BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku manusia antara lain ; berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003). Menurut Robert Kwick (1974), perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Sedangkan menurut Ensiklopedia Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007), seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Namun, dalam memberikan respon sangat bergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan Perilaku dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Determinan atau Faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat pengetahuan, jenis kelamin, perhatian, persepsi, tingkat emosional, motivasi, dan sebagainya. 2. Determinan atau Faktor eksternal, yakni berupa faktor lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi maupun politik.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Bentuk Perilaku Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1.
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.
2.
Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).
2.3. Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo 2003). Menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya). 2.3.1. Tingkatan Pengetahuan 1. Pengetahuan Faktual (Factual knowledge) Pengetahuan yang berupa potongan - potongan informasi yang terpisah-pisah atau unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan faktual
Universitas Sumatera Utara
pada umumnya merupakan abstraksi tingkat rendah. Ada dua macam pengetahaun faktual yaitu pengetahuan tentang terminologi (knowledge of terminology) mencakup pengetahuan tentang label atau simbol tertentu baik yang bersifat verbal maupun non verbal dan pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur (knowledge of specific details and element) mencakup pengetahuan tentang kejadian, orang, waktu dan informasi lain yang sifatnya sangat spesifik. 2. Pengetahuan Konseptual Pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi bersama - sama. Pengetahuan konseptual mencakup skema, model pemikiran, dan teori baik yang implisit maupun eksplisit. Ada tiga macam pengetahuan konseptual, yaitu pengetahaun tentang kelasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi, dan pengetahuan tentang teori, model, dan sruktur. 3. Pengetahuan Prosedural Pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu, baik yang bersifat rutin maupun yang baru. Seringkali pengetahuan prosedural berisi langkah-langkah atau tahapan yang harus diikuti dalam mengerjakan suatu hal tertentu. 4. Pengetahuan Metakognitif Mencakup pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan tentang diri sendiri. Penelitian-penelitian tentang metakognitif menunjukkan bahwa seiring dengan perkembangannya siswa menjadi semakin sadar akan pikirannya dan semakin banyak tahu tentang kognisi, dan apabila siswa bisa mencapai hal ini maka mereka akan lebih baik lagi dalam belajar.
Universitas Sumatera Utara
Dimensi proses kognitif dalam taksonomi yang baru yaitu: 1. Menghafal (Remember) Menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: mengenali (recognizing) dan mengingat (recalling). 2. Memahami (Understand) Mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, mengaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa. Karena penyususn skema adalah konsep, maka pengetahuan konseptual merupakan dasar pemahaman. Kategori memahami mencakup tujuh proses kognitif: menafsirkan (interpreting), memberikan contoh (exemplifying), mengkelasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), menarik inferensi (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining). 3. Mengaplikasikan (Applying) Mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: menjalankan (executing) dan mengimplementasikan (implementing).
Universitas Sumatera Utara
4. Menganalisis (Analyzing) Menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsurunsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut dan struktur besarnya. Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis: membedakan (differentiating), mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan tersirat (attributting). 5. Mengevaluasi Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa (checking) dan mengritik (critiquing). 6. Membuat (create) Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu: membuat (generating),
merencanakan
(planning),
dan
memproduksi
(producing)
(Widodo,2006). 2.3.2. Sumber-Sumber Pengetahuan Sumber pertama yaitu kepercayaan berdasarkan tradisi, adat dan agama, adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang. Sumber ini biasanya berbentuk normanorma dan kaidah-kaidah baku yang berlaku di dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam norma dan kaidah itu terkandung pengetahuan yang kebenarannya boleh jadi tidak dapat dibuktikan secara rasional dan empiris, tetapi sulit dikritik untuk diubah begitu saja. Jadi, harus diikuti dengan tanpa keraguan, dengan percaya secara bulat.
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat tetap (mapan) tetapi subjektif. Sumber kedua yaitu pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian orang lain, juga masih diwarnai oleh kepercayaan.Pihak-pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat dipercayai adalah orangtua, guru, ulama, orang yang dituakan, dan sebagainya. Apa pun yang mereka katakan benar atau salah, baik atau buruk, dan indah atau jelek, pada umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuh tanpa kritik. Karena, kebanyakan orang telah mempercayai mereka sebagai orangorang yang cukup berpengalaman dan berpengetahuan lebih luas dan benar. Boleh jadi sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran, tetapi persoalannya terletak pada sejauh mana orang-orang itu bisa dipercaya. Lebih dari itu, sejauh mana kesaksian pengetahuannya itu merupakan hasil pemikiran dan pengalaman yang telah teruji kebenarannya. Jika kesaksiannya adalah kebohongan, hal ini akan membahayakan kehidupan manusia dan masyarakat itu sendiri. Sumber ketiga yaitu pengalaman indrawi. Bagi manusia, pengalaman indrawi adalah alat vital penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung dan bisa pula melakukan kegiatan hidup. Sumber keempat yaitu akal pikiran. Berbeda dengan panca indera, akal pikiran memiliki sifat lebih rohani. Karena itu, lingkup kemampuannya melebihi panca indera, yang menembus batas-batas fisis sampai pada hal-hal yang bersifat metafisis. Kalau panca indera hanya mampu menangkap hal-hal yang fisis menurut sisi tertentu, yang satu persatu, dan yang berubah-ubah, maka akal pikiran mampu menangkap hal-
Universitas Sumatera Utara
hal yang metafisis, spiritual, abstrak, universal, yang seragam dan yang bersifat tetap, tetapi tidak berubah-ubah. Oleh sebab itu, akal pikiran senantiasa bersikap meragukan kebenaran pengetahuan indriawi sebagai pengetahuan semu dan menyesatkan. Singkatnya, akal pikiran cenderung memberikan pengetahuan yang lebih umum, objektif dan pasti, serta yang bersifat tetap, tidak berubah-ubah. Sumber kelima yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang paling dalam. Jadi, sangat bersifat spiritual, melampaui ambang batas ketinggian akal pikiran dan kedalaman pengalaman. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan pengalaman batin yang bersifat langsung. Artinya, tanpa melalui sentuhan indera maupun olahan akal pikiran. Ketika dengan serta-merta seseorang memutuskan untuk berbuat atau tidak berbuat dengan tanpa alasan yang jelas, maka ia berada di dalam pengetahuan yang intuitif. Dengan demikian, pengetahuan intuitif ini kebenarannya tidak dapat diuji baik menurut ukuran pengalaman indrawi maupun akal pikiran. Karena itu tidak bisa berlaku umum, hanya berlaku secara personal belaka (Suhartono, 2008). 2.3.3. Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). 2.3.4 Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan Ada beberapa faktor yang memengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain : 1. Pendidikan
Universitas Sumatera Utara
Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula pengetahuannya (Wied Hary A, 1996 dalam Hendra AW, 2008). 2. Pengalaman Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoadmojo, 1997). 3. Usia Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun (Singgih, 1998 dalam Hendra AW, 2008). Selain itu Abu Ahmadi, 2001 dalam Hendra AW, 2008 juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. 4. Informasi
Universitas Sumatera Utara
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Wied Hary A, 1996 dalam Hendra AW, 2008). 2.4. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Notoatmodjo (2005) dalam bukunya membagi sikap menjadi empat tingkatan, yakni: a. Menerima (receiving) Menerima diartikan orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). b. Merespon (responding) Merespon diartikan memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap ini karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas pekerjaan itu benar atau salah, adalah bahwa orang menerima ide tersebut. c. Menghargai (valuing) Menghargai
diartikan
mengajak
orang
lain
untuk
mengerjakan
atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ini. d. Bertanggung jawab (responsible)
Universitas Sumatera Utara
Bertanggung jawab diartikan berkaitan atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi dalam tingkatan sikap.
