BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Tinjauan Pustaka
Tembakau Deli merupakan jenis tembakau yang memiliki kualitas khusus sebagai pembungkus cerutu (bukan rokok). Pasar yang terbuka bagi cerutu berpengaruh terhadap permintaan tembakau cerutu dengan kualitas khusus. Itu menjadikan tembakau Deli memiliki potensi yang luar biasa.
Tembakau Deli merupakan komoditas yang patut mendapatkan ancungan jempol. Betapa tidak, sejak zaman penjajahan Belanda hingga kini, nama tembakau deli sudah tidak asing lagi di mata dunia.
Cerutu merupakan salah satu produk tembakau yang standar kualitasnya tergantung pada masing-masing selera pembeli. Meskipun agribisnis tembakau cerutu menghadapi tantangan antara lain kampanye antirokok, peluang agribisnis tembakau cerutu masih sangat terbuka. Pertama tembakau cerutu Indonesia di pasar internasional sangat diperlukan, khususnya untuk kualitas-kualitas tinggi karena tembakau cerutu Indonesia mempunyai ciri khas. Kedua peminat tembakau cerutu meningkat. Ketiga adanya ketergantungan beberapa pabrik rokok cerutu di Eropa terhadap cerutu Indonesia (Budiarto, 2007).
PT. Perkebunan Nusantara II berhasil dengan diakuinya mutu tembakau yang dilelang di Bremen pada tahun 2007. Mutu yang bagus membuat harga jual
Universitas Sumatera Utara
tembakau Deli di pasar lelang cukup tinggi, meskipun produksi yang dilelang jumlahnya sedikit (Portal Indonesia, 2010).
Seiring dengan pertambahan tahun, produksi perkebunan tembakau Deli semakin turun. Penurunan produktivitas tembakau Deli disebabkan krisis global yang dihadapi dunia sehingga permintaan pasar terhadap cerutu berkurang. Selain itu di tahun 2008, di Negara Eropa, ada pembatasan masyarakat untuk merokok bahkan larangan merokok (Portal Indonesia, 2010).
Bukan hanya tembakau Deli yang mengalami penurunan permintaan, negara penghasil tembakau lainnya sejak kampanye anti rokok di Eropa juga mengalami penurunan permintaan. Jadi, sebagai antisipasi kerugian manajemen, maka pihak PTPN II melakukan penjualan di Indonesia (MedanPunya.com, 2011).
Penjualan tembakau Deli milik PT. Perkebunan Nusantara II yang akan langsung dipasarkan di Indonesia baru akan dimulai Juni 2011. Disebabkan tembakau masih dikemas di dalam gudang untuk dikirim menjadi contoh dipasar Eropa (MedanPunya.com, 2011).
Penurunan penjualan pada tembakau Deli dikarenakan beberapa faktor antara lain: 1. Permintaan yang menurun karena kampanye anti merokok, “smoking can cause cancer, heart attack, impotency, pregnancy and embryo disorder”. Kemudian negara menaikkan cukai cerutunya, sehingga cerutu menjadi barang mahal. 2. Produsen sengaja menurunkan produksinya sesuai dengan kemampuan serapan pasar.
Universitas Sumatera Utara
3. Bisa juga lingkungan di Negara produsen sendiri, polusi lingkungan, pemakain areal yang terus menerus, dosis pemupukan dan penggunaan obat obatan yang yang tidak tepat dosis, serta iklim yang susah diprediksi akan sangat mempengaruhi kualitas dari tembakau sendiri disatu pihak, dipihak pembeli tuntutan akan kualitas makin tinggi. 4. Terpinggirkannya areal-areal yang sesuai dengan tanaman tembakau karena perkembangan kota (Lembaga Pendidikan Perkebunan, 2009).
Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nofria Maulidiana (2008) di PT. Perkebunan Nusantara II kebun Helvetia, ruang lingkup permasalahan sistem budidaya tembakau Deli yang diidentifikasikan terdiri atas adanya pengembangan kota yang terus mengurangi ketersediaan faktor produksi di kawasan Helvetia, faktor iklim yang semakin sulit diprediksi, penurunan kesuburan tanah dan pengolahan tanah yang tidak sempurna.
