BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Uraian Teoritis 2.1.1 Entreprenuerial Networking Pandangan Brehm dan Rahm yang dimuat Rajbianto (2010) menekankan pada social network berpdendapat bahwa modal sosial adalah jaringan kerjasama diantara warga masyarakat yang memfasilitasi pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi mereka. Cohen dan Prusak dalam Rajbianto(2010) berpendapat bahwa modal sosial adalah kumpulan dari hubungan yang aktif di antara manusia, rasa percaya, saling mengerti dan kesamaan nilai dan prilaku yang mengikat anggota dalam sebuah jaringan kerja dan komunitas yang memungkinkan adanya kerjasama. Networking menjadi perhatian dalam komunitas peneliti dan merek meneliti tentang pengaruh networkingdalam ekonomi dan kewirausahaan. Untuk bertahan dalam dunia yang penuh persaingan, penting sekali untuk mengembangkan sebuah entrepreneurial dan jaringan sosial dari informasi dan lainya. Networking berperan sebagai bagian yang penting dalam menyatukan dan membawa perusahaan bersama kepada sistem yang inovatif dari hubungan perjanjian, pengembangan produk, dan aliansi antar organisasi (Staber,2001).Networking muncul sebagai simbol organisasi di zaman informasi saat ini (Lipnack dan Stamps,1994). Informasi adalah sumber daya utama untuk pengusaha dan dapat menghubungkan pengusaha dengan pasar, pemasok; harga, teknologi dan networking telah memperlihatkan betapa berharganya kebijakan berkontribusi 21
membantu pengusaha (Frazier dan Niehm, 2004).Networking
meningkatkan
pengusaha melalui berbagai jenis dari sumber-sumber yang tidak berasal dari kepemilikan sebelumnya dan membantu untuk mencapai tujuan perusahaan (Ripolles dan Blesa,2005). Networking terdiri atas keluarga dan teman yang menuju pada perpindahan dalam lingkaran yang sama sebagai pengusaha, sumber daya ini tdak mungkin ditawarkan di luar jangkauan pengusaha (Anderson et al., 2005).Penelitian sebelumnya mengenalkan bahwa networking adalah sebuah sumber daya yang sangat diperlukan dari informasi untuk pengusaha dan UMKM (Barnir dan Smith, 2002; Brush et al., 2001; Grave dan Salaff, 2003). Penelitian tentang kewirausahaan menjelaskan bahwa networking(social network) berpengaruh terhadap peluang, pengenalan, entrepreneurial direction, pembuatan keputusan kepada seorang pengusaha dan pertumbuhan bisnis sebagai kriteria kesuksesan bisnis (Arenius, 2006). Definisi entrepreneurial networking adalah segala hubungan yang membantu dalam pembentukan sebuah usaha baru sebagai bagian dari jaringan (Dodd dan Patra, 2002:117). Dougherty dan Bowman (1995) menekankan pentingnya networkingyang berasal dari hubungan individu. Mereka menyelidiki bagaimana rekstrukturisasi di tahun 1990-an mempengaruhi inovasi produk. Mereka juga menyimpulkan bahwa hal itu menghalangi inovasi produk melalui berkurangnya efektifitas dan strategi yang melingkupi seluruh kegiatan usaha. Peluang dari jaringan pada hubungan informal digunakan inovator untuk menjalankan hubungan di luar strategi perusahaan. Inovasi memerlukan sebuah networking 22
yang rumit dari hubungan antar individu dan antar kelompok disebut entrepreneurial networking. Sedangkan Hoang dan Antoncic (2003) dan Slotted (2010) menginditifikasikan bahwa sebuah unit usaha baru berhubungan antara individu dan organisasi, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa entrepreneurial networking adalah hubungan yang mengikat yang terbentuk di level antar perseorangan dan antar organisasi. 2.1.1.1 Dimensi Entrepreneurial Networking a. Building Personal Relationship Digunakan untuk mengatasi kesulitan dan mencapai tujuan personal maupun perusahaan (Taormina dan Kin lao, 2007). Di dalam bisnis, membangun hubungan yang
baik antar individu maupun dengan
