BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi
2.1.1
Pengertian Komunikasi Pengertian Komunikasi Massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright, dalam
Liliweri 1991, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghunbungkan komunikator dan komunikan secara masal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. Definisi komunikasi massa yang sederhana dikemukakan oleh Bittner,
yakni:
Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.1 Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar dilapangan luas yang dihadiri oleh ribuan orang, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak mengunakan media massa maka itu bukan komunkasi massa. Media massa yang termasuk media massa adalah radio siaran, televisi. Keduanya dikenal sebagai media elektronik. Surat kabar dan majalah keduanya disebut sebagi media cetak serta media film. Film sebagai media komunikasi massa adalah film bioskop. Komunikasi pada hakikatnya adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai penyalurannya.2 “Menurut Harold Lasswell, cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan berikut: “Who Says What In Which Channel To Whom With 1
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Simbiosa Rekatama Media Bandung, Agustus 2004, hal3 2 Onong Uchjana Effendy, Ilmu teori dan filsafat komunikasi, Citra Aditya, Bandung. 1993. Hal 28
What Effect?” (Siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana?).” Model lasswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi 5 unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yaitu : a. Komunikator (communicator, source, sender) b. Pesan (message) c. Media (Channel, Media) d. Komunikan (Communicant, communicate, receiver, reciepent) e. Efek (effek, Impact, Influence) Berdasarkan definisi diatas, lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu dengan yang lain, yaitu: 1. Sumber (source), sering disebut sebagai pengirim (sender), penyandi (encoder), komunikator (communicator), pembicara (speaker) atau originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi, boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu Negara. 2. Pesan (message), yaitu apa yang dikomunikasiakan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat symbol verbal dan/atau non-verbal yang mewakili nilai, gagasan, atau maksud sumber tadi. Pesan mempunyai tiga komponen: makna, symbol, bentuk. Simbol terpenting adalah kata-kata (bahasa), yang dapat mereprensentasikan objek (benda), gagasan dan perasaan, baik ucapan maupun tulisan. 3. Saluran (channel/media), yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Pada dasarnya saluran komunikasi manusia adalah dua saluran, yaitu cahaya dan suara. Saluran juga merujuk pada cara penyajian pesan: apakah langsung (tatap-muka) atau lewat media cetak atau media elektronik (radio, televisi).
4. Penerima (receiver), sering juga disebut sasaran/tujuan (destination), komunikasi (communication), penyandi baik (decoder) atau khalayak (audience), pendengar (listener), penafsir (interprenter), yakni orang yang menerima pesan dari sumber. Berdasarkan pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir dan perasaan, penerima pesan ini. 5. Efek (effek, Impact, Influence), yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia
menerima pesan tersebut, misalnya terhibur, menambah pengetahuan, perubahan sikap, atau bahkan perubahan perilaku.
2.1.2
Teori S - O – R Model stimulus – respons (S-R) adalah model komunikasi yang paling dasar yang
dapat menginspirasikan munculnya teori jarum hipodemik, teori klasik yang mengenai proses terjadinya efek media massa yang sangat berpengaruh. Model ini di pengeruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik. Model tersebut menggambarkan hubungan stimilus - respons. Model ini menunjukan komunikasi sebagai suatu proses “aksi – reaksi” yang sangat sederhana. Prinsip stimulus – respons pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan suatu reaksi terhadap stimuli tertentu. Elemen-elemen dalam teori ini adalah :3 a. Pesan (stimulus, S) b. Seorang penerima (Organism, O) c. Efek (respons, R) Biasanya, hubungan antara elemen-elemen tersebut digambarkan dengan seperti ini : S
O
R
3
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengentar, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2005, hal 132
Prinsip stimulus – respons mengasumsikan “masyarakat massa”, bahwa pesan dipersiapkan dan distribusikan secara sistematik dan dalam skala yang luas. Asumsi stimulus – respons mengacu kepada isi media massa sebagai stimuli yang disebarkan dan menerpa individu akan menghasilkan respons tertentu yang berkaitan dengan stimuli yang diberikan. Artinya, media massa memiliki efek yang berlangsung dapat mempengaruhi individu sebagai audiens.
2.1.3
Fungsi Komunikasi Massa Komunikasi yang dilakukkan melalui media massa secara garis besar memiliki dua
fungsi pokok : fungsi terhadap masyarakat (societal Function) dan fungsi terhadap individu (individual function)4
2.1.3.1 Fungsi Komunikasi Massa Bagi Masyarakat Menurut Laswell dan Wright, fungsi komunikasi massa terhadap masyarakat terdiri atas : 1. Pengawasan terhadap lingkungan Fungsi pengawasan lingkungan petunjuk pada upaya pengumpulan ada penyebaran informasi mengenai berbagai peristiwa yang terjadi didalam masyarakat.
