BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Landasan Teori
2.1.1. Saham dan Return Saham Saham adalah tanda penyertaan modal pada suatu perusahaan perseroan terbatas dengan manfaat yang dapat diperoleh berupa dividen, capital gain dan manfaat non finansial antara lain berupa konsekuensi atas kepemilikan saham berupa kekuasaan, kebanggaan dan khususnya hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan. (Situmorang, 2008) Rodoni & Ali (2010) menyatakan saham didefinisikan sebagai penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan usaha dalam suatu perusahaan. Situmorang (2008) menyatakan terdapat beberapa jenis saham yang dapat dibedakan menurut cara peralihan dan manfaat yang diperoleh para pemegang saham, yaitu : 1. Cara Peralihan Hak. Berdasarkan cara peralihannya, saham dapat dibedakan menjadi saham atas unjuk dan saham atas nama. Saham Atas Unjuk (bearer stocks) adalah saham yang tidak ditulis nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain, sehingga wujudnya mirip dengan uang. Pemegang saham atas
Universitas Sumatera Utara
a. unjuk secara hukum dianggap sebagai pemilik dan berhak ikut hadir dan mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). b. Saham Atas Nama (registered stocks) adalah saham yang ditulis dengan jelas nama pemiliknya dan cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu, yaitu dengan dokumen peralihan dan nama pemiliknya dibuat dalam buku perusahaan yang khusus memuat daftar pemegang saham. 2. Hak Tagihan atau manfaatnya Ditinjau dari segi manfaatnya, saham dapat digolongkan ke dalam saham biasa dan saham preferensi, yaitu : a. Saham biasa (common stocks) adalah saham yang menempatkan pemiliknya yang paling yunior terhadap pembagian deviden dan hak atas harta kekayaan perusahaan jika perusahaan dilikuidasi. b. Saham Preferen (Prefered stocks) adalah saham yang berbentuk gabungan
antara
obligasi
dengan
saham
biasa,
karena
dapat
menghasilkan pendapatan tetap seperti bunga obligasi, tetapi juga dapat tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Return Saham adalah pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi. Pendapatan investasi dalam saham ini meliputi keuntungan jual beli saham, dimana jika untung disebut capital gain dan jika rugi disebut capital loss. Disamping capital gain, investor juga akan menerima dividen tunai setiap tahunnya. (Samsul , 2006) Samsul (2006) mengatakan rumus penghitungan return saham dapat dilakukan
Universitas Sumatera Utara
dengan dua cara, dimana yang pertama adalah : Ri,t = (Pt – Pt-1) + Dt Pt-1 Keterangan : Ri,t
: Return saham i untuk waktu t (hari, bulan, tahun berjalan, dsb)
Pt
: Price yaitu harga untuk waktu t.
Pt-1
: Price yaitu harga untuk waktu sebelumnya (kemarin, bulan lalu, dsb)
Dt
: Dividen tunai interim dan dividen tunai final.
Karena ada kemungkinan capital loss, maka Ri,t dapat negatif. Rumus perhitungan return saham yang kedua adalah : Ri,t = (IHSIt - IHSIt-1) + Dt IHSIi-t Keterangan : Ri,t
: Return saham individual untuk waktu t (hari ini, bulan berjalan, dsb)
IHSIt
: Indeks Harga Saham Individual untuk waktu t
IHSIt-1 : Indeks Harga Saham Individual untuk waktu sebelumya. Dt
: Dividen tunai interim dan dividen tunai final.
2.1.2. Dividen dan Teori Kebijakan Dividen Dividen merupakan laba yang dibagikan kepada pemegang saham atau pembayaran sejumlah dana kepada pemegang saham sesuai jumlah saham yang dimilikinya (Skousen & Stice, 2001).
