7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Pembelajaran yang diharapkan dalam setiap kegiatan adalah pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran yang bermakna dapat diciptakan melalui berbagai cara, salah satunya dengan menggunakan model dan
media
pembelajaran.
Menurut
Suprijono
(2013:
46),
model
pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Hanafiah
& Suhana (2010: 41) menegaskan bahwa model
pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka menyiasati perubahan perilaku siswa secara adaptif maupun generatif. Sejalan dengan hal itu, Isjoni (2011: 5) mengemukakan perkembangan model pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Menurut Arends (Trianto, 2010: 53) terdapat enam macam model pengajaran yang sering dan praktis digunakan dalam mengajar, antara lain presentasi, pengajaran langsung (direct instruction), pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan diskusi kelas.
8 Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk merubah/menyiasati kebiasaan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, yang di dalamnya adalah tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
2. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning Beberapa pengertian Cooperative Learning menurut para ahli, antara lain Slavin (2005: 4) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Pendapat tersebut dipertegas oleh Komalasari (2010: 62) yang mendefinisikan pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2 sampai 5 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Menurut Davidson & Kroll (Andriani, http://repository.upi.edu, 2011) menyatakan bahwa pengertian pembelajaran kooperatif adalah kegiatan yang berlangsung di lingkungan belajar siswa dalam kelompok kecil yang saling berbagi ide-ide dan bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan masalah dalam tugas mereka. Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning. Lie (2010: 31) mengungkapkan bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal dalam Cooperative Learning, ada lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan yaitu:(a) saling ketergantungan positif, (b) tanggung jawab perseorangan, (c) tatap muka,
9 (d) komunikasi antar anggota, dan (e) evaluasi proses kelompok. Modelmodel Cooperative Learning meliputi kepala bernomor (numbered heads together), tim siswa kelompok prestasi (student teams achievement divisions), berpikir berpasangan berbagi (think pair and share), jigsaw, melempar bola salju (snowball throwing), dan dua tinggal dua tamu (two stay two stray). Berdasarkan uraian pendapat para ahli di atas peneliti menyimpulkan bahwa
Cooperative
Learning
adalah
suatu
model
pembelajaran
berkelompok yang terdiri dari 2-5 orang untuk meyelesaikan masalah dalam tugas yang diberikan guru pada mereka. Di mana untuk mencapai hasil yang maksimal dalam Cooperative Learning harus menerapkan berbagai hal seperti, bertanggung jawab, tatap muka, komunikasi antar anggota, serta evaluasi proses kelompok. Model model cooperative learning ada banyak dan salah satunya yang peneliti gunakan adalah model cooperative learning tipe numbered head together (NHT)
B. Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together 1. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together Komalasari (2010: 62) menjelaskan bahwa NHT merupakan model pembelajaran di mana setiap siswa di beri nomor dan di buat kelompok yang kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Selain itu, pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
10 mempengaruhi
pola
interaksi
siswa
dan
memiliki
tujuan
untuk
meningkatkan penguasan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen (Ibrahim , 2003: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhdap isi pelajaran tersebut. Sejalan dengan itu( Anita lie, 2003: 63) menyaatakan bahwa model NHT adalah model yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu model ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka, dan model ini bisa digunakan di semua mata pelajaran dan semua tingkatan anak usia didik. Selain itu Kagan (Tampubolon, 2014: 94) menyatakan, model pembelajaran
kooperatif
NHT
atau
kepala
bernomor
merupakan
pengembangan pengembangan pembelajaran tipe TGT. Dengan ciri-ciri khusus pembelajaran kelompok melalui penyelesaian tugas dengan saling membagi ide/gagasan.
Setiap kelompok harus memastikan bahwa
anggotanya memahami dan menguasai tugas, sehingga semua siswa memahami
konsep
secara
seksama.