Media massa seperti
majalah, Koran, radio, televisi dan film menyebarkan segala kejadian atau peristiwa yang ada sehingga menjadi informasi bagi khalayak luas. 2. Korelasi antara bagian dalam masyarakat untuk menanggapi lingkungan. Fungsi korelasi meliputi interpretasi terhadap informasi dan preskripsi ( memberi petunjuk dan alternatif ) untuk mencapai consensus dalam mencegah konsekuensi-konsekuensi yang tidak diinginkan dapat terjadi, karena adanya informasi tentang lingkungan tersebut. Setiap 4
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala Erdinaya , Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Simbiosa Rektama Media, 2004 hal 7.22
sajian berita apalagi yang menjadi lingkup orang banyak akan menjadi stimuli bagi khalayak untuk memberikan tanggapan atau berbuat sesuatu. Apabila berita disajikan dengan publisitas yang berlebihan maka dapat menimbulkan mobilisasi yang berlebihan pula. 3. Sosialisasi atau pewarisan nilai-nilai Fungsi sosialisasi menunjuk pada upaya transmisi dan pendidikan nilai-nilai dan normanorma sosial yang penting dalam kehidupan akan selalu terjadi. 4. Hiburan Fungsi hiburan menujukkan pada upaya-upaya komunikatif yang bertujuan memberikan hiburan kepada khalayak luas. Bentuk-bentuk hiburan ini pada media massa cetak mencakup hal-hal seperti kehidupan glamour pada artis seni dan film, keindahan-keindahan tempat wisata, kota-kota bersejarah, music, olahraga, atau permainan-permainan.5
2.1.3.2 Fungsi Komunikasi Massa bagi Individu Komunikasi massa secara potensial memiliki fungsi bagi individu, diantaranya : Pengawasan atau pencarian informasi, mengembangkan konsep diri, fasilitas dalam hubungan sosial, membantu melegakana emosi pelarian dari ketegangan dan keterasingan, bagian dari kehidupan rutin atau ritualisasi6
5 6
Denis McQuail. Teori Komunikasi Massa, Erlangga. Jakarta. Hal 69 - 70 Ibid. Hal 72 – 73
Komunikasi massa merupakan sejenis kekuatan sosial yang dapat dicapai oleh komunikasi yang dilaksanakan melalui berbagai media (lisan, tulisan, visual/audio visual) perlu dikaji melalui metode tertentu yang bersifat analisis psikologis dan analisis sosial. Yang dimaksud analisis psikologis adalah kekuatan sosial yang merupakan hasil kerja dan berkaitan dengan watak serta kodrat manusia7 Donald K. Robert mengungkapkan, “efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa”. Oleh karena fokusnya adalah pesan, maka efek harus berkaitan dengan pesan yang disampaikan oleh media massa. Dalam proses komunikasi, pesan dalam media massa dapat menerpa seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung oleh karena itu, Stamm menyatakan “efek komunikasi massa terdiri atas primary effect dan secondary effect”
2.2
Film Sebagai Media Massa 2.2.1
Pengertian film
Film merupakan media komunikasi massa pandang dengan dimana film mengirimkan pesan atau isyarat yang disebut simbol, komunikasi simbol dapat berupa gambar yang terdapat didalam film. Gambar dalam film menunjukan kekuatan dalam menyampaikan maksud dan pengertian kepada orang lain. Gambar dapat menyampaikan lebih banyak pengertian dalam situasi-situasi tertentu ketimbang apa yang dapat disampaikan oleh banyak kata. Secara umum, film dipandang sebagai suatu media tersendiri. Film merupakan sarana
7
http://widhihartanto.wordpress.com//s=efek+komunikasimasi+massa
pengungkapan daya cipta dari beberapa cabang seni sekaligus dan produknya bisa diterima dan diminati layaknya karya seni8 Meskipun film merupakan penemuan baru pada abad kesembilanbelas, tetapi apa yang dapat diberikannya tidak terlalu baru dari segi isi atau fungsi. Film sebagai sarana baru digunakan untuk menghibur, memberikan informasi serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak dan sajian teknik lainnya kepada masyarakat umum9 Film dalam pengertian sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar, Tetapi dalam pengertian lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan televisi.10 Sedangkan menurut UU perfilman, fim adalah karya cipta seni dan budaya yang menyampaikan media komunikasi massa pandang dengar yang dapat dibuat berdasarkan atas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan atau hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, suara, yang dapat dipertunjukan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanisme elektronik dan atau lainnya11 Film sebagai media komunikasi massa sudah banyak dibicarakan karena sebagian besar rakyat Indonesia ( terutama yang tinggal dikota – kota ) hampir setiap hari bersentuhan dengan film, baik film yang diputar digedung bioskop maupun pesawat televisi. Namun kita harus melihat film sebagai “technical communication” dan social communication. Dari segi technical communication ia merupakan alat yang erat hubungannya dengan perkembangan teknologi, usaha manusia untuk menyempurnakan film dari segi teknologi tidak akan berhenti, kita tidak dapat memastikan sejauh mana batas kemampuan manusia dalam melengkapi film. Tapi segi ilmu sosial (terutama komunuikasi) kita harus melihat isi pesan yang ingin disampaikan melalui film.
8
Moekijat, Teori Komunikasi, Mandar Maju, Bandung, 1997, hal,150 Denis McQuail, hal.13 10 Op.cit Hafied cangara hal.138 11 UU Republik Indonesia No. 8 Tahun 1992 tentang perfilman. Bab 1, pasal 1, ayat 1 9
2.2.2 Fungsi Film Seperti halnya televisi, tujuan khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung informatif maupun edukatif bahkan persuasif. Hal ini pun sejalan dengan misi perfilman nasional sejak tahun 1979, bahwa selain hiburan, film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi pembinaan generasi muda. Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional dapat memproduksi film-film sejarah yang obyektif atau film dokumenter dan film yang diangkat dari kehidupan seharisehari secara berimbang.12 Fungsi film ada tiga yaitu : a. Fungsi Hiburan Dalam mensejahterkan rohani manusia karena membutuhkan kepuasan batin untuk melihat secara visual serta pembinaan b. Fungsi Penerangan Dalam film segala informasi dapat disampaikan secara audio visual sehingga dapat mudah dimengerti c. Fungsi Pendidikan Dapat memberikan contoh suatu peragaan yangbersifat mendidik, tauladan didalm masyarakat dan mempertontonkan perbuatan-perbuatan yang baik.13 12
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu pengantar, Simbiosa Media Bandung, Agustus 2004, hal 136
Rekatama
2.2.3
Unsur-unsur Film Produksi film melibatkan sejumlah tenaga keahlian kreatif yang menghasilkan bahasa
film yang harus dikenalai karena film bercerita tentang kehidupan dan segala hal didunia, sehingga penting untuk mengenali dan memahami teknik-teknik visual , dan unsur-unsur film sebagai berikut:14
1. Eksekutif Produser 1. Mmemiliki kemampuan menuangkan ide dalam pembuatan film 2. Mengelola dan melakukkan koordinasi 3. Kontribusi dan distribusi pekerjaan secara sistematis 2. Produser 1. Harus mampu menuangkan ide proposal 2. Mampu memimpin dan bekerjasama dengan seluruh unsur yang terlibat Tugas Pokok: 1. menciptakan dan mengembangkan ide untuk produksi film 2. Membuat desain produksi film 3. Menentukan tim kreatif 4. menetukan satuan kerja produksi 5. Menyusun anggaran produksi film
3. Sutradara 1. Seorang yang ditunjuk bertangung jawab secara teknis pelaksaana produksi
suatu
film 13 14
Buku sejarah PPH UI, Jakarta,1998, hal 48. Sani, Asrul. Cara Menilai Sebuah Film. 1986, Jakarta: Yayasan Citra
2. Memegang peranan strategis dalam sebuah produksi acara siaraan Tugas pokok: a. Pra produksi 1. Mengikuti dan mencatat hasil pertemuan produksi film 2. Melakukkan pendekatan produksi dan mendiskusikan dengan produser 3.Bekerjasama dengan produser dan penulis naskah jika akan
mengembangkan
naskah 4. Mendiskusikan hasil pendekatan produksi (teknik dan artistik) dengan
kerabat
kerja produksi 5. Merencanakan bentuk pengambilan gambar dan pergerakan kamera dalam bentuk recording plan b. Produksi 1. Memimpin rangkaian produksi dibantu asisten pengarah acara/pengarah laporan c. Pasca produksi 1. Memimpin pelaksanaan penyuntungan 2. Menentukan pemakaian ilustrasi musikdalam pelaksaaan mixing
4. Penulis Skenario Skenario film atau script diibaratkan kerangka bagi tubuh manusia. Skenario yang baik dinilai dari efektifitasnya sebagai cetak biru untuk sebuah film. Skenario film harus disampaikan dalam deskripsi visual dan harus mengandung ritme adegan beserta dialog yang selaras dengan tuntunan sebuah film. Dan harus mengandung ritme adegan beserta dialog yang selaras dengan tuntunan sebuah film.
