BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan usia produktif hingga 15 – 25 tahun dan tingginya dapat mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis. Komponen yang menentukan persyaratan agronomis untuk kelapa sawit meliputi curah hujan, bulan kering, dan ketinggian dari permukaan laut. Iklim dan media tumbuh yang baik merupakan syarat umum bagi tanaman tahunan ini untuk dapat tumbuh dan berkembangbiak dengan baik. Tanaman kelapa sawit adalah tanaman berumah satu (monocious), bunga jantan dan bunga betinanya berada dalam satu pohon tetapi berkembang secara terpisah. Kelapa sawit dapat tumbuh baik di daerah antara 16° LU dan 10° LS. Suhu optimal untuk pertumbuhan sekitar 24°-28°C tetapi dapat juga tumbuh pada kisaran antara 18°32°C dan curah hujan rata-rata tahunan berkisar 2.000 – 2.500 mm per tahun. Suhu rendah (<27°C) dapat meningkatkan aborsi tandan bunga sebelum anthesis (mekar) dan memperlambat pemasakan tandan buah, suhu tinggi (>35°C) berpengaruh sebaliknya (Fauzi et al., 2008). Kelapa sawit yang tumbuh normal pada tahun kedua telah menunjukkan pembungaan. Buah yang terbentuk belum dapat diolah karena ukurannya masih terlalu kecil. Tandan buah telah masak atau siap panen sekitar 5,5 bulan setelah
Universitas Sumatera Utara
terjadi penyerbukan. Memasuki umur sekitar 30 bulan, tanaman kelapa sawit terutama varietas Tenera (Dura×Pisifera) siap dipanen bila tandan buahnya sudah mencapai berat ±3 kg. Pemanenan kelapa sawit perlu memperhatikan beberapa ketentuan agar tandan buah yang dipanen sudah matang, sehingga dihasilkan kelapa sawit dengan mutu yang baik (Setyamidjadja, 2006). Varietas kelapa sawit dibedakan atas ciri-ciri morfologinya seperti warna eksokarp, tebal mesokarp dan endocarp atau berdasarkan keunggulan yang dimiliki bila dibandingkan dengan varietas lainnya seperti sifat toleransi terhadap hama penyakit, tingkat produktivitas, kadar minyak dan penambahan tinggi tanaman per tahunnya. Menurut Lubis (1992), terdapat tiga varietas kelapa sawit berdasarkan warna eksokarpnya yaitu: (1) Nigrescens, eksokarp berwarna violet sampai hitam waktu muda dan menjadi merah-kuning (orange) saat masak; (2) Virescens, berwarna hijau waktu muda dan menjadi merah-kuning (orange) saat masak; (3) Albenscens, berwarna kuning pucat dan tembus cahaya (karena mengandung sedikit karoten). Tanaman karet juga adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zona antara 15°LU dan 15° LS. Bila ditanam di luar zona tersebut, pertumbuhannya menjadi lebih lambat, sehingga produksinya juga akan menjadi lambat. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m. Rata-rata umur produktif tanaman karet adalah 15-30 tahun. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring ke arah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal lateks (Setyamidjaja, 1993).
Universitas Sumatera Utara
Daun karet berwarna hijau. Apabila akan rontok berubah warna menjadi kuning atau merah. Biasanya tanaman karet mempunyai “jadwal” rontok daun pada setiap musim kemarau. Di musim rontok ini kebun karet menjadi indah karena daun-daun karet berubah warna dan jatuh berguguran. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20 cm. panjang tangkai anak daun antara 3–10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing. Tepinya rata dan gundul, tidak tajam. Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang terdapat dalam malai payung tambahan yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng. Ukurannya lebih besar sedikit dari yang jantan dan mengandung bakal buah yang beruang tiga (Setyamidjaja, 1993). Kepala putik yang akan dibuahi dalam posisi duduk juga berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai sepuluh benang sari yang tersusun menjadi suatu tiang. Kepala sari terbagi dalam 2 karangan, tersusun satu lebih tinggi dari yang lain. Paling ujung adalah suatu bakal buah yang tidak tumbuh sempurna. Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas. Masing-masing ruang berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang enam, sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya cokelat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Biji yang sering menjadi mainan anak-anak ini sebenarnya berbahaya karena mengandung racun. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi besar (Setyamidjaja, 1993).