Peningkatan produktivitas merupakan motor penggerak kemajuan ekonomi dan keuntungan perusahaan. Produktivitas juga penting untuk meningkatkan upah dan penerimaaan perseorangan. Faktor yang mungkin mempengaruhi produktivitas adalah faktor luar, produk, proses, kapasitas dan sediaan, tenaga kerja dan mutu. -
Faktor luar termasuk peraturan pemerintah, persaingan dari perusahaan lain, permintaan konsumen (di luar kendali perusahaan).
-
Produk adalah suatu faktor yang secara kuat mempengaruhi produktivitas, umumnya mengeluarkan teknologi produk baru
yang
meningkatkan
produktivitas.
Universitas Sumatera Utara
-
Proses yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas adalah aliran proses, otomatisasi, tata letak, dan pemilihan tipe proses.
-
Kapasitas dan sediaan adalah faktor keempat yang dapat mempengaruhi produktivitas. Kelebihan kapasitas sering menjadi suatu faktor yang memberikan andil terhadap rasio produktivitas yang buruk. Sedangkan sediaan dapat menjadi perusak atau penolong terhadap produktivitas jika dilihat dari besar kecilnya sediaan. Terlalu kecil sediaan pun akan menyebabkan kehilangan penjualan, berkurangnya volume dan akhirnya penurunan produktivitas. Dan terlalu banyak sediaan pun akan mengakibatkan biaya modal lebih tinggi dan produktivitas rendah.
-
Tenaga kerja yang terpenting dari semuanya dan mendapat perhatian besar, dikarenakan tenaga kerja dihubungkan dengan sejumlah besar subsektor, seperti seleksi dan penempatan, pelatihan, rancangan pekerjaan, penyediaan, struktur organisasi, penghargaan, sasaran, dan serikat buruh.
-
Faktor yang terakhir adalah mutu. Mutu yang buruk dapat menyebabkan produktivitas rendah.
(Schroeder, 1989).
Untuk meningkatkan kualitas produksi tembakau Deli, PT. Perkebunan Nusantara II sudah melakukan berbagai kebijakan antara lain memfokuskan pengembangan dan perawatan tanamanan tembakau di kebun-kebun yang dinilai masih produktif (Beritasore, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Teknik Budidaya Tanaman Tembakau Pembibitan Benih yang digunakan sebagai bibit harus memiliki sertifikat atau telah diketahui kualitasnya. Jumlah benih yang digunakan adalah 8-10 gram/ha, tergantung pada jarak tanamnya. Selain itu bibit harus utuh, tidak terserang hama penyakit dan biji tidak keriput. Ada tiga teknik yang digunakan dalam penyemaian benih yaitu: 1. Permanen Dapat berupa nampan plastik belubang-lubang untuk menanam benih, sistem ini disebut sistem tray. Nampan plastik yang digunakan berukuran 40x60 cmyang berisi 308 lubang tanam berukuran 2,2 cm x 2,2 cm dengan kedalaman 4 cm, atau dibuat langsung di lahan berupa bangunan kotak dengan 120 cm, tinggi 25 cm dan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan. 2. Semi Permanen Tempat persemaian ini hanya dapat digunakan beberapa kali saja, terbuat dari anyaman bambu/papan kayu. Ukuran panjang 1 m, lebar 1 m dan lebar 25 cm ataupun dengan menggunakan variasi lebar 2 m. 3. Tidak Permanen Persemaian dilakukan langsung di lapangan dengan dibuat bedengan/parit. Bedeng dibuat berukuran 100-120 cm dan tinggi 20-30 cm, panjang disesuaikan dengan panjang lahan. Tempat persemaian berupa polibag. Bedeng diberikan naungan daun-daunan dengan tinggi 1 m di sebelah timur dan 60 cm di sebelah barat (Cahyono, 1998).
Universitas Sumatera Utara
Pemeliharaan dan pemindahan bibit Pemelihraan dilakukan untuk menjaga agar bibit tetap berada dalam keadaan lembab dan mendapat cukup sinar matahari, oleh karena itu persemaian dianjurkan dibuka pada pagi hari sampai jam 10.00. selanjutnya, agar bibit dapat tumbuh dengan baik maka perlu dilakukan penjarangan tanaman, penjarangan ini dapat dilakukan setelah 7 hari. Setelah berumur 3 minggu bibit dapat dipindahkan ke dalam polibag. Sedangkan untuk pemindahan ke lahan apabila bibit berumur 35-55 hari setelah semai (Cahyono, 1998).
