BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Komunikasi Massa Menurut Defluer dan Dennis McQuail komunikasi massa adalah suatu
proses
dimana
komunikator-komunikator
menggunakan
media
untuk
menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan secara terus menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak-khalayak yang besar dan berbedabeda dengan melalui berbagai cara.8 Adanya perkembangan yang pesat di bidang teknologi komunikasi seperti intrenet, newsgroup, mailing list, World Wide Web, televisi kabel multisaluran, dan perbincangan di radio dan televise yang bersifat interaktif menimbulkan pertanyaan apakah semua ini merupakan media komunikasi massa atau bukan. Itu pula sebabnya definisi tentang komunikasi massa juga mengalami perubahan. Perkembangan yang paling mutakhir adalah munculnya media telematika seperti telex dan videotext. Media telematika mencakup beberapa unit seperti layar gambar, jaringan computer, sistem transmisi, sistem miniaturisasi, sistem penyimpanan, sistem pencarian, dan sistem pengendalian.
8
Riswandi, Ilmu Komunikasi, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009 hal 102
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
2.1.1
Karakteristik Komunikasi Massa
1. Komunikasi terlembagakan
:
Ciri Komunikasi yang pertama adalah
komunikatornya terlembagakan. Sebagaimana sudah diketahui sesuai definisi yang dikemukakan diatas, bahwa komunikasi massa itu pastimenggunakan media massa, baik cetak maupun elektronik. Apabila pesan itu akan disampaikan melalui surat kabar, maka prosesnya adalah sebagai berikut : Komunikator menyusun pesan dalam bentuk artikel yang dirancang oleh media yang bersangkutan. Selanjutnya pesan tersebut diperiksa oleh penanggung jawab rubrik atau oleh pemimpin redaksi untuk mengetahui apakah tulisan tersebut sudah sesuai dengan visi dan misi surat kabar yang bersangkutan. Untuk media televise sebagai bagian media komunikasi massa mempunyai cara kerja yang lebih rumit dan melibatkan banayak orang serta menggunakan peralatan yang jauh lebih kompleks dan canggih. 2.
Komunikasi melalui media massa pada dasarnya ditujukan kepada khalayak yang luas, heterogen, anonym, tersebar, dan tidak mengenal batas geografis dan kultural. Khalayak yang heterogen artinya bahwa mereka berbeda atau beraneka ragam dalam hal latar belakang pendidikan, penghasilan, suku bangsa, agama, dan sebagainya. Khalayak yang anonym artinya bahwa diantara pembaca Koran, pendengar radio, atau pemirsa televise terpisah dan tidak saling mengenal satu sama lain. Diantara pembaca surat kabar, pendengar radio atau pemirsa televise saling terpisah satu sama lain. Khalayak juga tersebar dan tidak mengenal satu sama lain. Diantara pembaca surat kabar, pendengar radio dan pemirsa televise saling terpisah satu sama
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
lain. Khalayak juga tersebar dan tidak mengenal batas usia, tempat tinggal, kelompok-kelompok sosial, golongan dan sebagainya. 3.
Bentuk kegiatan melalui media massa bersifat umum dalam arti perorangan atau pribadi. Isi pesan yang disampaikan menyangkut kepentingan orang banyak, tidak menyangkut kepentingan orag perorangan atau pribadi.
4. Pola penyampaian pesan media massa berjalan secara cepat dan mampu menjangkau khalayak luas, bahkan mungkin tidak terbatas baik secara geografis maupun cultural. Karena karakteristik demikian media massa disebut sebagai message multiplier, artinya mempunyai kemampuan untuk menyampaikan pesan secara cepat dan mampu menjangkau khalayak luas. 5. Penyampaian pesan melalui media massa cenderung berjalan satu arah. Umpan balik/feedback dari khalayak berlangsung secara tertunda/ delayed feedback. Umpan balik khalayak atas isi pesan suatu media massa dapat berupa tindakan meneruskan atau berhenti membaca koran, mendengar radio, atau menonton televisi. Sedangkan umpan balik yang ditujukan kepada media massa antara lain dengan mempermasalahkan kebenaran atau kekuatan suatu berita, kritik terhadap cara-cara penyampaian berita, atau dukungan terhadap pesan tertentu. 6. Kegiatan komunikasi melalui media massa dilakukan secara terencana, terjadwal,dan terorganisasi. Komunikator pada media massa bekerja melalui aturan organisasi dan pembagian kerja yang jelas. Identitas yang dibawakan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
bukan semata-mata identitas pribadi, tetapi justru yang ditonjolkan adalah identitas organisasi dan kelompok. 7. Penyampaian pesan melalui media massa dilakukan secara berkala. Artinya pesan-pesan media massa itu disebarkan kepada khalayak tidak bersifat temporer atau sewaktu-waktu, melainkan secara tetap, misalnya setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, setiap jam, dan sebagainya. 8. Isi pesan yang disampaikan melalui media massa mencakup berbagai aspek kehidupan seperti ekonomi, politik, sosial budaya, dan keamanan, baik yang bersifat informatif, edukatif, maupun hiburan. 9. Media massa mengutamakan unsur isi dari pada hubungan. Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan hubungan. Dalam komunikasi antar pribadi, unsur hubungan memainkan peranan penting. Misalnya dalam percakapan antara dua orang teman dalam kehidupan sehari-hari, pesan yang disampaikan atau topik yang dibicarakan tidak menggunakan standar atau sistematika tertentu yang sudah baku seperti ada pendahuluan, permasalahan, pembahasan, dan kesimpulan. Disamping itu dalam percakapan seperti ini topic yang dibahas dapat berubah atau berganti-ganti yang satu dengan lainnya. Sebaliknya pada level komunikasi massa, unsur isi memainkan peranan penting. Misalnya pesan yang akan disampaikan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem dan aturan/teori tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
10.
