BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengalaman Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2013), pengalaman adalah sesuatu yang pernah (dialami, dijalani, dirasai, ditanggung, dan sebagainya) bisa berupa peristiwa baik maupun yang buruk. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan (Notoatmodjo, 2010, hal. 13). Ada tiga aspek mendasar pengalaman manusia yang harus diperhatikan adalah apa yang mereka lakukan, apa yang mereka ketahui, benda-benda apa saja yang mereka buat dan gunkan dalam kehidupan mereka. Data pengalaman individu ialah bahan keterangan mengenai apa yang dialami individu tertentu sebagai warga dari suatu masyarakat yang sedang menjadi objek penelitian (Bungin, 2012, hal. 95, 105).
B. Ibu Bekerja Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2013) kerja adalah kegiatan melakukan sesuatu, yg dilakukan (diperbuat). Bagi perempuan, memiliki karir tidak melulu masalah keuangan, tetapi juga menambah wawasan, pengalaman, juga aktualisasi diri. Telebih bila memang memiliki pendidikan dan keahlian yang cukup memadai. Yang diperlukan adalah memanfaatkan potensi diri dengan tetap memperhatikan
peran
sebagai
ibu,
tentang
membagi
waktu,
peran,
dan
mengkomunikasikan pada lingkungan sekitar (Werdayanti, 2013, hal. 4). Bekerja dapat menjadi jalan untuk menemukan makna hidup. Dengan bekarya, berkreasi, mencipta, berekspresi, mengembangkan diri, membagi ilmu dan pengalaman,
Universitas Sumatera Utara
hingga bermanfaat bagi sesama, bahkan berprestasi. Ini semua merupakan penemuan dan pencapaian diri. Tidak pernah ada yang salah bagi ibu bekerja. Namun, semua peran perlu disusun skala prioritasnya dalam kehidupan sehari-hari agar berjalan seimbang (Werdayanti, 2013, hal. 4).
C. ASI Eksklusif Menurut WHO dalam Maryunani (2012, hal. 97) ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan atau makanan lain, ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selam 6 bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan lain atau minuman lain (Kementrian Kesehatan, 2013, hal. 10). 1. Alasan pemberian ASI eksklusif Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah : 233 “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban kepada para ibu dengan cara yang makruf” (Chomaria, 2011, hal. 141). Perintah ini bukan tanpa manfaat, karena sesuai pedoman Internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama yang didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan tubuh bayi, pertumbuhan dan perkembangannya (Maryunani, 2012, hal. 98). Berdasarkan seri Lancet (2003) dinyatakan bahwa 13 persen angka kematian balita dapat dicegah dengan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan (IDAI, 2010, hal. 3). Menyusui anak dapat menciptakan ikatan psikologis dan kasih sayang yang kuat antara ibu dan bayi. Bayi merasa terlindung dalam dekapan ibunya, mendengar
Universitas Sumatera Utara
langsung degup jantung ibu, serta merasakan sentuhan ibu saat disusui olehnya. Sebagian besar pertumbuhan dan perkembangan bayi ditentukan oleh pemberian ASI eksklusif. ASI mengandung zat gizi yang tidak terdapat dalam susu formula. Komposisi zat dalam ASI antara lain, 88,1% air, 3,8% lemak, 0,9% protein, 7% laktosa, serta 0,2 % zat lainnya yang berupa DHA, DAA, shpynogelin, dan zat gizi lainnya (Prasetyono, 2012, hal. 28-29). 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif a. Faktor keimanan dan keikhlasan Allah SWT menganugrahkan ASI sebagai makanan pertama dan utama untuk bayi. Para ibu dianjurkan untuk menyusui bayi mereka sampai umur dua tahun agar pertumbuhan badan, perkembangan mental dan kesehatan bayi terjamin (Widuri, 2013, hal. 2). Perintah pemberian ASI jelas datangnya dari Allah SWT dan termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah : 233. Jika kita mengaku sebagai orang beriman terhadap Allah, maka sikap yang sesuai adalah melaksanakan perintah-Nya, sangat penting bagi pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan bayi. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Baqarah : 233 (Chomaria, 2013, hal. 160). Memberikan ASI kepada bayi, bukan sekedar kegiatan pasif dengan hanya menyodorkan payudara ke mulut bayi. Diperlukan faktor keikhalasan penuh dari ibu untuk menyusui anaknya. Kegiatan ini melibatkan penyerahan diri seorang ibu secara total ke anak, bukan hanya kegiatan jasmaniah saja, namun juga keterlibatan mental (psikis dan akal) juga spritual (Chomaria, 2011, hal 161).
