BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2.1.1 Pengertian Keselamatan Kerja Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran. Menurut Mangkunegara (2008:162) faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu: 1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja a. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang diperhitungkan keamanannya. b. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak. c. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya. 2.
Pengaturan Udara a. Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor, berdebu, dan berbau tidak enak). b. Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.
3.
Pengaturan Penerangan a. Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat. b. Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.
4. Pemakaian Peralatan Kerja a. Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
11 Universitas Sumatera Utara
b. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengamanan yang baik. 5.
Kondisi Fisik dan Mental Pegawai a. Stamina pegawai yang tidak stabil. b. Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa risiko bahaya. Pendapat Dessler (2007:278) tidak jauh berbeda, kondisi tidak aman
merupakanalasan utama dari kecelakaan. Termasuk faktor-faktor seperti: a.
Peralatan yang tidak terjaga dengan baik.
b. Peralatan rusak. c.
Prosedur yang berbahaya di dalam, pada, atau di sekitar mesin atau peralatan.
d. Penyimpanan yang tidak aman-kepadatan dan kelebihan beban. e.
Penerangan yang tidak tepat-cahaya yang menyorot, tidak cukup penerangan
f.
Ventilasi yang tidak baik-pertukaran udara yang tidak cukup, sumber udara yang tidak murni. Menurut Fathoni (2003:170) pencegahan yang harus dilakukan untuk
menghindari kecelakaaan antara lain mencakup tindakan: a.
Memperhatikan faktor-faktor keselamatan kerja.
b. Melakukan pengawasan yang teratur. c.
Melakukan tindakan koreksi terhadap kejadian, dan
12 Universitas Sumatera Utara
d.
Melaksanakan program diklat keselamatan kerja dan menghindari cara kecelakaan dan menghadapi kemungkinan timbulnya kecelakaan. Menurut Mangkunegara (2009:160) keselamatan dan kesehatan kerja
adalah kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja. Resiko keselamatan kerja merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik yang terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran. Keselamatan kerja menurut Mondy (2009:360) adalah perlindungan karyawan dari luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran. Keselamatan kerja menurut Sugeng dalam Lambrie (2010:235) diartikan sebagai “Bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja.” Sedangkan menurut (Swasto, 2011:107) mengemukakan bahwa ”Keselamatan kerja menyangkut segenap proses perlindungan tenaga kerja terhadap kemungkinan adanya bahaya yang timbul dalam lingkungan pekerjaan.” 2.1.2 Pengertian Kesehatan Kerja Menurut
Meily
(2010:72),
“Kesehatan
kerja
adalah
upaya
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik, mental dan kesejahteraan sosial semua pekerja yang setinggi-tingginya.” Mencegah gangguan
13 Universitas Sumatera Utara
kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, melindungi pekerja dari faktor risiko pekerjaan yang merugikan kesehatan, penempatan pemeliharaan pekerja dalam lingkungan kerja disesuaikan dengan kapabilitas fisiologi, psikologinya, dan disimpulkan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaannya. . Program kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi, atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja (Mangkunegara, 2009:161). Resiko kesehatan merupakan factorfaktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stress, emosi atau gangguan fisik. Adapun usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja adalah sebagai berikut: a. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan. b. Mencengah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit. c. Memelihara kebersihan dan ketertiban, sertakeserasian lingkungan kerja. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling berkaitan dengan
masalah-masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Banyak
faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, antara lain: keturunan, lingkungapn, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Keempat faktor tersebut saling berpengaruh satu sama lainnya, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal, maka status kesehatan akan tercapai dengan baik Sedangkan menurut Swasto (2011:110) mengemukakan bahwa “Kesehatan kerja menyangkut
14 Universitas Sumatera Utara
kesehatan fisik dan mental.” Kesehatan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia termasuk lingkungan kerja. Swasto (2011:110) juga mengemukakan bahwa ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja antara lain : 1. Kondisi Lingkungan Tempat Kerja Kondisi ini meliputi : a. Kondisi fisik Berupa penerangan, suhu udara, ventilasi ruangan tempat kerja, tingkat kebisingan, getaran mekanis, radiasi dan tekanan udara. b. Kondisi fisiologis Kondisi ini dapat dilihat dari konstruksi mesin/peralatan, sikap badan dan cara kerja dalam melakukan pekerjaan, hal-hal yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dan bahkan dapat mengakibatkan perubahan fisik tubuh karyawan. c. Kondisi khemis Kondisi yang dapat dilihat dan uap gas, debu, kabut, asap, awan, cairan dan benda padat. 2. Mental Psikologis Kondisi ini meliputi hubungan kerja dalam kelompok/teman sekerja, hubungan kerja antara bawahan dengan atasan dan sebaliknya, suasana kerja, dan lain-lain. Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap karyawan ini bertujuan agar tidak terjadi kecelakaan ditempat kerja atau paling tidak mengurangi tingkat kecelakaan di tempat kerja,sehingga proses produksi dapat berjalan dengan semestinya. Mangkuprawira (2009:75) menyatakan bahwa
15 Universitas Sumatera Utara
kesehatan dan keselamatan kerja, merupakan suatu upaya untuk menekan atau mengurangi risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan antara keselamatan dan kesehatan. Perhatian pada kesehatan karyawan dapat mengurangi terjadinya kecelakaan dalam melaksanakan pekerjaannya, jadi antara kesehatan dan keselamatan kerja bertalian dan dapat mencegah terjadinya kecelakaan di tempat kerja. Yuli (2005:135) Keselamatan dan kesehatan kerja, adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dan tindakan antisipatif bila terjadi hal yang demikian.Sedangkan Malthis dan Jackson (2002:245) menyatakan bahwa Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum. Keselamatan dan kesehatan kerja meruapakan suatu spesialisasi tersendiri, karena di dalam pelaksanaannya disamping dilandasi oleh peraturan perundangundangan juga dilandasi oleh ilmu-ilmu tertentu, terutama ilmu teknik dan medik. Demikian pula keselamatan dan kesehatan kerja merupakan masalah yang mengandung banyak aspek, misalnya: hukum, ekonomi maupun sosial. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan dilakukan secara bersama-sama oleh pimpinan atau pengurus perusahaan dan seluruh tenaga kerja. Dalam pelaksanaannya pimpinan atau pengurus dapat dibantu oleh petugas
16 Universitas Sumatera Utara
keselamatan dan kesehatan kerja dari perusahaan yang bersangkutan. Perugas keselamatan dan kesehatan kerja adalah karyawan yang mempunyai pengetahuan atau keahlian di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dan ditunjuk oleh pimpinan atau pengurus perusahaan maupun Departemen Tenaga Kerja. Sedangkan yang bertugas mengawasi atas ditaati atau tidak peraturan perundangundangan dibidang keselamatan dan kesehatan kerja ini menurut Husni (2005:133) adalah: a. Pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja yaitu pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja. b. Ahli keselamatan dan kesehatan kerja yaitu tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja. 2.1.3 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pengertian program keselamatan kerja menurut Mangkunegara (2002:161) Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Berdasarkan Undang-Undang No.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat keselamatan kerja yang menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3 adalah : 1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
17 Universitas Sumatera Utara
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. 3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan. 4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya. 5. Memberikan pertolongan pada kecelakaan. 6. Memberi alat-alat perlindungan kepada para pekerja. 7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin , cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran. 8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi, dan penularan. 9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai. 10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik. 11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup. 12. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban. 13. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya. 14. Mengamankan dan memperlancar pengangkatan orang, binatang, tanaman atau barang. 15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan. 16. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang. 17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
18 Universitas Sumatera Utara
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya. Undang – Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi pasal 86 ayat 1 Undang – Undang No.13 tahun 2003 yang menyebutkan bahwa setiap pekerja/buruh berhak untuk memperoleh perlindungan atas : a. Keselamatan dan kesehatan kerja b. Moral dan kesusilaan Banyak elemen dan faktor-faktor uang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja agar pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam perusahaan dapat berjalan efektif. Berikut adalah elemen-elemen pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja. 1. Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga kerja para tenaga kerja harus diprioritaskan atau diutamakan dan diperhitungkan agar tenaga kerja merasa ada jaminan atas pekerjaan yang mereka lakukan, baik yang beresiko maupun tidak. 2. Pelatihan Keselamatan dan kesehatan Kerja Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah pelatihan yang disusun untuk memberi bekal kepada personil yang ditunjuk perusahaan untuk dapat menerapkan K3 di tempat kerja.
3. Alat Pelindung Diri (APD)
19 Universitas Sumatera Utara
Yang menjadi dasar hukum dari alat pelindung diri ini adalah UndangUndang Nomor 1 Tahun 1970 Bab IX Pasal 13 Tentang Kewajiban Bila Memasuki Tempat kerja yang berbunyi: “Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.” Pada umumnya alat-alat tersebut terdiri dari: a. Safety Helmet, berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara langsung. b. Tali Keselamatan (Safety Belt), berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa (mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain) c. Sepatu Karet (Sepatu Boot), berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur. d. Sepatu
Pelindung
(Safety Shoes),
berfungsi
untuk
mencegah
kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dan sebagainya. e. Sarung Tangan, berfungsi sebagai alat pelindung tangan saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. f. Tali Pengaman (Safety Harness), berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian g. Penutup Telinga (Ear Plug/Ear Muff), berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.