Media
massa
menimbulkan
keserempakan.
Kelebihan
komunikasi
massadibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah, komunikasi/khalayak yang menjadi sasaran pesan yang heterogen, luas dan anonym tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan menerima pesan yang sama pula. 11. Kemampuan respon alat indera terbatas. Cara komunikasi massa lainnya yang merupakan
kelemahannya
adalah
kemampuan
alat
indera
terbatas.
Dibandingkan dengan komunikasi antar pribadi dimana seluruh alat indera pelaku komunikasi (dalam hal ini adalah komunikator dan komunikan) dapat digunakan secara maksimal. Dalam hal ini, kedua belah pihak dapat melihat, mendengar, bahkan mungkin mencium dan merasakan secara langsung. Sebaliknya dalam konteks komunikasi massa, kemampuan respon alat indera bergantung pada jenis media massa yang ada atau yang tersedia. Misalnya pada surat kabar dan majalah atau media cetak pada umumnya, pembaca hanya dapat melihat.9 2.1.2
Karakteristik Isi Pesan Media Massa Isi pesan yang disampaikan media massa memiliki beberapa karakteristik
diantaranya yaitu :
1. Novelty (sesuatu yang baru)
9
Riswandi, Ilmu Komunikasi, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009, hal 105-108
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
Sesuatu yang “baru” merupakan unsur yang terpenting bagi suatu pesan media massa. Khalayak akan tertarik untuk menonton suatu program acara televisi, mendengarkan siaran radio, atau membaca surat kabar apabila isi pesannya dipandang mengungkapkan sesuatu hal yang baru atau belum pernah diketahui. 2. Jarak (proximity) Jarak terjadinya suatu peristiwa dengan tepat dipublikasikannya peristiwa itu, mempunyai arti penting. Khalayak akan tertarik untuk mengetahui hal-hal yang berhubunga langsung dengan kehidupannya dan lingkungannya. 3. Popularitas Peliputan tentang tokoh, organisasi/kelompok, tempat dan waktu yang penting dan terkenal, akan lebih menarik perhatian khalayak. 4. Pertentangan/ conflict Hal-hal yang mengungkapkan pertentangan, baik dalam bentuk kekerasan maupun menyangkut perbedaan pendapat dan nilai, biasanya lebih disukai oleh khalayak. Contoh : konflik antarsuku yang terjadi di Indonesia. Pengertian konflik atau pertentangan ini juga bisa dalam arti adanya perbedaan anatar apa yang seharusnya (das sollen) dengan apa yang menjadi kenyataan (das sein).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
5. Komedi Manusia pada dasarnya tertarik pada hal-hal yang lucu dan menyenangkan. Oleh karena itu bentuk-bentuk penyampaian pesan yang bersifat humor/komedi lazimnya disenangi khalayak. Unsur-unsur komedi ini antara lain meliputi ketidakwajaran,ketololan, kondisi yang bersifat memalukan, dan lain-lain. 6. Seks dan Keindahan Salah
satu
sifat
manusia
adalah
menyenangi
unsur
seks
dan
keindahan/kecantikan, sehingga kedua unsur itu bersifat universal. Kedua unsur itu selalu menarik perhatian orang, itulah sebabnya media massa seringkali menonjolkan kedua unsur itu. Sesuatu yang bersifat seks atau porno ini selalu menarik untuk dibicarakan. Mengapa? Karena seks adalah bagian dari hidup dan kehidupan manusia dan ia bersifat alamiah. Sebagaimana dikemukakan Sigmund Freud,seorang ahli psikoanalisis, bahwa kepribadian manusia meliputi unsure ID, yang didalamnya terdapat libido/dorongan seks, kemudian unsur Ego/mediator yang melaksanakan dorongan-dorongan ID, serta unsur kesadaran moral. 7. Emosi Hal-hal yang berkaitan dan menyentuh kebutuhan dasar manusia seringkali bisa menimbulkan emosi dan simpati khalayak.
8. Nostalgia
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
Pengertian nostalgia disini merujuk pada hal-hal yang mengungkapkan pengalaman dimasa lalu. 9. Human Interest Setiap orang pada dasarnya ingin mengetahui segala peristiwa atau hal-hal yang menyangkut kehidupan orang lain. Gambaran tentang orang-orang ini dapat dikemas dalam bentuk berita, feature, biografi, dan lain-lain.10 Kualitas informasi dan pesan ditentukan oleh pengetahuan, pengalaman, selera dan iman seseorangyang mengolah stimulus menjadi informasi. Adapun kualitas pesan sangat ditentukan oleh kemampuan dan kreatifitas seseorang dalam mengolah informasi menjadi pesan.11 Berdasarkan gagasan Engwall (1978), McQuail mengidentifikasikan adanya enam jenis hubungan atau relasi yang perlu untuk mengetahui berbagai kondisi yang mempengaruhi kegiatan organisasi media dan peran komunikator massa didalamnya. Keenam jenis hubungan atau relasi tersebut adalah : (a) hubungan media dengan masyarakat, (b) hubungan dengan pemilik, klien, dan pemasok, (c) dengan kelompok penekan, (d) internal organisasi dan, (e) hubungan media dengan audien.12
Riswandi, Ilmu Komunikasi, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009, hal 109-110 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta; PT. Grasindo, 2004 hal 30 12 Morissan, Teori Komunikasi Massa, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010 hal 47
10
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
Berdasarkan gagasan yang dikemukakan diatas, khusus akan dibahas hubungan media massa dengan tujuh pihak yang mempengaruhi isi pesan yaitu : 13 1. Penguasa / pemerintah 2. Masyarakat umum 3. Kelompok penekan 4. Pemilik 5. Pemasang iklan 6. Audience 7. Internal organisasi 2.1.3
Proses Komunikasi Massa Proses komunikasi adalah proses pengoperan dan penerimaan dari
lambang-lambang yang mengandung arti, proses komunikasi melalui media adalah proses pengoperan dari lambang-lambang yang dioperkan melalui saluransaluran yang dikenal sebagai pers, tv, radio, telepon, dan lain-lain. Komunikasi massa sebenarnya sama seperti bentuk komunikasi lainnya. Komunikasi massa juga memiliki unsur-unsur seperti, sumber (orang), bidang pengalaman, pesan, saluran, gangguan dan hambatan, efek, konteks, maupun umpan balik. Media massa merupakan saluran yang dipergunakan untuk mengirim pesan yang melintas jarak jauh dengan majalah, surat kabar, rekamanrekaman, maupun televise.
13
Ibid hal 48
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Proses komunikasi massa dapat dibahas dengan model S-M-C-R-E, atau dapat mengikuti formula Harold. D Laswell, “Who says what in which channel to whom and with what effect? Dimana pusat perhatian kita ditunjukan pada arus komunikasi massa dimulai dari pesan-pesan yang disampaikan melalui media massa pada tanggapan atau efek pesan dari anggota-anggota massa audiens.14 2.1.4 Fungsi Media Massa McQuail menyatakan bahwa fungsi komunikasi massa meliputi : 1. Informasi : a. Menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat dan dunia. b. Menunjukan hubungan kekuasaan c. Memudahkan inovasi, adaptasi, dan kemajuan 2. Korelasi a. Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan informasi. b. Menunjang otoritas dan norma-norma yang mapan c. Melakukan sosialisasi. d. Mengkoordinasi beberapa kegiatan, membentuk kesepakatan e. Menentukan urutan prioritas dan memberikan status relative. 3. Kesinambungan :
14
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa. Jakarta : PT Grasindo 2000 hal 20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
a. Mengekspresikan
budaya
dominan
dan
mengakui
keberadaan
kebudayaan khusus (subculture) serta perkembangan budaya baru. b. Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai. 4. Hiburan : a. Menyediakan hiburan, pengaliha perhatian, dan sarana relaksasi. b. Meredakan ketegangan sosial. 5. Mobilisasi : mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, perang, pembangunan ekonomi, pekerjaan, dan kadang kala juga dalam bidang agama. 2.1.5
Dampak Komunikasi Massa Menurut Steven H. Chaffe ada 4 dampak kehadiran media massa sebagai
objek/fisik sebagai berikut :15 1. Dampak Ekonomis Kehadiran media massa menimbulkan dampak secara ekonomis, yaitu menggerakkan usaha dalam berbagai sector seperti produksi, distribusi, dan konsumsi jasa media massa. 2.
Dampak Sosial Dampak sosial berkaitan dengan perubahan pada struktur atau
interaksi sosial sebagai akibat kehadiran media massa. Misalnya pemilikan media massa telah meningkatkan status sosial pemiliknya.
15
Riswandi, Ilmu Komunikasi, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009, hal 111
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Penggunaan pertama, penggunaan ini mengacu kepada bagaimana sikap di organisasi kedalam pola yang koheren. Seperti yang diutarakan oleh Brockreide (1968) “rumah dari sikap adalah ideologi”. 18 Penggunaan kedua, ideologi menjadi kategori ilusi dan kesadaran palsu, tempat dimana kelas penguasa memelihara dominasinya terhadap kelas utama yang menyebarkan dan mengembangkan ideologi ke seluruh masyarakat. Hal tersebut yang membuat kelas pekerja beranggapan bahwa subordinasi yang mereka alami sebagai sesuatu yang alami, dan oleh karena itu disinilah kepalsuan berada. Media ideologis ini meliputi sistem pendidikan, politik, dan hokum, juga media massa dan penerbitan.19 Penggunaan ketiga, ideologi digunakan untuk mendeskripsikan produksi sosial dari makna. Disinilah Barthes menggunakannya ketika membicarakan pelaku konotasi, yaitu penandaan konotasi, sebagai retorika dari ideologi. Ideologi yang digunakan dengan cara ini adalah sumber dari makna pada tataran yang kedua. Mitos dan nilai-nilai yang dikonotasikan menjadi muncul karena ideology dapat mereka manifestasikan.20
2.2
Televisi Sebagai Media Massa Televisi merupakan media massayang menyampaikan pesannya secara
Audio Visual, artinya televisi dapat dilihat dan didengar sehingga memudahkan John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, Rajawali Pers, Jakarta, 2012, hal 269 Ibid hal 270 20 Ibid hal 270
18
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
masyarakat dalam menerima pesan-pesan yang disampaikan televisi.23 Istilah televisi berasal dari kata “tele” yang berarti jauh dan “visi” yang berarti penglihatan. Segi jauhnya ditransmisikan dengan prinsip-prinsip kamera sehingga menjadi gambar, baik dalam bentuk gambar hidup dapat bergerak (moving picture), maupun gambar diam (still picture).24 Dengan adanya televisi yang mengemas suatu program dengan menarik dan memberikan pengetahuan kepada audience. Kehadiran televisi dapat menjadi hiburan disetiap rumah, sebagai sumber hiburan, keberadaan televise sanggup mengambil waktu untuk melihat dan mendengarkan acara-acara yang berlangsung.
2.3
Program Televisi Program televisi atau acara televisi merupakan acara-acara yang
ditayangkan pleh stasiun televisi. Secara garis besar, program TV dibagi menjadi program berita dan program non-berita. Program berita adalah program yang menayangkan seputar informasi penting dan unik yang ada disekeliling kita ataupun mancanegara. Sedangkan program non-berita adalah acara yang menayangkan suatu yang menghibur, tontonannya tidak berat karena acara ini dibuat untuk hiburan. Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program televisi yang jumlahnya sangat beragam. Pada dasarnya apa saja bisa dijadikan program Morissan, Jurnalistik Televisi Mutahir, Jakarta, 2003, hal 5 Onong Uchjana, Televisi Siaran Teori dan Praktek, Penerbit Mansiar Maju, 1993, Bandung hal 22
23
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
untuk ditayangkan televisi selama program itu menarik dan disukai audiens, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hokum dan peraturan yang berlaku. Pengelola stasiun penyiaran dituntut untuk memiliki kreativitas seluas mungkin untuk menghasilkan berbagai program yang menarik. Berbagai jenis program yang menarik itu dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu program informasi (berita) dan program hiburan (entertainment). Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan, dan berita lunak (soft news) yang merupakan kombinasi dari fakta, gossip dan opini. Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu music, drama permainan (game show) dan pertunjukan. Selain pembagian jenis program berdasarkan skema diatas, terdapat pula pembagian program berdasarkan apakah suatu program itu bersifat factual atau fiktif. Program itu antara lain meliputi :25 1. Talk show Merupakan program televisi mengenai perbincangan, percakapan orang perorangan atau beberapa orang tentang suatu masalah yang hangat. 2. Reportase Reportase adalah suatu program televisi yang menyajikan berita-berita tearktual. 3. Feature 25
KM. Sunarto. Manajemen Media Penyiaran Televisi, Institut Kesenian Jakarta, 2002, hal 59
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
Feature adalah jenis program televisi yang memiliki kekhasan dengan memadukan format dasar penyiaran, diantaranya artistik video,wawancara, show, vox pop, puisi, musik, nyanyian, dan sandiwara secara kreatif dan kapan saja karena tidak terikat dengan aktualitas. 4. Variety Musik Variety musik berisi berbagai ragam jenis lagu yang dipandu oleh satu atau beberapa orang presenter. Dalam program ini disisipkan lelucon, sulap atau acara lain non musik, agar acara tidak membosankan dan acara tersebut berlangsung di panggung (stage) studio. 5. Sinetron Drama Sinetron drama berisikan cerita fiksi dan non fiksi (true story) menurut Festival Film Indonesia jenis sinetron terbagi atas : a. Sinetron Seri Sinetron seri adalah sinetron yang terdiri dari beberapa episode satu dan episode lainnya berdiri sendiri tetapi memunculkan pemain-pemain tetap. b. Drama Lepas Drama seri adalah drama yang terdiri dari satu episode dan panjang durasi 90 menit. c. Drama Serial
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Drama serial adalah drama yang terdiri beberapa episode dimana satu episode dengan episode lainnya saling berhubungan atau bersambung. Dalam drama ini penonton diajak untuk menyaksikan secara berkelanjutan (continue) sampai selesai, agar penonton mengetahui jalan ceritanya. 6. Sinetron Komedi Sinetron komedi adalah program televise mengenai cerita dramatic berkarakter ringan dan berisi humor. Adengan-adengannya menyenangkan dan happy ending. 7. Dokumenter Program dokumenter tersusun seperti membuat dokumentasi, pembuatannya direncanakan terlebih dahulu, mulai dari pembuatan naskah, pengumpulan data, survey, tempat, mencari referensi, dan lain sebagainya. Program ini sama dengan program feature yang membedakan yaitu adanya hubungan sejarah atau masa lampau dengan topik yang akan ditayangkan dalam program dokumenter.
2.3.1 Program Berita Televisi Dalam pengertian sederhana program news berarti suatu sajian laporan berupa fakta dan kejadian yang memiliki nilai berita (unsusual, factual, esensial) dan disiarkan melalui media secara periodik. Pengertian penyajian fakta dan kejadian biasanya diambil dengan memperhatikan hal-hal yang sekiranya tidak terlalu membuat shock. Namun, objektivitas semacam ini masih tergantung
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
subjektivitas dari peliput. Dari sudut mana kejadian itu diambil, hasilnya sebenarnya telah menunjukan subjektivitas dari peliput. Adrew Boyd dalam (2001) dalam bukunya Broadcast Journalism memuat sejumlah definisi mengenai berita. Ia antara lain mengutip definisi dari Ben Bradlee yang menyebutkan News is the first rough draft of history (berita adalah rancangan kasar pertama dari sejarah) atau definisi dari Freda Morris dalam buku “Broadcast Jounalism Techniques of Radio and TV News” News is the immediate, the important, the thing that have impact on our life. 26(berita adalah sesuatu yang baru, penting yang dapat membrikan dampak dalam kehidupan manusia), sedangkan menurut Eric C. Hepwood (1996) berita adalah laporan pertama dari kejadian yang penting sehingga dapat menarik perhatian umum. Pandangan ini dikemukakan oleh Charles Dana mengenai berita, bahwa when dog bites a man, that is not news, but when a man bites a dog, that is news (ketika anjing mengigit manusia, itu bukan berita tetapi ketika manusia menggigit anjing itu baru berita). Sementara menurut pakar komunikasi lainnya, JB Wahyudi mengatakan bahwa berita adalah laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki nilai penting, menarik bagi sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan secara luas melalui media massa periodic. 27 2.3.2 Karakteristik Program Berita Televisi
Andrew Boyd, Broadcast Journalism : Technique of Radio and Television News, Fifth Edition, Focal Press, 2001. Hal 18 27 Arifin S. Harahap, Jurnalistik Televisi, PT. Indeks, Jakarta 2007, hal 3 26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Dalam bukunya Jurnalistik Baru, Sudirman Tebba, menuliskan karakteristik program berita, sebagai berikut :28 1. Aktualitas Gambar berita televisi harus mengandung unusr actual, maksudnya gambar yang ditampilkan dalam berita harus actual dan paling baru, kalau bisa gambar yang belum pernah ditayangkan oleh stasiun-stasiun televisi lain. 2. Sinkronisasi Gambar berita televisi harus sinkron dengan peristiwa yang diinformasikan agar sesuai antara naskah dan gambarnya.
