BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2. 1
Komunikasi Sebagai Makna
2. 1. 1 Pengertian Komunikasi Sebagai Makna Berbagai model yang sudah kita bahas sejauh ini keseluruhannya, dengan derajat yang berbeda, menekankan pada proses komunikasi. Model-model tersebut pada dasarnya berasumsi bahwa komunikasi adalah pengiriman pesan dari A ke B. Akibatnya perhatian utama mereka terpusat pada medium, saluran, pengirim, penerima, gangguan, dan feedback (umpan balik), dimana semua istilah-istilah tersebut terkait dengan proses pengiriman pesan. Sekarang saatnya perhatian kita beralih kepada pendekatan yang berbeda secara radikal. Penekananan dari pendekatan ini tidak terlalu terfokus pada komunikasi sebagai proses, namun pada komunikasi sebagai penghasil makna.10
2. 2
Media Massa
2. 2. 1 Pengertian Media Massa Media massa adalah media komonikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula.11 Media massa juga dapat dikatakan sebagai alat yang digunakan dalam penyampaian 10 11
pesan
dari
sumber
kepada
khalayak
(penerima)
dengan
Fiske, John. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta. 2012. Hal 65 Bungin, Burhan. Op. Cit., 72
7
8
menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio dan televisi.12 2. 2. 2 Karakteristik Media Massa Karekteristik media massa adalah sebagai berikut :13 1. Publisitas Media massa diperuntukkan bagi masyarakat umum, tidak ada batasa siapa yang boleh atau harus membaca, menonton atau mendengarkan dan siapa yang tidak boleh membaca, menonton atau mendengarkan. 2. Universalitas Media massa bersifat umum dalam menyampaikan suatu materi pada khalayaknya. 3. Aktualitas Media massa harus mampu menyampaikan berita secara cepat kepada khalayak. 2. 2. 3 Fungsi Media Massa Fungsi media massa adalah sebagai berikut :14 1. Fungsi dari media massa adalah memberikan informasi (to inform) Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan
12
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi, Edisi Revisi. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta. 2007. Hal 126 13 Saeful Muhtadi, Asep. Jurnalistik Pendekatan dan Teori dan Praktik. Logos Wacana Ilmu: Bandung. 1999. Hal 80 14 Karlinah, Siti., Soemirat, Betty., dan Komala, Lukiati. Komunikasi Massa. Op.Cit. hal 5-3-5-6
9
sesuai dengan kepentingan khalayak. Khalayak sebagai manusia sosial akan selalu merasa haus informasi tentang segala sesuatu yang terjadi. 2. Fungsi memberikan pendidikan atau membimbing (to educated) Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayak (mass education). Oleh karena itu, media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai-nilai, opini serta aturan-aturan yang di anggap benar kepada pemirsa atau pembaca. Artinya sebagian dari fungsi pendidikan (edukasi) media massa diarahkan untuk membuat khalayak tersosialisasi. 3. Fungsi menghibur (to entertain) Fungsi menghibur dari media massa bertujuan untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak dikarenakan membaca berita-berita berat melihat tayangan dari televisi yang mempunyai bobot ilmiah. 4. Fungsi mempengaruhi khalayak (to influence) Fungsi mempengaruhi khalayak dari media massa sangat penting, artinya karena mempengaruhi hal tersebut menyebabkan media massa memegang peranan
sangat
penting
dalam
kehidupan
masyarakat.
mempengaruhi dari media massa secara implicit
terdapat
tajuk/editorial, feature, iklan-iklan, artikel-artikel dan sebagainya.