Universitas Sumatera Utara
b. Faktor pengetahuan dan pemahaman Rendahnya tingkat pemahaman tentang pentingnya ASI selama enam bulan pertama kelahiran bayi dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh para ibu mengenai segala nilai plus nutrisi dan manfaat yang terkandung dalam ASI (Prasetyono, 2012, hal. 33). Penelitian yang dilakukan Hamidan dan Kusbiantoro (2008) dalam Jurnal Surya (2009, hal.12) dapat diketahui bahwa dari 78 responden, ibu yang memiliki pengetahuan kurang baik tidak memberikan ASI eksklusif (23 responden atau 0 persen), ibu yang memiliki pengetahun cukup hanya memberikan ASI ekskluif sebayak ( 8 responden atau 23,5 persen) dan ibu yang memiliki pengetahuan baik memberikan ASI eksklusif sebanyak (12 responden atau 57,1 persen), dari hasil jurnal penelitian ini Hamidan dan Kusbiantoro menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain pendidikan (Wahid, dkk, 2007, hal. 33 dalam Jurnal Hamidah dan Kusbiantoro, 2008). Pada umunya semakin tingggi pengetahuan yang dimiliki oleh seorang maka semakin muda menerima informasi (Jurnal Hamidah & Kusbiantoro, 2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Firmansyah & Mahmudah (2008) ibu menyusui/responden dengan pendidikan SD/Sederajat sebanyak 4 responden atau 80 persen yang tidak memberikan ASI eksklusif, SMP/Sederajat sebanyak 7 responden atau 58,3 persen, SMA/Sederajat sebagian besar 8 responden atau 61,5 persen juga tidak memberikan ASI eksklusif dan Akademi/PT seluruhnya memberikan ASI eksklusif.
Universitas Sumatera Utara
c. Faktor gizi dan imunologik ASI mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan oleh bayi hingga 6 bulan pertama kelahirannya. Komponen yang terdapat didalam ASI antara lain kolostrum, protein, lemak, laktosa, vitamin A, zat besi, taurin, lactobacillus, laktoferin, lisozim (Widuri, 2013, hal. 23). Penelitian dari Kedokteran rumah sakit khusus anak, yang berada di Cincinnati, negara dibagian Amerika Serikat menemukan fakta, bahwa kandungan protein yang tinggi yang dikenal sebagai adiponectin berkaitan erat dengan resiko serangan jantung. Semakin besar kadar adiponectin, semakin kecil terkena serangan jantung (Kusumawardhani, 2010, hal. 28). d. Faktor kecerdasan Berdasarkan
kajian
ilmiah,
menyusu
dapat
berpengaruh
terhadap
perkembangan intelektual anak, karena manyusu memberikan perlekatan erat dan rasa nyaman yang berpengaruh terhadap perkembangan emosi anak. Anak yang disusui mempunyai intelegensia dan emosi lebih matang yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosialnya dimasyarakat (IDAI, 2010, hal. 4). Hasil penelitian dr.Lucas (1993) terhadap 300 bayi prematur mengmbuktikan bahwa bayi-bayi prematur yang diberi ASI eksklusif mempunyai IQ yang lebih tinggi secara bermakna (8,3 poin lebih tinggi) dibanding bayi prematur yang tidak diberi ASI dan penelitian dr. Riva (1997) ditemukan bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif ketika berusia 9,5 tahun mempunyai tingkat IQ 12,9 poin lebih tinggi dibanding anak yang ketika bayi diberi ASI eksklusif (Roesli, 2000, hal. 11).
Universitas Sumatera Utara
e. Faktor psikologis Para ahli dibidang psikologi meyakini bahwa bayi dapat menikmati rasa nyaman, kehangatan, dan keberadaan ibunya, khususnya bila terjadi ‘kontak kulit-ke-kulit’ selama menyusu (IDAI, 2010, hal. 5). Dekapan ibu saat menyusui menjadikan dasar kepercayaan, rasa cinta dan toleransi terhadap orang lain akan terbentuk (Chomaria, 2011, 166). Hal inilah sejalan dengan yang dilakukan wanita suku pedalaman Papua yang selalu mengajak bayinya serta kemanapun ibu berada. Dengan begitu bayi dapat menyusu sesuai keinginannya. Kedekatan dan keterikatan dengan sang ibu memberikan banyak pengalaman baginya. Dengan hubungan ini terbentuklah rasa percaya diri pada bayi yang akan menjadikan modal untuk menaklukan dunia (Chomariah, 2011, hal. 166). f. Faktor penunda kehamilan Selama ini dilaporkan bahwa menyusui dapat berperan sebagai salah satu cara kontrasepsi, karena selama menyusui ovulasi akan tertekan sehingga kemungkinan hamil selama menyusui akan lebih kecil (IDAI, 2010, hal. 6). Berdasarkan hasil penelitian Konsensus (1988) dalam Chomariah (2011, hal. 172) membuktikan bahwa ibu yang memberikan ASI eksklusif dan belum mengalami menstruasi, maka biasanya tidak akan hamil selama 6 bulan setelah melahirkan. ASI berhubungan dengan pelepasan hormon-hormon yang diperlukan untuk merangsang terjadinya ovulasi. Oleh karena itu, ibu yang menyusui eksklusif maka kemungkinan akan terjadinya ovulasi kurang dari 2 persen dengan memenuhi persayaratan tertentu.
Universitas Sumatera Utara
g. Faktor biaya Jika dianalisa, mekanisme pemberian ASI oleh ibu dapat dilihat dari segi penghematan dan kepraktisan sangat mendukung. Harga rata-rata satu kaleng susu formula Rp.60.000 dalam waktu 6 bulan biasanya bayi membutuhkan 55 kaleng susu maka dalam 6 bulan bayi membutuhkan biaya sekitar 3,3 juta. Dengan pemberian ASI eksklusif ibu dapat menghemat pengeluaran bulanan, terutama bagi keluarga yang memiliki penghasilan menengah kebawah (Roesli, 2008, hal. 32). 3. Komposisi ASI ASI merupakan makanan utama bagi bayi yang tidak ada tandingannya, meskipun susu formula termahal yang ada di pasaran. The AAP Section on Breastfeeding, American College of Obstetricians and Gynecologist, American Academy of Family Physicans, Academy of Breastfeeding Medicine, World Heald Organization, United Nationts Children’s Fund, serta Departemen Kesehatan RI merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan (Chomaria, 2011, hal. 158). ASI merupakan cairan hidup yang dinamis, memiliki kandungan gizi beragam dan lengkap. Hal penting ASI bahwa segala kandungannya sesuai keadaan bayi dan bersifat alami, bukan sinetik sehingga aman dan dapat termanfaatkan secara maksimal. Kandungan utama ASI, sebanyak 88 persen adalah air, sisanya, ASI terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, enzim, hormon, dan faktor pertumbuhan (Werdayanti, 2013, hal. 14).
