BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Terdahulu Berbagai penelitian dalam bidang koperasi telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya. Salah satunya adalah penelitian Nurlela (2001), dengan judul : Pengaruh
Kemampuan
Manajerial
Pengurus,
Partisipasi
Anggota
dan
Lingkungan Usaha Terhadap Keberhasilan Koperasi di KUD ”BAHAGIA” Kecamatan Gembong Kabupaten Pati. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data dengan metode kuesioner, metode dokumentasi dan wawancara. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan metode analisis deskriptif persentase dan analisis regresi linier berganda dengan program SPSS versi 16 for Windows. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa, kemampuan manajerial pengurus, partisipasi anggota dan lingkungan usaha berpengaruh terhadap keberhasilan koperasi di KUD ”BAHAGIA” Kecamatan Gembong Kabupaten Pati baik secara bersama-sama maupun parsial. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Anwar dkk tahun 2009, dengan judul: “Pengaruh Kualitas Pelayanan Koperasi Dan
Partisipasi Anggota
Terhadap Perkembangan Usaha Anggota (Survei Pada Anggota Koperasi Pengusaha Industri Kecil Suku Cadang Mesin / KOPISMA Bandung). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan koperasi dan partisipasi anggota terhadap perkembangan volume usaha, modal usaha dan
Universitas Sumatera Utara
produksi usaha anggota Koperasi Pengusaha Industri Kecil Suku Cadang Mesin (KOPISMA) Bandung, baik secara simultan maupun secara parsial.
Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian pengujian hipotesis atau penelitian penjelasan (explanatory research) dengan melakukan observasi, wawancara, dan kuesioner sebagai instrument penelitian yang diuji validitas dan reliabilitasnya. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode sensus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kualitas Pelayanan Koperasi Dan Partisipasi Anggota berpengaruh Terhadap Perkembangan Usaha Anggota (Survei Pada Anggota Koperasi Pengusaha Industri Kecil Suku Cadang Mesin / KOPISMA Bandung). Ketaren (2007) melakukan penelitian dengan judul : “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Koperasi Credit Union Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Study Kasus: Koperasi Credit Union Partisipasi Suka Makmur Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh anggota koperasi sebanyak 204 orang. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah 40 orang. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan koperasi Credit Union, meliputi: SHU, partisipasi anggota, kepemimpinan pengurus dan manajemen koperasi. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. 1.
Nama Peneliti Nurlela (2001)
Judul Penelitian
Metode Penelitian
Pengaruh Kemampuan Manajerial Pengurus, Partisipasi Anggota dan Lingkungan
Metode kuantitatif dan kualitatif. Data dianalisis dengan metode analisis deskriptif
Kesimpulan kemampuan manajerial pengurus, partisipasi anggota dan lingkungan usaha berpengaruh terhadap keberhasilan
Universitas Sumatera Utara
No.
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Metode Penelitian
Kesimpulan
Usaha Terhadap Keberhasilan Koperasi di KUD ”BAHAGIA” Kecamatan Gembong Kabupaten Pati Pengaruh Kualitas Pelayanan Koperasi Dan Partisipasi Anggota Terhadap Perkembangan Usaha Anggota (Survei Pada Anggota Koperasi Pengusaha Industri Kecil Suku Cadang Mesin / KOPISMA Bandung). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Koperasi Credit Union Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Study Kasus: Koperasi Credit Union Partisipasi Suka Makmur Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang)
persentase dan analisis regresi linier berganda dengan program SPSS versi 16 for Windows Jenis penelitian adalah Penelitian Penjelasan (explanatory research). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode sensus.
koperasi di KUD ”BAHAGIA” Kecamatan Gembong Kabupaten Pati baik secara bersamasama maupun parsial
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan koperasi Credit Union, meliputi: SHU, partisipasi anggota, kepemimpinan pengurus dan manajemen koperasi.
2.
Anwar dkk (2009)
3.
Ketaren (2007)
2.2
Kerangka Teori
Kualitas Pelayanan Koperasi Dan Partisipasi Anggota berpengaruh Terhadap Perkembangan Usaha Anggota (Survei Pada Anggota Koperasi Pengusaha Industri Kecil Suku Cadang Mesin/KOPISMA Bandung).
2.2.1 Konsep Koperasi Menurut Swasono (2005), secara harfiah kata “Koperasi” berasal dari kata Cooperation” (Latin) atau “Cooperation” (Inggris), atau Co-operate (Belanda), atau dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai bekerja sama. Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992, Pasal 1, menyatakan bahwa “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi
Universitas Sumatera Utara
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Menurut pernyataan ICA (International Co-operate Alliance, 2002) tentang jati diri koperasi mengemukakan, Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi-aspirasi ekonomi, sosial dan budaya besama melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan dikendalikan secara demokratis. ILO (International Labour Organization) memberikan definisi koperasi yang lebih detail dan berdampak international sebagai berikut: “Co-operative define as an association of person usually of limited means, who have voluntarily joined together to achieve a common economic end through the formation of a democratically controlled business organization, making equitable contribution to the capital required and accepting a fair share of the risk and benefits of the undertaking” (Sitio dan Tamba, 2001).
Definisi yang diberikan ILO di atas, mengandung 6 elemen yang terdapat dalam koperasi sebagai berikut: 1. Koperasi adalah perkumpulan orang-orang (association of persons). 2. Penggabungan orang-orang tersebut berdasarkan kesukarelaan (voluntary joined togather). 3. Terdapat tujuan ekonomi yang ingin dicapai (to achieve a common economic end). 4. Koperasi yang dibentuk adalah suatu organisasi bisnis (badan usaha) yang diawasi dan dikendalikan secara demokratis (formation of democratically controlled bussiness arganization).
Universitas Sumatera Utara
5. Terdapat kontribusi yang adil terhadap modal yang dibutuhkan (making equitble contribution to the capital required). 6. Anggota koperasi menerima resiko dan manfaat secara seimbang (accepting a fair share of the risk and benefits of the understanding). 2.2.2 Jenis Koperasi di Indonesia Jenis-jenis koperasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Pokok-pokok Perkoperasian adalah sebagai berikut: A.
Jenis koperasi berdasarkan fungsinya : 1. Koperasi Konsumsi, didirikan untuk memenuhi kebutuhan umum seharihari para anggotanya. Yang pasti barang kebutuhan yang dijual di koperasi harus lebih murah dibantingkan di tempat lain, karena koperasi bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya. 2. Koperasi Jasa adalah untuk memberikan jasa keuangan dalam bentuk pinjaman kepada para anggotanya. Tentu bunga yang dipatok harus lebih rendah dari tempat meminjam uang yang lain. 3. Koperasi Produksi, Bidang usahanya adalah membantu penyediaan bahan baku, penyediaan peralatan produksi, membantu memproduksi jenis barang tertentu serta membantu menjual dan memasarkannya hasil produksi tersebut.
B.
Jenis koperasi berdasarkan tingkat dan luas daerah kerja 1. Koperasi Primer ialah koperasi yang yang minimal memiliki anggota sebanyak 20 orang perseorangan.
Universitas Sumatera Utara
2. Koperasi Sekunder adalah koperasi yang terdiri dari gabungan badanbadan koperasi serta memiliki cakupan daerah kerja yang luas dibandingkan dengan koperasi primer.
C.
Koperasi Berdasarkan Jenis Usahanya 1. Koperasi Simpan Pinjam (KSP) adalah koperasi yang memiliki usaha tunggal yaitu menampung simpanan anggota dan melayani peminjaman. Anggota yang menabung (menyimpan) akan mendapatkan imbalan jasa dan bagi peminjam dikenakan jasa. Besarnya jasa bagi penabung dan peminjam ditentukan melalui rapat anggota. 2. Koperasi Serba Usaha (KSU) adalah koperasi yang bidang usahanya bermacam-macam. Misalnya, unit usaha simpan pinjam, unit pertokoan untuk melayani kebutuhan sehari-hari anggota juga masyarakat, unit produksi, unit wartel. 3. Koperasi Konsumsi adalah koperasi yang bidang usahanya menyediakan kebutuhan sehari-hari anggota. Kebutuhan yang dimaksud misalnya kebutuhan bahan makanan, pakaian, perabot rumah tangga. 4. Koperasi Produksi adalah koperasi yang bidang usahanya membuat barang (memproduksi) dan menjual secara bersama-sama. Anggota koperasi ini pada umumnya sudah memiliki usaha dan melalui koperasi para anggota mendapatkan bantuan modal dan pemasaran.
Universitas Sumatera Utara
D.
Koperasi Berdasarkan Keanggotaannya 1. Koperasi Unit Desa (KUD) adalah koperasi yang beranggotakan masyarakat pedesaan. Koperasi ini melakukan kegiatan usaha ekonomi pedesaan, terutama pertanian. 2. Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI), koperasi ini beranggotakan para pegawai negeri. Sebelum KPRI, koperasi ini bernama Koperasi Pegawai Negeri (KPN). KPRI bertujuan terutama meningkatkan kesejateraan para pegawai negeri (anggota). KPRI dapat didirikan di lingkup departemen atau instansi. 3. Koperasi Sekolah, memiliki anggota dari warga sekolah, yaitu guru, karyawan, dan siswa. Koperasi sekolah memiliki kegiatan usaha menyediakan kebutuhan warga sekolah, seperti buku pelajaran, alat tulis, makanan, dan lain-lain. Keberadaan koperasi sekolah bukan semata-mata sebagai kegiatan ekonomi, melainkan sebagai media pendidikan bagi siswa antara lain berorganisasi, kepemimpinan, tanggung jawab, dan kejujuran.
2.2.3 Koperasi Serba Usaha (KSU) Koperasi serba usaha adalah koperasi yang menjalankan beberapa macam usaha yang sesuai dengan keperluan masyarakat dan lingkungan (Arifinal, 1987)”. Koperasi Serba Usaha memiliki beberapa fungsi, yaitu: a) Perkreditan, b) Penyediaan dan penyaluran sarana produksi dan keperluan sehari-hari, c) Pengelolaan serta pemasaran hasil.
Universitas Sumatera Utara
Adapun tujuan koperasi serba usaha adalah sebagai berikut: 1. Mensejahterakan anggota koperasi serba usaha pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. 2. Dapat membangun tatanan perekonomian untuk mewujudkan masyarakat maju, adil, dan makmur. 3. Memberikan pelayanan pinjaman dengan bunga murah, tepat dan cepat serta mendidik anggota untuk dapat menggunakan uang dengan bijaksana dan produktif. 4.
Memenuhi kebutuhan sehari-hari dan perkantoran anggota koperasi. Menurut Undang - Undang Nomor 25 Tahun 1992 pasal 44 ayat 2, prinsip
koperasi
serba
usaha
sama
dengan
prinsip
koperasi
yang
tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 pasal 5 ayat 1, yaitu: 1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. 2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis. 3. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota. 4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal. 5. Kemandirian.
2.2.4 Sumber Daya Manusia Koperasi Salah satu kendala utama yang dihadapi oleh koperasi yaitu masalah klasik antara lain keterbatasan kemampuan sumber daya manusia dalam mengelola koperasi. Dalam hal ini kepemahaman tentang perkoperasian dan cara
Universitas Sumatera Utara
pengelolaan yang baik menjadi faktor utama yang menunjang maju tidaknya suatu koperasi. Secara normatif pengelola (pengurus) dalam organisasi koperasi memiliki fungsi yang amat strategis yaitu bertindak sebagai pengusaha yang menjaga kesinambungan koperasi sebagai lembaga ekonomi yang efisien. Rendahnya kualitas dari pengurus koperasi disebabkan oleh berbagai faktor antara lain rendahnya kemampuannya sebagai seorang wirausaha dalam mengelola koperasi. Dalam arena persaingan global yang semakin ketat, eksistensi individu, masyarakat ataupun organisasi akan ditentukan oleh keunggulan daya saing yang berkesinambungan. Hanya dengan sumber daya manusia yang unggul dan mempunyai daya saing tinggi, suatu masyarakat atau organisasi termasuk Koperasi dapat mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada. Sumarsono (2003) menyatakan bahwa terdapat tiga syarat yang harus dimiliki oleh seorang pengelola (manajer/pengurus) koperasi, yaitu : Managerial skill, Technical skill dan Entrepreneur skill. Selain dari managerial skill dan tehnical skill, entrpreneur skill merupakan salah satu keahlian yang penting dan harus dimiliki oleh pengurus dalam menjalankan usaha koperasi. Keahlian kewirausahaan merupakan salah satu keahlian yang sangat menunjang dalam proses pengembangan suatu unit usaha, karena tanpa jiwa wirausaha yang baik maka perkembangan usaha akan rendah. Dengan demikian seorang wirausaha sangatlah diperlukan oleh setiap bentuk badan usaha, termasuk pada bentuk usaha koperasi. Melalui perannya,
Universitas Sumatera Utara
seorang wirausaha mampu menghadapi setiap tantangan dan memanfaatkan setiap peluang yang ada demi keberhasilan usaha yang dikelolanya. Selanjutnya menurut Marbun dalam Alma (2004), Pengelola koperasi baik itu pengurus ataupun manajer sebaiknya memiliki sifat-sifat yang perlu dimiliki oleh seorang wirausaha sebagai berikut ; 1) Percaya diri, 2) Berorientasikan tugas dan hasil, 3) Pengambil resiko, 4) Kepemimpinan, 5) Keorsinilan, 6) Berorientasi ke masa depan. Kompetensi sumber daya manusia seluruh unsur penggerak koperasi, baik itu anggota, pengurus, maupun pengawas harus selalu digali, diasah, dan dikembangkan sehingga muncul pemikiran-pemikiran yang kreatif dan inovatif dalam pengembangan koperasi. Widarmanto (2008), Kompetensi yang harus dimiliki oleh para anggota, pengurus, dan penggerak koperasi meliputi kompetensi kelembagaan, kompetensi pengembangan usaha dan menejerial, kompetensi penguasaan iptek, kompetensi membangun networking, kompetensi pengembangan program penciptaan keunggulan persaingan usaha, kompetensi optimalisasi pelayanan, dan kompetensi dalam membangun etos kerja. Semua kompetensi tersebut di atas apabila bisa dikembangkan secara maksimal akan menjadi kekuatan yang besar dalam mengelola koperasi yang berkualitas. Ada beberapa langkah strategis untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia tersebut. Pertama, Peningkatan kompetensi kelembagaan. Peningkatan kompetensi kelembagaan di sini berupa penyegaran kembali, penegasan kembali, serta pemahaman kembali para seluruh penggerak koperasi baik anggota, pengurus, dan pengawas tentang jati diri koperasi (co-operative
Universitas Sumatera Utara
identity) yang meliputi pemahaman kembali akan tiga aspek koperasi yaitu pengertian koperasi (definition of co-operative), nilai-nilai koperasi (values of cooperative), dan prinsip-prinsip gerakan koperasi (principles of co-operative). Melalui penyegaran dan pemahaman kembali hal-hal di atas, falsafah dan prinsipprinsip koperasi dapat dipertahankan sehingga kalau suatu saat nanti koperasi tersebut bisa berkembang tetap dapat mempertahankan prinsip-prinsip etis perkoperasian Indonesia. Kedua, Kompetensi Pengembangan Usaha dan manajerial. Setiap unsur penggerak koperasi, baik itu pengurus dan anggota harus memiliki kompetensi pengembangan usaha dan menejerial sehingga mampu mengembangkan usaha yang luwes sesuai dengan kepentingan seluruh anggota sekaligus mampu mengembangkan modal yang dipunyainya. Untuk itu para penggerak koperasi harus mampu memiliki kemampuan manejerial baik manajerial yang berkait dengan pengembangan usaha dan organisasi maupun yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan. Ketiga,
kompetensi
penguasaan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi.
Penguasaan komputer dan internet menjadi syarat utama para pelaku dan pengembangan koperasi. Dengan memiliki kompetensi itu segala hal yang berkait dengan pemasaran, pengelolaan keuangan, mitra usaha, dan pencitraan lembaga koperasi dalam dilakukan dengan cara yang efektif dan menjangkau sasaran yang luas. Keempat, Kompetensi membangun networks. Dalam dunia menyeluruh tak hanya persaingan yang menjadi problem pelaku ekonomi, namun juga bagaimana
Universitas Sumatera Utara
kemampuan menjalin kerjasama dan membentuk jejaring usaha. Semua badan ekonomi termasuk juga koperasi harus mampu menjalin sebanyak mungkin networks atau jaringan kerja, harus mampu membentuk jejaring usaha yang seluas-luasnya sehingga dapat menciptakan pasar. Kelima, kompetensi pengembangan program penciptaan keunggulan persaingan usaha. Ini berkaitan dengan kemampuan usaha bagi koperasi kecil untuk dapat mengembangkan diri dengan menekankan pada sebuah produk atau layanan unggulan sekaligus membangun pasar bagi produk atau layanan jasa yang dilakukan. Kompetensi ini dapat diraih dengan menekankan pada bentuk pendidikan dan latihan kewirausahaan, pendampingan usaha dan permodalan. Keenam, adalah kompetensi optimalisasi pelayanan. Ini berarti setiap pengurus maupun anggota koperasi harus memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan kolektif anggotanya sekaligus mampu memenuhi kebutuhan kolektif tersebut. Setelah identifikasi akan dapat ditentukan skala prioritas dengan mempertimbangkan pelbagai aspirasi. Dengan pemberdayaan yang berkesinambungan koperasi diharapkan tumbuh berkembang dan berkualitas sehingga memiliki daya tawar yang setara dengan pelaku ekonomi lain. Untuk itu perlu adanya upaya yang serius untuk meningkatkan dan memberdayakan kompetensi sumber daya manusia perkoperasian yang dilakukan secara kontinuitas baik melalui media pendidikan, media massa maupun media yang lain.
Universitas Sumatera Utara
2.2.5 Partisipasi Anggota Koperasi Partisipasi anggota merupakan kunci keberhasilan organisasi dan usaha koperasi. Secara harfiah, partisipasi berarti meningkatkan peran serta orang-orang yang mempunyai visi dan misi yang sama bagi mengembangkan organisasi maupun usaha koperasi. Pendirian koperasi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan anggota, artinya perusahaan koperasi sejatinya mampu memenuhi kebutuhan anggotanya, artinya perusahaan koperasi sejatinya mampu memenuhi kebutuhan anggotanya, demikian pula sebaliknya anggota memanfaatkan layanan perusahaan koperasi, perhatian dan bertanggung jawab terhadap perusahaan koperasi dalam bentuk kontribusi berbagai bentuk simpanan maupun ikut menanggung resiko usaha koperasi, serta secara proaktif ikut serta dalam berbagai bentuk maupun proses pengambilan keputusan usaha koperasi. Partisipasi anggota dilandaskan pada prinsip identitas gandanya (dual identity), yaitu anggota sebagai pemilik, sekaligus sebagai pengguna. Sebagai pemilik, anggota wajib berpartisipasi dalam penyertaan modal, pengawasan dan membuat keputusan; sedangkan sebagai pengguna/pelanggan, anggota koperasi wajib memanfaatkan fasilitas, layanan, barang, maupun jasa yang disediakan oleh koperasi. Derajat ketergantungan antara anggota dengan perusahaan koperasi atau sebaliknya akan menentukan baik buruknya perkembangan organisasi maupun usaha koperasi. Semakin kuat ketergantungan anggota dengan perusahaan koperasi, maka semakin tinggi dan baik perkembangan organisasi dan usaha koperasi, sehingga koperasi merasakan manfaat keberadaan koperasi dan kopreasi semakin sehat berkembang sebagai badan usaha atas dukungan anggota secara
Universitas Sumatera Utara
penuh. Koperasi memberikan manfaat (cooperative effect) secara ekonomi langsung maupun tidak langsung bagi anggota, dan anggota mendukung, berinteraksi, dan proaktif bagi perkekmbangan usaha koperasi. Mengenai partisipasi anggota, Ariffin (2004) menyebutkan, bahwa keanggotaan dalam koperasi merupakan salah satu aspek penting, karena maju mundurnya sebuah koperasi antara lain dipengaruhi oleh tingkat partisipasi anggota di koperasi. Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian Rachmad(1993) yang
menyatakan
bahwa
anggota
merupakan
faktor
penentu
keberhasilan pengembangan koperasi. Dalam (Rachmad, 1993) disebutkan, bila dilihat faktor yang turut mempengaruhi aktivitas partisipasi anggota maka mutu pelayanan koperasi kepada anggota merupakan faktor kunci dalam peningkatan partisipasi anggota koperasi. Sementara itu Burhannudin (2005) menyebutkan salah satu kriteria determinan keberhasilan koperasi adalah kemampuan koperasi menumbuhkan partisipasi
demokratis
anggota
dalam
pembagian
manfaatekonomi
dan
risiko.Dengan demikian partisipasi anggota memegang peranan penting dalam mewujudkan keberhasilan pemberdayaan koperasi. Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosional dari orang-orang dalam situasi kelompok yang mendorong orang-orang tersebut memberikan kontribusinya terhadap tujuan kelompoknya itu dan berbagai tanggung jawab atas pencapaian tujuan tersebut. Partisipasi anggota koperasi berarti anggota memiliki keterlibatan mental dan emosional terhadap koperasi, memiliki motivasi
Universitas Sumatera Utara