Fungsi pada
10
2. 3
Film Sebagai Komunikasi Massa
2. 3. 1 Pengertian Film Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, film adalah gambar hidup. Sedangkan jika mengacu pada undang-undang no. 8 tahun 1992 tentang perfilman, maka yang dimaksud komunikasi dengan film adalah karya seni budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video dan bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam bentuk, jenis dan ukuran suara yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan system proyeksi, mekanik, elektronik dan lainnya. Film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita peristiwa, music, drama, lawak dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum.15 Film memerlukan penanganan yang lebih bersungguh-sungguh dan konstruksi yang lebih artificial pula (melalui manipulasi) dari pada media lainnya, karena film memiliki jangkauan, realism, dipengaruhi, maka film harus menerima banyak campur tangan.16
15 16
McQuail, Dennis. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Erlangga: Jakarta. 1987. Hal 13 Ibid. hal 14
11
2. 3. 2 Karakteristik Film Faktor-faktor film dapat menunjukkan karakteristik film adalah sebagai berikut :17 1. Layar yang luas atau lebar Film dan televisi sama-sama menggunakan layar, namun kelebihan media film adalah layarnya yang berukuran luas. Layar yang luas telah memberikan keleluasaan penontonnya untuk melihat adegan-adegan yang disajikan dalam film. Seiring dengan adanya kemajuan teknologi, layar film saat ini menjadi tiga dimensi (3D) sehingga khalayak seolah-olah melihat kejadian nyata dan tidak berjarak. 2. Pengambilan gambar Sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar atau shot dalam film dengan menggunakan extreme long shot atau panaromic shot, yakni pengambilan gambar menyeluruh. Shot tersebut dipakai untuk member kesan artistic dan suasana yang sesungguhnya sehingga film menjadi menarik. 3. Konsentrasi penuh Saat menonton film dibioskop, kita terbebas dari gangguan apapun, karena semua mata khalayak tertuju pada layar. Dalam keadaan demikian maka emosi khalayak akan terbawa suasana sehingga khalayak dapat berkonsentrasi penuh untuk menyaksikan setiap adegan yang ditampilkan dalam film tersebut. 17
Ardianto, Elvinaro., dan Komala, Lukiati. Suatu Pengantar Komunikasi Massa, Edisi Revisi. Simbiosa Rekatama Media:. Bandung. 2007. Hal 145
12
4. Identifikasi psikologis Pengaruh film terhadap jiwa khalayak (penonton) tidak hanya pada saat menonton, tetapi terus sampai waktu yang cukup lama. 2. 3. 3 Fungsi Film Fungsi film ada tiga, yakni :18 1. Fungsi hiburan Dalam mensejahterakan, rohani manusia kerena membutuhkan kepuasan batin untuk memelihara secara visual serta pembinaan. 2. Fungsi penerangan Dalam film segala informasi dapat disampaikan secara audio-visual sehingga dapat mudah dimengerti. 3. Fungsi pendidikan Dapat memberikan contoh suatu peragaan yang bersifat mendidik, tauladan didalam masyarakat dan mempertontonkan perubahan-perubahan yang baik. 2. 3. 4 Jenis-Jenis Film Seiring perkembangan zaman jenis-jenis film hadir dilayar bioskop tahan air semakin bervariasi, namun secara umum film bisa dibedakan menjadi beberapa jenis :19
18
Buku Sejarah PPH UI. Jakarta. 1998. Hal 48 Ardianto, Elvinaro,. dan Komala, Lukiati, Suatu Pengantar Ilmu Komunikasi Massa, Edisi Revisi. Simbiosa Rekatama Media: Bandung. 2007. Hal 145 19
13
1. Film dokumenter (Documentary Film) Film dokumenter merupakan film fiksi. Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebar informasi, pendidikan dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya film dokumenter tetap berpijak hal-hal senyata mungkin. 2. Film Cerita Pendek (Short Film) Durasi film cerita pendek biasanya dibawah 60 menit. Dibanyak Negara seperti Jerman, Australia, Kanada dan Amerika Serikat, film cerita pendek dijadikan laboratorium eksperimen dan batu loncatan bagi seseorang atau sekelompok orang untuk kemudian memproduksi film cerita panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau orang atau kelompok yang menyukai duania film dan ingin berlatih membuat film dengan baik. Sekalipun demikian, ada juga yang memang mengkhususkan diri untuk memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini dipasok kerumah-rumah produksi atau saluran televisi. 3. Film Cerita Panjang (Feature - Length Film) Film dengan durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi 90-100 menit. Film yang diputar dibioskop umumnya termasuk dalam kelompok ini. Film “Jab Tak Hai JAAN” pun merupakan film cerita panjang.
