ekspresinya akan tampak. Gambar close up untuk benda dimaksudkan menonjolkan detailnya. 2. Medium Close up Teknik pengambilan gambar ini dimaksudkan untuk meninjolkan mimik atau raut muka seseorang dan untuk menampilkan wajah aktor atau aktris secara utuh agar nampak rambut dan aksesorisnya.
44
Diki Umbara, Wahyu Wari Pintoko. “ How to Become a Cameraman “. Interprebook. Yogyakarta 2010 hal 98 45 Bambang Semedhi. Sinematografi – Videografi suatu pengantar. Ghalia Indonesia. Bogor 2011 hal 50 46 Ibid. Hal 55
41
3. Medium shot Teknik pengambilan gambar ini dimaksudkan untuk menekan wajah seseorang dan gerakan tanganya. Biasanya untuk menampilkan orang yang sedang berbicara dengan menggerak – gerakkan tangan sambil duduk/ 4. Knee shot Teknik pengambilan gambar yang diambil dengan ukuran dari lutut ke atas, dimaksudkan untuk menampilkan seseorang yang sedang berjalan dengan lambat, dengan harapan , dengan ekspresi wajahnya yang teteap terlihat, demikian juga dengan gerakan tanganya atau apa yang dibawa tanganya. 5. Full shot Teknik pengambilan gambar ini menampilkan seluruh tubuh manusia secara utuh dengan maksud untuk tetap bisa memperlihatkan wajah,mungkin ekspresi dan seluruh bagian tubuh. 6. Long shot Teknik pengambilan gambar ini mengambil ukuran pemandangan alam terbatas untuk menggambarkan pergerakan objek baik orang, benda bergerak, atau binatang. Dalam pengambilan gambar ini ekspresi tidak terlihat dengan jelas. 7. Extreme long shot Pengambilan gambar ini menunjukkan pemandangan alam secara luas atau untuk memperlihatkan kepada penonton suatu objek yang bergerak.
42
8. Establishing shot Shot yang dimaksudkan sebagai pengenalan ( biasanya pengenalan lokasi ) dengan maksud agar penonton mengetahui secara jelas posisi aktor atau situasi geografis setting (tempat).