20 Universitas Sumatera Utara
h. Kacamata Pengaman (Safety Glasses), berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misal mengelas). i.
Masker (Respirator), berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara yang buruk (misal berdebu, beracun, berasap, dan sebagainya).
j.
Pelindung Wajah (Face Shield), berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda).
k. Jas Hujan (Rain Coat), berfungsi melindungi diri dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada saat hujan atau sedang mencuci alat). 4. Beban Kerja Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu 5. Jam Kerja Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu. Sedangkan untuk karyawan dengan 5 hari kerja dalam satu minggu, kewajiban bekerja mereka adalah 8 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu. Sedangkan menurut Mangkunegara (2002:162) usaha-usaha dalam meningkatkan keselamatan dan kesehatan keja adalah sebagai berikut: 1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kebakaran dan peledakan. 2. Memberikan peralatan perlindungan diri untuk pegawai yang bekerja pada lingkungan yang menggunakan peralatan yang berbahaya.
21 Universitas Sumatera Utara
3. Mengatur suhu, kelembapan, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan dan mencegah kebisingan. 4. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit. 5. Memelihara kebersihan dan ketertiban serta keserasian lingkungan kerja 6. Menciptakan suasana kerja yang menggairahkan semangat kerja pegawai. Keselamatan dan kesehatan kerja meruapakan suatu spesialisasi tersendiri, karena di dalam pelaksanaannya disamping dilandasi oleh peraturan perundangundangan juga dilandasi oleh ilmu-ilmu tertentu, terutama ilmu teknik dan medik. Demikian pula keselamatan dan kesehatan kerja merupakan masalah yang mengandung banyak aspek, misalnya: hukum, ekonomi maupun sosial. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan dilakukan secara bersama-sama oleh pimpinan atau pengurus perusahaan dan seluruh tenaga kerja. Dalam pelaksanaannya pimpinan atau pengurus dapat dibantu oleh petugas keselamatan dan kesehatan kerja dari perusahaan yang bersangkutan. Perugas keselamatan dan kesehatan kerja adalah karyawan yang mempunyai pengetahuan atau keahlian di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dan ditunjuk oleh pimpinan atau pengurus perusahaan maupun Departemen Tenaga Kerja. Sedangkan yang bertugas mengawasi atas ditaati atau tidak peraturan perundangundangan dibidang keselamatan dan kesehatan kerja ini menurut Husni (2005:133) adalah:
22 Universitas Sumatera Utara
a. Pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja yaitu pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja. b. Ahli keselamatan dan kesehatan kerja yaitu tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja. 2.1.4 Tujuan dan Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tujuan utama dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sedapat mungkin memberikan jaminan kondisi kerja yang aman dan sehat kepada setiap karyawan dan untuk melindungi sumber daya manusianya. Mangkunegara (2002:98) menyatakan bahwa, tujuan kesehatan kerja adalah: 1. Meningkatkan dan memelihara derajatkesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun sosial. 2. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja. 3. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan tenaga kerja. 4. Meningkatkan kinerja. Dengan demikian maksuddan tujuan tersebut adalah bagaimana melakukan suatu upaya dan tindakan pencegahan untuk memberantas penyakit dan kecelakaan akibat kerja, bagaimanaupaya pemeliharaan serta peningkatan kesehatan gizi, serta bagaimana mempertinggi efisiensi dan kinerja karyawan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai denganbaik.Hasibuan (2002:89),
23 Universitas Sumatera Utara
Kesehatan dan Keselamatan Kerja harus ditanamkan padadiri masing-masing individu karyawan, dengan penyuluhan dan pembinaan yang baikagar mereka menyadari pentingnya keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk perusahaan. Apabila banyak terjadi kecelakaan, karyawan banyak yang menderita, absensi meningkat, produksi menurun, dan biaya pengobatan semakin besar. Inisemua akan
menimbulkan
kerugian
bagi
karyawan
maupun
perusahaan
bersangkutan,karena mungkin karyawan terpaksa berhenti bekerja sebab cacat dan perusahaan kehilangan karyawannya. Rivai (2009:29) Perusahaan dapat melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan baik, maka perusahaan akan mendapat manfaat-manfaat menjalankan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu: 1.
Meningkatkan kinerja karyawan sehingga menurunnya jumlah hari kerja yang hilang.
2.
Meningkatkan efektivitas dan efesiensi kerja yang telah ditetapkan olehperusahaan.