Universitas Sumatera Utara
2.2 Landasan Teori Menurut Soekartawi (1995), ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Dikatakan efektif apabila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Usahatani adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengorganisasikan sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut dalam bidang pertanian. Analisis pendapatan usahatani menggambarkan keadaan usahatani pada saat tertentu, dapat merupakan keadaan sekarang, masa lalu ataupun perencanaan untuk masa yang akan datang. Analisis pendapatan usahatani
dapat
digunakan
oleh
petani
untuk
mengukur
keberhasilan
usahataninya. Berusahatani merupakan suatu proses yang didalamnya terdiri dari kombinasi input produksi seperti lahan, modal, tenaga kerja, dan sarana produksi lainnya untuk menghasilkan output. Dalam hal ini outputnya adalah lateks dan tandan buah segar (TBS). Analisis pendapatan usahatani untuk tanaman musiman (annual crop) berbeda dengan tanaman tahunan (parenial crop). Usaha tanaman tahunan memiliki resiko yang lebih tinggi maka pendapatan yang diperoleh haruslah lebih tinggi pula dibandingkan dengan pendapatan tanaman musiman. Menurut Hernanto (1996), analisis pendapatan terhadap usahatani penting dalam kaitannya dengan tujuan yang hendak akan dicapai oleh setiap usahatani dengan berbagai
Universitas Sumatera Utara
pertimbangan dan motivasinya. Analisis pendapatan pada dasarnya memerlukan 2 (dua) keterangan pokok yaitu: (a) keadaan penerimaan dan (b) keadaan pengeluaran (biaya produksi) selama jangka waktu tertentu. Tujuan dari penanaman kelapa sawit dan karet yaitu untuk menghasilkan produksi yang maksimal sehingga mampu memberikan hasil yang maksimal pula bagi petani kelapa sawit dan karet. Untuk mendapatkan produksi yang maksimal, karakteristik dan faktor yang mempengaruhi produksi harus dipahami dan diusahakan pada level yang optimal. Bagian faktor utama dalam peningkatan produksi adalah mengalokasikan biaya produksi seoptimal mungkin sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan dapat memberikan pendapatan yang optimal bagi petani. Biaya usahatani mencakup pengeluaran tunai dan non-tunai. Jadi nilai barang dan jasa untuk keperluan usahatani yang dibayar dengan benda atau berdasarkan kredit harus dimasukkan sebagai pengeluaran. Apabila dalam usahatani tersebut digunakan mesin-mesin pertanian maka harus dihitung penyusutannya dan dianggap sebagai pengeluaran sedangkan bunga milik sendiri atau yang dipinjam dari orang lain tidak dihitung sebagai pengeluaran (Soekartawi et al, 1986). Hernanto (1991) menyatakan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh seorang petani dalam proses produksi disebut biaya produksi. Ada dua pembagian biaya produksi, yaitu: biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi. Petani harus tetap membayarnya, berapapun jumlah komoditi yang dihasilkan dalam usahataninya. Contohnya sewa lahan, sewa alat, dan penyusutan alat. Biaya variabel merupakan biaya yang berubah apabila luas
Universitas Sumatera Utara
usahanya berubah. Dengan kata lain, biaya ini ada apabila ada sesuatu barang yang diproduksi. Sebagai contoh, upah tenaga kerja dan biaya saprodi, seperti pupuk dan pestisida. Tinggi rendahnya biaya produksi yang dikeluarkan tergantung pada sistem manajemennya yaitu mengefisiensikan segala biaya-biaya produksi yang dikeluarkan. Rendahnya biaya produksi adalah salah satu indikator terciptanya efisiensi dalam pengelolaan tanaman kelapa sawit dan karet. Hal ini disebabkan biaya produksi adalah salah satu alternatif yang dapat dipilih sebagai faktor yang dapat ditekan. Dengan menekan biaya produksi menjadi seminimal mungkin, pendapatan petani dapat ditingkatkan (Pardamean, 2008). Salah satu komponen dalam biaya produksi adalah tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah cukup bukan saja terlihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu juga diperhatikan. Besar-kecilnya upah tenaga kerja ditentukan oleh mekanisme pasar, jenis kelamin (HKSP dan HKSW), kualitas tenaga kerja dan umur tenaga kerja. Oleh karena itu, penilaian terhadap upah perlu distandarisasi menjadi hari kerja orang (HKO) (Soekartawi, 1993). Soekartawi (1995) menjelaskan bahwa pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya dalam usahatani. Dimana penerimaan usahatani merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Dalam usahatani istilah penerimaan sering disebut sebagai pendapatan kotor usahatani (gross farm income) yaitu nilai total produk usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Istilah lain penerimaan hasil
Universitas Sumatera Utara
usahatani yaitu nilai produksi (value of production) atau penerimaan kotor usahatani (gross return). Untuk menganalisis perbedaan pendapatan usahatani karet rakyat dan kelapa sawit rakyat, maka dilakukan uji-t sampel independen (Independent Samples T-test). Dalam penelitian ini, responden terbagi dalam dua kelompok yaitu usahatani kelapa sawit rakyat dan usahatani karet rakyat. Beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam uji-t sampel independen adalah data harus homogen atau terdistribusi secara normal, kedua kelompok data bersifat bebas atau independen (maksud independen adalah populasi satu dengan yang lainnya tidak berhubungan).
2.3 Kerangka Pemikiran Berdasarkan latar belakang dan permasalahan, dapat disusun suatu kerangka pemikiran bahwa pada dasarnya analisis pendapatan usahatani dapat digunakan petani untuk mengukur keberhasilan usahataninya. Usahatani yang dibandingkan dalam penelitian ini adalah usahatani karet dan kelapa sawit rakyat. Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi. Produksi dapat ditingkatkan dengan mengalokasikan biaya produksi seoptimal mungkin sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan dapat memberikan pendapatan yang optimal bagi petani kelapa sawit dan karet. Pendapatan dalam usahatani karet rakyat dan usahatani kelapa sawit rakyat diperoleh dari selisih antara penerimaan dan total biaya produksi. Penerimaan diperoleh dari hasil perkalian jumlah output yang dihasilkan dalam masingmasing usahatani dengan harga jual output tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Secara sistematis, kerangka pemikiran digambarkan pada Gambar 1.
Kelapa Sawit Rakyat
Karet Rakyat
Harga Jual
Harga Jual Penerimaan
Penerimaan
Biaya Produksi
Biaya Produksi
Pendapatan
Pendapatan
Menyatakan Hubungan Menyatakan Proses Komparasi Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
2.4 Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Besarnya biaya usahatani karet rakyat di daerah penelitian rendah sehingga tingkat pendapatan usahatani karet rakyat di daerah penelitian adalah tinggi. 2. Besarnya biaya usahatani kelapa sawit rakyat di daerah penelitian tinggi sehingga tingkat pendapatan usahatani kelapa sawit rakyat di daerah penelitian adalah rendah. 3. Perbandingan tingkat biaya usahatani karet rakyat lebih rendah daripada usahatani kelapa sawit rakyat di daerah penelitian. 4. Perbandingan tingkat pendapatan usahatani karet rakyat lebih tinggi daripada usahatani kelapa sawit rakyat di daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara