BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Kopi Arabika Tanaman kopi diduga berasal dari Benua Afrika, tepatnya dari negara Ethopia.Penyebaran tanamana kopi di Indonesia, khususnya pulau Jawa terjadi pada tahun 1700-an. Awalnya seorang berkebangsaan Belanda membawa tanaman kopi jenis Arabica ke Botanic Garden di Amsterdam, Belanda.Saat zaman penjajahan Belanda di Indonesia, berbagai percobaan penanaman kopi jenis arabika dilakukan di Pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.Percobaan pertama di lakukan di daerah Pondok Kopi, Jakarta. Setelah tumbuh dengan baik di sana, tanaman kopi diaplikasikan di Jawa Barat (Bogor, Sukabumi, Banten, dan Priangan Timur) dengan sistem tanam paksa. Setelah menyebar ke Pulau Jawa, tanaman kopi disebar ke beberapa provinsi di Pulau Sumatera dan Sulawesi (Panggabean,2011). Karena hasilnya memuskan dan dipandang cukup menguntungkan sebagai komoditas perdagangan maka VOC menyebarkan bibit kopi ke berbagai daerah agar penduduk dapat menanamnya.Perkembangan kopi di Indonesia pernah mendapat goncangan.Pada tahun 1876 terjadi ledakan penyakit berbahaya Hemelia vastatrix (HV) yang menyerang daun.Kemudian, VOC mendatangkan kopi liberika dan robusta yang diharpkan lebih tahan terhadap penyakit HV (Najiyati.dkk,2004).
Universitas Sumatera Utara
Dari segi produksi yang paling menonjol dalam kualitas dan kuantitas adalah jenis Arabika, andilnya dalam pasokan dunia tak kurang dari 70%. Jenis robusta yang mutunya berada di bawah arabika, mengambil bagian 24% produksi dunia, sedangkanlibericadan excels masing-masing 3%. Arabika dianggap lebihbaik daripada robusta karena rasanya lebih enak dan jumlah kafein lebih rendah.Maka arabika lebih mahal daripada robusta (Spillane,1990). Kopi arabika berasal dari Etiopia dan Abessinia.Kopi ini merupakan jenis pertama yang dikenal dan dibudidayakan, bahkan termasuk kopi yang paling banyak diusahakan hingga akhir abad ke-19.Setelah abad ke-19, dominasi kopi arabika menurun karena kopi ini sangat peka terhadap penyakit HV, terutama di dataran rendah. Beberapa varietas kopi arabika dan banyak diusahakan di Indonesia antara lain Abesinia, Marago type, dan Congensis. Masing-masing varietas mempunyai sifat agak berbeda dengan lainnya (Najiyati.dkk,2004). Kopi jenis arabika sangat baik di tanam di daerah yang berketinggian 1.000-2.100 meter diatas permukaan laut (dpl). Semakin tinggi luas perkebunan kopi, cita rasa yang dihasilkan oleh biji kopi akan semakin baik. Karena itu, perkebunan kopi arabika hanya terdapat di beberapa daerah tertentu (di daerah yang memiliki ketinggian di atas 1.000 meter) (Panggabean,2011). Berikut karakteristik biji kopi arabika secara umum: 1. Rendemannya lebih kecil dari jenis kopi lainnya (18-20%). 2. Bentuknya agak memanjang. 3. Bidang cembungnya tidak terlalu tinggi. 4. Lebih bercahaya dibandingkan dengan jenis lainnya.
Universitas Sumatera Utara
5. Ujung biji lebih mengkilap, tetapi jika dikeringkan berlebihan akan terlihat retak atau pecah. 6. Celah tengah (center cut) di bagian datar (perut) tidak lurus memanjang ke bawah, tetapi berlekuk. 7. Untuk biji yang sudah dipanggang (roasting), celah tengah terlihat putih. 8. Untuk biji yang sudah diolah, kulit ari kadang-kadang masih menempel di celah biji atau parit biji. 2.1.2 Harga Kopi Terminal New York Informasi harga kopi internasional banyak dipakai oleh para pebisnis kopi di seluruh dunia, namun pada perkembangannya para pedagang lokal, pedagang kecil bahkan para petani kopi seiring dengan perkembangan teknologi informasi saat ini bisa dengan mudah mengetahui perkembangan harga kopi ini. Istilah harga terminal New York mungkin saat ini tidak asing lagi terdengar di masyarakat di daerah penghasil utama kopi arabika. Sebenarnya Harga Terminal ini adalah harga yang tertera di Terminal New York yang mendasar pada standar mutu kopi Arabika Brazilian natural dan barang diterima di pelabuhan di Amerika Serikat. Salah satu sumber informasi harga terminal bisa di lihat situs Bloomberg. Dalam website ini terdapat beraneka ragam harga pasaran internasional, salah satunya harga kopi arabika. Dalam perdagangan kopi Arabika banyak mengacu pada harga di pasar terminal yang diselenggarakan oleh New York. Kontrak perdagangan kopi menurut NBYOT disebut dengan kontrak “C”. Harga kopi Arabika di Terminal New York seringkali disebut dengan istilah NY”C” (Anonimousa, 2013).
Universitas Sumatera Utara
Harga kopi Arabika di Terminal New York dinyatakan dalam sen US$/lbs, perlu dijelaskan disini bahwa 1 US$ = 100 sen dan 1 lbs(pound) = 0,4540 kg. Untuk mengkonversi ke satuan harga kita, langkahnya sebagai berikut, misal : Harga yang terlihat pada tabel adalah : 138.00. Angka yang muncul itu dalam satuan sen/lbs. Untuk mengkonversi ke satuan kita, selanjutnya adalah : Harga Terminal (US$) x 2,2046 x rate dolar ke rupiah Jadi tinggal kalkulasikan : 1,3800 x 2,2046 x 9.500 = Rp. 28.902/kg 2..2
Landasan Teori
Fluktuasi Harga Beberapa tahun terakhir ini komoditi kopi menjadi bahan pembicaraan di tingkat nasional akibat fluktuasi harga yang cukup tajam, ketidak pastian produksi, mutu produksi dan kurang baiknya pengelolaan paska panen, disamping itu terjadi pergeseran lahan dari komoditi usahatani kopi ke usahatani perkebunan lainya seperti lada, kakau, cengkeh, panili dan lain sebagainya yang dilihat dari sisi harga komoditi tersebut cukup stabil sepanjang tahun bahkan terjadi kenaikan.Secara makro menurut Suyamto et al., (2004), gejolak harga kopi di pasar internasional dikendalikan oleh dinamika produksi kopi di Brasilia, Kolombia, Vietnam, Indonesia dan India. Secara empiris selama kurun waktu dua dasawarsa terakhir, peningkatan jumlah pasokan kopi dunia sejak tahun 1997 disebabkan oleh booming produksi kopi di Vietnam dan panen raya di Brasilia, sementara pasokan dari tiga Negara lima besar lainnya tetap berjalan, meskipun dalam jumlah yang hampir tidak berubah. Tetapi peningkatan jumlah pasokan tersebut tidak selaras
Universitas Sumatera Utara
dengan
peningkatan
jumlah
permintaan
yang
relatif
stabil
(Perfecto
danArmbrecht, 2003), yang akhirnya membuat harga kopi di pasar internasional anjlok sampai ketitik terendah dan berimplikasi terhadap harga kopi di Indonesia (Munajat,2010). Berdasarkan informasi yang tersedia dari ICO, total produksi untuk tahun tanaman 2013/2014 adalah sementara diperkirakan sekitar 145.800.000 bag, mewakili sedikit peningkatan dari tahun 2012/2013 yang berjumlah 145.100.000 bag. Akhirnya, total ekspor di tahun kalender 2013 sebesar 108.900.000 bag, tertekan 1,8% dibandingkan kalender 2012.Merujuk data produsen kopi arabika dunia yang dilansir ICO, disebutkan bahwa sepanjang 2013 harga kopi anjlok 23%.Penurunan ini disebabkan oleh lonjakan panen di Brasil yang terjadi di tengah peningkatan pasokan dari Kolumbia. Harga kopi arabika pada transaksi Senin (13/1) untuk pengiriman Maret 2015, melonjak 4% ke level US$ 1,21 per pound di ICE Futures, New York. Sebelumnya arabika sempat menembus level harga tertinggi sejak 20 Agustus. Sementara itu sejak akhir tahun lalu arabika membukukan kenaikan 9,3% dan menjadi lonjakan harga terbesar sejak September 2012 (Bappebti,2014). Teori Pendapatan Usahatani Selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usaha tani disebut pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal yang dipinjamkan yang diinvestasikan ke dalam usaha tani. Oleh karena itu pendapatan bersih usaha tani
Universitas Sumatera Utara
merupakan ukuran keuntungan usahatani yang
dapat
digunakan untuk
membandingkan beberapa penampilan usaha tani. Petani dalam memperoleh pendapatan bersih yang tinggi maka petani harus mengupayakan penerimaan yang tnggi dan biaya produksi yang rendah. Jenis hasil yang pasarnya baik dan mengupayakan biaya produksi yang rendah dengan mengatur biaya produksi, menggunakan teknologi yang baik, mengupayakan harga input yang rendah dan mengatur skala produksi yang efesien. Pendapatan bersih diperoleh dengan mengurangi keseluruhan penerimaan dengan total biaya, dengan rumus : Pd = TR – TC Dimana : Pd = Pendapatan bersih usahatani TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya (Soekartawi, dkk.1984). Pendapatan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti luas lahan, tingkat produksi, identitas pengusaha, pertanaman, dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Dalam melakukan
kegiatan
usahatani,
petani
berharap
dapat
meningkatkan
pendapatannya sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi.Harga dan produktivitas merupakan sumber dari faktor ketidakpastian, sehingga bila harga dan produksi berubah maka pendapatan yang diterima petani juga berubah (Soekartawi, 1990).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Gustiyana (2003), pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan usahatani dan pendapatan rumah tangga.
