BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni: a. Tahu (know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. b. Memahami (comprehension) Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar
dapat
menyebutkan,
tetapi
orang
tersebut
harus
dapat
menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
5
6
d. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunujuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarakan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat (Notoatmodjo. 2010.hlm. 50-52).
B. Kesehatan Reproduksi Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Hanafiah & Amir. 2008.hlm. 29). Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam semua
7
hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Widyastuti, dkk. 2009.hlm. 5). Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi (Efendi & Makhfudli. 2009.hlm. 221). Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun (Widyastuti, dkk. 2009.hlm. 11). Remaja didefenisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja merupakan tahapan seorang dimana ia berada diantara fase anak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan emosi (Efendi & Makhfudli. 2009.hlm. 221). Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja sangat perlu mengenal perkembangan
remaja
serta
ciri-cirinya.
Berdasarkan
sifat
atau
ciri
perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap, yaitu: 1.
Masa remaja awal (10-12 tahun) a. Tampak dan merasa lebih dekat dengan teman sebaya. b. Tampak dan merasa ingin bebas. c. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir yang khayal (abstrak).
2.
Masa remaja tengah (13-15 tahun) a. Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri.
8
b. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis c. Timbul perasaan cinta yang mendalam. d. Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang. e. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual. 3. Masa remaja akhir (16-19 tahun) a. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri. b. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif. c. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya. d. Dapat mewujudkan perasaan cinta e. Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak (Widyastuti, dkk. 2009.hlm. 11-12).
C. Pubertas Pubertas merupakan masa terjadinya perubahan fisik dan mental anak laki-laki dan perempuan. Perubahan ini disebabkan adanya perubahan hormon (Herianti, dkk. 2007.hlm. 25). Pubertas berasal dari kata “pubes” yang berarti hal yang berhubungan dengan rambut. Pubescent berarti menumbuhkan rambut. Jadi pubertas sebenarnya memiliki arti yang terbatas saja pada keadaan dimana terjadi pertumbuhan rambut pada bagian-bagian tertentu pada tubuh anak. Daerah kemaluan, ketiak, betis merupakan bagian-bagian tubuh yang menjadi sasaran utama oleh rambut yang mau tumbuh (selain tentunya rambut di daerah kepala yang sudah tumbuh terlebih dahulu). Di samping itu juga kumis, cambang, jenggot mulai berperan pada anak laki-laki (Gunarsa & Gunarsa. 2008.hlm. 224).
9
Puber datang kepada setiap manusia sebagai persiapan mematangkan tubuh untuk menuju dewasa. Namun, pertumbuhan dan perubahan bentuk tubuh itu berbeda satu dengan yamg lainnya. Ada yang cepat dan ada juga yang lambat (Suherman. 2011.hlm.5). Pada masa pubertas, anak laki-laki akan mengalami perubahan fisik primer dan sekunder. Perubahan primer adalah perubahan yang pasti akan dialami oleh laki-laki pada masa pubertas, berupa kesiapan testis untuk memproduksi sperma. Perubahan primer ini menyebabkan anak laki-laki akan mengalami mimpi basah. Mimpi basah merupakan peristiwa ejakulasi (keluarnya air mani) pada saat tidur, karena testis dan salurannya (uretra) terisi penuh sperma. Hal ini normal dialami oleh semua anak laki-laki menjelang dewasa, yang menandakan tubuhnya siap melakukan proses reproduksi. Artinya, ia sudah dapat membuahi sel telur perempuan yang telah matang dan menyebabkan kehamilan. Perubahan sekunder merupakan tanda-tanda seorang anak telah matang. Perubahan sekunder meliputi perubahan fisik seperti: 1.
Selama pubertas ukuran kemaluan bertambah.
2. Suara akan berubah menjadi lebih besar. 3. Kumis mulai tumbuh dan jakun mulai tampak. 4. Hormon bisa memicu timbulnya gangguan bau badan dan jerawat. 5. Rambut halus tumbuh diketiak dan kemluan. 6. Dada pria menjadi lebih lebar dan bidang. Masa pubertas pada anak perempuan juga ditandai dengan perubahan primer dan sekunder. Perubahan primer ditandai dengan menstruasi yang menandakan ovarium telah dapat menghasilkan sel telur. Menstruasi pertama terjadi pada usia
10
10 sampai 14 tahun. Menstruasi biasanya berlangsung selama 3 sampai 7 hari, dan terjadi satu kali setiap 28-31 hari, tetapi periode ini tidak sama pada setiap perempuan. Pada awalnya menstruasi mungkin belum teratur, semakin lama akan semakin teratur. Perubahan sekunder merupakan perubahan pada fisik yang tampak dari luar. Perubahan yang terjadi pada anak perempuan antara lain: 1.