3.
Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
4.
Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim.
5.
Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya partisipasi dan rasa memiliki,
6.
Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra perusahaan,dan
7.
Meningkatkan keuntungannya secara substansial.
24 Universitas Sumatera Utara
Tujuan dan manfaat dari kesehatan dan keselamatan kerja ini tidak dapat terwujud dan dirasakan manfaatnya, jika hanya bertopang pada peran tenaga kerja saja tetapi juga perlu peran dari pimpinan. 2.1.5Alasan Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Sunyoto (2012:242) ada tiga alasan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja: 1. Berdasarkan Perikemanusiaan Pertama-tama para manajer mengadakan pencegahan kecelakaan atas dasar perikemanusiaan yang sesungguhnya. Mereka melakukan demikian untuk mengurangi sebanyak-banyaknya rasa sakit, dan pekerja yang menderita luka serta keluarganya sering diberi penjelasan mengenai akibat kecelakaan. 2. Berdasarkan undang-undang Karena pada saat ini di Amerika terdapat undang-undang federal, undangundang negara bagian dan undang-undang kota praja tentang keselamatan dan kesehatan kerja dan bagi mereka yang melanggar dijatuhkan denda. 3. Ekonomis Yaitu agar perusahaan menjadi sadar akan keselamatan kerja karena biaya kecelakaan dapat berjumlah sangat besar bagi perusahaan. 2.1.6 Undang-Undang Tentang K3 Undang - Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003, paragraf 5: Keselamatan dan Keselamatan Kerja,
25 Universitas Sumatera Utara
Pasal 86 1. Setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk perlindungan atas: a. Keselamatan dan kesehatan kerja b. Moral dan kesusilaan, dan c. Perilakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilainilai agama 2. Untuk melindungi keselamatan pekerja atau buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja 3. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 87 1. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. 2. Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di atur dalam peraturan pemerintah. Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1970, Bab IX kewajiban bila memasuki tempat kerja.
26 Universitas Sumatera Utara
Pasal 13 Barangsiapa akan memasuki suatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan. 2.2
Motivasi
2.2.1 Pengertiam Motivasi Pada dasarnya manusia mau melakukan sesuatu karena adanya suatu dorongan baik dari dalam dirinya ataupun dari luar untuk memenuhi kebutuhannya. Peran karyawan yang memiliki motivasi tinggi dan didukung ketrampilan dan pengetahuan dalam melaksanakan pekerjaan sangat diperlukan. Hal ini berarti bahwa salah satu faktor penentu tingkat keberhasilan perusahaan adalah motivasi karyawan. Menurut Sholehuddin (2008:6), “Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisasi yang mendorong perilaku ke arah tujuan.” Robbins (2003:214) menyatakan “Motivasi sebagai proses yang berperan pada intensitas, arah, dan lamanya berlangsung upaya individu ke arah pencapaian tujuan.” Sementara itu menurut Rivai (2004:455), “Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu.” Menurut Ranupandojo dan Husnan (2002:197), “Motivasi kerja merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan.” Motivasi (motivation) berasal dari kata motif (motive)
yang berarti dorongan, sebab atau alasan
seseorang
melakukan
sesuatu.
Motivasiterbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation). Di dalam perusahaan motivasi berperan sangat
27 Universitas Sumatera Utara
penting
dalam meningkatkan kinerja dan produktivitas karyawan.
Tujuan
dalam memberikan motivasi kerja terhadap karyawan agar karyawan dapat melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Dengan demikian berarti juga mampu memelihara dan meningkatkan moral, semangat dan gairah kerja, karena dirasakan sebagai pekerjaan yang menantang. Menurut Arep dan Tanjung (2003:12)motivasi adalah sesuatu yang pokok, yang menjadi dorongan seseorang untuk berkerja. Hasibuan (2005:95) menyatakan bahwa motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Sedangkan menurut Siagian (2005:143) motivasi adalah suatu keberhasilan, dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus akan sekaligus tercapai. Dari definisi motivasi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi adalah suatu dorongan kebutuhan dan keinginan individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan dari apa yang dibutuhkannya. Dalam memotivasi karyawan, manajer harus mengetahui motif dan motivasi yang diinginkan karyawan sehingga karyawan mau bekerja ikhlas demi tercapainya tujuan perusahaan.