5.Penata Artisitik Tata artistik berarti penyusunan segala sesuatu yang melatarbelakangi cerita film atau yang disebut dengan setting, Setting adalah tempat berlansungnya cerita film yang memebrikan informasi lengakap. Seseorang yang ahli dalam menata ruang atau lokasi pengambilan gambar sesuai dengan yang dikehendaki scenario
6. Penata Fotografi Penata Fotografi atau juru kamera bekerjasama dengan sutradara untuk menentukan jenis shoot, jenis lensa, membuat komposisi yang hendak direkam, ia juga bertangung jawabmmeriksa hasil shooting dan pengawas pada proses film laboratorium agar mendapatkan hasil karya yang bagus.
7.Cast/Pemain Akting film dapat diartikan berlaku sebagai orang lain Seorang pemeran harus memeiliki kecerdasan untuk menguasai diri dan melakukkan pengamatan serta latihan sebelum melakukkan syuting. Berikut syarat kita dalam menikmati shooting a. Kecakepan pemain dalam menampilkan emosi tertentu. b. Make Up yang memuaskan.
2.2.4
Jenis Tema Film Jenis Film adalah sebagai berikut
1.Drama
Tema ini mengangkat aspek – aspek human intrest sehingga sasarannya adalah perasaan penonton untuk merasai kejadina yang menimpa tokohnya. Tema ini dikaitkan dengan latar belakang kejadiaanya, Seperti kejadian disekitar keluarga maka disebut drama keluarga. 2.Action Tema ini dikatakkan sebagai film yang berisi pertarungan secara fisik antara tokoh baik dan tokoh jahat.
3.Komedi Film komedi adalah drama yang lucu dan penuh keceriaan. Film komedi ini tidak hanya harus dimainkan oleh pelawak, tetapi juga bisa oleh pemain film biasa dan selalu menawarkan sesuatu yang membuat orang tersenyum atau tertawa. Ada 2 jenis komedi yaitu komedi slapstick yan memperagakan adegan konyol seperti dilempar kue, dan situation comedy (sitcom) yang menghadirkan adegan lucu dari situasi yang dibentuk dalam alur dan irama film. 4. Tragedi Tema ini menitikberatkan pada nasib manusia, sebuah film dengan akhir cerita nasib tokoh utama yang selamat dari perampokan, pembunuhan dan lainnya. 5. Horor Film horror adalh film yang menawarkan suasana mankutkan dan menyeramkan yang membuat bulu kuduk penontonnya merinding, Suasana horror bisa dibuat dengan animasi, special effect atau tokoh- tokoh dalam film. 6. Drama Action
Drama action menyuguhkan suasan drama dan adegan-adegan “pertengkaran fisik”. Biasanya film dimulai dengan suasana :”drama” setelah suasana tegang berupa “pertengkaran – pertengkaran”. 7. Komeditragi Suasana komedi ditonjolkan lebih dahulu kemudian
disusulkan dengan suasana
komedi. 8. Komedi Horor Film ini menampilkan film horror yang berkembang, kemudian diplesetkan menjadi komedi. Unsur Ketegangan yang bersifata menakutkan menjadi lunak karena unsure tersebut dikemas dengan adegan komedi. 9.Parodi Tema ini merupakan duplikasi dari tema-tema tertentu yang diplesetkan (disindirkan). Jadi tema parodi berdimensi duplikasi film yang sudah ada lantas didokumentasikan 10. Musikal Merupakan jenis film yang didisi dengan lagu-lagu
maupun irama melodious
dikonsep sesuai dengan kehadiran lagu – lagu dan irama melodious. 11. Fim Pendidikan Secara konseptual film pendidikan merupakan suatu tayangan yang bertujuan untuk merubah perilaku seseorang baik untuk kognitif, afektif, maupun psikomotor, dan tidak bersifat profit oriented. Film pendidikan merupakan suatu kemasan cerita yang memiliki tujuan yang jelas untuk memberikan suatu tontonan berdasarkan realitas kehidupan masyarakat. Jenis – jenis film inilah yang dikemas oleh seorang sutradara sesuai dengan tendensinya masing – masing. Ada yang tujuannya sekedar menghibur, memberi penerangan, atau mungkin kedua-duanya, Ada juga yang memasukan dogma-dogma tertentu sekaligus
mengajarkan pada khalayak penonton, sehingga film dianggap cukup penting dalam penyampaian pesan yang dapat membangun karakter orang.15
2.2.5
Film Sebagai Media Pembelajaran Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee,
1997). Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampaian pesan atau media.16 Media pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa syarat. Media pembelajaran harus meningkatkan motivasi pembelajar. Pengunaan media mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada pembelajar. Selain itu media juga harus merangsang pembelajar mangingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru. Media yang baik juga akan mengaktifkan pembelajar dalam memberikan tangapan, umpan balik dan juga mendorong mahasiswa untuk melakukan praktek-praktek dengan benar. Menurut Azhar Arsyad, film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Sama halnya dengan film, video dapat menggambarkan suatu obyek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai17.