organisasi sering dilihat sebagai cara yang tepat untuk mencapai tujuan perusahaan (Neergard et al, 2005). Hoang and Antoncic (2003) mengatakan bahwa kunci utama dari building personal relationship untuk proses kewirausahaan adalah meningkatkan informasi dan saran yang diterima. Pengusaha sering mengandalkan building personal relationship untuk informasi bisnis, saran yang berhubungan dengan bisnis dan pemecahan masalah. Selanjutnya, pengusaha mencoba untuk memperluas atau mengembangkan bisnis dan mengurangi resiko yang tidak terduga. a. Having a Favorable Attitude Having a favorable attitude terhadap entrepreneurial networking diperlukan sebelum menggunakanya untuk tujuan dan kepentingan bisnis. Ekspektasi pada hubungan prilaku-sikap didasarkan oleh Fishbein dan
23
Ajzen (1975)” Theory of reasoned action” dan Ajzen (1991) “ Theory of planned behavior” keduanya teori adalah teori motivasi. Ringkasan dari teori tersebut adalah satu keyakinan mempengaruhi satu perilaku, satu perilaku
mempengaruhi satu tujuan perilaku dan satu tujuan perilaku
mempengaruhi perilaku. 2.1.2
Lingkungan Bisnis Eksternal
Lingkungan eksternal merujuk pada faktor-faktor dan kekuatan yang berada di luar organisasi namun mempengaruhi kinerja organisasi. Dalam konsep ini bisnis sebagai suatu sistem organisasi yang menjadi satu kesatuan dengan sistem lain yaitu lingkungan yang melingkupinya. Lingkungan eksternal adalah segala sesuatu yang berasal dari luar organisasi itu sendiri yang mempunyai pengaruh terhadap organisasi (Supriyono,2000). Lingkungan eksternal didefenisikan oleh Duncan dalam Ronie Ferdianto dan Zulaikha (2000) sebagai keterkaitan faktor fisik dan sosial di luar organisasi yang menjadi
pertimbangan
sebuah
organisasi
dalam
mengambil
keputusan.Lingkungan eksternal meliputi variable-variabel di luar organisasi yang dapat berupa tekanan umum dan tren di dalam lingkungan sosial ataupun faktorfaktor spesifik yang beroperasi di dalam lingkungan kerja (industri) organisasi. Lingkungan eksternal mempunyai dua komponen: lingkungan spesifik dan lingkungan generik. A
Lingkungan Spesifik.
Lingkungan spesifik meliputi kekuatan eksternal secara langsung mempengaruhi keputusan dan tindakan para manajer, dan secara langsung relevan dengan 24
pencapaian sasaran organisasi. Lingkungan spesifik sebuah organisasi bersifat khas bagi organisasi itu sendiri. Kekuatan utama yang membentuk lingkungan spesifik adalah pelanggan, pemasok, pesaing, dan kelompok kepentingan dalam masyarakat.\ a. Pelanggan (costumer) Pelanggan adalah masyarakat yang secara langsung memanfaatkan, menggunakan, dan mengajukan permintaan atas barang atau jasa yang ditawarkan oleh organisasi. Sebuah organisasi ada untuk melayani kebutuhan para pelanggan yang menggunakan output organisasi tersebut. Para pelanggan merupakan salah satu sumber ketidakpastiaan bagi organisasi, karena selera mereka dapat berubah atau dapat merasa tidak puas dengan produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi. a. Pemasok (supplier) Pemasok adalah pihak yang terkait langsung dalam kegiatan bisnis dari sebuah organisasi, khususnya organisasi bisnis yang melakukan kegiatan produksi barang jadi dari berbagai jenis bahan baku. Pemasok dalam hal ini akan menyiapkan bahan mentah maupun bahan baku yang akan diolah oleh perusahaan menjadi barang-barang ekonomi. Karenanya perlu diperhatikan kualitas dan ketersediaan bahan mentah maupun bahan baku agar produk yang dihasilkan juga berkualitas dan berdaya saing tinggi. b. Pesaing (competitor) Pesaing adalah organisasi bisnis lain yang menjalankan bisnis yang sama dengan organisasi yang kita jalankan. Karena bisnis yang dijalankan sama,
25
maka pesaing merupakan tantangan sekaligus ancaman yang dihadapi organisasi dalam meraih pelanggan. B
Lingkungan Umum atau Lingkungan Generik