Model
pembelajaran
ini
mengakomodasikan peningkatan intensitas diskusi antar kelompok, kebersamaan, kolaborasi dan kualitas interaksi dalam kelompok, serta memudahkan penilaian. Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa pengertian model pembelajaran cooperatif tipe NHT adalah suatu model yang dapat merangsang siswa untuk berinteraksi dan bekerja sama dalam
11 menyelesaikan tugas dengan saling berbagi ide dan gagasan dengan siswa yang lain sehingga siswa akan lebih aktif dan dapat memahami pembelajaran dengan lebih mudah.
2. Manfaat Pembelajaran Kooperatif tipe NHT Model pembelajaran kooperatif dalam pelaksanaanya di kelas memiliki manfaat sebagaimana dijelaskan oleh Ibrahim (Hamdayama, 2014: 177) berikut ini: a) b) c) d) e) f) g) h) i) j) k)
Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar. Memperbaiki kehadiran. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil. Konflik antar pribadi berkurang. Sikap apatis berkurang. Pemahaman yang lebih mendalam. Motivasi lebih besar. Hasil belajar lebih tinggi. Meningkatkan kebaikan budi, kepekan, dan toleransi.
3. Kelebihan dan Kekurangan Numbered Head Together (NHT) Penerapan model pembelajaran model NHT memiliki beberapa kelebihan dan juga kekurangan. Hal itu sesuai dengan pendapat Hamdayama (2014:177) yaitu: a.
Melatih siswa untuk dapat bekerja sama dan menghargai pendapat orang lain
b.
Melatih siswa untuk bisa menjadi tutor sebaya.
c.
Memupuk rasa kebersamaan.
d.
Membuat siswa terbiasa dengan perbedaan.
12 Selain kelebihan, NHT mempunyai beberapa kekurangan yang harus diwaspadai, hal ini dilakukakan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam pembelajaran, diantaranya: a.
Siswa yang terbiasa dengan cara konvensional akan sedikit kewalahan
b.
Guru harus bisa memfasilitasi siswa
c.
Tidak semua mendapat giliran. Sejalan dengan itu, Hamdani (2011: 90), kelebihan dan kelemahan cooperative learning tipe NHT sebagai berikut. 1) Kelebihan model NHT, yaitu: a) Setiap siswa menjadi aktif semua. b) Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. c) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. 2) Kelemahan model NHT, yaitu: a) Kemungkinan nomor yang dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru. b) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
Dari pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa model NHT mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing namun untuk mengatasi kekurangan tersebut, guru bisa memberikan pretest untuk mengetahui kemampuan siswa, dan untuk memfasilitasi siswa, dalam pelaksanaan NHT, guru harus memberikan fasilitas yang mendukung dari segi sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam pembelajaran tersebut. Untuk siswa yang belum dipanggil guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa tersebut pada pertemuan berikutnya, dan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi, dapat dilihat melalui hasil evaluasi yang dilakukan setiap akhir siklus.
13 4. Langkah-langkah Model Pembelajaran NHT Langkah-langkah pembelajaran NHT kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (Hamdayama, 2014: 176) menjadi enam langkah sebagai berikut. a. Persiapan Guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS), yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. b. Pembentukan Kelompok Pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di kelompok. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menetukan masing-masing kelompok. c. Tiap kelompok harus memiiki buku paket atau buku panduan. Pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan guru. d. Diskusi masalah Kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah adadalam LKS atau pertanyan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersfat umum. e. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban. Tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas. f. Memberi kesimpulan Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
14 Sedangkan menurut Kagen (Tampubolon, 2014: 94) menyatakan, langkah-langkah kegiatan pembelajaran NHT adalah sebagai berikut: a) siswa dibagi dalam kelompok heterogen, dan setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor b) Pendidik memberikan tugas kepada masing-masing kelompok (untuk tiap kelompok sama, tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, dan untuk tiap siswa dengan nomor yang sama mendapat tugas yang sama.) c) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya. d) Pendidik memanggil salah satu nomor siswa untuk menjawab/melaporkan hasil kerjasama mereka. e) Tanggapan dari teman lain, kemudian pendidik menunjuk nomor yang lain (terjadi diskusi kelas). f) Kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa. g) Simpulkan dan umumkan hasil kuis serta beri reward. Dari pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran model NHT adalah mengelompokkan siswa dalam kelompokkelompok kecil secara heterogen dan memberi nomor hingga setiap siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda, menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran, memberikan pertanyaan pada tiap kelompok, setiap kelompok berdiskusi dan bertukar pikiran tentang tugas yang diberikan, guru memanggil satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama, mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka, kemudian guru memberikan kesimpulan.
C. Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran Umumnya dalam proses belajar mengajar guru sering menggunakan media pembelajaan dengan tujuan supaya informasi atau materi yang disampaikan akan lebih mudah diterima atau dipahami oleh siswa. Heinich,
15 dkk (Hermawan 2007: 3) media merupakan alat saluran komunikasi. Sedangkan menurut (Asyhar 2012: 3) media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar mengajar secara efisien dan efektif. Berdasarkan pengertian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa media
pembelajaran
adalah
suatu
media
perantara
dalam
menyampaikan/menyalurkan pesan atau informasi dari sumber yang terencana. Bila digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas maka media pembelajaran dapat membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan sehingga terjadi lingkungan belajar mengajar secara efisien dan efektif yang dapat menciptakan kondisi kelas yang lebih baik dan kondusif.
2. Manfaat Media Pembelajaran. Penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat membuat para siswa lebih tertarik, merasa senang, dan termotivasi untuk belajar, serta menumbuhkan rasa ingin tahu terhadap sesuatu yang akan dipelajari. Oleh karena itu, media pembelajaran dapat sangat bermanfaat saat digunakan dalam proses pembelajaran. Arsyad (2014: 19) menjelaskan bahwa fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Pengaruh tersebut tentunya menjadikan suasana pembelajaran lebih menarik, aktif, dan menyenangkan bagi siswa.
16 Sejalan dengan itu, Hermawan, dkk. (2007: 12) menyebutkan manfaaat dari media pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Memungkinkan siswa berinteraksi secara langsung dengan lingkungannya b. Memungkinkan adanya keseragaman pengamatan atau persepsi belajar pada masing-masing siswa. c. Membangkitkan motivasi siswa d. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan. e. Menyajikan pesan atau informsi belajar secara serempak bagi seluruh siswa f. Mengatasi keterbatasan waktu dan ruang g. Mengontrol arah dan kecepatan belajar siswa
Berdasarkan pemaparan teori di atas, peneliti menyimpulkan bahwa manfaat media pembelajaran yaitu, pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga menumbuhkan motivasi belajar, menumbukan rasa ingi tahu siswa, menjadikan suasana pembelajaran lebih menarik, aktif, dan menyenangkan bagi siswa.
3. Jenis-jenis Media Pembelajaran Media pembelajaran dalam penggunaanya dibagi menjdi beberapa jenis. Asyhar (2012: 44) membagi media pembelajaran menjadi 4 jenis, yaitu: a. Media visual, yaitu jenis media yang digunakan hanya mengandalkan indera penglihatan semata mata dari siswa. Misalnya: media visual non proyeksi (benda realita, model, protetif dan grafis) dan media proyeksi (power point dan auto card) b. Media audio, yaitu jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan hanya melibatkanindera penglihatan siswa. Misalnya: radio, pita, kaset, suara, dan piringan hitam. c. Media audio-visual, yaitu jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan pengelihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Misalnya: video kaset dan film bingkai.
17 d. Multimedia, yaitu media yang melibatkan beberapa jenis media dan peralatan secara terintegrasi dalam suatu proses atau kegiatan pembelajaran. Misalnya: tv dan power point. Sedangkan menurut Sanaky (2011: 50) beberapa jenis media yang sering digunakan yaitu : a. Media Cetak Media cetak adalah jenis media yang paling banyak digunakan dalam proses belajar. Jenis media ini memiliki bentuk yang sangat bervariasi, mulai dari buku, brosur, leafet, studi guide, jurnal dan majalah ilmiah. b. Media Pameran Jenis media yang memiliki bentuk dua atau tiga dimensi Informasi yang dapat dipamerkan dalam media ini, berupa benda-benda sesungguhnya (realia) atau benda reproduksi atau tiruan dari bendabenda asli. Media yang dapat diklasifikasikan kedalam jenis media pameran yaitu poster, grafis, realia dan model. 1) Realia yaitu benda nyata yang dapat dihadirkan diruang kuliah untuk keperluan proses pembelajaran. Pengajar dapat menggunakan realia untuk menjelaskan konsep bentuk dan mekanisme kerja suatu system misalnya peralatan laboratorium. 2) Model yaitu benda tiruan yang digunakan untuk mempersentasikan realitas. model mesin atau benda tertentu dapat digunakan untuk menggantikan mesin riil. c. Media Diproyeksikan Media yang diproyeksikan juga memiliki bentuk fisik yang bervariasi, yaitu overbead transparasi, slide suara dan film strip. d. Rekam audio Rekaman Audio adalah jenis medium yang sangat tepat untuk digunakan dalam pembelajaran bahasa asing, Al-qur’an, dan latihan-latihan yang bersifat verbal. e. Video dan VCD Video dan VCD dapat digunakan sebagai media untuk mempelajari obyek dan mekanisme kerja dalam mata kuliah tertentu. Gambar bergerak yang disertai dengan unsur suara dapat ditayangkan melalui media verbal atau VCD. f. Komputer Sebagai media pembelajaran, kompurter memiliki kemampuan yang sangat luar biasa dan komputer mampu membuat proses belajar mengajar menjadi interaktif.
Berdasarkan pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa media pembelajaran mempunyai bermacam-macam jenis yang dapat diterapkan dan
18 digunakan dalam proses pembelajaran di dalam kelas, diantaranya yaitu media visual, audio, audio-visual, multi media, media realia, model, media diproyeksikan, dll. Hal ini agar pembelajaran lebih mudah dan dan dapat berjalan dengan baik dan optimal.
D. Media Realia 1. Pengertian Media Realia Media Realia adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau sumber belajar. Menurut Sanaky (2011: 50) media realia yaitu benda nyata yang dapat dihadirkan diruang kuliah atau keperluan proses pembelajaran. Pengajar dapat menggunakan realia untuk menjelaskan konsep bentuk dan mekanisme kerja suatu sistem misalnya peralatan laboratorium. Lebih lanjut, Sanaky (2011: 113) juga menjelaskan beberapa benda yang digolongkan ke dalam media tiga dimensi antara lain: a. Kelompok pertama yaitu kelompok benda asli, model atau tiruan sederhana, mock-up, dan barang contoh atau specimen. 1) Benda Asli Benda Asli merupakan alat yang paling efektif untuk mengikutsertakan berbagai indera dalam belajar. Hal ini disebabkan benda asli memiliki sifat keasliannya, mempunyai ukuran besar dan kecil, berat, warna dan adakalanya disertai dengan gerak dan bunyi, sehingga memiliki daya tarik sendiri bagi pembelajar. Jadi benda asli adalah benda dalam keadaan sebenarnya dan seutuhnya. 2) Benda Model Benda model dapat diartikan sebagai suatu yang dibuat dengan ukuran tiga dimensi, sehingga menyerupai benda aslinya untuk menjelaskan hal-hal yang mungkin diperoleh dari benda sebenarnya. Benda asli kemudian dibuat modelnya alam bentuk besar seperti aslinya, atau sangat kecil. Model atau benda tiruan tersebut bentuknya harus sama sesuai dengan aslinya, besarnya