15
Askurifai Baskin, Membuat Film Indie Itu Gampang, Kataris, Bandung, 2003. Hal:93 www.ialf.edu 17 Asnawir dan M. Basyirudin Usman. Media pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press. 2002. 16
Fungsi film dalam proses pembelajaran terkait dengan tiga hal, yaitu untuk tujuan kognitif, untuk tujuan psikomotor, dan untuk tujuan afektif. Dalam hubungannya dengan tujuan kognitif, film dapat digunakan untuk: 1.Mengajarkan pengenalan kembali atau pembedaan stimulasi gerak yang relevan, seperti kecepatan obyek yang bergerak, dan sebagainya. 2.Mengajarkan aturan dan prinsip. Film dapat juga menunjukkan deretan ungkapan verbal, seperti pada gambar diam dan media cetak.Misalnya untuk mengajarkan arti ikhlas, ketabahan, dan sebagainya. 3.Memperlihatkan contoh model penampilan, terutama pada situasi yang menunjukkan interaksi manusia. Dalam
hubungannya
dengan
tujuan
psikomotor,
film
digunakan
untuk
memperlihatkan contoh keterampilan gerak. Media ini juga dapat memperlambat atau mempercepat gerak, mengajarkan cara menggunakan suatu alat, cara mengerjakan suatu perbuatan, dan sebagainya. Selain itu, film juga dapat memberikan umpan balik tertunda kepada audiens secara visual untuk menunjukkan tingkat kemampuan mereka dalam mengerjakan keterampilan gerak, setelah beberapa waktu. Dengan hubungannya dengan tujuan afektif, film dapat mempengaruhi emosi dan sikap seseorang, yakni dengan menggunakan berbagai cara dan efek. film merupakan alat yang cocok untuk memperagakan informasi afektif. Menurut Yudhi Munadi jenis – jenis film untuk konteks pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut: a.FilmDokumenter
Menurut
Heinich dkk. (1985: 212) film dokumenter adalah film yang dibuat berdasarkan fakta bukan
fiksi dan bukan pula memfiksikan yang fakta. Pola penting dalam film ini menurutnya, adalah menggambarkan permasalahan kehidupan manusia meliputi bidang ekonomi, budaya, hubungan antar manusia, etika dan lain sebagainya. Film dokumenter juga bisa menampilkan rekaman penting dari sejarah manusia. Misalnya, film tentang dampak globalisasi terhadap sosial budaya di suatu daerah atau negara, film tentang sejarah kemerdekaan Indonesia. b.Docudrama
Docudrama yaitu
film dokumenter yang membutuhkan pengadegan. Kisah – kisah yang ada dalam docudrama adalah kisah yang diangkat dari kisah nyata dari kehidupannyata, bisa diambil dari sejarah. Misalnya, kisah teladan para Nabi dan Rasul. c.Film drama atau semidrama Film drama atau semidrama keduanya melukiskan human relation. Tema-temanya bisa dari kisah nyata dan bisa juga tidak dari kisah nyata, yakni dari nilai-nilai kehidupan yang kemudian diramu menjadi sebuah cerita. Misalnya tentang penyesalan orang kafir, dihukum karena pelit, dan sebagainya18
2.3
Efek Media Massa
2.3.1
Pengertian Efek Schram dalam bukunya “ How Comunication Work” menggolongkan efek
komunikasi massa kedalam efek yang bersifat umum dan khusus. Efek yang bersifat umum menyangkut efek dasar yang diramalkan terjadi akibat pesan-pesan yang disiarkan melalui media massa. Sedangkan efek yang bersifat khusus menyangkut tentang efek yang
18
Yudhi Munaadi. Media pembelajaran: Sebuah pendapatan baru. Gaung Persada,Ciputat: 2008
diperkirakan atau timbul pada individu-individu dalam suatu kumpulan massa pada perilaku mereka dalam menerima pesan-pesan media massa19 Efek merupakan pengaruh yang timbul dari suatu pesan yang disampaikan, pengaruh yang timbul dapat berupa pengetahuan, mengubah sikap dan menggerakan perilaku kita. Dalam ilmu jiwa sosial terdapat gejala apa yang disebut identifikasi psikologi, Dalam melihat atau lebih tegas lagi, dalam menghayati sebuah film, kerap kali penonton menyamakan seluruh pribadinya dengan salah satu pemeran dalam film itu, Penonton bukan saja dapat memahami atau merasakan apa yang dipikirkan atau dialami pemain itu dalam menjalankan peranannya, tetapi lebih baik lagi daripada itu antara pemain dan penonton hampir tidak ada lagi perbedaan. Penonton asik sekali mengikuti peristiwa dalam film itu, sehingga ia merasa bersangkutan dengan film itu dengan perkataan lain, ia mengira bahwa ia sendiri yang jadi pemerannya.20