Lingkungan generik adalah kondisi eksternal yang lebih luas yang dapat mempengaruhi kinerja sebuah organisasi. Lingkungan generik meliputi kondisikondisi ekonomi, politik/hukum, sosial-budaya, demografis, teknologi, dan global secara luas. Lingkungan umum tidak hanya mempengaruhi kinerja perusahaan saja, tetapi juga akan mempengaruhi berbagai unsur yang termasuk dalam lingkungan khusus. 2.1.2.1 Dimensi Lingkungan Eksternal Dalam lingkungan eksternal banyak dipengaruhi oleh beberapa dimensi-dimensi yang mempengaruhinya. Menurut Ferdianto dan Zulaikha (2000) memberikan dimensi lingkungan eksternal ke dalam tiga bagian : a. Kompleksitas lingkungan eksternal Dimensi ini mengacu pada banyaknya jumlah dan heterogenitas dari elemen-elemen lingkungan yang harus dihadapi dan dipertimbangkan dalam proses pembuatan keputusan. b. Dinamika lingkungan eksternal Dimensi ini mengacu pada instabilitas dan volatilitas lingkungan dan menunjukkan perubahan lingkungan yang sulit diprediksi atau tidak terduga. Menurut Clark, et al (2002) dinamika lingkungan eksternal dapat diartikan sebagai tingkatan perubahan sektor-sektor lingkungan eksternal
26
yang dapat mempengaruhi kinerja usaha sehingga harus dikenali oleh para pembuat keputusan. c. Daya dukung lingkungan eksternal Dimensi ini mengacu pada jumlah sumber daya yang disediakan oleh lingkungan eksternal dalam mendukung pertumbuhan eksternal dalam mendukung pertumbuhan organisai dan memberikan “organizational slack”. Setiap organisasi, baik itu besar maupun kecil, senantiasa mencari lingkungan yang mencari dukungan dan pertumbuhan dan stabilitas, karena pertumbuhan dan stabilitas memungkinkan organisasi menciptakan sumber daya yang berlebih menurut Dess dan Origer dalam Dicky (2002). 2.1.3Kinerja Usaha Suatu organisasi atau usaha dibentuk untuk mencapai tujuan organisasi atau usaha tersebut. Dalam mencapai tujuan tersebut maka usaha harus melalui proses yang meliputi aktivitas-aktivitas positif demi tercapainya tujuan usaha yang diinginkan dimana kinerja dalam organisasimerupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Pengertian kinerja (Moeheriono, 2012:32) adalah sebagai ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Menurut Gibson et al dalam Julita(2013:95) mengatakan bahwa kinerja merupakan serangkaian kegiatan manajemen yang memberikan gambaran sejauh mana hasil yang sudah dicapai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam bentuk akuntabilitas publik baik berupa keberhasilan maupun kekurangan yang terjadi. Pencapaian hasil serangkaian
27
kegiatan yang dimaksud meliputi standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan sejak awal dimulainya usaha. Rue & Byars dalam Riyanti (2003:25) juga mengatakan bahwa kinerja dapat didefinisikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tingkat pencapaian tujuan organisasi . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja usaha adalah serangkaian capaian hasil kerja seorang pengusaha melakukan kegiatan usaha, baik dalam pengembangan produktivitas maupun kesuksesan dalam hal pemasaran, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.Kinerja merupakan serangkaian kegiatan manajemen yang memberikan gambaran sejauh mana hasil yang sudah dicapai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam akuntabilitas publik baik berupa keberhasilan maupun kekurangan yang terjadi. Ivancevich (Ranto, 2007:19). Gaskill dan Van Auken (1993)
mengatakan bahwa kinerja usaha kecil dan
menengah adalah berpengaruh dari kemudahan dalam berbisnis, pembuat kebijakan dan keterkaitan lain stakeholders untuk melayani sektor usaha kecil dan menengah. Kinerja adalah indikatoryang paling utama untuk melihat kesuksesan dan ini terbukti secara nyata dan teoritis (Man et al.2002). Westhead dan Wright (1998) menjelaskan bahwa kinerja usaha kecil dan menengah dapat diukur melalui pertumbuhan pasar, pertumbuhan pekerja, pertumbuhan keuntungan dan perubahan dalam hubungan dengan kompetitor. Peningkatan pendapatan, penerimaan penjualan dan pekerja juga adalah indikator dari kinerja (Le Brasseur 2003).
28
Menurut Lumpkin dan Dess (1996) kinerja usaha merupakan sebuah bentuk yang umum digunakan untuk mengukur dampak dari sebuah orientasi strategi perusahaan. Penurunan kinerja usaha tentu menjadi masalah dan merupakan tantangan bagi orientasi strategi usaha untuk dapat terus mempertahankan kinerja usaha dengan baik melalui satu orientasi strategi agar dapat bertahan dalam industri. 2.1.3.1 Dimensi Kinerja Usaha a. Kuantitatif Adalah ukuran yang didasarkan pada data empiris dan hasil angka yang mengkarakteristikkan kinerja dalam bentuk fisik atau bentuk lain. Dimensi kuantitatif menjelaskan berupa capaian-capaian keuangan, produksi (jumlah barang terjual), pemasaran (jumlah pelanggan), jumlah tenaga kerja. Pertumbuhan dari jumlah pelanggan ataupun dari sektor lain di dalam bisnis termasuk kedalam dimensi kuantitatif. Menurut Wiklund (1999) melihat pertumbuhan terutama dipicu oleh naiknya permintaan akan produk atau layanan yang ditawarkan oleh perusahaan, yang berarti naiknya penjualan. Indikator untuk melihat kinerja perusahaan dapat dilihat dari meningkatnya capaian-capaian pangsa pasar, keuangan, produksi, jumlah tenaga kerja (Ratno dan Sri, 2010). b. Kualitatif Adalah ukuran yang didasarkan pada penilaian pandangan persepsi seseorang berdasarkan pengamatan dan penilaianya terhadap sesuatu. Ukuran kinerja kualitatif berupa kedisiplinan, kualitas pencapaian tujuan, 29
perilaku individual dalam organisasi, dan efektifitas. Dimensi Kualitatif menjadi penting karena focus pada manusia itu sendiri sebagai pelaku kegiatan akan menjadi sangat kuat (Ratno dan Sri, 2010). 2.1.4 Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM Badan Pusat Statistik (BPS) mengelompokkan UMKM berdasarkan jumlah tenaga kerja. Usaha yang memiliki 1-4 orang tenaga kerja dikelompokkan sebagai usaha mikro, 5-19 orang tenaga kerja sebagai usaha kecil 20-99 orang tenaga kerja sebagai usaha menengah dan bila mencapai 100 orang tenaga kerja atau lebihh digolongkan sebagai usaha besar (Wismiarsi, 2008:6). Sementara menurut Kementrian Koperasi dan UKM menyebutkan, bahwa usaha kecil adalah milik Warga Negara Indonesia baik perorangan maupun berbadan hukum yang memiliki kekayaan bersih sebanyak-banyaknya Rp. 200.000.000 dan mempunyai omzet atau nilai output penjualan paling banyak Rp. 1.000.000.000 dan usaha tersebut berdiri sendiri. 1. Karakteristik Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Karakteristik yang melekat pada UMKM merupakan kelebihan dan kekurangan UMKM itu sendiri. beberapa kelebihan dan kekurangan UMKM itu sendiri. Beberapa kelebihan yang dimiliki UMKM adalah sebagai berikut: A. Daya Tahan Motivasi pengusaha kecil sangat kuat dalam mepertahunkan kelangsungan usahanya karena usaha tersebut merupakan satu-satunya sumper
30
