BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo,2005, p : 50). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour). Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. Menurut teori WHO (World Health Organization) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri. Berdasarkan beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui oleh seseorang melalui pengenalan sumber informasi, ide yang diperoleh sebelumnya baik secara formal maupun informal.
Menurut
Notoatmodjo
(2007)
pengetahuan
atau
kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru didalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan), yakni : a. Awareness (kesadaran) Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). b. Interest (merasa tertarik) Terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul. c. Evaluation (menimbang-menimbang) Terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. d. Trial Sikap dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. e. Adaption Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (longlasting).
Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Jadi, Pentingnya pengetahuan disini adalah dapat menjadi dasar dalam merubah perilaku sehingga perilaku itu langgeng. 2. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) ada 6 tingkatan pengetahuan, yaitu : a. Tahu (know) Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk juga mengingat kembali suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima dengan cara menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya. b. Memahami (Comprehention) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dpat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya.
d. Analisis (Analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi kedalam komponen – komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut yang masih ada kaitannya antara satu dengan yang lain
dapat
ditunjukan
dengan
menggambarkan,
membedakan,
mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis
merupakan
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan
atau
menghubungkan bagian – bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan dapat menyusun formulasi yang baru. f. Evaluasi (Evaluation) Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi penelitian didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria yang sudah ada. Pengetahuan diukur dengan wawancara atau angket tentang materi yang akan di ukur dari objek penelitian 3. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan Notoatmodjo (2007), berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu : a. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan
cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut . b. Mass media / informasi Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)
sehingga
menghasilkan
perubahan
atau
peningkatan
pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, penyuluhan dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan
orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. c. Sosial budaya dan ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan
demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. d. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. e. Pengalaman Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman baik dari pengalaman pribadi maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.
f. Usia Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia tengah (41-60 tahun) seseorang tinggal mempertahankan prestasi yang telah dicapai pada usia dewasa. Sedangkan pada usia tua (> 60 tahun) adalah usia tidak produktif lagi dan hanya menikmati hasil dari prestasinya. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan sehingga menambah pengetahuan (Cuwin, 2009). Dua sikap tradisional Mengenai jalannya perkembangan hidup : 1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang di jumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya. 2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khusunya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia. 4. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Nursalam, 2008) : Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75% - 100% Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56% - 75% Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 56%
B. Sikap 1.
Definisi Sikap Sikap adalah juga merespon tertutup seseorang terhadap stimulus
atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang – tidak senang, setuju –tidak setuju, baik – tidak baik, dan sebagainya). Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan faktor predisposisi perilaku (reaksi tertutup) (Notoatmodjo, 2005) Komponen Pokok Sikap : Menurut Allport (1954) sikap itu terdiri dari 3 komponen, yaitu :
a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap obyek, artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek. c. Kecenderungan untukk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (Tindakan) Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peran penting. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga memiliki tingkatan berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut : a. Menerima (Receiving) Diartikan bahwa seseorang atau subyek menerima stimulus yang diberikan (objek). Misalnya, sikap seseorang terhadap periksa hamil dapat diketahui dan diukur dari kehadiran si ibu untuk mendengarkan penyuluhan di lingkungannya. b. Menanggapi (Responding) Menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Misalnya , seorang ibu yang
mengikuti penyuluhan tersebut ditanya atau diminta menanggapi oleh penyuluh, kemudian ia menjawab atau menanggapainya. c. Menghargai (valuing) Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons. d. Bertanggung Jawab (Responsible) Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus beranni mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemooh atau adanya risiko lain 2. Faktor – faktor yang mempengaruhi sikap Faktor – faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap objek sikap antara lain :
a. Pengalaman pribadi Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang diangap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafilisasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang di anggap penting tersebut. c. Pengaruh Kebudayaan Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlahyang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya. d. Media massa Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisannya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap.
e. Lembaga Pendidikan dan lembaga agama Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan agama sangat menentukan sitem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap. f. Faktor emosional
Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Pengukuran secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan - pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunkana kata “setuju” atau “tidak setuju” terhadap pernyataan - pernyataan objek tertentu, dengan menggunakan skala likert (Notoatmodjo, 2005).