2.3.2
Proses Terjadi Efek Umumnya
apa yang disajikan media massa secara langsung atau kuat memberi
rangsangaan atau berdampak kuat pada diri audien. Audien, anggota dari masyarakat dianggap mempunyai ciri khusus yang seragam dan dimotivasi oleh faktor biologis dari lingkungan serta mempunyai sedikit control, tidak ada campur tangan diantara pesan dan penerima, Artinya, pesan yang sangat sederhana akan jelas dan sederhana pula direspon. Jadi, antara penerima dengan pesan yang disebutkan oleh pengirim tidak ada perantara atau langsung diterimanya. Dalam literatur komunikasi massa, ini sering disebut dengan istilah teori jarum hipodemik atau teori peluru. Alasannya isi senapan langsung mengenai sasaran
19
Siti Karlina, Betty Soemirat dan Lukiati, Komunikasi Massa , Universitas Terbuka, Jakarta: 2000, hal . 45-47. 20 Onong Uchana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditia Bakti, Bandung: 2003, hal.207
tanpa perantara. Hal ini artinya, pesan yang dikirimkan akan langsung mengenai yakni penerima pesan. Dalam proses komunikasi pada media massa, akibat dari pesan yang disampaikan oleh komunikator akan terjadi suatu perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, dan dipersepsikan khalayak dalam dirinya. Perubahan ini merupakan sikap pengenalan dan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan atau informasi yang disebut efek kognitif. Setelah pengetahuan khalayak berubah akibat suatu pesan, maka akan timbul perubahan pada apa yang akan dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Lalu akan terbentuklah citra baru akan tayangan tersebut. Perubahan ini ada hubungannya dengan emosi sikap, atau nilai khalayak terhadap suatu tayangan. Perubahan ini disebut dengan
efek
afektif. Tahap berikutnya, Setelah khalayak mempunyai emosi atau timbul suatu tayangan, maka secara tidak sadar akan terjadi perubahan perilaku khalayak yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku dalam kehidupannya. Perubahan ini disebut efek konatif.21
2.3.3
Jenis Efek Media Massa Menurut Mc Combs dan Show (1974). Efek media masa adalah kemampuan untuk
menimbulkan perubahan kognitif diantara individu-individu, telah dijuluki sebagai fungsi agenda setting dari komunikasi massa. Disinilah terletak efek komunikasi massa yang terpenting, kemampuan media menstruktur dunia buat kita. Adanya asumsi yang diingatkan bahwa efek yang ditimbulkan media massa hanya mampu pada tahap kognisi dan afeksi meskipun bisa berkelanjutan ketahap kondisi dengan syarat memenuhi unsure-unsur tertentu serta adanya anggapan bahwa sangat sulit untuk 21
Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa. Hal 165-166
mengukur dampak, pada penelitian ini penulis menitikberatkan pada dua tahap efek media massa yaitu efek kognitif dan efek afektif. 1. Efek Kognitif Efek kognitif adalah dampak yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. Dengan kata lain,
tujuan komunikator
hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran dari komunikan. Pengetahuan dan kesadarannya terjadi pada tahap kognitif. Efek kognitif yang timbul pada film “Komunikasi Dokter Pasien” yang disaksikan oleh khalayak tetntunya berkaitan dengan isi cerita , tema cerita serta tokoh dalam film tersebut. Tentang tahap pengetahuan khalayak melihat melalui tahap-tahap yang dijelaskan Everett M. Rogers : a. Awarness Knowledge, yaitu tingkat kesadaran, pengetahuan mengenai
keberadaan suatu
ide, produk jasa tertentu b. How to Knowledge, yaitu tingkat pengetahuan yang meliputi informasi yang diperlukan mengenai pamakaian atau pengunaan suatu ide, produk dan jasa c. Principle Knowledge, yaitu tingkat pengetahauan yang berhubungan dengan prinsip suatu ide , produk atau jasa tertentu.