penghasilan keluarga. Oleh karena itu pengusaha kecil sangat adaptif dalam menghadapi perubahan situasi dalam lingkungan usaha. B. Padat Karya Pada umumnya UMKM yang ada di Indonesia merupakan usaha yang bersifat padat karya. Dalam proses produksinya, usaha kecil lebih memanfaatkan kemampuan tenaga kerja yang dimiliki dari pada penggunaan mesin-mesin sebagai alat produksi. C. Keahlian Khusus UMKM di Indonesia banyak membuat produk sederhana yang membutuhkan keahlian khusus namun tidak terlalu membutuhkan pendidikan formal. Keahlian khusus tersebut biasanya dimiliki secara turun-menurun. Selain itu, produk yang dihasilkan UMKM di Indonesia mumpanyai kandungan teknologi yang sederhana dan murah. D. Jenis Produk Produk yang dihasilkan UMKM di Indonesia pada umumnya bernuansa kultur ,yang pada dasarnya merupakan keahlian tersendiri dari masyarakat di masing-masing daerah. Contohnya seperti kerajinan tangan dari bambu atau rotan, dan ukir-ukiran kayu. E. Keterkaitan Dengan Sektor Pertanian UMKM di Indonesia pada umumnya masih bersifat agricultural based karena banyak komoditas pertanian yang dapat diolah dalam skali kecil tanpa harus mengakibatkan biaya produksi yang tinggi. F. Permodalan
31
Pada umumnya, pengusaha kecil menggatungkan diri pada uang (tabungan) sendiri atau dana pinjaman dari sumber-sumber informal untuk kebutuhan modal kerja (Tambungan, 2002:166). Kelemahan-kelemahan UMKM tercermin pada kendala-kendala yang dihadapi oleh usaha tersebut. Kendala yang umumnya dialami oleh UMKM adalah adanya keterbatasan modal, kesulitan dalam pemasaran dan penyediaan bahan baku, pengetahuan yang minim tentang dunia bisnis, keterbatasan penguasaan teknologi, kualitas SDM (pendidikan formal) yang rendah, manajemen keuangan yang belum baik, tidak adanya pembagian tugas yang jelas serta sering mengandalkan anggoa keluarha sebagai pekerja tidak dibayar (Tambunan,2002:169). 2. Krieteria UMKM Adapun kriteria UMKM menurut Kementrian Koperasi dan UKM berdasarkan aset dan omset adalah sebagai berikut: -
Usaha Mikro memiliki aset maksimal Rp. 50 juta dan omset maksimal Rp. 300 juta per tahun.
-
Usaha Kecil memiliki aset maksimal > Rp. 50 juta-Rp. 500 juta dan omset maksimal > Rp. 300 juta-Rp. 2,5 Milyar per tahun.
-
Usaha Menengah memiliki aset maksimal > Rp. 500 juta- Rp. 10 Milyar dan omset maksimal > Rp 2,5 Milyar- Rp. 50 Milyar per tahun.
2.2 Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti dan Tahun
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Judul Variabel Penelitian Penelitian
Teknik Analisis
Hasil Penelitian
32
Penelitian Analysis of External Environment’s Moderating Bojic Role on Milovanovic Entrepreneurial dan Zoran Orientation and Wittnie Business (2014) Performance Relationship among Italian’s SME Pengaruh Lingkungan Tri Handayani Makro (2013) Terhadap Kinerja Usaha H, Mussthaq Networking and ahma dan Women Shaziaa Entrepreneur Naimat Beyond (2011) Pattriachal Tradition
Kim Klyver dan Sharon Grant (2010)
Gender Differences in Entrepreneurial Networking and Participation
Musran Munizu (2010)
Pengaruh Faktor-Faktor Eksternal dan Internal Terhadap Kinerja UMKM di Sulawesi Selatan
1. Stretegic Networking 2. External Environmental 3. Business Performance
1. Lingkungan Makro 2. Kinerja usaha
1. 2. 3. 4.