19 dapat sama atau lebih kecil atau lebih besar lagi dari aslinya, tetapi jangan lupa bentuknya harus selalu sama dengan bentuk aslinya. 3) Alat Tiruan Sederhana(mock-up) Alat tiruan sederhana (mock-up) banyak digunakan dalam pendidikan teknik dan industri untuk menjelaskan kerjanya bagianbagian dari sebuah alat atau mesin. Alat tiruan sederhana (mock-up) yang dimaksud adalah tiruan dari benda sebenarnya di mana sengaja dipilih bagian-bagian yang memang penting dan yang diperlukan saja untuk dibuat sesederhana mungkin supaya mudah dipelajari. b. Kelompok kedua yaitu kelompok diorama dan pameran. Diorama yaitu sebuah pemandangan tiga dimensi mini yang bertujuan untuk menggambarkan pemandangan sebenarnya. Menurut Solihatin & Raharjo (2007: 27) menyatakan bahwa pemanfatan media realia tidak harus dihadirkan secara nyata dalam ruang kelas, melainkan dapat juga dengan cara mengajak siswa melihat langsung (observasi) benda nyata tersebut ke lokasinya. Media realia dapat digunakan pada kegiatan belajar dalam bentuk sebagaimana adanya, tidak perlu dimodifikasi, tidak ada pengubahan kecuali dipindahkan dari kondisi lingkungan aslinya. Ciri media realia yang asli adalah benda yang masih dalam keadaan utuh, dapat dioperasikan hidup, dalam ukuran yang sebenarnya dan dapat dikenali sebagai wujud aslinya. Berdasarkan beberapa pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa media realia adalah suatu benda hidup atau nyata yang dapat dihadirkan dalam ruang kelas atau perkuliahan sebagai bahan untuk belajar. Media realia dapat digunakan dalam proses pembelajaran dan digunakan untuk menjelaskan suatu bentuk benda sesuai materi yang disampaikan.
20 2. Kelebihan dan Kelemahan Media Realia Penggunaan media dalam pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan kelemahan yang perlu diperhatikan ketika seorang guru memutuskan untuk menggunakan media realia dalam proses pembelajaran. Arsyad (2009: 81), salah satu ciri media pembelajaran yang baik adalah media yang mengandung dan membawa pesan atau informasi kepada penerima yaitu siswa. Sebagian media dapat mengolah pesan dan respon siswa sehingga media itu sering disebut media interaktif. Sejalan dengan itu, Ibrahim & Syaodih (2003: 119) mengidentifikasi bahwa ada beberapa kelebihan dan kelemahan dalam menggunakan obyek nyata ini: a. Kelebihan 1) Dapat memberikan kesempatan semaksimal mungkin pada siswa untuk mempelajari sesuatu ataupun melaksanakan tugastugas dalam situasi nyata. 2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami sendiri situasi yang sesungguhnya dan melatih keterampilan mereka menggunakan sebanyak mungkin alat indera. b. Kelemahan 1) Membawa murid-murid ke berbagai tempat di luar sekolah kadang-kadang mengandung resiko dalam bentuk kecelakaan dan sejenisnya. 2) Biaya yang diperlukan untuk mengadakan berbagai obyek nyata kadang-kadang tidak sedikit, apalagi ditambah dengan kemungkinan kerusakan dalam menggunakannya. Tidak selalu dapat memberikan semua gambaran dari obyek yang sebenarnya, seperti pembesaran, pemotongan, dan gambar bagian demi bagian, sehingga pengajaran harus didukung pula dengan media lain.
Berdasarkan pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa media realia dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi dalam suatu pembelajaran. Media realia juga memiliki keunggulan, namun juga
21 memiliki- memiliki kelemahan tersendiri yaitu dalam segi biaya yang diperlukan, karena biaya yang diperlukan terkadang tidak sedikit.