14
2. 4
Makna Makna adalah sebuah proses yang aktif: para ahli semiotic menggunakan
kata kerja seperti; menciptakan, memunculkan, atau negosiasi mengacu pada proses ini. Negosiasi mungkin merupakan istilah yang paling berguna yang mengindikasikan hal-hal seperti kepada-dan-dari, memberi-dan-menerima antara manusia/orang dan pesan. Makna adalah hasil interaksi dinamis antara tanda, konsep mental (hasil intrerpretasi), dan objek: muncul dalam konteks historis yang spesifik dan mungkin berubah seiring dengan waktu. Bahkan mungkin akan berguna mengganti istilah ‘makna’ dan menggunakan istilah yang jauh lebih aktif dari Peirce, yaitu ‘semiosis’ - tindakan memaknai.20
2. 5
Pengertian Agama Agama adalah salah satu cirri kehidupan sosial mausia yang universal
dalam arti bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan pola-pola perilaku yang memenuhi syarat untuk disebut “agama” (religious). Banyak dari apa yang berjudul agama termasuk dalam superstruktur: agama terdiri atas tipetipe simbol, citra, kepercayaan, dan nilai-nilai spesifik dengan makhluk manusia menginterpretasikan eksistensi mereka. Akan tetapi, karena agama juga megandung konponen ritual, maka sebagian agama tergolong juga struktur sosial.21 Suatu agama ialah sistem kepercayaan yang disatukan oleh praktik yang bertalian dengan hal-hal yang suci, yakni hal-hal yang dibolehkan dan dilarang20 21
Fiske, John. Pengantar Ilmu Komunikasi.PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta. 2012. Hal 76-77 Ishomuddin. Pengantar Sosioligi Agama. PT. Ghalia Indonesia: Malang. 2002. Hal 29
15
kepercayaan dan praktik-praktik yang mempersatukan suatu komunitas moral yang disebut gereja, semua mereka yang terpaut satu sama lain (Durkheim, 1965). Saya merumuskan agama sebagai seperangkat bentuk dan tindakan simbolik yang menghubungkan manusia dengan kondisi akhir eksistensinya (Bellah, 1964). Jadi, agama dapat dirumuskan sebagai suatu kepercayaan dan praktik dimana suatu kelompok manusia berjuang menghadapi masalah-masalah akhir kehidupan manusia (Yinger, 1970).22 Agama Kristen adalah sebuah kepercayaan yang berdasar pada ajaran, hidup, sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Agama ini meyakini Yesus Kristus adalah Tuhan dan Mesias, juru selamat bagi seluruh umat manusia, yang menebus manusia dari dosa. Mereka beribadah di gereja dan Kitab Suci mereka adalah Alkitab. Murid-murid Yesus Kristus pertama kali dipanggil Kristen di Antiokhia (Kisah Para Rasul 11: 26b).23 Dalam Kristen, dapat dikatakan, praktek keagamaan adalah aspek kedua yang paling bernilain dari komitmen keagamaan, tidak sepenting aspek kepercayaan, tetapi lebih dihargai daripada ketiga dimensi yang lain. Namun didemikian, pada protestan yang ekstrin, arti penting yang lebih besar adalah pada pengalaman keagamaan daripada praktiknya.24
22