Pendapatan merupakan
pengurangan dari penerimaan dengan biaya total.Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan yang berasal dari kegiatan diluar usahatani.Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam per bulan, per tahun, per musim tanam. Pendapatan luar usahatani adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan diluar usahatani seperti berdagang, mengojek. Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2004), dapat dibagi menjadi dua pengertian, yaitu (1) pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga per satuan berat pada saat pemungutan hasil, (2) pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi. Biaya produksi meliputi biaya riil tenaga kerja dan biaya riil sarana produksi. Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lainlain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut (Ahmadi, 2001).
Universitas Sumatera Utara
Produksi berkaitan dengan penerimaan dan biaya produksi, penerimaan tersebut diterima petani karena masih harus dikurangi dengan biaya produksi yaitu keseluruhan biaya yang dipakai dalam proses produksi tersebut (Mubyarto, 1989). Menurut Hernanto (1994), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani: • Luas usaha, meliputi areal pertanaman, luas tanaman, luas tanaman rata-rata, • Tingkat produksi, yang diukur lewat produktivitas/ha dan indeks pertanaman, • Pilihan dan kombinasi, • Intensitas perusahaan pertanaman, • Efisiensi tenaga kerja. Sebagian faktor produksi tentu modal mutlak diperlukan dalam usaha pertanian. Tanpa modal sudah pasti usaha tidak bisa dilakukan, paling tidak modal dibutuhkan untuk pengadaan bibit dan upah tenaga kerja. Kekurangan modal menyebabkan kurangnya masukan yang diberikan sehingga menimbulkan resiko kegagalan atau rendahnya hasil yang akan diterima (Daniel, 2002). Modal dapat dibagi dua, yaitu modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap adalah barang-barang yang digunakan dalam proses produksi yang dapat digunakan beberapa kali, meskipun akhirnya barang-barang modal ini habis juga, tetapi tidak sama sekali terisap dalam hasil. Contoh modal tetap adalah mesin, pabrik, gedung dan lain-lain. Modal bergerak adalah barang-barang yang digunakan dalam proses produksi yang hanya bisa digunakan untuk sekali pakai,
Universitas Sumatera Utara
misalnya pupuk,
pestisida dan
lain-lain.
Biaya
modal yang
bergerak
diperhitungkan dengan harga biaya riil, sedangkan biaya modal tetap diperhitungkan dengan nilai penyusutan (Daniel, 2002). Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik secara tunai maupun tidak tunai. Dalam analisis ekonomi, biaya diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan sesuai dengan tujuan spesifik dari analisis yang dikerjakan, yaitu sebagai berikut: 1) Biaya uang dan biaya in natura Biaya-biaya yang berupa uang tunai, misalnya upah kerja untuk biaya penggarapan tanah, biaya untuk pembelian pupuk dan pestisida dan lain-lain. Sedangkan biaya-biaya panen, bagi hasil, sumbangan dan pajak-pajak dibayarkan dalam bentuk natura. 2) Biaya tetap dan biaya variabel Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi, misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk dan sebagainya. 3) Biaya rata-rata dan biaya marginal Biaya rata-rata adalah hasil bagi antara biaya total dengan jumlah produk yang dihasilkan. Sedangkan biaya marginal adalah biaya tambahan yang dikeluarkan petani/pengusaha untuk mendapatkan tambahan satu satuan produk pada suatu tingkat produksi tertentu (Daniel, 2002).
Universitas Sumatera Utara
2.3
Kerangka Pemikiran
Kopi saat ini berpedoman pada pasar Amerika Serikat disebut dengan terminal New York. Gejolak harga kopi di pasar internasional dikendalikan oleh dinamika produksi kopi di Brasilia, Kolombia, Vietnam, Indonesia dan India.Kondisi harga kopi yang ditentukan terminal New York memberikan dampak kepada pendapatan petani kopi di Indonesia. Dari hasil perhitungan pendapatan bersih usahatani kopi yang dihubungkan dengan harga Terminal New York dapat dianalisis ada atau tidaknya hubungan antara harga di tingkat petani dan pendapatan petani dengan harga Terminal New York. Secara singkat kerangka pemikiran tersebut diatas dapat digambarkan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
PETANI
USAHATANI KOPI
Lahan Bibit
BIAYA PRODUKSI
PRODUKSI
Pupuk Pestisda PENERIMAAN
Tenaga Kerja PENDAPATAN USAHATANI
HARGA DI TINGKAT PETANI
HARGA TERMINAL
Keterangan: = Hubungan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
2.4
Hipotesis Pemikiran
Sesuai dengan landasan teori yang sudah dijelaskan, maka hipotesis penelitian yang akan diuji disusun sebagai berikut: 1. Pendapatan bersih usahatani Kopi Arabika di daerah penelitian rendah.
Universitas Sumatera Utara
2. Diduga fluktuasi harga kopi di terminal New York memberikan hubungan terhadap harga di petani dan pendapatan petani kopi di Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan.
Universitas Sumatera Utara