3. Simbolis Gambar simbolis berarti bukan gambar yang sesungguhnya, tetapi hanya menggambarkan kejadian diberitakan. Hal ini terjadi karena gambar yang sesungguhnya sulit didapat, sedangkan kalau berita tersebut sangatpenting, maka harus diusahakan untuk tayang, walaupun gambar yang sinkron dan actual tidak tersedia. 4. Ilustrasi
28
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, Kalam Indonesia, Jakarta, 2005, hal 68
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
Ilustrasi ialah gambar berita yang dibuat atau direkayasa berdasarkan suatu peristiwa yang memang terjadi, tetapi gambarnya yang aktual, sinkron dan simbolis tidak tersedia. Ilustrasi dapat berupa gambar hidup, animasi, atau grafik. 5. Dokumentasi Dokumentasi gambar ada kalanya kalau peristiwa itu sangat penting, sementara tidak tersedia gambarnya yang actual, sinkron, dan simbolis. Ini juga menunjukan bahwa berita yang sangat penting harus tayang, walaupun tidak tersedia gambar yang akan actual, sinkron, dan simbolis. 6. Estetika Gambar berita televisi harus bersifat estetis supaya enak dipandang mata. Estetika itu meliput komposisi, fokus, dan warna.
2.4
Konkstruksi Realitas Media
Fakta atau peristiwa adalah hasil konstruksi. 29 Bagi kaum konstruksionis, realitas itu bersifat subjektif. Fakta atau realitas bukanlah sesuatu yang tinggal diambil, ada dan menjadi bahan berita. Fakta atau realitas pada dasarnya di konstruksi. Manusia membentuk duniannya sendiri, James Carey dalam bukunya“Comunication as Culture” mengatakan realitas bukanlah suatu yang terberi, seakan-akan ada, realitas sebaiknya diproduksi. 30
29 30
Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi Ideology dan Politik Media, Yogyakarta : 2002 hal 22 Ibid hal 22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Menurut John Hartley, ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, kita pasti memperhitungkan siapa yang kita ajak komunikasi. Pesan yang sama/peristiwa yang sama, bisa dikomunikasikan secara berbeda, ketika khalayak yang diajak komunikasi berbeda. Pembicaraan mengenai pemerkosaan, meskipun peristiwa atau materi yang akan dikomunikasikan sama, secara hipotesis akan berbeda tampilannya ketika khalayak yang diajak berkomunikasi berbeda : lakilaki dan perempuan.31 Realitas dalam sebuah media tidak seperti kita bayangkan, penuh dengan kejujuran, fakta yang akurat dan apa adanya. Tetapi realitas tersebut telah dikonstruksikan sedemikian rupa agar terlihat ril, dan tanpa kita sadari kita begitu mudah menerima realitas yang memang sengaja di produksi untuk kepentingan tertentu. Media massa merupakan lembaga penyebar informasi atas fakta yang ada di tengah masyarakat, pekerjaan media pada hakikatnya adalah mengkontruksi realitas.
Isi media adalah hasil para pekerja mengkonstruksikan berbagai
realitas yang dipilihnya.32 Disebabkan sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka seluruh isi media adalah realitas yang telah dikonstruksi (constructed reality). Menurut Tuchman,
Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi Ideology dan politik Media, Yogyakarta : 2002 hal 158 Alex, Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya, Bandung : 2002 hal 88 31
32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
pembuatan berita di media pada dasarnya tak lebih dari penyusunan realitasrealitas hingga membentuk sebuah cerita.33 Setiap upaya menceritakan sebuah peristiwa, keadaan, benda, atau apapun, pada hakikatnya adalah usaha mengkonstruksikan realitas. Seorang aktivis mahasiwa yang baru saja pulang usai melakukan demo atau unjuk rasa di Gedung MPR/DPR, lantas menceritakan keadaan dirinya atau pengalamannya, pada dasarnya ia mengkonstruksikan realitas dirinya itu. 34 Laporan-laporan jurnalistik dimedia pada dasarnya tidak lebih dari hasil penyusunan realitas-realitas dalam bentuk sebuah cerita. Dengan demikian benarlah apa yang dikatakan Tuchman bahwa berita pada dasarnya adalah realitas yang telah dikonstruksikan (Sudibyo, Hamad, Qodari, 2001: 65)35 2.5
Analisis Framing
Analisis framing termasuk metode analisis media yang terbilang baru. Ia banyak mendapat pengaruh dari teori sosiologi dan teori psikologi. Analisis framing berkembang berkat pandangan dari kaum konstruksionis. Konsep konstruksionisme diperkenalkan oleh sosiolog interpretative, Peter L. Berger. Bersama Thomas Luckman, ia banyak menulis karya yang menghasilkan thesis mengenai konstruksi sosial atas
realitas. Thesis utama
Ibid hal 88 Alex, Sobur, Analisis Teks Media : suatu pengantar. PT Remaja Rosdakarya, Bandung : 2002 hal 88 35 Ibid hal 89 33 34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Berger adalah manusia dan masyarakat adalah produk yang dialektis, dinamis, dan plural secara terus menerus.36 Berger dalam Eriyanto (2002), mengatakan realitas itu tidak dibentuk secara alamiah, melainkan dibentuk dan dikonstruksi. Konstruksi ditafsirkan berbeda-beda tergantung dari latar belakang pengalaman, preferensi, pendidikan tertentu, dan lingkungan pergaulan atau sosial. Gagasan Berger mengenai konstruksi realitas ini dimasukkan dalam konteks berita. Sebuah teks berita bukanlah hasil dari copy realitas, melainkan suatu konstruksi atas realitas. Karenannya sangat potensial bila sebuah peristiwa yang sama dikonstruksi secara berbea oleh media yang berbeda pula. Pada dasarnya analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media. Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955, (Sudibyo, 1999a:23). Mulanya,
frame
dimaknai
sebagai
struktur
konseptual atau
perangkat
kepercayaanyang mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan wacana, serrta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas. 37