28 Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Jenis-Jenis Motivasi Menurut Hasibuan (2005:149) ada dua jenis motivasi, yaitu: 1. Motivasi Positif 2. Pimpinan memotivasi (merangsang) karyawan dengan memberikan hadiah kepada para karyawan yang berprestasi di atas prestasi standar. Dengan motivasi positif, semangat kerja karyawanakan meningkat karena umumnya manusia senang menerima hal yang baik-baik saja. 3. Motivasi Negatif Pimpinan memotivasi para karyawan dengan memberikan suatu hukuman bagi karyawan
yang prestasi kerjanya di bawah standar. Dengan
motivasi
negatif ini, semangat karyawan dalam jangka waktu pendek akan meningkat dikarenakan karyawan takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjang dapat berakibat kurang baik. Dalam prakteknya, kedua jenis motivasi di atas sering digunakan oleh suatu perusahaan. Penggunaannya harus tepat dan seimbang supaya dapat meningkatkan semangat dan produktivitas kerja karyawan.Motivasi positif efektif untuk jangka waktu panjangsedangkan motivasi negatif efektif untuk jangka waktu pendek. 2.2.3 Metode Motivasi Menurut Hasibuan (2005:48) ada dua metode motivasi, yaitu: 1. Motivasi Langsung Motivasi langsung adalah motivasi yang diberikan secara langsung kepada setiap
individu
karyawan
untuk
memenuhi
kebutuhan
serta
29 Universitas Sumatera Utara
kepuasannya. Misalnya : pemberian pujian, penghargaan, tunjangan hari raya, bonus, dan tanda jasa. 2. Motivasi Tidak Langsung Motivasi tidak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya berupa fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang kelancaran tugas sehingga para
karyawan
betah
dan
bersemangat
dalam
melaksanakan
tugas/pekerjaannya. Misalnya : kursi yang empuk, mesin-mesin yang baik, ruangan kerja yang terang dan nyaman serta penempatan kerja yang tepat. 2.2.4 Alat-Alat Motivasi Alat-alat motivasi (daya perangsang) yang diberikan kepada karyawan dapat berupa material incentive dan nonmaterial incentive (Hasibuan, 2005:48) : 1. Material Incentive Material incentive adalah motivasi yang bersifat materiil sebagai imbalan atas prestasi kerja karyawan.Yang termasuk dalam material incentive adalah yang berbentuk uang dan barang-barang. 2. Nonmaterial Incentive Nonmaterial Incentive adalah motivasi yang tidak berbentuk materiil. Yang termasuk dalamnonmaterial incentive adalah perlakuan yang wajar, penempatan kerja yang tepat, dan hal lain yang sejenis.
30 Universitas Sumatera Utara
2.2.5 Asas-Asas Motivasi Menurut Hasibuan (2005:145), asas-asas motivasi mencakup dalam lima bagian yaitu : asas mengikutsertakan, asas komunikasi, asas pengakuan, asas wewenang yang didelegasikan, dan asas perhatian timbal balik. 1. Asas Mengikutsertakan Asas mengikutsertakan maksudnya adalah mengajak karyawan untuk ikut berpartisipasi dan memberikan kesempatan kepada karyawan mengajukan ide, kritikan, dan rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan. Dengan cara ini, karyawan merasa ikut bertanggungjawab atas pencapaian tujuan perusahaan sehingga moral dan kegairahan kerja karyawan semakin meningkat. 2. Asas Komunikasi Asas komunikasi
maksudnya adalah
menginformasikan secara
jelas
tentang tujuan yang ingin dicapai, cara pelaksanaannya dan kendala yang dihadapi. Dengan asas komunikasi, motivasi karyawanakan meningkat. Sebab semakin banyak seseorang mengetahui suatu, semakin besar pula minat dan perhatiannya terhadap soal tersebut. 3. Asas Pengakuan Asas pengakuan maksudnya adalah memberikan penghargaan yang tepat dan wajar kepada karyawan
atas prestasi kerja
yang telah dicapainya.
Karyawanakan semakin rajin dan lebih bekerja keras, jika usaha-usaha yang
telah mereka
laksanakan
diberi
penghargaan
sehingga
para
karyawan merasa sebagai bagian penting dalam perusahaan.