Networking Capability Opportunity Participation
1. Entrepreneur ial Networking 2. Entrepreneur ial Participation 1. Faktor Internal 2. Faktor Eksternal 3. Kinerja Usaha UMKM
Multiple linear regression analysis Hierarchic al linear regression analysis
Analisis deskriptif
Analisis Statistik
Analisis regresi
Analisis regresi berganda
Lingkungan bisnis eksternal berpengaruh secara terbatas pada hubungan antara strategic networking dan kinerja usaha
Bahwa linkgungan makro mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja usaha Entrepreneurial networking dengan positif dihubungkan dengan wirausaha wanita dalam kesertaan di UMKM Entrepreneurial networking adalah ramalan dari Entrepreneurial Participationdala m tiga tahap Faktor-faktor eksternal berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinera bisnis dengan dan faktor internal berpenaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bisnis UMKM
33
Ratno Purnomo (2010)
Dwi Rajibianto (2010)
Ana Wulandari (2009)
Rj Taormina dan Kin Mei Lao s (2007)
Pengaruh Kepribadian, Self Efficacy, dan Locus of Control Terhadap Persepsi Kinerja Usaha Skala Kecil dan Menengah Pengaruh Modal Sosial Untuk Penguatan Industri Kecil Genteng Soka di Desa Kebulusan Kecamatan Pejagoan Kabupatan Kebumen
1. Kepribadian 2. Self Efficacy 3. Locus of Control 4. Kinerja
Multiple regression
Bahwa agreeableness dan self-efficacy memiliki pengaruh positif dan signifikann pada kinerja UMKM
Modal sosial
Kualitatif
Modal sosial yang diterapkan oleh para pengrajin genteng soka di Desa Kebulusan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan usaha
Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Lingkungan Internal Terhadap Orientasi Wirausaha Dalam Meningkatkan Kinerja Usaha Measuring Chinese Entrepreneurial Motivation: Personality and Environmental Influence
1. Lingkungan Eksternal 2. Lingkungan Internal 3. Orientasi Kewirausahaa n 4. Kinerja Usaha
Analisis regresi dan analisis korelasi
Penelitian membuktikan bahwa lingkungan eksternal dan lingkungan internal memiliki pengaruh positif terhadap orientasi wirausaha
1. Social Networking 2. Optimism 3. Achievment Striving 4. Perceived importance of a favorable business
Analisis regresi
Karakteristik psikologi berpengaruh kuat pada kemampuan pengusaha dan lingkungan bisnis mempengaruhi kesuksesan usaha
34
Kevin Hindle Exploring The dan Kim RelationShip Klyver (2006) Between Media Coverage and Participation in Entrepreneurshi p: Initial Global Evidence and Research Implication
Nanik Wahyuni (2005)
Pengaruh Lingkungan Eksternal Terhadap Kinerja Perusahaan Dengan Orientasi Strategik Sebagai Variabel Intervening MM Crossan, An Lande Hw, Organizational dan White RE Learning (1999) Framework: From Intuition to Institution
Kimio Kase dan James
Entrepreneurial Networking in
environment 5. Demographic 6. Motivation to start business 1. Networking Multiple 2. Alertness linear 3. Competence regresi 4. Riskwillingness 5. Uniform living standards 6. Status perception 7. Opportunity search activity 8. Young business activity 1. 2. 3. 4. 5.
1. 2. 3. 4.