3. Langkah-langkah Penggunaan Media Pembelajaran Menurut Sarwono (www.m-edukasi.web.id, 2012) ada tiga langkah yang pokok yang dapat dilakukan yaitu persiapan, pelaksanaan/penyajian, dan tindak lanjut. a. Persiapan Persiapan maksudnya kegiatan dari seorang tenaga pengajar yang akan mengajar dengan menggunakan media pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan tenaga pengajar pada langkah persiapan diantaranya: 1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran/perkuliahan sebagaimana bila akan mengajar seperti biasanya. Dalam rencana pelaksanaan pembelajaran/perkuliahan cantumkan media yang akan digunakan. 2) Mempelajari buku petunjuk atau bahan penyerta yang telah disediakan. 3) Menyiapkan dan mengatur peralatan yang akan digunakan agar dalam pelaksanaannya nanti tidak terburu-buru dan mencari-cari lagi serta siwa dapat melihat dan mendengar dengan baik b. Pelaksanaan/penyajian Tenaga Pengajar pada saat melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran perlu mempertimbangkan seperti: 1) Yakinkan bahwa semua media dan peralatan telah lengkap dan siap untuk digunakan, jelaskan tujuan yang akan dicapai. 2) Jelaskan lebih dahulu apa yang harus dilakukan oleh peserta didik selama proses pembelajaran. 3) Hindari kejadian-kejadian yang sekiranya dapat mengganggu perhatian/konsentrasi, dan ketenangan peserta didik. c. Tindak lanjut Kegiatan ini perlu dilakukan untuk memantapkan pemahaman peserta didik tentang materi yang dibahas dengan menggunakan media. Disamping itu kegiatan ini dimaksudkan untuk mengukur efektivitas pembelajaran yang telah dilakukannya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan diantaranya diskusi, eksperimen, observasi, latihan dan tes. Berdasarkan pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa dalam menggunakan media pembelajaran harus sesuai dengan langkah-langkah
22 yang tepat, mulai dari perencanaan, pelaksanaan/penyajian, sampai dengan tindak lanjut sehingga tujuan dalam pembelajaran dapat tecapai.
E. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah sebuah proses yang akan terus dialami oleh manusia sepanjang hidupnya. Perubahan seseorang yang asalnya tidak tahu menjadi tahu merupakan hasil dari proses belajar. Belajar menurut pendapat para ahli beraliran kontruktivisme (Suprijono, 2011: 39) menekankan pada belajar autentik, bukan artifisial. Belajar autentik adalah proses interaksi seseorang dengan objek yang dipelajari secara nyata. Belajar bukan sekadar mempelajari teks-teks (tekstual), yang terpenting adalah bagaimana menghubungkan teks itu dengan kondisi nyata atau konstekstual. Rusman (2012: 134) menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya sekadar menghafal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang. Selain itu, Saud, dkk. (2006: 3) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari pengalaman dan latihan. Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditimbulkan dalam berbagai bentuk, seperi berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap, dan
23 tingkah laku, kecakapan serta kemampuan. Oleh sebab itu, proses belajar adalah proses aktif. Berdasarkan
pendapat
para
ahli
di
atas,
maka
peneliti
menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan seseorang yang asalnya tidak tahu menjadi tahu sebagai hasil dari proses belajar individu yang didapatkan karena adanya interaksi dengan segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitar individu. Perubahan yang dialami dapat berupa perubahan sikap, pengetahuan maupun keterampilan.
b. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas merupakan kegiatan yang selalu dilakukan oleh setiap makhluk hidup. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 23) menerangkan bahwa aktivitas adalah keaktifan, kegiatan, sedangkan pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku. Tidak ada belajar, maka tidak ada aktivitas. Menurut Nasution (Ekaputra, http://hrstrike.blogspot.com, 2009) bahwa aktivitas adalah asas yang terpenting, sebab belajar sendiri merupakan suatu kegiatan. Dierich (Hamalik, 2011: 90-91) membagi kegiatan belajar menjadi 8 kelompok, yaitu: (1) kegiatan-kegiatan visual, (2) kegiatan-kegiatan lisan (oral), (3) kegiatan-kegiatan mendengarkan, (4) kegiatan-kegiatan menulis, (5) kegiatan-kegiatan menggambar, (6) kegiatan-kegiatan metrik, (7) kegiatan-kegiatan mental, dan (8) kegiatan-kegiatan emosional. Sedangkan menurut Kunandar (2010: 277), aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan
24 aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar untuk memperoleh berbagai konsep sebagai hasil belajar siswa. Adapun indikator aktivitas yang
ingin
dikembangkan
memperhatikan
penyajian
pertanyaan/pendapat, memecahkan
dalam materi
diskusi
masalah,
penelitian
pembelajaran,
kelompok,
dan
ini
berani
adalah
mengajukan
mengerjakan dalam
siswa
tes/LKS,
mengajukan
pertanyaan/mengemukakan pendapat.
c. Pengertian Hasil Belajar Kegiatan akhir dalam pembelajaran adalah proses evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar yang telah diperoleh siswa. Sebelum melaksanakan penilaian, seorang guru harus tahu apa yang harus dinilai serta bagaimana cara menilainya. Secara sederhana, hasil belajar merupakan perubahan perilaku anak setelah melalui kegiatan belajar. Menurut Sudjana (2012: 22) hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Anak yang berhasil dalam belajar adalah anak yang mencapai tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.
25 Susanto (2013: 5) berpendapat bahwa hasil belajar siswa adalah kemampuan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Maka, untuk mengetahu hasil belajar yang dipoleh siswa dapat dilakukan serangkaian tes yang dirancang sesuai dengan kebutuhan pengetahuan yang ingin diketahui. Menurut Bloom, dkk. (Sudijono, 2011: 20) hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga domain, yaitu afektif, kognitif, dan psikomotor. Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan, mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang kompleks, mulai dari hal yang mudah sampai dengan hal yang sukar, dan dari hal yang konkret sampai dengan hal yang abstrak. Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar. Anderson
(Winarno,
2013:
194)
mengemukakan
bahwa
karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam bidang pendidikan. Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila siswa telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan yang dikarenakan setelah mengalami pengalaman belajar
26 bukan hanya salah satu aspek perkembangan. Hasil belajar yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif dari aspek sikap (afektif), intelektual (kognitif), dan keterampilan (psikomotor)
2. Pengertian Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Rusman (2012: 3) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Husamah (2013: 34) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa dan perancangan pembelajaran merupakan penataan upaya tersebut agar muncul perilaku belajar. Dalam kondisi yang ditata dengan baik, strategi yang direncanakan akan memberikan peluang dicapainya hasil belajar. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan interaksi antara guru, siswa maupun sumber belajar dengan berbagai metode maupun strategi yang telah
27 direncanakan dan disesuaikan dengan lingkungan sekitar siswa sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
F. Matematika 1. Pengertian Matematika Pendidikan matematika penting diberikan kepada siswa disetiap jenjang pendidikan. Dengan pembelajaran matematika, diharapkan siswa mampu bertindak dan bertanggung jawab dalam memecahkan masalah sehari-hari. Suwangsih (2006: 3) matematika berasal dari bahasa Latin “Mathematika” yang mulanya diambil dari bahasa Yunani “Mathematike” yang berarti mempelajari. Suriasumantri (Adjie, 2006: 34) menyatakan bahwa matematika adalah salah satu alat berpikir, selain bahasa, logika, dan statistika. Sejalan dengan pendapat di atas, Hudoyo (Aisyah, dkk.2007: 1-1) menyatakan bahwa matematika berkenaan dengan ide, aturan-aturan, hubunganhubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. “Soedjadi (Adjie, 2006: 34) memberikan enam definisi atau pengertian tentang matematika, yaitu: (1) matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir dengan baik, (2) matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi, (3) matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan, (4) matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk, (5) matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik, dan (6) matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat”. Dari
beberapa
pengertian
tentang
matematika
yang
telah
dikemukakan, peneliti menyimpulkan bahwa matematika merupakan
28 penaralan logik yang mengekspresikan gagasan, ide-ide, hubungan kuantitatif sehingga memudahkan siswa untuk berpikir yang logis.