Universitas Sumatera Utara
Komposisi ASI sangat tepat dengan kebutuhan bayi (Choiria, 2011, hal. 158). Menurut Williams dalam Kusumawardhani (2010, hal. 21), setidaknya, ada 100 bahan penyusun utama dalam ASI yang tidak dapat ditemukan dalam formula. 4. Dampak tidak diberikan ASI eksklusif Beberapa bukti menunjukkan bahwa jika bayi tidak diberi ASI eksklusif akan meningkatkan berbagai risiko, diantaranya adalah meningkatkan risiko asma, alergi pada bayi, meningkatkan risiko infeksi saluran pencernaan, meningkatkan risiko obesitas
dan
diabetes,
mengahambat
perkembangan
kognitif
pada
bayi,
meningkatkan risiko kurang gizi, meningkatkan risiko kematian pada bayi (Sutanto, 2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Dewey, 1995; Beadury, 1995; Kramer 2001). Di Amerika, 400 bayi meninggal per tahun akibat muntah-mencret. 300 diantaranya adalah bayi yang tidak disusui (Roesli, 2008, hal. 50). Hasil penelitian Von Kries R, 1999 di Jerman dalam Roesli, 2008 juga mengumpulkan data tinggi dan berat badan dari 9.375 anak usia sekolah. Hasilnya kejadian obesitas ditemukan mencapai 4,5 persen, hampir 40 persen lebih tinggi diantara mereka yang tidak pernah diberi ASI, dibandingkan dengan angka 2,8 persen diantara mereka yang diberi ASI eksklusif. Para ahli meneliti 1.204 bayi yang meninggal pada usia 28 hari sampai 1 tahun akibat selain kelainan bawaan atau tumuor berbahaya dan 7.740 bayi yang masih hidup pada usia 1 tahun. Mereka menelusuri angka kematian, keterkaitan bayi tersebut dengan pemberian ASI, durasi, serta reaksinya. Bayi yang tidak pernah mendapat ASI berisiko meninggal 21 persen lebih tinggi dalam periode setelah kelahiran daripada bayi yang mendapat ASI (Roesli, 2008, hal. 62).
Universitas Sumatera Utara
5. Manfaat ASI eksklusif Pemberian ASI eksklusif merupakan metode pemberian makanan terbaik bagi bayi, manfaat ASI untuk kesehatan bayi tidak perlu diragukan lagi, sudah banyak bukti ilmiah yang menunjukkan bayi yang mendapat ASI eksklusif akan terhindar dari malnutrisi, baik kurang gizi maupun lebih gizi (overweight dan obesitas), mempunyai kecerdasan yang lebih, mempunyai daya tahan tubuh yang lebih baik terhadap penyakit serta meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan anak (bonding) (IDAI, 2010, hal. 232). Berdasarkan data Kementrian Kesehatan, 2013 dengan pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan prevalensi gizi kurang menjadi 15 persen dan balita pendek menjadi 32 persen. Penelitian yang dilakukan beberapa ahli tentang perkembangan, pertumbuhan bayi dan kecerdasan yang diberi ASI didalam Roesli, 2008 antara lain Douglas (1950) menyatakan bahwa bayi akan lebih cepat jalan. Perchevis (1974) menyatakan perkembangan motorik lebih cepat. Rogan dan Gladen (1993) menyatakan kognitif, daya ingat serta pembendarahaan kata dan bahasa lebih baik dan menurut Riva (1996) IQ anak yang diberi ASI eksklusif lebih tinggi 12,9 poin pada usia 9,5 tahun dibandingkan yang tidak diberi. Menyusui juga memberi keuntungan bagi ibu. Apabila bayi yang disusui segera setelah dilahirkan maka kemungkinan terjadinya perdarahan setelah melahirkan akan berkurang. Karena terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk kontraksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti (Roesli, 2000, hal. 13). Menyusui juga mengurangi kemungkinan terjadinya kekurangan darah atau anemia karena kekurangan zat besi. (Roesli, 2000, hal. 13). Dengan menyusui kadar
Universitas Sumatera Utara