Pengolahan media tanam Persiapan dan pengolahan tanah adalah 25-55 hari sebelum semai. Sebelum tanah diolah tanah dibiarkan kering selama 1 bulan. Pengolahan tanah yang pertama adalah dibajak dengan traktor dan dibiarkan selama 1 minggu sebagai tindakan disinfektan alami karena terkena cahaya matahari. Tindakan disinfektan alami ini terjadi karena cahaya matahari dapat membantu terjadinya proses pemasaman (oksidasi) dari zat-zat beracun (asam sulfida) yang berasal dari tanah.
Langkah selanjutnya adalah pembentukan bedengan, bedeng tidak perlu lebar cukup 40 cm dan tinggi 40 cm. jarak antar bedeng 90-100 cm dan membujur antara timur dan barat agar tanaman mendapatkan sinar matahari yang cukup kemudian dilanjutkan dengan pemupukan. Pupuk kandang dapat diberikan dengan cara ditabur merata pada permukaan tanah. Setelah satu minggu dibuat parit-parit irigasi dan bedeng-bedeng penanaman bibit (Cahyono, 1998).
Universitas Sumatera Utara
Teknik penanaman Tahap pertama yang harus dilakukan adalah menentukan pola tanam untuk setiap jenis tembakau apakah ditanam pada musim hujan ataupun pada musim kemarau. Untuk pembuatan lubang tanaman, apabila jenis tembakau cerutu yang menghendaki daun yang tipis dan halus maka jarak tanam sekitar 90 cm x 70 cm. Cara pemindahan bibit dari kotak persemaian terdiri atas : -
Cara cabut yaitu bibit dicabut dari polibag dengan cara dibasahi agar mempermudah pencabutan. Akar bibit yang dicabut dengan cara ini tidak mempunyai massa tanah.
-
Cara putaran Dapat pula benih diambil dengan cara ini dengan mempergunakan sendok agar tanahnya terambil.
Lubang tanam disesuaikan dengan jarak tanam dibuat dengan kedalaman 10 cm – 15 cm basahi terlebih dahulu tanahnya agar bibit dapat berdiri dengan tegak. Benamkan bibit sedalam akar leher, waktu tanam lebih baik dilakukan pada pagi hari atau sore hari (Cahyono, 1998).
Pemeliharaan tanaman Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan tanaman tembakau yaitu penyulaman, penyiangan, pemupukan serta penyiraman dan pengairan. Pada penyulaman, dilakukan setelah seminggu ditanam. Bibit yang kurang baik dapat diganti dengan cara dicabut dan diganti dengan bibit baru yang berumur sama. Penyiangan dapat dilakukan setiap 3 minggu. Dilakukan dengan tangan untuk mencabut gulmanya ataupun dapat juga dengan menggunakan herbisida.
Universitas Sumatera Utara
Pemupukan dilakukan untuk menjaga tanaman tumbuh dengan baik. Pemupukan susulan dilakukan dua kali. Dosis pupuk yang dianjurkan tergantung dari tempat dan varietas. Untu tembakau Deli dosis pupuk yang digunakan adalah ZA 343 kg/ha, TSP 358 kg/ha, dan ZK 577 kg/ha. Cara pemberian pupuk adalah sebagai berikut : -
Pupuk kandang dicampur dengan permukaan tanah bedengan sebelum tanam.
-
Pupuk fosfat diberikan pada saat tanam dengan cara ditaburkan pada permukaan tanah, diberi air dan dicampur tipis dengan tanah.
-
Pupuk nitrogen dan kalium diberikan bertahap pada hari ke-7 dan hari ke-28 setelah tanam dengan cara diletakkan dalam lubang berjarak 10 cm dari batang.
Tahap pemeliharaan tanaman selanjutnya adalah pengairan dan penyiraman. Pengairan diberikan 7 hari setelah tanam dengan jumlah air sedikitnya 1-2 liter per tanaman. Setelah umur 7-25 hari frekuensi penyiraman adalah 3-4 liter per tanaman. Pada umur 25-30 hari setelah tanam, frekuensi pemberian air diberikan 4 liter per tanaman. Pada umur 45 hari setelah tanam pertumbuhan akan sangat cepat oleh karena itu diperlukan 5 liter per tanaman setiap 3 hari. Setelah itu pada umur 65 hari tanaman tidak memerlukan penyiraman lagi, kecuali bila cuaca sangat kering (Cahyono, 1998).
2.2. Landasan Teori
Prospek pengembangan tembakau sangat tergantung pada perkembangan daya serap pasar ekspor. Untuk tembakau ekspor, perkembangan pasar ekspor relatif stabil dan hampir konstan, yang perlu mendapat perhatian adalah perluasan areal
Universitas Sumatera Utara
pertanaman tembakau dan bagaimana mempertahankan kesinambungan supply dan mutu, agar para eksportir tidak direbut oleh negara pesaing. (Departemen Pertanian, 2006).
PTPN II merupakan salah satu perusahaan yang masih menghasilkan tanaman tembakau, khususnya tembakau Deli. Untuk melihat upaya pengembangan suatu usaha (dalam hal ini usaha perkebunan tembakau), perlu melakukan analisis lingkungan (lingkungan luar dan lingkungan dalam) guna meramalkan perubahan lingkungan yang mempengaruhi usaha tersebut. Analisis lingkungan ini dapat dilakukan melalui apa yang dikenal sebagai analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity dan Threat). Analisis kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) ditujukan untuk
lingkungan internal organsasi.
Analisis ini membantu
menerapkan suatu dasar realistis untuk formulasi strategi untuk semua tingkat organisasi. Sedangkan analisis peluang (Opportunity) dan kendala (Threat) ditujukan untuk lingkungan luar organisasi. Analisis ini memberi manajer pemahaman tentang peluang serta hambatan dan kendala dalam hubungannya dengan pilihan atau proses produksi barang-barang dan jasa-jasa untuk masyarakat secara nyata menguntungkan organisasi (Silalahi, 2002).
Analisis situasi merupakan awal proses perumusan strategi. Selain itu, analisis situasi juga mengharuskan para manajer strategi untuk menemukan kesesuaian strategis antara peluang-peluang eksternal dan kekuatan-kekuatan internal, disamping
memperhatikan
ancaman-ancaman
eksternal
dan
kelemahan-
kelemahan internal. Mengingat bahwa SWOT adalah akronim untuk Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats dari organisasi, yang semuanya
Universitas Sumatera Utara
merupakan faktor-faktor strategis. Jadi, analisis SWOT mengidentifikasi kompetensi langka perusahaan yaitu keahlian tertentu dan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan dan cara unggul yang mereka gunakan (Hunger dan Wheelen, 1996).
Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu Strengths, Weakness, Opportunities dan Threats. Metode ini paling sering digunakan dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan dilakukan. Analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai pemecah masalah. Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu: -
Strengths (kekuatan) Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
-
Weakness (kelemahan) Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada.Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
-
Opportunities (peluang) Merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.
Universitas Sumatera Utara
-
Threats (ancaman) Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis (Wibisono, 2010).
Berdasarkan analisis SWOT, maka dapat dibandingkan atau melakukan perbandingan secara sistematis antara peluang dan ancaman eksternal disatu pihak dengan kekuatan dan kelemahan internal dilain pihak (Tangkilisan, 2003).
Analisis SWOT memang terlihat sederhana tetapi dapat juga menimbulkan masalah, misalnya dalam menentukan ukuran ada tidaknya suatu kekuatan yang dimiliki perusahaan, begitu pula halnya dengan kelemahan, peluang dan ancaman untuk memperoleh kesepakatan dalam penggunaan ukuran seragam memang tidaklah mudah karena tingkat subyektivitas setiap perusahaan berbeda-beda (Rangkuti, 1997).
Setelah
mengumpulkan
semua
informasi
yang
berpengaruh
terhadap
kelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi. Dalam hal ini digunakan matriks SWOT (Rangkuti, 2008).