2.4.1. Pengukuran Sikap Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu obyek, sedangkan tidak langsung adalah dengan memperhatikan atau melakukan observasi kepada responden. Adapun ciri-ciri sikap menurut WHO adalah: 1. Pemikiran dan perasaan (Thoughts and feeling), hasil pemikiran dan perasaan seseorang atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus. 2. Adanya orang lain yang menjadi acuan (Personal references) merupakan faktor penganut sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi tetap mengacu pada pertimbangan-pertimbangan individu. 3. Sumber daya (Resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tertentu dengan pertimbangan kebutuhan dari pada individu tersebut. 4. Sosial budaya (Culture) berperan besar dalam memengaruhi pola pikir seseorang untuk bersikap terhadap objek/stimulus tertentu (Notoadmodjo,2007). 2.4.2. Fungsi Sikap
Universitas Sumatera Utara
Menurut Ahmadi dalam Notoadmodjo (2007), fungsi (tugas) sikap dibagi empat golongan, yaitu:
1. Sebagai alat menyesuaikan diri Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable yang artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah menjadi milik bersama. Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dan kelompoknya atau dengan anggota kelompok lain. 2. Sebagai alat pengatur tingkah laku. Pertimbangan antara perangsang dan reaksi pada orang dewasa. Pada umumnya tidak diberi perangsang secara spontan, tetapi adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang tersebut. 3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Manusia didalam menerima pengalaman-pengalaman dari luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua yang berasal dari luar tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana yang perlu dilayani dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi, semua pengalaman di beri nilai lalu dipilih. 4. Sebagai pernyataan kepribadian Sikap sering mencerminkan kepribadian seseorang. Ini disebabkan karena sikap tidak pernah terpisah pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu, dengan melihat sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi objek tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Tindakan Setelah seseorang
mengetahui stimulus, kemudian mengadakan penilaian
atau pendapat terhadap apa yang telah diketahui untuk dilaksanakan atau dipraktekkan. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Agar terwujud sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung berupa fasilitas dan dukungan dari pihak lain. Tindakan dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, (Notoatmodjo, 2007) yaitu: a. Persepsi (perception) Mengenal atau memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama. b. Respon terpimpin (guided response) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah indikator praktik tingkat dua. c. Mekanisme (mechanism) Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. d. Adaptasi (adaptacion) Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau
Universitas Sumatera Utara
bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
2.6. Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Secara lebih rinci perilaku kesehatan mencakup : 1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia merespon baik secara pasif maupun aktif sehubungan dengan sakit dan penyakit. Perilaku ini dengan sendirinya berhubungan dengan tingkat pencegahan penyakit a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan misalnya makan makanan bergizi, dan olahraga. b. Perilaku pencegahan penyakit misalnya memakai kelambu untuk mencegah malaria, pemberian imunisasi. Termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada orang lain. c. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan misalnya usaha mengobati penyakitnya sendiri, pengobatan di fasilitas kesehatan atau pengobatan ke fasilitas kesehatan tradisional. d. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan setelah sembuh dari penyakit misalnya melakukan diet, melakukan anjuran dokter selama masa pemulihan. 2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan. Perilaku ini mencakup respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat – obat.
Universitas Sumatera Utara
3. Perilaku terhadap makanan. Perilaku ini mencakup pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek terhadap makanan serta unsur – unsur yang terkandung di dalamnya, pengelolaan makanan dan lain sebagainya sehubungan dengan tubuh kita. 4. Perilaku terhadap lingkungan sehat adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai salah satu determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri (Nugroho, 2008). 2.7. Teori Alasan Berperilaku (Theory of Reasoned Action) Theory of Reasoned Action pertama kali diperkenalkan oleh Ajzen pada tahun 1980. Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku dengan cara sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang tersedia. Dalam Theory of Reasoned Action, Ajzen (1980) menyatakan bahwa niat menentukan seseorang untuk melakukan suatu perilaku. Ajzen mengemukan bahwa niat dipengaruhi oleh dua penentu yaitu (Jogiyanto 2007) : 1. Sikap Merupakan gabungan baik dari evaluasi positif maupun negatif dari faktor-faktor perilaku dan kepercayaan tentang akibat dari perilaku. 2. Norma subjektif Merupakan gabungan dari beberapa pandangan tentang tekanan/ aturan dan norma sosial untuk membentuk suatu perilaku. Fisben dan Ajzen mengunakan istilah motivation to comply, yaitu apakah individu mematuhi pandangan orang lain yang berpengaruh dalam hidupnya atau tidak. Dalam upaya mengungkapkan pengaruh sikap dan norma subjektif terhadap niat untuk dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku, Ajzen melengkapi TRA