Universitas Sumatera Utara
Kieso dan Weygandt (2008) menyatakan pembagian dividen umumnya didasarkan atas akumulasi laba, yaitu laba ditahan, atau atas beberapa pos modal lainnya seperti tambahan modal disetor. Dividen memiliki jenis sebagai berikut : a. Dividen Tunai. Dividen jenis ini dibagikan dalam bentuk kas atau uang tunai. Dividen tunai paling umum dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Besar kecilnya pembagian dividen tergantung dari pembatasan – pembatasan, undang-undang, kontrak-kontrak dan jumlah uang yang dimiliki atau tersedia dalam perusahaan. b. Dividen Properti Hutang dividen dalam bentuk aktiva perusahaan selain kas disebut sebagai dividen properti atau dividen in kind. Dividen properti dapat berupa barang dagang, real estate atau investasi atau bentuk lainnya yang dirancang dewan direksi. Ketika dividen properti diumumkan, perusahaan harus menetapkan kembali nilai wajar properti yang akan dibagikan, dengan mengakui setiap keuntungan atau kerugian sebagai perbedaan antara nilai wajar dan nilai buku properti pada tanggal pengumuman. c. Dividen likuidasi Dividen likuidasi (liquidating dividend) yaitu dividen yang tidak didasarkan atas laba ditahan yang menyiratkan bahwa dividen ini merupakan pengembalian dari investasi pemegang saham dan bukan dari laba. Dengan kata lain, setiap dividen yang tidak didasarkan pada laba merupakan
Universitas Sumatera Utara
pengurangan modal disetor perusahaan dan sejauh itu merupakan dividen likuidasi. d. Dividen saham Dividen saham (stock dividend) merupakan penerbitan oleh suatu perseroan atas saham miliknya sendiri kepada pemegang saham atas dasar prorata. Dividen saham diterbitkan untuk mengkapitalisasi sebahagian dari laba (misalnya reklasifikasi jumlah yang dihasilkan ke modal kontribusi) dan dengan demikian menahan laba dalam perusahaan atas dasar permanen. Menurut Halim (2005), Ada tiga bentuk pembayaran dividen, yaitu : a. Dividen dalam jumlah rupiah stabil. Kebijakan pembayaran dividen yang stabil artinya jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi. b. Dividen dengan rasio pembayaran konstan Kebijakan pembayaran dividen dengan rasio pembayaran konstan yaitu pembayaran dividen berdasarkan persentase tertentu dari laba. c. Dividen tetap yang rendah ditambah dividen ekstra. Yaitu kebijakan pembayaran dividen yang merupakan modifikasi dari kebijakan dividen dalam jumlah stabil dan kebijakan pembayaran dividen dengan rasio pembayaran konstan. Weston dan Brigham (1998) menyatakan mekanisme pembagian dividen yang
Universitas Sumatera Utara
aktual adalah sebagai berikut : a. Announce Date (tanggal pengumuman), adalah pada saat direksi perusahaan mengumumkan rencana pembagian dividen sesuai dengan hasil RUPS. b. Holder of Record Date (tanggal pencatatan pemegang saham), adalah hari terakhir untuk mendaftarkan diri sebagai pemegang saham agar berhak menerima dividen yang akan dibagikan perusahaan. Investor yang membeli saham setelah tanggal tersebut tidak berhak menerima dividen yang akan dibagikan. c. Ex – Dividend Date (tanggal ex-dividend), adalah tanggal pada saat hak atas dividen periode berjalan dilepaskan dari sahamnya, biasanya dengan jangka waktu empat hari kerja sebelum tanggal pencatatan saham. Perdagangan saham sebelum tanggal ex-dividend disebut cum dividend. d. Dividend Payment (tanggal pembayaran), adalah tanggal pada saat dividen benar-benar dibayarkan oleh perusahaan. Kebijakan dividen ialah keputusan untuk membagikan keuntungan atau menahannya untuk melakukan investasi kembali didalam perusahaan. Model dasar harga saham memperlihatkan bahwa jika perusahaan yang bersangkutan menjalankan kebijakan untuk membagikan tambahan dividen tunai, hal ini akan meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin dalam peningkatan harga saham.
Namun jika
dividen tunai meningkat, maka akan semakin sedikit dana yang tersedia untuk melakukan investasi kembali, sehingga tahap pertumbuhan yang diharapkan untuk
Universitas Sumatera Utara
masa akan datang akan rendah, dan hal ini akan menekan harga saham (Erlina, 2008). Ada tiga pendapat mengenai Kebijakan dividen, yaitu : 1.
Dividen tidak mempengaruhi harga saham. Teori ini berdasarkan pandangan bahwa Kebijakan dividen tidak akan mempengaruhi baik rancangan investasi atau struktur modal dan tidak akan mempengaruhi terhadap aliran kas pada masa depan. Berdasarkan pandangan ini, keefisienan pasar modal menjadi kritis dan cukai diabaikan.
2.
Dividen akan menurunkan harga saham. Jika kadar cukai investor atas dividen lebih besar dari untung laba modal, maka investor akan berusaha untuk
melakukan
investasi
kembali
pendapatan
mereka
untuk
memaksimumkan return setelah cukai mereka. Sudah tentu, berdasarkan alasan ini, jika tarif cukai atas capital gain melebihi tarif dividen, maka akan terjadi sebaliknya. 3.
Dividen akan menaikkan harga saham. Pendapatan dari dividen merupakan hal yang sangat diharapkan oleh investor. Dengan asumsi seperti ini, keputusan manajer untuk menaikkan dividen merupakan tanda bahwa perusahaan tersebut mempunyai kemampuan untuk menghasilkan keuntungan pada masa yang akan datang, hal ini akan mendorong harga saham menjadi lebih tinggi. Sebaliknya, dividen yang rendah merupakan tanda yang kurang baik dan akhirnya akan menurunkan harga saham. Disamping itu pembagian dividen merupakan pertanda bagi investor.