Lingkungan Eksternal Orientasi Strategik Kinerja Perusahaan
Intuiting Interpreting Integrating instutionalizin g
Entrepreneurial Networking
Sejumlah orang yang mempunyai keahlian dan pengetahuan untuk memulai segala bisnis berhubungan secara signifikan dengan seluruh variable dependen
Statistik Deskriptif
Pengaruh yang sebenarnya dimiliki antara lingkungan eksternal dan kinerja perusahaan adalah pengaruh yang langsung tanpa melalui orientasi strategic
Kualitatif
Mengidentifikasi perusahaan secara keseluruhan yang mendasari hubungan fenomena dan pembelajaran organisasi yang penting dari pertengahan proses hingga akhir Disamping manajemen dan
Analisis Deskriptif
35
Yan Shu Liu (1996)
Japan Management
keahlian tekhnikal, entrepreneurial networking adalah akar dari kekuatan bersaing di perusahaan multinational Jepang
2.3 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah kerangka berpikir mengenai bagaimana suatu teori berhubungan diantara berbagai faktor yang telah diidentifikasikan penting terhadap masalah penelitian (Noor, 2011 : 76). Faktor yang diteliti dalam penelitian ini terdiri atas tiga variabel yaitu entrepreneurial networking, lingkungan bisnis eksternal dan kinerja usaha UMKM. Entrepreneurial networkingyang merupakan modal sosial yang di perlukan bagi para pelaku usaha ataupun pemilik usaha. Modalsosial yang diterapkan oleh para pelaku
usaha
UMKM
sangat
berpengaruh
terhadap
keberlangsungan
usaha(Rajibianto ,2010). Entrepreneurial networking berkontribusi untuk tujuan entrepreneurial pengusaha. Menurut Grave dan Salaff (2003), jaringan memilki beberapa kegunaan untuk para pengusaha.Kegunaan pertama ialah seberapa besar jaringan. Pengusaha dapat memperluas jaringan utnuk mendapatkan informasi penting sebaik-baiknya.Hal tersebut mempengaruhi kinerja usaha untuk pengembangan bisnis di masa yang akan dating dengan memanfaatkan informasi yang didapat dari networking yang dimiliki pemilik.. Penelitian Wisardja (2000) menunjukkan bahwa faktor lingkungan usaha yang unsur-unsurnya ada pelanggan, pemasok, pesaing dan teknologi memiliki
36
pengaruh
yang
signifikan
terhadap
keberhasilan
usaha
UKM.Pengaruh
yangsebenarnya dimiliki antara lingkungan eksternal dan kinerja perusahaan adalah pengaruh yang langsung tanpa melalui orientasi strategik (Wahyuni, 2005). Kinerja
usaha
adalah
ukuran
keberhasilan
dalam
pembuatan
strategi
pendayagunaan sumber daya yang dimiliki perusahaan ataupun UMKM secara efektif dan efisien demi keberlanjutan usaha (Wulandari, 2009). Lingkungan bisnis eksternal adalah segala sesuatu yang berasal dari luar organisasi itu sendiri yang mempunyai pengaruh terhadap organisasi misalnya para pelanggan, pemasok, pesaing, masyarakat, pemerintah dan pihak luar lainya (Supriyono, 2000). Pada uraian diatas dapat disimpulkan bahwa entrepreneurial networking yang dijalankan pengusaha dan pemahaman dalam menghadapi lingkungan bisnis eksternal mempengaruhi kinerja usaha UMKM. Dengan demikian masing-masing variabel tersebut (entrepreneurial networking dan lingkungan bisnis eksternal) memiliki pengaruh pada kinerja usaha. Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Entrepreneurial Networking Kinerja Usaha Lingkungan Bisnis Eksternal Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber: Wulandari (2009:7), Kimio & James (1996:3), Wahyuni (2005:21), Supriyono (2000), Wisardja (2000) diolah oleh penulis 37
2.4 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah penelitian, dimana
rumusan
masalah
penelitian
telah
dinyatakan
dalam
bentuk
pernyataan.Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka konseptual yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. (Sugiyono, 2009:96). Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang di kemukakan oleh peneliti adalah : •
Entrepreneurial networking dan lingkungan bisnis eksternal berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja usaha UMKM
38