2. Efek Afektif Efek afektif timbul apabila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak. Dalam model komunuikasi pada tahap belajar efek afektif merupakan efek lanjutan dari efek kognitif. Komunikator tidak hanya berubah dalam tingkat pengetahuan melainkan efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap dan pendapat.
Tahap afektif, meliputi kesedian untuk mencari lebih banyak informasi, evaluasi terhadap pesan, minat untuk mencoba dan melakukannya. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994) membagi ranah afektif menjadi lima aspek yaitu: a. Receiving (penerimaan) Merupakan tingkat afektif yang terendah, meliputi penerimaan secara pasif terhadap suatu masalah, situasi, gejala, nilai dan keyakinan. Misalnya mendengarkan dengan seksama penjelasan guru mengenai energi dan panas b. Responding (jawaban) Merupakan bagian afektif meliputi keinginan dan kesenangan menanggapi atau merealisasikan sesuatu sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Misalnya menyerahkan laporan praktikum/tugas tepat waktu
c. Valuing (penilaian) Mengacu pada nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tertentu. Reaksi-reaksi yang dapat muncul seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan. Misalnya menunjukan rasa tanggung jawab terhadap
alat-alat
laboratorium yang dipakai waktu praktikum dan bersikap jujur dalam kegiatan pembelajaran d. Organization (organisasi) meliputi konseptualisasi nilai-nilai. Sikap-sikap yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal. Sikap yang ditunjuk misalnya mampu menimbang akibat positif dan negatifnya tentang kemajuan sains terhadap kehidupan manusia
e. Characterization (karakteristik) Merupakan kepaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkahlakunya. maisalnya bersedia mengubah pendapat jika ditunjukan bukti-bukti yang tidak mendukung pendapatnya 3. Efek Konatif Berisi perilaku dalam respon menunjukan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada, dalam diri seorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapi.22 2.4
Khalayak
2.4.1
Definisi Khalayak Khalayak merupakan faktor penentu keberhasilan komunikasi, karena komunikator
tentunya patokan keberhasilan upaya komuniksi yang dilakukkan itu merupakan pesan-pesan yang disampaikan melalui suatu saluran media dapat diterima sampai khalayak sasaran, dipahami dan mendapatkan tanggapan positif, dalam arti sesuai dengan harpan yang diinginkan sikomuniktor. Karena itulah, dalam merancang suatu kegiatan komunikasi, melalui saluran komunikasi personal atau melalui media massa, hendaknya berorientasi ke khalayak. Oleh sebab itu Schram menyatakan bahwa sebelum komunikator mempengaruhi khalayak melalui pesan – pesan yang disebarluaskan, khalayak telah terlebih dahulu mempengaruhi komunikator.23 Dengan berbagai fungsi media massa seperti diatas, maka akan mengakibatkan terjadinya hubungan komunikator dengan khalayak penonton, sehingga akan mengakibatkan berbagai kelompok serta berbagai lapisan masyarakat, dari mereka yang berusia anak-anak 22
Op.cit, Onong Uchana Effendy, hal 7 Sasa Djuarsa, Pengantar ilmu Komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka. 1998. Hal 55.
23
sampai berusia lanjut, serta mereka yang berpendidikan rendah sampai pendidikan tinggi dan sebagainya. Dalam keadaan masyarakat yang semakin berkembang seperti sekarang ini, sangat memungkinkan setiap anggota masyarakat melakukkan komunikasi antara satu dengan yang lainnya, demikian pula dengan kelompoknya atau dengan kelompok lain. Hal yang demikian pula akan mengakibatkan tumbuhnya kepercayaan diri mereka, sehingga memudahkan menerima rangsangan tertentu, yang akhirnya mengakibatkan semakin meningkatnya kebutuhan–kebutuhan kehidupan mereka dan yang lebih penting lagi semakin meningkatnya wawasan hidup mereka, yang berarti pula akan memperluas bidang kegiatan. Karakteristik penonton media ini berbeda dengan mereka penonton bioskop. Kalau Penonton televisi bersifat individual, sedangkan penonton film bioskop bersifat Crowded Audience, seperti halnya penonton digedung kesenian dan sebagainya, sehingga mereka dalam keadaan Mental Isolation.24 Dengan demikian pengertian khalayak adalah sekumpulan orang yang terorganisir dalam tempat dan waktu tertentu, dimana masing – masing secara sukarela datang kesuatu tempat karena memiliki perhatian yang sama, serta tujuan yang kurang lebih sama pula yakni ingin memperoleh hiburan.