Universitas Sumatera Utara
dengan keyakinan (beliefs). Dikemukakannya bahwa sikap berasal dari keyakinan terhadap perilaku (behavioral beliefs), sedangkan norma subjektif berasal dari keyakinan normatif (normative beliefs). Secara skematik TRA digambarkan seperti skema di Skema 1 (Glanz, dkk, 2002). Gambar 1. Teori Tindakan Beralasan (Theory Of Reasoned Action/TRA) Behavioral beliefs/keyakinan Attitude toward behavior/ Sikap terhadap perilaku
Evaluations of behavioral outcomes/evaluasi dari hasil \ perilaku
Normative beliefs /Keyakinan Normatif Subjective norm/ Norma subjektif
Behavioral intention/ niat
Behavior/ Tindakan
Motivation to comply/pemenuhan motivasi
Keterangan gambar 1 di atas adalah :
Universitas Sumatera Utara
Behavioral beliefs/ keyakinan merupakan keyakinan yang dirasakan oleh subjek terhadap suatu unsur dan evaluations of behavioral outcomes yaitu hasil yang telah diperoleh dari perilaku yang akan memengaruhi attitude toward behavior adalah sikap terhadap perilaku yang akan dilakukan. Kemudian untuk melakukan suatu perilaku pada situasi dan kondisi tertentu dipengaruhi oleh normative beliefs/ keyakinan normatif yaitu keyakinan tentang apakah menyetujui perilaku atau tidak dan motivation to comply/ pemenuhan motivasi merupakan hal yang mendorong untuk melakukan perilaku. Setelah sikap individu baik dan didukung oleh norma subjektif pada situasi dan kondisi yang mendukung maka akan memengaruhi niat seseorang untuk bertindak atau tidak. 2.8. Social Learning Theory dari Bandura Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang psikolog pendidikan dari Stanford University, USA. Teori belajar ini dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana orang belajar dalam peraturan yang alami/ lingkungan sebenarnya. Bandura menghipotesiskan bahwa baik tingkah laku (B), lingkungan (E) dan kejadian-kejadian internal pada pembelajar yang memengaruhi persepsi dan aksi (P) adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh (interlocking), harapan dan nilai memengaruhi tingkah laku. Tingkah laku sering dievaluasi, bebas dari umpan balik lingkungan sehingga mengubah kesan-kesan personal. Tingkah laku mengaktifkan kontingensi lingkungan. Karakteristik fisik seperti jenis kelamin dan atribut sosial menumbuhkan reaksi lingkungan yang berbeda. Pengakuan sosial yang berbeda memengaruhi konsepsi diri individu. Kontingensi yang aktif dapat merubah intensitas atau arah aktivitas.
Universitas Sumatera Utara
Tingkah laku dihadirkan oleh model, model diperhatikan oleh pelajar (ada penguatan oleh model). Tingkah laku (kemampuan dikode dan disimpan oleh pembelajar). Pemrosesan kode-kode simbolik. Proses perhatian sangat penting dalam pembelajaran karena tingkah laku yang baru (kompetensi) tidak akan diperoleh tanpa adanya perhatian pembelajar. Proses retensi sangat penting agar pengkodean simbolik tingkah laku ke dalam visual atau kode verbal dan penyimpanan dalam memori dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini rehearsal (ulangan) memegang peranan penting. Proses motivasi yang penting adalah penguatan dari luar, penguatan dari dirinya sendiri dan Vicarius Reinforcement (penguatan karena imajinasi). Lebih lanjut menurut Bandura (1982) penguasaan skill dan pengetahuan yang kompleks tidak hanya bergantung pada proses perhatian, retensi, motor reproduksi dan motivasi, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari diri pembelajar sendiri yakni “sense of self Efficacy” dan “self – regulatory system”. Sense of self efficacy adalah keyakinan pembelajar bahwa ia dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai standar yang berlaku. Self regulatory adalah menunjuk kepada 1) struktur kognitif yang memberi referensi tingkah laku dan hasil belajar, 2) sub proses kognitif yang merasakan, mengevaluasi, dan pengatur tingkah laku kita (Bandura, 1978). Dalam pembelajaran sel-regulatory akan menentukan “goal setting” dan “self evaluation” pembelajar dan merupakan dorongan untuk meraih prestasi belajar yang tinggi dan sebaliknya. Menurut Bandura agar pembelajar sukses instruktur/ guru/ dosen/ guru harus dapat menghadirkan model yang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap
Universitas Sumatera Utara
pembelajar, mengembangkan “self of mastery”, self efficacy, dan reinforcement bagi pembelajar.