Ibid Hal 30 http://id.wikipedia.org/wiki/Kekristenan 24 Ibid. Robertson, Roland. Hal 298 23
16
2. 6
Doa Doa berarti mengangkat hati dan budi menuju Allah, atau memohon hal-
hal baik kepada-Nya sesuai dengan kehendak-Nya. Doa selalu merupakan rahmat Allah yang datang dan berjumpa dengan manusia. Doa Kristen ialah relasi anakanak Allah yang personal dan hidup dengan Bapa mereka yang mehabaik, dengan Putra-Nya Yesus Kristus dan Roh Kudus yang tinggal dalam hati. Dengan demikian, doa adalah penghayatan relasi manusia dengan Allah yang layaknya mengaruhi perkembangan pribadi pendoanya. Kita masing-masing dapat bertanya kepada diri kita: “Apakah doa-doaku sungguh secara batiniah memang memengaruhi perkembangan hidupku? Cukuplah sebenarnya bagi kita berdoa begitu saja, atau berdoa lebih lama, lebih intensif, penuh semangat dan berapi-api?” Jelas Tidak! Mengapa? Sebab sadar atau tidak kita dapat berdoa secara palsu, seperti dilakukan oleh seorang Farisi di Bait Allah. Kita secara jujur bertanya kepada diri kita sendiri: “Aku ini bila berdoa apakah seperti orang Farisi atau seperti pemungut cukai?” Doaku itu sesungguhnya harus mengengbangkan dan mendewasakan diriku. Ataukah doa justru menghambat diriku? Dalam renungan ini marilah kita berusaha mencari dan memahami makna doa Kristiani yang sejati dengan mendekati dan mengenal Yesus yang menurut Kitab Suci selalu menampakkan diri sebagai figure yang bertindak, berbuat, berkarya dan juga berdoa secara utuh. Hidup, karya, dan doa, ketiganya tidak terpisah.
17
2. 6. 1 Doa Kristus Kita berusaha memahami makna doa alkitabiah menurut Lukas. Dalam Injil kerap kali diceritakan bahwa dalam hidup-Nya, Yesus sering menyendiri. Ia sibuk siang malam dan bergaul dengan orang banyak. Ia juga sering menyendiri dan mereka mencari Dia. Seperti diceritakan oleh Lukas, Ia tidak selalu mudah menentukan waktu bagi-Nya sendiri “Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersiar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka. Akan tetapi, Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa.” (Luk. 5:15-16) Demikian Yesus sering menyendiri untuk menghindari popularitas dan mau berdoa. Keinginan Yesus untuk menyepi agar dapat berdoa dapat menimbulkan pertanyaan bagi kita. Di suatu tempat dalam Injilnya, Lukas menulis: “Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalammalaman Ia berdoa kepada Allah.” (bdk. Luk. 6:12) Jadi, Yesus meninggalkan umat bukan hanya untuk satu atau dua jam, melainkan Ia sungguh menyendiri dan mencurahkan diri sepenuhnya dalam doa. 2. 6. 2 Sikap Berdoa Supaya doa Gereja itu dapat terwujud, diandaikan juga syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh anggota-anggota-Nya. Orang yang berdoa harus memiliki sikap dasar yang tepat. Sikap berdoa yang dimiliki si pemungut cukai kiranya merupakan suatu sikap berdoa yang paling tepat (bdk. Luk. 18:9-14). Ia tidak
18