Dalam proses tahapan perencanaan strategi, sebaiknya gunakan model yang dapat memperoleh analisis yang lebih lengkap dan akurat. Model yang dikembangkan oleh David (1989), model yang cukup komprehensif dan secara terinci melengkapi semua model lainnya. Model ini disebut Matriks TOWS atau SWOT. Matrik SWOT atau TOWS ini berguna untuk menentukan strategi ke depan. Dapat dilihat pada gambar 1 :
Universitas Sumatera Utara
Internal
STRENGTHS (S)
WEAKNESSES (W)
Susun daftar kekuatan
Susun daftar kelemahan
Eksternal OPPORTUNITIES (O)
Pakai kekuatan untuk manfaatkan peluang
Susun daftar peluang
Tanggulangi kelemahan dengan memanfaatkan peluang
STRATEGI SO
STRATEGI WO
THREATS (T) Pakai kekuatan untuk menghindari ancaman
Susun daftar ancaman
STRATEGI ST
Perkecil kelemahan dan hindari ancaman
STRATEGI WT
Gambar 1. Diagram Matriks SWOT/TOWS
David tidak memakai singkatan SWOT seperti yang lazim didengar, tetapi lebih senang menggunakan TWOS yang tampaknya ingin mendahulukan analisis Ancaman dan Peluang untuk kemudian melihat sejauh mana kapabilitas internal sesuai dan cocok dengan faktor-faktor eksternal tersebut. Ada empat strategi yang tampil dari hasil analisis TWOS. Strategi SO dipakai untuk menarik keuntungan dari peluang yang tersedia dalam lingkungan eksternal. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang dari lingkungan luar. Strategi ST akan digunakan organisasi untuk menghindari, paling tidak memperkecil dampak dari ancaman yang datang dari luar.
Universitas Sumatera Utara
Strategi WT adalah taktik pertahanan yang diarahkan pada usaha memperkecil kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal (Salusu, 1996).
Menurut Situmorang dan Dilham (2007) dalam membuat analisis SWOT dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Persiapan : Menyamakan Pemahaman (Persepsi) -
Perlunya identifikasi terhadap peluang dan ancaman yang dihadapi serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki organisasi melalui penelaah terhadap lingkungan usaha dan potensi sumber daya organisasi dalam menetapkan sasaran dan merumuskan strategi organisasi yang realistis dalam mewujudkan visi dan misinya.
-
Mengumpulkan jenis dan kualitas data dan informasi yang internal dan eksternal yang diperlukan
-
Menyamakan langkah-langkah (prosedur) dalam melakukan analisis eksternal dan internal
2. Mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal -
Internal faktor (identifikasi kekuatan dan kelemahan)
-
Eksternal faktor (identifikasi peluang dan ancaman)
-
Melakukan pembobotan Faktor-faktor yang dimonitoring berikut hasil monitoring dimasukkan ke dalam lembar kerja, dengan langkah-langkah sebagai berikut: -
Identifikasi faktor-faktor kunci internal yang merupakan kekuatan beri tanda ”K” dan kelemahan beri tanda ”L” pada kolom sifat. Faktor-faktor kunci eksternal yang merupakan peluang beri tanda ”P” dan ancaman beri tanda ”A” pada kolom sifat.
Universitas Sumatera Utara
-
Beri bobot untuk setiap faktor dari 0,00 sampai 1,00 pada kolom bobot. Untuk mempermudah pembobotan, beri nilai 1 sampai 4 pada kolom nilai; 1 = tidak penting, 2 = agak penting, 3 = penting, dan 4 = sangat penting. Setelah diberi nilai, nilai tersebut di jumlah, dan bobot untuk setiap adalah nilai yang dibagi dengan nilai semua faktor.
-
Berikan peringkat 1 dan 2 untuk faktor kunci internal yang merupakan kekuatan yang utama/mayor (peringkat 2) dan yang sekunder/minor (peringkat 1), sedangkan untuk kelemahan yang utama/mayor (peringkat 1) dan yang sekunder/minor (peringkat 2). Begitu juga untuk faktor kunci eksternal, yang merupakan peluang; 1 = rendah (kurang efektif) dan 2 = tinggi (cukup efektif), sedangkan untuk ancaman; 1 = tinggi (cukup efektif) dan 2 = rendah (kurang efektif).