C. Remaja 1. Definisi Remaja Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan (Ali, 2009). Remaja adalah anak usia 10 – 24 tahun yang merupakan usia antara masa kanak – kanak dan dewasa dan sebagai titik awal proses reproduksi, sehingga perlu dipersiapkan sejak dini (Romauli, 2009). Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosio ekonomi remaja untuk memahami serta mengatasi berbagai keadaan yang membingungkannya. Informasi tentang
haid dan mimpi basah, serta tentang alat reproduksi laki – laki dan wanita perlu diperoleh setiap remaja (Widyastuti, 2009). Jika dipandang dari aspek psikologis dan sosialnya, masa remaja adalah suatu fenomena fisik yang berhubungan dengan pubertas. Pubertas adalah suatu bagian yang penting dari masa remaja dimana yang lebih di tekankan adalah proses biologisnya yang pada akhirnya mengarah kepada kemampuan berproduksi. Pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah dari makhluk aseksual menjadi makhluk seksual. Kata pubertas berawal dari kata latin yang berarti “usia kedewasaan”. Kata ini lebih menunjuk pada perubahan fisik daripada perilaku yang terjadi pada saat individu secara seksual menjadi matang dan mampu memberikan keturunan (Hurlock, nd). Monk mengemukakan bahwa pubertas datang dari kata puber (yaitu Pubescent). Kata lain Pubescence yang berarti mendapatkan pubes atau rambut kemaluan, yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan seksual. Bila selanjutnya dipakai istilah puber, maka yang dimaksudkan adalah remaja sekitar masa pemasakan seksual (Monks dan Knoers, 2002). 2. Pembatasan usia remaja Lazimnya masa remaja diangggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Menurut Hurlock secara umum masa remaja dibagi menjadi dua
bagian yaitu remaja awal dan remaja akhir. Garis pemisah antara awal remaja dan akhir remaja terletak kira-kira di sekitar usia tujuh belas tahun. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam belas tahun atau tujuh belas tahun sampai delapan belas tahun. Dengan demikian akhir masa remaja merupakan periode tersingkat. Tak jauh berbeda dengan itu Monks mengatakan, bahwa perkembangan masa remaja secara global berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, dan 18-21 masa remaja akhir. Sedangkan pada umumnya masa pubertas terjadi antara 12-16 tahunpada anak laki-laki dan 11-15 tahun pada anak wanita (Monks dan Knoers, 2002). Batas usia remaja menurut WHO adalah 12-24 tahun. Sedangkan menurut BKKBN adalah 1019 tahun (Widiastuti, 2009)
3. Perkembangan pada masa remaja Menurut Widiastuti (2009) berdasarkan sifat atau ciri-ciri perkembangan masa (rentang waktu) remaja ada tiga yaitu : a. Masa Remaja awal (10-12 tahun) 1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya 2) Tampak dan merasa ingin bebas 3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak)
b. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun) 1) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri 2) Ada keinginan untuk berkencan atau tertarik pada lawan jenis 3) Timbul perasaan cinta yang mendalam 4) Kemampuan berpikir abstrak (mengkhayal) makin berkembang 5) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seks c. Masa Remaja Akhir (16-19 tahun) 1) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri 2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif 3) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya 4) Dapat mewujudkan perasaan cinta 5) Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak
D. Pendidikan Kesehatan 1. Definisi Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan ditujukan untuk menggugah kesadaran, memberikan
atau
meningkatkan
pengetahuan
masyarakat
tentang
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan baik bagi dirinya sendiri, keluarganya maupun masyarakatnya. Bentuk pendidikan ini antara lain penyuluhan kesehatan, pameran kesehatan, iklan-iklan layanan kesehatan, spanduk, billboard, dan sebagainya (Notoatmodjo,2007). Semua petugas kesehatan telah mengakui bahwa pendidikan kesehatan itu penting untuk
menunjang program-program kesehatan yang lain (Notoatmodjo, 2003). Penyuluhan kesehatan masyarakat di dalam bahasa inggris disebut Education for Health. Sedangkan di Indonesia disebut dengan komunikasi, informasi, dan eduksi (KIE). Pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan skedar proses transfer materi / teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur, akan tetapi perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok, atau masyarakat sendiri (Mubarak dan chayatin, 2009).