31 Universitas Sumatera Utara
4. Asas Wewenang yang Didelegasikan Yang dimaksud dengan asas wewenang yang didelegasikan adalah mendelegasikan sebagian wewenang serta kebebasan untuk mengambil keputusan dan berkreatifitas. Dalam pendelegasian wewenang ini, pihak pimpinan/manajer harus meyakinkan bawahannya mampu dan dipercaya dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan baik. 5. Asas Perhatian Timbal Balik Asas perhatian timbal balik ini adalah memotivasi bawahan dengan mengemukakan keinginan atau harapan perusahaan di samping berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan karyawan. Misalnya, pimpinan meminta supaya karyawan meningkatkan prestasi kerjanya sehingga perusahaan memperoleh laba yang banyak. Apabila laba semakin banyak, maka balas jasa mereka akan dinaikkan. 2.2.6 Teori Motivasi Motivasi dapat dikatakan sebagai hal yang sulit, sebab untuk mengamati dan mengukur motivasi setiap karyawan belum ada kriterianya, karena motivasi setiap karyawan berbeda satu sama lain. Menurut Arep dan Tanjung (2003:222230) teori-teori motivasi dikelompokkan atas : 1. Teori Kebutuhan Maslow Salah satu teori motivasi yang paling banyak dijadikan acuan yaitu teori "Hirarki Kebutuhan" yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Maslow memandang kebutuhan manusia berdasarkan suatu hirarki kebutuhan dari kebutuhan yang paling rendah hingga kebutuhan yang paling tinggi. Kebutuhan
32 Universitas Sumatera Utara
pokok manusia yang diidentifikasi Maslow dalam urutan kadar pentingnya adalah sebagai berikut:
Kebutuhan Aktualisasi Diri Kebutuhan Penghargaan Kebutuhan Sosial Kebutuhan Rasa Aman Kebutuhan Fisik Sumber : Arep dan Tanjung (2003:26) Gambar 2.1 Tingkatan Kebutuhan Menurut Maslow a. Kebutuhan fisik (Basic Needs) yang merupakan kebutuhan pertama dan utama yang wajib dipenuhi oleh setiap individu. Yang terdiri dari sandang, pangan, papan dan kesejahteraan individu. b. Kebutuhan akan rasa aman (Safety Needs) dimana setelah kebutuhan pertama (kebutuhan fisik) terpenuhi, timbul perasaan perlunya pemenuhan kebutuhan keamanan. Misalnya, jika dikaitkan dengan pekerjaan maka kebutuhan akan keamanan sewaktu bekerja, perasaan aman yang menyangkut masa depan karyawan. c. Kebutuhan Sosial (Social Needs). Yang termasuk kedalam kebutuhan ini yaitu kebutuhan akan perasaan diterima dimana ia bekerja, kebutuhan akan perasaan dihormati, kebutuhan untuk bisa berprestasi dan kebutuhan untuk bisa ikut serta.
33 Universitas Sumatera Utara
d. Kebutuhan
penghargaan
(Esteem
Needs). Yang termasuk dalam
kebutuhan ini antara lainkebutuhan akan status, pengakuan, apresiasi terhadap dirinya dan respek/tanggapan yang diberikan oleh pihak lain. Untuk memenuhi kebutuhan ini,seseorang akan berusaha melakukan pekerjaan/kegiatan
yang
memungkinkan
ia
mendapatkan
penghormatan/penghargaan dari orang lain. e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self Actualization Needs). Kebutuhan aktualisasi merupakan kebutuhan puncak. Bentuk khusus kebutuhan ini akan berbeda-beda setiap individu. Misalnya, pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri antara lain membesarkan anak-anak dengan baik dan memiliki pendidikan tinggi, berhasil mengatur sebuah perusahaan dengan tercapainya tujuan organisasi/perusahaan, atau dipilih menjadi pejabat tinggi. 2. Teori Motivasi Mc Cleland Teori
ini
Motivation Theory
lebih atau
dikenal Teori
dengan Motivasi
Mc
Cleland’s
Berprestasi
Mc
Archievement Cleland yang
merupakan pengembangan dari Teori Kebutuhan Maslow. Dalam Teori Motivasi Berprestasi Mc Cleland ada tiga kebutuhan yang paling penting, yaitu : a. Kebutuhan akan prestasi (needs for achievement) Artinya adanya keinginan untuk mencapai tujuan yang lebih baik daripada yang sebelumnya.