mengembangkan diri, merasa tidak mampu untuk berdoa dan ia menyerahkan diri sepenuhnya kepada belas kasihan Allah. Dalam sikap seperti itu, terungkap pengakuan dan pujian kepada Allah, yang timbul dari hati seseorang yang merasakan anugerah belas kasiahan dari Allah. Inilah keselarasan sikap manusia dengan kehendak Allah. Jika kita berdoa, maka kita harus melepaskan diri dari kita sendiri dan menempatkan diri ke dalam tangan Allah. Artinya, kita ikut di salib bersama Kristus. Dalam doa, kita dipegang Allah, kita bukan lagi terikat akan kehendak, keinginan dan cita-cita kita. Selama semua ini masih ada, tidak akan terwujud doa sejati. Kita harus memohon kepada Tuhan agar Ia membimbing kita untuk berdoa, sebab kita belum tahu bagaimana harus beroda. Doa baru berlangsung benarbenar, bila menyerahkan diri sepenuhnya kepada-Nya. 2. 6. 3 Bagaimana Kita Dapat Berdoa Doa pertama-tama memang bersifat personal, individual, pribadi. Karena itu, keadaan doa setiap orang berlainan. Jadi, sebenarnya tidak ada “resep doa” atau “teknik doa”. Sangat perlu diperhatikan bahwa menurut Perjanjian Baru, ucapan, ungkapan, dan deretan bentuk doa apapun yang hanya lahiriah, tidak berguna. Jenis doa semacam itu sungguh ditolak oleh Yesus dengan tegas: “Dalam doamu itu janganlah kamu tertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.” (Mat.6:7) Sebenarnya doa memiliki aneka bentuk, bisa pendek tanpa hiasan apa-apa. Doa dapat berupa pembukaan hati kepda Allah, atau mengeluh dan bertanya:
19
“Mengapa?”. Doa juga berbentuk permohonan bagi diri sendiri atau orang lain: “Tuhan, tolonglah kamu ini!” Doa juga dapat berupa suatu pengakuan dosa dan pertobatan. Juga sebagai kesediaan menerima kehendak Allah disertai janji pelaksanaannya. Unsur penting adalah doa pujian, ungkapan rasa syukur, dan penyambahan. Keanekaragaman doa bukan hanya terdapat dalam isinya, melainkan juga bentuknya. Ada doa uyang disebut doa lisan yang bersifat spontan dan bebas, meskipun sering sudah merupakan rumusan tetap. Doa ini dapat dilakukan sendirian, misalkan dikamar. “Jika engkau berdoa, masuklah kedalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi”. (Mat. 6:6) Doa juga dapat dilakukan secara bersama, baik dalam komunitas, keluarga atau kelompok, misalnya dalam upacara liturgis. Secara bersama, doa lisan berupa ilangan rumusan yang sama secara ritmis, seperti di Gereja Timur, atau dalam doa Rosario atau litani. Cara ini jangan dianggap sebagai’doa mekanik’, bagaikan mesin, sebab ritme berjalan seirama dengan gerak rohani-jasmani segenap umat manusia. Doa lisan yang sempurna ialah doa yang diajarkan Tuhan Yesus sendiri: Bapa Kami (bdk. Luk. 11:2-4 dan Mat. 6:9-13). Dalam doa itu terhimpun unsur pujian, penyembahan serta memohon akan apa yang paling dibutuhkan oleh manusia. Karena itu, doa ini harus selalu kita ucapkan dan dijadikan ukuran doa kita.