2.9. Modal Sosial Suatu kelompok masyarakat sangat erat kaitannya dengan modal sosial. Modal sosial adalah suatu sistem yang mengacu kepada atau hasil dari organisasi sosial dan ekonomi, seperti pandangan tentang dunia (world-view), kepercayaan (trust), pertukaran timbal balik (reciprocity), pertukaran ekonomi dan informasi (informational and economic exchange), kelompok-kelompok formal dan informal (formal and informal groups), serta asosiasi-asosiasi yang melengkapi modal-modal lainnya (fisik, manusiawi, budaya) sehingga memudahkan terjadinya tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan (Colletta & Cullen, 2000). Modal sosial menurut Fukuyama (2000) adalah serangkaian nilai atau norma informal yang dimiliki bersama diantara anggota kelompok masyarakat yang memungkinkan terjadinya kerjasama atas dasar saling mempercayai (mutual-trust). Norma-norma
yang
menghasilkan
modal
sosial
harus
secara
substantif
menginternalkan seperti kejujuran, pemenuhan tugas dan kesediaan untuk saling menolong serta berkomitmen bersama. Fukuyama (2002) juga menyatakan bahwa modal sosial yang kuat akan merangsang pertumbuhan berbagai sektor ekonomi dan sektor lainnya. Ini terkait dengan melekatnya nilai-nilai yang kuat dan tumbuhnya tingkat rasa saling percaya yang tinggi di tengah masyarakat. Tingkat kohesisifitas ke dalam yang kuat, dan
Universitas Sumatera Utara
keluasan jaringan keluar yang tinggi, adanya rasa saling percaya, nilai-nilai dan norma yang menunjang berbagai bentuk interaksi sosial yang dilakukan akan dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah.
2.10. PMI Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. PMI selalu berpegang teguh pada tujuh prinsip dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan sabit merah yaitu kemanusiaan, kesamaan, kesukarelaan, kemandirian, kesatuan, kenetralan, dan kesemestaan. Sampai saat ini PMI telah berada di 33 PMI Daerah (tingkat provinsi) dan sekitar 408 PMI Cabang (tingkat kota/kabupaten) di seluruh Indonesia (Anonim, 2010). Tugas-tugas pokok PMI sesuai dengan konvensi-konvensi Jenewa (1949) adalah : 1. Kesiapsiagaan bantuan dan penanggulangan bencana. 2. Pelatihan Pertolongan Pertama untuk sukarelawan. 3. Pelayanan Kesehatan dan Kesejahteraan masyarakat. 4. Pelayanan transfusi darah. 2.10.1. Unit Transfusi Darah (UTD) Unit Transfusi Darah sudah dibentuk oleh PMI pada tahun 1950 sebagai kelanjutan usaha Transfusi Darah yang diselenggarakan oleh Palng Merah Belanda, namun antara tahun 1950 sampai dengan tahun 1968 sangat sedikit kemajuan yang dicapai. Di beberapa kota ada Dinas Transfusi Darah (DTD) seperti di Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang , Surabaya, Ujung Pandang, Medan, dan beberapa kota lainnya
Universitas Sumatera Utara
yang umumnya berupa unit- unit pendaftaran donor. Namun pada masa itu koordinasi tidak berjalan dengan baik (Munandar, 2008). Program transfusi darah secara nasional di lingkungan Palang Merah Indonesia baru dimulai pada tanggal 1 Februari 1969, dengan didirikannya Lembaga Pusat Transfusi Darah (LPTD) yang kemudian berkembang menjadi Unit Transfusi Darah Pusat yang memiliki cabang di seluruh Indonesia. Fungsi dari Unit Transfusi Darah yakni sebagai berikut : 1. Sebagai pelaksana teknis dalam upaya kesehatan transfusi darah di tingkat pusat. 2. Mengawasi dan membina UTDD/UTDC PMI seluruh Indonesia. 3. Melaksanakan produksi bahan-bahan/ alat-alat penyediaan darah dan produk darah. 4. Melaksanakan pegerahan dan pelestarian donor darah sukarela secara nasional. 5. Melaksanakan penyediaan logistik bahan-bahan penyediaan darah. 6. Membantu pengurus pusat PMI dalam menyiapkan pedoman/ketentuan. 7. Menjalankan hubungan fungsional dengan instansi dan lembaga lain sesuai tugasnya. Pada dasarnya darah tidak boleh diperjualbelikan. Namun pelaksanaan upaya kesehatan transfusi darah sangat memerlukan dukungan ketenagaan, peralatan, dana dan system pengelolalaannya yang pada hakikatnya kesemuannya itu memerlukan biaya. Sumber dana PMI sendiri terbatas, maka dikenakanlah biaya pengelolaan darah (service cost), semata-mata untuk mengganti biaya pengelolaan darah sejak darah diambil dari donor sampai darah ditransfusikan pada pasien. 2.10.2 Darah
Universitas Sumatera Utara