2. Pembelajaran Matematika di SD Pembelajaran matematika di SD memiliki peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir siswa. Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari (Lentera dalam http://lenterakecil.com, 2011). Pembelajaran matematika di SD merupakan pondasi utama dalam menanamkan konsep-konsep matematika melalui pembelajaran konsep yang konkret, bukan pembelajaran menghafal rumus. Pembelajaran konsep matematika menuntut guru untuk terus berpikir kreatif agar mampu mengembangkan dan menciptakan hal baru dalam menanamkan konsep matematika
kepada
siswa.
Konsep
inilah
yang
akan
membantu
memudahkan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan matematika di kehidupan sehari-hari. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 (Andriani, dalam repository.upi.edu/operator/upload/s_pgsd_0806317_chapter2.pdf,2011) menjelaskan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari Sekolah Dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswadapat
memiliki
kemampuan
memperoleh,
mengelola,
dan
29 memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
G. Kerangka Pikir Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis menghasilkan data fakta yang mendasari dilakukannya penelitian ini. Berdasarkan permasalahan yang ditentukan, peneliti melakukan identifikasi masalah untuk menemukan alternatif perbaikan yang dapat dilakukan. Sehingga, upaya perbaikan yang dilakukan dapat mengubah kondisi pembelajaran lebih baik dari sebelum dilakukan perbaikan. Selain
menggunakan
model
pembelajaran
NHT,
peneliti
juga
menggunakan media realia sebagai pendukung kegiatan pembelajaran. Diharapkan proses belajar mengajar lebih aktif dan menyenangkan. Adapun kerangka pikir penelitian dapat digambarkan sebagai berikut.
INPUT Aktivitas dan hasil belajar rendah
H.
PROSES Model pembelajaran NHT dengan Media Media Realia
I.
Guru menerangkan sekilas tentang materi yang akan diajarkan dan menjelaskan tentang model NHT Guru membagi siswa kedalam 3-5 anggota kelompok. Guru memberi nomor kepada setiap anggota dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Penomoran adalah hal yang utama dalam NHT.
OUTPUT Aktivitas dan hasil belajar memenuhi indikator
30 Dalam kerja kelompok, guru mebagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berfikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS Guru meyebut satu nomer dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang samamengangkat tangan dan meyiapkan jawaban kepada siswa dikelas. Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan. evaluasi refleksi
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, diperoleh hasil observasi yakni Pembelajaran yang masih berpusat pada guru atau ( teacher center),
proses
pembelajaran
kurang
bervariasi
sehingga
terkesan
membosankan bagi siswa. Kurang optimalnya penggunaan media dalam pembelajaran matematika, sehingga peran aktif siswa kurang terlihat dalam proses pembelajaran. Hal ini memperkuat pola pikir bahwa matematika mata pelajaran yang membosankan. Pola pikir siswa terhadap matematika ini, menyebabkan rendahnya motivasi untuk mempelajarinya. Siswa juga mengalami kesulitan ketika mengerjakan tes yang bentuknya sedikit dimodifikasi dari contoh soal yang diberikan guru. Sehingga berdampak pada rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika yang dibuktikan
31 dengan persentase siswa yang mencapai KKM, yaitu 10 siswa atau 40% dari 25 siswa. Hasil yang diharapkan melalui penerapan model pembelajaran NHT dalam pembelajaran matematika adalah meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa dan sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.
H. Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian kajian pustaka di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas, yaitu: “Apabila dalam pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran NHT dengan menggunakan media realia dan dengan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV A SD N 1 Metro Timur tahun pelajaran 2014/2015”.