Universitas Sumatera Utara
Kenaikan dividen yang sangat besar menandakan bahwa manajer merasa sangat optimis, sedangkan penurunan dividen menunjukkan bahwa manajer pesimis terhadap masa depan perusahaan. Kebijakan dividen perusahaan akan menarik minat kalangan investor tertentu yang sepakat tentang kebijakan dividen perusahaan (Erlina, 2008). Menurut Rosdini (2009), Berikut ini adalah pemaparan mengenai beberapa teori kebijakan dividen : 1. Hipotesis Kontrak Konsep dasar hipotesis kontrak digambarkan oleh Myers (1977, dalam Smith & Watts 1992) sebagai berikut: IOS perusahaan merupakan call option (hak untuk melakukan pembelian atau investasi di masa mendatang pada tingkat harga tertentu) yang nilainya bergantung pada kecenderungan bahwa manajemen akan melaksanakan kesempatan tersebut. Jika perusahaan memiliki hutang yang berisiko tinggi dan dengan hutang tersebut perusahaan melaksanakan pilihan untuk menjalankan proyek yang memiliki net present value positif, maka akan terdapat kemungkinan terjadinya penurunan nilai perusahaan. Hubungan antara kebijakan investasi dan dividen dapat diidentifikasi melalui arus kas perusahaan, yaitu semakin besar jumlah investasi dalam satu periode tertentu, akan semakin kecil dividen yang diberikan. 2. Hipotesis Pecking Order Hipotesis Pecking Order yang dikemukakan oleh Myer & Majluf (1984)
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa perusahaan yang profitable memiliki dorongan untuk membayar dividen relatif rendah dalam rangka memiliki dana internal lebih banyak untuk membiayai proyek – proyek investasinya. 3. Hipotesis Sinyal Hipotesis sinyal yang dikemukakan oleh Miller & Rock (1985) menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas tinggi akan membayar dividen lebih tinggi. Jika sinyal meningkat karena adanya disparitas informasi antara manajer dengan investor, maka perusahaan yang memiliki disparitas informasi besar yang biasanya merupakan perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang kecil akan membayarkan dividen lebih tinggi (hubungan negatif) sebagai sinyal bahwa kondisi perusahaan baik. 4. Residual Dividend Policy Kebijakan ini menyatakan bahwa dividen yang dibayarkan merupakan sisa dari laba perusahaan setelah dikurangkan dengan yang dibayarkan untuk membiayai perencanaan modal perusahaan (Weston dan Brigham, 1993). Artinya perusahaan membayarkan dividen hanya jika terdapat kelebihan dana atas laba perusahaan yang digunakan untuk membiayai proyek yang telah direncanakan. Dasar dari kebijakan ini adalah bahwa investor lebih menyukai perusahaan menahan dan menginvestasikan kembali laba daripada membagikannya dalam bentuk dividen apabila laba yang diinvestasikan kembali tersebut dapat menghasilkan return yang lebih tinggi daripada return rata-rata yang dapat dihasilkan investor dari
Universitas Sumatera Utara
investasi lain dengan risiko yang sebanding. Menurut Modigliani dan Miller (1958), dengan suatu keputusan investasi tertentu, rasio dividen yang dibagikan tidak ada pengaruhnya dengan harga saham perusahaan. Inti dari pendapat mereka bahwa Kebijakan dividen tidak relevan. Menurut Modigliani dan Miller, penganjur utama teori ketidakrelevanan dividen, bahwa nilai perusahaan (perubahan harga saham) hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan keuntungan serta resiko dari perusahaan. Dengan kata lain, mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan bergantung semata-mata pada keuntungan yang dihasilkan oleh assetnya bukan pada cara keuntungan tersebut dibagikan antara pembayaran dividen dengan keuntungan yang ditahan (Erlina, 2006). Menurut Modigliani dan Miller (1961) Dalam menganalisis kebijakan dividen memakai asumsi adanya pasar sempurna, perilaku rasional dan adanya kepastian. Asumsi-asumsi itu adalah : 1. Semua pembeli dan penjual sekuritas tidak ada yang dapat mempengaruhi harga pasar. 2. Semua pedagang sekuritas memiliki akses yang sama dan tanpa biaya atas semua informasi yang relevan. 3. Tidak ada biaya transaksi seperti biaya broker atau biaya transfer yang terkait dengan perdagangan sekuritas. 4. Tidak ada perbedaan tarif pajak atas dividen dan capital gain atau antara laba yang didistribusikan dan yang tidak didistribusikan.
Universitas Sumatera Utara
5. Investor lebih menyukai kekayaan yang banyak daripada yang sedikit. 6. Investor tidak mempermasalahkan apakah kenaikan kekayaan berasal dari dividen atau dari capital gain. 7. Setiap investor sangat yakin akan keberhasilan program investasi dan laba perusahaan di masa depan. 8. Karena adanya kepastian tentang masa depan, semua perusahaan mengeluarkan satu jenis sekuritas yaitu saham biasa. Berdasarkan asumsi diatas, Modigliani dan Miller mengemukakan sebuah fundamental principle of valuation yang menyatakan bahwa harga setiap saham harus sedemikian rupa supaya rate of return (dividen ditambah capital gain per rupiah yang diinvestasikan) setiap saham sama di seluruh pasar untuk interval waktu tertentu. Rodoni & Ali (2010) menyatakan kebijakan dividen penting karena dua alasan yaitu yang pertama, pembayaran dividen akan mempengaruhi harga saham, dengan demikian akan berpengaruh pula dengan perdagangan saham. Kedua, pendapatan yang ditahan (retained earning) biasanya merupakan sumber tambahan modal sendiri (equity capital) yang terbesar dan terpenting untuk pertumbuhan perusahaan. Dengan demikian kebijakan dividen yang diambil perusahaan berkaitan dengan tujuan utama pembuatan keputusan keuangan yaitu memaksimalkan nilai (harga) saham umum perusahaan.