Darah adalah materi biologis yang bersifat multi antigenik, sehingga secara potensial dapat menimbulkan berbagai reaksi pada individu lain. Darah merupakan suatu jaringan tubuh yang terdapat dalam pembuluh darah yang berwarna merah (Syaifuddin, 1995). Darah adalah jaringan ikat berbentuk cairan yang terdiri dari 4 bagian yaitu selsel darah merah (eritrosit), sel-sel darah putih (leukosit), sel-sel darah pembeku atau keeping-keping darah (trombosit), dan cairan darah (plasma darah). Darah merupakan alat pengangkut utama didalam tubuh kita. Darah manusia berwarna merah, tetapi warna itu tidak tetap. Kadang-kadang darah itu berwarna merah kehitam-hitaman, hal ini terkangantung jumlah oksigen dan karbondioksida yang terkandung dalam darah (Irianto, 2004). Secara umum fungsi darah adalah sebagai berikut: a. Sebagai zat pengangkut sari-sari makanan ke seluruh jaringan tubuh. b. Sel darah merah (eritrosit) membawa oksigen (O2) dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida (CO2) dari jaringan ke paru-paru. c. Melawan infeksi bakteri melalui kerja sel darah putih. d. Mengatur keseimbangan asam dan basa untuk menghindari kerusakan jaringan. e. Mengangkut metabolism dari jaringan ke alat-alat pengeluaran. f. Menjaga suhu tubuh. g. Mengedarkan air ke seluruh tubuh. h. Mengedarkan hormon dan enzim-enzim ke seluruh tubuh. Volume rata-rata darah orang dewasa adalah 6-8% dari berat tubuh atau sekitar 5– 6 liter. Darah terdiri dari komponen berbentuk dan komponen plasma.
Universitas Sumatera Utara
Komponen berbentuk kurang lebih 45% yang terdiri dari sel darah merah atau disebut eritrosit, sel darah putih atau disebut lekosit dan sel pembekuan atau disebut trombosit. 55% merupakan bentuk cair yang disebut sebagai plasma.
Komponen darah terdiri dari : a. Sel darah merah atau eritrosit b. Keping-keping darah atau trombosit c. Sel darah putih atau leukosit d. Serum darah atau plasma 2.10.3 Transfusi Darah Transfusi darah adalah suatu tindakan medis dalam rangka proses pemindahan darah dari seorang donor kepada resipien untuk memulihkan kesehatan dan menyelamatkan nyawa seseorang. Dalam proses ini terkait berbagai usaha yaitu memelihara keadaan biologis (viability) darah dan komponennya, mengamankan serta mencocokkan dengan resipien, sehingga tetap bermanfaat sebagai pengobatan bagi resipien (Ebrahim, 2004). 2.10.4 Donor Darah Menurut WHO, Depkes dan UNFPA (2001) ada 3 macam donor darah yaitu : a. Donor keluarga/donor pengganti (DP) Donor darah pengganti adalah donor yang menyumbangkan darahnya untuk mengganti darah yang telah diambil dari UTD untuk keluarga/teman mereka. Dalam sistem ini darah yang dibutuhkan pasien dipenuhi oleh donor dari keluarga atau kerabat pasien. Biasanya keluarga pasien diminta untuk menyumbang darahnya,. Di
Universitas Sumatera Utara
beberapa negara setiap pasien wajib memberikan nama sejumlah donor pengganti, donor tidak dibayar oleh UTD tetapi mereka diberikan uang atau bayaran dalam bentuk lain oleh keluarga pasien. Ada dua bentuk utama system ini yaitu : 1) Keluarga pasien menyumbangkan darah dengan jumlah yang sama dengan yang diberikan kepada kerabatnya, oleh UTD darah tersebut dijadikan persediaan (stok UTD) dan donor tidak diberi tahu identitas dari penerima darahnya. 2) Donasi khusus (directed donation) bentuk ini donor secara khusus minta agar darahnya diberikan kepada pasien tertentu, hal ini sangat tidak dianjurkan oleh WHO dan badan keamanan darah dunia (Global Blood Safety Initiative). Dalam ketentuan target minimum pelayanan transfusi darah (minimum target for blood transfusion services) menyatakan bahwa sumbangan donor darah dari keluarga atau pengganti harus ditujukan kepada UTD dan tidak boleh khusus ditujukan kepada penerima tertentu (WHO, 2001). b. Donor komersial/donor bayaran Donor komersil menerima uang untuk darah yang disumbangkannya. Mereka seringkali menyumbangkan darah secara teratur bahkan rentang waktu donorpun tidak sesuai dengan jadwal yang ditentukan.Cara lainnya mereka menjual darah kepada lebih dari satu UTD atau mendekati para keluarga pasien dan menjual jasa mereka sebagai donor pengganti dengan pembayaran menurut tarif tersendiri (Roestam. M, 1978). Donor komersil biasanya termotivasi oleh apa yang akan mereka terima untuk darah mereka, bukan oleh keinginan menolong orang lain.