McQuail, Dennis, Op Cit hal 13 Alex, Sobur, Analisis Teks Media : suatu pengantar. PT Remaja Rosdakarya, Bandung : 2002 hal 161-162 36 37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk membedah cara-cara atau ideology media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam agar lebih bermakna, lebih menarik, lebihberarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Framing merupakan pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, dan bagian mana yang ditonjolkan dan di hilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut.38 Framing itu pada akhirnya menentukan bagaimana realitas itu hadir dihadapkan para pembaca menurut Edelman, yang kita ketahui tentang realitas sosial pada dasarnya tergntung pada bagaimana kita frame atas peristiwa itu yang memberikan pemahaman dan pemaknaan tertentu atas suatu peristiwa. Hal ini karena framing menentukan bagaimana realitas itu harus dilihat, dianalisis, diklarifikasikan dalam kategori tertentu.39 Gamson menyebut cara pandang itu sebagai kemasan (package) yang mengandung konstruksi makna atas peristiwa yang akan diberitakan. Menurut mereka, frame adalah cara bercerita atau gugusan ide-ide yeng terorganisir
Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideology, dan Politik Media, LKiS, Yogyakarta, 2002 hal 79 39 Nugroho, Eriyanto, Suardiasis, Politik Media Mengemas Berita hal 22 38
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana.40 Menurut Erving Goffman, secara sosiologis konsep frame analysis memelihara kelangsungan kebiasaan kita mengklarifikasi, mengorganisasi, dan mengintrpretasi secara aktif pengalaman-pengalaman hidup kita untuk dapat memahaminya. Skematika interpretasi itu disebut frames, yang memungkinkan Individu dapat melokalisasi, merasakan, mengidentifikasi dan member label terhadap peristiwa serta informasi.41 Akhir-akhir ini, konsep framing telah digunakan secara luas dalam literature ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realitas oleh media.
2.6.
Efek Framing Dalam proses framing pada akhirnya akan membawa efek. Karena
sebuah realitas bisa jadi bingkai dan dimaknai berbeda oleh media, bahkan pemaknaan itu bisa jadi akan sangat berbeda. Realitas sosial yang kompleks penih dimensi dan tidak beraturan, disajikan dalam berita sebagai sesuatu yang sederhana, beraturan dan memenuhi logika tertentu. Berdasarkan penyederhanaan atas kompleksnya realitas yang disajikan media dapat menimbulkan efek framing, yaitu : 40
Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideology, dan Politik Media, LKiS, Yogyakarta, 2002 hal 261 41 Alex Sobur hal 163
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
1. Framing yang dilakukan oleh media akan menonjolkan aspek tertentu dan mengaburkan aspek yang lain. Framing pada umumnya ditandai dengan menonjolkan aspek tertentu dari realitas, akibatnya ada aspek lain yang tidak mendapat perhatian yang memadai. 2. Framing yang dilakukan oleh media akan menampilkan sisi tertentu dan melupakan sisi yang lain. Dengan menampilkan sisi tertentu dalam berita ada sisi lain yang terlupakan, menyebabkan aspek lain yang penting dalam memahami realitas tidak mendapat liputan dalam berita. 3. Framing yang dilakukan media akan menampilkan aktor tertentu dan menyembunyikan aktor lain. Efek yang segera terlihat dalam pemberitaan yang mengfokuskan pada satu pihak, menyebabkan pihak lain yang mungkin relevan dalam pemberitaan menjadi tersembunyi. 42 2.6.1.
William A. Gamson Willian A. Gamson adalah salah satu ahli yang paling banyak menulis
mengenai framing. Gagasan utama Gamson terutama menghubungkan wacana media di satu sisi dengan pendapat umum yang di sisi yang lain. Dalam pandangan Gamson, wacana media adalah elemen yang penting untuk memahami dan mengerti pendapat umum yang berkembang atas suatu isu atau peristiwa. Pendapat umum tidak cukup kalau hanya disiarkan pada data survey khalayak. Data itu perlu dihubungkan dan diperbandingkan dengan bagaimana media
Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideology, dan politik Media, LKiS, Yogyakarta, 2002 hal 261
42
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
mengemas dan menyajikan suatu isu. Sebab, bagaimana media menyajikan suatu isu menentukan bagaimana khalayak memahami dan mengerti suatu isu. Gamson menyebut cara pandang itu sebagai kemasan (package) yang mengandung konstruksi makna atas peristiwa yang akan diberitakan. Menurut mereka, frame adalah cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana.43 Kemasan (package) adalah rangkaian ide-ide yang menunjukan isu apa yang dibicarakan dan peristiwa mana yang relevan. Package adalah semacam skemaatau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesanpesan yang ia terima.44 Kemasan (package) tersebut dibandingkan sebagai wadah atau struktur data yang mengorganisir sejumlah informasi yang menunjukan posisi atau kecenderungan politik, dan yang membantu komunikator untuk menjelaskan muatan-muatan dibalik suatu isu atau peristiwa.45 Gamson adalah seorang sosiolog, meskipun ia menaruh minat yang besar pada studi media. Sebagai sosiolog, titik perhatian Gamson terutama pada studi mengenai gerakan sosial. Perhatian Gamson pada studi gerakan sosial mau tidak mau menyinggung studi media, elemen penting dari gerakan sosial. Pertanyaan Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideology, dan Politik Media, LKiS, Yogyakarta, 2002 hal 261 44 Ibid hal 260 45 Ibid hal 262 43
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
utama dari studi gerakan sosial adalah apa yang menyebabkan orang/individu terlihat dalam gearakan sosial adalah apa yang menyebabkan orang/individu terlibat dalam gerakan sosial/ protes sosial/ keberhasilan gerakan/protes sosial diantaranya ditentukan oleh sejumlah khalayak yang mempunyai sudut pandang yang sama atas suatu isu, musuh bersama, dan tujuan bersama. Studi awal Gamson mengenai framing, pertama kali juga berkaitan dengan studi gerakan sosial ini. Menurut Gamson, keberhasilan dari gerakan sosial terletak pada bagaimana peristiwa di bingkai sehingga menimbulkan tindakahn kolektif. Untuk memunculkan tindakan kolektif tersebut dibutuhkan penafsiran dan pemaknaan simbol yang bisa di terima secara kolektif. Dalam pandangan Gamson, keberhasilan dari gerakan sosial terletak pada bagaimana peristiwa dibingkai sehingga menimbulkan tindakan kolektif. Untuk memunculkan tindakan kolektif tersebut dibutuhkan penafsiran dan pemaknaan simbol yang bisa diterima secara
kolektif.