2.1.3. Earnings Growth Pertumbuhan Laba atau Earnings Growth adalah rasio profitabilitas yang
Universitas Sumatera Utara
digunakan oleh investor dalam melakukan analisis fundamental untuk pengambilan keputusan yang dapat mempengaruhi price earning ratio (PER) suatu perusahaan. Usman (2003) menyatakan pertumbuhan laba merupakan selisih laba tahun ini dengan laba bersih tahun lalu dibagi laba bersih tahun lalu, dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba periode sebelumnya. Pertumbuhan Laba = Laba bersih tahun t – Laba bersih tahun t-1 Laba bersih tahun t-1 . Angkoso (2006) menyatakan bahwa pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : (1) Besarnya perusahaan. Semakin besar perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi; (2) Umur perusahaan. Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam meningkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah; (3) Tingkat Leverage. Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka manajer cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi ketepatan pertumbuhan laba; (4) Tingkat penjualan. Tingkat penjualan dimasa lalu yang tinggi, semakin tinggi tingkat penjualan dimasa yang akan datang maka pertumbuhan laba semakin tinggi; (5) Perubahan laba masa lalu. Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Perubahan Harga Saham Harga saham merupakan harga yang terbentuk di bursa saham dan umumnya harga saham itu diperoleh untuk menghitung nilai saham. Faktor – faktor yang mempengaruhi harga saham dapat dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal (Weston dan Brigham, 1993). Menurut Kodrat dan Indonanjaya (2010), Faktor internal yang mempengaruhi harga saham adalah keputusan dividen, struktur permodalan dan risiko. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi harga saham adalah peraturan yang ada, resesi ekonomi, sentimen pasar dan lain – lain. Terdapat dua pendekatan dalam penilaian saham yaitu : 1. Analisis saham fundamental (Fundamental Security Analysis) 2. Analisis teknikal (Technical Analysis)
2.1.4.1. Analisis Fundamental Analisis fundamental menyatakan bahwa setiap instrumen investasi mempunyai landasan yang kuat yaitu nilai intrinsik yang dapat ditentukan melalui suatu analisis yang sangat hati-hati terhadap kondisi pada saat sekarang dan prospeknya di masa yang akan datang. Analisis fundamental menggunakan data fundamental yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan. Ide dasar pendekatan ini adalah bahwa harga saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Model penilaian saham berdasarkan atas faktor-faktor fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan (i) mengestimate nilai
Universitas Sumatera Utara
faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan (ii) menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.
Model ini sering disebut sebagai share price forecasting
model, dan sering dipergunakan dalam berbagai pelatihan analisis sekuritas. (Kodrat dan Indonanjaya, 2010). Menurut Yuliati et al, (1997) Analisis fundamental akan bergerak dari keadaan yang umum ke keadaan yang lebih spesifik, yaitu : a. Analisis
dimulai
dengan
memahami
siklus
usaha
secara
umum
(perekonomian). Berdasarkan pengamatan pada harga-harga saham di pasar modal, diketahui bahwa harga saham cenderung turun sebelum siklus usaha (business cycle) memasuki masa resesi. Beberapa bulan sebelum mengalami penurunan, harga saham umumnya akan mencapai puncaknya. Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan fenomena tersebut. Teori yang pertama menyatakan bahwa perilaku investor akan dipengaruhi oleh pengharapannya terhadap kondisi usaha di masa yang akan datang. Jika mereka merasa bahwa akan terjadi resesi, maka mereka akan menjual sekuritas yang dimiliki pada saat itu juga. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan diri dari kerugian (capital loss). Penjualan sekuritas oleh para investor akan menurunkan harga keseimbangan sekuritas. Teori yang lain berusaha menjelaskan fenomena diatas dengan mengemukakan argumen yang berlawanan. Mereka menyatakan bahwa perhatian investor
Universitas Sumatera Utara
akan ditujukan pada keadaan saat ini (misalnya tingkat penjualan dan tingkat keuntungan perusahaan). Apabila investor memiliki persepsi yang sama, maka mereka akan melakukan tindakan yang sama pula (membeli, menahan atau menjual sekuritas). Hal ini terjadi karena investor diasumsikan bersifat rasional. Salah satu cara untuk mengikuti dan memperkirakan perubahan harga sekuritas adalah dengan memperhatikan indeks pasar modal. Dari pengamatan diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif antara harga sekuritas dengan indeks pasar modal. Pada saat indeks pasar merambat naik, harga sekuritas juga mengalami kenaikan. Dengan melihat perubahan pada indeks pasar, investor secara tidak langsung telah mengikuti dinamika perekonomian secara umum. b. Analisis Industri. Nilai suatu sekuritas akan sangat dipengaruhi oleh tingkat penjualan dan laba perusahaan. Analisis industri dilakukan karena tingkat penjualan dan laba perusahaan, umumnya akan terkait dengan kondisi industri. Analisis industri dilakukan dengan memperhatikan siklus industri yang dibagi dalam empat tahap, yaitu tahap pertumbuhan awal (initial growth), ekspansi, kejenuhan dan tahap pertumbuhan akhir. c. Analisis perusahaan individual (emiten). Analisis perusahaan individual antara lain dapat dilakukan dengan mengamati kinerja fungsi-fungsi perusahaan dan kepemimpinan para
Universitas Sumatera Utara
direksi. Dalam hal ini laporan keungan perusahaan memegang peranan penting. Dengan mengevaluasi laporan keuangan tersebut, analis akan mengetahui perkembangan dan kondisi keuangan perusahaan. Menurut Yuliati, et al (1997) Pada hakikatnya penilaian saham melalui analisis fundamental dapat dibedakan menjadi dua metode, yaitu : a. Pendekatan Nilai Sekarang (Present Value Approach) Pendekatan nilai sekarang menganggap bahwa harga teoritis (intrinsik) saham merupakan total nilai sekarang dari seluruh aliran kas yang akan diterima selama periode pemegangan saham (holding period). Dalam bentuk persamaan matematis, hal ini dapat dinyatakan sebagai berikut : Po = ∑ ( CI t ) / (1 + k e )t Dimana : Po : harga teoritis saham pada periode ke 0. Harga ini merupakan harga beli teoritis saham. CI t : aliran kas masuk (cash inflow) pada periode ke t ke
: tingkat keuntungan yang disyaratkan investor (required rate of return).
Berdasarkan persamaan diatas, dapat disimpulkan bahwa penilaian saham dengan menggunakan pendekatan nilai sekarang memerlukan dua informasi berikut : 1. Estimasi aliran kas yang akan diterima selama
Universitas Sumatera Utara
periode pemegangan saham. Aliran kas masuk tersebut dapat berasal dari dividen dan atau capital gain. ; 2. Estimasi terhadap required rate of return. Tingkat keuntungan tersebut mencerminkan penghargaan terhadap waktu dan risiko. b. Pendekatan Price Earning Ratio (PER). PER merupakan salah satu indikator yang banyak digunakan dalam penentuan harga saham. Perhitungan harga teoritis saham dengan pendekatan PER dilakukan dengan menentukan harga dari setiap rupiah pendapatan yang akan diterima. Berikut persamaan matematis untuk mencari rasio tersebut adalah : PER = P o / E o
atau PER = P o / E 1
Dimana : P o : harga saham saat ini E o : laba per lembar saham (earning per share) saat ini. E 1 : estimasi earning per share (EPS) pada periode yang akan datang. PER sering dipakai untuk mengelompokkan saham berdasarkan tingkat pertumbuhannya. Saham dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi umumnya memiliki PER yang lebih tinggi pula.
2.1.4.2. Analisis Teknikal Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harganya diwaktu yang lalu, volume perdagangan dan
Universitas Sumatera Utara
indeks harga saham gabungan. Perubahan harga saham cenderung bergerak pada satu arah tertentu (trend). Pola tertentu pada masa lampau akan terulang kembali pada masa yang akan datang. Analisis teknikal lebih memperhatikan pada apa yang telah terjadi di pasar, daripada apa yang seharusnya terjadi.
Analisis teknikal
menggunakan data pasar dari saham (misalnya perilaku pergerakan harga saham dan volume transaksi saham) untuk menentukan nilai saham (Kodrat dan Indonanjaya, 2010). Menurut Yuliati et.al (1997) Analisis teknikal didasarkan pada anggapan bahwa harga suatu sekuritas akan ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap sekuritas tersebut. Oleh karena itu teknik-teknik analisis dalam pendekatan ini dirancang untuk mengukur kedua aspek diatas (penawaran dan permintaan). Analisis teknikal didasarkan pada beberapa asumsi dasar, yaitu : a. Harga sekuritas akan ditentukan oleh interaksi antara penawaran dan permintaan sekuritas. b. Penawaran dan permintaan sekuritas itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang rasional maupun yang irrasional. c. Perubahan harga sekuritas cenderung bergerak pada satu arah tertentu (trend). d. Pergeseran penawaran dan permintaan sekuritas akan mempengaruhi arah perubahan harga saham. e. Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lampau akan terulang kembali pada masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
Berikut beberapa teknik dari analisis teknikal, yaitu : a. Teori Dow (Dow Theory) Teori ini berusaha menggambarkan trend yang terjadi di pasar sekuritas atau pada sekuritas individual. Berdasarkan tingkat kepentingan dan jangka waktunya, pergerakan harga sekuritas dapat dibedakan menjadi pergerakan primer (primary movement), pergerakan sekunder (secondary movement) dan pergerakan tersier (tertiary movement). Pergerakan primer menunjukkan trend jangka panjang pasar modal. Pergerakan sekunder pada umumnya hanya berlangsung selama beberapa bulan. Pergerakan ini mengoreksi harga-harga sekuritas,
tetapi tidak mengubah arah dari
pergerakan primer. Sementara itu pergerakan tersier menunjukkan fluktuasi harian dari harga-harga sekuritas. Pencatatan fluktuasi harian ini berguna untuk menentukan trend primer dan sekunder. b. Analisis Grafik. Dalam analisis teknikal, sangat dibutuhkan adanya penggambaran grafik yang menunjukkan pola perubahan harga sekuritas dan indeks pasar modal. Dengan memvisualisasikan perubahan harga historis, diharapkan akan dapat ditemukan pola-pola tertentu yang berguna bagi peramalan harga sekuritas dan kondisi pasar modal. c. Analisis keluasan pasar (breadth of market analysis). Analisis ini berguna untuk mengetahui keadaan pasar modal. Analisis keluasan pasar dilakukan dengan membandingkan jumlah sekuritas yang
Universitas Sumatera Utara
mengalami kenaikan harga dengan jumlah sekuritas yang mengalami penurunan harga, serta mengakumulasikannya. d. Analisis Kekuatan relatif (relative strength analysis) Analisis ini pada dasarnya berusaha mengidentifikasi sekuritas yang memiliki kekuatan relatif terhadap sekuritas lain. Harga sekuritas tersebut (yang memiliki kekuatan relatif) akan meningkat lebih cepat dari harga sekuritas lain pada keadaan bullish. Sebaliknya jika pasar modal berada dalam keadaan bearish, maka penurunan harga sekuritas yang memiliki kekuatan relatif akan berjalan lebih lambat dari sekuritas lain. e. Analisis rata-rata bergerak (moving average analysis). Analisis ini dapat dilakukan pada sekuritas individual, industri atau pasar secara keseluruhan. Melalui perhitungan rata-rata bergerak harga sekuritas, akan dapat diketahui pola perubahan harga tersebut. Selanjutnya hasil perhitungan akan dibandingkan dengan harga pasar sekuritas. Analisis rata-rata bergerak dapat digunakan untuk meramal kondisi pasar modal dan untuk menentukan keputusan investasi (misalnya kapan harus menjual atau membeli sekuritas). Analis akan menyarankan pembelian suatu sekuritas apabila harga pasar sekuritas tersebut berada di bawah garis rata-rata bergerak dengan trend naik. Di lain pihak, analis akan menyarankan penjualan suatu sekuritas apabila harga pasar sekuritas tersebut berada diatas garis rata-rata bergerak dengan trend menurun
Universitas Sumatera Utara
(Yuliati et.al, 1997). Menurut Husnan (1994), model penilaian saham merupakan suatu mekanisme untuk merubah serangkaian variabel ekonomi atau variabel perusahaan yang diramalkan (atau diamati) menjadi perkiraan tentang harga saham. Variabel – variabel ekonomi tersebut misalnya laba perusahaan, dividen yang dibagikan, variabilitas laba dan sebagainya. Untuk menentukan harga saham yang tepat, perlu mendasarkan atas estimasi arus kas yang akan diterima oleh pemilik saham tersebut. Arus kas tersebut terdiri dari dua komponen, yaitu dividen dan penjualan kembali saham tersebut. Kesulitan penggunaan arus kas yang di-present value-kan untuk menaksir harga saham, kemudian memunculkan berbagai model penyederhanaan. Penyederhanaan dilakukan terutama dalam menaksir pola pembayaran dividen, tetapi konsep arus kas tetap dipergunakan. Menurut Kieso & Weygandt (2008), Jika perusahaan tidak membagikan laba selama beberapa tahun dan sejumlah laba ditahan yang cukup besar telah diakumulasikan, maka nilai pasar saham yang beredar cenderung naik. Makin tinggi harga pasar sebuah saham, makin kecil saham itu dapat dibeli oleh beberapa investor. Manajemen perusahaan yakin bahwa untuk menjalin hubungan masyarakat yang lebih baik, kepemilikan yang lebih luas sangat diperlukan. Karena itu mereka berharap memiliki harga pasar yang cukup rendah sehingga berada dalam batas kemampuan mayoritas investor potensial. Untuk mengurangi nilai pasar saham, cara yang biasa dipakai adalah pemecahan saham (Stock Split).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Situmorang (2008), Pemecahan saham (stock
splits)
adalah
pemecahan nilai nominal saham menjadi pecahan yang lebih kecil. Tujuan dari pemecahan saham ini biasanya untuk menambah jumlah saham yang beredar, dan agar harga saham menjadi lebih murah, sehingga perdagangan saham menjadi lebih likuid. Jadi hal ini sangat efektif bagi saham – saham yang harganya cukup tinggi. Keputusan pemecahan saham ini harus didasarkan atas persetujuan pemegang saham pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Adapun dampak dengan dilaksanakannya pemecahan saham, maka jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham menjadi bertambah banyak dengan nilai nominal per saham yang lebih kecil. Bersamaan dengan itu secara teoritis harga saham akan turun secara proporsional dengan pertambahan jumlah saham. Akan tetapi secara keseluruhan nilai kapitalisasi saham tersebut tidak mengalami perubahan. Stock split memiliki karakteristik sebagai berikut : (1) Nilai pasar saham menjadi berkurang; (2) Tidak terdapat perubahan nilai kapitalisasi; (3) Proporsi kepemilikan saham tidak mengalami perubahan; (4) Terdapat penurunan pada nilai buku perusahaan, earning per share dan harga pasar per saham dan (5) Terjadi pencapaian optimal trading range untuk harga pasar per saham (Cahyaning, 2005 dalam Muniya, 2008). Stock split dilakukan perusahaan karena diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat yaitu : (1) Menurunkan harga saham, membuat saham lebih likuid untuk diperdagangkan, menimbulkan marketability dan efisiensi pasar; (2) Mengubah investor odd lot (membeli saham di bawah 500 lembar) menjadi investor round lot
Universitas Sumatera Utara
(membeli saham minimal 500 lembar); (3) Memanfaatkan psikologi investor tentang tingkat keuntungan yang lebih tinggi karena basis harga yang lebih rendah; (4) Meningkatkan daya tarik masyarakat untuk berinvestasi dan (5) Mensinyalkan kondisi perusahaan yang bagus (Annafi’, 2007 dalam Muniya 2008). Dua teori utama yang mendominasi literatur stock split adalah signaling theory dan trading range theory (Sukardi, 2003 dalam Anuragabudhi dan Anna, 2008).
Signaling Theory Modigliani – Miller dalam Signaling theory menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan informasi kepada investor tentang prospek peningkatan return masa depan. Return yang meningkat tersebut dapat diprediksi dan merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan jangka panjang. Pengumuman pemecahan saham dianggap sebagai sinyal yang diberikan oleh manajemen kepada publik bahwa perusahaan memiliki prospek yang bagus di masa depan. Reaksi pasar terhadap pemecahan saham sebenarnya bukan terhadap tindakan pemecahan saham yang tidak memiliki nilai ekonomis, melainkan terhadap prospek perusahaan di masa depan yang disinyalkan oleh pemecahan saham tersebut. Oleh karena itu, secara teoritis perusahaan yang melakukan pemecahan saham telah mengalami perkembangan laba yang bagus dan bahkan akan terus mengalami perkembangan laba pada masa yang akan datang (Biantoro, 2005). Copeland (1979) dalam Jogiyanto (2003) menyatakan bahwa stock split memerlukan biaya transaksi yang besar, misal biaya mencetak sertifikat baru,
Universitas Sumatera Utara
sehingga hanya perusahaan yang mempunyai prospek baik saja yang mampu menanggung biaya ini. Jika pasar bereaksi pada waktu stock split, bukan berarti pasar bereaksi karena informasi stock split yang tidak memiliki nilai ekonomis, melainkan karena mengetahui prospek perusahaan di masa depan yang disinyalkan melalui stock split. Jadi menurut signaling theory, kinerja perusahaan merupakan faktor yang memotivasi perusahaan untuk melakukan aktivitas stock split.
Trading Range Theory Manajemen melakukan stock split dalam upaya untuk mengarahkan harga saham pada interval tertentu yang tidak terlalu mahal atau tidak terlalu tinggi untuk saham perusahaan. Menurut teori ini, harga saham yang dinilai terlalu tinggi menyebabkan saham tersebut kurang aktif untuk diperdagangkan. Keputusan stock split menyebabkan harga saham menjadi tidak terlalu tinggi, sehingga akan semakin banyak investor yang mampu bertransaksi yang kemudian akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Jadi menurut trading range theory, manajemen melakukan stock split karena memandang bahwa harga saham perusahaan sudah terlalu tinggi. Atau dengan kata lain, harga saham yang tinggi menjadi pendorong bagi manajemen untuk melakukan stock split. Harga saham di pasar modal (pasar sekunder) setiap saat bisa mengalami perubahan, sehingga para investor atau calon investor harus jeli dalam pemilihan saham. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan harga saham :
Universitas Sumatera Utara
1. Harapan investor terhadap tingkat pendapatan dividen di masa yang akan datang. Apabila tingkat pendapatan dan dividen stabil, maka harga saham juga akan cenderung stabil. Sebaliknya jika tingkat pendapatan dan dividen berfluktuasi karena faktor internal, maka harga saham tersebut cenderung berfluktuasi juga. 2. Tingkat pendapatan perusahaan. Apabila tingkat pendapatan perusahaan besar maka akan semakin meningkat pula harga saham karena para investor bersikap optimis. 3. Kondisi perekonomian. Kondisi perekonomian di masa yang akan datang selalu dipengaruhi oleh kondisi perekonomian saat ini. Apabila kondisi perekonomian saat ini stabil, maka para investor juga akan optimis terhadap kondisi perekonomian yang akan datang, sehingga harga saham akan cenderung stabil, demikian sebaliknya (Hendrawijaya, 2009). Menurut Kodrat, Indonanjaya (2010) Agar dapat menghitung nilai suatu saham, investor harus memprediksi dividen saham biasa. Ada tiga pendekatan yaitu : 1. Dividen tidak bertumbuh ( Zero Growth) Jika diasumsikan bahwa dividen saham biasa tidak bertumbuh (zero growth), g = 0; nilai saham dapat dihitung sebagai berikut : P0 = D1/(1 + Ks)1 + D2/(1 + Ks)2 + ..... + D~/(1 + Ks)~ 2. Dividen bertumbuh secara Konstan (Constant Growth) Asumsi bahwa dividen tidak bertumbuh atau konstan tidak realistis. Pada umumnya dividen bertumbuh sesuai dengan tingkat pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Asumsi dividen bertumbuh secara konstan ini biasanya diterapkan pada perusahaan yang telah mapan atau memasuki tahap kedewasaan. Untuk perusahaan yang baru biasanya pada awal tahun, tingkat pertumbuhan dividen tinggi. Setelah beberapa tahun, tingkat pertumbuhan ini menurun dan cenderung konstan. Jika dividen diasumsikan bertumbuh secara konstan dari waktu ke waktu, dan Ks > g maka nilai saham dapat dihitung sebagai berikut : P0 = D0 (1 + g)/(Ks – g) Dimana : P0 = Harga saham biasa pada t = 0 D0 = Dividen terakhir yang dibagikan (dividen yang telah berlalu, tidak akan terima jika membeli saham sekarang / pada t = 0) G = Growth atau tingkat pertumbuhan dividen Ks = Tingkat keuntungan yang disyaratkan pada saham terebut. Model penilaian saham ini disebut Gordon Model 3. Dividen Bertumbuh secara tidak Konstan (Nonconstan Growth) Pada umumnya dividen saham biasa suatu perusahaan tidak konstan tapi berubah sesuai dengan daur hidup (life cycle) perusahaan tersebut. Pada periode awal, biasanya dividen perusahaan berubah – ubah. Namun, pada saat memasuki periode kedewasaan pertumbuhan dividen tersebut cenderung konstan. Langkah – langkah menghitung nilai saham biasa jika pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
dividen tidak konstan yaitu : a. Membuat estimasi pertumbuhan dividen. b. Menghitung present value dividen selama periode dimana dividen tidak bertumbuh secara konstan. c. Menghitung nilai saham pada akhir periode pertumbuhan tidak konstan. d. Jumlahkan b dan c untuk mendapatkan P0 (harga saham biasa)
2.1.5. Ukuran Perusahaan Menurut Sudarmadji dan Sularto (2007) besar (Ukuran) perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Ketiga variabel ini digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan tersebut dikenal dalam masyarakat. Dari ketiga variabel ini , nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan dalam mengukur ukuran perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.2.
Review Peneliti Terdahulu Beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan perubahan harga
saham disajikan dalam tabel 2.1. yaitu :
Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu Teknik Nama Peneliti
Variabel yang
Analisis
diteliti
yang
Topik / Judul
Hasil Penelitian
(Tahun) digunakan 1
Biantoro
Analisis
(2005)
Stock
Pengaruh
Pemecahan saham,
Regresi
Pemecahan saham berpengaruh
Split
deviden per share
Linier
positif
TerhadapPerubahan
dan IHSG.
Berganda
relatif
Harga Saham Pada
Harga
PT. BEJ Tahun 2002
relatif.
terhadap
harga
saham
saham
– 2003 2
3
Ewijaya dan
Analisis
Pengaruh
Laba per Saham,
Regresi
Pemecahan saham berpengaruh
Indriantoro
Pemecahan
Saham
Dividen per saham
Linier
negatif
(1999)
Terhadap Perubahan
dan
Berganda
perubahan harga saham relatif.
Harga Saham
harga saham
perubahan
terhadap
Supawi
Perubahan
Harga
IHSG, Return on
Regresi
Pengumuman stock split tidak
Pawenang
Saham
Pasca
Asset, Net Profit
Linier
berpengaruh
(2008)
Pengumuman
Stock
Margin dan Return
Berganda
terhadap
Ditinjau
dari
secara
signifikan
perubahan
harga
saham.Variabel
lain
yang
Faktor Pengumuman,
mempengaruhi
harga
saham
Tekhnikal
adalah IHSG, Return On Asset
Split
On Equty
dan
Fundamental 4
signifikan
Hamzah dan
Pengaruh
Burhanuddin (2005)
dan Net Profit Margin Variabel
Persediaan,
Regresi
Persediaan,
Fundamental
Piutang
Linier
Pengeluaran Modal, Laba Kotor,
Terhadap Perubahan
Laba Kotor, Beban
Berganda
Beban Penjualan, Kualitas laba
Harga
Penjualan,
dan
Kualitas Laba dan
secara
Saham
Properti Pada BEJ
Dagang,
Piutang
Dagang,
pertumbuhan
perusahaan
simultan
berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
Pertumbuhan
terhadap perubahan harga saham
Perusahaan
dan secara parsial laba kotor, kualitas laba dan pertumbuhan perusahaan
berpengaruh
signifikan
terhadap
perubahan
harga saham. 5
Vera
Analisis
Faktor–
Yuniarti
Faktor
(2004)
Mempengaruhi
yang
Paerubahan
Harga
Saham
Pada
Perusahaan Manufaktur
Yang
Aktif Diperdagangkan
Earning
Regresi
Baik secara parsial maupun secara
Share, PER, Kurs
Linier
simultan
Dollar, Frekuensi
Berganda
Perdagangan saham, Frekuensi
Perdagangan,
EPS,
Suku
Bunga,
Volume
Dollar,
Tingkat
Tingkat
Inflasi
Perdagangan,
signifikan
Tingkat Inflasi dan
harga saham.
Indeks
BEJ periode Januari
Saham
PER,
Volume
Perdagangan Saham, Kurs USS
Tingkat
Di
2000–
per
Suku
Bunga,
berpengaruh
terhadap
perubahan
Harga
Desember
2002 6
Titik
Pengaruh
Quick
Ratio,
Regresi
Quick Ratio, Banking Ratio dan
Sandora
Ratio, Banking Ratio
Quick
Banking
Ratio,
Linier
ROE
(2010)
dan Return On Equity
ROE
Berganda
berpengaruh
Terhadap Perubahan
Perubahan Harga
Harga
Saham
Saham
Terdaftar di BEI
bersama-sama positif
terhadap
Perubahan Harga Saham. Secara Parsial Quick Ratio dan Banking Ratio tidak berpengaruh terhadap
Perusahaan Perbankan
dan
secara
Yang
perubahan sedangkan positif
harga ROE
saham berpengaruh
signifikan
terhadap
perubahan harga saham.
Universitas Sumatera Utara