oksitosin akan meningkat sehingga membantu rahim cepat kembali ke ukurannya semula (Roesli, 2000, hal. 13). Ibu yang memberikan ASI eksklusif, kemungkinan untuk menderita kanker payudara dan indung telur berkurang. Jika ibu menyusui lebih dari 2 tahun, ibu akan 50 persen lebih jarang menderita kanker payudara. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa risiko terkena kanker indung telur pada ibu menyusui berkurang hingga 20-25 persen (Roesli, 2000, hal. 14). Selain itu selama ini dilaporkan bahwa menyusui sebagi salah satu cara kontrasepsi, karena selama menyusui ovulasi akan tertekan sehingga kemungkinan hamil selama menyusui akan lebih kecil (IDAI, 2010, hal. 6) hal ini sejalan dengan penelitian Egbuonu, dkk (2005) di Nigeria bahwa jarak kelahiran anak lebih panjang pada ibu yang menyusui secara eksklusif daripada ibu yang tidak (Roesli, 2008, hal. 65). Menyusui juga mengurangi risiko diabetes tipe II pada ibu dalam hidupnya nanti. Lebih lama durasi menyusuinya, maka lebih rendah risiko terjadinya diabetes. Berdasarkan penelitian Stuebe (2005) di Nurses’ Health Study (NHS) Harvard pada 83.585 dan 73.418 ibu di NHS II diketahui menyusui mengurangi risiko ibu menderita diabetes (Roesli, 2008, hal. 66). Penelitian yang dilakukan Groer (2005) juga membandingkan respon emosi dari 84 perempuan yang menyusui eksklusif, 99 perempuan yang menggunakan susu formula, dan 33 perempuan sehat yang tidak melahirkan. Ibu yang menyusui lebih banyak memiliki mood positif, peristiwa positif, kejadian stres dan tingkat kemarahan lebih rendah dari pada ibu yang menggunakan susu formula (Roesli, 2008, hal. 66). Penelitian Kac, dkk (2004) di Brazil pada 405 perempuan selama 6-9 bulan, perempuan yang kelebihan berat badan 20% dan menyusui 180 hari
Universitas Sumatera Utara
dibandingkan yang menyusui 30 hari, setiap bulan berat badannya berkurang ratarata 0,44 kg (Roesli, 2008, hal. 66). Menyusui tidak saja menguntungkan secara pribadi untuk bayi dan ibu, tetapi juga memberi keuntungan bagi keluarga, sistem pelayanan kesehatan, pemberi kerja dan negara secara keseluruhan (IDAI, 2010, hal. 6). Keluarga tidak perlu menghabiskan banyak biaya untuk membeli susu formula dan peralatannya, serta menghemat waktu dan tenaga untuk pembuatannya. Jika ibu dan bayi sehat otomatis pengeluaran guna perawatan kesehatan akan lebih sedikit (Prasetyono, 2012, hal. 60). Hal tersebut jelas mengehemat pengeluaran negara, karena penghematan devisa negara untuk mengimpor susu formula dan peralatannya, penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntah-mencret dan infeksi saluran pernafasan, pengehematan obat-obatan, tenaga dan sarana kesehatan, penurunan angka kematian bayi, perlindungan terhadap lahan yang hilang untuk pembuatan pabrik susu (Roesli, 2000, hal. 15) 6. Faktor pendukung keberhasilan ibu bekerja memberikan ASI eksklusif Menyusui merupakan hak setiap ibu, termasuk ibu bekerja. Selain pengetahuan mengenai menjaga kehamilan dan cara melahirkan, teknik menyusui dan manfaat ASI yang dapat didiskusikan dengan dokter kebidanan atau dokter anak, terdapat beberapa hal yang perlu didiskusikan di tempat kerja selama kehamilan yaitu mendiskusikan dengan atasan atau rekan kerja mengenai keputusan ibu untuk terus menyusui dan bekerja, mengenai waktu cuti melahirkan dan menyusui, mengenai kapan kembali bekerja, apakah dapat bekerja paruh waktu atau di rumah bila fasilitas seperti internet ada dan mendiskusikan apakah diperbolehkan pulang untuk
Universitas Sumatera Utara
menyusui atau menitipkan bayi ditempat kerja, serta mendiskusikan tentang tempat dan waktu pemerahan ASI (IDAI, 2010, hal. 256-257). Pada masa nifas sampai 2 minggu menjelang ibu bekerja, ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan antara lain menyusui bayi langsung dari payudara, hindari empeng/dot, botol susu dan minuman lain selain ASI karena hal ini dapat mengganggu penyusuan langsung dari payudara, konsumsi cairan cukup, makanan yang bergizi dan hindari stres agar produksi ASI tidak terganggu, gunakan pakaian yang memudahkan ibu untuk memerah ASI, berlatih cara memerah ASI baik menggunakan tangan, pompa manual atau pompa elektrik dan tetapkan jadwal pemerahan ASI serta mencari dan melatih pengasuh agar trampil dalam memberikan ASIP (IDAI, 2010, hal. 258). Lakukan dengan rutin, hal yang dirasakan mendukung kegiatan menyusui. Berikut, beberapa kegiatannya adalah usahakan agar pertama kembali bekerja mengambil akhir pekan sehingga hari kerja ibu pendek dan ibu dapat lebih menyusaikan diri, tidak menumpuk pekerjaan, istirahat yang cukup serta mengkonsumsi makanan bergizi. Menyusui bayi dengan lebih sering di pagi hari sebelum meninggalkan bayi ke tempat kerja, dan malam hari sebelum tidur serta menyiapkan ASIP pada saat bekerja, memerah ASI setiap 3 jam (IDAI, 2010, hal. 259). 7. Cara pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja (manajemen laktasi) a. Memerah, menyimpan dan memberikan ASI Bagi ibu bekerja, menyusui tidak perlu dihentikan. Ibu bekerja harus tetap memberikan harus memberikan ASI nya dan jika memungkinkan bayi dapat dibawa di tempat kerja. Ada beberapa cara untuk ibu bekerja dapat memberikan
Universitas Sumatera Utara
ASI ekslusif antara lain memerah, menyimpan, dan memberikan ASI. Bagi ibu bekerja memerah ASI adalah salah satu cara untuk tetap memberikan ASI eksklusif (IDAI, 2010, hal. 260). Biasakan untuk mencuci tangan menggunakan sabun setiap kali sebelum memerah dan pastikan alat-alat yang digunakan untuk, seperti botol dan alat perah dalam keadaan steril, perahlah ASI diruangan khusus menyusui. Simpan ASI perah dalam botol atau wadah ukuran kecil, misalnya 100 mL untuk menghindari sisa ASIP yang terbuang percuma ketika bayi tidak menghabiskan semua (Sekarsari, Ludfiani & Ahdiah, 2013). Segera beri label pada botol atau wadah penyimpanan ASI berupa keterangan nama dan tanggal memerah, sehingga menghindari tertukarnya botol ASIP dengan rekan kerja, jika anda kerja di kantor. Lebih baik meggunakan cool box daripada freezer untuk menghindari ASIP yang membeku. Gunakan prinsip FIFO (First in first out) yaitu gunakan ASIP yang masuk terlebih dahulu untuk digunakan segera (Sekarsari, Ludfiani & Ahdiah, 2013). ASIP yang berasal dari freezer hendaknya diturunkan ke kulkas bagian bawah satu malam sebeluh disajikan (Sekarsari, Ludfiani & Ahdiah, 2013). Dalam menghangatkan ASI sebaiknya tidak menggunakan microwave oven atau kompor untuk memanaskan ASI karena tindakan tersebut dapat meninggalkan noda serta mengancurkan antibodi yang terkandung di dalam ASI (IDAI, 2010, hal. 263). b. Memanfaatkan jasa kurir ASI (delivery ASI) Selain memerah ASI, ibu bekerja juga dapat memanfaatkan jasa kurir ASI merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk tetap memberikan ASI
Universitas Sumatera Utara
eksklusif, skema menggunakan layanan jasa kurir ASI yaitu ibu menghubungi customer services (nomor layanan kurir ASI) dan memberitahu alamat yang lengkap dimana ibu bekerja, setelah terjadi kesepakatan antara pemberi jasa kurir ASI dengan ibu, maka kurir akan menjemput ASI yang telah diperah oleh ibu (Anna, 2010). Kemudian ibu memberikan ASI yang sudah dikemas kepada kurir ASI, selanjutnya, kurir ASI memberi label nama dan waktu pemerahan di botol yang telah dikemas, memasukkan ke dalam cooler box, kurir mengantarkan ASI tersebut sesuai alamat yang diberikan, setelah sampai ditujuan kurir menghubungi koordinator jasa kurir ASI bahwa ASI telah sampai ditujuan. Kemudian koordinator ASI menghubungi pelanggan yang menggunakan jasa kurir tersebut (Anna, 2010). c. Memanfaatkan ruang penitipan bayi Memanfaatkan ruang penitipan bayi di tempat bekerja atau tempat jasa penitipan bayi yang dekat dengan tempat bekerja merupakan alternatif agar ibu tetap dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Sehingga secara berkala ibu tetap dapat menyusui bayinya secara eksklusif (Prasetyono, 2012, hal. 158). Bagi ibu yang memiliki tempat kerja dekat dengan rumah, dapat memanfaatkan waktu istirahat atau waktu luang untuk pulang kerumah atau meminta bantuan orang lain/suami/keluarga terdekat untuk mengantarkan bayi ke tempat kerja sehingga ibu tetap memberikan ASI eksklusif kepada bayinya (Prasetyono, 2012, hal. 158).
Universitas Sumatera Utara
D. Penelitian Kualitatif Fenomenologi Bodgan dan Taylor (1975) mendefenisikan penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati (Basrowi, 2008, hal. 1). Penelitian kualitatif menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian dan pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus (Moleong, 2010, hal. 5). Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subjek, merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini, peneliti terlibat dalam situasi fenomena yang diteliti (Basrowi, 2008, hal. 2). Fenomenologi merupakan pandangan berfikir yang menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interprestasi-interprestasi dunia. Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran dalam situasi yang dialami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang terjadi (Moleong, 2010, hal. 15). Polit, et al (1999) menyatakan bahwa terdapat dua macam penelitian fenomenologi, yaitu deskriptif dan fenomenologi interpretif. Fenomenologi deskriptif berfokus kepada penyelidikan fenomena, kemudian pengalaman yang seperti apakah yang terlihat dalam fenomena (fenomenologi deskriptif) dan bagaimana menafsirkan pengalaman tersebut (fenomenologi interpretif). Tujuan dari penelitian fenomenologi adalah untuk menggambarkan secara penuh tentang pengalaman dan pengembangan persepsi. Terdapat empat aspek dalam fenomenologi yaitu ruang kehidupan, kehidupan tubuh (memenuhi badaniah), usia (kesementaraan), kehidupan hubungan manusia (hubungan).
Universitas Sumatera Utara
Penelitian dengan berdasarkan landasan fenomenologi melihat objek penelitian dalam suatu konteks naturalnya. Artinya peneliti yang menggunakan dasar fenomenologi melihat suatu peristiwa tidak secara parsial, lepas dari konteks sosialnya karena suatu fenomena yang sama dalam situasi berbeda akan pula memiliki makna yang berbeda pula (Idrus, 2009, hal. 59). Yang ditekankan dalam penelitian fenomenologi adalah aspek subjektif dan prilaku orang. Berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang diteliti sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka dalam kehidupan sehari-hari (Moleong, 2010, hal. 17). Ahli fenomenologi, percaya bahwa kehidupan seseorang adalah berharga dan menarik, karena kesadaran seorang tentang kehidupan tersebut. Ungkapan menjadi sesuatu di dunia (perwujudan) adalah konsep tentang ketajaman ikatan fisik seseorang pada dunia mereka, seperti berfikir, melihat, mendengar, rasa, dan interaksi, antara perasaan yang terus menerus pada tubuh mereka dengan dunia (Polit, et al, 1999).
Universitas Sumatera Utara