Dalam
pandagan
Gamson,
seseorang
berpikir
dan
mengkomunikasikannya melalui citra dan diterima sebagai kenyataan. Makna disini bukan sesuatu yang tetap dan pasti, melainkan secara terus menerus dinegosiasikan. Menurut Gamson, dalam gerakan sosial paling tidak membutuhkan tiga frame/bingkai, yaitu :46 1. Aggregate Frame
Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideology, dan Politik Media, LKiS, Yogyakarta, 2002 hal 258
46
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
Proses pendefinisian isu sebagai masalah sosial. Bagaimana individu yang mendengar frame atas peristiwa tersebut sadar bahwa isu tersebut adalah masalah bersama yang berpengaruh bagi setiap individu. 2. Consesus Frame Proses pendefinisian yang berkaitan dengan masalah sosial hanya dapat diselesaikan oleh tindakan kolektif. 3. Collective Action Frame Proses pendefinisian yang berkaitan dengan kenapa dibutuhkan tindakan kolektif, dan tindakan kolektif apa yang harus dilakukan. Frame ini sangat mengikat perasaan kolektif khalayak agar bisa terlibat secara bersamasama dalam protes/gerakan sosial. 2.7 Korupsi 2.7.1.
Pengertian Korupsi Korupsi (bahasa latin :corruption dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok). Secara harafiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus/politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
Dalam
arti
yang
luas,
korupsi
atau
korupsi
politis
adalah
penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah/ pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali. Dalam arti sempit, korupsi berarti pengabaian standar perilaku tertentu oleh pihak yang berwenang demi memenuhi kepentingan diri sendiri. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) mendefinisikan korupsi sebagai tindakan yang merugikan kepentingan umum dan masyarakat luas dami keuntungan pribadi atau kelompok tertentu.47 Korupsi dalam kamus ilmiah populer mengandung pengertian kecurangan penyelewengan atau penyalahgunaan jabatan untuk kepentingan diri serta, pemalsuan. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999. Undang-undang nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam Pasal 2 dan Pasal 3 mendefinisikan korupsi sebagai berikut :
47
Jawade Hafidz Arsyad, Korupsi Dalam Prespektif , Jakarta : Sinar Grafika, 2013 hal 6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
1. Setiap orang yang secara sengaja melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara. 2. Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanyakarena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan Keuangan Negara atau Perekonomian Negara. Secara lebih umum, korupsi dapat menghilangkan kepercayaan publik terhadap institusi Negara yang telah memainkan kekuasaan secara illegal. Dalam percaturan politik, kondisi tersebut diperkuat oleh dominasi legislative yang menyebabkan hilangnya respek terhadap nilai-nilai tata kelola yang baik (good governance),seperti akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi. Korupsi juga mengurangi kinerja dan nilai-nilai pemerintahan, dalam hal kualitas pelayanan dan infrastruktur oleh pemerintah. Korupsi terjadi dimana terdapat monopoli atas kekuasaan dan diskresi (hak unutk melakukan penyimpangan kepada suatu kebijakan), tetapi dalam kondisi tidak adanya akuntabilitas. Di Indonesia korupsi mulai terjadi sejak jaman kerajaan. Bahkan VOC bangkrut pada awal abad 20 akibat korupsi yang merajalela di tubuhnya. Setelah proklamasi kemerdekaan, banyak petinggi Belanda yang kembali ke tanah airnya, posisi kosong mereka kemudian diisi oleh kaum pribumi pegawai pemerintah Hindia Belanda (ambtenaar) yang tumbuh dan berkembang di lingkungan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
korupsi. Kultur korupsi tersebut berlanjut hingga masa pemerintahan Orde Lama. Di awal pemerintahan Orde Baru, Presiden Soeharto melakukan berbagai upaya untuk memberantas korupsi. Terlepas dari upaya tersebut, Presiden Soeharto tumbang karena isu korupsi. Perjalanan panjang korupsi telah membuat berbagai kalangan pesimis akan prospek pemberantasan korupsi, baik di Indonesia maupun di berbagai belahan dunia.