34 Universitas Sumatera Utara
b. Kebutuhan akan kekuasaan (needs for power) Artinya adanya kebutuhan untuk berkuasa/mendapatkan kedudukan yang lebih baik. c. Kebutuhan akan afiliasi (needs for affiliation) Artinya adanya kebutuhan untuk berinteraksi/bersosialisasi dengan orang/pihak lain. 3. Teori Dua Faktor Herzberg Teori Herzberg ini lebih dikenal dengan istilah Two-Factor View. Di dalam teori ini terdapat dua faktor, yaitu Motivator (kepuasan kerja atau perasaan positif) dan Hygiene (ketidakpuasan kerja atau perasaan negatif) yang dapat dikemukakan sebagai berikut : a. Hygiene Factors, yang meliputi gaji, kehidupan pribadi, kualitas supervisi, kondisi kerja, jaminan kerja, hubungan antar pribadi, kebijaksanaan dan administrasi perusahaan (eksternal). b. Motivator Factors, yang dikaitkan dengan isi pekerjaan mencakup keberhasilan, pengakuan, pekerjaan yang menantang, peningkatan dan pertumbuhan dalam pekerjaan (internal). 4. Teori Kebutuhan ERG Alderfer Teori ERG Alderfer (Existence, Relatedness, Growth) adalah teori motivasi yang dikemukakan oleh Clayton P. Alderfer. Teori Alderfer menemukan adanya 3 kebutuhan pokok manusia, yaitu :
35 Universitas Sumatera Utara
a. Existence Needs (Kebutuhan Keadaan) yaitu kebutuhan-kebutuhan akan eksistensi(tetap bisa hidup sesuai dengan tingkat kebutuhan rendah) yang meliputi kebutuhan fisiologis dan kebutuhan material. b. Relatedness Needs (Kebutuhan
Berhubungan),
yaitu
kebutuhan-
kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. c. Growth Needs (Kebutuhan Pertumbuhan) Yaitu kebutuhan-kebutuhan akan pertumbuhan. Kebutuhan tersebut mencakup kebutuhan untuk tumbuh sebagai manusia yang kuat, dan memanfaatkan kemampuankemampuan pribadi untuk mencapai potensi/keunggulan yang maksimal. 5. Teori Motivasi Ekspektansi Teori harapan menyatakan bahwa motivasi kerja dideterminasi oleh keyakinan-keyakinan individual sehubungan dengan hubungan upaya kinerja, dan di dambakannya berbagai macam hasil kerja, yang berkaitan dengan tingkat kinerja yang berbeda-beda sehingga dapat dikatakan bahwa teori tersebut berlandaskan logika. Menurut
Hasibuan (2003:23) berpendapat
bahwa kekuatan yang
memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan pekerjaannya tergantung dari hubungan timbal balik antara apa yang diinginkan dan butuhkan dari hasil pekerjaan itu. Berapa besar ia yakin perusahaan akan memberikan pemuasan bagi keinginannya sebagai imbalan atas usaha yang dilakukannya. Teori harapan terdiri atas :
36 Universitas Sumatera Utara
a. Harapan (Expectancy) Adalah suatu kesempatan yang diberikan akan terjadi karena perilaku. Harapan positif menunjukkan kepastian bahwa hasil tertentu akan munculmengikuti suatu tindakan atau perilaku yang telah dilakukan. Harapan ini dinyatakan dalam kemungkinan (probabilitas). b. Nilai (Valency) Adalah akibat dari perilaku tertentu mempunyai nilai/martabat tertentu (daya atau nilai motivasi) bagi setiap individu bersangkutan. c. Pertautan (Instrumentality) Adalah persepsi dari individu bahwa hasil tingkat pertama akan dihubungkan dengan hasil tingkat kedua. d. Motivasi (Motivation) Adalah
menilai
besarnya
dan
arahnya
semua
kekuatan
yang
mempengaruhi perilaku individu. Tindakan yang didorong oleh kekuatan yang paling besar adalah tindakan yang paling mungkin dilakukan. e. Kemampuan (Ability) Adalah menunjukkan potensi orang untuk melaksanakan pekerjaan; kemampuan ini mungkin dimanfaatkan sepenuhnya atau mungkin juga tidak. Kemampuan ini berhubungan erat dengan totalitas daya pikir dan daya fisik yang dimiliki sesorang untuk melaksanakan pekerjaan. Dengan demikian bahwa kemampuan setiap orang belum tentu dapat mengerjakan setiap pekerjaannya.
37 Universitas Sumatera Utara
2.3
Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Motivasi Kerja Mangkunegara
menyatakan
(2002:162),
“Selain
bertujuan
untuk
menghindari kecelakaan dalam proses produksi perusahaan, keselamatan dan kesehatan kerja juga bertujuan untuk meningkatkan kegairahan, keserasian kerja dan pertisipasi kerja karyawan”. Dengan meningkatnya kegairahan, keserasian kerja dan pertisipasi kerja karyawan maka dapat dipastikan motivasi kerja karyawan dapat meningkat. Berdasarkan uraian yang telah ditetapkan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja berkontribusi terhadap motivasi kerja karyawan. Siagian (2002:263) bahwa “Pentingnya pemeliharaan kesehatan dan kebugaran para anggota organisasi sudah diakui secara luas di kalangan manajer karena para karyawan yang sehat dan bugar, dalam arti fisik maupun dalam artimental psikologi, akan mampu menampilkan kinerja yang prima, produktifitas yang tinggi dan tingkat kemangkiran yang rendah.” Adanya program kesehatan yang baik dan memenuhi syarat akan menguntungkan pegawai secara material, karena pegawai jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang
lebih
menyenangkan, sehingga secara keseluruhan akan mampu bekerja lebih lama, lebih produktif.Dengan adanya keselamatan dan kesehatan kerja yang diberikan oleh perusahaan maka diharapkan motivasi kerja dari karyawan dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan oleh perusahaan.