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan Tujuan utama pendidikan kesehatan (Mubarak dan Chayati, 2009) adalah : a. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri b. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar. c. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat. 3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Ruang lingkup prndidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain dimensi sasaran pendidikan, dimensi tempat pelaksanaan atau aplikasinya, dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2007). a. Dimensi sasaranannya 1) Pendidikan kesehatan individual, dengan sasaran individu 2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok 3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas b. Dimensi tempat pelaksanaan 1) Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid 2) Pendidikan kesehatan di rumah sakit, dilakukan di rumah sakit-rumah sakit dengan sasaran pasien atau keluarga pasien, di Puskesmas dan sebagainya. 3) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan yang bersangkutan. c. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan Pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of prevention) menurut Leavel and Clark, yaitu sebagai berikut : 1) Promosi Kesehatan (Health promotion) Dalam tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan higiene perorangan dan sebagainya.
2) Perlindungan Khusus (Specific protection) Dalam program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus ini pendidikan kesehatan sangat diperlukan terutama di negara-negara berkembang. Hal ini karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai perlindungan terhadap penyakit pada dirinya maupun pada anak-anaknya masih rendah. 3) Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment) Dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan penyakit, maka sulit mendeteksi penyakitpenyakit yang terjadi dalam masyarakat.Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau di periksa dan diobati penyakitnya. Hal ini akan menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak. Oleh sebab itu, pendidikan kesehatan sangat di perlukan pada tahap ini. 4) Pembatasan cacat (Disability limitation) Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit, maka sering masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan cacat atau ketidakmampuan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini. 5) Rehabilitasi (rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat. Untuk memulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan
latihan-latihan
tertentu.
Oleh
karena
kurangnya
pengertian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak atau sengan melakukan latihan-latihan yang di anjurkan. Di samping itu, orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang-kadang malu intuk kembali ke masyarakat. Sering terjadi pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggota masyarakat yang normal. Oleh sebab itu, jelas pendidikan kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetepi juga perlu pendidikan kesehtan kepada masyarakat 4.
Metode Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan juga sebagai suatu proses, dimana proses tersebut mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Dalam suatu proses pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan yakni perubahan perilaku dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan di samping masuknya sendiri juga metode, materi atau pesannya, pendidik atau petugas, yang melakukannya, dan alat-alat bantu/alat peraga pendidikan. Hal ini berarti bahwa untuk masukan (sasaran pendidikan) tertentu, harus menggunakan cara tertentu pula, materi juga harus disesuaikan dengan sasaran, demikian juga alat bantu pendidikan disesuaikan. Untuk sasaran kelompok, metodenya harus berbeda dengan sasaran massa dan sasaran individual.
Untuk sasaran massa pun harus berbeda dengan sasaran individual dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007) Dibawah ini akan diuraikan beberapa metode pendidikan individual, kelompok dan massa (public) : 1. Metode Pendidikan Individual (Perorangan) Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual ini digunakan untuk membina perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan individual ini disebabkan karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta membantunya maka perlu menggunakan metode (cara ini). Bentuk dari pendekatan ini, antara lain : a. Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Counseling) Dengan cara ini, kontak antara klien dengan petugas lebih intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran, penuh perhatian, akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku). b. Interview (Wawancara) Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima
perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian atau kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi. 2. Metode Pendidikan Kelompok Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan. a. Kelompok Besar Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain : 1) Ceramah Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. 2) Seminar Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.
b. Kelompok Kecil Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain : 1) Diskusi Kelompok Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadaphadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi / penyuluh juga duduk diantara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi. Tepatnya mereka dalam taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok ada kebebasan / keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat. 2) Curah Pendapat (Brain Storming) Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaannya pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah kemudian tiap peserta memberikan jawaban-jawaban atau tanggapan (cara pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh diberi komentar oleh siapa pun. baru setelah semua anggota
mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari dan akhirnya terjadilah diskusi. 3) Bola Salju (Snow Balling) Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang, 2 orang). Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5 menit, tiap 2 pasang bergabung menjadi 1. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas. 4) Kelompok Kecil (Bruzz Group) Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil (buzz group) kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama / tidak dengan
kelompok
lain
dan
masing-masing
kelompok
mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya. 5) Memainkan Peranan (Role Play) Dalam metode ini, beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat. Mereka meragakan misalnya bagaimana interaksi / komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
6) Permainan Simulasi (Simulation Game) Metode ini adalah merupakan gambaran antara role play dengan diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli
5. Metode Pendidikan Massa (Public) Metode pendidikan (pendekatan) massa untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik maka cara yang paling tepat adalah pendekatan massa. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness atau kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi, belum begitu diharapkan sampai dengan perubahan perilaku. Namun demikian bila sudah sampai berpengaruh terhadap perubahan perilaku adalah wajar. Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya menggunakan atau melalui media massa. Beberapa contoh metode ini, antara lain : a. Ceramah umum (public speaking) Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, menteri
kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato di
hadapan massa rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah satu bentuk pendekatan massa.
b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV
maupun radio, pada hakekatnya adalah merupakan bentuk
pendidikan kesehatan massa. c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau radio adalah juga merupakan pendekatan pendidikan kesehatan massa. Contoh "Praktek
Dokter Herman Susilo" di televisi pada
waktu yang lalu. d. Sinetron "Dokter Sartika" didalam acara TV juga merupakan bentuk pendekatan pendidikan kesehatan massa. e. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab / konsultasi tentang kesehatan atau penyakit juga merupakan bentuk pendekatan pendidikan kesehatan massa. f. Billboard yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya adalah juga bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh billboard "Ayo ke Posyandu". 6. Media Pendidikan Kesehatan Media pendidikan kesehatan adalah media yang digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan karena alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan kesehatan bagi masyarakat yang dituju. Menurut Notoatmodjo (2005), media pendidikan kesehatan didasarkan cara produksinya dikelompokkan menjadi :
a. Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Media cetak terdiri dari : 1) Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan kesehatan dan bentuk buku, baik tulisan ataupun gambar. 2) Leaflet adalah suatu bentuk penyampaian informasi melalui lembar yang dilipat. Isi informasi dapat berupa kalimat maupun gambar. 3) Selebaran adalah suatu bentuk informasi yang berupa kalimat maupun kombinasi. 4) Flip chart adalah media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik berisi gambar dan dibaliknya berisi pesan yang berkaitan dengan gambar tersebut. 5) Rubrik atau tulisan pada surat kabar mengenai bahasan suatu masalah kesehatan. 6) Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan kesehatan yang biasanya ditempel di tempat umum. 7) Foto yang mengungkap informasi kesehatan yang berfungsi untuk member informasi dan menghibur. b. Media Elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika.adapun macam media elektronik : 1) Televisi 2) Radio 3) Video
4) Slide 5) Film c. Luar ruangan yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar ruangan secara umum melalui media cetak dan elektronika secara statis, missal : 1) Pameran 2) Banner 3) TV Layar Lebar 4) Spanduk 5) Papan Reklame
E. PMS (Pre Menstrual Syndrome) 1. Definisi PMS (Pre Menstrual Syndrome) Salah satu gangguan derajat kesehatan yang sulit diidentifikasi secara akurat pada wanita adalah kumpulan gejala-gejala yang dikenal dengan sindrom premenstruasi PMS. Perubahan siklik fisik, fisiologi dan prilaku (misal perut mengembung, perubahan suasana hati, perubahan nafsu makan) yang dicerminkan saat siklus menstruasi terjadi hampir pada semua wanita beberapa waktu antara menarche dan menopause (Varney, 2007). PMS adalah kumpulan gejala fisik, psikologis dan emosi yang berhubungan dengan siklus menstruasi (Wikipedia). Gejala PMS dapat diperkirakan dan biasanya terjadi
secara
regular pada 7-14 hari sebelum datangnya menstruasi. Sindrom itu akan menghilang pada saat menstruasi dimulai sampai beberapa hari setelah
selesai menstruasi. Hal ini paling umum mempengaruhi para remaja dan wanita-wanita di dalam awal usia 20-50 tahun yaitu dimulai pada tahap awal pubertas dan berakhir pada tahap menopause (Saryono, Sejati W, 2009). PMS merupakan suatu gejala yang sering dialami oleh wanita menjelang menstruasi dengan dampak yang dialami bisa menjadi lebih ringan seperti bingung, pelupa, timbul jerawat ataupun lebih berat seperti diare, konstipasi, insomnia, depresi, bahkan kadang muncul rasa ingin bunuh diri. Sedangkan gangguan mental dapat berubah mudah tersinggung dan sensitif, sedangkan gangguan fisik berupa acne, nyeri, pusing, sakit punggung, nyeri payudara. PMS ini bisa membuat penderitanya merasa sangat sengsara (Agustini, 2004). Penyebab munculnya sindrom ini memang belum jelas. Beberapa teori menyebutkan antara lain karena faktor hormonal yakni ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron. Teori lain mengatakan bahwa, karena hormon estrogen yang berlebihan. Para peniliti mengatakan bahwa, salah satu kemungkinan yang kini sedang diselidiki adalah adanya perbedaan genetik pada sensitivitas reseptor dan sistem pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran hormon seks dalam sel. Kemungkinan dapat berhubungnan dengan gangguan perasaan, faktor kejiwaan, masalah sosial, atau fungsi serotonin yang dialami penderita.
Owen (Consultant Obstetrician and Gynaecologist) dalam Camoki 2007 menyebutkan bahwa penetapan berat ringannya PMS berubah-ubah tergantung pada terganggunya aktifitas sehari-hari. Bagi wanita yang sangat mengenali dirinya sendiri dan dapat mengelolanya, boleh jadi PMS tidaklah menganggu. Tak jarang, wanita mengenali PMS dan akses yang merugikan diri sendiri serta orang sekitarnya, tidak mudah untuk mengendalikannya 2. Etiologi PMS (Pre Mentsrual Syndrome) Penyebab yang pasti dari Pre Mentrual Syndrome belum di ketahui secara pasti, dapat bersifat komplek dan multifaktorial. Namun dimungkinkan berhubungan dengan faktor-faktor hormonal, genetik, sosial, perilaku, biologis dan psikis (Saryono dan Waluyo, 2009). a. Faktor Hormonal PMS terjadi pada sekitar 70-90% wanita pada usia subur dan lebih seringg ditemukan pada wanita usia 20-40 tahun.peran hormon ovarium tidak begitu jelas, tetapi gejala PMS sering berkembang ketika
ovulasi
tertekan.
Perubahan
kadar
hormonal
dapat
mempengaruhi kerja neurotransmitter seperti serotonin, tetapi kadar hormon seks yang besikulasi pada umumnya normal pada wanita PMS. Faktor hormonal yakni terjadi ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron. b. Faktor Kimiawi