Universitas Sumatera Utara
c. Donor sukarela Donor sukarela adalah orang yang memberikan darah, plasma atau komponen darah lainnya atas kerelaan mereka sendiri dan tidak menerima uang atau bentuk pembayaran lainnya. Motivasi utama mereka adalah membantu mendonorkan darah kepada orang yang tidak mereka kenal dan tidak menerima sesuatu keuntungan. Bentuk penghargaan yang tidak dipandang sebagai pembayaran atau sebagai pengganti uang adalah : 1. Tanda jasa atau penghargaan sederhana, seperti badge atau sertifikat, yang tidak memiliki nilai komersil. 2. Penggantian biaya perjalanan yang secara khusus harus dilaksanakan dalam rangka menyumbangkan darah. 3. Pemberian makanan ringan sebelum, selama, dan setelah menyumbangkan darah. 2.10.5 Syarat-Syarat Untuk Donor Darah Syarat-syarat untuk menjadi pendonor adalah sebagai berikut (UTD-PMI,2010) : 1. Umur 18-60 tahun (usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila mendapat izin tertulis dari orang tua) 2. Berat badan minimal 50 kg. 3. Temperatur tubuh: 36,6 – 37,5 derajat Celcius. 4. Tekanan darah baik yaitu sistole = 110 – 160 mmHg, diastole = 70 – 100 mmHg. 5. Denyut nadi teratur yaitu sekitar 70-95 kali/ menit. 6. Hemoglobin perempuan minimal 12 gr/dl, untuk pria minimal 12,5 gr/dl.
Universitas Sumatera Utara
7. Tidak sedang menderita penyakit jantung, hati, paru-paru, ginjal, diabetes, kanker, penyakit kulit kronis, dan tidak menderita penyakit infeksi : malaria, hepatitis, HIV/ AIDS. 8. Tidak menerima transfusi darah/ komponen darah 6 bulan terakhir. 9. Bagi pendonor tetap, donor darah terakhir minimal 8 minggu yang lalu, maksimal donor 5 kali dalam setahun. 10.Bagi wanita tidak sedang hamil, menyusui dan menstruasi. 11. Bukan Pecandu alkohol/ Narkoba. 2.10.6. Manfaat Donor Darah Ada manfaat yang sangat besar untuk kesehatan tubuh setelah melakukan donor darah bagi si pendonor (Anonim, 2010) : 1. Mengetahui golongan darah tanpa di pungut biaya 2. Secara teratur memeriksakan kesehatan (tiap kali menjadi donor) meliputi : tekanan darah, nadi, suhu, tinggi badan, berat badan, hemoglobine, penyakit dalam, penyakit hepatitis A dan C, penyakit HIV/AIDS. 3. Pendonor yang secara teratur mendonorkan darah (setiap 3 Bulan) akan menurunkan resiko terkena penyakit jantung terutama pada laki-laki sebesar 30% (British Journal Heart) seperti serangan jantung koroner dan stroke karena memungkinkan terjadinya pergantian sel darah baru. 4. Meningkatkan produksi sel darah merah donor darah juga akan membantu tubuh mengurangi jumlah sel darah merah dalam darah. Tak perlu panik dengan berkurangnya sel darah merah, karena sumsum tulang belakang akan segera mengisi ulang sel darah merah yang telah hilang. Hasilnya, sebagai pendonor kita
Universitas Sumatera Utara
akan mendapatkan pasokan darah baru setiap kali kita mendonorkan darah. Oleh karena itu, donor darah menjadi langkah yang baik untuk menstimulasikan pembuatan darah baru. 5. Membantu penurunan berat tubuh. Menjadi donor darah adalah salah satu metode diet dan pembakaran kalori yang ampuh. Sebab dengan memberikan sekitar 350 ml darah, akan membantu proses pembakaran kalori kira-kira 650. Itu adalah jumlah kalori yang banyak untuk membuat pinggang kita ramping. 2.10.7. Pengambilan Darah Donor Di Indonesia pengambilan darah untuk donor sebanyak 350 ml, namun apabila dalam keadaan darurat orang yang memiliki berat badan kurang dari 50 kg diizinkan untuk mendonorkan darah dengan pengambilan darah sebanyak 250 ml. Di Negara barat pengambilan darah sebanyak 450 ml, sedangkan di asia seperti Jepang pengambilan darah sebanyak 400 ml, Korea 300 ml, singapura 350 ml(Roestam, 1978). 2.11. ALBUM (Alumni Budi Mulia) ALBUM-Medan atau Alumni Budi Mulia yang berdomisili di medan merupakan organisasi kepemudaan yang bergerak dalam kegiatan sosial. Sejarah terbentuknya Ikatan Alumni SMA Budi Mulia–Medan, atau (Album Medan) berawal dari rasa persaudaraan , rasa sosial dan ingin berkumpul bersama dengan temanteman SMA dulu. Sehingga muncul inisiatif untuk membentuk sebuah komunitas, dimana pada saat itu memang sudah ada komunitas Alumni Budi Mulia tetapi masih tiap stambuk.
Universitas Sumatera Utara
Pertemuan demi pertemuan adakan oleh setiap perwakilan kampus di medan yang berasal dari tamatan SMA Budi Mulia Pematangsiantar, namun hasilnya kadang kurang maksimal dan tidak sesuai dengan yang harapkan, dengan beberapa kali pertemuan
akhirnya menemukan titik terang sehingga begitu banyaknya teman-
teman alumni yang ada di Medan datang untuk berkumpul dan memberikan ideidenya, mulai dari stambuk 1998 sampai dengan stambuk 2003. Maka kesimpulan dari pertemuan itu ditetapkan untuk melanjutkan ikatan Alumni Budi Mulia dan bukan untuk membentuk lagi, itulah yang menjadi syarat dari alumni yang terdahulu, karena sebelumnya ikatan alumni itu sudah ada di Medan, namun pada saat itu masih belum berjalan dengan baik, dengan kata lain, kurangnya keseriusan dari alumni-alumni, makanya untuk melanjutkan ikatan alumni tersebut harus dibentuk Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dengan pertimbanganpertimbangan yang dipaparkan demi kelangsungan organisasi ini. Dan semua peserta rapat menyetujuinya. Oleh sebab itu dibentuklah Tim Sembilan yang akan membentuk AD/ART ALBUM-Medan. Dengan menyisihkan waktu, mengutarakan ide, tenaga serta kerja keras yang dilakukan tim Sembilan seehingga menghasilkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dengan 10 Bab 19 Pasal pada Anggaran Dasar, 9 Bab dan 34 Pasal pada Anggaran Rumah Tangga.
Universitas Sumatera Utara
2.12. Kerangka Konsep Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Karakteristik: -
Modal Sosial
Umur Jenis Kelamin
s
Sumber Informasi: -
Media Cetak Petugas kesehatan Media Elektronik Orang lain diluar petugas kesehatan (Teman, guru, dan lain-lain)
Pengetahuan Tentang Donor Darah
Sikap Mendonorkan Darah
Kelompok referensi : − Keluarga − Teman
Niat Mendonork an Darah
Tindakan Mendonorkan Darah
Gambar 2. Kerangka konsep Penelitian Gambar tersebut menunjukkan tindakan pendonor darah dalam mendonorkan darah. Pengetahuan individu ditentukan dari karakteristik dan sumber informasi yang di dapatkan
individu tersebut. Pengetahuan akan memengaruhi sikap individu.
Selain pengetahuan, sikap individu juga dipengaruhi oleh modal sosial yang tumbuh antar individu. Sikap dan kelompok refrensi akan memengaruhi niat seseorang, niat inilah yang akan mendorong seseorang melakukan suatu tindakan.
Universitas Sumatera Utara