38 Universitas Sumatera Utara
2.4 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Nama Judul Hasil Marlina Pengaruh Hasil penelitian menyimpulkan bahwa 1. Simbolon Komunikasidan K3 secara parsial, komunikasi memiliki (2013) (Keselamatan dan pengaruh signifikan dan positif terhadap motivasi kerja pegawai. Kesehatan Kerja) Terhadap Motivasi Begitu halnya dengan keselamatan dan kesehatan kerja yang berpengaruh Kerja Pegawai Di Dinas Perkebunan signifikan dan positif dalam Jawa Barat meningkatkan motivasi kerja pegawai. Secara simultan kedua variabel bebas tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi kerja karyawan. Sedangkan kemampuan kedua variabel independen secara simultan dalam menjelaskan variasi perubahan motivasi kerja pegawai sebesar 41,8%% dan sisanya sebesar 58,2% ditentukan oleh faktor-faktor lain diluar penelitian. Secara parsial keselamatan dan kesehatan kerja mempunyai peran atau kontribusi yang lebih tinggi dibandingkan dengan komunikasi terhadap motivasi kerja pegawai Dinas Perkebunan Jawa Barat. Ria Nur Pengaruh Berdasarkan analisis deskriptif 2. Aisyah Keselamatan dan menunjukkan bahwa nilai mean (2013) Kesehatan Kerja variabel Keselamatan Kerja sebesar Terhadap Motivasi 4,22, variabel Kesehatan Kerja sebesar Kerja 4,25 dan variabel Motivasi Kerja Karyawan sebesar 4,13 yang berarti Karyawan(Studi pada Karyawan bahwa variabel Keselamatan Kerja, Bagian Instalation variabel Kesehatan Kerja dan variabel dan Maintenance PT. Motivasi Kerja Karyawan di PT. Berca Schindler Lifts Berca Schindler Lifts Surabaya sudah Surabaya) dikatakan baik Hasil analisis data menunjukkan besarnya Pengaruh Program Liera Mutia 3. pengaruh program keselamatan dan kesehatan Keselamatan Dan Winarji kerja karyawan (K3) terhadap motivasi kerja Kesehatan Kerja (K3) (2009) karyawan (R2) sebesar 51,7%. Dan korelasi Terhadap Motivasi Kerja Karyawan Bagian TeknikPada PT PLN (Persero) Cabang
yang kuat antara program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap motivasi kerja karyawan dengan taraf korelasi (R) sebesar
39 Universitas Sumatera Utara
71,9%. Hasil regresi menunjukkan Y = 8,128 Tanjung KarangBandarlampung + 0,644 X. Hal ini menunjukkan bila ada kenaikan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sebesar 1% maka motivasi kerja karyawan akan meningkat sebesar 64,4%.
2.5 Kerangka Konseptual Menurut Gomes (2003:161) keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja, terdiri atas: mengganti alat atau sarana yang berbahaya, pemakaian alat pelindung perorangan, petunjuk dan peringatan ditempat kerja, dan pelatihan serta pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja. Sementara kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi, atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja, terdiri dari mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunanaan warna ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan, mencegah kebisingan, mencengah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit, dan memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keserasian lingkungan kerja. Hasibuan (2005:95) menyatakan motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Dalam memotivasi karyawan, manajer harus mengetahui motif dan motivasi yang diinginkan karyawan sehingga karyawan mau bekerja ikhlas demi tercapainya tujuan perusahaan.Berdasarkan uraian tersebut maka dibuat kerangka konseptualnya yang dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:
40 Universitas Sumatera Utara
Keselamatan Kerja (X1) Motivasi (Y) Kesehatan Kerja (X2) Sumber : Gomes (2003) dan Hasibuan (2005), (Data Diolah)
Gambar 2.2Kerangka Konseptual 2.6 Hipotesis Hipotesis merupakan kesimpulan sementara dari tinjauan teoritis yang mencerminkan hubungan antar variabel yang sedang diteliti dan merumuskan hipotesis
yang
berbentuk
alur
yang
dilengkapi
dengan
penjelasan
kualitatif.Berdasarkan kerangka konseptual, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: “Keselamatan kerja dan kesehatan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi karyawan pada bagian pengolahanPTPN III (Persero) PKS Rambutan Tebing Tinggi”.
41 Universitas Sumatera Utara