Payudara mulai terbentuk dan bertambah ukuran seiring bertambah kedewasaan.
2. Menstruasi akan terjadi sekali sebulan. 3. Pinggul membesar, tubuh mulai berbentuk dan sebagian besar tubuh perempuan akan menjadi gemuk. 4. Timbulnya bau badan dan jerawat karena hormon. 5. Biasanya kulit akan lebih berminyak. 6. Tumbuhnya rambut halus di ketiak dan kemluan (Herianti, dkk. 2007.hlm. 26). Karakteristik-karakteristik tersebut di atas selalu mendahului tanda-tanda seorang anak memasuki masa remaja. Setelah timbul karakteristik seks sekunder, akan timbul karakteristik seks primer (Chomaria. 2008.hlm. 22).
D. Pengetahuan Ibu tentang Kesehatan Reproduksi Ibu adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Kualitas manusia sangat ditentukan oleh keberadaan/ kondisi ibu dalam keluarga. Ibu adalah penggerak dan pelopor dari kesejathteraan keluarga (Sofyan. 2009.hlm. 18). Pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi adalah pengetahuan yang dimiliki ibu dalam hal yang berkaitan dengan sitem reproduksi. Sebagai orangtua
11
ibu dituntut harus mau dan mampu menjadi sumber informasi seksual yang terbaik bagi anak-anak remajanya. Karena sekecil apapun kekeliruan pengajaran tentang seks dan seksualitas terhadap para remaja dapat berakibat fatal dan mendatangkan bencana sehingga menimbulkan penyesalan seumur hidup. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pendidikan seks dan seksualitas merupakan tanggung jawab ibu karena ibu orang yang paling dekat dan paling mengetahui seluk-beluk anak remajanya (Surbakti. 2009.hlm. 132). Di samping kesiapan orangtua untuk memberikan pendidikan pada anaknya yang sudah tumbuh remaja itu, orangtua juga perlu kiranya mempersiapkan diri dalam menjawab sejumlah pertanyaan yang sering diajukan oleh anak. Karena semakin dewasa anak, pertanyaan kian luas dan mendalam (Gunarsa & Gunarsa. 2008.hlm. 231). Pengetahuan dasar yang perlu diberikan kepada remaja agar mereka mempunyai kesehatan reproduksi yang baik adalah sebagai berikut: 1.
Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi.
2. Perlunya remaja mendewasakan usia menikah serta bagaimana merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginan dirinya dan pasangan. 3. Penyakit menular seksual dan HIV/ AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi. 4. Bahaya narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) juga minuman keras (miras) pada kesehatan reproduksi. 5. Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual. 6. Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya.
12
7. Kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif. 8. Hak-hak reproduksi (Efendi & Makhfudli. 2009.hlm. 221-222).
E. Upaya Ibu dalam Mempersiapkan Masa Pubertas Upaya ibu dalam mempersiapkan anaknya menghadapi masa pubertas adalah usaha yang dilakukan ibu agar anaknya siap dalam menghadapi perubahan dan masalah-masalah yang akan timbul pada masa pubertas. Beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua untuk menghadapi masa pubertas pada anaknya adalah: 1.
Hendaknya ibu lebih bersifat terbuka dalam membicarakan masalah-masalah seksual kepada anaknya, tentunya dengan mengingat taraf perkembangan anak yang disesuaikan dengan pengertian-pengertian yang mungkin diberikan. Usaha-usaha untuk menutupi masalah seksual di depan anak tidak akan menyelesaikan masalah yang dihadapi, bahkan akan mempersempit persepsi anak dLm bidang seksual. Hal ini dapat membawa anak untuk melakukan tindakan-tindakan coba salah yang bisa berakibat fatal baginya.
2. Perlunya dilakukan usaha untuk mengalihkan kegiatan anak dari yang non produktif ke hal-hal yang produktif. Yang non produktif misalnya melamun, yang produktif misalnya olahraga, kegiatan seni dan sebagainya. 3. Pengawasan yang sewajarnya perlu dilakukan oleh pendidik. Pengawasan yang terlalu ketat bisa menyebabkan anak mencari pelarian di luar rumah, sementara yang over-permissive menyebabkan anak memiliki sangat banyak untuk melakukan hal-hal di luar batas perkembangan usianya.
13
4. Konsultasi dengan para ahli secara berkala mungkin bisa lebih membantu menghadapi masalah yang timbul. 5. Membina hubungan baik antara anak dan orangtua sehingga menghilangkan kecanggungan untuk membicarakan berbagai masalah yang timbul (Gunarsa & Gunarsa. 2008.hlm. 235).