20
Disamping doa lisan, kita mengenal doa renungan, yakni merenungkan dan memikirkan kembali suatu teks, terutama Kitab Suci atau suatu gambaran rohani atau suatu situasi hidup. St. Ignatius Loyola member nasihat berikut yang sangat berguna, yakni doa bukan bertujuan untuk memperoleh pikiran, analisis dan informasi yang luar biasa dan hebat. Tahu banyak tidak akan memuaskan jiwa kita, melainkan perasaan dan nilai didalamnya. 2. 6. 4 Berdoa Atas Nama Yesus Bagi umat Kristen perlu di ingat bahwa Yesus mengatakan kepada kita agar selalu berdoa, seperti ia ajarkan. Namun, kita harus bersoa atas nama-Nya (bdk. Yoh. 14:13-14). Kita boleh berdoa bersatu dengan dan atas nama Yesus yang selalu akan tampil bersatu dengan kita dihadapan Allah (bdk. Rm. 8:34; lbr. 7:25;1 Yoh. 2:1). Ia telah membuat hubungan kita dengan Allah sebagai Bapa kita. Dengan perantaraan Roh Kudus kita dapat mengambil bagian dalam hubungan Kristus dengan Allah, sehingga juga boleh menyapa Allah dengan ucapan” Abba, ya Bapa!” (bdk. Rm. 8:15; Gal. 4:6). Seperti dapat kita simpulkan dari kesaksian dari perjanjian baru, doa Kristiani sejati pada hakikatnya memang bersifat trinitaris. Paulus berkata: “Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah Bapa kita.” (Ef. 5:20) Terutama dalam liturgi, doa-doa selalu dipanjatkan kepada Allah, Bapa yang maha kuasa, “dalam persekutuan dengan Roh Kudus dengan perantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami”. Urutan dalam doa Gerejawi terdapat terutama pada bagian akhir dan sebagai rangkuman doa Syukur Agung dalam perayaan Ekaristi,
21
dimana Gereja meluhurkan dan memuji Allah Bapa: “Dengan perantaraan Kristus, bersama dia dan dalam dia bagi-Mu, Allah Bapa yang maha kuasa segala hormat dan kemuliaan sepanjang segala masa.” Kecuali susunan urutan trinitaris dalam doa Kristiani tersebut, didalam perjanjian baru juga sudah ada doa kepada Yesus Kristus. Gereja perdana berdoa: “Amin, datanglah, Tuhan Yesus!” (Why. 22:20, bdk. 16:22). Dalam perayaan Ekaristi kita berdoa: “Tuhan, kasihanilah kami” (Kyrie eleison). Tradisi doa dalam gereja juga mengenal doa mohon kedatangan Roh Kudus: “Datanglah, Roh pencipta”. Dan dalam Syahadat Nicea-Konstantinovel, Roh kudus juga disembah dan dimuliakan bersama Bapa dan Putra. Pengertian kita tentang doa seperti yang sudah diterangkan, kiranya cukup untuk dipahami. Namun, memang masih perlu untuk diperdalam dengan menempatkannya dalam keseluruhan ajaran Gereja yang utuh.25
2. 7
Semiotika Semiotika sebagai sebuah cabang keilmuan memperlihatkan pengaruh
yang semakin luas dan kuat dalam berbagai bidang. Semiotika mempunyai pengaruh pada bidang seni rupa, seni tari, seni film, desain produk, arsitektur, desain komunikasi visual, antropologi, sosiologi, politik, kajian keagamaan, media studies dan cultural studies. Secara etimologis, kata atau istilah semiotika berasal dari bahasa yunani : semeion yang berarti “tanda” atau same yang berarti “penafsiran tanda”. 25
Carm, Mrg. F. X. Hadisumarta O. Bapa Kami Dan Corak Khas Doa Kristiani. Penerbit Obor: Jakarta. 2013. Hal 31
22
Semiotika berakar dari studi klasik dan klolastik atas seni logika, retorika dan poetika. “Tanda” bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Contohnya, asap menandai adanya api. Secara terminologis, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Karena pada dasarnya, analisis seiotika bersifat Paradigmatic dalam arti berupaya menemukan makna termasuk dari hal-hal yang tersembunyi dibalik sebuah teks.26 Menurut Charles Sander Pierce, mendefinisikan semiotika sebagai “ a relation ship among sign, an object and a meaning” (suatu hubungan diantara tanda, objek dan makna). Penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat anda. Artinya manusia hanya dapat bernalar lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar
lewat
tanda.27
Sedangkan
menurut
Ferdinand
De
Saussure,
mendefinisikan semiotika merupakan tanda sebagai kesatuan dari dua bidang yang tidak dipisahkan. Artinya sebuah tanda mempunyai dua aspek yang ditangkap oleh indra kita (signifier), bidang penanda atau bentuk dan aspek lainnya (signified) bidang petanda atau konsep atau makna.28 Menurut Preminger mendefinisikan mengenai semiotika, “Semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotika itu
26
Seto, Indiwan. Semiotika Komunikasi. Mitra Wacana Media. 2011. Hal. 5 Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. 2006. Hal. 16 28 Tinarbuko, Sumbo. Simiotika Komunikasi Visual. Jalasutra: Yogyakarta. 2008. Hal. 13 27
23
mempelajari
system-sistem,
aturan-aturan,
konvensi-konvensi
yang
memungkinkan tanda tersebut mempunyai arti”.29 Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda, berfungsi makna dan produksi makna.30 Menurut Umberto Eco, ada dua jenis semiotika, diantaranya
semiotika
komunikasi dan semiotika
signifikasi.