berkontribusi kepada koperasi, dan berbagai tanggung jawab atas pencapaian tujuan organisasi maupun usaha koperasi. Deputi bidang pengembangan sumber daya manusia Kementerian koperasi dan usaha kecil dan menengah Republik indonesia Tahun 2010, menjelaskan bahwa, Partisipasi anggota dalam koperasi dapat dirumuskan sebagai keterlibatan para anggota secara aktif dan menyeluruh dalam pengambilan keputusan, penetapan kebijakan, arah dan langkah usaha, pengwasan terhadap jalannya usaha koperasi, penyertaan modal usaha, dalam pemanfaatan usaha, serta dalam menikmati sisa hasil usaha. Partisipasi anggota juga dapat diartikan sebagai keikutsertaan anggota dalam berbagai bentuk kegiatan yang diselenggarakan oleh koperasi, baik kedudukan anggota sebagai pemilik maupun sebagai pengguna/pelanggan. Keikutsertaan anggota ini diwujudkan dalam bentuk pencurahan pendapat dan pikiran dalam pengambilan keputusan, dalam pengawasan, kehadiran dan keaktifan dalam rapat anggota, pemberian kontirbusi modal keuangan, serta pemanfaatan pelayanan yang diberikan oleh koperasi. Secara umum, partisipasi anggota koperasi menyangkut partisipasi terhadap sumberdaya, pengambilan keputusan, dan pemanfaatan, atau seringkali dibuat kategori partisipasi kontributif, partisipasi insentif. Sejalan dengan kedudukan anggota koperasi yang memiliki identitas ganda baik sebagai pemilik maupun pengguna/pelanggan, maka bentuk partisipasi anggota juga mengikutinya. Sebagai pemilik, anggota memberikan kontribusi terhadap pembentukan dan pertumbuhan perusahaan koperasi dan bentuk
Universitas Sumatera Utara
kontribusi keuangan, penyertaan modal, pembentukan cadangan, simpanan, serta ikutserta dalam mengambil bagian dalam penetapan tujuan, pembuatan keputusan koperasi maupun aktif dalam proses pengawasan terhadap tata kehidupan organisasi koperasi dan kinerja usaha koperasi. Selanjutnya sebagai pengguna, anggota memanfaatkan berbagai potensi dan layanan yang disediakan koperasi dalam memenuhi kebutuhan anggota dan menunjang kegiatan usaha koperasi. Berdasarkan penjelasan diatas, maka secara generik terdapat beberapa bentuk partisipasi anggota koperasi, yaitu : 1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan dalam rapat anggota (kehadiran, keaktifan, dan penyampai/mengemukakan pendapat/saran/ide/gagasan/kritik bagi koperasi). 2. Partisipasi dalam kontribusi modal (dalam berbagai jenis simpanan, simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela/manasuka, jumlah dan frekuensi menyimpan simpanan, penyertaan modal). 3. Partisipasi dalam pemanfaatan pelayanan (dalam berbagai jenis unit usaha, jumlah dan frekuensi pemanfaatan layanan dari setiap unit usaha koperasi, besaran transaksi berdasarkan waktu dan unit usaha yang dimanfaatkan, besaran pembelian atau penjualan barang maupu jasa yang dimanfaatkan, cara pembayaran atau cara pengambilan, bentuk transaksi, waktu layanan). 4. Partisipasi dalam pengawasan koperasi (dalam menyampaikan kritik, tata cara penyampaian kritik, ikut serta melakukan pengawasan jalannya organisasi dan usaha koperasi).
Universitas Sumatera Utara
2.2.6 Pelayanan Koperasi Koperasi diharuskan meningkatkan pelayanan kepada anggota-anggotanya, mengingat pelayanan terkait dengan adanya tekanan persaingan dari organisasi perusahaan lain (non koperasi). Koperasi harus layak dan efisien memberikan layanan yang dapat dinikmati secara sosial ekonomi oleh anggota, disamping juga mampu mengantisipasikan kemungkinan perubahan kebutuhan atau kepentingan dari anggota. Perubahan kebutuhan anggota berhubungan lurus dengan perubahan waktu peradaban, dan perkembangan jaman, sehingga hal ini menentukan pula pola kebutuhan angota dalam konsumsi, produksi, maupun distribusi. Kondisi ini memposisikan koperasi harus mampu memberikan pelayanan prima yang disesuaikan dengan kebutuhan anggota. Jika perusahaan koperasi memberi pelyanan kepada anggota yang jauh lebih besar, lebih menarik, dan lebih prima dibanding dengan dari perusahaan non koperasi, maka koperasi akan mendapat partisipasi penuh dari anggota. Demikian pula sebaliknya, partisipasi anggota yang tinggi dalam memanfaatkan segala layanan barang, jasa, yang tersedia dikoperasi pada akhirnya meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan terbaik dan prima oleh perusahaan koperasi. Mahri (2006) menyatakan bahwa, pelayanan koperasi kepada anggota adalah jasa yang diberikan koperasi dalam memajukan usaha anggotanya. Oleh karena itu, sebagian koperasi adalah pemberi pelayanan yang bertugas memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada usaha anggota-nya.
Universitas Sumatera Utara
Terkait dengan pelayanan usaha koperasi, koperasi selain memberikan kesejahteraan pada anggotanya (social motive) juga mempunyai tujuan untuk mencapai keuntungan (profile motive). Kesejahteraan pada anggota dapat diwujudkan salahs atunya dengan cara memberikan pelayanan yang baik pada anggotanya. Aziz (2003), menyatakan bahwa sasaran pelayanan koperasi tersebut dapat tercapai melalui pelayanan pada unit-unit usaha koperasi dengan cara : 1. Unit Usaha Pertokoan Dalam memberikan pelayanan dipertokoan harus mempertimbangkan ; a) Sikap dan kemampuan karyawan setempat Karyawan dapat dikatakan sebagai ujung tombak pemasaran barangbarang yang akan dijual koperasi. Dengan keramahan dann kecepatan dalam melayani anggota serta kemampuan karyawan dalam memberikan informasi tentang produk yang dijualm koperasi akan mampu menarik minat anggota untuk berbelanja di koperasi. Konsumen akan merasa senang apabila karyawan yang melayani kebutuhan ramah serta cekatan. Akibatnya anggota akan memutuskan untuk melakukan pembelian kembali di koperasi. b) Barang yang disediakan 1. Kelengkapan jenis barang Mudah memperoleh barang yang dibutuhkan merupakan kepuasan tersendiri bagi anggota. Apalagi bila hampir semua kebutuhan tersebut
Universitas Sumatera Utara
didapat dengan membeli di satu tempat yaitu koperasi. Hal ini akan menghemat waktu, tempat dan biaya. Untuk melengkapi jenis barang yang dijual, koperasi harus menggali informasi atau mengetahui berbagai produk kebutuhan anggota. 2. Harga dan Kualitas Anggota akan cenderung berbelanja di koperasi bila barang dijual berkualitas
tinggi
dengan
harga
yang
terjangkau.
Sebelum
memutuskan untuk berbelanja di koperasi, tentunya anggota akan membandingkan dengan kualitas dan harga yang dijual di toko lain. Tidak menutup kemungkinan bila anggota beralih ke toko lain karena toko tersebut memberikan harga yang relative rendah dengan kualitas barang yang sama, karena itu dalam menetapkan harga hendaknya dilakukan sedemikian rupa sehingga kompetitif dan dapat menutup biaya dan masih ada margin untuk laba. Paling tidak harga yang diberikan ada yang sama dengan harga pasar. 3. Jumlah Barang Agar tidak mengecewakan anggota sebagai konsumen, hendaknya koperasi mengadakan pengendalian persediaan terhadap barang yang dijual. Dengan demikian tidak akan dijumpai situasi dimana pembeli sudah antri, ternyata barang yang dibutuhkan kosong (persediaan habis). Pengendalian persediaan dilakukan dengan memadukan bagian penjualan, pembelian, distribusi dan gudang.
Universitas Sumatera Utara
c) Tehnik Layanan Tehnik
layanan
dalam
hal
ini
berkaitan
dengan
upaya
untuk
mempermudah anggota dalam memperoleh barang yang dibutuhkan. Kemudahan ini diperoleh dengan pemberian layanan berupa melayani pembelian secara kredit. d) Keadaan Toko Keadaan toko dapat mempengaruhi image anggota terhdap koperasi baik itu dari segi lokasi, layout barang maupun layout ruang. Anggota akan memutuskan berbelanja di koperasi apabila lokasi toko tersebut mudah dijangkau. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan biaya, tenaga dan waktu. Pemberian pelayanan usaha yang baik dari koperasi kepada anggotanya akan mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh anggota, apakah akan berperan atau tidak dalam kegiatan koperasi. Atau dengan kata lain, kualitas pelayanan usaha yang baik dari koperasi akan dapat merangsang minat anggota untuk bekersasama atau berperan dalam kegiatan koperasi, karena manfaat yang akan diperolehnya. Sebaliknya kualitas pelayanan yang kurang baik akan dapat mempengaruhi keingginan anggota untuk tidak berperan serta dalam koperai. Hal ini wajar karena koperasi dibentuk dengan tujuan utama adalah meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Menurut Aziz (2003) ada dua faktor utama yang mengharuskan koperasi meningkatkan pelayanan kepada anggotanya, yaitu : 1) Adanya tekanan
Universitas Sumatera Utara
persaingan dari organisasi lain (terutama organisasi non koperasi) dan 2) Perubahan kebutuhan manusia sebagai akibat perubahan waktu dan peradaban. Perubahan kebutuhan ini akan menentukan pola kebutuhan anggota dalam mengkonsumsi produk-produk yang di tawarkan oleh koperasi
2.2.7 Keberhasilan Pengelolaan Koperasi Keberhasilan pengelolaan koperasi adalah merupakan prestasi dalam melaksanakan kegiatan berbisnis dalam meningkatkan kesejahtraan anggotanya dan masyarakat pada umumnya. Keberhasilan pengelolaan koperasi tersebut dapat dicapai karena dilaksanakan dengan manajemen yang baik. Ester (2011) menyatakan bahwa, keberhasilan yang dicapai koperasi tidak semata-mata diukur dengan tingkat efisiensi koperasi sebagai perusahaan ataupun keuntungan yang didapat, melainkan diukur dengan seberapa efisien koperasi tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat, serta dapat menimbukan dampak yang baik untuk lingkungan. Adapun syarat-syarat agar koperasi dapat mencapai keberhasilan, yaitu :a) Berusaha dengan efisien dan produktif, b) Efisien dan efektif bagi para anggota, c)
Memberikan saldo bagi
setiap anggota dalam jangka panjang, d) menghindari terjadi situasi, dimana kemanfaatan dari usaha bersama merupakan barang milik umum Menurut Hanel, dalam Yuliani (2007), bahwa untuk mengukur koperasi ada tiga jenis efisiensi yang dapat dijadikan ukuran keberhasilan, yaitu sebagai berikut: 1) Efisiensi pengelolaan usaha adalah sejauhmana koperasi dikelola secara efisien dalam rangka mencapai tujuan sebagai suatu badan mandiri, 2)
Universitas Sumatera Utara
Efisiensi pembangunan adalah penilaian atas dampak-dampak secara langsung atau tidak langsung yang timbul oleh koperasi sebagai kontribusi koperasi terhadap pencapaian tujuan pembangunan dan 3) efisiensi yang berorientasi pada kepentingan para anggota adalah suatu tingkat dimana melalui berbagai kegiatan pelayanan yang bersifat menunjang kegiatan usaha koperasi, kepentingan anggota dan tujuan bersama para anggotanya. Dengan demikian manajemen koperasi harus dilaksanakan sebaikbaiknya oleh semua perangkat organisasi koperasi. Untuk meningkatkan kepentingan anggota, manajemen koperasi harus peka terhadap proses keanggotaan melalui penerapan manajemen keanggotaan. Fungsi operasional keanggotaan koperasi dapat diartikan sebagai suatu proses dari fungsi perencanaan, pengorganisasiaan, pelaksanaan, dan pengawasan dalam pengadaaan anggota (procurement), pengembangan anggota (development), pemberiaan manfaat kepada anggota (benefit), pemeliharaan anggota (maintenence), dan pemutusan hubungan keanggotaan (separation). Sebagai badan usaha, koperasi dituntut oleh para anggotanya untuk sukses mewujudkan tujuan yang sudah ditetapkan dalam Rapat Anggota. Menurut Limbong (2010), tingkat keberhasilan koperasi dilihat dari tiga faktor utama, yaitu faktor pertama adalah partisipasi anggota. Partisipasi anggota adalah pelaksanaan kewajiban dan hak sebagai anggota. Tingkat partisipasi anggota koperasi dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti besarnya nilai manfaat pelayanan koperasi. Partisipasi anggota akan efektif jika tejadi kesesuaian kebutuhan dan keinginan dengan output yang diterima anggota.
Universitas Sumatera Utara
Faktor penentu keberhasilan koperasi yang kedua adalah profesionalisme manajemen. Mutu manajemen koperasi akan sangat menentukan keberhasilan usaha-usaha bisnis koperasi. Manajemen disini menyangkut perencanaan bisnis, pengawasan dan pengendalian, hingga evaluasi dan pengendalian keuangan. Mutu manajemen koperasi sangat ditentukan oleh kapasitas organisasi dan leadership koperasi, mutu tenaga profesional, ketepatan memilih strategi bisnis, penetrasi pasar, jaringan yang dibangun, pemanfaatan iptek serta riset dan informasi. Sedangkan hal lain yang menentukan tingkat keberhasilan koperasi adalah faktor dari luar koperasi. Faktor dari luar koperasi yang berpengaruh adalah peraturan perundang-undangan dan peraturan pemerintah atau kebijakan pemerintah terkait kebijakan dibidang ekonomi. Dalam hal ini bukan hanya undang-undang koperasi, tetapi juga peraturan perundang-undangan non koperasi seperti undang-undang penanaman modal persaingan usaha, pajak, perbankan dan lain-lain.
2.3 Kerangka Konseptual Koperasi sebagai salah satu lembaga keuangan yang tumbuh di masyarakat saat ini masih dilirik sebagai lembaga keuangan yang dinomorduakan. Padahal, kebaradaan koperasi ini dapat membantu ekonomi masyarakat kecil maupun kelompok usaha kecil dan menengah yang sedang berkembang dalam mencari modal usahanya. Demikian juga halnya dengan koperasi serba usaha sebagai bagian dari koperasi yang menjalankan beberapa macam usaha yang sesuai dengan keperluan masyarakat dan lingkungan harus dikelola secara maksimal
Universitas Sumatera Utara
karena dengan pengelolaan yang maksimal akan membawa pada keberhasilan usaha koperasi. Koperasi serba usaha adalah koperasi yang menyelenggarakan usaha lebih dari satu macam kebutuhan ekonomi atau kepentingan ekonomi para anggotanya yang biasanya koperasi ini tidak terbentuk sekaligus untuk melakukan bermacammacam usaha, melainkan makin luas karena kebutuhan anggota yang makin berkembang, kesempatan usaha yang terbuka dan lain-lain sebab. (Anoraga dan Widiyanti, 2003) Namun realita dilapangan masih terdapat berbagai faktor penghambat dalam keberhasilan pengelolaan koperasi termasuk koperasi serba usaha, antara lain sumber daya manusia (pengelola) koperasi, manajemen, partisipasi dan pelayanan yang diberikan koperasi. Menurut Subiakto dalam Limbong (2010), bahwa kegagalan koperasi disebabkan: 1) masih terbatasnya kualitas dan partisipasi anggota, 2) terbatasnya sumber daya manusia yang profesional, 3) belum berkembangnya perangkat lunak organisasi koperasi, 4) lemahnya komponen modal dalam struktur permodalan, dan 5) belum tumbuhnya kemampuan koperasi untuk menyatukan seluruh kemampuan yang dimiliki. Berdasarkan pendapat Subiakto, dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusia merupakan salah satu keberhasilan pengelolaan koperasi. Sumber daya manusia koperasi sebagaimana yang dijelaskan Hadipermana dalam Andriyani (2012) adalah sumber daya atau potensi, atau kemampuan atau kekuatan yang ada dalam diri manusia koperasi, yang menentukan kualitas manusia koperasi
Universitas Sumatera Utara
sehingga mampu berprestasi dan menjadikan koperasi efektif dan efisien dalam melayani anggota. Sumber daya manusia koperasi itu tidak terbatas pada karyawan atau pegawai koperasi, tetapi juga mencakup manajer, pengurus, pengawas dan bahkan para anggotanya. Salah satu sumber daya manusia dalam koperasi adalah pengurus. Pengurus dalam koperasi memiliki peranan yang cukup penting dalam keberhasilan pengelolaan koperasi. Hal ini senada dengan pendapat Sumarsono (2003) bahwa “Pengurus koperasi mempunyai kedudukan yang sangat menentukan bagi keberhasilan koperasi sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial. Dengan demikian dalam memilih pengurus koperasi sangat diutamakan bagi mereka yang memiliki berbagai macam kemampuan atau potensi agar dapat mengkelola koperasi menuju keberhasilan. Secara normatif pengelola (pengurus) dalam organisasi koperasi memiliki fungsi yang amat strategis yaitu bertindak sebagai pengusaha yang menjaga kesinambungan koperasi sebagai lembaga ekonomi yang efisien. Rendahnya kualitas dari pengurus koperasi disebabkan oleh berbagai faktor antara lain rendahnya kemampuannya sebagai seorang wirausaha dalam mengelola koperasi. Hal ini yang mengakibatkan proses manajemen koperasi lemah sehingga arah dan tujuan yang hendak di capai koperasi tidak bisa diraih terutama dalam peningkatan perkembangan usaha dari koperasi. Selain itu, partisipasi anggota juga memegang peranan penting dalam keberhasilan pengelolaan koperasi. Anggota Koperasi sebagai modal utama dari koperasi, berhasil atau tidaknya pengeolalaan koperasi akan ditentukan oleh peran
Universitas Sumatera Utara
aktif anggota baik sebagai pemodal (pemilik), nasabah (konsumen) serta sebagai penerima manfaat atau dengan kata lain anggota adalah raja. Ini adalah realita dalam perkoperasian karena anggota sebagai pemilik koperasi memberikan makna bahwa anggota memiliki hak penuh menentukan diterima atau disetujuinya perencanaan usaha yang diajukan oleh Pengurus dan Pengawas dalam forum Rapat Anggota. Selanjutnya pelayanan koperasi juga merupakan unsur penting dalam mengelola koperasi. Koperasi akan berhasil apabila dikelola dengan menerapkan pelayanan yang optimal kepada anggota koperasi. Pelayanan Koperasi kepada anggota adalah jasa yang diberikan Koperasi dalam memajukan usaha anggotanya. Oleh karena itu, sebagian Koperasi adalah pemberi pelayanan yang bertugas memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada usaha anggota-nya. Oleh karena itu untuk memberikan pelayanan yang baik kepada anggota Koperasi harus mewujudkannya melalui penyediaan barang dan jasa yang sesuai dengan keinginan anggota dengan penawaran harga, kualitas dan kondisi yang lebih menguntungkan anggota dari pada penawaran yang ditawarkan oleh pasar. Karakteristik yang harus dimiliki oleh Koperasi agar dapat disebut sebagai pusat pelayanan, menurut Nasution (2008) adalah sebagai berikut : 1. Mampu menyediakan sarana dan bahan kebutuhan masyarakat yang sesuai dengan kodrat sebagai manusia baik untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk kegiatan produksi
Universitas Sumatera Utara
2. Mampu berperan untuk membangkitkan inisiatif lokal agar semua masyarakat dapat meningkatkan peran sertanya dalam proses pembangunan dan menikmati hasil-hasil pem-bangunan tersebut 3. Dapat berperan sebagai sarana dalam proses transformasi struktural termasuk redistribusi faktor-faktor produksi dan pendapatan. Oleh karena itu, pelayanan yang baik dari Koperasi, akan meningkatkan keberhasilan usaha koperasi. Demikian pula Koperasi sebagai organisasi ekonomi merupakan wadah berbagai kegiatan ekonomi masyarakat, bisa diterima oleh anggota karena adanya pelayanan yang diberikan sesuai dengan bentuk dan kebutuhan yang diberikan oleh anggota sehingga dapat meningkatkan keberhasilan pengelolaan koperasi. Keberhasilan pengelolaan koperasi adalah merupakan prestasi dalam melaksanakan kegiatan berbisnis dalam meningkatkan kesejahtraan anggotanya dan masyarakat pada umumnya. Keberhasilan KSU antara lain bisa dilihat sebagai suatu peningkatan dalam kuantitas asset usaha, jasa, perolehan (pendapatan) atau hal-hal lain. Lebih khusus untuk koperasi, keberhasilan mungkin dapat ditinjau baik aspek peningkatan aktual atau relatif keanggotaan, simpan pinjam, SHU, kekayaan modal mandiri, jasa pelayanan dan sebagainya. Rahardjo (2004) yang menyatakan kunci keberhasilan pemberdayaan koperasi terletak pada kemampuan manajemen yakni : a) Harus memiliki rencana usaha (corporate plan) yang mencakup rumusan mengenai visi,misi dan tujuan budaya bisnis, strategi pengembangan, target-target jangka pendek dan menengah,
Universitas Sumatera Utara
dan rencana keuangan (cash flow); b) Pembinaan kelembagaan melalui proses profesionalisasi; dan c) Setiap unit koperasi mikro memiliki standar prosedur koperasi. Hal yang sama juga disampaikan oleh Burhannudin (2005) yang menyebutkan beberapa kriteria determinan keberhasilan koperasi adalah kemampuan manajemen pengelola koperasi yakni: a) Kelayakan ekonomis koperasi sebagai suatu perusahaan; b) Kapasitas koperasi untuk beradaptasi, tumbuh dan melakukan inovasi; c) Kemampuan koperasi untuk menyediakan jasa yang
dibutuhkan
anggotanya;
d)Kemampuan
koperasi
untuk
menumbuhkan partisipasi demokratis anggota perencanaan dan implementasi pengambilankeputusan termasuk dalam pembagian manfaat ekonomi dan risiko; dan e) Kemampuan koperasi meraih sasaran-sasaran sosial dan ekonomi yang telah dicanangkan. Dari uraian sebelumnya, maka kerangka konseptual penelitian ini dapat ditunjukkan pada Gambar:
Kemampuan SDM KSU
Partisipasi Anggota KSU
Keberhasilan KSU
Sistem Pelayanan KSU
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual
Universitas Sumatera Utara
2.4
Hipotesis Penelitian Berdasarkan
kerangka
konseptual
diungkapkan
sebelumnya
maka
dihipotesiskan: 1. Kemampuan Sumber Daya Manusia Koperasi Serba Usaha (KSU berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan Koperasi Serba Usaha (KSU). 2. Partisipasi Anggota Koperasi Serba Usaha (KSU) berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan Koperasi Serba Usaha (KSU). 3. Sistem Pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan Koperasi Serba Usaha (KSU).
Universitas Sumatera Utara