2.7.2
Sebab dan Akibat Korupsi Korupsi memang sudah membudaya dimasyarakat, dimulai dari korupsi
kecil-kecilan sampai korupsi besar-besaran. Permasalahan utama adalah meningkatnya korupsi itu seiring dengan kemajuan, kemakmuran, dan teknologi. Semakin maju pembangunan suatu bangsa, semakin meningkat pula kebutuhan dan mendorong orang untuk melakukan korupsi. 48
Pembangunan yang dilakukan selama ini, ternyata tidak membawa kesejahteraan pada rakyat kecil, tetapi kebanyakan dinikmati oleh koruptor yang notabene adalah pejabat Negara. Tiap hari terjadi korupsi, korupsi terus merajalela hampir disetiap bidang pemerintahan, apakah itu di lembaga legislatif , eksekutif,
Andi Hamzah, Perbandingan Pemberantasan Korupsi di Berbagai Negara, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hal 1 dalam Jawade Hafidz Arsyad, Korupsi Dalam Perspektif HAN, Jakarta : Sinar Grafika, 2013. Hal 10
48
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
maupun yudikatif. Kausa atau sebab orang melakukan korupsi sangat banyak dan beragam. Menurut Andi Hamzah, diantaranya sebagai berikut : 49 1. Kurangnya gaji atau Pendapatan Pegawai Negeri dibandingkan dengan Kebutuhan yang makin hari makin meningkat, dalam hal ini B. Soedarso menyatakan, pada umumnya orang menghubung-hubungkan tumbuh suburnya korupsi sebab yang paling gampang dihubungkan misalnya kurangnya gaji pejabat-pejabat, buruknya ekonomi, mental pejabat yang kurang baik, administrasi dan manajemen yang kacau yang menghasilkan adanya produser yang berliku-liku dan sebagainya. Kalau dikatakan korupsi dilakukan secara terpaksa oleh pegawai negeri yang dikarenakan gajinya tidak mencukupi, namun masyarakat sekarang ini malah berlomba-lomba untuk dapat diterima menjadi pegawai negeri. Sangat ironis sekali, mengapa masyarakat mau menjadi pegawai negeri yang gajinya tidak begitu besar? Bahkan ada yang sampai bayar dengan biaya yang jauh lebih besar dari gaji yang akan diterima. Ataukah menjadi seorang pegawai negeri selain dapat meningkatkan status seseorang di masyarakat, menjadi pegawai negeri akan lebih mudah mendapatkan uang dengan cara korupsi. 2. Latar belakang kebudayaan atau Kultur Indonesia yang merupakan Sumber atau sebab meluasnya korupsi. Korupsi itu terjadi berulang-ulang karena telah menjadi suatu kebiasaan dalam masyarakat untuk mempermudah dalam mendapatkan pelayanan Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005, hal 13-23
49
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
dari pemerintah, dan sebaliknya pejabat pemerintah menggunakan kesempatan itu untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Jadi, hal ini terkait dengan perilaku dari anggota masyarakat dan pejabat pemerintah yang korup, karena dalam kenyataannya masih ada masyarakat yang tidak mau melakukan korupsi. 3. Manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang efektif dan efisien. Korupsi terjadi bila ada niat dan kesempatan. Apabila manajemen terkontrol dengan baik, maka keluar masuknya aliran dana dapat terdeteksi. Namun demikian, tidak dapat menyalahkan manajemen begitu saja, moral yang ada pada diri manusialah yang dapat membentengi seseorang dari setiap perbuatan tercela. 4. Modernisasi Modernisasi membawa perubahan pada nilai dasar atas masyarakat. Modernisasi juga ikut mengembangkan korupsi karena modernisasi membuka sumber-sumber kekayaan dan kekuasaan baru. Modernisasi merangsang korupsi karena perubahan-perubahan yang diakibatkannya dalam bidang kegiatan sistem politik.Mengenai akibat korupsi, Gunnar Myrdal menyatakan sebagai berikut :50 1. Korupsi memantapkan dan memperbesar masalah-masalah yang menyangkut kurangnya hasrat untuk terjun dibidang usaha dan mengenai kurang tumbuhnya pasaran nasional.
50
Jawade Hafidz Arsyad, Korupsi Dalam Perspektif HAN, Jakarta : Sinar Grafika, 2013. Hal 19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
2. Korupsi mempertajam permasalahan masyarakat plural, sedang bersamaan dengan itu kesatuan Negara bertambah lemah. Juga karena turunnya martabat pemerintah, tendensi-tendensi itu membahayakan stabilitas politik. 3. Korupsi mengatakan turunnya disiplin sosial. Uang suap itu tidak hanya dapat memperlancar prosedur administrasi, tetapi biasanya juga berakibat
adanya
kesenjangan
untuk
memperlambat
proses
administrasi agar dengan demikian dapat menerima uang suap. Disamping itu, pelaksanaan rencana-rencana pembangunan yang sudah diputuskan, dipersulit, atau diperlambat karena alasan-alasan yang sama. 2.7.3.
Tipologi Korupsi
Korupsi dapat terjadi bila ada peluang dan keinginan dalam waktu yang bersamaan. Atas sebagaimana dikutip Cherudin, mengembangkan tujuh tipologi korupsi sebagai berikut:51 1. Korupsi transaktif, yaitu korupsi yang terjadi atas kesepakatan diantara seorang donor dengan resipien untuk keuntungan kedua belah pihak. 2. Korupsi ekstortif, yaitu korupsi yang melibatkan penekanan dan pemaksaan untuk mrnghindari bahaya bagi mereka yang terlibat atau orang-orang yang dekat dengan pelaku korupsi.
Chaerudin, dkk, Strategi Pencegahan & Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi, Refika Aditama, Bandung, 2008, hal 3
51
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
3. Korupsi investif, yaitu korupsi yang berawal dari tawaran yang merupakan investasi untuk mengantisipasi adanya keuntungan di masa dating. 4. Korupsi nepotistic, yaitu korupsi yang terjadi karena perlakuan khusus, baik dalam pengangkatan kantor public maupun pemberian proyek-proyek bagi keluarga dekat. 5. Korupsi otogenik, yaitu korupsi yang terjadi ketika seorang pejabat mendapat keuntungan karena memiliki pengetahuan sebagai orang dalam (insiderinformation) tentang berbagai kebijakan publik yang seharusnya dirahasiakan. 6. Korupsi supportif, yaitu perlindungan atau penguatan korupsi yang menjadi intrik kekuasaan dan bahkan kekerasan. 7. Korupsi defensive,
yaitu korupsi yang dilakukan dalam rangka
mempertahankan diri dan pemerasan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
http://digilib.mercubuana.ac.id/