3. Membuat matriks evaluasi faktor internal (EFI) dan evaluasi faktor eksternal (EFE) Hasil identifikasi faktor-faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) untuk diberi skor bobot x rating. Skor faktor-faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan masing-masing dijumlah dan kemudian diperbandingkan. Sedangkan hasil identifikasi faktorfaktor kunci eksternal yang merupakan peluang dan ancaman, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) untuk diberi skor bobot x rating. Skor faktor-faktor kunci eksternal yang merupakan peluang dan ancaman masing-masing dijumlah dan kemudian diperbandingkan.
Universitas Sumatera Utara
4. Membuat matriks posisi Hasil analisis pada tabel matriks evaluasi faktor internal dan eksternal dipetakan pada matriks posisi dengan cara sebagai berikut: -
Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan sumbu vertikal (y) menunjukkan peluang dan ancaman.
-
Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil analisis sebagai berikut: -
Kalau peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai y>0 dan sebaliknya ancaman lebih besar daripada peluang maka nilai y<0.
-
Kalau kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x>0 dan sebaliknya kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilai x<0.
EKSTERNAL FAKTOR
y(+) Kuadran III Strategi turn-around
Kuadran I Strategi agresif
x(-)
x(+) Kuadran IV Strategi defensif
Kuadran II Strategi diversifikasi (-)y
I N T E R N A L F A K T O R
Gambar 2. Matriks Posisi Analisis SWOT
Kuadran I :
Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan perusahaan tersebut, memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
Universitas Sumatera Utara
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus ditetapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategi). Kuadran II :
Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk atau pasar).
Kuadran III :
Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar tetapi dilain pihak, ia menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang baik.
Kuadran IV :
Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan
tersebut
menghadapi
berbagai
ancaman
dan
kelemahan internal. Strategi yang diambil adalah defensif, penciutan atau likuidasi.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Kerangka Pemikiran
Nama besar tembakau asal Indonesia, khususnya tembakau Deli tetap terjaga di pasar luar negeri. Hal ini terbukti dengan diminatinya tembakau ekspor asal Sumatera Utara ini. Tapi ironisnya, lahan perkebunan tembakau terus menyusut.
Namun, seiring dengan pertambahan tahun, produksi perkebunan tembakau Deli semakin turun. Penurunan produktivitas tembakau deli disebabkan krisis global yang dihadapi dunia sehingga permintaan pasar terhadap cerutu berkurang. Selain itu di tahun 2008, di Negara Eropa, ada pembatasan masyarakat untuk merokok bahkan larangan merokok.
Tembakau cerutu dari Indonesia sangat terkenal, PTPN II berhasil dengan diakuinya mutu tembakau yang dilelang di Bremen pada tahun 2007. Akan tetapi, jumlah tanaman tembakau Deli semakin lama semakin menurun. Ini diakibatkan adanya program konversi ke tanaman lain, seperti tebu dengan perhitungan lahan tembakau Deli sudah tidak bagus lagi, hilangnya areal tanaman tembakau karena HGU (Hak Guna Usaha) nya sudah habis dan tidak diperpanjang pemerintah. Dan kini banyak digarap masyarakat atau jadi lahan terlantar. Jika hal ini bisa dikembalikan ke PTPN II untuk ditanami tembakau, pasti produksinya bisa cepat ditingkatkan dan akan membuat nama Sumatera Utara dan Indonesia dikenal.
Universitas Sumatera Utara
Tembakau
Faktor yang mempengaruhi menurunnya produksi: Strategi Pengembangan
• •
Produksi
• •
Input
Proses
Biaya
Luas lahan Perubahan iklim yang sulit diprediksi Penurunan kesuburan dan pengolahan tanah Minimnya penggunaan k j
Output
Penerimaan
Pendapatan
Keterangan : : Menyatakan Proses : Menyatakan Hubungan
Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran
Universitas Sumatera Utara
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori dan penelitian-penelitian sebelumnya, dapat dibentuk hipotesis, antara lain : 1. Tingkat pendapatan komoditi tembakau Deli tidak baik, dimana total cost lebih besar dari total revenue atau TC > TR.
Universitas Sumatera Utara