21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Apel Apel adalah jenis buah-buahan, atau buah yang dihasilkan dari pohon buah apel. Buah apel biasanya berwarna merah kulitnya jika masak dan (siap dimakan), namun bisa juga kulitnya berwarna hijau atau kuning. Kulit buahnya agak lembek, daging buahnya keras. Buah ini memiliki beberapa biji di dalamnya. Kebanyakan apel bagus dimakan mentah-mentah (tak dimasak), dan juga digunakan banyak jenis makanan pesta. Apel dimasak sampai lembek untuk dibuat saus apel. Apel juga dibuat untuk menjadi minuman sari apel (Purwasito, 1998).
Apel terdiri dari berbagai varietas yang mempunyai arti penting dari segi ekonomis. Berdasarkan karakteristik (bentuk, sifat fisik buah, dan manfaatnya), apel yang diimpor ke Indonesia di antaranya adalah golongan besar, yakni: apel fuji jingle, apel golden, apel green smith, apel royal gala, dan apel washington besar (Sunarjono, 2008) . 2.1.2 Proses Terjadinya Perjanjian CAFTA China ASEAN Free Trade Area (CAFTA) merupakan kesepakatan antara negaranegara anggota ASEAN dengan China untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan menghilangkan atau mengurangi hambatan-hambatan perdagangan barang baik tarif ataupun non tarif, peningkatan akses pasar jasa, peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk
Universitas Sumatera Utara
22
mendorong hubungan perekonomian para pihak CAFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan China.
Dalam Direktorat Kerjasama Regional dan Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional (2010) dijelaskan bahwa dalam membentuk CAFTA, para Kepala Negara Anggota ASEAN dan China telah menandatangani ASEAN - China Comprehensive Economic Cooperation pada tanggal 6 Nopember 2001 di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam. Sebagai titik awal proses pembentukan CAFTA para Kepala Negara kedua pihak menandatangani Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation between the ASEAN and People’s Republic of China di Phnom Penh, Kamboja pada tanggal 4 Nopember 2002. Protokol perubahan Framework Agreement ditandatangani pada tanggal 6 Oktober 2003, di Bali, Indonesia. Protokol perubahan kedua Framework Agreement ditandatangani pada tanggal 8 Desember 2006. Indonesia telah meratifikasi Ratifikasi Framework Agreement ASEAN- China FTA melalui Keputusan Presiden Nomor 48 Tahun 2004 tanggal 15 Juni 2004. Setelah negosiasi tuntas, secara formal CAFTA pertama kali diluncurkan sejak ditandatanganinya Trade in Goods Agreement dan Dispute Settlement Mechanism Agreement pada tanggal 29 November 2004 di Vientiane, Laos. Persetujuan CAFTA ditandatangani pada pertemuan ke-12 KTT ASEAN di Cebu, Filipina, pada bulan Januari 2007. Sedangkan untuk Persetujuan Investasi ASEAN China ditandatangani oleh Negara- Negara ASEAN pada saat pertemuan ke-41 Tingkat Menteri Ekonomi ASEAN tanggal 15 Agustus 2009 di Bangkok, Thailand (Direktorat Kerjasama Regional dan Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional, 2010).
Universitas Sumatera Utara
23
Menurut Direktorat Kerjasama Regional dan Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional (2010), Indonesia sendiri membuat peraturan-peraturan nasional terkait CAFTA antara lain: 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2004 tanggal 15 Juni 2004 tentang Pengesahan Framework Agreement on Comprehensive Economic Co-operation between the Associaton of Southeast Asean Antions and the People’sRepublic of China. 2. Keputusan Menteri Keuangan Republi Indonesia Nomor 355/KMK.01/2004 tanggal 21 Juli 2004 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk atas Impor Barang dalam rangka Early Harvest Package ASEAN-China Free Trade Area. 3. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 57/PMK.010/2005 tanggal 7 Juli 2005 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka Normal Track ASEAN- China Free Trade Area. 4. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 21/PMK.010/2006 tanggal 15 Maret 2006 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka Normal Track ASEAN-China Free Trade Area. 5. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 04/PMK.011/2007 tanggal 25 Januari 2007 tentang Perpanjangan Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka Normal Track ASEAN-China Free Trade Area. 6. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 53/PMK.011/2007 tanggal 22 Mei 2007 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka ASEAN-China Free Trade Area.
Universitas Sumatera Utara
24
7. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 235/PMK.011/2008 tanggal 23 Desember 2008 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka ASEAN-China Free Trade Area. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Permintaan Teori permintaan adalah teori ekonomi yang menyatakan bahwa hubungan antara barang atau jasa yang diminta dengan harga barang atau jasa tersebut dalam satu periode waktu tertentu dimana hubungan berbanding terbalik yaitu ketika harga batang atau jasa meningkat atau naik maka jumlah barang atau jasa yang diminta akan menurun dan sebalikya apabila harga barang atau jasa turun maka jumlah barang atau jasa yang diminta akan meningkat (Mceachern,2011) Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan adalah : 1.
Harga barang atau jasa itu sendiri
Jika harga suatu barang semakin murah, maka permintaan terhadap barang itu bertambah. 2.
Harga barang lain yang terkait
Berpengaruh apabila terdapat 2 barang yang saling terkait yang keterkaitannya dapat bersifat subtitusi (pengganti) dan bersifat komplemen (penggenap). 3.
Tingkat pendapatan perkapita
Dapat mencerminkan daya beli. Makin tinggi tingkat pendapatan, daya beli makin kuat, sehingga permintaan terhadap suatu barang meningkat. 4.
Selera atau kebiasaan
Tinggi rendahnya suatu permintaan ditentukan oleh selera atau kebiasaan dari pola hidup suatu masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
25
5.
Jumlah penduduk
Semakin banyak jumlah penduduk yang mempunyai selera atau kebiasaan akan kebutuhan barang tertentu, maka semakin besar permintaan terhadap barang tersebut. 6.
Perkiraan harga di masa mendatang
Bila kita memperkirakan bahwa harga suatu barang akan naik, adalah lebih baik membeli barang tersebut sekarang, sehingga mendorong orang untuk membeli lebih banyak saat ini guna menghemat belanja di masa depan. 7.
Distribusi pendapatan
Tingkat pendapatan perkapita bisa memberikan kesimpulan yang salah bila distribusi pendapatan buruk. Jika distribusi pendapatan buruk, berarti daya beli secara umum melemah, sehingga permintaan terhadap suatu barang menurun. 8.
Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan
Bujukan para penjual untuk membeli barang besar sekali peranannya dalam mempengaruhi masyarakat. Usaha-usaha promosi kepada pembeli sering mendorong orang untuk membeli banyak daripada biasanya. 2.2.2 Kurva Permintaan Kurva permintaan dapat didefinisikan sebagai suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan antara harga suatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut yang diminta para pembeli. Kurva permintaan berbagai jenis barang pada umumnya menurun dari kiri ke kanan bawah. Kurva yang demikian disebabkan oleh sifat hubungan antara harga dan jumlah yang diminta yang mempunyai sifat hubungan terbalik.
Universitas Sumatera Utara
26
Gambar 1. Kurva Permintaan Kurva permintaan ini memiliki kemiringan yang negatif atau bergerak dari kiri atas ke kanan bawah. Artinya apabila harga turun, jumlah barang yang diminta akan bertambah dan sebaliknya. A. Faktor-faktor yang dapat menggeser kurva permintaan 1.
Faktor harga
Perubahan sepanjang kurva permintaan berlaku apabila harga barang yang diminta menjadi makin tinggi atau makin menurun.
Gambar 2. Pergesera Karena faktor harga 2.
Faktor bukan harga
Universitas Sumatera Utara
27
Kurva permintaan akan bergerak ketika perubahan sepanjang kurva permintaan berlaku apabila harga barang yang diminta menjadi makin tinggi atau makin menurun. Pergeseran ke kanan atau kekiri apabila terdapat perubahan-perubahan terhadap permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor bukan harga, sekiranya harga barang lain, pendapatan para pembeli dan berbagai faktor bukan harga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan itu akan menyebabkan kurva permintaan akan pindah ke kanan atau ke kiri.
Gambar 3. Pergeseran Bukan Karena Faktor Harga 2.2.3 Teori Penawaran Menutut Sanusi (2003), teori penawaran menyatakan bahwa semakin tinggi harga suatu barang maka semakin banyak barang yang ditawarkan kepada konsumen. Sebaliknya jika harga barang rendah makan barang yang ditawarkan semakin sedikit. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran adalah : 1.
Harga barang itu sendiri
Jika harga suatu barang naik, maka produsen cenderung akan menambah jumlah barang yang dihasilkan. Hal ini kembali lagi pada hukum penawaran.
Universitas Sumatera Utara
28
2.
Harga barang lain yang terkait
Apabila harga barang subtitusi naik, maka penawaran suatu barang akan bertambah, dan sebaliknya. Sedangkan untuk barang complement, dapat dinyatakan bahwa apabila harga barang komplemen naik, maka penawaran suatu barang berkurang, atau sebaliknya. 3.
Harga faktor produksi
Kenaikan harga faktor produksi akan menyebabkan perusahaan memproduksi outputnya lebih sedikit dengan jumlah anggaran yang tetap yang nantinya akan mengurangi laba perusahaan sehingga produsen akan pindah ke industry lain dan akan mengakibatkan berkurangnya penwaran barang. 4.
Biaya produksi
Kenaikan harga input juga mempengaruhi biaya produksi. Bila biaya produksi meningkat, maka produsen akan menbgurangi hasil produksinya, berarti penawaran barang berkurang. 5.
Teknologi produksi
Kemajuan teknologi menyebabkan penurunan biaya produksi, dan menciptakan barang-barang baru sehingga menyebabkan kenaikan dalam penawaran barang. 6.
Jumlah pedagang/penjual
Apabila jumlah penjual suatu produk tertentu semakin banyak, maka penawaran barang tersebut akan bertambah. 7.
Tujuan perusahaan
Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan laba buka hasil produksinya. Akibatnya tiap produsen tidak berusaha untuk memanfaatkan kapasitas
Universitas Sumatera Utara
29
produksinya secara malksimum, tetapi akan menggunakannya pada tingkat produksi yang akan memberikan keuntungan maksimum. 8.
Kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah untuk mengurangi komoditas impor menyebabkan supply dan kep erluan akan kebutuhan tersebut dipenuhi sendiri sehingga dapat meningkatkan penawaran. A. Kurva Penawaran Kurva penawaran dapat didefinisikan sebagai suatu kurva yang menunjukkan hubungan diantara harga suatu barang tertentu dengan jumlah barang tersebut yang ditawarkan.
Gambar 4. Kurva Penawaran
Faktor-faktor yang dapat menggeser kurva penawaran adalah sebagai berikut : •
Kalau penawaran bertambah diakibatkan oleh faktor-faktor di luar harga, maka supply bergeser ke kanan atas.
•
Kalau berkurang kurva supply bergeser ke kiri atas.
•
Terbentuknya harga pasar ditentukan oleh mekanisme pasar
Universitas Sumatera Utara
30
Gambar 5. Pergeseran Kurva Penawaran
2.2.4 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Perdagangan internasional dapat memberi keuntungan bagi suatu negara dan sebaliknya kerugian bagi negara lain. Mengapa? Hal ini dapat disebabkan ketidakseimbangan di antara ekspor di satu sisi dan impor di sisi lain yang berlaku timbal balik. Perdagangan internasional berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi global dan bahkan perekonomian domestik (Budiarta, 2011).
Kebijakan perdagangan internasional sangat menentukan apakah memberikan manfaat berupa keuntungan atau sebaliknya yang kemudian akan berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
31
kepada pertumbuhan ekonomi. Pemberlakuan tarif dan non tarif sebagai suatu kebijakan perdagangan tidak hanya membawa kepada penentuan manfaat dan keuntungan, tetapi secara otomatis mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan produksi produk domestik (Nasution dan Arifin, 2008). 2.2.5 Perdagangan Bebas Perdagangan bebas adalah bentuk integrasi ekonomi yang lebih tinggi dimana semua hambatan perdagangan tarif maupun nontarif di antara negara-negara telah dihilangkan sepenuhnya, namun masing-masing negara anggota tersebut masih berhak untuk menentukan sendiri apakah mereka hendak mempertahankan atau menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan yang diterapkannya terhadap negara-negara luar yang bukan anggota. Perdagangan internasional sebagai perdagangan bebas (free trade) akan memberikan pengaruh menguntungkan bagi pihak produsen dan bahkan konsumen itu sendiri. Bagi produsen dengan pola produksi advantage akan mendapatkan keuntungan berupa kenaikan atau selisih harga barang yang berlaku di pasar domestik dengan pasar internasional dikalikan dengan jumlah barang yang diekspor (producer surplus). Akan tetapi produsen bagi negara yang disadvantage berupa kerugian, yaitu jumlah produksi di dalam negeri
akan
berkurang
sebagai
suatu
konsekuensi
(producer
loss)
(Nasution dan Arifin, 2008). 2.2.6 Impor Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor umumnya adalah tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan
Universitas Sumatera Utara
32
dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima (Ratnasari, 2012). Dalam kegiatan ekspor dan impor ini dikenal neraca perdagangan. Neraca perdagangan adalah daftar perdagangan barang dan jasa suatu negara dengan negara lain dalam jangka waktu satu tahun. Neraca Perdagangan memperlihatkan selisih nilai ekspor dengan impor, apabila nilai impor lebih kecil daripada nilai ekspor maka neraca perdagangan dinyatakan aktif (surplus), namun apabila nilai ekspor lebih kecil dari nilai impor maka neraca perdangan dinyatakan pasif (defisit) yang artinya negara tersebut sedang memiliki hutang luar negeri (Nasution dan Arifin, 2008). 2.2.7 Harga Harga adalah suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Istilah harga digunakan untuk memberikan nilai finansial pada suatu produk barang atau jasa. Biasanya penggunaan kata harga berupa digit nominal besaran angka terhadap nilai tukar mata uang yang menunjukkan tinggi rendahnya
nilai suatu kualitas barang
atau jasa. Dalam ilmu ekonomi harga dapat dikaitkan dengan nilai jual atau beli suatu produk barang atau jasa sekaligus sebagai variabel yang menentukan komparasi produk atau barang sejenis (Rahardja, 2006). 2.2.8 Penelitian Terdahulu Penelitian yang terkait dengan dampak China ASEAN Free Trade Area (CAFTA) telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Dimas Octrianto (2006) melakukan penelitian dengan judul Dampak Liberalisasi Perdagangan China ASEAN dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Sayuran Penting Indonesia ke Malaysia. Data yang digunakan berupa data time series bulanan
Universitas Sumatera Utara
33
periode Januari 2000 – Juni 2005 dan menggunakan pendekatan Vector Error Correction Model (VECM). Kesimpulan yang diperoleh bahwa pemberlakuan kebijakan CAFTA , fluktuasi nilai tukar rupiah, harga ekspor, harga domestik dan produksi berpengaruh terhadap ekspor kubis dan kentang Indonesia ke Malaysia dalam jangka panjang.
Maria (2013) melakukan penelitian dengan judul Analisis Dampak CAFTA terhadap Perdagangan Jeruk di Sumatera Utara. Hasil penelitiannya bahwa Neraca perdagangan jeruk Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA mengalami defisit dimana nilai impor lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekspor. Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada harga ekspor jeruk Sumatera Utara Free Trade Area). Terdapat perbedaan yang nyata pada volume impor jeruk Sumatera Utara, harga jeruk impor Sumatera Utara, volume ekspor jeruk dan harga jeruk domestik Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA .dan harga jeruk ekspor sebelum dan sesudah CAFTA (China ASEAN Free Tade Area). 2.3 Kerangka Pemikiran CAFTA adalah sebuah kesepakatan antar negara-negara anggota ASEAN dengan China untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dan menghilangkan atau mengurangi hambatan perdagangan barang (tarif maupun non tarif), peningkatan akses pasar jasa, peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian para pihak CAFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam perdagangan bebas China ASEAN ini telah disepakati tarif 0% sejak tahun 2006 untuk produk kategori Early Harvest Package (EHP) dimana salah satunya
Universitas Sumatera Utara
34
adalah komoditi buah-buahan. Dengan pemberlakuan Early Harvest Package EHP) ini maka buah-buahan dari anggota CAFTA bebas masuk ke Indonesia. Produk buah-buahan juga bebas masuk (ekspor) ke negara anggota CAFTA . Masuknya buah-buahan dari negara anggota CAFTA seperti apel membuat apel impor sangat mudah dijumpai di Indonesia khususnya di Sumatera Utara. Dengan disetujuinya CAFTA maka dapat berdampak pada perdagangan apel Sumatera Utara. Untuk melihat dampak tersebut maka penulis berkeinginan untuk mengangkatnya dalam penelitian ini. Untuk mengetahui lebih jelas dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran penelitian ini:
Impor Apel
CAFTA
Sesudah
Sebelum
Volume Impor
Harga Impor
Volume Impor
Harga Impor
Gambar 6. Skema Kerangka Pemikiran Ket : : menyatakan hubungan 2.4 Hipotesis Berdasarkan identifikasi masalah maka dapat dilihat hipotesis yaitu: 1. Terdapat perbedaan yang nyata antara volume impor apel dari China ke Sumatera Utara sebelum dan setelah adanya CAFTA
Universitas Sumatera Utara
35
2. Terdapat perbedaan yang nyata antara volume impor apel dari Negara ASEAN ke Sumatera Utara sebelum dan setelah adanya CAFTA 3. Terdapat perbedaan yang nyata antara volume impor apel dari China ke Sumatera Utara sebelum dan setelah adanya CAFTA 4. Terdapat perbedaan yang nyata antara harga impor apel dari China ke Sumatera Utara sebelum dan setelah adanya CAFTA
Universitas Sumatera Utara