2.4.2
Karakteristik Khalayak Jenis-jenis karakteristik khalayak dalam sasarannya yaitu : a. Khalayak sebagai pengarap informasi Terjadi pada pihak penerima khalayak bersifat “selektif”. Pihak penerima pesan saat berhadapan dengan “bentuk informasi” maka akan melakukkan “decoding” (penerima atau penginterpretasikan kode
24
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, Hal.8-9.
b.
Khalayak sebagai “problem solver” Khalayak tidak terlepas dari permasalahan kehidupan yang dihadapi mereka
masing – masing tujuan optimal tentunya meniadakan keseluruhan permasalahan tujuan minimal meringankan beban yang ditimbulkan oleh permasalahan yang ada c. Khalayak sebagai mediator Pada dasarnya proses penyebaran informasi tidak berhenti pada khalayak sasaran langsung sebagai barisan pertama. Penyebaran informasi bisa melalui barisan dan bertahap
d. Khalayak sebagai yang menjadi pembela Hal ini terjadi karena adanya suatu yang baru mempengaruhi keyakinan atau karena faktor – faktor lainnya. e. Khalayak sebagai anggota kelompok Yang dimaksud kelompok adalah formal disini antara lain misalnya POLRI, KORPRI, serikat buruh. Sedang kelompok seperti kelompok pecinta alam, kelompok olahraga termasuk kelompok informal. f. Selera khalayak Adalah manusaiwi apabila tiap orang mempunyai selera yang berbeda satu sama lainnya. Media massa tercetak seperti surat kabar dan majalah dan media elektronik. g. Khalayak sebagai kelompok
Masyarakat terdiri dari kelompok – kelompok yang mempunyai cirri – cirri tertentu, bisa menyangkut cirri demografis seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, asal kesukuan, dan lain – lain. 25
2.4.3
Khalayak Mahasiswa Definisi mahasiswa menurut kamus lengkap bahasa Indonesia (kamisa, 1997) bahwa
mahasiswa merupakan individu yang belajar di perguruan tinggi. Mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No.3o tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar diperguruan tinggi tertentu. Selanjutnya menurut sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran diperguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun. Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi.Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang sering sekali syarat dengan berbagai sertifikat. Mahasiswa menurut Knopfemacher (dalam uwono,1978) adalah merupakan insaneinsan calon sarjana yang dalam keterlibatannya dengan perguruan tinggi (yang makin menyatu dengan masyarakat), dididik dan diharapkan menjadi calon-calon intelektual. Mahasiswa menurut A.Malik Fadjar dan Muhajir Effendy adalah mereka merupakan asset masa depan bangsa, karena merekalah yang paling berpeluang untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, dimana keduanya menjadi penyelesai utama bagi tantangan kehidupan berbangsa masa kini dan masa mendatang.
Montgomery dkk dalam Papalia
dkk (2007) menjelaskan bahwa perguruan tinggi atau universitas dapat menjadi sarana atau
25
Sasa Djuarsa Sandjaya, Pengantar Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka 1998. Hal. 55
tempat untuk individu dalam mengembangkan intelektual, kepribadian, khususnya dalam melatih ketrampilan verbal dan kuantitatif, berpikir kritis dan moral reasoning Mahasiswa merupakan satu golongan dari masyarakat yang mempunyai dua sifat yaitu, muda dan calon intelektual, dan sebagai calon intelektual mahasiswa harus mampu berpikir kritis terhadap kenyataan sosial, sedangkan sebagai manusia muda, mahasiswa seringkali
tidak
mengukur
resiko
yang
akan
terjadi
pada
dirinya
(Djojodibroto,2004). Mahasiswa dalam perkembanganya berada pada kategori remaja akhir yang berada dalam rentang usia 18-21 tahun (monks dkk, 2001), menurut (papalia dkk, 2007) usia ini berada dalam tahap perkembangan dari remaja atau menuju dewasa muda. Pada usia ini, perkembangan individu ditandai dengan lingkungan terhadap perilaku.
pencarian identitas diri dan pengaruh