Semiotika
komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda ayang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi yaitu pengirim, penerima, kode atau system tanda, pesan, saluran komunikasi dan acuan yang dibicarakan, sedangkan semiotika signifikasi tidak mempersoalkan adanya tujuan berkomunikasi.31 Analisis semiotika adalah melacak makna-makna yang diangkut dengan teks yang berupa lambing-lambang (sign). Dengan kata lain, pemaknaan terhadap lambing-lambang dalam tekslah yang menjadi pusat perhatian analisis semiotika.32 Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan didunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).33
29
Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. 2006. Hal. 96 Ibid. Hal 12 31 Seto, Indiwan. Semiotika Komunikasi. Mitra Wacana Media. 2011. Hal. 6 32 Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. PT. LKIS Pelangi Aksara. Yogyakarta. 2007. Hal 156 33 Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. 2006. Hal. 15 30
24
2. 7. 1 Semiotika Charles Sander Peirce Menurut Pierce, semiotika itu dari tiga elemen utama. Teori dari Pierce disebut teori segitiga makna dan triangle meaning,34 diantaranya: 1. Tanda Tanda adalah yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indra manusia dan merupakan suatu yang merujuk hal lain diluar tanda itu sendiri. 2. Objek (acuan tanda) Objek adalah konteks sosial yang menjadi referensi atau sesuatu yang dirujuk tanda. 3. Interpretant (pengguna tanda) Interpretant adalah pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.
Gambar 2.1 Teori Segitiga Makna (Triangel of Meaning) Sign
Object 34
Interpretant
Rachmat Kriyantono. Teknik Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana. 2008. Hal. 265
25
Yang dikupas dari teori segitiga adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi.35 Analisi ini bersifat subjektif. Periset seolah-olah ia memahami pemikiran subjek yang dirisetnya. Tentu saja periset harus menyertakan konteks sosial budaya, teori-teori, konsep-konsep dan data-data untuk menjelaskan analisis dan interpretasinya.36 Menurut
Pierce, tanda “is something which stands to somebody for
something in some respect or capacity”.37 Artinya, tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Tripologi tanda versi Charles Sander Pierce38, yaitu: 1. Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan “rupa” sehingga tanda itu mudah dikendali oleh para pemakainya. Didalam ikon hubungan antara represenamen dan objeknya terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa kualitas. 2. Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial diantara representamen dan objeknya. Didalam indeks hubungan antara tanda dengan objeknya bersifat kongkret, aktual dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial atau kausal. 3. Symbol adalah jenis tanda yang bersifat arbiter konvensional sesuai kesepakatan sosial atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat.
35
Ibid Ibid. hal. 267 37 Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. 2006. Hal. 41 38 Seto, Indiwan. Semiotika Komunikasi. Mitra Wacana Media. 2011. Hal. 14 36
26
Tabel 2.1 Jenis tanda dan cara kerjanya39
39
Jenis Tanda
Ditandai dengan
Contoh
Proses kerja
Ikon
Persamaan atau kemiripan
Gambar, foto
Dilihat
Indeks
Keterkaitan
Asap----api
Diperkirakan
Simbol
Kesepakatan sosial
Kata-kata
Dipelajari
Ibid