Faktor kimiawi sangat mempengaruhi munculnya PMS. Bahan – bahan kimia tertentu didalam otak seperti serotonin, berubah-ubah selam siklus menstruasi. Serotonin adalah suatu neurotransmiter yang merupakan suatu bahan kimia yang terlibat dalam pengiriman pesan sepanjang saraf didalam otak, tulang belakang dan seluruh tubuh. c. Faktor Genetik Faktor genetik juga memainkan suatu peran yang sangat penting, yaitu insidensi PMS dua kali lebih tinggi pada kembar satu telur (monozigot) dibanding kembar dua telur. d. Faktor Psikologis Faktor psikis, yaitu stres sangat besar pengaruhnya terhadap kejadian PMS akan semakin menghebat jika di dalam diri seorang wanita terus menerus mengalami tekanan e. Faktor gaya hidup Faktor gaya hidup dalam diri wanita terhadap pengaturan pola makan juga memegang peranan yang tak kalah penting. Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit, sangat berperan terhadap gejala-gejala PMS. Makanan terlalu banyak garam akan menyebabkan retensi cairan, dan membuat tubuh bengkak. Terlalu banyak mengkonsumsi minuman beralkohol dan minuman-minuman beralkohol dan minuman-minuman
berkafein
dapat
menganggu
suasana
hati.Rendahnya kadar vitamin dan mineral dapat menyebabkan
gejala-gejala PMS semakin memburuk.Beberapa teori penyebab PMS : 1) Berhubungan dengan hipoglikemia (kadar gula darah rendah yang abnormal / hyperthyroid) 2) Berhubungan dengan homon pitutiari, prostaglandin, dan neurotransmiter di otak. 3) Karena kurang asupan vitamin B6, kalsium, dan magnesium. 3. Gejala PMS (Pre Menstrual Syndrome) Wanita dapat mengalami berbagai macam gejala PMS baik gejala emosional maupun gejala fisik. Tabel 2.1 Gejala- gejala Pre Mentrual Syndrome Gejala fisik
Gejala Emosional
Perut kembung
Depresi
Nyeri Payudara
Cemas
Sakit kepala
Suka menangis
Kejang atau bengkak pada kaki
Suka Menangis
Nyeri panggul
Sifat Agresif atau pemberontakan
Hilang Koordinasi
Pelupa
Rasa gatal pada kulit
Tidak bisa tidur
Peka suara atau cahaya
Merasa tegang
Nafsu makan bertambah
Irritabilitas
Hidung tersumbat
Suka marah
Tumbuh jerawat
Paranoid
Sakit pinggul
Perubahan dorongan seksual
Suka makan manis atau asin
Konsentrasi berkurang
Palpitasi
Merasa tidak nyaman
Kepanasan
Pikiran bunuh diri Keinginan menyendiri Perasaan bersalah
Sumber : dikutip dari Rayburn et. Al (2001) 4. Tipe PMS (Pre Menstrual Syndrome) Tipe dan gejalanya Tipe PMS bermacam-macam. Dr. Guy E. Abraham, ahli kandungan dan kebidanan dari Fakultas Kedokteran UCLA, AS, membagi PMS menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H, C, dan D. Delapan puluh persen gangguan PMS termasuk tipe A. Penderita tipe H sekitar 60%, PMS C 40%, dan PMS D 20%. Kadang-kadang seorang wanita mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan D secara bersamaan.Setiap tipe memiliki gejalanya sendiri. a. PMS tipe A (anxiety) Ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron: hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin B6 dan magnesium. Penderita PMS A sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi minum kopi.
b. PMS tipe H (hyperhydration) Memiliki gejala edema(pembengkakan), perut kembung,nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe PMS lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari. c. PMS tipe C (craving) Ditandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang kadang-kadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau kurangnya magnesium. d. PMS tipe D (depression)
Ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari selururh tipe PMS benarbenar murni
tipe
D.
PMS
tipe D murni
disebabkan oleh
ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen, di mana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon estrogennya. Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang terjadi bersamaan dengan PMS tipe A. 5. Penanganan PMS (Pre Menstrual Syndrom) Terdapat suatu persetujuan dalam penatalaksanaan PMS. Riwayat yang terinci dan dikaji dengan cermat serta kelompok gejala harian dan fluktuasi mood yang terdapat pada beberapa siklus dapat menjadi
petunjukdalam
penyusunan
perencanaan
penatalaksanaan.
Konseling, dalam bentuk kelompok pendukung atau konseling pasangan / individu dapat sangat bermanfaat. Penggunaaan obat-obatan seperti inhibitor
prostaglandin
dan
diuretik
untuk
meredakan
edema,
bromokriptin(parlodel) untuk mengatasi nyeri tekan pada payudara dan diet yang seimbang. Rendah kafein dan natrium atau disertai makanan diuretik alami dapat meredakan gejala. Latihan fisik dan suplemen vitamin (B6 dan E) seringkali direkomendasikan. Pada wanita yang digangggu oleh PMS dapat mengurangi gejala-gejala
dengan
melakukan
perubahan
pada
dietnya
seperti
mengurangi jumlah gula yang dimakan, memperbanyak mengonsumsi serat. Mengurangi asupan lemak, mengurangi jumlah garam jika terdapat retensi cairan dan menghindari kafein (Health Media Nutrition Series, 1996). Ada beberapa jenis perawatan yang dapat dijalani untuk mengatasi sindrom pra mensrtruasi (Atikah 2009) : a. Mengkonsumsi pil kontrasepsi oral b. Obat anticemas, seperti Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs), yang dapat digunakan setiap hari atau selama 14 hari sebelum menstruasi c. Obat nyeri Over-The-Counter (OTC), yaitu obat-obatan penghilang nyeri seperti asam asetilsalisilat, asetaminofen, dan obat antiinflamasi nonsteroid. Obat-obatan ini dapat membantu menyembuhkan gejala fisik yang sifatnya sedang, seperti nyeri otot atau sakit kepala. d. Melakukan diet, seperti mengurangi kafein (mengurangi rasa tertekan, mudah tersinggung, dan gelisah), garam, termasuk kandungan sodium pada makanan kemasan (mengurangi kembung), mengkonsumsi lebih banyak karbohidrat kompleks dan serat, seperti roti gandum, pasta,
sereal, buah dan sayuran, menambah asupan protein pada menu makanan, mengkonsumsi makanan kaya vitamin dan mineral atau mengkonsumsi suplemen vitamin dan mineral, mengurangi gula dan lemak
(meningkatkan
energi
dan
menstabilkan
mood)
dan
menghentikan konsumsi alkohol. e.
Lakukan olahraga seperti aerobik selama 30 menit selama empat hingga enam kali seminggu. Aerobik melatih otot besar yang membantu ketegangan saraf dan kecemasan, serta meretensi cairan yang menyebabkan perut terasa penuh.
f. Makan teratur, tidur cukup, dan berolahraga. Lakukan relaksasi seperti pijat atau hal yang membuat nyaman. g. Lakukan terapi alternatif lain, misalnya dengan menggunakan aroma terapi, akupuntur, minum jamu, atau mengompres perut dengan bantal panas. 6. Faktor resiko Beberapa faktor yang meningkatkan terjadinya PMS adalah: a. Wanita yang pernah melahirkan. b. Wanita yang sudah menikah. c. Usia yang semakin tua (antara 30-40 tahun). d. Stres
e. Mempunyai riwayat depresi (baik depresi pasca melahirkan). f. Faktor diet (kebiasaan makan tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu, makanan olahan)
g. Kekurangan zat gizi seperti kurang vitamin B (vitamin B6), vitamin E, vitamin C, magnesium,zat besi, seng, mangan, asam lemak linoleat h. Kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol i. Kegiatan fisik (kurang olahraga dan aktivitas fisik) 7. Pencegahan Pencegahan PMS dapat dilakukan dengan cara : a. Melakukan diet yang sehat yang mengandung cukup buah dan sayuran b. Atau mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung cukup vitamin dan mineral seperti A, B6, E dan kalsium. c. Melakukan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur d. Menghindari dan mengatasi stres e. Menjaga berat badan. Berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko menderita PMS. f. Mencatat jadwal siklus haid serta kenali gejala PMS. g. Memperhatikan apakah sudah dapat mengatasi PMS pada siklus-siklus datang bulan berikutnya (Wijaya, 2008)
E. Kerangka Teori 1. Pendidikan 2. Mass media / informasi ( radio, majalah, televisi, penyuluhan) 3.Sosial Budaya dan ekonomi 4. Lingkungan 5. Pengalaman 6. Usia Pengetahuan
Sikap
Perilaku (Proses terjadinya perilaku) : 1.Kesadaran 2.Merasa tertarik 3.Menimbangnimbang 4.Mencoba 5. Mengadopsi perilaku
1.Pengalaman Pribadi 2.Pengaruh Orang lain 3.Pengaruh kebudayaan 4. Media massa 5.Lembaga Pendidikan dan lembaga agama 6.Faktor Emosional
Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : Modifikasi Notoatmodjo 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.
F. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Penyuluhan
Variabel Terikat Pengetahuan
Sikap
Gambar 2.2 Kerangka Konsep G. Hipotesis Ha = Ada perbedaan pengetahuan dan sikap remaja putri tentang PMS (Pre Menstrual Syndrom) sebelum dan sesudah diberi penyuluhan.